PEMANFAATAN LIMBAH KACA SEBAGAI BAHAN FILLER UNTUK PEMBUATAN PAVING BLOCK MENGGUNAKAN TANAH LEMPUNG

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH KACA SEBAGAI BAHAN

FILLER

UNTUK PEMBUATAN

PAVING BLOCK

MENGGUNAKAN

TANAH LEMPUNG

Oleh

DANIEL FAJARYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

PEMANFAATAN LIMBAH KACA

SEBAGAI BAHANFILLERUNTUK PEMBUATAN

PAVING BLOCKMENGGUNAKAN TANAH LEMPUNG

Oleh

DANIEL FAJARYANTO

Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari

campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air, dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. Paving Block merupakan salah satu jenis beton non struktural yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan jalan, pelataran parkir, trotoar, taman, dan keperluan lainnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai kuat tekan yang dihasilkan paving blockdan penyerapan air menggunakan bahan dari pasir dan tanah lempung, dengan campuranfillerkaca yang variasi campuran 0%, 5%, 10% dan 15%.

Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan paving block, nilai kuat tekan tertinggi didapat pada campuran filler kaca 10% sebesar 23,90 Mpa untuk berbahan dasar pasir dan 10,60 Mpa untuk berbahan dasar tanah lempung. Dan untuk pengujian serapan air dimana paving block berbahan dasar dasar pasir didapat nilai maksimum sebesar 5,90% dengan campuran filler kaca 0% dan berbahan dasar tanah lempung 9,03% dengan campuran filler kaca 0%. Maka

paving blockberbahan dasar pasir tergolong ke dalam paving block mutu B dan

paving block berbahan dasar tanah masuk ke dalam paving blockmutu D. Hal ini

menunjukkan bahwa paving block berbahan dasar tanah dapat dimanfaatkan sebagai taman kota dengan dengan kuat tekan 8,5 Mpa–10Mpa mutu D menurut SNI – 3 – 0691 – 1996. Dan dalam pengujian penyerapan air tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahan dasar tanah lempung dapat digunakan untuk taman kota danfillerkaca dapat secara efektif digunakan sebagai komponen

paving block.

Kata kunci : filler kaca, kuat tekan, paving block, pasir, penyerapan air, tanah lempung.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR NOTASI... vii

I. PENDAHULUAN……….. 1

A. LatarBelakang ... 1

B. TujuanPenelitian ... 3

C. Batasan Masalah... 3

D. Manfaat Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA………... 9

A. Paving Block... 6

B. Klasifikasi Tanah ... 6

1. Sistem Klasifikasi AASHTO……... 7

2. Sistem Klasifikasi TanahUnified(USCS)……... 10

C. Teori Tentang Bahan Bangunan Berbasis Semen ... 13

D. Teori TentangPaving Block... 13


(7)

ii

2. Kegunaan dan KeuntunganPaving Block... 15

3. Syarat Mutu Paving Block………... 16

4. Penggunaan Paving BlockSebagai Lapisan Perkerasan Permeable………... 18

E. Material ... 20

1. SemenPortland(PC)………... 20

2. Agregat Halus………... 21

3. Air………. 22

4. Tanah Lempung………...………. 23

5. Limbah Kaca………. 24

F. Komposisi CampuranPaving Block... 24

G. Kuat TekanPaving Block... 25

H. Penyerapan AirPaving Block... 27

I. Analisis Data ... 27

J. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan ... 30

III. METODOLOGI PENELITIAN………... 38

A. Waktu dan Tempat ... 31

B. Bahan………... 31

C. Alat... 32

D. Tahapan Penelitian ... 32

E. Pengujian Bahan-bahan Dasar……….... 33

1. Pemeriksaan Kadar Air Agregat ... 33

2. Analisis Saringan/Pengujian GradasiAgregat... 34


(8)

4. Pengujian Berat Jenis ... 36

5. Uji BatasAtterberg………... 38

F. Ketentuan Campuran Mortar... 41

G. Rencana Kebutuhan Campuran Mortar... 42

H. Analisis Hasil ... 42

I. SpesifikasiStandar Acuan Penelitian ... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bahan DasarPaving Block... 45

B. Campuran Bahan DasarPaving Block... 45

C. Kebutuhan CampuranMortar... 46

D. Bentuk dan Ukuran ... 48

E. BeratPaving Block... 48

F. Kuat TekanPaving Block... 51

G. Penyerapan AirPaving Block ... 59

H. Korelasi antara Kuat Tekan terhadap Penyerapan Air Paving Block... 60

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C LAMPIRAN D


(9)

iv

LAMPIRAN E LAMPIRAN F LAMPIRAN G


(10)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang tengah dihadapi oleh kota-kota sedang berkembang seperti Lampung, khususnya limbah kaca . Pemanfaatan limbah kaca untuk digunakan kembali (re-use) merupakan salah satu solusi penanganan limbah yang tepat. Untuk mengurangi pengaruh negative dan mengotimalkan bahan, maka perlu adanya penelitian dalam pemanfaatannya untuk usaha meningkatkan nilai guna sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Serbuk kaca diharapkan berfungsi sebagai filler dan

binder karena memiliki potensi sebagai material pozzolan.. Maka penulis mecari

solusi dengan memanfaatkan limbah kaca sebagai bahan tambahan untuk paving

block.

Pemanfaatan limbah kaca berbentuk pecahan memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan campuran pembuatan paving block. Limbah kaca yang dimanfaatkan untuk campuran pembuatan paving block, dapat digunakan sebagai alternatif jalan lingkungan. Penelitian ini diharapkan memberikan dampak ekonomis terhadap penggunaan paving block.. Pada konteks sosial diharapkan hasil-hasil penelitian ini dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap


(11)

2

produk-produk kerja, dan selain itu pula memperluas wawasannya tentang potensi yang terdapat pada barang-barang limbah dapat bermanfaat dan tidak mencemari lingkungan serta dapat membuka lapangan kerja baru. Dan Memberikan dampak positif terhadap lingkungan khususnya tata guna lahan dan pencemaran.

Paving block (bata beton) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat

dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air, dan agregat (abu batu/pasir) dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya (SNI 03-0691-1996). Dengan komposisi tertentu paving block mempunyai permukaan semi permeable atau permeable yang memungkinkan air dapat masuk ke dalam tanah. Paving block yang dimanfaatkan sebagai lapisan perkerasan baik di dalam atau di luar bangunan dapat berwarna seperti aslinya atau diberi warna tertentu (SNI 03-0691-1996).

Aplikasipaving block pada pembangunan ruas jalan sudah kita jumpai diberbagai daerah, pembangunan perkerasan kaku relatif lebih besar kemampuannya menahan beban dan lebih ekonomis dari pada penggunaan plat beton bertulang, mudah dalam pekerjaan pemasangan dan mampu menahan beban dalam batas tertentu, secara umur konstruksinya relatif tahan lama. Selain itu paving block mempunyai sifat khas yang tidak memiliki perkerasan lain yaitu kesan keindahan dan artistic yang terbentuk oleh warna beton pejal tersebut dan berbentuk pola-pola yang menarik pada permukaannya. Selain memiliki fungsi dan keunggulan, penggunaan serbuk kaca pada beton juga memiliki kelemahan yang perlu mendapat perhatian.


(12)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu :

• Meningkatkan mutu elemen bahan bangunan dengan menggunakan bahan tambahan dari limbah kaca

• Mengetahui kuat tekan karakteristikpaving block

• Untuk mengetahui kadar optimum limbah kaca dalam campuran paving block

• Untuk memberikan ilustrasi terhadap dampak ekonomi.

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan yang diteliti agar penelitian dapat terarah sesuai tujuan yang diharapkan, maka digunakan anggapan dasar dan batasan masalah sebagai berikut ini.

• Jenis campuran yang digunakan untuk Golongan I semen (PC) + Pasir (PS) + Filler kaca (FL) dan Golongan II Semen (PC) + Tanah Lempung (TL) +Fillerkaca (FL)

• Semen yang digunakan adalah semenPortland type I

• Pemadatanpaving blockyang dilakukan menggunakan mesinpress

• Menggunakan cetakan paving block berbentuk segi empat dengan ukuran 21cm x 10,5 cm x 6cm.

• Benda uji berjumlah 160 buah untuk setiap golongan


(13)

4

• Klasifikasi mutu paving block hanya mutu D yaitu untuk taman dan pengguna lain.

• Pengujianpaving blockmeliputi pengujian kuat tekan dan penyerapan air.

• Pengujian sample dilakukan dilaboratorium bahan dan konstruksi dengan menggunakan alatCompression Testing Machine(CTM).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang paving block yang tahan terhadap beban sekunder dan ekonomis kepada :

• Produsenpaving blockuntuk menggunakan bahan proporsi yang ekonomis dan ramah lingkungan

• Sebagai usaha untuk mengurangi limbah kaca

• Masyarakat umum sebagai bahan pertimbangan untuk memilih jenis

paving blockyang tahan lama

• Akademis untuk mampu mengembangkan lebih lanjut tentang paving

block yang tahan terhadap beban sekunder, ekonomis, dan ramah

lingkunagn, dikemudian hari.

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang tengah dihadapi oleh kota-kota sedang berkembang seperti Lampung, khususnya limbah kaca. Cara mengatasinya agar tidak mencemari lingkungan masih menjadi persoalan besar. Penanganan limbah kaca yang terencana memiliki prospek untuk memecahkan permasalahan tersebut.


(14)

Pemanfaatan limbah kaca berbentuk pecahan memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan campuran pembuatan paving block. Limbah kaca yang dimanfaatkan untuk campuran pembuatan paving block, dapat digunakan sebagai alternatif jalan lingkungan. Penelitian ini diharapkan memberikan dampak ekonomis terhadap penggunaan paving block.. Pada konteks sosial diharapkan hasil-hasil penelitian ini dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk-produk keria, dan selain itu pula memperluas wawasannya tentang potensi yang terdapat pada barang-barang limbah dapat bermanfaat dan tidak mencemari lingkungan serta dapat membuka lapangan kerja baru. Dan Memberikan dampak positif terhadap lingkungan khususnya tata guna lahan dan pencemaran.


(15)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Paving Block

Menurut Standar Konsep Standar National Indonesia (SK SNI T –04–1990–F) yang dimaksud dengan blok beton terkunci atau paving block adalah segmen-segmen kecil yang terbuat beton, dengan bentuk segi enam atau segi banyak yang dipasang sedemikian shingga mereka saling mengunci dan dibidang diatas blok beton terkunci ataupaving blockharus diberi pinggul.

B. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).

Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah serta mengelompokkannya sesuai dengan perilaku umum dari tanah tersebut. Tanah-tanah yang dikelompokkan dalam urutan berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu. Tujuan klasifikasi tanah adalah


(16)

untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989).

Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indek pengujian yang sangat sederhana untuk memperoleh karakteristik tanahnya. Umumnya klasifikasi didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan (percobaan sedimentasi) dan plastistasnya (Hardiyatmo, 1992).

Jenis dan sifat tanah yang sangat bervariasi ditentukan oleh perbandingan banyak fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan lempung), sifat plastisitas butir halus. Klasifikasi bermaksud membagi tanah menjadi beberapa golongan tanah dengan kondisi dan sifat yang serupa diberi simbol nama yang sama. Ada dua cara klasifikasi yang umum yang digunakan :

1. Sistem Klasifikasi AASTHO

Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and

Transportation Official) dikembangkan pada tahun 1929 dan mengalami

beberapa kali revisi hingga tahun 1945 dan dipergunakan hingga sekarang, yang diajukan oleh Commite on Classification of Material for Subgrade and

Granular Type Road of the Highway Research Board (ASTM Standar No.


(17)

8

menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (sub-base) dan tanah dasar (subgrade).

Sistem ini didasarkan pada kriteria sebagai berikut :

a. Ukuran butir

Kerikil : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter

75 mm dan tertahan pada saringan diameter 2 mm (No.10).

Pasir : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter 2

mm dan tertahan pada saringan diameter 0,0075 mm (No.200).

Lanau & lempung : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter 0,0075 mm (No.200).

b. Plastisitas

Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas (PI) sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar 11 atau lebih.

c. Apabila ditemukan batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) dalam contoh tanah yang akan diuji maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu, tetapi persentasi dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.

Sistem klasifikasi AASTHO membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah berbutir yang 35 % atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3. Tanah berbutir yang lebih dari 35 % butiran tanah tersebut


(18)

lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam kelompok 4, 5 6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar adalah lanau dan lempung.

Untuk mengklasifikasikan tanah, maka data yang didapat dari percobaan laboratorium dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam Tabel 1. Kelompok tanah dari sebelah kiri adalah kelompok tanah baik dalam menahan beban roda, juga baik untuk lapisan dasar tanah jalan. Sedangkan semakin ke kanan kualitasnya semakin berkurang.

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

Klasifikasi umum Tanah berbutir

(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Klasifikasi kelompok A-1 A-3 A-2

A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 Analisis ayakan (%

lolos) No.10 No.40 No.200 Maks 50 Maks 30 Maks 15 Maks 50 Maks 25 Min 51

Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Sifat fraksi yang lolos

ayakan No.40 Batas Cair (LL)

Indeks Plastisitas (PI) Maks 6 NP

Maks 40 Maks 10 Min 41 Maks 10 Maks 40 Min 11 Min 41 Min 41 Tipe material yang

paling dominan

Batu pecah, kerikil dan pasir

Pasir

halus Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung Penilaian sebagai bahan

tanah dasar Baik sekali sampai baik

Klasifikasi umum Tanah berbutir

(Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200

Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7

Analisis ayakan (% lolos)

No.10 No.40

No.200 Min 36

NNNNNN

Min 36 Min 36 Min 36

Sifat fraksi yang lolos ayakan No.40

Batas Cair (LL) Indeks Plastisitas (PI)

Maks 40 Maks 10 Maks 41 Maks 10 Maks 40 Maks 11 Min 41 Min 11


(19)

10

Tipe material yang

paling dominan Tanah berlanau Tanah Berlempung Penilaian sebagai bahan

tanah dasar Biasa sampai jelek

Gambar 1. menunjukkan rentang dari batas cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI) untuk tanah data kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.

Gambar 1.Nilai-nilai batasAtterberguntuk subkelompok tanah (Hary Christady, 1992).

2. Sistem Klasifikasi TanahUnified(USCS)

Sistem klasifikasi tanah unifiedatauUnified Soil Classification System(USCS) diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya dikembangkan oleh

United State Bureau of Reclamation(USBR) dan United State Army Corps of

Engineer (USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials

(ASTM) memakai USCS sebagai metode standar untuk mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk sekarang, sistem ini banyak digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik.

Sistem klasifikasi USCS mengklasifikasikan tanah ke dalam dua kategori utama yaitu :


(20)

a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir yang kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan No.200. Simbol untuk kelompok ini adalah G untuk tanah berkerikil dan S untuk tanah berpasir. Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah dengan simbol W untuk tanah bergradasi baik dan P untuk tanah bergradasi buruk.

b. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang lebih dari 50% berat total contoh tanahnya lolos dari saringan No.200. Simbol kelompok ini adalah C untuk lempung anorganik dan O untuk lanau organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan kandungan organik tinggi. Plastisitas dinyatakan dengan L untuk plastisitas rendah dan H untuk plastisitas tinggi.

Tabel 2.Sistem klasifikasi tanahunified(Bowles, 1991).

Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks

Kerikil G Gradasi baik W

Gradasi buruk P

Pasir S Berlanau M

Berlempung C

Lanau M

Lempung C wL< 50 % L

Organik O wL> 50 % H


(21)

12

Tabel 3 .Klasifikasi Tanah Berdasarkan SistemUnified

Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi

Ta n ah b er b u ti r k as ar ≥ 5 0% b u ti ra n te rt ah an sa ri n g an N o . 2 0 0 K er ik il 5 0 % ≥ f ra k si k as ar te rt ah an sa ri n g an N o . 4 K er ik il b er si h (h an y a k er ik il ) GW

Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

K la si fi k asi b er d as ar k an p ro se n ta se b u ti ra n h al u s ; K u ra n g d ar i 5 % l o lo s sa ri n g an n o .2 0 0 : G M , G P , S W , S P . L eb ih d ar i 1 2 % l o lo s sa ri n g an n o .2 0 0 : G M , G C , S M , S C . 5 % -1 2 % l o lo s sa ri n g an N o .2 0 0 : B at as an k la si fi k as i y an g m em p u n y ai s im b o l d o b el

Cu = D60> 4 D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3 D10 x D60

GP

Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW K er ik il d en g an B u ti ra n h al u s

GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau

Batas-batas

Atterbergdi bawah garis A atau PI < 4

Bila batas Atterbergberada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol GC Kerikil berlempung, campuran

kerikil-pasir-lempung

Batas-batas

Atterbergdi bawah garis A atau PI > 7

P asi r ≥ 5 0 % f ra k si k as ar lo lo s sa ri n g an N o . 4 P asi r b er si h (h an y a p as ir ) SW

Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Cu = D60> 6 D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3 D10 x D60

SP

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW P asi r d en g an b u ti ra n h al u s

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau

Batas-batas

Atterbergdi bawah garis A atau PI < 4

Bila batas Atterbergberada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol SC Pasir berlempung, campuran

pasir-lempung

Batas-batas

Atterbergdi bawah garis A atau PI > 7

Ta n ah b er b u ti r h al u s 5 0 % a ta u l eb ih l o lo s ay ak an N o . 2 0 0 La n au d an l em p u n g b at as ca ir ≤ 5

0% ML Lanau anorganik, pasir halussekali, serbuk batuan, pasir halus

berlanau atau berlempung

Diagram Plastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. BatasAtterbergyang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.

60

50 CH

40 CL

30 Garis A

CL-ML

20

4 ML ML atau OH

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Garis A : PI = 0.73 (LL-20) CL

Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung

berlanau, lempung “kurus” (lean clays)

OL

Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah La n au d an l em p u n g b at as ca ir ≥ 5 0% MH

Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis

CH

Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung

“gemuk” (fat clays)

OH

Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi

Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat tinggi

PT

Peat(gambut),muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi

Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488 Sumber : Hary Christady, 1996.

B at as P la st is (% )


(22)

C. Teori Tentang Bahan Bangunan Berbasis Semen

Bahan bangunan berbasis semen di antaranya adalah :

• Mortar, yaitu didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dari mencampurkan agregat halus, semen portland dan air (SNI 03-0691-1996).

• Beton, yaitu didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air (PBI, 1971).

Conblock (batu cetak beton), yaitu komponen bangunan yang dibuat dari

campuran semen portland atau sejenisnya, pasir, air, dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding (SNI 03-0691-1996).

Paving block, yaitu didefinisikan sebagai suatu komposisi bahan bangunan

yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air, dan agregat (abu batu/pasir) dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya (SNI 03-0691-1996).

D. Teori TentangPaving Block

Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia terhitung sejak tahun

1977/1978, dimulai dengan pemasangan trotoar di Jalan Thamrin dan untuk terminal bis Pulogadung, keduanya di Jakarta. Sekarang pemakaiannya sudah tersebar di seluruh kota di Indonesia, baik digunakan sebagai tempat parkir,


(23)

14

terminal, jalan setapak dan juga perkerasan jalan di kompleks-kompleks perumahan serta untuk keperluan lainnya.

1. KlasifikasiPaving Block

Menurut SK SNI T – 04 – 1990 – F, klasifikasi paving block ini didasarkan atas bentuk, tebal, kekuatan dan warna.

a. Klasifikasi berdasarkan bentuk

Bentukpaving blocksecara garis besar terbagi atas dua macam, yaitu :

a.Paving blockbentuk segi empat

b.Paving blockbentuk segi banyak

Pola pemasangan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Pola yang umum dipergunakan ialah susun bata (strecher), anyaman tikar

(basket weave), dan tulang ikan (herring bone). Untuk perkerasan jalan

diutamakan pola tulang ikan karena mempunyai kuncian yang baik. Dalam proses pemasangannya, paving block harus berpinggul dan pada tepi susunan paving block biasanya ditutup dengan pasak yang berbentuk topi uskup

b. Klasifikasi berdasarkan ketebalan

Ketebalanpaving blockada tiga macam, yaitu :


(24)

b.Paving blockdengan ketebalan 80 mm

c.Paving blockdengan ketebalan 100 mm

Pemilihan bentuk dan ketebalan dalam pemakaian harus disesuaikan dengan rencana penggunaannya dan kuat tekan paving block tersebut juga harus diperhatikan

c. Klasifikasi berdasarkan kekuatan

Pembagian kelaspaving blockberdasarkan mutu betonnya adalah :

a.Paving blockdengan mutu beton fc’37,35 MPA

b.Paving blockdengan mutu beton fc’27,0 MPA

4. Klasifikasi berdasarkan warna

Warna yang tersedia dipasaran antara lain abu-abu, hitam, dan merah.

Paving blockyang berwarna kecuali untuk menambah keindahan juga

dapat digunakan untuk memberi batas pada perkerasan seperti tempat parkir, tali air, dan lain-lain.

2. Kegunaan dan KeuntunganPaving Block

Keberadaan paving block bisa menggantikan aspal dan pelat beton, dengan banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak kegunaan diantaranya sebagai lapisan perkerasan lapangan terbang, terminal bis, parkir mobil, pejalan kaki, taman kota, dan tempat bermain. Penggunaan

paving blockmemiliki beberapa keuntungan, antara lain :


(25)

16

• Dapat diaplikasikan pada pembangunan jalan dengan tanpa memerlukan keahlian khusus.

• Pada kondisi pembebanan yang normal paving block dapat digunakan selama masa-masa pelayanan danpaving blocktidak mudah rusak.

Paving block lebih mudah dihamparkan dan langsung bisa digunakan tanpa

harus menunggu pengerasan seperti pada beton (Arum dan Perdhani, 2007).

• Tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat pengerjaannya.

Paving block menghasilkan sampah konstruksi lebih sedikit dibandingkan

penggunaan pelat beton.

• Adanya pori-pori pada paving block meminimalisasi aliran permukaan dan memperbanyak infiltrasi dalam tanah.

• Perkerasan dengan paving block mampu menurunkan hidrokarbon dan menahan logam berat.

Paving block memiliki nilai estetika yang unik terutama jika didesain

dengan pola dan warna yang indah(www.paving.org.uk).

• Perbandingan harganya lebih rendah dibanding dengan jenis perkerasan konvensional yang lain.

• Pemasangannya cukup mudah dan biaya perawatannya pun murah (www.paving.org.uk).

3. Syarat MutuPaving Block

Paving block untuk lantai harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996


(26)

• Sifat tampak paving block untuk lantai harus mempunyai bentuk yang sempurna, tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.

• Bentuk dan ukuran paving block untuk lantai tergantung dari persetujuan antara pemakai dan produsen. Setiap produsen memberikan penjelasan tertulis dalamleaflet mengenai bentuk, ukuran, dan konstruksi pemasangan

paving blockuntuk lantai.

• Penyimpangan tebal paving block untuk lantai diperkenankan kurang lebih 3mm.

Paving blockuntuk lantai harus mempunyai kekuatan fisik sebagai berikut:

Tabel 4. Kekakauan fisikpaving block.

Keterangan: *mpa = mega Pascal (1mPa = 10 kg/cm = K 10) Mutu A : digunakan untuk jalan.

Mutu B : digunakan untuk pelataran parkir. Mutu C : digunakan untuk pejalan kaki.

Mutu D : digunakan untuk taman dan pengguna lainnya.

Paving block untuk lantai apabila diuji dengan natrium sulfat tidak boleh

cacat, dan kehilangan berat yang diperbolehkan maksium 1%.

Rata-rata Min Rata-rata Min

A 40 35 0,090 0,103

B 20 17 0,130 0,149

C 15 12,5 0,160 0,184

D 10 8,5 0,219 0,251

(Sumber: SNI 03-0691-1996).

6 8 10

Kuat Tekan (MPA*) Ketahanan Aus Penyerapan air

(rata-rata Maks.) Mutu


(27)

18

4. PenggunaanPaving BlockSebagai Lapisan Perkerasan Permeabel.

Pada prinsipnya ada 3 jenis sistem pada penggunaan paving block sebagai lapisan perkerasan permeabel, yaitu :

a. Sistem Infiltrasi Total

Pada sistem ini, air yang jatuh ke perkerasan akan merembes melalui celah diantarapaving block, melewati lapisansub basekemudian masuk ke dalam tanahsub grade.

Gambar 2.Sistem Total Infiltrasi

b. Sistem Parsial Infiltrasi

Pada sistem ini, air yang jatuh ke perkerasan akan merembes melalui celah diantara paving block, melewati lapisan sub base kemudian sebagian akan mengalir melalui pipa berlubang dan dilepaskan pada saluran drainase, sebagian lagi masuk ke dalam tanahsub grade.


(28)

Gambar 3.Sistem Parsial Infiltrasi c. Sisten Non Infiltrasi

Pada sistem ini, air yang jatuh ke perkerasan akan merembes melalui celah diantarapaving block, melewati lapisansub basekemudian seluruh air akan mengalir melalui pipa berlubang dan dilepaskan pada saluran drainase tanpa ada yang masuk ke dalam tanahsub grade.

Gambar 4.SistemNon Infiltrasi

Pada penggunaan paving block sebagai lapisan permeabel, diharapkan air dapat masuk ke dalam tanah. Meskipun demikian hal ini harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :


(29)

20

• Kedalaman antara permukaan perkerasan dengan muka air tanah harus lebih dari 1 meter. Kedalaman yang lebih besar dibutuhkan untuk menghasilkan tambahan saringan untuk polutan yang melewati tanah.

• Lapisan perkerasan permeabel bisa saja berdekatan dengan sungai, hal ini dapat menjadi perlemahan struktur pada daerah sekitar sungai.

• Pada daerah terlindungi seperti di daerah sumber mata air, penggunaan lapisan perkerasan yang seluruh airnya meresap ke dalam air mungkin

tidak cocok karena dapat mempengaruhi kualitas air

(www.paving.org.uk).

E. Material

Material penyusun pada paving block yang akan digunakan antara lain semen

portland(PC), agregat halus dan air.

1. SemenPortland(PC)

Semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Semen yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81.


(30)

a. Tipe I : SemenPortlanduntuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.

b. Tipe II : SemenPortlandyang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

c. Tipe III : SemenPortland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan awal yang tinggi.

d. Tipe IV : SemenPortlandyang dalam penggunaannya menuntut persyaratan panas hidrasi rendah.

e. Tipe V : SemenPortlandyang dalam penggunaannya menuntut persyaratan sangat Tahan terhadap sulfat.

2. Agregat Halus

Agregat halus atau pasir adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat, tajam dan bersifat kekal dengan ukuran butir sebagian besar terletak antara 0,07-5 mm (SNI 03-1750-1990). Agregat halus digunakan sebagai bahan pengisi dalam campuran paving block sehingga dapat meningkatkan kekuatan, mengurangi penyusutan dan mengurangi pemakaian bahan pengikat/semen. Mutu dari agregat halus ini sangat menentukan mutu

paving blockyang dihasilkan. Menurut SNI 03-1750-1990 untuk menghasilkan

paving block yang baik, agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

• Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras dan gradasinya menerus. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya


(31)

22

tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan.

• Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 1,50-3,80.

• Kadar lumpur / bagian butir yang lebih kecil dari 0,07 m maksimum 5 %.

• Kadar zat organik ditentukan dengan larutan natrium hidroksida 3 %, jika dibandingkan dengan warna standar atau pembanding, tidak lebih tua dari pada warna standar (sama).

• Kekerasan butir, jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka, memberikan angka hasil bagi tidak lebih besar dari 2,20.

Sifat sifat pasir yang lain diantaranya :  Sangat berpori

 Kurang bersatu atau lepas (nonkohesif)  Berwarna putih atau sampai abu-abu gelap  Berbentuk bulat kecil dan permukaannya halus

Penyerapan Airdanpermeabilitasyang besar

3. Air

Fungsi air pada campuran paving block adalah untuk membantu reaksi kimia yang menyebabkan berlangsungnya proses pengikatan. Persyaratan air sesuai Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 adalah sebagai berikut:

• Tidak mengandung lumpur (atau benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.


(32)

• Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.

• Tidak mengandung klorida ( Cl ) lebih dari 0.5 gram/liter.

• Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Pemakaian air pada pembuatan campuran harus pas karena pemakaian air yang terlalu berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai dan hal tersebut akan mengurangi kekuatan paving block yang dihasilkan. Sedangkan terlalu sedikit air akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga dapat mempengaruhi kekuatan paving

blockyang dihasilkan.

4. Tanah Lempung

Tanah lempung terdiri dari berbagai golongan tekstur yang agak susah dicirikan secara umum. Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang terkandung di dalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang dominan dimana kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling mendominasi.

Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masing-masing unsur kimia belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur warna tanah dipengaruhi oleh nilaiLiquid Limit(LL) yang berbeda-beda (Marindo, 2005).

Tanah lempung lunak merupakan partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi di dalam tanah yang kohesif (Bowles, 1991).


(33)

24

Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan s angat lunak (Das, 1995).

5. Limbah kaca

Pecahan kaca yang dimaksud dalam penelitian ini pecahan kaca hanya pecahan gelas, piring atau peralatan rumah tangga yang terbuat dari kaca. Dalam penelitian ini pecahan kaca di tumbuk menggunakan palu sampai halus berbentuk butiran-butiran pasir halus hingga lolos saringan diameter 200.

F. Komposisi Campuran Paving Block

Komposisi campuranpaving blockdi bagi menjadi 2 golongan : 1. Golongan I

Untuk komposisi Gol. I ini campuran paving block yang menggunakan Semen, Pasir, danfillerpecahan kaca (FL) dari nilai 5% ; 10% ; 15% dari semen adalah sebagai berikut :

 Campuran denganfillersebanyak 5% dari semen. ( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,05)

 Campuran denganfillersebanyak 10% dari semen. ( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,1)


(34)

 Campuran denganfillersebanyak 15% dari semen. ( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,15 )

2. Golongan II

Untuk komposisi Gol. II ini campuran paving block yang menggunakan Semen (PC), Tanah Lempung (TL), dan fillerpecahan kaca (FL) dari nilai 5% ; 10% ; 15% semen adalah sebagai berikut :

 Campuran denganfillersebanyak 5% dari semen. ( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,05 )

 Campuran denganfillersebanyak 10% dari semen. ( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,1)

 Campuran denganfillersebanyak 15% dari semen. ( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,15 )

G. Kuat TekanPaving Block

Kuat hancur dari beton dipengaruhi oleh sejumlah factor, selain perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya. Factor-faktor penting lainnya yaitu (Murdock dan Brook,1999):

1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton

2. Jenis dan lekuk-lekuk bidang permukaanagregrat

3. Efesiensi dari perawatan (curing), kehilangan sampai sekitar 40% dapat terjadi apabila pengeringan diadakan sebelum waktunya.

Perawatan adalah hal terpenting pada pengerjaan lapangan pada pembuatan benda uji


(35)

26

4. Suhu. Pada umumnya suhu berpengaruhterhadap pengerasan beton, kecepatanbertambahdenganbertambahnya suhu.

5. Umur. Pada keadaan normal kekuatan beton bertambah dengan umur, kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung dari jenis semen. Semen dengan kadar alumina tinggi menghasilkan beton yang kuat hancurnya pada 24 jam sama dengan semenPortlandbiasa pada 28 hari.

Kuat tekan beton setelah mengeras tergantung dari factor air semen, jumlah semen, sifatagregrat, dan kepadatan betonnya (Sebayang, 2005)

Harus diperhatikan untuk menghindari campuran yang terlalu kering, oleh karena ini adalah mengakibatkan kehilangan kekuatan, gampang pecahnya sudut-sudut

paving block dan suatu kedapan air yang tinggi. Campuran digunakan untuk

paving block biasanya berbanding I semen : 6 pasir, dan 1 semen : 8 pasir

(Murdock, 1999).

Kuat tekanpaving blockdihitung dengan rumus persamaan :

=

……….………. (1)

Dengan :

= kuat tekan beton (N/mm2) = beban maksimum (N)


(36)

H. Penyerapan AirPaving Block

Prosedur pengujian Penyerapan Air dilakukan untuk mengetahui besarnya Penyerapan Air yang terdapat pada paving block. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: Paving block diambil dari ruangan pengering ,kemudian

paving block direndam di dalam bak selama 24 jam. Setelah perendaman paving

block dikeluarkan dan ditimbang dalam keadaan basah (A), Lalu paving block

dikeringkan dengan menggunakan oven atau didapur pengeringan selama 24 jam dengan suhu 1150. Kemudian timbang dalam keadaan kering oven (B).

Penyerapan Airpaving blockdihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Penyerapan Air = 100%………..………..(2)

Ket:

A = BeratPaving Blockbasah B = BeratPaving Blockkering

I. Analisis Data

Untuk mendapatkan gambaran tentang sekumpulan data, selain disajikan dalam bentuk tabell dan diagram, diperlukan pula ukuran-ukuran tertentu sebagai peringkas. Secara umum peringkas dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu ukuran pemusatan dan ukuran pemencaran. Ukuran pemusatan antara lain :mean, mode, danmedian. Ukuran pemencaran diiiaaantaranya adalah jangkauan (range), jangkauan antar kuartil (interkuartilrange), ragam (variance), dan simpangan baku


(37)

28

(standart deviasi). Dalam hal ini pemusatan dan pemencaran yang akan dibahas

adalah mean (rata-rata) dari simpangan baku (standart deviasi).

Mean(rata-rata)

Dalam menyatakan dan menghitung rata-rata diperlukan lambing yang mewakili numeric tertentu, nilai rata-rata dengan persamaan sebagai berikut:

=

ƒ

………..…… (3)

Dengan :

ƒcr = Kuat tekan beton rata-rata (Mpa).

ƒb(i) = Kuat tekan pada masing-masing benda uji (Mpa). N = Jumlah benda uji yang diperiksa.

Simpangan Baku (Standard Deviasi)

Simpangan baku untuk sampel dilambangkan dengan Sdengan ukuran sampel N, simpangan baku merupakan pencaran yang paling banyak digunakan. Simpangan baku dapat dihitung dengan rumus:


(38)

Dengan:

SD = Standard deviasi (simpangan baku) = Kuat tekan benda uji (Mpa)

N = Jumlah benda uji yang diperiksa (Minimal 20) = Kuat tekan rata-rata seluruh benda uji (Mpa).

Jika benda uji yang dibuat kurang dari 30 buah, masih dapat diijinkan dengan memakai factor pembesaran untuk nilai standar deviasi :

Tabel 5.Faktor modifikasi untuk untuk deviasi standar jika jumlah pengujian kurang dari 30 contoh

Tabel 6.Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan deviasi standar

kurang dari 15 contoh gunakan tabel 5

15 contoh 1,16

20 contoh 1,08

25 contoh 1,03

30 contoh atau lebih 1,00

Jumlah Pengujian Faktor modifikasi untuk deviasi standar

Interpolasi untuk jumlah pengujian yang berada diantara nilai-nilai diatas catatan

Persyaratan kuat tekan, f'c Kuat tekan rata-rata perlu, f' cr

Mpa Mpa

kurang dari 21 f'c + 7,0

21 sampai dengan 35 f'c + 8,5


(39)

30

Jumlah minimum benda uji = 10 buah

Ketentuan berlaku untuk setiap tingkatan mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan/proyek.

Syarat penerimaan desain mix dalam SNI adalah nilai fcr’ dari seluruh data yang

diuji harus memenuhi nilai besar dari syarat di bawah ini :

fcr’=fc’+ 1,34SD……….…..……… (5)

fcr’=fc’+ 2,33SD–3,5……..……… (6)

J. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebagai bahan tambahan referensi adalah

“ Pengaruh Penambahan Fly Ash Sebagai Bahan Pengganti Semen Dalam Pembuatan Paving Block untuk Perkerasan Jalan “, ( Dirgahayu, Ketut. 2006 ). Beberapa hal yang dapat diambil dari penelitian terdahulu adalah sebagai berikut : 1. Perlakuan Perawatan perendaman dapat meningkatkan nilai kuat tekan paving

block hingga mencapai mutu I, dengan menyiram mencapai mutu II

dibandingkan dengan paving block tanpa diawat yang hanya mencapai mutu III.

2. Nilai kuat tekan paving block menurun seiring penambahan presentase penggantian semen denganfly ash.

3. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk balok dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir : 1screening.


(40)

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar Lampung dan pengujian sampel dilaksanakan di laboratorium Analisis Bahan dan Konstruksi dan di laboratorium tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung.

B. Bahan

Bahan-bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah: 1. SemenPortlandTipe 1

Semen yang digunakan adalah semen Portland tipe 1 (merek Baturaja), dalam kemasan 50 kg/zak yang diperoleh dari toko dalam keadaan baik dan tertutup rapat.

2. Pasir

Pasir yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Gunung Sugih, Lampung Tengah

3. Tanah Lempung

Tanah lempung ini digunakan dalam penelitian ini berasal dari Jatimulyo way kandis tempat industry batu bata.


(41)

32

4. Pecahan kaca

Pecahan kaca dalam penelitian ini berasal dari pecahan piring, gelas yang ada di rumah tangga dan di tempat pembuangan sampah.

5. Air

Air yang digunakan berasal dari air sumur yang ada disekitar lokasi industri

paving block.

C. Alat

Alat yang digunakan untuk membuatpaving blockini adalah: 1. Alat cetakanpaving block

2. Mesin pengaduk bahanpaving block(Concrete Mixer) 3. Tungku pembakaran untuk proses membakarpaving block

4. Compression Testing Machine(CTM)

5. Peralatan perlengkapan seperti sarung tangan, alas kaki, dan sendok takaran.

D. Tahapan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dibagi dalam 6 tahapan penelitian yaitu: 1. Pengujian bahan-bahan dasar

2. Rencana campuran 3. Pembuatan benda uji 4. Pemeliharaan benda uji 5. Pengujian benda uji


(42)

E. Pengujian Bahan-bahan Dasar

Pengujian bahan-bahan dasar meliputi pengujian sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Kadar Air Agregat

Tujuan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan

Bahan

Bahan-bahan yang dipakai dalam pengujian ini adalah: 1. Pasir 1 Kg.

2. Pecahan kaca 1 Kg.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah: 1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram

2. Oven yang dilengkapi dengan pengatus suhu 3. kontainer/talam.

Prosedur kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Menimbang dan mencatat berat talam

2. Memasukkan benda uji kedalam talam, kemudian menimbang dan mencatat beratnya


(43)

34

3. Menghitung berat benda uji

4. Mengeringkan benda uji beserta talam kedalam oven sampai beratnya tetap 5. Setelah kering menimbang dan mencatat berat benda uji beserat talam 6. Menghitung berat benda uji.

2. Analisis Saringan / Pengujian gradasiagregat

Tujuan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran atau susunan pembagian butiran agregat halus (pasir dan pecahan kaca) dan menghitung kehalusannya (fineness modulus) sesuai dengan ASTM C 136.

Bahan

Bahan-bahan yang dipakai dalam pengujian ini adalah: 1. Agregat pasir sebanyak 1000 gram.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah: 1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.

2. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu. 3. Satu set ayakan.

4. Kuas, sikat kuningan dan sendok. 5. Talam.


(44)

Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Memeriksa pasir yang akan diuji sebesar 1000 gram, lalu mengeringkan nya dalam oven dengan temperatur 105º C–110º C selama 24 jam. 2. Menyusun saringan menurut ukuran diameter dari yang terbesar berada

bagian atas dan diameter terkecil berada dibagian bawah, sebelumnya membersihkan terlebih dahulu saringan yang akan digunakan.

3. Memasukkansampelkedalam saringan yang paling atas.

4. Menyusun saringan dan memasangnya pada mesin pengguncang atau mengayak dengan tangan selama 10-15 menit.

5. Menimbang contoh yang tertahan pada masing-masing saringan.

3. Pengujian kadar lumpur

Tujuan

Tujuan pengujian kadar lumpur yaitu untuk menentukan kadar persentase lumpur dalam agregat halus (ASTM-C117).

Bahan

Bahan yang digunakan adalah agregat halus.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah: 1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.


(45)

36

3. Saringan no. 16 (1,2 mm) dan no. 200 (0,0074 mm) 4. Kontainer

5. Ovendengan alat pengatus suhu.

Prosedur kerja

Prosedur kerja yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Menimbang pasir sebanyak 1200 gram lalu mengoven pasir yang lolos saringan diameter 4,75 mm selama 24 jam dengan temperatur 105º C –

110º C

2. Mendinginkan sampel dan mempersiapkan 100 gram, kemudian membagi sampel menjadi dua bagian dengan masing-masing 500 gram untuk 2 kalipengujian (W1)

3. Memasukkan sampel satu kedalam kontainer dengan menuangkan air secukupnya sampai pasir terendam

4. Mengaduk-ngaduk beberapa saat lalu menuangkannya keatas saringan no. 16 dan no. 200

5. Mengulang langkah (4) sehingga air tampak bersih

6. Memasukkan pasir yang telah bersih kedalam oven selama 24 jam. Kemudian menimbang sampel setelah didinginkan (W2)

7. Melakukan hal serupa untuk sampel 2 seperti langkah diatas. 4. Pengujian Berat Jenis


(46)

Bahan

Bahan-bahan yang dipakai dalam pengujian ini adalah: 1. Agregat pasir sebanyak 1000 gr.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah: 1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.

2. Picknometer dengan kapasitas 500 gram.

3. Cetakan kerucut pasir dan tongkat pemadat logam 4. Talam.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengeringkan agregat halus yang jenuh air sampai didapat keadaan kering merata dan dapat tercurah

2. Memasukkan sebagian benda uji kedalam cetakan kerucut pasir menjadi tiga lapis. Memadatkan tiap lapis dengan tongkat pemadat logam, dengan jumlah total 25 kali pukulan. Kondisi jenuh kering permukaan untuk pasir diperoleh jika cetakan diangkat, agregat halus runtuh atau longsor 1/3 dari tinggi kerucut

3. Memasukkan benda uji pasir pada kondisi SSD sebanyak 500 gr (B) kedalam piknometer dan menambah air sebanyak 500 cc


(47)

38

5. Merendam piknometer kedalam bak air pada temperature 20º C selama 1 jam

6. Menimbang picknometer + air +sampel(C)

7. Mengeluarkan contoh + air dari dalam piknometer kemudian memasukkan kedalam kontainer dan dioven pada suhu 105º C – 110º C selama 24 jam

8. Mencatat berat contoh setelah dioven (E) 9. Menimbang berat piknometer + air (D).

5. Uji BatasAtterberg

a. Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-4318.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318, antara lain :

1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan menggunakan saringan No.40

2. Mengatur tinggi jatuh mangkukcassagrandesetinggi 10 mm.

3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No.40, kemudian diberi air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian dimasukkan kedalam mangkuk cassagrande dan meratakan permukaan adonan sehingga sejajar dengan alas.


(48)

4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji dalam mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan grooving tool.

5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang 13 mm sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan harus berada diantara 10-40 kali.

6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25 ketukan.

Perhitungan :

1) Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah pukulan.

2) Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik semi logritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai kadar air.

3) Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar. 4) Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke 25.


(49)

40

b. Batas Plastis (Plastic limit)

Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai batas plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-4318.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 :

1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan No. 40

2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian digulung-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm sampai retak-retak atau putus-putus.

3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang 4. Menentukan kadar air benda uji.

Perhitungan :

1) Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda uji.

2) Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah yang diuji, dengan rumus persamaan :

PI = LL–PL ……… (7)

Dimana :

PI = Indeks Plastisitas LL = Nilai Batas Cair PL = Nilai Batas Plastis


(50)

F. Ketentuan Campuran Mortar

Ketentuan yang digunakan untuk mendapatkan adukan mortar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbandingan semen (PC) terhadap pecahan kaca adalah: - Golongan I

PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,05 PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,1 PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,15

- Golongan 2

PC : TL : FL = 1 : 4 : 0,05 PC : TL : FL = 1 : 4 : 0,1 PC : TL : FL = 1 : 4 : 0,15

2. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 14 hari

3. Jumlah sampel 160 buah dengan ketentuan sampel yang berbahan dasar pasir 80 sampel dan yang berbahan dasar tanah 80 sampel .

Pengujian dilakukan dilaboratorium pada sampel paving block yang telah dibuat adalah pengujian kuat tekan dengan menggunakan alat CTM


(51)

42

G. Rencana Kebutuhan Campuran Mortar

Untuk membuat 1 m3mortar dihitung berdasarkan volume absolut, yaitu berat jenis semen dan agregat halus. Prinsip perhitungan ini adalah bahwa volume mortar dapat sama dengan jumlah bahan-bahan dasarnya.

Rencana campuran mortar :

+

.

+

.( )

(1 +

) = 1

……… (8)

Dengan :

S = kebutuhan semen (kg)

P = kebutuhan pasir terhadap semen (kg)

=

perbandingan berat air terhadap berat semen

=

berat jenis semen (gram/cm3) = berat jenis pasir (gram/cm3) = berat jenis air (gram/cm3)

= persentase udara dalam mortar (3%)

H. Analisis Hasil

Tujuan

Tujuan dari analisa hasil data adalah untuk memudahkan pengolahan data hasil pengujian, dan mendapatkan sampel yangrepresentatifdari populasi.

Metode yang digunakan

Dalam menganalisa data digunakan metode statistic deskriptif dengan pemusatan dan pemencaran (Mean dan Standar Deviasi).

Prosedur kerja


(52)

2. Mengurutkan nilai data darisampelpertama sampai sampel terakhir

3. Mencari nilai rata-rata (mean), dengan menjumlahkan nilai hasil uji dan membagi dengan jumlah benda uji. Bila nilai yang menyimpang jauh sebaiknya tidak dimasukkan kedalam perhitungan karena akan merusak nilai hasil analisa

4. Menghitung nilai besarnya penyebaran data hasil pengujian dengan menggunakanmetodesimpangan baku

5. Menghitung nilai benda uji yang represenntatif, sehingga dapat mewakili keseluruhan data (populasi).

I. KekuatanPaving Block

Berdasarkan SNI 03-0691-1996 dapat dilihat pada tabel 4, maka penelitian

paving block dengan bahan dasar tanah lempung ini hanya difokuskan pada

mutu D yaitu untuk tujuan pemakaian non struktural, seperti untuk taman dan pengguna lainnya yang tidak diperlukan untuk menahan beban berat diatasnya.

J. SpesifikasiStandar Acuan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan acuan standar sebagai berikut :

1. SK SNI T – 04 – 1990 – F : tata cara pemasangan block beton terkunci untuk permukaan jalan.

2. Pengujian kuat tekan dan peresapan air (Penyerapan air) menggunakan standar SK SNI-03-0691-1989 : bata beton untuk lantai


(53)

44

Tidak

Ya

Gambar 5.Bagan Alir Penelitian

Mulai

Pengambilan Bahan Persiapan Peralatan

Pemeriksaan :  Kadar Air  Gradasi Agregat

 Kadar Lumpur

 Berat Jenis

Atterberg

Pembuatan Benda Uji

Golongan II

1 Semen (PC) + 4 Tanah (TN) + Pecahan Kaca (filler)

5 % 10% 15%

Pengujian Sampel

Analisis Data

Selesai Cek Syarat

Golongan I

1 Semen (PC) + 4 Pasir (PS) + Pecahan Kaca (filler)


(54)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, mulai dari studi pustaka, pengujian material, pembuatan benda uji, hingga pengujian benda uji, dapat diambil pemahaman dan pengalaman mengenai pengaruh penambahan filler kaca dalam pembuatan paving block berbahan dasar pasir dan tanah terhadap kuat tekan dan penyerapan air.

Dari penelitian yang telah dilaksanakan didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Penelitian menunjukkan bahwa filler kaca dapat secara efektif digunakan sebagai komponenpaving blockdan dapat meningkat mutu elemen bahan. 2. Penggunaanfillerkaca padapaving blockdapat memberikan dampak positif

terhadap lingkungan khususnya tata guna lahan dan pencemaran.

3. fillerkaca akan memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan daya

serap airpaving block.

4. Didapat nilai optimum kuat tekan rata-rata paving block berbahan dasar pasir pada 10% campuran filler dengan nilai 23,9 Mpa dan pada paving

block berbahan dasar tanah pada 10% campuran filler dengan nilai 10,60


(55)

64

5. Penggunaan tanah lempung sebagai bahan dasar pembuatan paving block masuk dalam mutu D yaitu penggunaan untuk taman.

6. Di dapat hubungan atau korelasi antara kuat tekan terhadap penyerapan air

paving block yaitu semakin besar penyerapan air pada benda uji maka

semakin rendah kekuatannya.

B. Saran

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan pecahan kaca sebagai filler paving block kepada penduduk sekitar dan para peneliti bahan bangunan. Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut;

1. Guna menghasilkanpaving blockberbahan dasar tanah dengan kuat tekan yang

besar, perlu dilakukan pengeringan dan pengayakan tanah dalam proses pembuatan paving block agar tanah dapat tercampur rata dengan bahan pengikat lainnya.

2. Paving blockdisarankan untuk penggunaan taman kota dan daerah industri.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan filler kaca sebagai bahan pembuatan paving block berbahan dasar tanah. Adanya penelitian lanjutan tersebut adalah penggunaan cetakan hidrolis yang telah terukur bebannya pada saat pencetakan, perbandingan jumlah semen dengan agregat dan analisis waktu pemeraman 7, 14 dan 28 hari agar diperoleh kuat tekan yang lebih baik.


(56)

Anonimous. 1989. Standar Nasional Indonesia S-04-1989-F: Spesifikasi Bahan

Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam). Departemen

Perkerjaan Umum. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.

Anonimous. 1996.Standar Nasional Indonesia 03-0691-1996: Bata Beton

(Paving Block). Dewan Standarisasi Nasional. Departemen Perkerjaan

Umum. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.

Arum, Ch Wulan., dan Perdhani, Dyah. 2007. Nilai Korelasi Kuat Tekan Paving

Block Pada Umur 3, 7, 14, 21, Dan 28 Hari. Tugas Akhir Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.

Bowles, J. E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta. Das, B. M. 1988. Mekanika Tanah I. Erlangga. Jakarta.

Dirgahayu, Ketut. 2006. Pengaruh Penambahan Fly Ash Sebagai Bahan

Pengganti Semen Dalam Pembuatan Paving Block Untuk Perkerasan Jalan.

Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Gunawan, Rudy. 1994. Pengantar Ilmu Bangunan. Kanisius. Yogyakarta. Hardiyatmo, Hary Chirstady. 1992. Mekanika Tanah I. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Hardiyatmo, Hary Chirstady. 1992. Mekanika Tanah II. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

http://www.paving.org.uk


(57)

Murdock, L.J.;et al. 1999. Bahan dan Praktek Beton. Edisi ke-4. Erlangga. Jakarta.

Samekto, W. 2001. Teknologi Beton. Kanisius. Yogyakarta.

Sebayang, S. 2005. Buku Ajar Bahan Bangunan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas


(1)

2. Mengurutkan nilai data darisampelpertama sampai sampel terakhir

3. Mencari nilai rata-rata (mean), dengan menjumlahkan nilai hasil uji dan membagi dengan jumlah benda uji. Bila nilai yang menyimpang jauh sebaiknya tidak dimasukkan kedalam perhitungan karena akan merusak nilai hasil analisa

4. Menghitung nilai besarnya penyebaran data hasil pengujian dengan menggunakanmetodesimpangan baku

5. Menghitung nilai benda uji yang represenntatif, sehingga dapat mewakili keseluruhan data (populasi).

I. KekuatanPaving Block

Berdasarkan SNI 03-0691-1996 dapat dilihat pada tabel 4, maka penelitian paving block dengan bahan dasar tanah lempung ini hanya difokuskan pada mutu D yaitu untuk tujuan pemakaian non struktural, seperti untuk taman dan pengguna lainnya yang tidak diperlukan untuk menahan beban berat diatasnya.

J. SpesifikasiStandar Acuan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan acuan standar sebagai berikut :

1. SK SNI T – 04 – 1990 – F : tata cara pemasangan block beton terkunci untuk permukaan jalan.

2. Pengujian kuat tekan dan peresapan air (Penyerapan air) menggunakan standar SK SNI-03-0691-1989 : bata beton untuk lantai


(2)

44

Tidak

Ya

Gambar 5.Bagan Alir Penelitian Mulai

Pengambilan Bahan Persiapan Peralatan

Pemeriksaan :  Kadar Air  Gradasi Agregat  Kadar Lumpur  Berat Jenis  Atterberg

Pembuatan Benda Uji

Golongan II

1 Semen (PC) + 4 Tanah (TN) + Pecahan Kaca (filler)

5 % 10% 15%

Pengujian Sampel

Analisis Data

Selesai Cek Syarat

Golongan I

1 Semen (PC) + 4 Pasir (PS) + Pecahan Kaca (filler)


(3)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, mulai dari studi pustaka, pengujian material, pembuatan benda uji, hingga pengujian benda uji, dapat diambil pemahaman dan pengalaman mengenai pengaruh penambahan filler kaca dalam pembuatan paving block berbahan dasar pasir dan tanah terhadap kuat tekan dan penyerapan air.

Dari penelitian yang telah dilaksanakan didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Penelitian menunjukkan bahwa filler kaca dapat secara efektif digunakan sebagai komponenpaving blockdan dapat meningkat mutu elemen bahan. 2. Penggunaanfillerkaca padapaving blockdapat memberikan dampak positif

terhadap lingkungan khususnya tata guna lahan dan pencemaran.

3. fillerkaca akan memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan daya serap airpaving block.

4. Didapat nilai optimum kuat tekan rata-rata paving block berbahan dasar pasir pada 10% campuran filler dengan nilai 23,9 Mpa dan pada paving block berbahan dasar tanah pada 10% campuran filler dengan nilai 10,60 Mpa.


(4)

64

5. Penggunaan tanah lempung sebagai bahan dasar pembuatan paving block masuk dalam mutu D yaitu penggunaan untuk taman.

6. Di dapat hubungan atau korelasi antara kuat tekan terhadap penyerapan air paving block yaitu semakin besar penyerapan air pada benda uji maka semakin rendah kekuatannya.

B. Saran

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan pecahan kaca sebagai filler paving block kepada penduduk sekitar dan para peneliti bahan bangunan. Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut;

1. Guna menghasilkanpaving blockberbahan dasar tanah dengan kuat tekan yang besar, perlu dilakukan pengeringan dan pengayakan tanah dalam proses pembuatan paving block agar tanah dapat tercampur rata dengan bahan pengikat lainnya.

2. Paving blockdisarankan untuk penggunaan taman kota dan daerah industri. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan filler kaca

sebagai bahan pembuatan paving block berbahan dasar tanah. Adanya penelitian lanjutan tersebut adalah penggunaan cetakan hidrolis yang telah terukur bebannya pada saat pencetakan, perbandingan jumlah semen dengan agregat dan analisis waktu pemeraman 7, 14 dan 28 hari agar diperoleh kuat tekan yang lebih baik.


(5)

Anonimous. 1989. Standar Nasional Indonesia S-04-1989-F: Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam). Departemen Perkerjaan Umum. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta. Anonimous. 1996.Standar Nasional Indonesia 03-0691-1996: Bata Beton

(Paving Block). Dewan Standarisasi Nasional. Departemen Perkerjaan Umum. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.

Arum, Ch Wulan., dan Perdhani, Dyah. 2007. Nilai Korelasi Kuat Tekan Paving Block Pada Umur 3, 7, 14, 21, Dan 28 Hari. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.

Bowles, J. E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta. Das, B. M. 1988. Mekanika Tanah I. Erlangga. Jakarta.

Dirgahayu, Ketut. 2006. Pengaruh Penambahan Fly Ash Sebagai Bahan Pengganti Semen Dalam Pembuatan Paving Block Untuk Perkerasan Jalan. Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Gunawan, Rudy. 1994. Pengantar Ilmu Bangunan. Kanisius. Yogyakarta. Hardiyatmo, Hary Chirstady. 1992. Mekanika Tanah I. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Hardiyatmo, Hary Chirstady. 1992. Mekanika Tanah II. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

http://www.paving.org.uk


(6)

Murdock, L.J.;et al. 1999. Bahan dan Praktek Beton. Edisi ke-4. Erlangga. Jakarta.

Samekto, W. 2001. Teknologi Beton. Kanisius. Yogyakarta.

Sebayang, S. 2005. Buku Ajar Bahan Bangunan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Unila Offset. Bandar Lampung.