Derajat Keasaman pH Litter

30 kotoran, pH, dan sistem ventilasi. Konsentrasi nitrogen dalam kotoran diakibatkan oleh banyaknya kandungan protein dalam ransum yang tidak tercerna dengan sempurna, sehingga dengan adanya konsentrasi nitrogen maka konsentrasi amonia pun meningkat karena adanya aktivitas bakteri yang mengurai nitrogen dalam kotoran ungggas menjadi gas amonia. Apabila kadar amonia tinggi maka pH pun akan meningkat, hal ini dipengaruhi oleh semakin banyaknya ekskreta yang dihasilkan oleh ayam dan aktivitas bakteri dalam mengurai nitrogen menjadi asam urat.

G. Suhu Litter

Suhu menunjukkan derajat panas suatu benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur Wikipedia, 2009. Menurut Rasyaf 2001, bahan litter berpengaruh terhadap kenyamanan ternak di dalam kandang. Hal ini karena suatu bahan litter dapat memengaruhi suhu litter dan kelembapan udara dalam kandang yang akhirnya akan memengaruhi pertumbuhan ternak. Suhu kandang yang tidak nyaman, baik terlalu panas atau dingin akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pertumbuhan pada anak ayam. Selain suhu lingkungan kandang, jenis litter yang digunakan juga memengaruhi 31 suhu litter, karena setiap bahan litter memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dalam menyerap suhu. Sama halnya dengan suhu, kelembapan juga akan berpengaruh terhadap aktivitas ayam, bahkan dapat memengaruhi kesehatan ayam. Kelembapan yang tinggi dapat diartikan kandungan air dalam bahan litter tinggi, sehingga dapat memicu bakteri pengurai asam urat yang terdapat dalam ekskreta menghasilkan gas amonia lebih banyak Medion, 2009. Menurut Kususiyah 1992, terdapat hubungan antara kelembapan litter dengan temperatur litter. Kelembapan litter yang tinggi akan memacu proses fermentasi yang akan meningkatkan produksi panas sehingga meningkatkan temperatur litter.

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kandang closed house milik PT. Rama Jaya Farm, Dusun Sidorejo, Desa Krawang Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014.

B. Bahan Penelitian

1. Ayam Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah Day Old Chick DOC broiler sampai dengan umur 26 hari sebanyak 270 ekor setelah lepas masa brooding dengan berat badan awal 44,10±3,58 gekor koefisien keragaman 8,11 dan berat rata-rata umur 14 hari 404,03±39,01 gekor koefisien keragaman 9,65. Penelitian ini meggunakan broiler umur 14--26 hari. Strain ayam yang digunakan adalah Strain CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

2. Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis ransum yaitu ransum broiler BBR-1 Bestfeed produksi PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk yang diberikan saat ayam umur 1--10 hari dan HI-PRO 611 produksi PT Charoen