IDENTIFIKASI JENIS LIANA DAN TUMBUHAN PENOPANGNYA DI BLOK PERLINDUNGAN DALAM KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

IDENTIFIKASI JENIS LIANA DAN TUMBUHAN PENOPANGNYA DI
BLOK PERLINDUNGAN DALAM KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA
WAN ABDUL RACHMAN

(Skripsi)

Oleh
TIOPAN TUA H. SIMAMORA

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK
IDENTIFIKASI JENIS LIANA DAN TUMBUHAN PENOPANGNYA DI
BLOK PERLINDUNGAN DALAM KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA
WAN ABDUL RACHMAN
Oleh
TIOPAN TUA H. SIMAMORA


Liana adalah salah satu jenis tumbuhan yang menjadi penciri khas dari ekosistem
hutan hujan tropis dan keberadaannya menambah keanekaragaman jenis tumbuhan pada ekosistem hutan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
jenis liana, dan tumbuhan penopangnya serta mengetahui jumlah jenis liana yang
berasosiasi dengan tumbuhan penopang di Blok Perlindungan Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman khususnya yang masuk dalam Sub DAS Way Balau.

Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013. Metode
sampling yang digunakan adalah garis berpetak. Ukuran setiap petak contoh 20 m
x 20 m dengan sub plot 10 m x 10 m, 5 m x 5 m, 2 m x 2 m. Liana dan tumbuhan
penopang diinventarisir dengan intensitas sampling 0,2% dari 796,50. Variabel
yang diamati meliputi jenis dan jumlah individu liana, serta jenis dan jumlah
individu tumbuhan penopang. Hasil penelitian yang telah teridentifikasi yaitu 8
jenis liana dan 35 jenis tumbuhan penopang. Kerapatan liana sebesar 1.599
individu/ha dan kerapatan tumbuhan penopang sebesar 1.594 individu/ha, serta
memiliki sebaran yang cukup baik karena tidak ada jenis yang mendominasi.

Tumbuhan penopang yang paling disukai jenis liana adalah dadap (Erythrina
lithosperma) dan liana paling banyak ditemukan yaitu rayutan (Paederia
tomentosa).


Kata kunci: Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman liana,
tumbuhan penopang liana.

ABSTRACT
IDENTIFICATION OF LIANAS AND ITS CANTILEVER PLANT
SPECIES AT PROTECTION BLOCK OF WAN ABDUL RACHMAN
GREAT FOREST PARK

By
TIOPAN TUA H. SIMAMORA

Liana is one type of plant that becomes typical characteristic of a tropical rain
forest ecosystem and its presence adds to the diversity of plant species in the
forest ecosystem. The purposes of the study were to identify the species of liana,
species of cantilever plant, and to know the number of liana species associated
with the species of cantilever plant in the protection block of Wan Abdul
Rachman Great Forest Park, especially in the area of Way Balau Sub watershed.

The research was conducted on September to Oktober 2013. The sampling
method was used line terraced layer. The size of each sample plot was 20 m x 20

m with sub plots 10 m x 10 m, 5 m x 5 m, 2 m x 2 m. Liana and cantilever plants
species were inventoried by 0.2% sampling intensity from 796.50 ha. Observed
variables were the species and the number of lianas, spesies of cantilever plant
and its number. The result of research were identified 8 species of liana and 35
spesies of cantilever plants. Liana density was 1.599 individual/ha and cantilever
plant density was 1.594 individual/ha, and it had a good enough distribution

because there was no dominant species. The plant that most liked by liana is
dadap (Erythrina lithosperma) and liana that mostly found is rayutan (Paederia
tomentosa).

Keyword: cantilever plant, liana, Protection Block of Wan Abdul Rachman
Great Forest Park.

.

Kupersembahkan karya terkecil ini, kepada seluruh
keluargaku, Bapak dan Mama tersayang yang selalu
mendoakan dan mendidik dengan kasih sayang yang
tak terhingga.

Kakak-kakaku, abang-abangku,adek-adekku,
ponakan serta keluarga besar saya simamora dan
batubara yang selalu mencurahkan kasih sayang yang
tulus, perhatian, bimbingan serta doa yang tiada
henti .
Terimakasih buat semua semagat dan motivasinya .
GBU

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Identifikasi Jenis
Liana dan Tumbuhan yang Menjadi Penopangnya di Blok Perlindungan dalam
Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman” merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapapkan terima kasih kepada berbagai
pihak sebagai berikut.
1.


Bapak Ir. Indriyanto, M.P., selaku dosen pembimbing utama dan pembimbing
akademik atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan sampai
selesainya skripsi ini.

2.

Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P., selaku dosen pembimbing ke-2 penulis atas
bimbingan dan arahan yang telah diberikan hingga penulis menyelesaikan
skripsi ini.

3.

Bapak Duryat, S.Hut, M.Si., selaku dosen penguji utama atas arahan saran
dan kritik yang telah diberikan sampai selesainya skripsi ini.

4.

Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


5.

Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.

6.

Seluruh Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
atas ilmu yang telah diberikan.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu penulis khususnya dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan
skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalas segala kebaikan mereka semua
yang telah diberikan kepada penulis. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan memperkaya ilmu pengetahuan. Amin

Bandar Lampung, November 2014
Penulis,


Tiopan Tua Simamora

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Liana atau tumbuhan pemanjat adalah salah satu jenis tumbuhan yang mejadi penciri khas dari ekosistem hutan hujan tropis dan keberadaanya menambah keanekaragaman jenis tumbuhan pada ekosistem hutan tersebut. Tumbuhan liana
memanjat dan menopang pada tumbuhan lain hingga mencapai tajuk pohon
dengan ketinggian tertentu. Contoh liana adalah sirih, rotan, anggur, labu, dan
lain-lain.

Penelitian terhadap tumbuhan liana belum begitu banyak dilakukan, tetapi dari
hasil-hasil kajian yang telah dilakukan banyak peranan liana bagi ekosistem hutan
dan perananya bagi masyarakat. Liana mempunyai peranan positif dan negatif
untuk hutan dan lingkungannya. Peranan positif antara lain mencegah tumbangnya pohon akibat angin karena pertumbuhannya yang menjalar di antara pohonpohon penopangnya dalam hutan, sebagai sumber pakan, dan sebagai alat pendukung bagi hewan yang melintas di pepohonan (Setia, 2009). Adapun peran
negatif dari liana adalah dapat menyebabkan kerusakan pada tempat tertentu pada
tumbuhan penopang yang dipanjatnya seperti luka pada batang pohon (Asrianny

dkk., 2008).

2
Secara ekonomi, liana dapat bermanfaat sebagai obat-obatan, contohnya daun
sirih yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar hutan untuk menyembuhkan
penyakit luka memar, keputihan, mencegah mimisan dan lain-lain. Selain itu
liana seperti rotan dapat dijadikan sebagai barang kerajinan yang bernilai ekonomi
misalnya dapat dibuat menjadi tas, bakul, keranjang, kursi, meja, bola takraw, dan
tali pengikat.

Liana yang memiliki nilai ekonomi masih kurang mendapat perhatian dari
masyarakat, kecuali rotan. Contoh kecil dapat dilihat pada areal hutan Wan Abdul
Rachman, bahwa masyarakat yang hidup/menetap di sekitar hutan kebanyakan
memanfaatkan hasil hutan berupa kayu, buah dan getah, sedangkan tumbuhan
liana masih kurang dimanfaatkan bahkan tidak dimanfaatkan sama sekali.

Masyarakat dan pengelola Tahura Wan Abdul Rachman belum menggali potensi
dan manfaat dari liana yang terdapat di Kawasan Tahura. Hal ini perlu diketahui
karena masih belum ada informasi atau data yang lengkap mengenai identifikasi,
potensi liana, dan keberadaan jenis-jenis liana di hutan tersebut yang dapat

dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu,
penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi data serta informasi keberadaan
jenis tumbuhan liana serta tumbuhan penopangnya di dalam kawasan Tahura Wan
Abdul Rachman.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis-jenis liana dan tumbuhan
penopang, serta mengetahui jumlah jenis tumbuhan penopang yang berasosiasi

3
dengan jenis liana di Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman.
C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menyampaikan informasi bagi masyarakat mengenai keberadaan liana serta
jenis liana.
2. Memberikan informasi bagi pengelola Tahura Wan Abdul Rachman agar dapat
memperhatikan dan menentukan kebijakan dalam melindungi liana dan tumbuhan penopangnya di Tahura Wan Abdul Rachman.

D. Kerangka Pemikiran

Tumbuhan liana berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan tumbuhan
lain dengan melilit atau merambat untuk mencapai suatu tajuk dengan ketinggian
tertentu. Dedaunan liana berkembang di atas tajuk pohon yang ditumpanginya
untuk memperoleh sinar matahari. Tumbuhan liana dalam suatu areal hutan
keberadaannya kurang tereksplorasi. Liana yang memiliki sifat komensalisme,
yaitu mengambil keuntungan tetapi tidak merugikan inangnya, selain itu dapat
diketahui keanekaragaman dan peranannya bagi hutan itu sendiri atau bagi hewan
tertentu yang tinggal di hutan tersebut.

Kebutuhan manusia akan liana dari waktu ke waktu semakin meningkat dengan
banyaknya permintaan pasar. Liana memiliki nilai ekonomi yang digunakan
sebagai bahan pembuat tas, bakul, keranjang dan lain sebagainya. Selain itu, liana
juga dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Pengetahuan manusia untuk

4
memanfaatkan liana masih sangat kurang, hanya beberapa jenis liana saja yang
dimanfaatkan, akibatnya manusia tidak begitu tertarik dengan keberadaannya di
hutan.


Tahura Wan Abdul Rachman merupakan hutan konservasi yang memiliki flora
yang potensinya masih banyak belum tergali. Salah satunya adalah jenis liana
yang belum dimanfaatkan. Oleh karena itu perlu diperhatikan keberadaannya agar
keanekaragamannya tetap terjaga. Belum adanya data konkrit mengenai jenisjenis liana yang ada dalam kawasan konservasi tersebut, maka penting untuk
melakukan identifikasi.

Penelitian ini dilakukan dengan metode pengamatan langsung di lapangan untuk
mengidentifikasi jenis liana dan tumbuhan penopangnya, sehingga dengan metode
tersebut dapat diketahui jenis liana dan tumbuhan penopangnya serta keanekaragaman spesiesnya. Data tersebut dapat dijadikan sebagai referensi atau
pedoman sekaligus informasi terutama kepada pihak terkait dalam pengembangan
hutan di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Liana

Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya matahari maksimum (Indriyanto, 2008). Tumbuhan liana memajat
pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya
matahari, tetapi akarnya tetap melekat berada di dalam tanah sebagai sarana untuk
mendapatkan makanan (Apraka, 2012). Keberadaan liana di hutan hujan tropis
adalah salah satu ciri yang khas dari suatu hutan. Perlu diketahui bahwa liana
merupakan bagian dari tajuk hutan dan dapat mendesak tajuk pohon tempatnya
mengisi lubang-lubang tajuk hutan di antara beberapa pohon (Soerianegara dan
Indrawan, 2005).

Menurut Soerianegara dan Indrawan (1982) yang dikutip oleh Indriyanto (2008),
adanya liana di hutan merupakan salah satu ciri khas hutan hujan tropis. Liana
besar di hutan-hutan merupakan bagian vegetasi yang membentuk lapisan tajuk
hutan dan mampu mendesak tajuk-tajuk pohon tempat bertumpu. Tajuk tumbuhan liana juga mengisi lubang-lubang tajuk hutan di antara beberapa pohon
dalam tegakan hutan agar mendapatkan sinar matahari sebanyak-banyaknya,
sehingga liana akan memperapat dan mempertebal lapisan tajuk pada stratum atas.

6
B. Ciri-ciri Tumbuhan Liana

Menurut Vickery (1984) yang dikutip oleh Indriyanto (2008) tetumbuhan liana
sangat beranekaragam dan dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Perambat (leaners), yaitu liana yang tidak mempunyai perlengkapan khusus
untuk berpegangan pada tumbuhan penopang, contohnya adalah Plumbago
capensis.
2. Liana berduri (thorn lianas), yaitu liana yang mempunyai duri atau penusuk
pada batangnya, meskipun duri tersebut tidak secara spesifik dihasilkan dengan
maksud membantu liana untuk menjangkau pada tumbuhan penopang. Contoh
liana berduri adalah Bogainvillea spp.
3. Pembelit (twiner), yaitu liana yang umumnya berupa herba (herbaceous) yang
seluruh batangnya membelit mengelilingi batang tumbuhan penopang. Contoh
tumbuhan pembelit adalah Ipomoea spp.
4. Liana bersulur (tendril lianas), yaitu liana yang mempunyai organ spesial
berupa sulur-sulur yang dihasilkan secara khusus untuk membantu liana
memanjat pada tumbuhan penopang. Contoh tumbuhan liana bersulur spesies
anggota Cucurbitaceae dan sebagian dari spesies anggota Leguminosae.

Berdasarkan atas posisinya dalam kanopi atau tajuk hutan, maka liana dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu golongan heliophytes dan golongan sciophytes.
Liana heliophytes daun-daunnya menyebar di atas kanopi pohon-pohon dan semak
yang menopangnya, sedangkan liana sciophytes daun-daunnya tidak pernah
mencapai permukaan kanopi pohon atau semak yang menopangnya, apalagi ke
bagian atas kanopi.

7
Hutan tropis adalah hutan yang terletak di daerah khatulistiwa, yaitu yang dibatasi
oleh dua garis lintang 23, 5° LS dan 23, 5° LU. Hutan hujan tropik adalah salah
satu tipe hutan tropik yang mempunyai curah hujan sampai 4000 mm/tahun,
temperatur rata-rata 25°C dan kelembapan berkisar dari 60 hingga 100% (Vickery,
1984 yang dikutip oleh Asrianny dkk. (2008).

Menurut Jacobs (1980) yang dikutip oleh Asrianny dkk. (2008) tumbuhan liana
yang batangnya menopang pada tumbuhan berpohon tegak juga mengisi
komunitas hutan. Liana memperoleh cahaya matahari sesuai yang diperlukan
dapat dilakukan dengan cara memanjat, batangnya berkayu tetapi tidak dapat
berdiri tegak tanpa penopang, mempunyai diameter batang mencapai 1 cm dan
panjang batangnya mencapai 70 meter. Liana ditemukan hidup 90% di hutan
tropik dan merupakan tumbuhan khas pada hutan hujan tropik. Kepadatan liana
bergantung kepada kehangatan dan kelembapan udara di suatu habitat. Jenis-jenis
liana diperkirakan sebanyak 8% dari jumlah jenis tumbuhan yang ada di hutan
hujan tropis.

Jumlah spesies flora non kayu dari kelompok liana yang terdata di Cagar Alam
Pengunungan Yapen Tengah pada ketinggian 700-1.000 m dpl sebanyak 17
spesies, yang diwakili oleh 10 suku. Dari 17 spesies tersebut, sebanyak lima jenis
dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Spesies liana yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional meliputi Aristolochia tagala, Cusurbita moschata,
Derris elliptica, M.erremia peltata, dan Merremia umbellate (Richard dkk.,2008).

8
C. Tahura Wan Abdul Rachman

Taman Hutan Raya merupakan salah satu jenis kawasan konservasi yang berfungsi sebagai tempat konservasi flora-fauna, pendidikan dan penelitian botani
serta rekreasi di alam terbuka. Tujuan utama pembangunan tanaman hutan raya
lebih dipandang dari manfaat yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak
langsung dan yang ternilai (tangible) serta yang tidak ternilai (intangible), baik
yang berguna bagi masyarakat maupun bagi perekonomian wilayah setempat
(Prio, 2008).

Tahura Wan Abdul Rahman pada awalnya merupakan kawasan hutan lindung
register 19 Gunung Betung. Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No.408/Kpts-II/1993 tanggal 10 Agustus 1993 diubah fungsinya menjadi
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung,
2006).

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990, kawasan
taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman
hutan raya dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis, dan sosial budaya. Taman
hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan
satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan bukan asli, yang dimanfaatkan
bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
budaya, pariwisata dan rekreasi.

9
Tahura Wan Abdul Rahman merupakan kawasan hutan dengan karakteristik
geografis dan sosial yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai etalase/
representasi pengelolaan hutan berbasis masyarakat di Provinsi Lampung (Dinas
Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

Tujuan pengelolaan dan fungsi tiap-tiap blok Tahura berdasarkan rencana strategis
pengelolaan Tahura (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006) meliputi sebagai
berikut.

1. Blok Pemanfaatan
Areal atau wilayah di dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman yang dapat
dimanfaatkan bagi kegiatan pariwisata alam termasuk pembangunan sarana dan
prasarana wisata.
2. Blok Koleksi Tumbuhan
Areal atau wilayah di dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman yang berisikan jenis tumbuhan asli atau bukan asli, langka maupun tidak langka yang perlu
dilindungi dan dilestarikan serta pengembangan sesuai fungsinya kawasan Tahura.
3. Blok Perlindungan
Tujuan pengelolaan blok perlindungan yaitu memberi perlindungan mutlak
ekosistem hutan alam, flora, fauna, dan proses hidrologi. Blok perlindungan berfungsi sebagai perlindungan tata air (hidrologi). Vegetasi hutan alam berfungsi
sebagai perlindungan keanekaragaman hayati flora dan fauna serta pemanfaatan
untuk penelitian ilmu pengetahuan dan penunjang budidaya.

10
4. Blok Pendidikan dan Penelitian
Merupakan bagian dari kawasan Tahura yang berfungsi sebagai penunjang
pendidikan dan penelitian guna menambah aspek pengetahuan dan keilmuwan
yang berkaitan dengan biang kehutanan.
5. Blok Social Forestry
Wilayah sekitar Tahura yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat melalui kegiatan pengembangbiakan/ perbanyakan/perbesaran sumber daya alam
hayati tertentu dan kegiatan perekonomian guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

D. Blok Perlindungan

Blok perlindungan merupakan suatu areal/wilayah di dalam kawasan Tahura yang
dilindungi, dijaga, dilestarikan untuk kepentingan masyarakat di masa kini dan
masa yang akan dengan kriteria sebagai sumber mata air, perlindungan flora dan
fauna, rawan bencana alam, kemiringan di atas 40% terdapat daerah aliran sungai,
dan masih hutan alami. Blok perlindungan diperuntukkan bagi perlindungan
jenis-jenis tumbuhan dan satwa dari pengaruh kegiatan eksploitan.

Karakteristik blok perlindungan di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman (Dinas
Kehutanan Provinsi Lampung, 2006) antara lain:
1. kepekaan terhadap erosi sangat peka,
2. kelas kelerengan >45%,
3. intensitas hujan 2.300 mm/tahun,
4. terdapat vegetasi yang tetap dan habitat satwa liar terutama di bagian puncak,

11
5. dari segi sosial ekonomi budaya merupakan sumber mata air yang dapat
dimanfaatkan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung,
6. memiliki potensi sebagai pengawetan dan pelestarian sumber daya hayati.

12

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul
Rachman. Penelitian ini telah dilakukan pada September 2013 sampai dengan
Oktober 2013.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul
Rachman.

13
B. Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitian berupa liana dan jenis tumbuhan penopang yang berasosiasi di
Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul Rachman. Alat penelitian yang digunakan
adalah pita meter, tali rafia, kamera Cannon D3000, GPS, kunci determinasi,
Software Microsof Excel.

C. Batasan Penelitian

1.

Jenis tumbuhan yang diamati mencakup jenis-jenis liana dan jenis-jenis
tumbuhan penopang yang berasosiasi dengannya di Blok Perlindungan dalam
kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.

2.

Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan alam pada Blok Perlindungan
dalam kawasan DAS Way Sekampung sub DAS Way Balau Taman Hutan
Raya Wan Abdul Rachman.

D. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder.

1. Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh melalui pengamatan
secara langsung di lapangan. Data primer yang dihimpun adalah jenis liana, jenis
pohon penopang liana dan jumlah individu per jenis.

14
2. Data sekunder
Data sekunder yang dimaksud berupa data keadaan umum lokasi penelitian, status
kawasan, dan penutupan lahan yang diperoleh atau digali dari berbagai literatur
maupun tulisan yang menunjang.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dihimpun dengan menggunakan metode garis berpetak yaitu dengan
cara melompati satu atau lebih petak-petak pada jarak tertentu dengan jarak yang
sama (Indriyanto, 2008). Petak pengamatan berukuran 20 m x 20 m dengan sub
plot 10 m x 10 m, 5 m x 5 m, 2 m x 2 m dan intensitas sampling yang digunakan
sebesar 0,2%. Dari luas total 796,50 ha akan diambil luas sampel 1,593 ha yang
kemudian dibagi menjadi 40 petak contoh. Tata letak petak contoh disusun
secara sistematis dengan jarak antar garis rintis 100 m dan jarak antarpetak contoh
di dalam garis rintis adalah 100 m. Jarak antar garis rintis dan jarak antarpetak
ditentukan berdasarkan jarak pada peta kontur.

15
Plot 2

Plot ke..

100 m

100 m

Plot 1 A

Plot ke..
dst sampai plot ke-40

C
D

100 m

Gambar 3 . Bentuk dan letak petak contoh penelitian tiap fase pertumbuhan
berdasarkan metode garis berpetak (Indriyanto, 2008)
Keterangan: Petak A = berukuran 20 m x 20 m untuk fase pohon
Petak B = berukuran 10 m x 10 m untuk fase tiang
Petak C = berukuran 5 m x 5 m untuk fase pancang
Petak D = berukuran 2 m x 2 m untuk fase semai

2. Data Sekunder

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Metode ini digunakan untuk
mencari, menganalisis, mengumpulkan data penunjang yang membahas tentang
tumbuhan liana serta tumbuhan penopangnya yang terdapat dalam dokumen resmi

16
seperti mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan umum, dan literatur lainnya yang
dipakai sebagai bahan referensi.

3.

Prosedur Penelitian

Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
1.

Pembuatan plot berukuran 20 m x 20 m sub plot 10 m x 10 m pada fase tiang,
5 m x 5 m, 2 m x 2 m sebanyak 40 petak contoh.

2.

Pengamatan terhadap jenis liana dan tumbuhan penopangnya yang terdapat
dalam petak pengamatan.

3.

Pengambilan jenis liana dan dilakukan identifikasi jenis liana dengan mengetahui bentuk morfologi liana (akar, batang, warna, buah, bunga, daun)
dengan cara mencocokkan karakteristik morfus organ dengan literatur yang
terdapat dalam monografi tumbuhan dan kunci determinasi serta diidentifikasi jenis tumbuhan penopang yang berasosiasi dengan jenis liana. Apabila
ada jenis-jenis liana dan tumbuhan penopang tidak dapat diidentifikasi secara
langsung di lapangan, maka dibuat spesimen untuk diidentifkasi lebih lanjut
dengan herbarium (Kartawinata, 1997).

4.

Data tersebut akan dicatat dalam tally sheet dan didokumentasikan.

F. Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan analisis data sebagai berikut.
1.

Kerapatan (Densitas)

Kerapatan (K) jumlah individu per unit luas atau per satuan ruang (Gopal dan
Bhardwaj, 1979 yang dikutip oleh Indriyanto, 2008).

17
K=

2.

jumlah individu
luas seluruh petak contoh

Frekuensi (F)

Frekuensi menunjukkan jumlah penyebaran tempat ditemukannya suatu spesies
dari semua petak contoh. Perhitungan frekuensi setiap jenis tumbuhan dapat
diketahui dengan menggunakan rumus berikut (Gopal dan Bhardwaj, 1979 yang
dikutip oleh Indriyanto, 2008).
F=

jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies
jumlah seluruh petak contoh

18

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Status

Tahura Wan Abdul Rachman pada awalnya merupakan kawasan hutan lindung
register 19 Gunung Betung. Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 408/Kpts-II/1993 tanggal 10 Agustus 1993 diubah fungsinya
menjadi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Dinas Kehutanan Provinsi
Lampung, 2006).

B. Kondisi Fisik Wilayah

Register 19 Gunung Betung merupakan kawasan yang tercakup dalam wilayah
Tahura Wan Abdul Rachman. Gunung Betung memiliki ketinggian 1.240 m dan
secara geografis batas-batas Tahura Wan Abdul Rachman berada pada 05°18’
sampai 05°29’ LS dan antara 105°02’ sampai 105°14’BT dengan luas 22.249,31
ha.

C. Kondisi Biologi

1. Flora

Beberapa jenis flora yang terdapat di dalam kawasan ini antara lain (Ficus
variegata), medang (Litsea firma), berbagai jenis bayur (Pterospermum spp.),
berbagai jenis pulai (Alstonia scholaris), berbagai jenis durian (Durio spp.),

19
berbagai jenis merawan (Hopea mangarawan), berbagai jenis makaranga
(Macaranga spp.), berbagai jenis balik angin (Homolanthus spp.), Trema
orientalis, Vitex pubescens, Molatus paniculatus dan berbagai jenis rotan
(Calamus spp) (UPTD Tahura Wan Abdul Rachman, 2002).

2. Fauna

Beberapa jenis mamalia yang terdapat dalam kawasan ini antara lain adalah
harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), beruang madu (Helarctos
malayanus), tapir (Tapirus indicus), rusa sambar (Cervus unicolor), siamang
(Hylobates syndactylus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk
(Macaca nemestrina). Jenis-jenis burung yang ada seperti elang brontok
(Spizaetus cirrhatus), ayam hutan (Gallus gallus), rangkong (Buceros sp), tupai
(Treron vernans), kepodang (Oriolus chinensis), kutilang (Picnonotus
aurigaster), murai (Copsychus malabaricus) dan tekukur (Streptopelia
chinensis) (UPTD Tahura Wan Abdul Rachman, 2002).

D. Iklim dan Topografi

Menurut klasifikasi Koppen, daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata
sebesar 1.627,5 mm dan temperatur lebih dari18°C secara umum diklasifikasikan ke dalam tipe iklim A. Dengan rata-rata hujan pada bulan kering lebih
besar dari 60 mm (yakni bulan Juni, Juli, dan Agustus) maka wilayah Tahura
Wan Abdul Rachman termasuk pada zona iklim Am. Sedangkan menurut
klasifikasi Schmidt dan ferguson, wilayah Tahura WAR termasuk zona iklim B
yakni daerah basah (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

20
Topografi Tahura Wan Abdul Rachman membentang pada elevasi antara
75 m dan 1.681 m dari permukaan laut. Bentuk lahannya bervariasi dari
berombak sampai bergunung. Wilayah berombak sampai bergelombang berada
pada bagian pinggir kawasan, memanjang dari Teluk Betung Barat, Tanjung
karang Barat, Gedung Tataan sampai Kedongdong. Perlembahan berada di
antara Gunung Betung dan Gunung Tangkit Ulu. Wilayah berbukit sampai
bergunung berada di sekitar Gunung Betung dengan puncak 1.240 m dpl.
Gunung Tangkit Ulu dengan puncak 1.600 m dpl, Gunung Pesawaran dengan
puncak 1.681 m dpl (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

E. Tanah dan Bahan Induk

Menurut Badan Litbang Pertanian (1989) yang dikutip oleh Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung (2006) berdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar
Tanjung Karang hasil studi LREPP, satuan-satuan lahan yang meliputi wilayah
Tahura Wan Abdul Rachman tersusun dari dua jenis tanah (soil subgroup) yaitu
meliputi Dystropept dan Dystrandept. Kedua jenis tanah ini berkembang dari
bahan induk vulkanik berupa tuff yang bereaksi intermedier (Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung, 2006).

Baik Dystropepts maupun Dystrandept merupakan tanah yang baru meng-alami
perkembangan horisonisasinya. Dystropepts mempunyai kejenuhan basa yang
rendah, dan relatif miskin unsur hara. Sedangkan Dystrandept relatif kaya bahan
organik dan umumnya mempunyai kandungan unsur hara yang sedang. Tanah
ini di wilayah studi mempunyai penyebaran yang paling luas. Sedangkan

21
Dystrandepts mempunyai penyebaran yang lebih sempit dan umumnya terdapat
pada elevasi yang lebih tinggi.

F. Hidrologi

Dari sisi geomorfologis, secara keseluruhan, pola percabangan anak-anak sungai
(pola drainase) aliran sungai yang ada di Tahura Wan Abdul Rachman
memperlihatkan pola konsentrik. Pola konsentrik merupakan ciri dari daerah
hulu perbukitan atau pegunungan vulkanik (Dinas Kehutanan Provinsi
Lampung, 2006).

G. Penutupan Lahan

HasiI interpretasi citra Quick Bird pemotretan Juli 2006 memperlihatkan bahwa
keadaan vegetasi kawasan Tahura Wan Abdul Rachman terdiri luas hutan lahan
kering primer 5.778,00 ha (26%), hutan lahan kering sekunder 7.892,42 ha
(13%), ladang/tanah terbuka 1.019,12 ha (5%), kebun campuran/pertanian
12.306,97 ha (55%), dan semak belukar 252,80 ha (1%) (Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung, 2006).

47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Jenis-jenis liana yang terdapat di blok Pelindungan dalam kawasan Tahura
Wan Abdul Rachman yang teridentifikasi ada 8 jenis liana dengan 35 jenis
tumbuhan penopang.
2. Kerapatan liana memiliki 1.599 individu/ha dan tumbuhan penopang memiliki
1.594 individu/ha memiliki sebaran yang cukup baik dan merata di setiap plot.
3. Jenis liana paling banyak ditemukan yaitu rayutan (Derris scandes) dan
tumbuhan penopang yang paling disukai jenis liana adalah dadap (Erythrina
lithosperma).

B. Saran

Bagi UPTD Tahura Wan Abdul Rachman, perlu dilakukan penambahan jenis
tumbuhan liana agar lebih memperkaya jenis-jenis tumbuhan dan ekosistemnya
tetap stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Asrianny, Marian, dan N. P. Oka. 2008. Keanekaragaman dan kelimpahan jenis
liana (tumbuhan memanjat) pada hutan alam di hutan pendidikan
Universitas Hasanuddin. Jurnal Perennial. Makasar. 5 (1):
23--30 p.
Apraka. 2012. Kelompok tumbuhan. Diakses 09 Desember 2012. Bogor.
http://aprakwe.wordpress.com/2012/12/kelompok-tumbuhan.html.
Bambang, S. 2005. Basmi penyakit dengan sirih merah. Buku. Agromedia
Pustaka. Jakarta. 112 p.
Bambang, P. W. 1998. Studi taksonomi brotowali (Tinospora crispa). Jurnal
Ilmiah. Universitas Airlangga. Surabaya. 4 (2): 27--30 p.
Dewani dan M. Sitanggang. 2006. 33 Ramuan Penakluk Asam Urat. Buku. Agro
Media Pustaka. Jakarta. 48 p.
Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2006. Master Plan Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman. Buku. Laras Sembada. Jakarta. 142 p.
Erwin, S., L. I. Momuat dan D. G. Katja. 2013. Aktivitas antioksidan tumbuhan
suruhan (Peperomia pellucida). Jurnal Ilmiah Sains. Manado.
13 (2): 81--85 p.
Greyti. 2012. Konsep factor lingkungan. Jakarta. Diakses November 2012.
http://griyti. Blogspot.com 2012/11/01.html
Gayatri, D., N. F. Nuniek, dan N. Elly. 2012. Efektifitas tindakan oral hygiene
antara povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih di Pekalongan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. Pekalongan. 4 (1): 1--12 p.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Buku. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Yayasan Sarana
Wana Jaya. Jakarta. 642 p.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 210 p.

Indriyanto. 2005. Dendrologi. Buku. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
138 p.
Jasni, R. Damayanti, T. Kalima, J. Malik dan A. Rachman. 2010. Atlas Rotan
Indonesia. Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan
Kehutanan dan Pengelolaan Hasil Hutan. Bogor. 72 p.
Kartawinata, K. 1997. Beberapa catatan tentang cara-cara herbarium. Jurnal
Perennial. Universitas Mulawarman Samarinda. Samarinda.
4 (7): 51--28 p.
Meiadi, A. 2013. Kultur jaringan tanaman vanili(Vanilla planifolia). Jakarta.
Diakses April 2012 . http://meidayariyanto. Blogspot. com/2013/04/kultur
jaringan tanaman vanilla. html.
Pratiwi, R. 2011. Efek hepatoprotektor brotowali terhadap virus hepatitis B.
Jurnal ilmiah biologi dan kesehatan. Surakarta.4(1): 15--24.
Prio, T. 2008. Pembagunan Taman Hutan Raya. Majalah Kehutanan Indonesia
Edisi VII. Jakarta. 40 p.
Richard. G. N.T., K. Lekitoo, Z. L. Rumawak dan M. Rumawak. 2008.
Keanekaragaman jenis flora pada cagar alam pegunungan yapen tengah
provinsi papua. Makalah. Papua. 5 (1): 25--34 p.
Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Buku Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 103 p.
Setia, T. M. 2009. Peran liana dalam kehidupan orang hutan. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Hutan. Jakarta. 2 (1): 55--61 p.
Sumi, W. dan S. W. Monica. 2004. Uji efek antiinflamasi ekstrak herba suruhan
(Peperomia pellucida l. Kunth) pada tikus putih jantan. Jurnal Penel
Hayati. Bogor. 4 (9): 115--118 p.
Sumeru, A. 1995. Hortikultura aspek budidaya. Buku. Universitas Indonesia.
Jakarta. 490 p.
Tarigan, I. M., S. Bahri, dan A. Saragih. 2012. Aktivitas antihiperurisemia ekstrak
etanol herba suruhan (Peperomia pellucida (l.) kunth) pada mencit
jantan.. Jurnal of Pharmaceutics and Pharmacology. Jakarta. 2 (1): 37-43 p.
Tangendjaja, B. E. Wina, T. M. Ibrahim, dan B. Palmer. 1992. Kaliandra
(Calliandra calothyrsus) dan Manfaatnya. Jurnal ACIAR. Balai
Penelitian Ternak dan The Australian Centre For Istitute Agricultural
Research. Bogor. 9 (2):13--42 p.

Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan. Buku. Gadjah Mada University
Press. Yogjakarta. 477 p.
Tjitrosoepomo, G. 1994. Morfologi Tumbuhan. Buku. Gadjah Mada University
Press. Yogjakarta. 266 p.
Undang Undang Nomor 5 tahun 1990. Konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. Departemen Kehutanan. Jakarta. 12 p.
UPTD Tahura Wan Abdul Rachman. 2002. Statistik data kawasan Tahura Wan
Abdul Rachman Reg. 19 Gunung Betung. Bandar Lampung. UPTD Tahura
Wan Abdul Rachman. 11 p.