Bioakustik Stridulatory Gerak Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Saat Proses Aklimatisasi Kadar Garam

BIOAKUSTIK STRIDULATORY GERAK IKAN GUPPY
(Poecilia reticulata) SAAT PROSES AKLIMATISASI KADAR
GARAM

MUHAMMAD ZAINUDDIN LUBIS

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul berjudul Bioakustik
Stridulatory Gerak Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Saat Proses Aklimatisasi
Kadar Garam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Muhammad Zainuddin Lubis
NIM C54090023

ABSTRAK
MUHAMMAD ZAINUDDIN LUBIS. Bioakustik stridulatory gerak ikan Guppy
(Poecilia reticulata) saat proses aklimatisasi kadar garam. Dibimbing oleh SRI
PUJIYATI.
Bioakustik mempelajari kisaran frekuensi suara yang dihasilkan ikan, intensitas
amplitude suara, fluktuasi suara, dan bentuk pola-pola suara ikan. Aklimatisasi
merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme
terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Penelitian ini,
menganalisis karakterisktik suara ikan Guppy (Poecilia reticulata ) dengan
menggunakan metode bioakustik pada saat aklimatisasi, dan melihat tingkah laku
ikan Guppy dengan melakukan penambahan kadar garam sebesar 2 gram/mol
hingga salinitas 30 ‰. Nilai intensitas awal tertinggi pada ikan Guppy yaitu pada
setelah penambahan garam pada hari ke 3 dan 7 memiliki intensitas yang lebih
tinggi, dengan rata-rata intensitas yaitu berada pada -44 dB pada jarak waktu yaitu
detik 40-50. Studi ini menunjukkan bahwa ikan Guppy mampu bertahan pada

salinitas 30 ‰ dengan nilai intensitas -48 dB dan frekuensi 0 sampai 19,6 kHz.
Kata kunci: Ikan Guppy (Poecilia reticulata), Kadar Garam, Karakteristik Suara,
Salinitas, Studi Bioakustik.

ABSTRACT
MUHAMMAD ZAINUDDIN LUBIS . Bioacoustic stridulatory motion Guppy
fish ( Poecilia reticulata ) during the process of acclimation salinity Guided by
SRI PUJIYATI .
Bioacoustic learn the sound frequency range of fish, the intensity of the sound
amplitude, sound fluctuations, and shape the sound patterns of the fish.
Acclimatization is a physiological adjustment efforts or adaptation of an organism
to a new environment that will be entered, this study looked at the process of
acclimation salinity on Guppy fish (Poecilia reticulata). This analyze its voice of
Guppy (Poecilia reticulata) study process using the bioacoustic method during
acclimatization, and looking at the behaviour of Guppy fish by doing addition
salts of 2 g/mol to salinity of 30% . Initial value of the highest intensity at which
the fish Guppy after the addition of salt at day 3 and 7 have a higher intensity,
with an average intensity that is at -44 dB in the time range 40-50 seconds. This
study shows that Guppy fish can survive at a salinity of 30 ‰ with a value of -48
dB intensity and frequency from 0 until 19.6 kHz .

Keywords : The guppy (Poecilia reticulata), salt levels, Sound characteristic,
Salinity, Study Bioacoustic.

BIOAKUSTIK STRIDULATORY GERAK IKAN GUPPY
(Poecilia reticulata) SAAT PROSES AKLIMATISASI
KADAR GARAM

MUHAMMAD ZAINUDDIN LUBIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu Teknologi dan Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014


Judul Skripsi : Bioakustik Stridulatory Gerak Ikan Guppy (Poecilia reticulata)
Saat Proses Aklimatisasi Kadar Garam
Nama
: Muhammad Zainuddin Lubis
NIM
: C54090023

Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Pujiyati, MSi
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Bioakustik Stridulatory Gerak Ikan Guppy (Poecilia reticulata)

Saat Proses Aklimatisasi Kadar Garam
: Muhammad Zainuddin Lubis
Nama
: C54090023
NIM

Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Pujiyati, MSi  
Dosen Pembimbing  

Tanggal Lulus: 2\ エeセqオ|ャN@

--

20\4

--_._ - -- - - - - - - -

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April ini ialah Bioakustik
stridulatory gerak ikan ikan Guppy (Poecilia reticulata) saat proses aklimatisasi
kadar garam.Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana pada
Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesemapatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1

2

3

4
5
6

Ibu Dr.Ir.Sri Pujiyati M.Si selaku komisi pembimbing yang telah

memberikan nasihat, masukan dan pengarahan dalam proses penelitian dan
penulisan skripsi ini.
Kedua Orang tua saya Drs. Khairuddin Lubis, M.Pd , dan Siti Yeni
Mahnizar, M.Si dengan motivasi, nasehat, dan terus mendukung serta terus
menyemangati penulis.
Saudara dan saudari penulis yaitu Zul Salasa Akbar Lubis, S.Km , Rasyid
Alkhair Lubis, Ramadhan Ulil Albab Lubis, dan Siti Azra Khairiah br Lubis,
yang selalu mengingatkan penulis dan memberi semangat kepada penulis.
Sri Ratih Deswanti, M.Si selaku laboran pada Laboratorium Akustik dan
Instrumentasi Kelautan
Semua Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan yang baik secara langsung
maupun tidak langsung membantu penulis mencapai studinya.
Bang Willi sebagai Laboran di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi
Kelautan yang sudah memberikan banyak masukan dalam pembuatan
skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang membacanya.
Bogor, Februari 2014

Muhammad Zainuddin Lubis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan

2

Manfaat Penelitian

2

METODOLOGI

3

Waktu dan Tempat

3

Alat dan Bahan


3

Tahapan Persiapan

5

Persiapan dan Modifikasi Akuarium

5

Penambahan Kadar Garam Laut Pada Ikan

5

Parameter Lingkungan

6

Pengambilan Data Suara Ikan


6

Uji Coba Ikan di Air Laut

6

Pengolahan dan Analisis Data Suara Ikan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Interpretasi Hubungan Salinitas Dengan Range Intensitas

9

Karakteristik Suara Ikan

10

Tingkah Laku Ikan Dalam Akuarium dan Uji Coba Perairan Laut

13

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1
2

Salinitas dengan jumlah ikan selama 14 hari
Salinitas dengan jarak intensitas

8
9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Induk Ikan Guppy jantan (Poecilia reticulata)
Set alat perekam suara, (a) Hidrofon, (b) Headphone, (c) catu
daya/baterai, dan (d) Laptop untuk data logging dan data processing
Diagram alir penelitian
Sketsa perekaman (set up) suara ikan Guppy (Poecilia reticulata)
Diagram alir proses analisis suara menggunakan Matlab
(www.mathworks.com)
Hubungan frekuensi-intensitas sebelum hari ke-1 dengan sesudah hari
ke-2 hingga ke-5
Hubungan frekuensi-intensitas sebelum hari ke-1 dengan sesudah hari
ke-6 hingga ke-9
Hubungan frekuensi-intensitas sebelum hari ke-1 dengan sesudah hari
ke-10 hingga ke-14
Posisi ikan sebelum ditambahkan garam (kiri), setelah ditambahkan
garam (kanan)

2
3
4
5
7
10
11
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Langkah-langkah persiapan dan modifikasi akuarium
Proses pemilihan, aklimatisasi dan pemindahan ikan ke akuarium
Proses penghitungan data
Diagram alir pengolahan data
Syntax perangkat lunak Matlab (www.mathworks.com)
Hasil 3D dan FFT menggunakan perangkat lunak Wavelab
(www.steinberg.net)
Alat dan bahan yang digunakan saat penelitian

17
18
19
20
21
23
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bioakustik adalah ilmu yang menggabungkan biologi dan akustik yang
biasanya merujuk pada penelitian mengenai produksi suara, dispersi melalui
media elastis, dan penerimaan pada hewan, termasuk manusia. Hal ini melibatkan
neurofisiologi dan anatomi untuk produksi dan deteksi suara, serta hubungan
sinyal akustik dengan medium dispersinya. Temuan pada bidang ini memberikan
bukti bagi kita tentang evolusi mekanisme akustik, dan dari sana, evolusi hewan
yang menggunakannya (Simmonds dan MacLennan 2005).
Menurut Simmonds dan Maclennan (2005) terdapat tiga kelompok hewan
yang memproduksi suara dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu jenis
krustasea khususnya udang, ikan toleostei (ikan bertulang belakang) yang
memiliki gelembung renang, mamalia perairan seperti paus dan lumba-lumba.
Suara tersebut adalah bentuk komunikasi antara sesamanya. Suara yang dihasikan
semakin kuat saat berkumpul seperti pada saat makan (Simmonds dan
MacLennan 2005). Lugli et al. (2003) menyatakan hasil penelitiannya tentang
ikan Padogobius martensii yang mengeluarkan suara saat berinteraksi dengan
lawan jenis yang dihasilkan oleh gelembung renang.
Suara stridulatory adalah suara yang dihasilkan dengan menggerakkan
atau menggemertakkan bagian-bagian tubuh, misalnya: sirip, gigi, dan bagian
tubuh lainnya yang keras (Walker 1997; Pitcher 1993). Ikan bertulang keras
(teleost) memiliki suara yang dihasilkan dari kepakan sirip dan beberapa jenis
suara stridulatory lainnya memiliki amplitudo besar, yang tersebar secara seragam
diseluruh frekuensi. Frekuensi yang dicapai dapat berkisar hingga lebih dari 6000
Hz (Winn 1991).
Ikan Guppy (Poecilia reticulata) adalah ikan berukuran kecil yang memiliki
masa kehamilan dalam jangka waktu pendek. Masa kehamilan ikan ini berkisar
antara 21–30 hari (rata-rata 28 hari) bergantung pada suhu airnya. Suhu air yang
paling cocok untuk berbiak adalah sekitar 27 °C (72 °F). Ikan Guppy (Poecilia
reticulata) di akuarium dapat mencapai panjang 6 cm, namun di alam
kebanyakan hanya tumbuh hingga sekitar 3 cm saja. Ukuran ini terlalu kecil untuk
memangsa jentik-jentik nyamuk. Saat ikan ini dapat ditemukan ke berbagai
tempat di Nusantara, dan mungkin telah menjadi ikan yang paling melimpah
di Jawa dan Bali (Wirjoatmodjo 1993). Ikan Guppy jantan lebih disukai
dibandingkan ikan Guppy betina karena Guppy jantan memiliki sirip ekor yang
lebar dengan corak warna bervariasi dan memiliki warna merah yang sangat
menonjol dibandingkan dengan ikan Guppy betina (Kwon et al. 2000). Ikan
Guppy (Poecilia reticulata) jantan memiliki corak warna tubuh dan sirip yang
sangat cemerlang dan memiliki harga yang sangat ekonomis dibandingkan dengan
ikan hias lainnya (Arfah 1997); (Suwarsito et al. 2003). Gambar induk ikan
Guppy jantan (Poecilia reticulata) dapat dilihat pada Gambar 1.

2

Gambar 1 Induk Ikan Guppy jantan (Poecilia reticulata)
Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi
dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal
ini didasarkan pada kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi
(Hazarika 2003). Keberhasilan proses aklimatisasi pada ikan Guppy akan menjadi
terobosan terbaru dalam diservifikasi umpan ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis). Menurut Subani dan Barus (1989), makanan ikan cakalang adalah ikan
teri, sardin, selar, kembung, dan lolosi. Ikan cakalang sangat suka dengan warna
yang sangat menonjol pada ikan, dengan demikian umpan alternatif sebaiknya
dibuat menyerupai ciri-ciri umpan ikan tersebut.
Sullivan (1994) merangkumkan temuan-temuan berbagai peneliti tentang
dampak temperatur dan kadar garam pada distribusi ikan, dan membahas peranan
mekanisme reseptor sistem syaraf pusat dalam reaksi temperatur dan kadar garam.
Dia menyatakan bahwa ikan memilih temperatur dan kadar garam tertentu karena
efek yang sama pada gerakan (aktivitas) mereka dan menyimpulkan bahwa
perubahan temperatur dan kadar garam biasa bekerja pada ikan yaitu sebagai
stimulus syaraf, modifikator proses metabolisme, dan modifikator aktivitas tubuh.
Tujuan
1
2
3

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Mengaklimatisasi ikan Guppy (Poecilia reticulata),
Menganalisis karakteristik suara ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan
menggunakan metode bioakustik pada saat aklimatisasi.
Melihat tingkah laku ikan (TLI) ikan Guppy (Poecilia reticulata) yaitu
kelincahan dan ketahanan tubuh secara visual.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif diversifikasi umpan ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis), yang sampai saat ini umpan ikan Cakalang
terhitung mahal dan sulit/sedikit ketersediannya.

3

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian dilaksanakan dari tanggal 16 April hingga Juli 2013.
Kegiatan pengambilan data dilaksanakan di laboratorium Akustik dan
Instrumentasi Kelautan (AIK) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK,
IPB yang bertempat di water tank.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah akuarium berukuran panjang 40 cm, lebar 30
cm, dan tinggi 30 cm, yang berfungsi sebagai tempat pengamatan: 2 buah kotak
styroofom sebagai tutup akuarium untuk meredam noise dari lingkungan; aerator
untuk membantu proses sirkulasi oksigen dalam akuarium; refraktometer untuk
mengukur salinitas air yang ada didalam akuarium; Blender untuk menghaluskan
garam laut agar menyatu dengan air (Gambar dapat dilihat pada lampiran 2).
Dolphin EAR 100 hydrophone nomor seri DE989505 yang merupakan sensor
suara; Perangkat lunak Matlab (www.mathworks.com) dan Wavelab
(www.steinberg.net) yang digunakan untuk mengolah data; dan PC yang
digunakan sebagai media penyimpanan langsung dan pengolahan data suara yang
terekam.
Bahan yang digunakan adalah 65 ekor induk ikan Guppy jantan (Poecilia
reticulata) yang berukuran kecil dengan panjang 4 cm; air tawar sebagai media
hidup ikan dalam akuarium; stryfoam, dan lem sebagai bahan untuk membuat
lapisan peredam noise lingkungan; kaca bening untuk penutup lubang
pengamatan; 1 cm sebagai lubang masuk hydrofon . Gambar 2 adalah satu set alat
perekam suara, sedangkan Gambar 3 adalah diagram alir penelitian.

Gambar 2 Set alat perekam suara, (a) Hidrofon, (b) Headphone, (c) catu
daya/baterai, dan (d) laptop untuk data logging dan data processing

4

Studi Literatur

Persiapan Akuarium
Pengamatan

Persiapan dan Pemilihan ikan
pengamatan

Modifikasi akuarium menggunakan
peredam noise/ Stryfoam

Penempatan aklimatisasi ikan
dalam akuarium pemeliharaan

Pemindahan ikan ke dalam akuarium dan
pengamatan gerak ikan pada proses
aklimatisasi

Perekaman data suara ikan pada saat sebelum
dan sesudah penambahan kadar garam pada
waktu-waktu tertentu

Pengolahan data

Analisis data frekuensi bioakustik ikan berkaitan
dengan tingkah laku pada saat sebelum dan sesudah
dilakukan penambahan garam

Uji coba di perairan laut

Bioakustik stridulatory gerak ikan
Guppy (poecilia reticulata) saat
proses aklimatisasi kadar garam

Gambar 3 Diagram alir penelitian

5

Tahapan Persiapan
Persiapan dan Modifikasi Akuarium
Langkah awal dalam penelitian ini adalah persiapan dan modifikasi
akuarium yang terdapat pada lamprilan 1, namun sebagai ilustrasi hasil rancangan
modifikasi akuarium dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 4.

Gambar 4 Sketsa perekaman (set up) suara ikan Guppy (Poecilia reticulata)
Penambahan Kadar Garam Laut Pada Ikan
Penambahan kadar garam setiap harinya yaitu setelah ikan sudah selesai
makan dan akan dilakukan penambahan kadar garam sebanyak 2 gram/mol. Mol
adalah satuan dasar SI yang mengukur jumlah zat. Istilah "mol" pertama kali
diciptakan oleh Wilhem Ostwald dalam bahasa Jerman pada tahun 1893,
walaupun sebelumnya telah terdapat konsep massa ekuivalen seabad sebelumnya.
Istilah mol diperkirakan berasal dari kata bahasa Jerman Molekül. Metode yang
paling umum untuk mengukur jumlah zat adalah dengan mengukur massanya dan
kemudian membagi nilai massanya dengan massa molar zat tersebut. Massa molar
dapat dihitung dengan mudah dari nilai tabulasi bobot atom dan tetapan massa
molar (didefinisikan sebagai 1 gram/mol) (Ostwald 1893). Penambahan kadar
garam dilangsungkan sampai tingkat salinitas dari air tersebut mencapai 30 ‰.
Penambahan kadar garam pada ikan di akuarium pengamatan dilakukan setiap
hari dengan tujuan agar data yang dihasilkan bagus. Penambahan kadar garam
pada ikan dilakukan dengan metode menambahkan larutan air garam 2 gram/mol.
Sebelum memasukkan larutan air garam 2 gram/mol maka akan dilakukan
pengurangan massa air, sebanyak total air yang akan dimasukkan ke dalam
akuarium.

6
Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan yang diukur adalah suhu dan salinitas karena kedua
parameter fisika ini merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat
stress ikan. Stress yang dialami ikan dapat menyebabkan penyimpangan tingkah
laku pada ikan.
Pengukuran suhu air dalam akuarium dilakukan dengan cara memasukkan
termometer Hg kedalam akuarium. Termometer dikibas-kibaskan sebelum
dimasukkan kedalam air untuk memperkecil efek muainya dan mengembalikan
titik awal termometer sebelum pengukuran dimulai. Suhu air diperoleh dengan
membaca skala yang ditunjukkan pada terrmometer Hg.
Salinitas diukur dengan cara meneteskan sampel air akuarium sebanyak satu
tetes air ke atas permukaan kaca refraktometer lalu ditutup. Nilai salinitas didapat
dengan membaca skala yang ditunjukkan pada teropong refraktometer. Pencatatan
salinitas dilakukan pembulatan tanpa desimal.
Pengambilan Data Suara Ikan
Proses perekaman data ikan Guppy (Poecilia reticulata) dalam akuarium
yang pertama yaitu dengan mematikan aerator terlebih dahulu. Sensor hidrofon
dinyalakan, menyiapkan komputer untuk mencatat data yang ada. Saat proses
perekaman dimulai, dibiarkan beberapa detik untuk merekam, hidrofon
dimasukkan melalui lubang yang sudah disediakan dengan hati-hati. Pipa lubang
masuk hidrofon jangan sampai tersentuh tangan atau benda apapun karena dapat
menghasilkan noise yang dapat terekam pada spektogram. Proses perekaman
dilakukan selama ± 5 menit. Kegiatan pengambilan dan perekaman data
dilaksanakan di laboratorium Akustik Instrumentasi Kelautan (AIK), selama dua
minggu. Perekaman suara ikan yang dilakukan dengan menggunakan hidrofon
kemudian di salurkan ke amplifier, setelah itu dilakukan verifikasi suara dengan
menggunakan seaphone. Proses perekaman menggunakan perangkat lunak
Wavelab (www.steinberg.net) Data hasil suara rekaman disimpan dalam bentuk
*.wav.
Target data yang akan diambil untuk analisis, yakni sebanyak 14 kali
pengamatan. Data rekaman disimpan dalam hardisk untuk dianalisis lebih lanjut.
Perekaman data dilakukan setiap kali penambahan kadar garam. Saat bersamaan
juga dilakukan pengamatan video untuk mengetahui tingkah laku ikan (TLI)
dengan menggunakan kamera.
Uji Coba Ikan di Air Laut
Ikan yang sudah mengalami proses aklimatisasi selama 14 hari pada air laut
buatan dilakukan pelepasan ikan di perairan laut yang dilaksanakan tanggal 26
Juni 2013 di pulau Pramuka Kepulauan Seribu perairan laut. Ikan dilepas pada
jaring yang memiliki ukuran 1x1 meter dan diamati dengan durasi selama 5 menit.
Dengan. Setelah uji coba tersebut, ikan tetap dibiarkan selama durasi 10 – 15
menit dengan tidak dilakukannya perekaman pergerakan ikan secara visual.
Adapun uji coba ikan di air laut ini berguna sebagai pengamatan lapang agar
penelitian dapat berhasil sesuai dengan keinginan.

7

Pengolahan dan Analisis Data Suara Ikan
Pengolahan data akustik menggunakan perangkat lunak. Suara yang
dihasilkan ikan Guppy dan menghasilkan Fast Fourier Transform (FFT). FFT
adalah algoritma untuk menghitung transformasi Fourier diskrit (DFT) dan
kebalikannya. Sebuah Transformasi Fourier mengubah waktu (atau ruang) dengan
frekuensi dan sebaliknya. Akibatnya, transformasi Fourier cepat yang banyak
digunakan untuk banyak aplikasi di bidang teknik, sains, dan matematika (D.
Potts, dan M. Tasche 2001). Untuk melihat sebaran per satuan waktu maka
digunakan perangkat lunak Wavelab (www.steinberg.net), dan data FFT disimpan
dalam bentuk .txt. setelah proses tersebut maka data tersebut diolah dengan
menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel (www.microsoftoffice.com) lalu
diolah dengan menggunakan perangkat lunak Matlab (www.mathworks.com).
Untuk menghasilkan figure.
Data hasil perekaman suara ikan Guppy di interpretasikan kedalam bentuk
grafik frekuensi dan echo level. Grafik yang dihasilkan kemudian dianalisis dan
dibandingkan dengan pengamatan visual. Pengamatan visual dapat dilakukan
dengan melihat tingkah laku ikan (TLI) yang diamati dengan menggunakan
metode perekaman video menggunakan kamera pada saat penambahan air laut.
Hal ini bertujuan untuk melihat reaksi ikan terhadap penambahan kadar garam
tersebut. tingkah laku ikan (TLI) juga dapat melihat kondisi kesehatan dari ikan
terhadap kadar garam. Gambar 5 adalah diagram alir proses analisis suara
menggunakan perangkat lunak Matlab (www.mathworks.com).

Gambar 5 Diagram alir proses analisis suara menggunakan Matlab
(www.mathworks.com)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi
dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya
(Hazarika 2003). Proses aklimatisasi kadar garam pada ikan Guppy yang
dilakukan selama 14 hari dengan menaikkan 2 gram/mol per hari. Kadar garam
terukur adalah 30 ‰. Awal proses aklimatisasi ikan Guppy berjumlah 65 ekor
dengan berat rata-rata 1,1 gram dan panjang total 2,5 cm. Selama 8 hari
pengamatan (18 ‰), ikan mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Namun
setelah hari ke 8 ikan ada yang mengalami kematian 0,02% - 0,05%. Secara total
sampai akhir pengamatan, kematian ikan relatif lebih kecil, yaitu 9 ekor (0,13 %).
Pengamatan fisik ikan umumnya pada saat proses aklimatisasi ikan mengalami
perubahan warna menjadi merah. Menurut Brett (1999), hal ini disebabkan adanya
sistem metabolisme yang rusak pada ikan, dan hal seperti ini akan menyebabkan
kematian pada ikan tersebut. Adapun faktor yang menyebabkan efek dari
kematian, yaitu faktor regulasi. Faktor regulasi untuk setiap ikan harus terkontrol,
yaitu dalam proses metabolisme ikan tersebut. Jika sistem metabolisme ikan
tersebut rusak maka warna kemerahan akan timbul di badan ikan tersebut dan
lama kelamaan akan menyebabkan kematian. Total kematian pada ikan Guppy
dengan salinitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Salinitas dengan jumlah ikan selama 14 hari
Hari ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Salinitas (‰)
Sebelum Sesudah
2
4
4
6
6
8
8
10
10
12
12
14
14
16
16
18
18
20
20
22
22
24
24
26
26
28
28
30

Jumlah Ikan (ekor)
Hidup
Mati
65
0
65
0
65
0
65
0
65
0
65
0
65
0
65
0
64
1
61
3
60
1
58
2
57
1
55
1

Dari Tabel 1, terlihat kematian lebih besar, yaitu pada hari ke-10 dengan
salinitas sebesar 20 ‰ sebelum ditambahkan garam dan 22 ‰ sesudah
ditambahkan garam. Hal ini disebabkan berkurangnya daya tahan tubuh ikan dan
nafsu makan ikan pun menurun. Menurut Brett (1999), hal ini disebabkan adanya
sistem metabolisme yang rusak pada ikan, yang akan menyebabkan kematian
pada ikan tersebut. Adapun faktor yang menyebabkan efek dari kematian yaitu

9

faktor regulasi. Faktor regulasi untuk setiap ikan harus terkontrol, yaitu dalam
proses metabolisme ikan tersebut. Jika sistem metabolisme ikan tersebut rusak
maka warna kemerahan akan timbul di badan ikan tersebut dan lama kelamaan
akan menyebabkan kematian. Jumlah ikan yang hidup pada salinitas di bawah 19
‰ masih memiliki jumlah yang sama, yaitu 65 ekor ikan. Hasil akhir pada
salinitas 30 ‰ hanya 55 ekor ikan Guppy yang hidup, hal ini menjelaskan bahwa
ikan Guppy mampu beradaptasi dengan kondisi air laut sesuai hasil pengamatan
yang dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Interpretasi Hubungan Salinitas Dengan Range Intensitas
Penambahan salinitas pada akuarium yang diisi dengan ikan Guppy
menyebabkan terjadinya perubahan intensitas serta spectrum suara yang sangat
berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa ada reaksi yang terjadi pada pergerakan ikan,
sesaat sesudah penambahan garam ikan akan memiliki intensitas suara yang lebih
rendah dibandingkan, sebelum ditambahkan kadar garam pada ikan. Sesudah
penambahan garam menunjukkan hasil pergerakan yang lebih besar dibandingkan
dengan sebelum ditambahkan garam, hal ini disebabkan ikan merasa tidak
nyaman sehingga pergerakan ikan Guppy lebih cepat dibandingkan dengan
sebelum ditambahkan garam 2 gram/mol. Menurut Lugli et al. (2003), suara yang
dihasilkan oleh gelembung renang sebanding dengan ukuran ikan. Selain itu,
suara ikan juga secara dominan dihasilkan oleh sirip pectoral pada saat
penambahan garam. Gelembung renang adalah bagian tubuh ikan yang berfungsi
untuk amplifikasi suara. Beberapa jenis ikan memiliki sonic muscle yang memberi
tekanan pada gelembung renang. Hal ini terjadi karena gelembung renang pada
ikan Guppy akan bekerja lebih cepat. Hasil sesudah penambahan garam 2
gram/mol memiliki range intensitas yang lebih kecil dibandingkan dengan range
intensitas sebelum ditambahkan garam 2 gram/mol (Tabel 2).
Tabel 2 Salinitas dengan range intensitas
Hari
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Salinitas
Intensitas Awal
Intensitas Akhir
Range
(dB)
(dB)
Intensitas
(‰)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
2
4
-25.57
-29.76
-55.02
-53.79
29
24
4
6
-26.86
-55.79
-53.89
32
27
-23.77
6
8
-26.08
-24.34
-56.10
-48.36
30
24
8
10
-25.29
-23.29
-49.31
-44.34
24
21
10
12
-25.69
-21.26
-51.75
-42.44
26
21
12
14
-28.42
-20.35
-48.47
-38.41
20
18
14
16
-23.77
-24.31
-52.84
-51.41
29
27
16
18
-26.65
-25.36
-56.72
-53.43
30
28
18
20
-26.84
-25.58
-58.93
-55.66
32
30
20
22
-28.32
-26.87
-60.46
-56.91
32
30
22
24
-30.24
-29.23
-62.28
-59.27
32
30
24
26
-32.05
-31.42
-65.12
-62.55
33
31
26
28
-33.68
-30.49
-66.81
-61.58
33
31
28
30
-36.73
-34.62
-69.82
-65.71
33
31

10
Jarak intensitas hari ke hari semakin mengalami peningkatan atau semakin
besar. Nilai awal jarak intensitas sesudah ditambahkan garam 24 dan nilai akhir
setelah ditambahkan garam yaitu 31. Hal ini sebanding lurus dengan sebelum
ditambahkan garam semakin hari pergerakan ikan semakin kecil dapat
ditunjukkan dengan nilai awal jarak intensitas sebelum ditambahkan garam
bernilai 29 dan nilai akhir 33. Hari ke-12,13, dan 13 ikan memiliki jarak
intensitas suara yang maksimal. jarak intensitas ikan menjadi kecil terjadi pada
hari ke-6 dengan nilai range intensitas sebelum ditambahkan garam 20 dan
sesudah ditambahkan garam 18, dengan intensitas awal sebelum dan sesudah
ditambahkan garam -28.42 dB dan -48.47 dB, sedangkan nilai intensitas akhir
sebelum dan ditambahkan garam yaitu -20.35 dB dan -38.41 dB.
Karakteristik Suara Ikan
Suara ikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suara yang berasal
dari gerakan sirip ikan terhadap air. Menurut Winn (1991), suara merupakan hal
yang sangat penting terhadap tingkah laku saat berkomunikasi untuk beberapa
jenis ikan dan menurut Pratt (1998) Ikan dapat mengeluarkan beragam amplitude
suara untuk melakukan komunikasi dalam pertukaran informasi. Informasi yang
dibawa dari sinyal-sinyal suara menjelaskan mengenai keadaan bahaya yang
mengancam, keadaan agresif untuk menakuti musuh, atau panggilan peminangan.
Suara juga dihasilkan dari dampak tingkah laku lainnya seperti saat makan,
bergerak, menghindari musuh, dan reproduksi (seksualitas dan fase pembesaran)
(Popper and Plat 1993). Hasil dari penelitian ini berupa data suara yang berasal
dari perangkat lunak Wavelab (www.steinberg.net) berupa grafik 3D yang di
export dalam bentuk .txt (dapat dilihat pada lampiran 4), dan dilakukan anti log
lalu diolah dengan menggunakan perangkat lunak Matlab (www.mathworks.com)
sehingga menghasilkan grafik intensitas suara terhadap frekuensi. Frekuensi yang
direkam mulai dari 0 - 19,6 kHz. Data yang ditampilkan pada grafik yaitu data
ping ke 300 hingga ping 900. Berikut ini ditampilkan empat grafik perbedaan
intensitas suara ikan dengan jumlah yang berbeda-beda (Gambar 6 ).

Gambar 6 Hubungan frekuensi-intensitas sebelum hari ke-1 dengan sesudah hari
ke-2 hingga ke-5

11

Berdasarkan grafik pada Gambar 6, intensitas suara ikan sesudah
ditambahkan garam pada hari ke-2 memiliki intensitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan intensitas sesudah ditambahkan kadagar garam pada hari ke3, 4, dan 5 dengan nilai intensitas -42,1 dB. Nilai intensitas sebelum ditambahkan
garam pada hari ke-1 memiliki nilai intensitas yang sangat rendah, dibandingkan
dengan nilai intensitas setelah ditambahkan garam. Adapun nilai intensitas
sebelum ditambahkan garam memiliki nilai awal -45,2 dB dan nilai akhir -47,9 dB
dengan nilai akhir frekuensi yaitu 19,6 kHz. Nilai intensitas pada hari ke-2, 3, dan
4 sesudah penambahan garam terlihat tidak jauh berbeda, hal ini mungkin
disebabkan ikan sudah mulai terbiasa dari hari sebelumnya, yaitu pada hari ke-1
setelah penambahan garam. Pada hari ke-5 setelah penambahan kadar garam nilai
intensitas memiliki nilai intensitas yang memiliki nilai intensitas terendah, yaitu
pada kurun waktu kira-kira pada detik 20 – 40 dalam durasi total yaitu 1 menit.
Berikut ini ditampilkan lima grafik perbedaan intensitas suara ikan dengan
jumlah yang berbeda-beda. Intensitas suara ikan sebelum pada hari ke-1
ditunjukkan oleh grafik berwarna merah putus-putus, Sesudah penambahan garam
pada hari ke-6 berwarna biru, sesudah ditambahkan garam pada hari ke-7
berwarna hijau, sesudah ditambahkan garam pada hari ke-8 berwarna hitam, dan
yang terakhir sesudah penambahan garam pada hari ke-9 yaitu berwarna kuning.
Hasil tersebut ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Hubungan frekuensi-intensitas sebelum hari ke-1 dengan sesudah hari
ke-6 hingga ke-9
Berdasarkan grafik yang ditunjukkan pada Gambar 9 jelas terlihat nilai
intensitas sesudah ditambahkan garam pada hari ke-6 dan ke-8 memiliki intensitas
yang hampir sama sehingga terlihat seperti menimpa garis yang dihasilkan oleh
figure pada MATLAB. Kemungkinan hal ini disebabkan dengan adanya kadar
garam yang masih menempel pada tubuh ikan dan ikan belum terbiasa dengan
kadar garam yang ditambahkan yaitu pada salinitas 14 dan 18 ‰. Nilai intensitas
pada hari ke-9 memiliki nilai intensitas yang berada di tengah-tengah nilai
tertinggi dan terendah, yaitu dengan nilai awal -48,0 db dan nilai akhir -48,9 dB.
Nilai intensitas pada hari ke-9 memiliki kestabilan nilai intensitas dengan kurun
waktu berkisar detik ke 14- 58 dengan nilai akhir frekuensi yaitu 19,6 kHz.

12
Sedangkan pada hari ke-7 sesudah penambahan garam memiliki nilai intensitas
yang sangat tinggi, yaitu dengan nilai awal -43,7 dB dan nilai akhir -46,8 dB.
Berikut ini ditampilkan enam grafik perbedaan intensitas suara ikan
dengan jumlah yang berbeda-beda. Intensitas suara ikan sebelum pada hari ke-1
ditunjukkan oleh grafik berwarna merah putus-putus , Sesudah penambahan
garam pada hari ke-10 berwarna biru, sesudah ditambahkan garam pada hari ke11 berwarna hijau, sesudah ditambahkan garam pada hari ke-12 berwarna hitam,
sesudah ditambahkan garam pada hari ke-13 berwarna kuning, dan yang terakhir
yaitu sesudah ditambahkan garam pada hari ke-14 berwarna magenta. Hasil
tersebut ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Hubungan frekuensi-intensitas sebelum hari ke-1 dengan sesudah hari
ke-10 hingga ke-14
Berdasarkan Gambar 10 terlihat nilai intensitas sebelum ditambahkan garam
pada hari ke-1 jauh berbeda. Nilai intensitas sebelum ditambahkan garam dengan
sesudah ditambahkan garam pada hari ke-10, 13, dan 14 memiliki nilai yang
hampir sama, yaitu dengan nilai awal intensitas -48 dB dan dengan nilai akhir
-48,5 dB. Nilai intensitas sebelum ditambahkan garam pada hari ke-1 bernilai
dengan awal intensitas -45,8 dB tetapi hasil akhir nilai intensitas memiliki nilai
-47,2 dB. Sedangkan nilai intensitas sesudah ditambahkan garam pada hari ke-12
terlihat memiliki nilai intensitas yang berada ditengah-tengah. Sedangkan nilai
intensitas sesudah pada hari ke-11 memiliki nilai intensitas terendah dengan kurun
waktu, yaitu detik 20-60 dengan nilai awal intensitas -49 dB dan dengan nilai
akhir -49,8 dB dengan frekuensi akhir 19,6 kHz.
Nilai intensitas pada Gambar 10 menunjukkan adanya kesesuaian
karakteristik nilai intensitas suara dengan salinitas yang ada, yaitu semakin
banyak atau semakin tingginya kadar garam yang ada di dalam air maka
pergerakan ikan Guppy akan semakin melemah atau akan menghasilkan nilai
intensitas yang semakin kecil. Menurut Emberlin (1983), ikan-ikan kecil tidak
mungkin tahan jika terkenai salinitas yang cukup tinggi terutama pada ikan air
tawar, namun setidaknya banyak
penelitian telah menunjukan beberapa
keterbatasan toleransi salinitas bawah dan di atas air laut. Hal ini menunjukkan
bahwa ikan Guppy mampu bertahan pada salinitas 30 ‰ .

13

Berdasarkan hasil pengolahan yang menggunakan MATLAB dan
menghasilkan figure, nilai intensitas pada hari ke-10, 13, 14 sesudah ditambahkan
garam memiliki nilai intensitas yang hampir sama yaitu dengan nilai awal yang
sama yaitu -48 dB dan dengan nilai akhir intensitas yang sama yaitu pada
frekuensi 19,6 kHz dengan nilai intensitas -48,5 dB. Grafik intensitas suara ikan
sesudah ditambahkan garam pada hari ke-3 dan 7 memiliki intensitas yang lebih
tinggi, dengan rata-rata intensitas yaitu berada pada -44,0 dB pada jarak waktu
yaitu detik 40-50. Nilai intensitas sebelum ditambahkan garam pada hari ke-1
memiliki nilai intensitas yang sangat rendah, dibandingkan dengan nilai intensitas
setelah ditambahkan garam pada hari ke 1 - 7.
Nilai intensitas sebelum ditambahkan garam memiliki nilai awal -44,2 dB
dan nilai akhir -47,2 dB dengan nilai akhir frekuensi, yaitu 19,6 kHz. Nilai
intensitas pada hari ke-2 dan ke-3 sesudah penambahan garam terlihat tidak jauh
berbeda, hal ini mungkin disebabkan ikan sudah mulai terbiasa dari hari
sebelumnya yaitu pada hari ke-1 setelah penambahan garam. Nilai intensitas
sesudah ditambahkan garam pada hari ke-11, 12, 13, dan 14 lebih rendah
dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.
Hal ini jelas terlihat bahwa ikan Guppy melakukan pergerakan yang sangat
sedikit sehingga menyebabkan intensitas suara ikan Guppy memiliki nilai yang
kecil. Menurut (Syahroni 2012) banyaknya jumlah ikan berperangaruh nyata
dengan nilai intensitas dan frekuensi yang dihasilkan sehingga nilai intensitas dan
frekuensi sebanding dengan jumlah ikan, dan menurut ( W. Mahendra dan P. Sri
2012) ikan yang memiliki produktivitas tinggi memiliki rentang frekuensi dan
intensitas yang lebih sempit, dibandingkan dengan ikan yang memiliki
produktivitas yang lebih rendah dengan rentang frekuensi maupun intensitas yang
lebih lebar. Ikan Guppy memiliki nilai akhir range intensitas sesudah ditambahkan
garam yang merupakan nilai range intensitas tertinggi, sehingga penambahan
kadar garam kepada ikan Guppy dapat menyebabkan ikan Guppy memiliki
produktivitas yang lebih rendah dibandingkan sebelum ditambahkan garam.
Tingkah Laku Ikan Dalam Akuarium dan Uji Coba Perairan Laut
Hasil perekaman tingkah laku ikan (TLI) dengan menggunakan kamera
terlihat ikan secara dominan berada di permukaan setelah penambahan kadar
garam 2 gram/mol (Gambar 9).

Gambar 9 Posisi ikan sebelum ditambahkan garam (kiri), setelah ditambahkan
garam (kanan)

14
Secara umum pada 14 hari dilakukan pengamatan, posisi ikan sebelum
ditambahkan garam 2 gram /mol terlihat menyebar karena tidak ada ancaman pada
saat itu. Posisi ikan sesudah ditambahkan garam 2 gram/mol berkumpul di
permukaan karena adanya salinitas yang tinggi yaitu dengan bertambahnya
salinitas. Pergerakan ikan pada saat setelah ditambahkan garam menimbulkan
suara berisik (noise). Suara berisik tersebut yang diakibatkan karena pergerakan
sirip pektoral saat berenang karena saat berenang tubuh ikan bergesekan dengan
air.
Hasil uji coba ikan yang dilakukan pada perairan Pulau Pramuka,
Kepulauan Seribu, menunjukkan ikan dapat berenang dengan baik dan selalu
berada di permukaan perairan tanpa terlihat adanya perubahan yang sangat
signifikan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ikan Guppy (Poecilia reticulata) mampu hidup di air laut dengan proses
aklimatisasi selama 14 hari ditambahkan kadar garam 2 gram/mol hingga hari ke14 . Secara umum ikan mengalami penurunan intensitas suara setelah dilkakukan
penambahan kadar garam. Nilai intensitas awal tertinggi pada ikan Guppy pada
saat setelah penambahan kadar garam yaitu pada hari ke 3 dan 7 dengan nilai ratarata intensitas -44 dB dan Ikan Guppy mampu bertahan pada salinitas 30 ‰
dengan nilai intensitas -48 dB pada jarak waktu pada detik 40- 50 dengan
frekuensi 0 – 19,6 kHz.
Saran
Berhubungan dengan penelitian mengenai studi bioakustik suara
stridulatory gerak ikan Guppy (Poecillia reticulata ) saat proses aklimatisasi
kadar garam, penulis ingin menyampaikan beberapa saran untuk pengembangan
metode studi bioakustik ini adalah sebagai berikut:
1
Perlu dilakukan penelitian dengan pengambilan data pada siang hari dengan
jenis dan ukuran ikan yang berbeda.
2
Perlu dilakukan uji coba pada perairan laut dengan kedalaman diatas 6
meter.

DAFTAR PUSTAKA
Arfah, H. 1997. Efektivitas Hormon 17α-Metiltestoteron dengan Metode
Perendaman Induk terhadap Nisbah Kelamin dan Fertilitas Keturunan pada
Ikan Guppy (Poecilia reticulata Peters). [Tesis]. Program Studi Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. 42 lembar.
Brett, J. R. 1999. Environmental Factors and Growth. p. 599-675. In: W. S. Hoar,
D. J. Randall and J. R Brett (editors), Fish Physiology. Vol. VIII, Academic

15

Press, New York.
Carpenter, Kent E. & Volker H. Niem. 2001. FAO Species Identification Guide:
The Living Marine Resources of The Western Pacific. Vol. 6:3736. Food
and Agriculture Organization, Rome.
Chervinski, J. 1984. Salinity tolerance of the Guppy, Poecilia reticulata Peters. J
of Fish Bio 24: 449-452.
D. Potts, G. Steidl, dan M. Tasche 2001. " Fast Fourier transformasi data
nonequispaced: Sebuah tutorial ", dalam: JJ Benedetto dan P. Ferreira
(Eds.), Teori Sampling Modern: Matematika dan Aplikasi (Birkhäuser).
Emberlin, J. C. 1983. Introduction to Ecology. Mac Donald and Evans. Estrover,
Plymouth.
Hazarika BN. 2003. Acclimatization of tissue-cultured plants. Current Science
85(12):1704-12.
Kwon, J.Y., V.Haghpanah, L.M.K. Hurtado, B.J. McAndrew dan D.J.penman.
2000. Macculinization of genetic male Poecilia reticulata by dietary
administration of an aromatase inhibitor during sexual differentiation. J of
Ex Zoo 287:48-62.
Lugli, M., Yan, H. Y., Fine, M. L. 2003. Acoustic communication inpott two
freshwater gobies: the relationship between ambient noise, hearing
thresholds and sound spectrum. J of Comp Physio A, 189 : 309–320.
Misund O. A, J. C. Coetzee, P. Fréon, M. Gardener,K. Olsen, I. Svellingen And I.
Hampton. 2003.Schooling Behaviour Of Sardine Sardinops Sagax In False
Bay, South Africa. Institute of Marine Research, P.O. Box 1870, N-5817
Bergen,Norway.
Ostwald, Wilhelm 1893. Hand- und Hilfsbuch zur ausführung physiko-chemischer
Messungen. Leipzig. hlm. 119.
Pitcher, T.J.1993. Behaviour of Teleost Fishes. 2nd ed. Clays Ltd. St Ives plc.
England.
Popper, A.N. dan C.Plat. 1993. Inner Ear and Lateral Line P. 116 – 117. In David
H. Evans. (ed). The Physiology of Fishes. CRC Press. Boca Raton.
Pratt, M. 1998. Better Angling With Simple Science: The White Friars
Press. London.
Simmonds J. & MacLennan D. 2005. Fisheries Acoustics: Theory and Practice,
second edition. Blackwell.
Subani W dan HR. Barus. 1989. Alat Penangkap Ikan Dan Udang Laut Di
Indonesia (Fishing Gears for marine Fish and Shrimp in Indonesia). No.50
Tahun 1998/1989. Edisi khusus. JPPL. Balai Penelitian Perikanan Laut.
Badan Penilitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Jakarta. 248 hal.
Sullivan, H. S. 1994. The psychiatric interview. New York: Norton.
Suwarsito., Syarifuddin, H., Mulia, D.S. 2003. Pengaruh Penambahan
Methyltestoteron Dalam Pakan Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy
(Poecilia reticulata Peters). J Sains A, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Muhammadiyah Purwokerto 10 (1): 20-27.
Syahroni. 2012. Perekaman dan Analisis Spektrum Suara Ikan Nila [skripsi].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. 30 Lembar.
Walker, W.F.,Jr. 1907. Functional Anatomy of The Vertebrates. CBS College
Publishing. United States America.

16
Winn, H.E. 1991. Acoustic Discrimination By The Road FishWith Comments On
Signal System. P 361 – 381. In Howard E. Winn. Dan Bori J. Olla. (ed)
Behavior of Marine Animals Vol 2: Vertebrates. Plenum Press. New
york.
W. Mahendra I ., Pujiyati, Sri. 2012. Spionase bawah air, 104 inovasi Indonesia
prospektif 2012. BIC, Bogor.
Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi.
Periplus Edition (HK) Ltd. dan Proyek EMDI KMNKLH Jakarta. hal 126127.
www.aquahobby.com/gallery/e_Fancy_Guppy_Poecilia_reticulata.php
(dikutip
tanggal 14-11-2013)
www.fishbase.org/Summary/speciesSummary.php?id=3228 (dikutip tanggal 1411-2013)
www.mathworks.com (diakses tanggal 12 Mei 2013)
www.steinberg.net (diakses tanggal 12 Mei 2013)

17

Lampiran 1 Langkah-langkah persiapan dan modifikasi akuarium
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan akuarium adalah sebagai
berikut:
1. Pembuatan dinding perekam noise, dinding peredam dibuat dengan
merekatkan kertas karton, berlapis-lapis sampai didapat ketebalan yang
cukup untuk mengisi rongga antara akuarium dengan kotak stryfoam.
Dinding peredam dipasang di dasar akuarium, ke-4 sisi samping akuarium,
dan pada tutup akuarium.
2. Modifikasi tutup akuarium; tutup akuarium dilubangi 5 x 2 cm untuk
pengamatan. Di sisi kaca dibuat 3 lubang tempat masuknya kabel. Lubang
pertama untuk kabel hidrofon, dan 2 lubang lainnya untuk selang aerator,
masing-masing selang untuk filter dan aerasi, di sisi kaca yang lain
dibuatkan sebuah lubang lagi untuk pipa lubang masuknya air garam.
3. Tahap akhir perancangan akuarium adalah dengan mendekorasi akuarium,
terakhir adalah memasukkan air tawar yang diambil dari sumber air pada
laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan kedalam akuarium
pengamatan. Akuarium dibiarkan teraerasi dan terfilter selama sehari agar
air menjadi bersih dan kaya dengan oksigen.

18
Lampiran 2 Proses pemilihan, aklimatisasi dan pemindahan ikan pada akuarium
pemeliharaan
Ikan Guppy (Poecilia reticulata) yang terpilih adalah ikan yang sehat
dengan tanda-tanda, yaitu gesit dan lincah. Ikan dipelihara dalam akuarium
pemeliharaan sementara sebelum dipindahkan ke akuarium pengamatan untuk
proses adaptasi awal terhadap lingkungan sekitar manusia dan penyesuaian
terhadap penambahan kadar garam. Ciri-ciri ikan Guppy adalah mempunyai
gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi
sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang, memiliki tubuh yang ramping,
warnanya lebih cerah, sirip punggung lebih panjang, kepalanya besar. Adapun
klasifikasi dari ikan Guppy menurut (Peters 1859) yaitu :
Kingdom

: Animalia

Filum
Kelas

: Chordata
: Actinopterygii
Ordo
:Cyprinodontiformes
Famili
: Poeciliidae
Genus
: Poecilia
Spesies
: Poecilia reticulate

Ikan yang terpilih dari akuarium pemeliharaan dimasukkan ke dalam
kantung plastik dan dibawa menuju akuarium pengamatan. Ikan beserta plastiknya
yang telah dibuka dimasukkan perlahan-lahan ke dalam akuarium pengamatan dan
dibiarkan beberapa saat untuk penyesuaian terhadap lingkungan tempat hidupnya
yang baru. Ikan dibiarkan keluar dengan sendirinya dari dalam kantung plastik.
Ikan tidak diberikan pakan selama ±1-2 hari hari karena pada massa-massa ini,
ikan masih dalam keadaan stress akibat belum beradaptasi dengan lingkungannya
yang baru.

19

Lampiran 3 Proses penghitungan data

Hari
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Range
Pembulatan
Intensitas
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
-25.57
-29.76
-55.02
-53.79
29.45
24.03
29
24
-23.77
-26.86
-55.79
-53.89
32.02
27.03
32
27
-26.08
-24.34
-56.1
-48.36
30.02
24.02
30
24
-25.29
-23.29
-49.31
-44.34
24.02
21.05
24
21
-25.69
-21.26
-51.75
-42.44
26.06
21.18
26
21
-28.42
-20.35
-48.47
-38.41
20.05
18.06
20
18
-23.77
-24.31
-52.84
-51.41
29.07
27.1
29
27
-26.65
-25.36
-56.72
-53.43
30.07
28.07
30
28
-26.84
-25.58
-58.93
-55.66
32.09
30.08
32
30
-28.32
-26.87
-60.46
-56.91
32.14
30.04
32
30
-30.24
-29.23
-62.28
-59.27
32.04
30.04
32
30
-32.05
-31.42
-65.12
-62.55
33.07
31.13
33
31
-33.68
-30.49
-66.81
-61.58
33.13
31.09
33
31
-36.73
-34.62
-69.82
-65.71
33.09
31.09
33
31
Intensitas Awal
(dB)

Intensitas Akhir
(dB)

Rumus mencari range intensitas sebelum :
Nilai Intensitas awal sebelum ( ping 1 ) – Nilai intensitas akhir sebelum ( ping 1200 )

Range intensitas sesudah :
Nilai Intensitas awal sesudah ( ping 1 ) – Nilai intensitas akhir sesudah ( ping 1200 )

20
Lampiran 4 Diagram alir pengolahan data

Analisis Suara
Ikan Guppy

Filtering (5 Menit menjadi 1 Menit)
dengan menggunakan perangkat
lunak Wavelab (www.steinberg.net)

Export data to ASCII (*txt)
Wavelab (www.steinberg.net)

Spectrum analyser (FFT)
(www.steinberg.net)

Anti log pada Microsoft excel
(www.microsoftoffice.com)
dengan rumus
( Log10 x n (data) x 103 )

Pemotongan Intensitas data ping
1-300 dan 601-1023 pada Microsoft
Excel untuk menghilangkan noise
(www.microsoftoffice.com)

Memasukkan Syntax pada
perangkat lunak
Matlab (www.mathworks.com)

Open data pada perangkat lunak
Matlab (www.mathworks.com)

Tampilan Grafik / figure hasil
proses pada perangkat lunak
Matlab (www.mathworks.com)

Selesai

21

Lampiran 5 Syntax perangkat lunak Matlab pada (www.mathworks.com)
A=load('sebelum1.txt');
f=A(:,2);
i=A(:,3);
B=load('sesudah2.txt');
f2=B(:,2);
i2=B(:,3);
C=load('sesudah3.txt');
f3=C(:,2);
i3=C(:,3);
D=load('sesudah4.txt');
f4=D(:,2);
i4=D(:,3);
E=load('sesudah5.txt');
f5=D(:,2);
i5=D(:,3);
F=load('sesudah6.txt');
f6=D(:,2);
i6=D(:,3);
G=load('sesudah7.txt');
f7=D(:,2);
i7=D(:,3);
plot(f,i,'--red','LineWidth',2)
hold on
plot(f2,i2,'blue','LineWidth',1)
hold on
plot(f3,i3,'green','LineWidth',1)
hold on
plot(f4,i4,'black','LineWidth',1)
hold on
plot(f5,i5,'yellow','LineWidth',1)
hold on
plot(f6,i6,'c','LineWidth',1)
hold on
plot(f7,i7,'white','LineWidth',1)
hold on
xlabel 'Frekuensi(Hz)'
ylabel 'Intensitas(dB)'

22
A=load('sebelum1.txt');
f=A(:,2);
i=A(:,3);
B=load('sesudah8.txt');
f2=B(:,2);
i2=B(:,3);
C=load('sesudah9.txt');
f3=C(:,2);
i3=C(:,3);
D=load('sesudah10.txt');
f4=D(:,2);
i4=D(:,3);
E=load('sesudah11.txt');
f5=D(:,2);
i5=D(:,3);
F=load('sesudah12.txt');
f6=D(:,2);
i6=D(:,3);
G=load('sesudah13.txt');
f7=D(:,2);
i7=D(:,3);
plot(f,i,'--red','LineWidth',2)
hold on
plot(f2,i2,'blue','LineWidth',1)
hold on
plot(f3,i3,'green','LineWidth',1)
hold on
plot(f4,i4,'black','LineWidth',1)
hold on
plot(f5,i5,'yellow','LineWidth',1)
hold on
plot(f6,i6,'c','LineWidth',1)
hold on
plot(f7,i7,'white','LineWidth',1)
hold on
xlabel 'Frekuensi(Hz)'
ylabel 'Intensitas(dB)'

23

Lampiran 6 Hasil 3D dan FFT menggunakan (www.steinberg.net)

Hasil 3D (atas) dan FFT(bawah) sebelum penambahan garam hari ke – 1

Hasil 3D (atas) dan FFT(bawah) sesudah penambahan garam hari ke – 1

24

Hasil 3D (atas) dan FFT(bawah) sebelum penambahan garam hari ke – 14

Hasil 3D (atas) dan FFT(bawah) sesudah penambahan garam hari ke – 14

25

Lampiran 7 Alat dan bahan yang digunakan saat penelitian

Akuarium pengamatan dengan jumlah ikan
65 ekor

PC/ Laptop Asus intel Corei3, dan
Headphone

Blender National omega MX-T2GN

Keadaan Akuarium setelah ditambahkan
peredam noise

Dolphin EAR 100 hydrophone nomor seri
DE989505

26

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 08
Februari 1992 dari Ayahanda Drs. Khairuddin Lubis, M.Pd
dan Ibunda Siti Yeni Mahnizar, M.Si. Penulis adalah putra
kedua dari lima bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari
SMA Negeri 17 Medan dan pada tahun yang sama
alhamdulillah, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan
diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan Himpunan
Profesi Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA).
Tahun 2010 penulis menjabat sebagai anggota divisi di bidang PSDM
HIMITEKA, Tahun 2011 sebagai anggota divisi PSDM HIMITEKA, dan pada
Tahun 2013 Penulis sebagai Dewan Formatur HIMITEKA. Penulis juga aktif
sebagai penanggung jawab Kepanitiaan IMMAM CUP pada tahun 2011. Penulis
juga aktif sebagai Dewan Penasehat organisasi Ikatan Mahasiswa Asli Asal
Medan (IMMAM) di IPB (2012-sekarang).
Selain kegiatan berorganisasi penulis juga pernah menjadi finalis PIMNAS
2012 dan 2013 di IPB. Pernah menjabat sebagai asisten praktikum pada mata
kuliah Akustik Kelautan Tahun 2013, pernah menjabat sebagai Koordinator
Asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar Akustik Kelautan pada Tahun
2013, dan yang terakhir yaitu menjabat sebagai asisten praktikum pada mata
kuliah Selam Ilmiah Tahun 2013.
Selain berorganisasi, aktif di perlombaan di IPB penulis juga pernah
menjadi kontingen futsal TPB CUP dan juara basket TPB CUP tahun 2010.
Menjadi kontingen futsal ITK tahun 2011, 2012, 2013 di Pekan Olahraga
Perikanan. Menjadi kontingen sepakbola dan futsal di Olimpiade Mahasiswa IPB
tahun 2012. Juara 2 marine league HIMITEKA IPB 2013.