MENGESAHKAN
1. Tim Penguji Ketua
: Darnetty Dae, S.H., M.H. ………………
SekretarisAnggota : A. Baharuddin Naim, S.H., M.H. ………………
Penguji Bukan Pembimbing
: Abdul Muthalib Tahar, S.H., M.H. ……………
2. Dekan Fakultas Hukum
H. Adius Semenguk, S.H., M.S. NIP. 195609011981031003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 20 Agustus 2009
DAYA IKAT PERSETUJUAN NEW YORK NEW YORK AGREEMENT
1962 ANTARA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KERAJAAN BELANDA MENGENAI IRIAN BARAT BERDASARKAN HUKUM
INTERNASIONAL Oleh
Agit Yogi Subandi
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM Pada
Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2009
RIWAYAT HIDUP
Agit Yogi Subandi, Penulis, lahirkan di Prabumulih Sumatera Selatan, 11 Juli 1985. Ia anak yang pertama dan yang terakhir dari pasangan Sudirman dan
Susilawati Alm..
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasarnya di SDN 1 Negeri Jaya Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Lampung Utara sekarang Kecamatan Negeri Besar
Kabupaten Way Kanan pada tahun 1996, tapi sebelum itu, ia memulai sekolahnya di SDN 5 Tanjung Aman, Kotabumi, Lampung Utara hingga duduk di
bangku kelas 2 SD 1991-1992. Ia melanjutkan sekolahnya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung dan selesai pada tahun
1998. Setelah lulus ia melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Perintis, Tanjung Karang dan lulus pada tahun 2002. Di tahun tersebut, penulis
masuk di Fakultas Hukum Universitas Lampung Unila dan mengambil jurusan Hukum Internasional. Selain berkuliah ia juga tergabung di Unit Kegiatan
Mahasiswa Bidang Seni Universitas Lampung UKMBS Unila yang lebih khusus terlibat di dalam Divisi Teater dan Sastra.
Selama berkesenian di UKMBS Unila, ia terlibat di banyak garapan Teater baik sebagai aktor, penata musik ilustrasi adegan, atau sebagai sutradara. Adapaun
naskah-naskah yang pernah dipentaskannya antara lain: lakon Orang-orang di Tikungan Jalan, W. S. Rendra, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa lt. I Unila
2003 aktor; lakon Inspektur Jenderal, Nikolai Gogol, Taman Budaya Lampung berikutnya ditulis TBL 2004 aktor; Lakon Rumah Atawa Berkunjung ke Kebun
Nenek, Tim Penulis Komunitas Berkat Yakin Institute, Kala Sumatera, TBL 2009 Aktor dan Penulis Naskah; lakon Cinta di Hari Rabu, Arifin C Noor, TBL 2006
penata musik ilustrasi adegan, lakon The Marriage Mak Comblang, Nikolai Gogol, TBL 2007 penata musik ilustrasi adegan; Kasir Kita, Arifin C Noor,
Festival Monolog Dewan Kesenian Lampung, TBL 2008 dan PEKSIMINAS Jambi, Taman Budaya Jambi 2008 penata musik ilustrasi adegan, Suara-suara
Dari Balik Jendela, Teater Kurusetra, TBL 2008 dan Taman Ismail Marzuki, Festival Teater Mahasiswa Indonesia, Jakarta 2009 penata musik ilustrasi adegan
dan Penulis Naskah, dan sebagai sutradara: Kamboja di Atas Kursi Goyang
adaptasi Jam Dinding Yang Berdetak, Nano Riantiarno, Gebyar Wajah Baru UKMBS Unila 2008.
Selain kegiatan penulis di Teater, ia juga mempunyai prestasi di bidang sastra. Selama di berkesenian di UKMBS unila, banyak prestasi yang ia raih, antara lain:
Juara II Cipta Puisi pada Pekan Seni Mahasiswa Fakultas Pertanian FAPERTA 2005, Juara I Lomba Cipta dan Baca Puisi Parade Lampung Islamic Science,
UKMF ROIS FMIPA Unila 2008, Juara I Cipta Puisi di Pekan Chairil Anwar HMJ PBS FKIP Unila, Juara I Lomba Cipta Puisi di Pekan Seni Mahasiswa
Nasional PEKSIMINAS IX Jambi 2008, Juara II Cipta Puisi pada Acara Ansor Save Palestine, Lampung, 2009, dan yang terakhir Juara II Cipta Puisi Krakatau
Award yang diadakan Dewan Kesenian Lampung 2009. Karya-karyanya juga dimuat diberbagai Media seperti: Lampung Post, Koran Kompas, Koran Tempo,
Majalah Jung Dewan Kesenian Lampung, dan Suara Pembaharuan. Ia juga pernah diundang oleh Dinas Pariwisata Jawa Barat pada acara Temu Sastrawan
Muda Praja Utama MPU III, Lembang, Jawa Barat, 2008 dan karyanya disusun di dalam Antologi Sastrawan MPU III tersebut.
Pernghargaan yang ia raih selama di Unila adalah Penghargaan Rektor untuk Mahasiswa Berprestasi di Bidang Kesenian tahun 2008.
P E R S E M B A H A N
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, penulis persembahkan karya ini sebagai tanda bakti, cinta dan kasih sayang kepada
Papa dan Mama Alm yang senantiasa memberikan dukungan, mendoakan, dan memberikan limpahan kasih sayang demi keberhasilan kepada penulis. Tak lupa pula kepada Umi, yang
senantiasa pula memberikan dukungan dan menggantikan posisi Mama. keluarga besar penulis.
Almamaterku tercinta
MOTTO
Berjalanlah. Jangan beri kesimpulan sebelum kau benar-benar keluar pagar .
.taman ini adalah simbol-simbol yang bebas untuk kau rengkuh dan tafsir.
Jangan anggap aneh dan rumit. Karena mula kenyataan adalah keanehan dan mula kesederhanaan adalah kerumitan
Penulis
Seorang terpelajar mencari pengetahuan dari ayunan sampai ke liang kubur namun ia mati sebagai orang yang bodoh.
Naguib Mahfouz, Life s Wisdom-dari berbagai karya sang penerima Nobel
SANWACANA
Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari petunjuk serta bantuan yang tulus dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan hati
yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1 Bapak Adius Semenguk, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
2 Bapak Abdul Muthalib Tahar, S.H., M.H., Selaku Ketua Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung dan sekaligus sebagai
Pembahas Pertama, yang telah banyak memberikan koreksi dan saran guna penyempurnaan skripsi ini.
3 Ibu Darnetty Dae, S.H., M.H., selaku dosen Pembimbing Pertama, yang telah dengan tulus memberikan ide, meluangkan waktu, saran, arahan, dan
bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa dan menyusun skripsi ini. 4 Bapak Baharuddin Naim, S.H., M.H., selaku dosen Pembimbing kedua, yang
telah memberikan ide mengenai Papua Barat, bimbingan, arahan, masukan, dan kemudahan selama proses penyelesaian skripsi.
5 Bapak Naek Siregar, S.H., M.Hum., selaku dosen Pembahas kedua untuk masukan dan saran yang bermanfaat bagi penulis.
6 Bapak Maroni, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi, saran, dan bimbingan selama penulis menjadi
mahasiswa. 7 Bapak Heryandi, S.H., M.S., Ibu Melly Aida, S.H., M.H., Bapak Dharma
Setiawan, S.H., M.H., Ibu Ria Wierma Putri, S.H., M.Hum., Ibu Rehulina, S.H., M.H., Bapak Rudi Natamiharja, S.H., Ibu Siti Azizah, S.H., dan Ibu
Desy Churul Aini, S.H., selaku staf pengajar pada Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung untuk didikan,
bimbingan, dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan. 8 Pak Marjiyono, S.Pd terima kasih pak, untuk segala perhatian yang telah
diberikan. Tanpa perhatian dan pertolongan bapak, mungkin saya akan berlarat-larat menempuh perjalanan skripsi ini, Mas Pendi, dan Mas Jarwo
Bagian TU Hukum Internasional yang telah cukup banyak memberi motivasi pada saat penulis menyelesaikan skripsi ini.
9 Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan pengetahuan dan pelajaran selama penulis menjadi
mahasiswa. 10 Seluruh keluarga besar Papa penulis: Nyai, Sidi Alm., Ayah Atu Alm.,
Pak Minak, Walid Haidir dan Walidah, Pak Tut Suep dan Mak Tut, Ayah Atu Thabranie, Om Paswani, Papah Gedung, Holidi Heru, Andung, Holidi
Derahman, Aci Munjiah sepertinya Agit tidak akan selesai, kalau tidak tinggal di rumah Aci, Mamak Raden, Pak Ngah Yanto dan Pak Su
Najamudin, Terima Kasih untuk dukungan moral dan materil, doa dan kasih sayang serta dukungan kepada penulis selama menyelesaikan studi di
Kampus Hijau ini. Seluruh keluarga besar Mama penulis: Ibu Nyai, Pak Cik dan Mak Cik, Mami Ita dan Om Yos, Om Ipok dan Tante Susi, Ujuk Donek
dan Om Yus, Terima kasih telah sabar memberi dukungan dan doa selama penulis menyelesaikan studinya di Kampus Hijau ini. Saudara penulis: Uan
Ari, Galu Jangan melangkah Kakak, sebab tanda pelangkahannya adalah naik Haji., Ridho jaga adik-adik, ya, Riki, Nung, Uti semoga cepat
dewasa, Nafiza ‘Ica’ Cepet Besar ya, dik, Jodi, Sheren, Yusuf, Vidi, Gana- Gano, Eka, Ega, Titis, Ulfa, Rosi, Lala, Hanif, Para dan seluruh adik-adik
terima kasih untuk doa yang telah diberikan. 11 Teman-teman UKMBS: Andika akhirnya kita selesaikan juga studi kita ini,
bung., Bang Ari, S.Pd, Bang Arya, Bang Gebe, Kiki, Mbak Eka, S.E, Habib cepet lulus Bib., FX Teguh Prima, A.Md, topan Santoso, A.Md, dan para
teman-teman yang keberadaannya secara tidak langsung telah memberikan semangat kepada penulis.
12 Fitri Yani, terima kasih telah menemani dan mencoba untuk bersabar. Terus berkarya dan berkarir di bidangmu, dan selesaikan pula kuliahmu.
13 Para Sahabat: Fajar Arifin, S.H, Enrieko Dharfi, S.H, Ria Octaviansari, S.E. sahabat-sahabat SMP Al-Kautsar: Robert Martin, A. Md kedokteran hewan
2002 PS HGM, IPB, Donny Widyasmoro, Agung Wirawan, Arfan Utama, dan Zulfi Septorian terima kasih telah memberi semangat; ingat syair lagu
Three Little Bird, Bob Marley, dia menuliskan kata ini, “don’t worry by the thing, cause every little thing, it’s gonna be alright….wake up this morning,
smile with the rising sun..”, betapa harapan harus selalu ada, agar kita mempunyai alasan untuk terus berjalan. Seperti harapan kita kepada pagi,
kepada burung-burung yang berkicau di dahan-dahan. Tetapi kita juga harus tetap pula memastikan, bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Bandarlampung, Penulis,
Agit Yogi Subandi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjanjian New York 1962, merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan kedaulatan NKRI. Usaha ini
mendapatkan banyak sekali tantangan, baik itu dari pengklaiman Kerajaan Belanda yang ingin menjadikan Papua Barat sebagai Boneka atau pergolakan
yang dilakukan oleh organisasi-organisasi yang berada di wilayah Papua Barat itu sendiri yang hendak memisahkan Papua Barat dari NKRI.
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat
Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu propinsi Kerajaan Belanda, sama dengan daerah-daerah
lainnya
1
. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun
pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam
beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai
1
Neles Tebay. Human Rights in Papua: An overview Conference “Autonomy for
Papua – Opportunity or Illusion?”, 04-05.06.2003. Diakses pada 12 Maret 2008.
2 keputusan mengenai Papua Barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan
kembali dalam jangka waktu satu tahun.
Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua Barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB.
2
Karena Indonesia mengklaim Papua Barat sebagai daerahnya, maka Belanda mengundang Indonesia ke
Mahkamah Internasional
untuk menyelesaikan
masalah ini.
Sebagai kelanjutannya, pada tahun 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat
dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Halmahera, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah.
3
Selain itu juga diadakan berbagai pemilihan umum untuk memilih perwakilan rakyat Papua dalam pemerintahan, mulai dari
tanggal 9 Januari 1961 di 15 distrik. Hasilnya adalah 26 orang wakil yang terbagi atas: 16 laki-laki dipilih, 23 orang Papua asli laki-laki, dan 1 wanita. Dewan
Papua ini dilantik oleh gubernur Pieter J. Platteel
4
pada tanggal 1 April 1961, dan mulai menjabat pada 5 April 1961. Pelantikan ini dihadiri oleh wakil-wakil dari
2
Chapter xi: Declaration Regarding non-self-Governing Territories Article 73e: to transmit regularly to the Secretary-General for information purposes, subject to such limitation as security
and constitutional considerations may require, statistical and other information of a technical nature relating to economic, social, and educational conditions in the territories for which they
are respectively responsible other than those territories to which Chapters XII and XIII apply.
3
Zainal Abidin Syah adalah Gubernur pertama Papua yang berkuasa dari tahun 1956
sampai tahun 1961. Saat panasnya hubungan antara Belanda dan Indonesia yang
mempermasalahkan Irian Barat, ia diangkat menjadi gubernur provinsi Irian Jaya dengan ibukota di Soasiu, Halmahera. Dikutip dari: http:id.wikipedia.orgwikiZainal_Abidin_Syah, diakses pada
tangga, 13 Maret 2009.
4
Menurut Besluit tersebut, Gubernur menyelenggarakan pemerintah umum atas nama Ratu Belanda di Nieuw Guinea Title I Pasal I. Gubernur menyelenggarakan pemerintahan-
pemerintahan umum di Nieuw Guinea atas nama dan sebagai wakil Ratu Belanda sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ketatanegaraan itu, dan dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk Ratu
Pasal 29 Gubernur diangkat dan diberhentikan oleh Ratu Belanda Pasal 11. Selama masa pemerintahan Nederland Nieuw Guinea, jabatan Gubernur berturut-turut dipegang oleh S. L. J. van
Waardenburg awal 1950 - Maret 1953, J. van Baal April 1953 - April 1958 dan terakhir Pieter J. Platteel Mei 1958 dan September 1962. Dikutip dari: http:www.geocities.comopm-
irjamain21.htm, diakses 13 Maret 2009.
3 Australia, Britania Raya, Perancis, Belanda, dan Selandia Baru. Amerika Serikat
diundang tapi menolak untuk hadir.
Kemudian, Dewan Papua mengadakan pertemuan pada tanggal 19 Oktober 1961 untuk memilih sebuah komisi nasional untuk kemerdekaan, bendera Papua,
lambang negara, lagu kebangsaan Hai Tanahkoe Papua
5
, dan nama Papua. Pada tanggal 31 Oktober 1961, bendera Papua dikibarkan untuk pertama kali dan
manifesto kemerdekaan diserahkan kepada gubernur Pieter J. Platteel. Belanda mengakui bendera dan lagu kebangsaan Papua pada tanggal 18 November 1961,
dan peraturan-peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 1961.
Pada 19 Desember 1961, Soekarno menanggapi pembentukan Dewan Papua ini dengan menyatakan Trikora di Yogyakarta
6
, yang isinya adalah: 1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air bangsa.
Sejalan dengan ketegasan pemerintah Indonesia untuk merebut wilayah Irian Barat dari penjajah Belanda, unsur- unsur kekuatan militer Belanda di Irian Barat
bertambah dengan pesat.
5
Kutipan dari situs: http:belajarprestasi.blogspot.com200901peristiwa-trikora.html, diakses 7 April 2009.
6
Situs Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia. Konflik Papua Barat: http:id.wikipedia.orgwikikonflik_papua_barat, diakses 19 Januari 2009
.
4 Karena kekhawatiran bahwa pihak komunis akan mengambil keuntungan dalam
konflik ini, Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan Indonesia. Karena usaha ini, tercapailah persetujuan New York pada tanggal 15
Agustus 1962. Pemerintah Australia yang awalnya mendukung kemerdekaan Papua juga mengubah pendiriannya dan mendukung penggabungan dengan
Indonesia atas desakan AS.
Tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda
dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Perundingan yang diprakarsai oleh PBB itu, Indonesia diwakili oleh Soebandrio dan Belanda diwakili oleh Jan
Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Hasil dari perundingan tersebut menghasilkan poin-poin sebagai berikut selengkapnya terlampir:
1. Belanda akan menyerahkan pemerintahan Papua bagian barat kepada UNTEA
7
, yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintahan kepada Indonesia.
2. Bendera PBB akan dikibarkan selama masa peralihan. 3. Pengibaran bendera Indonesia dan Belanda akan diatur oleh perjanjian antara
Sekretaris Jenderal PBB dan masing-masing pemerintah. 4. UNTEA akan membantu polisi Papua dalam menangani keamanan. Tentara
Belanda dan Indonesia berada di bawah Sekjen PBB dalam masa peralihan.
7 UNTEA, atau singkatan dari United Nations Temporary Executive Authority, adalah
sebuah badan pelaksana sementara PBB yang berada dibawah kekuasaan sekretaris jendral PBB. UNTEA dikepalai oleh seorang yang diangkat oleh sekjen PBB dengan persetujuan antara
Indonesia dan Belanda dan bertugas menjalankan pemerintahan Irian Barat dalam waktu satu tahun. UNTEA dibentuk karena terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda dalam
permasalahan status Irian Barat, sehingga badan ini merupakan pengawas di Irian Barat setelah persetujuan New York. Tugas-tugas pokok UNTEA: 1 Menerima penyerahan pemerintahan atau
wilayah Irian Barat dari pihak Belanda, 2 Menyelenggarakan pemerintahan yang stabil di Irian Barat selama suatu masa tertentu, 3 Menyerahkan pemerintahan atas Irian Barat kepada pihak
Republik Indonesia.
5 5. Indonesia, dengan bantuan PBB, akan memberikan kesempatan bagi
penduduk Papua bagian barat untuk mengambil keputusan secara bebas melalui:
a. Musyawarah dengan perwakilan penduduk Papua bagian barat b. Penetapan tanggal penentuan pendapat
c. Perumusan pertanyaan dalam penentuan pendapat mengenai kehendak penduduk Papua untuk
i. Tetap bergabung dengan Indonesia; atau ii. Memisahkan diri dari Indonesia
d. Hak semua penduduk dewasa, laki-laki dan perempuan, untuk ikut serta dalam penentuan pendapat yang akan diadakan sesuai dengan standar
internasional 6. Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun 1969.
Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan pemerintahan Papua Barat kepada Indonesia. Ibukota Hollandia dinamai Kota Baru dan pada 5 September
1963, Papua Barat dinyatakan sebagai daerah karantina. Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan Papua dan melarang bendera Papua dan lagu kebangsaan
Papua. Keputusan ini ditentang oleh banyak pihak di Papua, dan melahirkan Organisasi Papua Merdeka atau OPM pada 1965. Untuk meredam gerakan ini,
dilaporkan bahwa pemerintah Indonesia melakukan berbagai tindakan pembunuhan, penahanan, penyiksaan, dan pemboman udara. Menurut Amnesty
International, lebih dari 100.000 orang Papua telah tewas dalam kekerasan ini. OPM sendiri juga memiliki tentara dan telah melakukan berbagai tindakan
6 kekerasan. Pada tahun 1969, diselenggarakan Pepera yang diatur oleh Jenderal
Sarwo Edhi Wibowo.
8
Menurut anggota OPM Moses Werror
9
, beberapa minggu sebelum Pepera, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI menangkap para pemimpin rakyat
Papua Barat dan mencoba membujuk mereka dengan cara sogokan dan ancaman untuk memilih penggabungan dengan Indonesia. Pepera ini disaksikan oleh dua
utusan PBB, namun mereka meninggalkan Papua Barat setelah 200 suara dari 1054
10
untuk integrasi. Hasil pelaksanaan Pepera adalah, Papua Barat bergabung dengan Indonesia dengan menjadi provinsi ke-26 Indonesia dengan nama, Irian
Jaya.
Setelah Papua Barat digabungkan dengan Indonesia, maka Pemerintah Indonesia mengambil posisi sebagai berikut:
1. Papua Barat telah menjadi daerah Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1945 namun masih dipegang oleh Belanda.
2. Belanda berjanji menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar.
8
Dikutip dari: http:wapedia.mobiidOperasi_Trikora?t=5., diakses 20 Maret 2009.
9
He was born on June 7, 1936 in Moor Island in western New Guinea now Irian Jaya. He had imagined of himself being a sailor, sailing around the world and visiting many new places.
dia dilahirkan pada tanggal 7 Juni 1936 di Pulau Moor di sebelah barat New Guinea yang sekarang di sebut Irian BaratIrian Jaya. Dia memiliki pembayangan untuk dirinya sendiri menjadi
seorang pelaut, berlayar berkeliling dunia dan mengunjungi tempat-tempat baru. http:www.irja.orghistorymoses.htm
10
Dengan Perincian sebagai berikut: Kabupaten Merauke 175 orang, Kabupaten Fak-Fak 75 orang, Kabupaten Sorong 110 orang, Kabupaten Manokwari 75 orang, Kabupaten Paniai
175 orang, Kabupaten Teluk Cenderawasih 130 orang, Kabupaten Jayawijaya 175 orang, Kabupaten Jayapura 110 orang. Totalnya adalah : 1025 Orang. Data ini bersumber dari: Dikutip
dari tulisan, G.K.T.Ninati, Sep 18, 2005, mengenai Jalannya Pepera 1969 Act Of Free Choice Di Papua Barat dari situs: http:www.melanesianews.orgspmpublishprinter_1195.shtml,
diakses pada tanggal, 5 September 2009, pukul 11.00 pm WIB.
7 3. Penggabungan Papua Barat dengan Indonesia adalah tindakan merebut
kembali daerah Indonesia yang dikuasai Belanda. 4. Penggabungan Papua Barat dengan Indonesia adalah kehendak rakyat Papua.
Pada tahun 1980-an, Indonesia memulai gerakan transmigrasi, di mana puluhan ribu orang dari pulau Jawa dan Sumatera dipindahkan ke Provinsi Papua Barat
dalam jangka waktu 10 tahun. Penentang program ini mencurigai usaha Indonesia untuk mendominasi Provinsi PapuaBarat dengan cara memasukkan pengaruh
pemerintah pusat. Pada tahun 2000, presiden Abdurrahman Wahid memberi otonomi khusus kepada Provinsi Papua Barat untuk meredam usaha separatis.
Provinsi ini kemudian dibagi dua menjadi Provinsi Papua Barat dan Irian Jaya Barat melalui instruksi Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001
11
.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dianalisis adalah:
1. Apakah perjanjian New York New York Agreement Tahun 1962 memiliki kekuatan mengikat berdasarkan ketentuan yang ada dalam Hukum Perjanjian
Internasional, dan bagaimana akibat hukum dari perjanjian tersebut? 2. Apakah Pepera yang dilaksanakan pada tahun 1969, dapat digunakan sebagai
dasar integrasi wilayah bagi rakyat Papua Barat ke dalam wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia?
11
Dikutip dari: http:forumbebas.comthread-19840.html, diakses 20 Maret 2009.
8
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai kekuatan mengikat Perjanjian New York New York Agreement 1962 dalam penyelesaian
masalah Papua Barat. 2. Menjelaskan kekuatan Pepera yang dilaksanakan pada tahun 1969 apakah
dapat digunakan sebagai dasar integrasi wilayah bagi rakyat Papua Barat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia?
D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum khususnya Hukum Perjanjian Internasional, sehingga dapat dijadikan bahan bacaan bagi umum
dan sumber bacaan.
2. Kegunaan Praktis
1 Memberikan informasi mengenai keabsahan sebuah perjanjian internasional dan seberapa kuat perjanjian tersebut mengikat Negara
yang berjanji serta keberlangsungannya selama ini di Papua Barat. 2 Sebagai bahan dan wacana untuk pengembangan hukum terutama
mengenai Perjanjian Internasional.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami penulisan skripsi ini, maka secara keseluruhan sistematikanya sebagai berikut:
9
BAB I PENDAHULUAN
Memuat latar belakang penulisan dan memuat sejarah dalam latar belakang tersebut, penulis menarik pokok permalahan serta menyebutkan kegunaan dan
tujuan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini merupakan pengantar terhadap pengertian-pengertian judul dari skripsi yang juga memuat pengertian perjanjian Internasional secara umum maupun
secara detail serta memuat mengenai Hukum Perjanjian Internasional secara jelas dan padat dan juga menampilkan gambaran umum mengenai sejarah
perjanjian New York 1962 yang diberlakukan di Irian Barat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan dan
pengolahan dan serta analisis data.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan yang mengemukakan hasil penelitian yaitu mengenai Keberlakuan Perjanjian New York Tahun1962 bagi Rakyat Irian
Barat terhadap kekuatan Perjanjian Internasional
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini adalah penutup dari hasil penelitian yang berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penulis mengenai permasalahan yang dibahas.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
Memuat segala referensi sumber yang berkaitan dengan tulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian-pengertian
Sebelum membahas permasalahan lebih lanjut, perlu dikaji terlebih dahulu mengenai pengertian-pengertian yang berhubungan dengan judul skripsi ini.
1. Pengertian Perjanjian Internasional.
Mochtar Kusumaatmadja mendefinisikan perjanjian internasional sebagai sebuah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu. Mochtar mensyaratkan, untuk dapat disebut perjanjian internasional, perjanjian itu
harus diadakan oleh subyek hukum internasional yang menjadi anggota masyarakat internasional. Sementara itu, dalam Hukum Internasional yang
dapat disebut sebagai subyek hukum internasional selain Negara, Takhta Suci, Palang Merah Internasional, Organisasi Internasional dan Individu adalah
Pemberontak dan pihak dalam sengketa belligerent.
1
Sebuah situs yang berjenis Ensiklopedia
2
yang berbahasa Indonesia menuliskan sebuah pengertian Perjanjian internasional, yaitu sebuah
perjanjian yang dibuat di bawah hukum internasional oleh beberapa pihak
1
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M., Pengantar Hukum Internasional, Bina Cipta, Bandung-Jakarta, 1990, hlm. 79 84.
2
www.id.wikipedia.org
yang berupa negara atau organisasi internasional. Sebuah perjanjian multilateral dibuat oleh beberapa pihak yang mengatur hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Perjanjian bilateral dibuat antara dua negara.
Dalam pengertian umum dan luas, perjanjian internasional
3
menurut I Wayan Partiana yang dalam bahasa Indonesia disebut juga persetujuan, traktat,
ataupun konvensi, adalah:
Kata sepakat antara dua atau lebih subyek hukum internasional mengenai suatu obyek atau masalah tertentu dengan maksud untuk
membentuk hubungan hukum atau melahirkan hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional.
4
Pengertian ini nampak masih sangat umum dan luas, antara lain dapat ditunjukkan pada:
Pertama: dalam definisi tersebut semua subjek hukum internasional dipandang dapat mengadakan perjanjian internsional. Padahal dalam
kenyataannya, tidaklah setiap subjek hukum internsional dapat berkedudukan sebagai pihak dalam perjanjian internasional. Dalam Konvensi Wina 1969,
hanya Negara yang dapat mengadakan perjanjian internasional, sedangkan subjek yang lain diadakan oleh hukum kebiasaan atau diatur oleh perjanjian
internasional itu sendiri. Sehingga hanya negara, tahta suci, dan organisasi internasional tidak semuanya kaum belligerensi, bangsa yang sedang
3
I Wayan Parthiana, Perjanjian Internasional bagian 1 tahun 2002, menuliskan,
Dalam buku ini akan dugunakan istilah “perjanjian” atau “perjanjian internasional” sebagai istilah umum atau generik untuk segala macam perjanjian internasional, sedangkan istilah-istilah lainya
seperti traktat treaty, Konvensi convention, persetujuan Agreement, dan lain-lain adalah istilah yang lebih bersifat khusus atau spesifik untuk jenis-jenis perjanjian internsional tertentu.
4
Op.Cit, hlm. 12.
memperjuangkan hak-haknya, yang dapat berkedudukan sebagi pihak dalam suatu perjanjian internasional
5
.
Kedua: definisi tersebut di samping mencakup perjanjian internsional tertulis juga mencakup perjanjian internasional yang berbentuk tidak tertulis, yang
masing-masing memiliki karakter yang sangat berbeda, meskipun sama-sama merupakan perjanjian internasional
6
.
Oleh karena luasnya ruang lingkup perjanjian internasional menurut pengertian di atas, maka kiranya pengertian ini hanya dapat dipakai sebagai
pedoman awal dalam pembahasan secara mendalam tentang perjanjian internasional dan hukum perjanjian internasional. Dengan kata lain, pengertian
perjanjian internasional yang sangat umum dan luas ini berguna sebagai titik tolak untuk mengklarifikasikan perjanjian internasional dengan lebih
mempersempit ruang lingkupnya. Baik ruang lingkup subjek hukumnya maupun ruang lingkup bentuknya
7
. Dengan demikian juga dapat diharapkan kejelasan dari ruang lingkupnya yang secara substansial diatur oleh hukum
perjanjian internasional.
2. Pengertian Konvensi