PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN
DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
(Skripsi)
Oleh HANDOKO
FAKULTAS PERTAIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
(2)
ABSTRAK
PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (TAHURA WAR)
Oleh Handoko
Perubahan tutupan hutan karena penguasaan lahan merupakan ancaman yang serius untuk Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tutupan hutan pada tahun 1994, 1997, 2000, 2014, dan hal-hal yang terjadi terkait perubahan tutupan lahan di Tahura WAR. Teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografi digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi perubahan tutupan lahan hutan yang terjadi sejak tahun 1994 - 2014 dan mengetahui perubahan tutupan hutan yang terjadi pada setiap blok pengelolaan. Data citra satelit landsat tahun 1994, 1997, 2000, 2014 dikumpulkan dan dianalisis. Selanjutnya pengamatan langsung di lapangan dilakukan untuk penilaian akurasi (accuracy assessment) serta studi pustaka untuk melihat kronologi peristiwa yang terkait perubahan hutan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan luas hutan pada tahun 1994 adalah 9.090,1 ha atau 40,9% dari luas keseluruhan Tahura WAR. Pada tahun 2000 tutupan hutan mengalami penurunan tertinggi menjadi 5.428,7 ha atau 24,4% dari luas keseluruhan. Tahun 2014 luasan tutupan hutan mengalami peningkatan menjadi 8.953 ha atau 40,2% dari luas keseluruhan.
Kata kunci : klasifikasi citra, perubahan tutupan lahan, Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
(3)
ABSTRACT
FOREST COVER CHANGE IN GREAT FOREST PARK WAN ABDUL RACHMAN
By Handoko
Changes in forest cover due to land tenure is a serious threat to Great Forest Park Wan Abdul Rahman. This study aimed to analyze changes in forest cover in 1994, 1997, 2000, 2014, and the things that happen related to changes in land cover in Great Forest Park Wan Abdul Rahman. Techniques of remote sensing and geographic information systems used to monitor and evaluate changes in forest cover that have occurred since the year 1994 - 2014 and determine forest cover changes that occur in each block management. Landsat satellite image data in 1994, 1997, 2000, 2014 were collected and analyzed. Furthermore, direct observation in the field is done for assessment of accuracy as well as the literature study to look at the chronology of events related to the change of the forest. The results showed forest area in 1994 was 9.090,1 hectare or 40.9% of the total area Great Forest Park Wan Abdul Rahman. In 2000 the highest forest cover has decreased be 5.428,7 hectare or 24.4% of the total area. Forest cover in 2014 has increased to 8.953 hectare or 40.2% of the total area.
Key words: classification image, land cover change, Great Forest Park Wan Abdul Rachman.
(4)
PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN
DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
Oleh HANDOKO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 23 Oktober 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sapari dan Ibu Muntoharotun.
Jenjang pendidikan Penulis dimulai pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 2 Poncowarno Kalirejo Lampung Tengah, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kalirejo pada tahun 2002 hingga lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kalirejo dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, Penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Penginderaan Jauh. Penulis pernah melakukan turun lapang di Cagar Alam Anak Gunung Krakatau, Hutan Repong Damar Pahmungan Krui, Taman Hutan Raya Wan Abdur Rachman, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Penulis pernah mengikuti Kuliah Lapang Kehutanan (KLK) dengan mengunjungi Museum
(8)
Manggala Wanabakti Jakarta, Seameo Biotrop Bogor, Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Bogor. Pada tahun 2011, Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama ± 40 hari di Pekon Bukit Rigis Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat. KKN bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan untuk dapat membantu masyarakat desa dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Penulis juga telah melakukan praktek umum pada tahun 2012 di BKPH Cipeundeui KPH Purwakarta Perhutani selama ± 35 hari dan di Resort Pemerihan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan selama ± 35 hari.
Penulis aktif dalam organisasi kampus. Penulis pernah menjadi pengurus di Himasylva (Himpunan Mahasiswa Kehutanan Universitas Lampung) menjadi anggota Bidang III (Penelitian dan Pengembangan Organisasi) periode tahun 2009–2010 dan menjadi Sekretaris Umum pada periode pengurusan tahun 2010– 2011. Penulis pernah mengikuti Training Of Trainer (TOT) yang diadakan Sylva Indonesia pada tahun 2009 di PCSI IPB dan PCSI UNB Bogor.
(9)
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, kepersembahkan karya kecil ini untuk ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan tetes kringat dan air mata, selalu berdoa untuk keberhasilan, kasih sayang yang belimpah dan tak kenal lelah, serta
kakak dan adik tercinta yang tak henti-henti memberi dukungan dan semangat.
Saudara- saudaraku se-angkatan 2008 (Sylvester) terimakasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan selama ini, serta kebersamaan yang takkan pernah
kulupakan mulai dari awal di kehutanan hingga sekarang.
"Salah atau Benar Kalian Tetap Saudaraku"
Untuk seluruh orang yang kusayangi terimakasih atas doa, motivasi, nasehat, dan semangat yang diberikan selama ini.
(10)
SANWACANA
Assalamualaikum, Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul, ‘’Perubahan Tutupan Hutan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman’’. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Arief Darmawan S.Hut. M.Sc., selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, arahan, dan motivasi dan dosen pembimbing akademik atas saran, kritik, motivasi dan nasehat yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M. Si., selaku dosen penguji dan Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
(11)
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan selama penulis duduk di bangku perkuliahan.
5. Kepala dan Staf Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman atas izin dan bantuan kepada penulis selama penelitian.
6. Pengurus Gabungan Kelompok Tani di wilayah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang telah memberi bantuan kepada penulis selama penelitian.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamuaikum war. wab.
Bandar Lampung, November 2014
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Kerangka Pemikiran ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Penutupan Lahan Dan Perubahan Lahan ... 6
B. Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan ... 7
C. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan ... 10
D. Penginderaan Jauh (Remote Sensing) ... 11
E. Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 12
F. Citra Landsat ... 14
G. Global Positioning System ... 16
III. METODE PENELITIAN ... 17
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
B. Alat dan Objek Penelitian ... 17
C. Batasan Penelitian ... 17
D. Jenis Data ... 18
1. Data Primer ... 18
2. Data Sekunder ... 19
(13)
1. Pemasukan Data... 20
2. Pengolahan citra... 20
F. Analisis Perubahan Penutupan Lahan ... 23
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 24
A. Letak Geografis dan Administrasi ... 24
B. Letak, Luas, dan Batas Kawasan ... 24
C. Topografi Dan Tanah ... 26
D. Hidrologi ... 27
E. Vegetasi ... 27
F. Fauna dan Flora ... 28
G. Aksesbilitas ... 29
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Hasil Analisis Citra ... 30
B. Pembahasan ... 40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
(14)
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perubahan tutupan hutan dan hasil uji akurasi klasifikasi citra ... 32
2. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 1994-1997 ... 33
3. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 1997-2000 ... 33
4. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 2000-2014 ... 33
5. Perubahan Tutupan Lahan Blok Perlindungan ... 37
6. Perubahan Tutupan Lahan Blok Pemanfaatan ... 37
7. Perubahan Tutupan Lahan Blok Koleksi ... 37
(15)
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema kerangka penelitian. ... 5
2. Proses pengolahan citra. ... 23
3. Peta Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. ... 26
4. Histogram luas tutupan lahan Taman Hutan Raya Wan Abdul ... 31
5. Hitogram perubahan tutupan hutan ... 13
6. Peta Tutupan Hutan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ... 35
7. Peta Tutupan Lahan Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Wan ... 38
8. Peta Tutupan Lahan Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan ... 39
9. Peta Tutupan Lahan Blok Koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul ... 39
10. Peta Tutupan Lahan Blok Koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul ... 40
11. Persiapan Ground Check Tahura WAR ... 58
12. Tutupan Hutan di Tahura WAR ... 58
13. Tutupan Agroforestri di Tahura WAR ... 59
14. Tutupan Semak di Tahura WAR ... 59
(16)
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Classification Accurasy Assessment ... 54
2. Foto-Foto Penelitian ... 58
3. Histogram Perubahan Tutupan Lahan Tiap Blok Tahura WAR ... 61
4. Dokumentasi UPTD Tahura WAR ... 63
(17)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan iklim mikro, penghasil udara bersih, menjaga siklus makanan dan pusat pengawetan keanekaragaman hayati bagi masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman
hutan raya juga memiliki fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya)
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 408/Kpts-II/1993 tanggal 10 Agustus 1993. Sebelum ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya, Reg.19 Gunung Betung ini berstatus sebagai kawasan Hutan Lindung. Dengan adanya pertimbangan untuk menjamin pelestarian lingkungan dan konservasi alam barulah status Reg. 19 Gunung Betung ditingkatkan menjadi Taman Hutan Raya dengan luas 22.249,31 ha (UPTD Tahura WAR, 2009).
(18)
2
Penutupan lahan (Land cover) adalah objek fisik yang menutup permukaan tanah yang meliputi vegetasi (alami maupun buatan), bangunan buatan manusia, tubuh air, es, batuan dan permukaan pasir (padang pasir). Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan. Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan jauh (Burley,1961 dikutip oleh Lo, 1995). Kondisi penutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman berdasarkan vegetasinya terdiri dari vegetasi hutan, baik itu hutan primer maupun hutan sekunder, semak belukar dan alang-alang, juga kebun dan tanaman pertanian atau agroforestri. Vegetasi hutan primer di kawasan ini pada umumnya berada pada daerah perbukitan dan pegunungan yang sulit dijangkau masyarakat sehingga jauh dari gangguan. Pada kondisi penutupan lahan hutan sekunder, semak dan alang-alang merupakan daerah perambahan atau garapan masyarakat yang telah ditinggalkan dan telah mengalami suksesi. Sedangkan adanya agroforestri di dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai social forestry dan atau lahan rambahan yang dijadikan lahan pertanian oleh masyarakat.
Sampai saat ini tekanan terhadap perubahan lahan hutan merupakan ancaman yang serius untuk kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Perambahan yang dilakukan oleh masyarakat mengakibatkan alih fungsi lahan dan berdampak berkurangnya fungsi taman hutan raya sebagai pelindung proses ekologi sistem penyangga kehidupan.
(19)
3
Data dan informasi mengenai perubahan penutupan lahan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman menjadi hal penting yang diperlukan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan untuk pengelolaan kawasan hutan. Penginderaan jauh (Remote Sensing) merupakan salah satu teknologi yang dapat diterapkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai penutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Teknologi ini menggunakan foto udara atau citra satelit melalui Sistem Informasi Geografis (SIG).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa besar perubahan tutupan hutan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dari tahun 1994, 1997, 2000, dan 2014?
2. Apa yang terjadi selama kurun waktu tahun 1994 hingga tahun 2014 terkait aktivitas masyarakat yang mengakibatkan perubahan tutupan hutan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis luas perubahan tutupan hutan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 1994, 1997, 2000, 2014.
2. Menganalisis aktifitas masyarakat terkait perubahan tutupan hutan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
(20)
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Sumber informasi dan memperkaya data tentang perubahan penutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 1994, 1997, 2000, dan 2014. 2. Bahan pertimbangan dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman
E. Kerangka Pemikiran
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang terletak di lintas Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran memiliki peranan yang sangat penting, tidak hanya untuk masyarakat sekitar Taman Hutan Raya tetapi untuk masyarakat yang lebih luas di daerah Lampung. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dengan multi manfaat sangat rentan terhadap ancaman pengrusakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti perambahan dan penebangan liar (illegal logging).
Wijaya (2004) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penutupan lahan diantaranya adalah pertumbuhan penduduk, mata pencaharian, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan pemerintah. Dalam hal ini, diperlukan pemantauan untuk mengetahui perubahan penutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Penggunaan citra Landsat dalam pemantauan luas areal penutupan lahan merupakan pendekatan teknologi yang sesusai, mengingat teknologi ini dapat menampilkan data-data yang cepat dan akurat.
(21)
5
Upaya pengelolaan yang optimal dibutuhkan agar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dapat dimanfaatkan secara lestari. Oleh karena itu, diperlukan penelitian tentang kondisi penutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman sehingga dapat menjadi informasi dan acuan dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ke depannya.
Skema kerangka penelitian dalam dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema kerangka penelitian. Penyajian data
Analisis data Citra 1994
Klasifikasi
Citra 1997 Citra 2000 Citra 2014
Peta Tutupan Lahan 1994
Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi
Peta Tutupan Lahan 1997 Peta Tutupan Lahan 2000 Peta Tutupan Lahan 2014 Overlay
(22)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perubahan Penutupan Lahan
Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami perubahan kondisi pada waktu yang berbeda disebabkan oleh manusia (Lillesand dkk, 2003). Deteksi perubahan mencakup penggunaan fotografi udara berurutan di atas wilayah tertentu, dari fotografi tersebut penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat dipetakan dan dibandingkan (Lo, 1995). Ada dua faktor yang menyebabkan terganggunya hutan, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Gangguan yang disebabkan oleh alam meliputi kebakaran hutan akibat petir dan kemarau, letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan erosi akibat hujan deras yang lama. Sementara itu gangguan terhadap hutan yang disebabkan oleh manusia dapat berupa penebangan liar, penyerobotan lahan, dan kebakaran. Sebagian besar perubahan lahan yang terjadi pada hutan saat ini ialah dikarenakan faktor manusia, meskipun ada yang dikarenakan faktor alam tapi itu sangat jarang ditemukan.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penutupan lahan diantaranya adalah pertumbuhan penduduk, mata pencaharian, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan pemerintah. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai pemukiman ataupun lahan-lahan budidaya. Mata pencaharian
(23)
7
penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang bekerja di bidang pertanian memungkinkan terjadinya perubahan penutupan lahan. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang pertanian, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan lahan. Menurut Darmawan (2002), salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia terutama masyarakat sekitar kawasan.
B. Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan
Faktor penting untuk menentukan kesuksesan pemetaan penggunaan lahan dan penutupan lahan terletak pada pemilihan skema klasifikasi yang tepat dirancang untuk suatu tujuan tertentu. Skema klasifikasi yang baik harus sederhana di dalam menjelaskan setiap kategori penggunaan dan penutupan lahan (Lo, 1995).
Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Informasi penutupan lahan dapat dikenali secara langsung dengan menggunakan penginderaan jauh yang tepat. Sedangkan informasi tentang kegiatan manusia pada lahan (penggunaan lahan) tidak selalu dapat ditafsir secara langsung dari penutupan lahannya (Lillesand dkk, 2003). Berdasarkan Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan (2007, dalam Harjadi, 2009) klasifikasi penutupan lahan dibagi menjadi 7 kelas, yaitu:
(24)
8
1. Hutan
a. Hutan lahan kering primer
Seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang belum menampakan bekas penebangan, termasuk hutan ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut.
b. Hutan lahan kering sekunder
Seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah menampakan bekas penebangan (kenampakan aluran dan bercak bekas tebang), termasuk hutan kerdil, hutan kerangas, hutan di atas batuan kapur, hutan di atas batuan ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut.
c. Hutan tanaman
Seluruh kawasan hutan tanaman yang sudah ditanami, termasuk hutan tanaman untuk reboisasi. Identifikasi lokasi dapat diperoleh dengan peta persebaran hutan tanaman.
d. Hutan rawa primer
Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa gambut yang belum menampakan bekas penebangan, termasuk hutan sagu.
e. Hutan rawa sekunder
Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa gambut yang telah menampakan bekas penebangan, termasuk hutan sagu dan hutan rawa bekas terbakar.
(25)
9
f. Perkebunan
Seluruh kawasan perkebunan, yang sudah ditanami. Perkebunan rakyat yang biasanya berukuran kecil akan sulit diidentifikasi dari citra maupun peta persebaran sehingga memerlukan informasi lain, termasuk data lapangan.
2. Pemukiman
Kawasan pemukiman, baik perkotaan, pedesaan, industri, dan lain-lain, yang memperlihatkan pola alur rapat.
3. Sawah
Semua aktivitas pertanian lahan basah yang dicirikan oleh pola pematang. Kelas ini juga memasukkan sawah musiman, sawah tadah hujan, sawah irigasi.
4. Lahan kering/lading a. Pertanian lahan kering
Semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebun campuran dan lading.
b. Pertanian lahan kering campur semak
Semua jenis pertanian kering yang berselang-seling dengan semak, belukar, dan hutan bekas tebangan. Sering muncul pada areal ladang berpindah, kelas ini juga memasukkan kelas kebun campuran.
5. Rawa
Kenampakan yang digolongkan sebagai lahan rawa yang sudah tidak berhutan. 6. Tubuh air
Semua kenampakan perairan, termasuk laut, sungai, danau, waduk, terumbu karang, padang lamun, dan lain-lain.
(26)
10
7. Belukar
a. Semak/belukar
Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak menampakan lagi bekas/bercak tebangan.
b. Belukar rawa
Kawasan bekas hutan rawa/mangrove yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak menampakan lagi bekas/bercak tebangan.
C. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan
Skema klasifikasi yang baik harus sederhana di dalam menjelaskan setiap kategori penggunaan dan penutupan lahan. Satu faktor penting untuk menentukan kesuksesan pemetaan penggunaan lahan dan penutupan lahan terletak pada pemilihan skema klasifikasi yang tepat dirancang untuk suatu tujuan tertentu (Lo, 1995).
Skema klasifikasi merupakan rancangan skema penutupan lahan suatu wilayah yang disusun berdasarkan informasi tambahan dari wilayah yang akan diinterpretasikan. Sistem klasifikasi di atas disusun berdasarkan kriteria berikut: (1) tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85%, (2) ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama, (3) hasil yang dapat diulang harus dapat
(27)
11
diperoleh dari penafsir yang satu ke yang lain dan dari satu saat penginderaan ke saat yang lain, (4) sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas, (5) kategorisasi harus memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari penutupan lahannya, (6) sistem klasifikasi harus dapat digunakan dengan data penginderaan jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda, (7) kategori harus dapat dirinci ke dalam sub kategori yang lebih rinci yang dapat diperoleh dari citra skala besar atau survey lapangan, (8) pengelompokkan kategori harus dapat dilakukan, (9) harus memungkinkan untuk dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutupan lahan pada masa yang akan datang dan (10) lahan multiguna harus dapat dikenali bila mungkin (Lillesand dkk, 2003).
D. Penginderaan Jauh (Remote Sensing)
Penginderaan jauh atau Remote Sensing adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek,daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dkk, 2003). Menurut Lillesand dkk (2003) terdapat dua proses utama dalam penginderaan jauh, yaitu pengumpulan data dan analisis data. Analisis data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik, dan data lapangan.
Menurut Lillesand dkk (2003) analisis citra Landsat secara digital dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(28)
12
1. Pemulihan citra (image restoration)
Merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki citra ke dalam bentuk yang lebih mirip dengan pandangan aslinya. Perbaikan ini meliputi koreksi radiometrik dan geometrik yang ada pada citra asli.
2. Penajaman citra (image enhancement)
Kegiatan ini dilakukan sebelum data citra digunakan dalam analisis visual, teknik penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak kontras diantara penampakan dalam citra. Pada berbagai terapan, langkah ini banyak meningkatkan jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara visual dari citra. 3. Klasifikasi citra (image classification)
Teknik kuantitatif digunakan untuk menginterpretasi data citra digital secara otomatis. Dalam proses ini setiap piksel yang diamati dievaluasi dan selanjutnya diklasifikasi dalam kelas-kelas yang diinginkan atau sama dengan keadaan pengamatan lapangan.
E. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Aronoff (1989) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian. SIG menurut Burrough (1986) merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penyimpanan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen berikut (Gistut, 1994 dikutip dalam Prahasta, 2009):
a. Perangkat keras terdiri dari PC desktop, workstation, hingga multiuser host
(29)
13
b. Perangkat lunak, SIG merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dan basis data memegang peranan kunci.
c. Data dan informasi geografi, SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data serta informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara memasukan dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard. d. Manajemen suatu proyek SIG akan berhasil jika diatur dengan baik dan
dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.
Menurut Prahasta (2009), subsistem-subsistem dari SIG adalah sebagai berikut: 1. Data input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan data atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggungjawab dalam mengkonversi atau mentransformasi format-format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan SIG.
2. Data output
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.
3. Data manajemen
Subsistem ini mengorganisasi data, baik data spasial maupun data atribut ke dalam sebuah data sedemikian rupa sehingga mudah untuk digunakan, diperbaharui,dan diolah.
(30)
14
4. Data manipulation dan analysis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.
F. Citra Landsat
Dari sekian banyak satelit penginderaan jauh yang sering digunakan untuk pemetaan penutupan lahan adalah Landsat (Land Satelit). Seri Landsat yang dikenal pertama kali adalah Earth Resource Technology Satelit (ERTS). Citra landsat merupakan satelit sumberdaya milik Amerika Serikat yang diluncurkan sejak tahun 1972. Jenis cita yang direkam landsat hingga saat ini adalah Landsat MSS dan Landsat TM/ETM+/OLI. Jenis citra Landsat yang sudah mengorbit saat ini adalah Landsat generasi ke Delapan (Landsat 8). Landsat Data Continuity Mission atau yang lebih dikenal Landsat 8 menggunakan sensor OLI (Onboard Operational Land Image) dan TIRS (Thermal Infrared Sensor) yang diluncurkan pada 11 Februari 2013 yang pada setiap saluran/kanal (band) mempunyai karakteristik dan kemampuan aplikasi atau penggunaan yang berbeda.
Satelit Landsat membawa instrumen-instrumen tertentu dalam tugasnya mencitrakan bumi. Sistem sensor dalam satelit landsat dan instrumen-instrumen tersebut adalah:
1. Return Beam Vidicon (RBV). Instrumen ini pada dasarnya merupakan sistem sensor mirip kamera televisi yang merekam gambar permukaan bumi di sepanjang lintasan satelit. Hasil rekaman berupa frame image berukuran 185 km x 185 km. Pada Landsat 1 dan Landsat 2 digunakan 3 kamera RBV yang dipisahkan oleh filter transmisi yang berbeda hingga memungkinkan perekaman 3 band spektral yang berbeda.
(31)
15
2. Multi Spectral Scanner (MSS). Sistem sensor ini berupa sistem pemindai yang secara bersamaan dapat merekam bagian permukaan bumi yang sama (scene) dengan menggunakan beberapa domain panjang gelombang yang berbeda. Pada satelit Landsat, sistem sensor ini merekam data 4 band dari spektrum terlihat (visible) hingga inframerah.
3. Thematic Mapper (TM). Instrumen ini adalah sistem sensor berupa crosstrack scanner. Pada satelit Landsat, sistem sensor ini merekam data 7 band dari domain terlihat (visible) hingga inframerah thermal (LWIR). Instrumen ini mulai digunakan pada Landsat 4.
4. Enhanced Thematic Mapper (ETM). ETM atau ETM+ pada Landsat 7 adalah sistem sensor yang merupakan perbaikan dari sistem TM dengan tambahan band pankromatik yang beresolusi 15 m x 15 m untuk mendapatkan resolusi spasial yang lebih tinggi.
5. Onboard Operational Land Imager (OLI) pada landsat 8 yang merupakan buatan Ball Aerospace. Sistem sensor ini memiliki 9 band dan terdapat 2 band yang baru terdapat pada satelit Program Landsat yaitu Deep Blue Coastal/Aerosol Band (0.433 – 0.453 mikrometer) untuk deteksi wilayah pesisir serta Shortwave-InfraRed Cirrus Band (1.360 – 1.390 mikrometer) untuk deteksi awan cirrus.
6. Sensor Thermal InfraRed Sensors (TIRS). Instrumen ini juga terdapat pada satelit Landsat 8. Sensor ini dibuat oleh NASA Goddard Space Flight Center, terdapat dua band pada region thermal yang mempunyai resolusi spasial 100 meter.
(32)
16
G. Global Positioning System
Global Positioning System (Sistem Pencari Posisi Global) atau yang biasa disingkat GPS merupakan suatu jaringan satelit yang memancarkan sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah secara terus menerus (Puntodewo dkk
.2003). Satelit GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan akan memancarkan data untuk menunjukan lokasi dan waktu pada saat itu. Sinyal radio tersebut akan diterima oleh alat penerima GPS secara pasif dengan syarat tidak ada halangan apapun di langit (pandangan terbuka). Data GPS merupakan salah satu bentuk sumber data spasial SIG. Puntodewo dkk (2003) menyebutkan bahwa teknologi GPS meberikan terobosan yang sangat penting dalam menyediakan data untuk SIG karena keakuratan data yang diberikan oleh data GPS sangat tinggi. Data GPS biasanya dipresentasikan dalam bentuk vektor.
(33)
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yakni pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013.
B. Alat dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu GPS (global positioning sistem), kamera, alat tulis, dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan paket Sistem Informasi Geografis termasuk software Arcview 3.3 dan Erdas Imagine 9.1.
Bahan penelitian yang digunakan adalah Peta Tata Batas Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul, citra Landsat TM, ETM+, dan OLI yang diambil pada tahun berbeda yaitu tahun pengambilan 1994, 1997, 2000, dan 2014, serta data penggunaan lahan Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
C. Batasan Penelitian
Wilayah penelitian didasarkan pada Peta Batas Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang berasal dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman Hutan Raya
(34)
18
Wan Abdul Rachman (UPTD Tahura WAR) Tahun 2013. Hasil penelitian ini dibatasi sampai tahap pengidentifikasian dan analisis perubahan penutupan lahan yang terjadi di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dengan menggunakan citra Landsat dari tahun 1994, 1997, 2000, dan 2014.
D. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data spasial merupakan data yang bersifat keruangan yang terdiri dari data citra satelit Landsat dan Peta Batas Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Data- data tersebut berasal dari UPTD Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan situs resmi dari NASA yakni http://glovis.usgs.gov/. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk menganalisis perubahan lahan.
Data Ground Control Point (GCP) merupakan data yang menyatakan posisi keberadaan sesuatu di permukaan bumi dalam bentuk titik koordinat. Data tersebut diperoleh dengan melakukan survey di lapangan. Pengambilan data ini dilakukan dengan cara menandai lokasi yang diambil datanya dan dicatat koordinat lokasi melalui Global Positioning System (GPS). Selanjutnya data GCP ini digunakan sebagai salah satu bahan dalam interpretasi citra satelit Landsat dengan klasifikasi terbimbing (Supervised Classification).
(35)
19
2. Data Sekunder
Data atribut merupakan data yang berbentuk tulisan maupun angka-angka. Data tersebut diantaranya data perubahan lahan yang pernah terjadi dan sejarah Tahura WAR.
E. Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Pengamatan langsung di lapangan.
Pengamatan langsung di lapangan adalah pengamatan secara langsung oleh peneliti untuk mengetahui keadaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan peneliti melakukan pengambilan titik secara langsung di lapangan.
2. Wawancara dengan responden.
Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap Bapak Saban Nasir Arpin selaku Ketua Gapoktan Sumber Agung dan pelaku sejarah untuk memperoleh data mengenai sejarah perubahan penggunaan lahan.
3. Studi Pustaka.
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip teori-teori yang berasal dari buku dan tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Mengunduh citra landsat dari laman www.glovis.usgs.com.
(36)
20
F. Metode dan Cara Kerja 1. Pemasukan Data
Pemasukan data dilakukan dengan bantuan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software Erdas Imagine 9.1 dan Arc View 3.3 yang menghasilkan keluaran berupa data digital. Data ini digunakan sebagai acuan wilayah penelitian dan koreksi geometrik pada pengolahan citra.
2. Pengolahan citra
Data citra Landsat TM , ETM+, dan OLI yang diperoleh diolah menggunakan
softwer Erdas Imagine 9.1. tahap-tahap pengolahan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perbaikan citra (Image restoration)
Data citra yang diperoleh dikoreksi untuk menghilangkan kesalahan radiometrik dan geometrik. Kesalahan radiometrik bertujuan untuk memperbaiki bias data pada nilai digital piksel yang diakibatkan oleh gangguan atmosfir ataupun kesalahan sensor. Koreksi geometrik bertujuan untuk menyesuaikan posisi citra sesuai dengan kondisi geografi di permukaan bumi.
Penentuan tipe proyeksi dan sistem koordinat dilakukan terlebih dahulu untuk penyeragaman data selama penelitian. Proyeksi yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM) dan sistem koordinat geografis menggunakan garis latitude (garis Timur-Barat) dan garis longitude (garis Utara-Selatan).
Langkah selanjutnya melakukan proses resampling dengan metode
(37)
21
akan dikoreksi adalah nilai-nilai digital tiap piksel yang memiliki nilai/lokasi terdekat.
b. Pemotongan citra (Subset image)
Pemotongan citra dilakukan dengan memotong wilayah yang dijadikan objek penelitian. Wilayah yang masuk ke dalam area dipotong dengan Area of Interest
(AOI) berupa batas kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman .
c. Klasifikasi citra (Image classification)
Sebelum melakukan pengklasifikasian, dilakukan penetapan kelas-kelas spektral, kemudian membuat aturan penetapan kelas-kelas spektral yang terliput oleh citra satelit. Pembagian kelas didasarkan pada kondisi penutupan lahan sebenarnya di lapangan dan dibatasi sesuai dengan kebutuhan pengklasifikasian. Klasifikasi citra dibagi kedalam dua tahap yaitu klasifikasi tak terbimbing (unsupervised classification) dan klasifikasi terbimbing (supervised classification). Klasifikasi tak terbimbing dilakukan sebelum pengecekan lapangan, sedangkan klasifikasi terbimbing dilakukan setelah pengecekan lapangan.
Kelas tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 kelas yaitu: a) Hutan, terdiri dari hutan lahan kering primer yaitu seluruh kenampakan hutan
dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang belum menampakan bekas penebangan, dan hutan lahan kering sekunder yaitu seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah menampakan bekas penebangan kenampakan aluran dan bercak bekas tebang.
b) Pertanian lahan kering (Agroforestri) yaitu semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, dan kebun campuran.
(38)
22
c) Lahan terbuka yaitu seluruh kenampakan lahan bekas tebangan, pembukaan lahan dan kebakaran hutan.
d) Semak yaitu areal bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau areal dengan dominasi vegetasi rendah (alami).
e) Tidak ada data ( No data) dalam penelitian meliputi kenampakan awan, air, dan bayangan awan.
d. Pemeriksaan lapangan (Ground Check)
Kegiatan yang dilakukan dalam pengecekan lapangan adalah pengambilan titik koordinat pada tiap kelas dengan bantuan alat GPS Garmin tipe navigasi.
e. Pengukuran akurasi (accuracy assessment)
Akurasi citra dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keakurasian hasil klasifikasi. Nilai akurasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai akurasi secara keseluruhan (overall accuracy) dan akurasi kappa (kappa accuracy). Penilaian tingkat akurasi dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil pengecekan di lapangan (ground check).
(39)
23
G. Analisis Perubahan Penutupan Lahan
Citra hasil klasifikasi ditampilkan berdasarkan waktu perekaman citra untuk menghasilkan tampilan areal perubahan penutupan lahan selama periode tahun 1994, 1997, 2000, dan 2014. Analisis perubahan penutupan lahan dilakukan dengan membandingkan peta penutupan lahan tahun 1994, 1997, 2000, dan 2014 dengan cara menumpangsusunkan (overlay). Output hasil overlay tutupan lahan disajikan dalam bentuk layout peta perubahan tutupan lahan dan tabel. Selanjutnya, memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan sekedar angka-angka. Langkah-langkahnya adalah reduksi data, penyajian data dengan bagan dan teks, kemudian penarikan kesimpulan.
(40)
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis dan Administrasi
Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 1050 02’ 42,01” s/d 1050 13’ 42,09” BT dan 050 23’ 47,03” s/d 050 30’ 34,86” LS.
Berdasarkan administrasi pemerintahan kawasan ini berada di lintas Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran (dahulu masuk Kabupaten Lampung Selatan), dengan 7 (tujuh) wilayah kecamatan. Kawasan Taman Hutan Raya yang masuk Kota Bandarlampung ± seluas 300 ha diwilayah Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara dan Kecamatan Kemiling. Selebihnya ± 21.949,31 ha berada di Kab. Pesawaran, meliputi; Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan Way Lima dan Kecamatan Kedondong.
B. Letak, Luas, dan Batas Kawasan
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman memiliki panjang batas keliling 106.665,80 m, terdiri dari batas buatan (pal batas B/THR) sepanjang 83.191,31 m, dan batas alam (sungai) 17.985,56 m serta batas enclave (buatan) 5.488,93 m (untuk enclave I sepanjang 3.615,82 m dan enclave II sepanjang 1.873,11 m). Jumlah pal batas buatan (B/THR) sebanyak 1.050 pal dan pal batas enclave 50 pal (enclave I sebanyak 20 pal dan enclave II sebanyak 30 pal).
(41)
25
Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, maka berdasarkan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan, kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibagi habis menjadi blok-blok pengelolaan, yaitu:
a) Blok Perlindungan, bagian dari kawasan Taman Hutan Raya sebagai tempat perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem serta penyangga kehidupan. b) Blok Pemanfaatan, bentuk pemanfatan dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman adalah untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan wisata alam, pada blok ini juga dapat dibangun sarana dan prasarana kegiatan tersebut (Maksimal 10% dari luas blok pemanfatan)
c) Blok Koleksi tumbuhan, sesuai dengan fungsi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman pada blok ini diarahkan untuk koleksi tanaman asli dan bukan asli serta langka atau tidak langka.
d) Blok lainnya (pendidikan, penelitian, dan social forestry), pada blok ini dapat dilakukan aktivitas pendidikan dan penelitian serta pengelolaan hutan bersama masyarakat terbatas dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah konservasi.
(42)
26
Gambar 1. Peta Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. C. Topografi Dan Tanah
Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibentuk oleh daerah perbukitan dan pegunungan dengan topografi kawasan bervariasi mulai dataran landai, curam dan sangat curam. Dataran landai meliputi kawasan dengan luas ± 675 ha, bergelombang-agak curam ± 3.650 ha dan curam ± 17.924,31 ha.
Kawasan ini memiliki ketinggian mulai 50 m s/d 1661 m dari permukaan air laut (dpl). Daerah tertinggi terdapat di puncak pegunugan Gunung Pesawaran (1.661 m), Gunung Betung (1.240 m) dan Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu (1.660 m).
Daerah kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibentuk dari komposisi geologi basalt endesit dan lapisan tufa intermedier dengan bahan plato basalt dan sedikit endapan kwarter dan sedimen tufa masam. Dari komposisi geologi tersebut, jenis tanah yang dibentuk di kawasan Taman Hutan Raya terdiri
(43)
27
dari jenis tanah andosol coklat kekuningan, jenis tanah latosol cokelat tua kemerahan dan latosol kemerahan.
D. Hidrologi
Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah
Catchment Area (tangkapan air) dari beberapa sungai/anak sungai yang terdapat di kawasan ini. Dibagian selatan kawasan mengalir sungai Way Sabu yang merupakan aliran sungai yang cukup panjang di kawasan ini dan bermuara di Teluk Ratai. Sungai Way Ngeluk, Way Langka dan Way Berenung yang bermuara di sungai Way Sekampung terdapat di bagian utara kawasan. Sedangkan Way Semah, Way Harong, Way Padang Ratu, Way Kedondong dan Way Awi merupakan sungai/anak sungai yang terdapat di barat kawasan. Di sisi Timur kawasan mengalir sungai/anak sungai Way Balak, Way Betung, Way Jernih dan Way Simpang Kanan, dll.
E. Vegetasi
Vegetasi kawasan hutan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibedakan berdasarkan kondisi penutupan lahan yang ada, terdiri dari:
a) Vegetasi Hutan Primer
Vegetasi hutan primer dikawasan ini pada umumnya terdapat di daerah-daerah perbukitan dan pegunungan, yaitu daerah sekitar puncak Gunung Betung, Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu dan Gunung Pesawaran.
(44)
28
b) Vegetasi Hutan Sekunder
Vegetasi hutan sekunder terdapat pada bagian kawasan yang telah mengalami gangguan, terutama akibat pencurian kayu dan penebangan liar, kemudian berangsur mengalami suksesi alam menjadi hutan sekunder.
c) Semak Belukar dan Alang-alang
Semak belukar dan alang-alang merupakan bagian kawasan hutan bekas areal perambahan yang sudah ditinggalkan oleh masyarakat penggarap. Vegetasi semak belukar ini pada umumnya dijumpai pada daerah kawasan yang bergelombang dan lereng perbukitan di bagian selatan dan utara kawasan.
d) Kebun dan Tanaman Pertanian
Kebun dan tanaman pertanian didalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan areal kawasan yang dirambah oleh masyarakat dan dijadikan lahan usaha pertanian, tanaman semusim dan pemeliharaan tanaman komoditas perkebunan seperti; kopi, kakao, dan tanaman buah-buahan.
F. Fauna dan Flora
Jenis-jenis flora yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terutama pada hutan primer antara lain jenis merawan (Hopea mangarawan), medang (Litsea firmahoa), rasamala (Altingia excelsa), bayur (Pterospermum sp.), jabon (Antocepalus cadamba), cempaka (Beilschildia sp.), pulai (Alstonia scholaris), kenanga (Cananga odorata) dan lain-lain, serta jenis anggrek hutan dan paku-pakuan.
(45)
29
Pada hutan sekunder dapat dijumpai jenis durian (Durio sp), makaranga (Macaranga gigantea), kenanga (Cananga odorata), jabon (Antocepalus cadamba), vitex (Vitex sp), bambu betung dan lain-lain.
Sedang satwa yang terdapat dikawasan ini dan diperkirakan menghuni di hutan primer seperti Siamang (Symphalagus syndactilus), Kera (Macaca fascicularis), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Babi Hutan (Suscrofa sp), Ayam Hutan (Galus galus) serta berbagai jenis burung.
G. Aksesibilitas
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman relatif mudah dicapai dari Kota Bandar Lampung karena dilingkari oleh poros jalan Kota Bandar Lampung ke Padang Cermin (kota kecamatan) sepanjang ± 40 km di sebelah selatan kawasan, dan rute jalan raya Kota Bandar Lampung – Gedong Tataan – Kedondong (kota kecamatan) sepanjang ± 50 km di sebelah utara kawasan.
Dengan demikian untuk mencapai bagian tertentu dari kawasan ini seperti air terjun di Hurun, Wiyono dan lokasi Youth Camp Center (areal wisata perkemahan) dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat (mobil) dan kendaraan roda dua (sepeda motor), dengan waktu tempuh ± 30 menit.
Beberapa areal lain seperti lokasi pemanfaatan hutan kemasyarakatan (social forestry) di lokasi Sumber Agung dapat ditempuh ± 15 menit (jarak ± 15 km).
(46)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibagi menjadi 5 tipe klasifikasi lahan yaitu hutan, agroforestri, lahan terbuka, semak, dan tidak ada data (No Data). Dalam kurun waktu 1994-2014, fluktuasi perubahan tutupan hutan terjadi pada setiap periode. Periode tahun 1994-1997 luas tutupan hutan menurun. Pada periode tahun berikutnya yakni tahun 1997-2000, luas tutupan hutan masih mengalami penurunan. Periode tahun 2000-2014 luasan tutupan hutan mengalami peningkatan.
Perubahan tutupan lahan didominasi oleh tutupan hutan dan agroforestri. Pada periode tahun1994-1997 penutupan lahan hutan mengalami perubahan penurunan terbesar menjadi agroforestri. Pada tahun 1997-2000 tutupan hutan masih mengalami pengurangan menjadi agroforestri. Sedangkan pada tahun 2000-2014 perubahan terbesar terjadi pada agroforestri menjadi tutupan hutan. Jumlah tidak ada data (No Data) tiap periode yakni sebesar 8.476,2 ha atau 38,1%.
Faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman adalah adanya aktifitas manusia, perubahan status kawasan, dan kebijakan pemerintah.
(47)
50
B. Saran
Perlu adanya monitoring secara bekelanjutandengan analisis citra, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun upaya-upaya perlindungan dan perbaikan tutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
(48)
51
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, S. 1989. Geographic Information Systems: A Management Perspective. Ottawa: WDI Publications.
Arpin, S.N. 2010. Awal HKM di Sumber Agung. Gapoktan Sumber Agung. Bandar Lampung.
Burrough, P.A. 1986. Principles of Geographic Information Systems for and Resources Assessment. Clarendon Press, Oxford.
Darmawan, A. 2002. Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau
Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Lillesand, T.M., R.W Kiefer. and J.W. Chipman. 2003. Remote Sensing and Image interpretation Fifth Edition. Buku. John Wiley &Son. United States of America.
Lo, C.P. 1995. Penginderaan Jauh Terapan. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Pasya, G., M. T. Sirait. 2011. Analisis Gaya Bersengketa (AGATA): Panduan Ringkas Untuk Memilih Bentuk Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: The Samdhana Institute.
Prahasta, E. 2009. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika.
Puntodewo, A., S. Dewi., J.Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis: Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: Center For International Forestry Research.
Sinaga, R.P. dan A. Darmawan. 2014. Perubahan Tutupan Lahan Di Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) .(Skripsi). Universitas Lampung. Lampung.
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tahura WAR. 2009. Buku Informasi Tahura. Bandar Lampung.
(49)
52
Wijaya, C.I. 2004. Analisis Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Cianjur Jawa Barat Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Skripsi. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Yusri, A. 2011. Perubahan Penutupan Lahan dan Analisis Faktor Penyebab Perambahan Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sumber Internet
USGS. 2013. Citra Landsat 1994, 1997, 2000, 2014. http://glovis.usgs.gov/. U S Geological Survey. Diakses pada Maret 2014.
(1)
b) Vegetasi Hutan Sekunder
Vegetasi hutan sekunder terdapat pada bagian kawasan yang telah mengalami gangguan, terutama akibat pencurian kayu dan penebangan liar, kemudian berangsur mengalami suksesi alam menjadi hutan sekunder.
c) Semak Belukar dan Alang-alang
Semak belukar dan alang-alang merupakan bagian kawasan hutan bekas areal perambahan yang sudah ditinggalkan oleh masyarakat penggarap. Vegetasi semak belukar ini pada umumnya dijumpai pada daerah kawasan yang bergelombang dan lereng perbukitan di bagian selatan dan utara kawasan.
d) Kebun dan Tanaman Pertanian
Kebun dan tanaman pertanian didalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan areal kawasan yang dirambah oleh masyarakat dan dijadikan lahan usaha pertanian, tanaman semusim dan pemeliharaan tanaman komoditas perkebunan seperti; kopi, kakao, dan tanaman buah-buahan.
F. Fauna dan Flora
Jenis-jenis flora yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terutama pada hutan primer antara lain jenis merawan (Hopea mangarawan), medang (Litsea firmahoa), rasamala (Altingia excelsa), bayur (Pterospermum sp.), jabon (Antocepalus cadamba), cempaka (Beilschildia sp.), pulai (Alstonia scholaris), kenanga (Cananga odorata) dan lain-lain, serta jenis anggrek hutan dan paku-pakuan.
(2)
29
Pada hutan sekunder dapat dijumpai jenis durian (Durio sp), makaranga (Macaranga gigantea), kenanga (Cananga odorata), jabon (Antocepalus cadamba), vitex (Vitex sp), bambu betung dan lain-lain.
Sedang satwa yang terdapat dikawasan ini dan diperkirakan menghuni di hutan primer seperti Siamang (Symphalagus syndactilus), Kera (Macaca fascicularis), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Babi Hutan (Suscrofa sp), Ayam Hutan (Galus galus) serta berbagai jenis burung.
G. Aksesibilitas
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman relatif mudah dicapai dari Kota Bandar Lampung karena dilingkari oleh poros jalan Kota Bandar Lampung ke Padang Cermin (kota kecamatan) sepanjang ± 40 km di sebelah selatan kawasan, dan rute jalan raya Kota Bandar Lampung – Gedong Tataan – Kedondong (kota kecamatan) sepanjang ± 50 km di sebelah utara kawasan.
Dengan demikian untuk mencapai bagian tertentu dari kawasan ini seperti air terjun di Hurun, Wiyono dan lokasi Youth Camp Center (areal wisata perkemahan) dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat (mobil) dan kendaraan roda dua (sepeda motor), dengan waktu tempuh ± 30 menit.
Beberapa areal lain seperti lokasi pemanfaatan hutan kemasyarakatan (social forestry) di lokasi Sumber Agung dapat ditempuh ± 15 menit (jarak ± 15 km).
(3)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibagi menjadi 5 tipe klasifikasi lahan yaitu hutan, agroforestri, lahan terbuka, semak, dan tidak ada data (No Data). Dalam kurun waktu 1994-2014, fluktuasi perubahan tutupan hutan terjadi pada setiap periode. Periode tahun 1994-1997 luas tutupan hutan menurun. Pada periode tahun berikutnya yakni tahun 1997-2000, luas tutupan hutan masih mengalami penurunan. Periode tahun 2000-2014 luasan tutupan hutan mengalami peningkatan.
Perubahan tutupan lahan didominasi oleh tutupan hutan dan agroforestri. Pada periode tahun1994-1997 penutupan lahan hutan mengalami perubahan penurunan terbesar menjadi agroforestri. Pada tahun 1997-2000 tutupan hutan masih mengalami pengurangan menjadi agroforestri. Sedangkan pada tahun 2000-2014 perubahan terbesar terjadi pada agroforestri menjadi tutupan hutan. Jumlah tidak ada data (No Data) tiap periode yakni sebesar 8.476,2 ha atau 38,1%.
Faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman adalah adanya aktifitas manusia, perubahan status kawasan, dan kebijakan pemerintah.
(4)
50
B. Saran
Perlu adanya monitoring secara bekelanjutan dengan analisis citra, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun upaya-upaya perlindungan dan perbaikan tutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, S. 1989. Geographic Information Systems: A Management Perspective. Ottawa: WDI Publications.
Arpin, S.N. 2010. Awal HKM di Sumber Agung. Gapoktan Sumber Agung. Bandar Lampung.
Burrough, P.A. 1986. Principles of Geographic Information Systems for and Resources Assessment. Clarendon Press, Oxford.
Darmawan, A. 2002. Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Lillesand, T.M., R.W Kiefer. and J.W. Chipman. 2003. Remote Sensing and Image interpretation Fifth Edition. Buku. John Wiley &Son. United States of America.
Lo, C.P. 1995. Penginderaan Jauh Terapan. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Pasya, G., M. T. Sirait. 2011. Analisis Gaya Bersengketa (AGATA): Panduan Ringkas Untuk Memilih Bentuk Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: The Samdhana Institute.
Prahasta, E. 2009. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika.
Puntodewo, A., S. Dewi., J.Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis: Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: Center For International Forestry Research.
Sinaga, R.P. dan A. Darmawan. 2014. Perubahan Tutupan Lahan Di Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) .(Skripsi). Universitas Lampung. Lampung.
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tahura WAR. 2009. Buku Informasi Tahura. Bandar Lampung.
(6)
52
Wijaya, C.I. 2004. Analisis Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Cianjur Jawa Barat Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Skripsi. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Yusri, A. 2011. Perubahan Penutupan Lahan dan Analisis Faktor Penyebab Perambahan Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sumber Internet
USGS. 2013. Citra Landsat 1994, 1997, 2000, 2014. http://glovis.usgs.gov/. U S Geological Survey. Diakses pada Maret 2014.