2. Sedangkan menurut SNI 03-4147-1996 terdapat 3 jenis kapur, yaitu:
a. Kapur tohorquick lime CaO adalah hasil dari pemanasan batuan kapur,
yang dalam perdagangan dapat dijumpai bermacam-macam hasil pembakaran kapur ini.
b. Kapur padathydrated lime adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau
magnesiumyang dibuat dari kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan mengeluarkan panas. Digunakan terutama untuk bahan pengikat
dalam adukan bangunan. c.
Kapur hydraulik disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan pengotor- pengotor. Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan
menambahkan air ataupun membiarkannya du udara terbuka, pada reaksi ini timbul panas.
3. Sifat-sifat batu kapur :
Batu kapur mempunyai sifat yang istimewa, bila dipanasi akan berubah menjadi kapur yaitu kalsium oksida CaO dengan menjadi proses
dekarbonasi pengusiran CO
2
: hasilnya disebut kampur atau quick lime yang dapat dihidrasi secara mudah menjadi kapur hydrant atau kalsium hidroksida
CaOH
2
. Pada proses ini air secara kimiawi bereaksi dan diikat oleh CaO menjadi CaOH
2
dengan perbandingan jumlah molekul sama.
4. Pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :
a. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester, adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen
merah.
b. Bahan Penstabilan Jalan Raya
Pemakaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas,
mengurangi penyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya. c.
Sebagai Bahan Ikat pada Beton Bila dipakai bersama-sama semen portland, sifatnya menjadi lebih baik
dan dapat mengurangi kebutuhan semen portland. d.
Sebagai batuan jika berbentuk batu kapur. e.
Sebagai bahan pemutih.
E. Fly ash
Fly ash abu terbang adalah salah satu residu yang dihasilkan dalam
pembakaran dan terdiri dari partikel-partikel halus. Fly ash merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus, berwarna keabu-abuan
dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Fly ash banyak mengandung Silika yang amorf 40 dan dapat memberikan sumbangan keaktifan
mempunyai sifat pozzolan untuk dibuat batablock dengan campuran kapur padam, sehingga dengan mudah mengadakan kontak dan bereaksi dengan
kapur yang ditambahkan air membentuk senyawa kalsium silikat. Senyawa inilah yang bertanggung jawab pada proses pengerasan campuran atau massa
Suhanda, 1999. Menurut SNI S-15-1990-F tentang spesifikasi abu terbang sebagai bahan
tambahan untuk campuran beton, abu batubara fly ash digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Kelas F : Abu terbang fly ash yang dihasilkan dari pembakaran
batubara jenis antrasit dan bituminous. 2.
Kelas C : Abu terbang fly ash yang dihasilkan dari pembakaran batubara jenis lignite dan subbtuminous.
3. Kelas N : Pozzolan alam, seperti tanah diatome, shale, tufa, abu
gunung merapi atau pumice. Sebenarnya abu terbang tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya
semen, namun dengan kehadiran air dan ukurannya yang halus, oksida silika yang dikandung di dalam abu batubara akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan akan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan yang mengikat Djiwantoro,
2001. Suharwanto, 2000, menyatakan bahwa kandungan kimia dalam abu terbang
akan mempengaruhi pada saat beton mengalami reaksi hidrasi antara air, semen portland dan abu terbang. Dalam proses hidrasi, air dalam campuran beton akan
mengikat dikalsium silikat C
2
S dan trikalsium silikat C
3
S yang kemudian menjadi kalsium silikat hidrat gel 3CaO.2SiO
2
.3H
2
O atau CSH dan membebaskan kalsium hidroksida Ca OH
2
. Tambahan abu terbang yang mengandung silica SiO
2
dan bereaksi dengan Ca OH
2
yang dibebaskan dari proses hidrasi dan akan membentuk Calsium Silikat Hidrat CSH kembali,
sehingga beton yang dibentuknya akan lebih padat dan kuat atau mutunya bertambah.
Abu batu bara dapat digunakan pada beton sebagai material terpisah atau sebagai bahan dalam campuran semen dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-