Kebijakan Pemerintah Kota Tanjungbalai dan Pemerintah Kabupaten Agam Dalam Meningkatkan Kepercayaan

Kebijakan Pemerintah Kota Tanjungbalai dan Pemerintah Kabupaten Agam Dalam Meningkatkan Kepercayaan Investor Setelah Berlakunya Otonomi Daerah

Ramlan

Program Studi Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Pada penelitian ini permasalahan yang ingin dijawab adalah; (1) Apa saja yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Tanjungbalai Sumatera Utara dan Kabupaten Agam Sumatera Barat dalam menarik investor setelah berlakunya otonomi daerah. (2) Bagaimana implementasi kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Tanjungbalai Sumatera Utara dan Kabupaten Agam Sumatera Barat. (3) Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kebijakan Pemerintah Kota Tanjungbalai Sumatera Utara dan Kabupaten Agam Sumatera Barat dalam menarik investasi. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian yuridis sosiologis, dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari berbagai intorman, baik dari Pemerintah Kota Tanjungbalai maupun dari Pemerintah Kabupaten Agam, diantaranya; Staf BAPPEDA Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Agam, Staf Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Agam, Staf Dinas Perekonomian Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Agam, Staf BPN/Agraria Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Agam, dan Staf Bagian Hukum Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Agam, serta DPRD Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Agam. Data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen. Dokumen tersebut meliputi peraturan perundang-undangan, literatur seperti buku dan makalah, artikel di media massa, dan data lainnya yang menunjang penelitian ini.
Pada mulanya perizinan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), ditangani langsaung oleh pemerintah pusat. Akan tetapi setelah keluamya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (UUPD) yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan mulai berlaku sejak tanggal 15 Oktober 2004, maka berdasarkan Pasal 13 dan 14 UUPD daerah kabupaten dan kota memiliki wewenang dalamd' bidang penanaman modal.
Untuk itu Pemerintah Kota Tanjungbalai telah melakukan usaha-usaha untuk menarik investasi, diantaranya; melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Asahan, merencanakan pembangunan kawasan industri seluas 300 Ha di Kelurahan Sei Raja Kecamatan Sei Tualang Raso, dan menetapkan Pelabuhan Teluk Nibung sebagai pelabuhan bebas fiskal, serta Pemerintah Kota Tanjungbalai telah melakukan promosi investasi ke negara Jerman. Namun sampai akhir Mei 2004 kebijakan-kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Tanjungbalai belum membuahkan hasil.
Berbeda dengan Kabupaten Agam, menyikapi wewenang tersebut Pemerintah Kabupaten Agam mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Penanaman Modal, dan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Promosi dan Investasi Daerah. Sehingga dengan kerja keras yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Agam, maka masuklah investasi dari Jerman melalui Brohult Bijkerk Ltd untuk menginvestasikan modalnya sebesar 150 juta dollar Amerika. Akan tetapi rencana investasi ini

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

1

mengalami kegagalan akibat ketidak mampuan Pemerintah Kabupaten Agam membayar Bank Garansi sebesar 20%, artinya apabila Pemerintah Kabupaten Agam akan mendapatkan dana sebesar 150 juta dollar Amerika tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Agam harus membayar Bank Garansi sebesar 20% dari 150 juta dollar Amerika, yakni sebesar 30 juta dollar Amerika.
Namun harus menjadi perhatian, bahwa masuknya para investor khususnya secara foreign direct investment (FDI) memang diharapkan, akan tetapi masuknya para investasi asing juga membawa dampak negatif, seperti terjadinya pencemaran lingkungan baik daratan, air dan udara. Bahkan secara tidak langsung kehadiran para investasi juga akan menimbulkan kesenjangan sosial di antara masyarakat, serta dapat menimbulkan tindakan kriminalitas seperti pencurian, penodongan, perampokan dan perkelahian yang dilakukan oleh sebahagian masyarakat yang menghendaki peningkatan dan kenyamanan hidup dalam waktu yang sing kat tanpa mau belajar dan bekerja keras.
Untuk itu diharapkan Pemerintah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Agam benar-benar mensosialisasikan daerahnya, terutama dalam pembuatan Perda yang benar-benar dapat memberikan perlindungan hukum kepada para investor. Serta dapat memberikan pelayanan yang maksimal, terutama dalam pemberian perizinan bagi para investor agar tidak terjadi birokrasi yang berbelit-belit. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan Pemerintah Pusat agar memberikan pinjaman dana kepada Pemerintah Daerah untuk mendukung pelaksanaan pembangunan inprastruktur di daerah, agar para investor berminat menginvestasikan modalnya ke daerah.


e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

2