Studi Tinggi Pemotongan Padi pada Kegiatan Panen Manual dan Perontokan Menggunakan Throw-In Type Power Thresher.

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PADI PADA KEGIATAN PANEN
MANUAL DAN PERONTOKAN MENGGUNAKAN
THROW-IN TYPE POWER THRESHER

SANTOSA ADI NUGROHO

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Studi Tinggi
Pemotongan Padi pada Kegiatan Panen Manual dan Perontokan Menggunakan ThrowIn Type Power Thresher” adalah benar karya saya dengan arahan dari Dr Ir I Wayan
Astika, MSi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Santosa Adi Nugroho
NIM F14100100

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PADI PADA KEGIATAN PANEN
MANUAL DAN PERONTOKAN MENGGUNAKAN
THROW-IN TYPE POWER THRESHER

SANTOSA ADI NUGROHO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ABSTRAK
SANTOSA ADI NUGROHO. Studi Tinggi Pemotongan Padi pada Kegiatan Panen
Manual dan Perontokan Menggunakan Throw-In Type Power Thresher. Dibimbing
oleh I WAYAN ASTIKA.
Salah satu cara perontokan gabah adalah menggunakan power thresher tipe
pelemparan jerami atau throw-in. Sebelum dilakukan perontokan, padi dipotong
dengan pemotongan atas. Tujuan penelitian ini adalah mengukur dan membandingkan
susut dan kinerja kegiatan mulai dari pemotongan, pengangkutan, dan perontokan
antara tinggi pemotongan 30, 40, 50, dan 60 cm dari permukaan tanah dengan
menggunakan sabit dan power thresher. Pemotongan terbaik dari segi susut dan biaya
total adalah pemotongan 40 cm karena susut dan biaya total yang dihasilkan terendah
yaitu 4.59 %, Rp 2 043 360/ha untuk Ciherang dan 5.03 %, Rp 1 704 860/ha untuk
Inpari 13. Pemotongan terbaik dari segi kapasitas adalah pemotongan 60 cm karena
kapasitasnya terbesar. KLE pemotongan, KLE pengangkutan, dan KLE perontokan
masing-masing sebesar 0.005 ha/jam.orang, 0.075 ha/jam.orang, dan 0.191 ha/jam
untuk Ciherang dan 0.006 ha/jam.orang, 0.104 ha/jam.orang, dan 0.215 ha/jam untuk

Inpari 13. Faktor tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan tinggi
pemotongan padi untuk menentukan besar kerugian dan keuntungan yang diakibatkan
dari susut, biaya, dan kapasitas kerja yang dihasilkan.
Kata kunci: kapasitas, padi, potong, susut, tinggi

ABSTRACT
SANTOSA ADI NUGROHO. Study of Height of Cutting Paddy on Manual
Harvesting and Threshing by Using Throw-In Type Power Thresher. Supervised by I
WAYAN ASTIKA.
One way of threshing paddy grain is using throw-in type power thresher.
Before threshing, paddy is cut at the upper point of the straw. The purpose of this study
was to measure and compare the losses and working performances during cutting,
transporting, and threshing among the height of 30, 40, 50 and 60 cm cutting above
the ground with sickle and power thresher. The 40 cm height of cutting gave the lowest
losses and total cost, those are 4.59 %, Rp 2 043 360/ha for Ciherang dan 5.03 %, Rp
1 704 860/ha for Inpari 13. The 60 cm height of cutting gave the best capacity, EFC
(Effective Field Capacity) of cutting, EFC of transporting, and EFC of threshing are
0.005 ha/hour.person, 0.075 ha/hour.person, dan 0.191 ha/hour for Ciherang and 0.006
ha/hour.person, 0.104 ha/hour.person, dan 0.215 ha/hour for Inpari 13. Those factors
can be taken into consideration, especially in selecting the height of cutting paddy

based on the amount of losses and benefits that are caused by grain losses, costs, and
work performances.
Key words: capacity, paddy, height, losses, cutting

21

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Studi Tinggi
Pemotongan Padi pada Kegiatan Panen Manual dan Perontokan Menggunakan ThrowIn Type Power Thresher” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibunda Siti Sunaryati, ayahanda Pujo Sriyono (Alm), kakak Danang Adi
Hapsoro, dan adik Radite Adi Yuwono serta semua keluarga besar atas doa,
kasih sayang, dukungan dan semangat untuk penulis selama pembuatan karya
ilmiah ini.
2. Dr Ir I Wayan Astika, MSi selaku dosen pembimbing serta Dr Ir Gatot
Pramuhadi, MSi dan Dr Ir I Dewa Made Subrata, MAgr selaku dosen penguji
yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai
menyelesaikan skripsi ini.

3. Firman, Andri Marzuki, Ghozali, Sulyaden, Abas, dan Ahmad beserta seluruh
staff TMB dan CREATA, Bu Emil, Bu Indah, Bu Qori, Bu Mar, Pak Nandang,
Mas Ardi, Pak Qodir, Bu Pia, dan Bu Cetty yang telah membantu dalam proses
belajar mengajar serta melayani kami dengan sangat baik.
4. Teman-teman seperjuangan khususnya kepada Amalia Retnasari ESL 47,
Aghra dan Dennis TEP 44, Andriannova IPTP 47, Doni Saun Saputra STK 47,
serta teman-teman TMB 47, Haga Putranto, Marchawanda Aditya,
Qoniurrohmatullah, Puri Sahanaya, Ekasari Rahmawati, Rizki Agung Prandita,
Safrullah Cahya Mardika, Sigit Eko Prastya, Rizki Wiradinata, Rizky Aidil,
Dhanny Apriyatna, Wenny Sulistyowati, Yusuf Saputra, Danang Aria PB,
Muhammad Fachri Hasim, Nurbaiti Araswati, Dwi Budi Aswin, Bagus yang
telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan masukan serta turut
serta langsung dalam membantu proses penelitian.
5. Terima kasih kepada seluruh pihak yang pernah memberikan bantuan dan
dukungan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca
untuk melakukan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya di bidang
panen maupun pascapanen.

Bogor, Agustus 2015


Santosa Adi Nugroho

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Tempat dan Waktu

2


Alat dan Bahan

3

Prosedur

3

Rancangan Percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN

12
12

Kondisi Tanaman

12

Kondisi Pemanen


14

Pengaruh Tinggi Pemotongan dan Varietas Terhadap Nilai Susut

15

Kapasitas Kerja

19

Analisis Biaya

23

SIMPULAN DAN SARAN

24

DAFTAR PUSTAKA


25

LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

33

DAFTAR TABEL
1 Hasil pengukuran rata-rata kondisi tanaman
2 Sebaran tinggi batang padi varietas Ciherang
3 Sebaran tinggi batang padi varietas Inpari 13
4 Kondisi pemanen saat penelitian
5 Pengaruh tinggi potong dan varietas terhadap nilai susut rata-rata
6 Persentase gabah tercecer papan sampel, tak terpotong, dan penumpukan
sementara
7 Persentase gabah tak terontok, terbawa kotoran, dan keluar alas
perontokan pada berbagai varietas dan tinggi pemotongan

8 Rasio antara bobot padi (jerami dan gabah) terhadap gabah yang
dihasilkan dari varietas Ciherang dan Inpari 13
9 KLE pemotongan padi pada berbagai varietas dan tinggi potong
10 Kapasitas pengangkutan rata-rata dengan asumsi jarak angkut 10 m
11 Kapasitas perontokan rata-rata gabah berbagai tinggi potong
12 Potensi hasil panen dan gabah tak terpotong secara aktual dan teoritis
13 Gabah hasil dan jerami perhitungan teoritis
14 Data rata-rata KLE, susut, biaya total, dan pendapatan

13
13
14
14
15
17
18
19
19
20
21
22
23
23

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Sabit
Power thresher tipe throw-in
Diagram alir penelitian
Ketinggian batang padi yang diukur
Perlakuan tinggi pemotongan
Peletakan papan sampel secara acak di antara batang padi
Tata letak pemasangan alas terpal dan perontok untuk pengamatan
Cara pembagian gabah hasil dan susut
Perhitungan susut dan hasil panen gabah teoritis
Kombinasi perlakuan tinggi pemotongan pada setiap varietas
Hasil pemotongan padi secara berurut (a) 30 cm, (b) 40 cm,
(c) 50 cm, dan (d) 60 cm dari atas permukaan tanah
12 Gabah tak terpotong
13 Jerami sisa hasil pemotongan

1
2
4
5
6
6
8
10
10
12
16
17
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Spesifikasi mesin perontok atau power thresher
Tabel konversi susut
Rincian biaya operasional pada padi varietas Ciherang
Rincian biaya operasional pada padi varietas Inpari 13
Dokumentasi kegiatan

27
28
29
30
31

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan panen dan pascapanen padi terdiri dari serangkaian proses,
diantaranya pemotongan, pengangkutan dan perontokan. Pemanenan adalah proses
pemotongan padi menggunakan alat potong. Tiga cara panen padi yang biasa
dilakukan, yaitu potong bawah, potong tengah, dan potong atas. Cara panen dipilih
berdasarkan jenis atau cara perontokan yang digunakan. Beberapa alat yang
digunakan, yaitu ani-ani, sabit, dan mesin pemanen. Ani-ani dan sabit merupakan
alat panen tradisional yang digunakan pada daerah yang masih memiliki banyak
tenaga kerja (Nugraha et al 1990). Contoh sabit terdapat pada Gambar 1. Menurut
Setyono (2010), pemanenan dengan menggunakan sabit menyebabkan kehilangan
hasil 3 - 8 %.

Gambar 1 Sabit
Perontokan merupakan proses pelepasan butiran gabah dari malai dengan
cara memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai (Setyono et al 1998). Cara
perontokan padi, yaitu manual dengan diinjak-injak, dipukul, atau dibanting dan
mekanis menggunakan pedal thresher atau power thresher (Hernowo 1979).
Beberapa tahun terakhir, penggunaan power thresher menjadi pilihan di beberapa
daerah untuk merontokkan padi dibanding yang lainnya. Menurut Litbangtan
(2010), power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber
tenaga penggerak mesin dikarenakan kapasitas kerja yang lebih besar dan efisiensi
kerja yang lebih tinggi. Selain itu, penggunaan power thresher menghasilkan susut
perontokan berkisar antara 0.49 – 1.21 % (Indaryani 2009). Contoh power thresher
disajikan dalam Gambar 2. Berdasarkan metode pemotongan, power thresher
terbagi menjadi dua yaitu hold-on dan throw-in. Menurut Litbangtan (2007), cara
hold-on yaitu dengan melakukan potong bawah pada saat panen sehingga batang
padi dapat tergenggam dengan baik saat melakukan proses perontokan serta hanya
bagian malai yang masuk ke dalam ruang perontokan sedangkan cara throw-in atau
pelemparan jerami dilakukan dengan mengumpankan seluruh bagian padi ke dalam
ruang perontok sehingga pada saat proses pemotongan, pemotongan atas dilakukan
agar dapat meminimalkan kotoran atau jerami sehingga proses perontokan tidak
berjalan dengan baik ditandai dengan adanya butir gabah yang tak terontok. Alasan

2
kemudahan dan kepraktisan dalam penggunaan, power thresher tipe throw-in lebih
sering digunakan oleh masyarakat daripada tipe hold-on. Dengan demikian
diperlukan adanya suatu penelitian mengenai besarnya penyusutan dan kapasitas
kerja selama pemotongan hingga perontokan berdasarkan pengaruh antara tingkat
ketinggian pemotongan batang padi terhadap berbagai varietas padi hasil
perontokan menggunakan power thresher tipe throw-in.

Gambar 2 Power thresher tipe throw-in
Perumusan Masalah
Power thresher tipe throw-in dirancang khusus untuk merontokkan gabah
hasil panen dengan melemparkan atau memasukkan seluruh bagian padi hasil
pemotongan ke bagian perontok. Minimalisasi bagian jerami diharapkan mampu
meningkatkan kapasitas kerja dan melihat pengaruh terhadap berbagai susut.
Minimalisasi dilakukan dengan menaikkan tinggi pemotongan yang dilakukan pada
saat panen.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mempelajari pengaruh tinggi pemotongan batang padi menggunakan
sabit dan alat perontok power thresher tipe throw-in terhadap jumlah
susut dan kapasitas kerja..
2. Mendapatkan tinggi pemotongan batang padi yang optimum.

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan selama lima bulan mulai bulan Oktober 2014 hingga
Februari 2015. Penelitian dilaksanakan di dua tempat. Pertama, pengambilan data
dilakukan di lahan petani di Komplek IPB 2, Desa Ciherang. Kedua, pengambilan
data dilakukan di Batuhulung, Desa Balumbang Jaya. Keduanya berada di
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

3

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Sabit,
2. Power thresher tipe throw-in dengan spesifikasi teknik terlampir pada
Lampiran 1,
3. Timbangan digital,
4. Tachometer,
5. Penggaris atau meteran,
6. Roll meter,
7. Papan kayu ukuran 14 x 40 cm2,
8. Grain moisture tester,
9. Alas terpal milik petani berukuran 4 x 4 m2, dan
10. Alas terpal pengamatan ukuran 8 x 8 m2.
Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
1. Tanaman padi varietas Ciherang seluas 180 m2, dan
2. Tanaman padi Inpari 13 siap panen seluas 180 m2.
Prosedur
Penelitian ini terdiri dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian
utama. Pemanenan yang dilakukan pada penelitian utama dibagi menjadi dua
pekerjaan yang terpisah yaitu pemotongan dan pengangkutan. Beberapa parameter
yang diamati adalah susut (%), kapasitas kerja (ha/jam.orang), dan biaya (Rp/ha)
selama pemanenan dan perontokan yang meliputi pemotongan, pengangkutan, dan
perontokan. Prosedur penelitian disajikan pada Gambar 3.

4

Gambar 3 Diagram alir penelitian

5
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan yang dilakukan terdiri atas 3 tahap, yaitu
1. Pengukuran tinggi batang padi tertinggi (PT),
2. Pengukuran tinggi batang padi perundukan (PR), dan
3. Pengukuran tinggi pemotongan batang padi untuk perontokan
menggunakan power thresher.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan perlakuan tinggi
pemotongan yang digunakan pada penelitian utama. Ketinggian batang padi
tertinggi adalah ketinggian setiap batang padi dari permukaan tanah hingga posisi
malai tertinggi. Ketinggian batang padi perundukan adalah ketinggian setiap batang
padi dari permukaan tanah hingga posisi malai terendah. Ketinggian batang padi
tertinggi dan perundukan yang diukur disajikan pada Gambar 4.
Malai

PR

PT

Daun

Batang
padi

Gambar 4 Ketinggian batang padi yang diukur
Penelitian Utama
A. Pengamatan Kondisi Tanaman
Kondisi tanaman padi yang diukur adalah jumlah batang per rumpun, bobot
gabah per 1000 butir, butir per malai, dan kerapatan sebanyak 5 kali ulangan serta
pengukuran tinggi batang padi tertinggi dan perundukan sebanyak 20 rumpun
secara acak di dalam petakan.
B. Pengukuran Susut dan Kapasitas Pemotongan
Susut pemotongan adalah banyaknya gabah yang hilang akibat pemotongan
pada saat panen. Pemotongan batang padi dilakukan dengan menggunakan sabit
dengan 4 taraf perlakuan tinggi pemotongan, disajikan dalam Gambar 5, yaitu pada
ketinggian 30 (T1 atau kontrol), 40 (T2), 50 (T3) , dan 60 (T4) cm dan pada varietas
yang berbeda, yaitu Ciherang (V1) dan Inpari 13 (V2). Penentuan tinggi

6
pemotongan tersebut dipilih berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan
dengan pemotongan rata-rata sebesar 30.2 cm sehingga tinggi pemotongan 30 cm
digunakan sebagai kontrol.

Tinggi Pemotongan ±60 cm (T4)
Tinggi Pemotongan ±50 cm (T3)
Tinggi Pemotongan ±40 cm (T2)
Tinggi Pemotongan ±30 cm (T1 atau kontrol)

Permukaan Tanah

Gambar 5 Perlakuan tinggi pemotongan
Pengukuran susut pemotongan dilakukan dengan menggunakan metode
papan sampel yang berukuran 14 x 40 cm2 sebanyak 9 buah yang diletakkan secara
acak. Peletakan papan disajikan dalam Gambar 6. Pengukuran dilakukan pada
ubinan seluas 3 x 3 m2 untuk setiap ulangan sebanyak 5 kali untuk masing-masing
perlakuan tinggi pemotongan dan varietas. Terdapat tiga parameter susut
pemotongan pada penelitian ini, yaitu bobot gabah pada papan sampel, bobot gabah
tak terpotong, dan bobot gabah tercecer pada penumpukan sementara. Menurut
Litbangtan (2009), susut panen dihitung dengan menggunakan Persamaan 1.
�=

�� + ��� + ���� / �
×
�� + �� + ��� + ���� / �

%

(1)

Keterangan
SP
: Susut pemotongan (%)
Wt
: Bobot gabah susut berdasarkan jumlah butir gabah bernas yang
menempel pada 9 papan dari tabel konversi pada Lampiran 2
(kg/ha)
Wp
: Bobot gabah hasil panen ubinan (kg)
Wgt
: Bobot gabah yang tercecer selama penumpukan sementara (kg)
Wgtt
: Bobot gabah yang tidak terpotong pada saat panen (kg)
Aa
: Luas petakan (ha)

Papan
sampel

Batang
padi

Gambar 6 Peletakan papan sampel secara acak di antara batang padi

7
Lama pemotongan atau waktu efektif pemotongan diukur untuk selanjutnya
dihitung menggunakan Persamaan 2 sehingga didapatkan nilai kapasitas
pemotongan atau KLE pemotongan.
� =

Keterangan
KLEp : Kapasitas lapang efektif pemotongan (ha/jam.orang)

: Luas petakan (ha)
Tp
: Waktu efektif pemotongan (jam)
C. Pengukuran Susut dan Kapasitas Pengangkutan
Setelah melalui proses pemotongan, padi diangkut dari penumpukan
sementara di lahan hingga ke bagian perontokan. Bobot padi sebelum pengangkutan
dan sesudah pengangkutan ditimbang dan dikonversi menjadi bobot gabah yang
diperoleh dari hasil kali bobot padi dengan rasio padi gabah sehingga susut
pengangkutan adalah bobot gabah yang hilang selama proses pengangkutan atau
selisih dari bobot gabah sebelum dan sesudah angkut. Rasio padi gabah adalah
perbandingan antara padi (jerami dan gabah hasil) dengan gabah hasil pemanenan.
Pengukuran pada tahap ini masih dipisahkan berdasarkan perlakuan sebagaimana
proses pemotongan. Susut pengangkutan dihitung menggunakan Persamaan 3 dan
4. Setelah itu, jarak dan waktu efektif pengangkutan pada petakan diukur dan
dikonversi menjadi 10 meter jarak angkut agar lebih mudah untuk dibandingkan.
Selanjutnya, kapasitas pengangkutan dan KLE pengangkutan dihitung dengan
menggunakan Persamaan 5 dan 6. Selain itu, banyaknya jumlah pengangkutan atau
intensitas angkut dihitung dengan menggunakan Persamaan 7.
=

� −�
×

=

=

×

��


� =

=�×




%



��


Keterangan
Sɑ0
: Susut pengangkutan sebelum konversi (%)
Wɑ1 : Bobot gabah sebelum pengangkutan (kg)
Wɑ2 : Bobot gabah setelah pengangkutan (kg)
Sɑk
: Susut pengangkutan setelah konversi (%)

8




KLEɑ
P
rpg

: Jarak angkut (m)
: Kapasitas pengangkutan (kg/jam.orang)
: Bobot padi saat pengangkutan (kg)
: Waktu efektif pengangkutan (jam)
: Kapasitas lapang efektif pengangkutan (ha/jam.orang)
: Produktivitas lahan atau gabah hasil panen (kg/ha)
: Rasio padi gabah

D. Pengukuran Susut dan Kapasitas Perontokan
Menurut Indaryani (2009), perontokan adalah proses pelepasan gabah dari
jerami. Padi hasil pengangkutan dirontokkan dengan menggunakan power thresher
tipe throw-in yang ditaruh di alas yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu alas terpal
8 x 8 m2 dan alas terpal milik petani ukuran 4 x 4 m2. Tata letak penempatan mesin
perontok dan alat disajikan pada Gambar 7. Beberapa parameter susut perontokan
adalah bobot gabah yang terlempar keluar alas, bobot gabah tak terontok, dan gabah
terbawa kotoran. Gabah terlempar keluar alas adalah bobot gabah yang terlempar
keluar alas milik petani dan masih berada di dalam alas pengamatan 8 x 8 m2. Gabah
tak terontok adalah gabah yang masih menempel pada jerami dan keluar ke bagian
pembuangan. Gabah terbawa kotoran adalah gabah yang tertinggal pada mesin dan
juga gabah rontok yang terbuang bersama jerami. Pengukuran pada tahap ini masih
dipisahkan berdasarkan perlakuan sebagaimana proses pemotongan. Perhitungan
susut perontokan dihitung dengan menggunakan Persamaan 8.
=

� +� +�
×
� +� +� +�

%

Keterangan
Sr
: Susut perontokan (%)
Wr0
: Bobot gabah hasil perontokan (kg)
Wr1
: Bobot gabah terlempar keluar alas (kg)
Wr2
: Bobot gabah tak terontok (kg)
Wr3
: Bobot gabah terbawa kotoran (kg)

4m

Mesin
Perontok

Alas
Terpal
(Petani)

4m

8m

Alas Terpal
Pengamatan
8m
Gambar 7 Tata letak pemasangan alas terpal dan perontok untuk pengamatan

9

Menurut BSN (2008), kapasitas perontokan diukur dan dihitung
menggunakan Persamaan 9. Setelah itu, kapasitas lapang efektif perontokan
dihitung menggunakan Persamaan 10. Selain itu, perbandingan antara padi dan
gabah atau rasio padi gabah dihitung menggunakan Persamaan 11. Rasio padi
gabah diperlukan untuk menentukan porsi gabah atau jerami pada beberapa
perhitungan seperti pada kapasitas pengangkutan dan jerami potong teoritis.

=
� =

��=






Keterangan
Kr
: Kapasitas perontokan (kg/jam)
Wr
: Bobot gabah hasil perontokan (kg)
Tr
: Waktu efektif perontokan (jam)
KLEr : Kapasitas lapang efektif perontokan (ha/jam)
P
: Produktivitas lahan atau gabah hasil panen (kg/ha)
rpg
: Rasio padi gabah
Wp
: Bobot padi (kg)
E. Perhitungan Potensi Hasil Panen dan Susut Pemotongan Teoritis
Potensi hasil panen adalah gabah yang dihasilkan dari lahan tanpa
memperhatikan nilai susut. Potensi hasil panen aktual diperoleh dari penjumlahan
nilai susut gabah dan produktivitas lahan setelah panen dan perontokan sedangkan
potensi hasil panen secara teoritis dihitung menggunakan Persamaan 12. Selain itu,
perhitungan jerami potong dihitung menggunakan Persamaan 13.
�ℎ = �� ×



� = ��−

×

×

�

Keterangan
Wgb : Bobot gabah per butir (kg)
Bm
: Butir per malai
Br
: Jumlah batang per rumpun
R
: Kerapatan (rumpun/ha)
Ph
: Potensi hasil panen panen (kg/ha)
Wj
: Jerami hasil pemotongan (kg/ha)
Susut pemotongan teoritis diperoleh dari perhitungan gabah susut per gabah
total. Ilustrasi pemotongan terdapat pada Gambar 8. Proses perhitungan susut dan
pemotongan hasil secara keseluruhan dapat dilihat dalam Gambar 9.

10

Bagian terpotong
atau gabah hasil

Malai
padi

Tx

Bagian tak terpotong
atau gabah susut

Permukaan tanah

Gambar 8 Cara pembagian gabah hasil dan susut
Keterangan,
Tx
: Tinggi Pemotongan (30 cm, 40 cm, 50 cm, atau 60 cm)

Gambar 9 Perhitungan susut dan hasil panen gabah teoritis
F. Analisis Biaya
Biaya pada penelitian ini mencakup biaya yang dibutuhkan untuk
pemotongan, pengangkutan, dan perontokan serta biaya akibat susut. Biaya tersebut

11
dihitung menggunakan Persamaan 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, dan 22. Biaya
perontokan memiliki parameter tambahan seperti sewa perontok serta harga bensin.
=


=

=

=

��

=

��

=

=

=





+

×

+

+

+

�� = � ×

+

+�+
+



(19)

+

+

Keterangan
Bp
: Biaya pemotongan (Rp/ha)
Utp
: Upah tenaga pemotong (Rp/jam)

: Biaya pengangkutan (Rp/ha)
Utɑ
: Upah tenaga pengangkut (Rp/jam)
Ur
: Upah perontokan (Rp/ha)
Utr
: Upah tenaga perontok (Rp/jam)
Bbb
: Biaya bahan bakar (Rp/ha)
Kbb
: Konsumsi bahan bakar (l/ha)
Hbb
: Harga bahan bakar (Rp/ha)
Br
: Biaya perontokan (Rp/ha)
Bo
: Biaya operasional (Rp/ha)
Sr
: Sewa perontok (Rp/ha)
Bs
: Biaya akibat susut (Rp/ha)
St
: Susut total (%)
P
: Produktivitas lahan (kg/ha)
H
: Harga gabah (Rp/kg)
Bt
: Biaya total (Rp/ha)
Bp
: Biaya pemotongan (Rp/ha)

: Biaya pengangkutan (Rp/ha)

(22)

12
Br
Bs
Pd

: Biaya perontokan (Rp/ha)
: Biaya akibat susut (Rp/ha)
: Pendapatan (Rp/ha)
Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
dengan perlakuan tinggi pemotongan yang terdiri dari 4 taraf, yaitu
1) Tinggi pemotongan 30 cm sebagai kontrol (T1),
2) Tinggi pemotongan 40 cm (T2), dan
3) Tinggi pemotongan 50 cm (T3),
4) Tinggi pemotongan 60 cm (T4),
dengan varietas yang diujikan sebagai kelompok, yaitu
1) Ciherang (V1), dan
2) Inpari 13 (V2).
Peubah yang diamati adalah susut pemanenan yang terdiri dari susut
pemotongan, pengangkutan, dan perontokan. Data yang diperoleh dianalisis dengan
sidik ragam dan ketika terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan (p