KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKINI DALAM MENINGKATKAN EKONOMI
KEBIJAKAN
PEMERINTAH TERKINI
DALAM MENINGKATKAN
EKONOMI
SRI MULYANI INDRAWATI
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEMINAR NASIONAL APINDO
-KADIN
JAKARTA | 14 SEPTEMBER 2018
OUTLINE
1
4 pilar
ekonomi
Perkembangan
ekonomi terkini
2
3
a. moneter
b. fiskal
c. kegiatan
ekonomi
d. neraca
pembayaran
Kebijakan
Pemerintah
untuk
mendorong
perekonomian
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Terkini
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Memasuki Tahun 2018
4
normalisasi kebijakan moneter menyebabkan
pembalikan arus modal dan keuangan dari
negara emerging ke Amerika Serikat.
Kondisi ini menyebabkan
Neraca Pembayaran tertekan
karena arus modal ke
Indonesia menurun dari di
atas USD 29 miliar pada tahun
2016-2017, menjadi USD 6,5
miliar pada semester I 2018.
Penurunan ini dihadapkan pada defisit transaksi
berjalan pada semester I 2018 yang justru
meningkat, yaitu sebesar USD 13,7 miliar, sehingga
secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia
mengalami defisit sebesar USD -8,2 miliar.
Hal ini menggerus cadangan devisa dan
menekan nilai tukar rupiah. Masalah
inilah yang sedang ditangani pemerintah
Proyeksi Pertumbuhan Global (%,
yoy)
Pertumbuhan PDB AS Triwulanan
(% yoy)
7
4
6.319
6.204
3
5.414
5.3
5.064
5.063
5
4.723
4.852
4.937
4.257
4.327
1
4
3.9
0
3.7
3.435
3.495
2
4.7
3.9
3.533
5.3
5.1
4.9
4.654
4.603
4.233
5.3
2011
3.398
2.40
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Indeks Dolar AS
2.40
2.20
1.95
1.72
2012
Sumber: Bloomberg, diolah
3.211
2.23
100
1.66
2
1.18
1.32
95
90
0
2011
2012
Dunia
ASEAN-5
2013
2014
2015
Negara Maju
Sumber: Data IMF Juli 2018, diolah
2016
2017 2018p 2019p
Perekonomian global
mengalami
pemulihan sejak
tahun 2017, namun
risiko tetap tinggi.
85
Negara Berkembang
80
Jan-18 Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18 Jun-18 Jul-18 Aug-18
Sumber: Bloomberg, diolah
Normalisasi
kebijakan moneter
yang diterapkan AS
membawa risiko
pada pembalikan
arus modal ke AS
dan penguatan dolar
• Risiko dan tantangan global
• Tekanan pasar keuangan akibat
normalisasi moneter AS
• Moderasi Tiongkok
• Proteksionisme
• Perang Dagang AS-Tiongkok
• Ketegangan geopolitik
• Perubahan iklim/cuaca ekstrim
5
Kenaikan Suku Bunga The Fed (FFR) Diperkirakan Akan Berlanjut
6
Didorong oleh peningkatan pertumbuhan PDB dan kenaikan ingkat inflasi dari Amerika Serikat
8
Perbandingan Tingkat Suku Bunga Acuan
Perbandingan Pertumbuhan PDB dan Tingkat Inflasi AS
5
6
7 Day RR
Bank Indonesia
Agustus 2018 : 5.25 %
4
Inflasi AS
4
3
Fed Fund Rate
Agustus 2018 : 2 %
2
2
Pertumbuhan PDB
Spread between BI 7DRR & FFR
0
1
Jan-20 Mar-20 May-20 Jul-20 Oct-20 Dec-20 Feb-21 May-21 Jul-21 Sept-21 Dec-21 Feb-22 Apr-22 Jun-22
Sumber : Bloomberg
•
•
Seiring perbaikan perekonomian global dimana AS menjadi salah satu
motor utama, normalisasi kebijakan moneter telah mendorong
kenaikan suku bunga acuan global. The Fed diperkirakan akan
meneruskan penyesuaian suku bunga acuannya. Hal ini akan
mendorong adanya penyesuaian (kenaikan) pada suku bunga acuan
pada negara lain.
The Fed diproyeksikan masih akan melakukan 2 kali lagi kenaikan
pada FFR (September dan Desember). Hal ini masih mungkin
berubah dengan perkembangan kebijakan perdagangan AS serta
posisi Presiden Trump yang menyatakan tidak berpihak pada
peningkatan FFR.
Feb-21
Apr-21
Jun-21
Sumber : Bloomberg
•
•
Aug-21
Oct-21
Dec-21
Feb-22
Apr-22
Jun-22
Selama tahun 2018 Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan
7DRR selama 3 kali, sebanyak 25 bps ke 4.5% dan 4.75% di bulan Mei
2018. Kemudian di bulan Juni 2018 BI kembali menaikkan suku bunga
acuan ke 5.25%.
Jika melihat kondisi yang telah terjadi selama 2018, kenaikan 2
tahapan dari FFR pada September dan Desember akan mendorong
penyesuaian kembali dari 7DRR Bank Indonesia. Hal ini dapat
berdampak kepada pengetatan likuiditas domestik dan penurunan
pertumbuhan kredit. Perbankan akan membutuhkan waktu sekitar
dua hingga tiga bulan untuk penyesuaian bunga kredit perbankan.
PER 7 SEPTEMBER 2018, RUPIAH PADA TINGKAT RP14.884/US$
7
Rata-rata tahunan Rupiah sampai 7 September 2018 mencapai Rp13.977/US$
•
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
15,000
JISDOR BI
7 September 2018 :
Rp14.884/US$
14,250
•
13,500
•
Average YTD
7 September 2018 :
Rp13.977/US$
12,750
Sumber : Bank Indonesia, diolah
•
12,000
2015-J M
M
J
S
Min
N 2016-J M
Max
M
J
S
N 2017-J M
M
J
Kurs tengah BI (eop)
S
N 2018-J M
M
J
Ketidakpastian arah kebijakan perdagangan global (trade war), perhitungan baru dalam kebijakan nilai
tukar Yuan oleh otoritas Tiongkok dan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kurang mendukung
kebijakan Federal Reserve untuk menaikan suku bunga acuan memberikan tekanan tambahan terhadap
pasar keuangan global yang masih volatile ditengah normalisasi kebijakan moneter The Fed.
Depresiasi mata uang terhadap US$ terjadi di banyak negara, khususnya negara berkembang, dengan
Argentina (109,1%) dan Turki (74,1%) mengalami depresiasi paling dalam. Kondisi ini dikhawatirkan
berimbas kepada pemburukan persepsi investor kepada negara berkembang.
Pengaruh terbesar pergerakan nilai tukar Rupiah masih akan berasal dari kondisi global antara lain tren
penguatan US$ terhadap mata uang global. Dalam 4 Bulan terakhir, Index US$ (DXY Index) serta nilai
tukar US$ terhadap EUR menunjukan peningkatan.
Dengan masih tingginya tekanan sisi eksternal, tekanan terhadap Rupiah diperkirakan masih akan
berlanjut. Kebijakan penguatan neraca pembayaran oleh pemerintah, antara lain melalui pengendalian
impor beberapa barang diharapkan akan menciptakan pergerakan Rupiah yang lebih stabil.
Average Ytd
Apresiasi/Depresiasi Mata Uang Dunia
thdp Dolar
REER Vs SPOT
SPOT Market
31 Agustus 2018
Rp14.710/US$
15,000
Januari 2017 : 96,6
14,400
100
96.6
13,800
93.2
13,200
89.8
12,600
REER
86.4
31 Agustus 2018 : 88,84
Sumber : Bloomberg
31 Oktober 2016
Rp13.038/US$
12,000
Feb-15
83
Aug-15
Feb-16
Aug-16
Feb-17
Aug-17
Feb-18
Aug-18
Pergerakan Nilai Tukar US$
27.1% 110
23.8%
Brazil
South Africa
Russia
India
Indonesia
Philippines
China
Korea
EUR
Singapore
Malaysia
Thailand
18.6%
12.7%
10.5% Depresiasi terbesar :
7.8%
Argentina 109.1%
5.2%
Turki 74.1%
5.1%
Depresiasi Nilai Tukar
3.7%
3.5%
terhadap US$ Ytd
3.2%
7 September 2018
0.6%
1.3
US$/EUR
100
1.2
90
1.1
DXY Index
80
1
Jan-17 Mar-17 Jun-17 Sep-17 Nov-17 Feb-18 May-18 Jul-18
Kondisi Rupiah saat ini (tren depresiasi) dapat dikatakan tidak
mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang masih kuat dan stabil
-1%
7%
15%
Sumber : Bloomberg
22%
30%
Sumber : Bloomberg
empat pilar ekonomi
8
yang menopang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi
Moneter
Fiskal
Kegiatan
Ekonomi
Neraca
Pembayaran
PENERIMAAN Sem I
tercapai 44,0%, pajak
tumbuh 14%
PERTUMBUHAN
EKONOMI sedang
mengalami akselerasi
CADANGAN DEVISA
mencapai titik tertinggi di
angka USD132 miliar
CAR tingkat kecukupan
modal perbankan (CAR)
22% di Q2 2018
BELANJA sd Juli 2018
mencapai 51,5%. TKDD
mencapai 58,6%
mencapai 5,17% di sem. I
2018 (tertinggi sejak 2014)
TRANSAKSI BERJALAN, 2016
US$ 17 miliar (-1,8% PDB), 2017:
USD 17,3 miliar (-1,7% PDB)
NPL tingkat kredit macet
DEFISIT sd Juli 2018
1,02%,
PENGANGGURAN pada
posisi 5,13% (terendah
dalam 2 dekade
ARUS MODAL & KEUANGAN
YG MASUK 2016 US$ 29,3
miliar, 2017 : USD 29,2 miliar
KESEIMBANGAN
PRIMER +46,4 triliun
KEMISKINAN pada tingkat
9,8% (terendah dalam dua
dekade)
NERACA PEMBAYARAN 2016
surplus US$ 12,1 miliar, 2017 :
USD 11,6 miliar
INFLASI selama 3 thn
terjaga di 3,5%. Sem.I
2018 sebesar 3,2%
yang menurun pada 2,7%
KREDIT tingkat
pertumbuhan kredit :
10,7% dgn rerata 10-12%.
Kondisi Moneter
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kesehatan Fundamental Ekonomi Juga Ditandai Oleh Inflasi yang Terkendali
10
Deflasi Agustus 2018 sebesar -0,05% (MTM) atau 3,20% (YOY) dan 2,13% (YTD)
Perkembangan Inflasi dan Komponennya
Inflasi Agustus 2018 (%)
Sumber : BPS, diolah
YoY
Ytd
Rata-rata YoY
IHK
3,20
2,13
3,25
Core Inflation
2,90
2,09
2,74
Administered Price
2,55
1,27
3,93
Volatile Food
4,97
3,30
4,27
•
Deflasi pada bulan Agustus terutama dipengaruhi penurunan
harga produk peternakan (telur dan daging ayam ras) dan
hortikultura (aneka bawang, cabai, dan sayuran).
•
Inflasi kumulatif Januari – Agustus 2018 mencapai
2,13%. Masih terdapat ruang gerak yang cukup
sebesar 1,37% untuk mencapai target inflasi 3,5%.
•
Tren perlambatan komponen administered price masih terus
berlanjut.
•
Risiko inflasi ke depan terutama dari tekanan eksternal,
kenaikan harga pangan (gejala kekeringan), serta
peningkatan permintaan di akhir tahun (HBKN dan Liburan).
Pertumbuhan Kredit Disertai Perlambatan Pertumbuhan DPK Dapat Mengurangi Likuiditas
Namun, tingkat kesehatan perbankan maupun posisi kredit dapat dikatakan relatif baik
11
LDR, Pertumbuhan Kredit, DPK
NPL vs CAR (%)
12.0%
93.0%
DPK
9.0%
CAR (RHS)
3.3
24
2.975
22.5
91.5%
LDR 90.0%
6.0%
LDR (RHS)
3.0%
88.5%
NPL
2.65
21
2.325
19.5
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sumber : Bank Indonesia, diolah
0.0%
87.0%
2
18
J
A
S
O
N
D 2017-J F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D 2018-J F
M
A
M
J
Jul-16 Sep-16 Nov-16 Jan-17 Mar-17 May-17 Jul-17 Sep-17 Nov-17 Jan-18 Mar-18 May-18
•
•
•
Dengan didukung konsumsi dan permintaan masyarakat Indonesia yang terus meningkat, pertumbuhan kredit masih cukup tinggi,
total kredit tumbuh 10,7% di Bulan Juni 2018.
Pertumbuhan Kredit disertai perlambatan pertumbuhan DPK menyebabkan peningkatan LDR. Hal ini perlu diwaspadai sebab bila
tren tersebut berlanjut, maka pertumbuhan kredit dapat terhambat ketersediaan sumber pendanaan. Lebih jauh, pertumbuhan
kredit ke depannya akan mendapat tantangan apabila suku bunga kredit perbankan telah merespon peningkatan suku bunga acuan.
Hal ini dapat berimplikasi pada tekanan pada pertumbuhan perekonomian.
Namun demikian, tingkat kesehatan perbankan dapat dikatakan masih relatif baik. Hal ini terlihat dari NPL dalam tren menurun
sejak 2016 dan CAR yang cenderung menurun ditambah dengan kualitas kredit yang membaik (penurunan NPL).
Pertumbuhan Kredit Ditopang oleh Kredit Konsumsi, Investasi, dan Modal Kerja
Ketiga jenis kredit ini secara umum menunjukkan tren pertumbuhan
12
Perkembangan Kredit Konsumsi
Jun-'18
Apr-'18
Mei-'18
Mar-'18
Jan-'18
KK triliun
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Feb-'18
Des-'17
Okt-'17
Nov-'17
Sept-'17
Jul-'17
Ags-'17
Mei-'17
Sept-'16
Jun-'17
600
Apr-'17
4%
Mar-'17
825
Jan-'17
6%
Feb-'17
1,050
Des-'16
8%
Okt-'16
1,275
Nov-'16
10%
Jul-'16
1,500
Ags-'16
12%
•
Jumlah kredit konsumsi secara konstan menunjukkan tren
pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
memiliki confidence terhadap pasar, sehingga tingkat
spending masih cukup kuat. Namun, kredit ini bukanlah kredit
produktif, sehingga nilai tambah yang diperoleh negara relatif
minim
•
Sejalan dengan kredit konsumsi, baik kredit investasi dan
modal kerja juga menunjukkan tren pertumbuhan yang baik.
Hal ini menunjukkan bahwa iklim investasi dan usaha di
Indonesia sedang dalam posisi yang bagus. Di samping itu,
kredit investasi dan modal kerja merupakan kredit yang
bersifat produktif, sehingga dapat menjadi salah satu
penggerak bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia
•
Selama semester I 2018, pertumbuhan kredit perbankan
tertinggi terutama untuk kredit sektor utilitas (listrik, air, gas,
pengolahan sampah), diikuti kredit sektor transportasi dan
telekomunikasi, dan sektor konstruksi dan Jasa Lainnya. Kredit
pada sektor-sektor ini umumnya mengindikasikan tingginya
aktivitas pembangunan infrastruktur serta memberikan
validasi bahwa kredit investasi dan modal kerja tumbuh
dengan baik.
KK yoy
Kredit Investasi dan Modal Kerja (Triliun Rp dan
Pertumbuhan yoy)
KI triliun
Sumber : Bank Indonesia, diolah
KMK triliun
KI yoy
KMK yoy
Jun-'18
Mei-'18
Apr-'18
Feb-'18
Mar-'18
Jan-'18
Des-'17
Nov-'17
Okt-'17
Ags-'17
Sept-'17
Jul-'17
Jun-'17
Mei-'17
Apr-'17
0
Mar-'17
0%
Feb-'17
600
Jan-'17
3%
Des-'16
1,200
Nov-'16
6%
Okt-'16
1,800
Sept-'16
9%
Jul-'16
2,400
Ags-'16
12%
Kinerja APBN 2018 dan RAPBN 2019
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
14
Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2017-2018
2017
Indikator
APBN-P
2018
Realisasi
s.d. 31 Juli
APBN
Realisasi s.d.
31 Juli
Pertumbuhan ekonomi (%, yoy)
5,2
5,01*
5,4
5,17*
Inflasi (%, yoy)
4,3
3,9
3,5
3,2
Tingkat bunga SPN 3 bulan (%)
5,2
5,1
5,2
4,6
13.400
13.333
13.400
13.855
Harga minyak mentah Indonesia (US$/barel)
48
48
48
67
Lifting minyak (ribu barel per hari)
815
793
800
771**
1.150
1.235
1.200
1.146**
Nilai tukar (Rp/US$)
Lifting gas (ribu barel setara minyak per hari)
* angka s.d. Semester I
** angka s.d. Juni 2018
15
Postur Realisasi APBN s.d. 31 Agustus 2018
2016
APBN
(triliun Rupiah)
A. PENDAPATAN NEGARA
I.
PENDAPATAN DALAM NEGERI
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN
a. PENDAPATAN DJP (include PPh migas)
b. PENDAPATAN DJBC
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
II. PENERIMAAN HIBAH
B. BELANJA NEGARA
I.
BELANJA PEMERINTAH PUSAT
2017
APBNP
Realisasi
s.d. 31
Agustus
% thd
APBNP
1.786,2
873,5
1.784,2
1.539,2
1.355,2
184,0
245,1
872,3
711,4
622,8
88,6
160,9
2,0
Realisasi
s.d. 31
Agustus
2018
Growth
(%)
APBN
Realisasi
s.d. 31
Agustus
% thd
APBN
Growth
(%)
56,1
11,4
1.894,7
1.152,7
60,8
18,4
56,1
52,9
53,5
49,0
74,3
11,4
9,5
10,2
4,5
20,2
1.893,5
1.618,1
1.424,0
194,1
275,4
1.147,8
907,5
799,5
108,1
240,2
60,6
56,1
56,1
55,7
87,2
18,1
16,5
16,5
16,7
24,3
1,3
42,9
9,5
1,2
5,0
416,6
274,3
2.133,3
1.198,3
56,2
5,6
2.220,7
1.303,5
58,7
8,8
15,3
Growth
(%)
APBNP
48,9
0,7
1.736,1
973,4
48,9
46,2
46,0
48,2
65,6
0,6
1,8
4,1
(11,9)
(4,3)
1.733,0
1.472,7
1.283,6
189,1
260,2
972,0
778,7
686,1
92,6
193,3
1,2
61,6
92,2
3,1
2.082,9
1.135,0
54,5
7,7
% thd
APBNP
1.306,7
644,7
49,3
3,8
1.367,0
695,7
50,9
7,9
1.454,5
802,2
55,2
1. Belanja K/L
767,8
364,5
47,5
13,7
798,6
392,2
49,1
7,6
847,4
441,8
52,1
12,7
2. Belanja Non K/L
538,9
280,2
52,0
(6,8)
568,4
303,5
53,4
8,3
607,1
360,3
59,4
18,7
776,3
490,3
63,2
13,2
766,3
502,6
65,6
2,5
766,2
501,3
65,4
(0,3)
729,3
459,9
63,1
10,4
706,3
466,1
66,0
1,3
706,2
465,1
65,9
(0,2)
47,0
(105,5)
(296,7)
30,4
(145,5)
(261,5)
64,7
137,9
88,1
0,0
63,0
40,1
60,0
(178,0)
(397,2)
36,5
(84,0)
(224,9)
60,9
47,2
56,6
0,0
(42,3)
(14,0)
60,0
(87,3)
(325,9)
36,2
11,5
(150,7)
60,4
(13,2)
46,2
0,0
(113,7)
(33,0)
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
1. Transfer ke Daerah
2. Dana Desa
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B)
% Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN
a.l. PEMBIAYAAN UTANG
a.l - Surat Berharga Negara (neto)
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN
(2,35)
(2,06)
(2,92)
(1,65)
(2,19)
(1,02)
296,7
340,8
114,8
34,4
397,2
338,9
85,3
(0,6)
325,9
265,5
81,5
(21,7)
371,6
364,9
345,5
357,0
93,0
97,8
31,3
26,3
461,3
467,3
336,6
347,6
73,0
74,4
(2,6)
(2,6)
399,2
414,5
274,1
270,5
68,7
65,2
(18,6)
(22,2)
0,0
79,3
0,0
114,0
0,0
114,7
Indikator Ekonomi
makro yang menjadi
basis perhitungan
RAPBN 2019
Realisasi
2017
Outlook
2018
RAPBN
2019
5,1
5,2
5,3
3,6
3,5
3,5
13.384
13.973
14.400
5,0
5,0
5,3
51
70
70
Mobilisasi Pendapatan
secara realistis
à Pajak untuk daya saing &
investasi
804
775
750
Kesehatan fiskalàProduktif,
Efisien, Daya Tahan, dan
Sustainable
1.142
1.116
1.250
Mempertimbangkan perkembangan
terkini kondisi ekonomi, outlook serta
prospek ke depan
Fokus RAPBN
2019
Efisiensi dan kualitas belanja
prioritas àpeningkatan SDM,
perlindungan sosial, daya saing,
investasi, dan infrastruktur
16
17
RAPBN 2019 untuk Mendorong Investasi dan Daya Saing melalui
Pembangunan Sumber Daya Manusia
Peningkatan kualitas belanja didukung
penguatan akuntabilitas
Fokus Belanja 2019
1. Peningkatan investasi di bidang
pendidikan untuk meningkatkan kualitas
SDM dengan memperkuat PIP, BOS,
beasiswa, vokasi, dan mempercepat
rehab sekolah.
2. Penguatan program perlindungan sosial
melalui perluasan JKN, serta
peningkatan besaran manfaat PKH.
3. Menjaga kesinambungan
pembangunan infrastruktur untuk
pemerataan pembangunan.
4. Memperkuat reformasi birokrasi dengan
mempermudah pelayanan publik dan
investasi.
5. Mensukseskan pelaksanaan pesta
demokrasi.
Fokus
Perbaikan
1. Penguatan perencanaan
penganggaran yang didukung monev
yang komprehensif dan terkoordinasi
2. Efisiensi melalui penghematan dan
pembatasan kendaraan bermotor,
gedung, dan perjalanan dinas
3. Pengelolaan yang lebih akuntabel
(sejak 2016, LKPP mendapat predikat
WTP)
18
APBN Sehat: Defisit APBN semakin turun,
Keseimbangan Primer menuju arah positif
Defisit APBN diturunkan dibawah 2% PDB, pertama
persen
kali sejak tahun 2013
Triliun Rp
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Outlook
2018
RAPBN
2019
-
Keseimbangan
Primer mendekati Rp0 à
Triliun Rp
turun sejak 2015
2012
-
(0,50)
(211,7)
(1,00)
(150,0)
(298,5)
(308,3)
(341,0)
(200,0)
(314,2)
(297,2)
(1,50)
(1,86)
2015
2016
2017
Outlook RAPBN
2018 2019
-
(52,8)
(64,8)
(60,0)
(142,5)
(80,0)
(100,0)
(125,6) (124,4)
(0,44)
(2,00)
(300,0)
(1,84)
(2,25)
(2,12)
(350,0)
(2,59)
(2,49)
(2,50)
(2,51)
(400,0)
(160,0)
(3,00)
Defisit Anggaran
Defisit terhadap PDB (%) - RHS
(0,60)
(1,00)
(0,92)
(120,0)
(140,0)
(0,20)
(0,80)
(0,64)
(250,0)
(2,33)
(0,13)
(0,40)
(98,6) (93,3)
(226,7)
(153,3)
2014
(21,7)
(40,0)
(100,0)
2013
konsisten
persen
(20,0)
(50,0)
19
(0,92)
(1,09)
(1,23)
(1,01)
Keseimbangan primer (RHS)
Defisit Keseimbangan Primer terhadap PDB (%)
(1,20)
(1,40)
APBN Adil: Keseimbangan antara Pembangunan Fisik dan SDM,
Pembangunan Pusat dan Daerah, serta Pajak yang progresif
Pajak Menjadi Insentif Untuk Menjaga Daya
Beli Masyarakat & Ekonomi
• Kenaikan PTKP
• Penurunan tarif
PPh UMKM menjadi
0,5%
2013: Rp24,3 juta
2016: Rp54,0 juta
Penguatan dan Keseimbangan Pembangunan
Fisik dan SDM
anggaran Infrastruktur
2015 : Rp256,1 T
anggaran Pendidikan
2015 : Rp390,1 T
anggaran Kesehatan
2015 : Rp65,9 T
anggaran perlindungan
2015 : Rp249,4 T
2019 : Rp420,5 T
2019 : Rp487,9 T
2019 : Rp122,0 T
sosial
2019 : Rp381,0 T
Terdapat beberapa program yang beririsan
Insentif Pajak bagi Dunia Usaha secara
targeted (tax holiday/allowance)
Kriteria/syarat tertentu a.l.
Industri Pionir
Mempertimbangkan nilai
investasi, orientasi ekspor,
dan penyerapan tenaga
kerja
Memperkokoh keseimbangan pembangunan
antara pusat dan daerah
Transfer ke Daerah & Dana Desa
2015 : Rp623,1 T
Belanja K/L
2015: Rp732,1 T
2019 : Rp832,3 T
Hampir sama
2019 : Rp840,3 T
20
APBN Mandiri: Penerimaan Pajak Menjadi
Sumber Utama Belanja Negara
Kontribusi perpajakan terus meningkat
menjadi 83,1% (2014: 74,0%)
Pembiayaan utang semakin menurun
Triliun rupiah
Triliun rupiah
80,0
500,0
0.4
12.0
5.0
398.6
12.0
255.6
12.0
262.0
12.0
400,0
1240.4
1285.0
58,5
361.1
300,0
349.2
31,7
311.2
1343.5
1548.5
403,0
387,4
1781.0
223,2
2015
2016
2017
140,8
20,0
5,8
14,6
(7,3)
100,0
outlook 2018RAPBN 2019
0,0
2012
Penerimaan perpajakan
PNBP
Hibah
60,0
40,0
255,7
6,5
2014
359,3
49,0
200,0
1146.9
380,9
429,1
2013
2014
2015
Pembiayaan Utang
2016
(9,7)
0,0
-20,0
2017
outlook RAPBN
2018
2019
Growth (RHS)
21
Belanja Pemerintah dalam Tahun 2019
difokuskan untuk mendukung peningkatan daya saing, ekspor dan investasi, diikuti dengan
penguatan value for money
Pembangunan
SDM
Anggaran Pendidikan
Rp487,9 T
Anggaran Kesehatan
Rp 122 T
Bidang Pendidikan,
a.l. untuk:
▪ 20,1 juta siswa
penerima KIP
(Rp11,2T)
▪ 471,8 ribu
mahasiswa
penerima beasiswa
Bidik misi (Rp4,9T)
▪ Penguatan
pendidikan Vokasi
▪ Percepatan
pembangunan
sarpras
Bidang Kesehatan,
a.l. untuk:
▪ Jaminan
Kesehatan bagi
96,8 juta jiwa (PBI
JKN) (Rp26,7 T)
Penyelesaian
Infrastruktur
Perlindungan
Sosial
Anggaran Infrastruktur
Rp420,5 T , a.l.
Anggaran Perlindungan
Sosial Rp381,0 T, a.l.
Pembangunan
/rekonstruksi/
pelebaran Jalan
PKH à 10 juta
Keluarga dengan
peningkatan
Manfaat (Rp34,4 T)
2.007 km
Pembangunan dan
rehabilitasi jaringan
Irigasi 162 ribu Ha
Rasio Elektrifikasi
Bantuan Pangan non
Tunai (BPNT)
(Rp20,8 T)à untuk
15,6 juta keluarga
dengan perbaikan
penyaluran
99,9 %
Rumah susun
dan khusus
10.742 unit
Bendungan
48 unit
Pembangunan Jalur
kereta api
(tahap awal, penyelesaian, peningkatan)
415,2 km’sp
Subsidi Bunga
(Rp16,7 T):
▪ Kredit usaha kecil
dan mikro
▪ Perumahan
Pelaksanaan
Agenda
Demokrasi
Anggaran Hankam
Rp220,5 T
Anggaran Pemilu Rp
24,8 T
Agenda Demokrasi
▪ Penyelenggaran
pemilu Presiden
dan Anggota
Legislatif 2019
▪ Pengamanan
Pemilu 2019
Pertahanan
Pencapaian MEF
tahap 2 dan
pengembangan
industri pertahanan
Birokrasi yang
efektif dan
efisien
Anggaran Rp368,6 T
Peningkatan
reformasi birokrasi
untuk
meningkatkan
kualitas
pelayanan publik
Antisipasi
ketidakpastian
Anggaran Rp38,6 T
Mitigasi risiko bencana,
pelestarian lingkungan,
stabilitas ekonomi,
keamanan
Kesejahteraan
aparatur dan
pensiunan
Keamanan
penanggulangan
terorisme dan
konflik sosial politik
22
Kegiatan Ekonomi
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Di tengah fluktuasi global, fundamental ekonomi domestik masih baik ditandai oleh
pertumbuhan ekonomi yang sehat
PDB (%,yoy)
5.3
Tahunan (%)
5.167
5.033
5.21
5.033
5.0
5.067
5.033
5.03
4.94
5.01
5.067
5.01
5.067
5.06
5.167
5.27
5.19
Kontribusi Pertumbuhan PDB Pengeluaran
5.06
5.3
4.94
3.5
4.7
100.0
7.0
2.76
2.72
1.86
1.8
55.43
2.65
2.54
4.3
74.5
49.0
0.39
1.68
0.18
0.09
0.55
0.68
0.09
1.37
0.10
-0.15
-1.13
-1.21
Q2 2017
Q1 2018
Q2 2018
0.16
31.15
23.5
0.0
4.0
2016
2017
-1.8
2018
-2.0
Net Ekspor
Sumber: BPS, Diolah
8.50
4.23
Konsumsi LNPRT
Lainnya
Konsumsi Pemerintah
Distribusi Nominal Q2 2018
PMTB
Konsumsi RT
Kontribusi PDB Sektoral (yoy)
SEKTOR
Primer
Q2 2017
Q2 2018
Distribusi
Q2 2018
2.56
2.81
3.81
21.55
• Kontribusi konsumsi RT semakin meningkat di Q2 2018.
4.82
4.32
4.61
31.25
• Kontribusi PMTB menurun tajam di Q2 dibandingkan Q1 2018,
namun tetap lebih tinggi dari Q2 2017.
6.34
5.21
5.81
43.16
• Komponen Lainnya meningkat tajam terkait dengan tingginya
pertumbuhan inventori .
Pertanian dan Pertambangan
Sekunder
Industri, Listrik, Gas, Air, dan Konstruksi
Tersier
• Pertumbuhan Q2 2018 mencapai 5,27% tertinggi sejak tahun 2014
Q2 2016
Perdagangan, Transportasi, Infokom, Jasa
Keuangan, dan Jasa-Jasa Lainnya
• Dari sisi produksi, pertumbuhan didukung oleh semua sektor primer, sekunder, dan tersier yang
tumbuh lebih tinggi dari Q2 2017, menandakan membaiknya aktivitas produksi barang dan jasa.
• Walaupun mempunyai struktur PDB paling kecil sektor tersier secara rata-rata mengalami
peningkatan pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor primer dan sekunder.
• Sisi Pengeluaran:
• Perdagangan internasional masih menunjukkan kontribusi negatif
sejalan dengan tingginya impor terkait aktivitas produksi dalam
negeri.
24
20
PERTUMBUHAN PDB MENURUT KOMPONEN PENGELUARAN
25
Seluruh konsumsi tumbuh tinggi, baik rumah tangga, LNPRT maupun Pemerintah
Komponen Pengeluaran (yoy)
2016
2017
2018
Q1
Q2
S1
Q3
Q4
Q1
Q2
S1
Q3
Q4
Q1
Q2
S1
Pengeluaran Konsumsi RT dan LNPRT
4,98
5,10
5,04
5,04
5,03
5,00
5,02
5,01
4,95
4,98
5,01
5,22
5,11
Rumah Tangga
4,95
5,07
5,01
5,01
4,99
4,94
4,95
4,94
4,93
4,97
4,95
5,14
5,05
LNPRT
6,41
6,73
6,57
6,67
6,75
8,07
8,52
8,29
6,02
5,24
8,09
8,71
8,40
Konsumsi Pemerintah
3,43
6,21
5,01
-2,95
-4,03
2,69
-1,92
0,04
3,48
3,81
2,74
5,26
4,17
PMTB
4,67
4,18
4,42
4,24
4,79
4,77
5,34
5,06
7,08
7,27
7,95
5,87
6,89
Ekspor
-3,10
-1,50
-2,30
-5,75
4,15
8,41
2,80
5,56
17,01
8,50
6,09
7,70
6,89
Impor
-5,04
-3,47
-4,25
-4,13
2,72
4,81
0,20
2,47
15,46
11,81
12,66
15,17
13,90
PDB
4,94
5,21
5,08
5,03
4,94
5,01
5,01
5,01
5,06
5,19
5,06
5,27
5,17
Sumber: BPS
• Konsumsi Rumah Tangga tumbuh tinggi didukung oleh perayaan hari besar Bulan Ramadhan •
dan Idul Fitri beserta libur panjang yang diiringi oleh tingkat inflasi yang terjaga. Selain itu
pelaksanaan bantuan sosial tunai dari pemerintah yang tepat waktu turut meningkatkan
penghasilan dan daya beli masyarakat.
•
• Kinerja LNPRT yang tumbuh tinggi seiring dengan pelaksanaan Pilkada pada Juni 2018.
• Konsumsi Pemerintah tumbuh positif didorong oleh tingginya realisasi belanja individu
terkait dengan peningkatan dan perluasan pemberian THR, serta kenaikan belanja bantuan
sosial.
• PMTB tumbuh lebih rendah dari Q1 2018, namum lebih tinggi dari Q2 2017 didorong oleh
pertumbuhan mesin dan perlengkapan. Komponen bangunan dan kendaraan masih tumbuh
positif meskipun lebih rendah dari Q2 2017 karena faktor Ramadhan dan libur panjang.
Laju pertumbuhan ekspor masih lebih rendah dari impor karena masih
tingginya peningkatan permintaan domestik baik untuk barang modal,
bahan baku, dan bahan penolong maupun barang konsumsi.
Pada Q2 2018, terdapat pola yang tidak biasa dimana pertumbuhan impor
tinggi namun pada saat yang sama pertumbuhan PMTB tidak tinggi.
• Faktor yang mempengaruhi adalah pertumbuhan inventori yang tinggi
44,0%.
• Hal ini menunjukkan terdapat barang yang belum termanfaatkan dan
memberikan sinyal terhadap persepsi positif terhadap kinerja
perekonomian pada kuartal ke depan melalui peningkatan PMTB dan
atau konsumsi.
21
PERTUMBUHAN PDB MENURUT SISI PRODUKSI
Faktor libur lebaran mendorong permintaan pada sektor industri pengolahan, perdagangan, & transportasi
➢
➢
➢
Kinerja Sektor Pertanian tumbuh lebih baik terutama dukung kondisi cuaca yang lebih Kinerja Sektor Tersier/Jasa tetap menunjukkan tren pertumbuhan yg relatif
kondusif, berdampak pada peningkatan hasil panen tanaman pangan dan sayur-sayuran. tinggi meskipun sebagian mengalami perlambatan:
➢ Transportasi & Pergudangan tumbuh tinggi sejalan tingginya permintaan
Sementara, perkebunan dan perikanan relatif tumbuh stabil.
layanan transportasi terkait dengan aktivitas mudik saat lebaran.
Sektor Pertambangan tumbuh positif ditopang peningkatan aktivitas produksi mineral
➢
Perdagangan menunjukkan peningkatan pertumbuhan sejalan dengan
logam dan pertambangan migas yang kembali tumbuh positif, sedangkan tambang
penjualan ritel & kendaraan bermotor serta aktivitas ekspor dan impor.
batubara mengalami penurunan produksi.
➢ Jasa Keuangan mengalami perlambatan terkait dengan turunnya
Sektor Industri Pengolahan tumbuh lebih baik namun terbatas, terdapat dorongan
pendapatan operasional industri perbankan.
peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan lebaran terutama pada industri
makanan minuman, tekstil, alas kaki, karet, dan alat angkutan; namun di sisi lain industri
lainnya seperti industri barang elektronik & kimia-farmasi relatif stagnan.
Sumber: BPS, Diolah
26
22
PERTUMBUHAN EKONOMI SPASIAL
27
Seluruh kawasan mengalami pertumbuhan ekonomi positif di kuartal II tahun 2018
Kalimantan:
Share PDB 8,05%
2017:
4,42%
2018:
3,31%
Sulawesi:
Share PDB 6,20%
2017:
5,31%
2018:
18,18%
Maluku & Papua:
Share PDB 2,54%
Sumatera:
Share PDB 21,54%
2017:
4,17%
2018:
4,65%
2017:
6,55%
Jawa:
Share PDB 58,61%
Sumber: BPS
2018:
6,75%
2017:
5,47%
2018:
5,69%
Bali & Nusa Tenggara:
Share PDB 3,06%
2017:
3,38%
2018:
3,75%
➢ Pertumbuhan seluruh wilayah mengalami peningkatan pertumbuhan kecuali wilayah Kalimantan.
• Pertumbuhan Jawa dan Sumatera lebih tinggi terkait dengan peningkatan kinerja sektor sekunder dan tersier.
• Pertumbuhan wilayah timur mengalami kenaikan tinggi lebih dikarenakan faktor tambang.
➢ Secara struktur ekonomi tidak banyak mengalami perubahan. Wilayah Jawa dan Sumatera masih memberikan kontribusi
terbesar yakni sebesar 58,61 % dan 21,54 %.
23
Dengan Perkembangan Ekonomi yang Terjaga Sehat, Kesejahteraan Masyarakat
Secara Umum Terus Membaik
Rasio Gini
0.42
Tingkat Kemiskinan (%)
0.413
0.4100.410
0.4060.408
0.397
0.393
0.389
0.403
0.385
0.368
0.378
0.376
0.368
0.367
Tingkat Pengangguran (%)
17
10
16.58
15.42
13
14.15
13.33
12.49
11.96
11.37
11.25
11.22
10.86
10.649.82
9
9.75
8.468.14
7.5
7.41
6.96
6.37
5.885.705.815.50
5
5.335.13
4
2.5
0
0.35
2007
2009
2011
2013
2015
2017
0
2007
2009
2011
2013
2015
2017
2007
2009
2011
2013
Target Gini ratio 2019
Target Kemiskinan 2019
Target pengangguran 2019
0,38 – 0,39
8,5% - 9,5%
4,8% - 5,2%
Tantangan
Tantangan
- Disparitas akses permodalan
- Kondisi geografis
- Akses pangan, kesehatan, dan
pendidikan bagi orang miskin
- Perubahan iklim à harga pangan
IPM : 71,98
Tantangan
- Perubahan ekonomi à
lapangan kerja
2015
2017
struktur
- Skill mismatch
- 4th Industrial Revolution (automasi,
artifical intelligence)
28
Neraca Pembayaran
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
30
Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca Pembayaran Indonesia (USD Miliar)
• Dalam dua tahun terakhir (2016-2017), defist
transaksi berjalan mencapai sekitar USD 17 miliar.
Defisit tersebut mampu diimbangi oleh surplus
neraca transaksi modal dan finansial pada kisaran
USD 29 miliar.
• Selama semester I tahun 2018, defisit transaksi
berjalan telah mencapai USD 13,7 miliar.
✴ Ekspor barang mencapai sekitar USD 88,2
miliar, namun impor cukup tinggi mencapai
USD 85,6. Terjadi penurunan surplus neraca
perdagangan barang.
Sumber: Bank Indonesia
• Sementara surplus neraca transaksi modal dan
finansial hanya mencapai USD 6,5 miliar.
✴ Masih terdapat risiko capital outflow lebih
tinggi akibat kebijakan kenaikan FFR lebih
lanjut
✴ Dibutuhkan strategi untuk pengendalian impor.
28
Secara Kumulatif Terjadi Arus Modal Positif Pada Pasar Keuangan Indonesia
Kondisi arus keluar (capital outflow) pasar saham telah terjadi konsisten sejak Februari 2018
• Pergerakan arus modal investor ke instrumen negara maju (save haven) menjadi pendorong keluarnya dana asing pada pasar saham
Indonesia. Namun demikian, peran dari investor domestik pada pasar saham Indonesia juga telah membantu menjaga tingkat Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk masih relatif tinggi dibandingkan 2016 maupun 2017.
• Kinerja pasar SUN selama tahun 2018 menunjukan pergerakan yang cukup baik dalam menarik dana investor asing. Hal ini antara lain
karena pencapaian peringkat kredit Indonesia yang baik membuat penerbitan surat utang pemerintah berdenominasi valas masih
diminati oleh investor asing.
31
Kinerja ekspor Indonesia di tahun 2018 cukup baik
32
Walau perannya relatif kecil, perlu diwaspadai kontraksi pada ekspor sektor pertanian yang terjadi di tahun 2018
Pertumbuhan Ekspor Sektoral (ytd)
60%
50%
37.4%
40%
30%
20%
14.3%
10%
▪ Laju pertumbuhan ekspor Indonesia relatif stabil, terutama didorong
kinerja sektor pertambangan dan migas
✓ Harga komoditas pertambangan dan migas global yang naik, sejak
akhir tahun 2017 dan adanya kebijakan relaksasi minerba sehingga
mendorong peningkatan nilai dan volume ekspor
6.8%
0%
-10%
-7.5%
-20%
-30%
A
S
O
N
D
2017-J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
2018-J
F
M
A
M
J
J
-40%
Pertanian (ytd)
Manufaktur (ytd)
pertambangan dll (ytd)
Migas (ytd)
Komposisi Ekspor Indonesia
Migas
2014
17.1%
2015
12.4%
2016
9.0%
2017
9.3%
Jan-Jul 2018 9.6%
Non Migas
82.9%
87.6%
90.9%
90.7%
90.4%
▪ Ekspor Indonesia tetap didominasi produk produk manufaktur, didikuti
produk pertambangan.
✓ Ekspor produk manufaktur masih bertumpu pada industri berbasis
sumber daya alam, seperti kelapa sawit dan karet
Non Migas
Pertanian Manufaktur Pertambangan
1.9%
68.0%
13.0%
2.5%
72.2%
12.9%
2.3%
76.1%
12.5%
2.2%
74.1%
14.4%
1.8%
71.8%
16.8%
▪ Sektor Pertanian mengalami penurunan kontribusi atas total ekspor,
seiring dengan proses hilirisasi pada komoditas sehingga beralih menjadi
sektor manufaktur.
✓ Beberapa komoditas ekspor pertanian yang mengalami proses
hilirisasi antara lain Coklat/kakao dan Kelapa (sawit dan kopra)
▪ Dengan perkembangan sampai dengan Juli 2018, diperkirakan ekspor
terutama dari sektor manufaktur dan pertambangan akan menjadi dua
faktor pendorong ekspor di 2018, dan akan mencapai nilai tertinggi
dalam 5 tahun terakhir.
Memasuki tahun 2018, terjadi akselerasi impor Barang Modal dan Barang Konsumsi
33
Secara umum komponen impor bahan baku masih memegang porsi terbesar dalam struktur impor Indonesia
▪ Selama Januari hingga Juli 2018, tercatat pertumbuhan impor
barang modal yang paling tinggi (30.1%, ytd) diikuti impor barang
konsumsi (27.0%, ytd). Sementara pertumbuhan impor bahan baku
relatif stabil (23%,ytd) dengan tren sedikit meningkat dibanding
tahun pergerakan 2017.
Impor per Penggunaan
50%
40%
Pertumbuhan
30%
20%
10%
J
J
A
M
F
M
D
2018-J
N
S
O
J
A
J
A
M
F
M
D
-10%
2017-J
N
S
O
A
0%
Br Kons (ytd)
27.0%
Bhn Baku (ytd) 23.0%
Br. Modal (ytd) 30.1%
-20%
-30%
Komposisi Impor Indonesia
2014
2015
2016
2017
Jan-Jul 2018
Migas
Non Migas
24.4%
17.2%
13.8%
15.5%
15.5%
75.6%
82.8%
86.2%
84.5%
84.5%
Per Penggunaan (BEC)
Br Konsumsi Bhn Baku
Br Modal
7.1%
76.4%
16.4%
11.1%
70.8%
18.1%
9.1%
74.4%
16.5%
9.0%
75.1%
15.9%
9.2%
74.8%
16.0%
✓ Pertumbuhan kedua komponen impor meningkat pesat dibanding tahun
2017
✓ Pertumbuhan komponen impor bahan baku meningkat, namun dengan
kecepatan yang lebih moderat
▪ Peningkatan pertumbuhan impor barang-barang tersebut
dipengaruhi oleh:
✓ Peningkatnya konsumsi masyarakat dan domestic demand, dan
kebutuhan selama Ramadhan dan Idul Fitri
✓ Kebutuhan barang modal untuk kegiatan investasi dan pembangunan
infrastruktur
✓ Peningkatan aktivitas ekonomi dan kegiatan produksi dalam negeri
▪ Peningkatan impor di tahun 2018 terutama didorong oleh komoditas
✓ Mesin mesin pesawat mekanik (HS84), benda benda dari besi baja
(HS73), besi dan baja (HS72), serealia (HS 10)
▪ Share terbesar terhadap total impor antara lain:
✓ Mesin pesawat mekanik -HS 84 (14,2%), mesin pesawat listrik- HS85
(11,4%), Plastik & Barang dari Plasitik-HS39 (4,8%)
Defisit transaksi berjalan masih terjadi didorong defisit primary income dan services
34
Faktor strukur ekonomi menjadi pemicu utama defisit transaksi berjalan sejak berakhirnya commodity boom dan gencarnya
penarikan dividen atas kegiatan investasi langsung.
Transaksi Berjalan (USD Miliar)
Current account
Secondary Income
Goods
Services
Neraca Jasa (USD Miliar)
Primary income
Neraca Jasa
Transportasi
Perjalanan
Jasa Lainnya
9
4
5
Thousands
2
0
-5
0
-2
-4
-9
-5
-14
-7
2014
2015
2016
2017*
2018
-18
2015
2016
2017
• Defisit Transaksi Berjalan tercatat USD8,0 miliar (3,0% PDB)
pada triwulan II 2018, lebih tinggi dari defisit pada triwulan
II tahun sebelumnya yang mencapai USD4,7 miliar (1,9%
PDB). Tercatat sebagai defisit terbesar dalam empat tahun
terakhir.
• Posisi Neraca Perdagangan masih mencatat surplus US$0,3
miliar di Q3 2017, turun jika dibandingkan triwulan
sebelumnya (qtq) dan periode yang sama tahun
sebelumnya (yoy) Sejalan dengan peningkatan aktivitas
perdagangan dan harga minyak yang tinggi.
2018
Komponen Pendapatan Investasi (USD Miliar)
Ekspor Js. Perjalanan dan Jumlah Wisatawan Asing
• Defisit pada neraca Jasa melebar seiring dengan
peningkatan pada aktivitas perdagangan internasional
(penggunaan jasa transportasi barang/freight) serta
peningkatan impor jasa perjalanan (outbond).
0
• Defisit neraca pendapatan primer menunjukkan terjadinya
peningkatan defisit di triwulan II 2018 yang dipengaruhi
oleh pembayaran imbal hasil investasi langsung dan
investasi portofolio kepada investor asing
-2
-5
-7
-9
2014
2015
2016
Pendapatan investasi langsung
Pendapatan investasi lainnya
2017*
2018
Pendapatan investasi portofolio
• Surplus neraca jasa perjalanan (Pariwisata) di kuartal
2-2018 menurun
• Perlambatan jumlah kunjungan wisatawan asing
• Pola musiman peningkatan Jemaah Umroh
(impor jasa perjalanan)
18
Kinerja TMF tercatat surplus USD 4 miliar di tengah ketidakpastian pasar keuangan global
...membaiknya persepsi investor asing terhadap kinerja ekonomi domestik menjadi penopang utama…
Investasi Langsung
Aset
Kewajiban
Investasi Portofolio
Investasi Langsung
Aset
18
18
14
14
Kewajiban
35
Investasi Lainnya
Investasi Portofolio
Aset
Kewajiban
Investasi Lainnya
16
12
8
9
9
4
5
0
5
0
0
-5
-8
-5
-9
-14
‣
-12
-16
-9
2013
‣
-4
2014
2015
2016
2017
2018
2013
2014
2015
Kinerja TMF Tw II-2018 masih mampu mencatatkan surplus sebesar USD4,0
miliar, meskipun turun jika dibandingkan Tw I-2017 (USD6,8 miliar).
๏ Turunnya surplus terutama disebabkan oleh turunnya performa Investasi
Portofolio adanya capital ouflow di pasar saham serta penurunan
kepemilikan asing di pasar saham maupun SBN sebagai akibat dari tingginya
ketidakpastian perekonomian global.
Kinerja Investasi langsung surplus USD 2,5 miliar sejalan dengan tetap tingginya
kegiatan investasi di dalam negeri. Arus masuk terutama berasal dari modal
ekuitas yang meningkat. Sektor pertanian dan perdagangan menjadi pendorong
utama khususnya melalui kegiatan akuisisi oleh perusahaan asing.
2016
‣
2017
2018
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Kinerja Investasi Portofolio surplus USD 0,1 miliar, utamanya didorong
penerbitan global bond pemerintah dan penerbitan obligasi swasta.
๏ Terjadi arus keluar non residen di pasar SBN serta penurunan kinerja saham akibat
tingginya ketidakpastian perekonomian global, searah dengan pergerakan bursa
regional.
๏ Penerbitan Global Bond Pemerintah sebesar USD 2,9 miliar (Dual currency Bond USD
2,0 miliar dan Samurai Bond USD 0,9 miliar) dan penerbitan obligasi swasta masih
menarik bagi investor asing.
‣
Kinerja Investasi lainnya surplus USD 1,5 miliar, terutama dipengaruhi oleh
penarikan simpanan di luar negeri guna pembiayaan di dalam negeri.
Sementara itu, terjadi neto pembayaran pinjaman Luar Negeri Pemerintah yang
cukup besar, di tengah adanya penarikan pinjaman program dari IBRD dan
pinjaman proyek dari IBRD, ADB, Jepang dan Jerman.
REALISASI PENANAMAN MODAL KUARTAL II MELAMBAT
36
Faktor iklim poliik dan dinamika nilai tukar diduga membuat investor mengambil sikap wait and see
Realisasi Penanaman Modal
Q1 2018
Realisasi
Q2 2018
•
S1 2018
Rp Triliun
%, yoy
Rp Triliun
%, yoy
Rp Triliun
%, yoy
PMDN
76,4
11,0
80,6
32,1
157,0
21,0
PMA
108,9
12,4
95,7
-12,9
204,6
-1,1
Total
185,3
11,8
176,3
3,2
361,6
7,4
Realisasi modal pada kuartal II 2018 mencapai
Rp176,3 triliun atau tumbuh melambat menjadi
hanya 3,2% (yoy).
•
Sektor yang Diminati Investor Pada Q2 2018
Realisasi PMA Berdasarkan Negara Asal Q2 2018
Singapura
15%
•
Selain itu, ketidakpastian perekonomian global
seperti adanya perang dagang antara Amerika dan
Tiongkok juga turut membuat investor global
cenderung bersikap lebih hati-hati.
•
Investasi di Sektor Pertambangan meningkat,
utamanya pada proyek-proyek pembangunan
smelter.
•
Negara-negara Asia masih menjadi penyumbang
investasi asing terbesar ke Indonesia.
33.5%
12%
10%
16%
•
9%
39%
Pertambangan
Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi
Listrik, Gas, dan Air
Industri Makanan
Real Estat, Kawasan Industri, dan Perkantoran
Lainnya
Jepang
14.4%
Tiongkok
9.4%
Hong Kong
9.4%
Malaysia
Lainnya
5.3%
•
29.2%
Sumber: NSWi BKPM, diolah
PMDN masih tumbuh cukup baik, yaitu sebesar
32,1% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya.
Pertumbuhan realisasi PMA terkontraksi sebesar
12,9%. Dinamika pergerakan nilai tukar rupiah serta
dan iklim politik dalam negeri menjelang pemilihan
umum diduga mendorong banyak investor
mengambil sikap wait and see.
•
Sepertiga realisasi investasi asing berasal dari
Singapura.
7,2%
Terjadi peningkatan investasi yang berasal dari
Tiongkok dan Malaysia.
Kebijakan Pemerintah untuk
mendorong perekonomian
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
APA YANG SUDAH
DILAKUKAN PEMERINTAH
3 cara mengatasi masalah defisit
transaksi berjalan:
mengendalikan impor
meningkatkan ekspor dan
meningkatkan daya
kompetisi industri Indonesia
meningkatkan arus modal dan
keuangan
38
MENGENDALIKAN IMPOR
1. Pengenaan pajak impor barang
konsumsi dan barang yang diproduksi
dalam negeri (dampak langsung dan
segera)
2. Penggunaan biodiesel B20 sebagai
pengganti solar (untuk membatasi impor
BBM)
3. Penggunaan komponen dalam negeri
pada proyek infrastruktur
4. Menunda proyek infrastruktur dengab
konten impor besar; dan
5. Insentif fiskal (tax holiday-tax allowance,
bea masuk ditanggung Pemerintah)
untuk investasi industri hulu dan
substitusi impor.
39
APA YANG SUDAH
DILAKUKAN PEMERINTAH
MENINGKATKAN EKSPOR DAN
MENINGKATKAN DAYA KOMPETISI
INDUSTRI INDONESIA
1. Perbaikan pendidikan dan vokasi, pemberian beasiswa,
anggaran/insentif inovasi dan penelitian;
2. Pembangunan infrastruktur untuk konektivitas;
3. Penyederhanaan perizinan melalui One Single
submission (OSS) serta perbaikan layanan kepabeanan
untuk menunjang daya saing dunia usaha dan ekspor;
4. Insentif melalui instrumen fiskal dan pembiayaan
melalui LPEI; dan
5. Mendorong produktivitas sektor industri, pertanian,
perikanan, pertambangan,kehutanan, dan pariwisata
MENINGKATKAN ARUS
MODAL DAN KEUANGAN
1. Menjaga stabilitas dan
sustainabilitas pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi; dan
2. Pengembangan instrumen
keuangan yang menarik dan
berdaya saing
Reformasi perpajakan sudah dilakukan mulai tahun 2015 melalui penguatan
kebijakan dan perbaikan organisasi...
40
Amnesti Pajak
• Uang tebusan mencapai
1% PDB
Kenaikan PTKP
• Menjadi Rp54 jt à
2013 Rp24,3jt
2019
2018
2017
Keringanan PPh
Revaluasi Aset
2016
2015
• Konfirmasi Status
WP
• Penurunan tarif pajak
UMKM 0,5%
• Percepatan Restitusi
• Peningkatan Kepatuhan
Pasca TA
• Compliance Risk
Management (roll-out)
• Implementasi AEoI
• Insentif yg tepat
sasaran
• Compliance Risk
Management (full)
• Peningkatan IT
eformasi Perpajakan
Organisasi
SDM
Teknologi Informasi
dan Basis Data
Proses Bisnis
Peraturan
Perundangundangan
Insentif Pajak untuk Peningkatan Ekspor dan Investasi
Kebijakan Insentif Pajak
Pemberian
Allowance
Pajak atas
Investasi
Pengurangan
PPh untuk
Industri Pionir
Mendorong Investasi
Fasilitas
Ekspor
Pemberian
Fasilitas Bea
Masuk
Insentif
Pajak
Meningkatkan Ekspor
Kawasan
Khusus
• Tetap memberikan pengurangan
pajak untuk mendukung
perkembangan sektor tertentu
(pionir),
• Pemberian allowance pajak untuk
mendukung tambahan investasi,
• Pengurangan pajak untuk
mendukung kegiatan litbang dan
vokasi.
41
Penajaman Fasilitas Tax Holiday (Revisi Peraturan)
42
Skema fasilitas pemberian pengurangan PPh Badan diperbaiki untuk mempermudah prosedur
administrasi dan meningkatkan efektifitas daya tarik investasi
Ketentuan
PMK 105/2015
PMK 35/2018
Subjek
Wajib Pajak Baru
Penanaman Modal Baru
Persentase
pengurangan
10-100%
Jangka Waktu
•
•
•
•
•
100%
(single rate)
No
Jangka Waktu (tahun)
Nilai Rencana Penanaman Modal
5-15 tahun
1
5
Rp500 miliar s.d. kurang dari Rp1 triliun
diperpanjang s.d. 20 tahun
dgn diskresi Menkeu
2
7
Rp1 triliun s.d. kurang dari Rp5 triliun
3
10
Rp5 triliun s.d. kurang dari Rp15 triliun
4
15
Rp15 triliun s.d. kurang dari Rp30 triliun
5
20
Minimal Rp30 triliun
Transisi
Tidak diatur
50% selama 2 tahun
Cakupan Industri
8 cakupan Industri Pionir
17 cakupan Industri Pionir
Logam Dasar
•
Pemurnian dan Pengilangan Migas •
Petrokimia
•
Kimia Dasar Anorganik
•
Kimia Dasar Organik
•
Bahan Baku Farmasi
Semi konduktor
Alat Komunikasi
Alat Kesehatan
Mesin Industri
•
•
•
•
•
Komponen
Komponen
Komponen
Komponen
Komponen
Utama Mesin
•
Robotik
Utama Kapal
•
Utama Pesawat Terbang
Utama Kereta Api
Pembangkit
Tenaga Listrik
Infrastruktur
Ekonomi
PENGENDALIAN IMPOR BARANG KONSUMSI
MELALUI PENYESUAIAN PPh
URGENSI
Neraca perdagangan defisit kronis (Impor > Ekspor)
STRATEGI
Penyesuaian tariff PPh
Penyesuaian 719
PPh
218
atas 1147 Pos
Tarif 210
2,5 %
7,5 %
2,5 %
10 %
57
Tetap 2,5%
7,5 %
10 %
MANFAAT BAGI PELAKU USAHA
Percepatan restitusi pajak
PPh dapat dikreditkan
Perbaikan Layanan Pajak &
Bea Cukai
Equal playing field
(PPh Badan DN > 10%)
PERTIMBANGAN
Kenapa PPh impor
Disesuaikan????
Trf 2,5%
Menjaga pertumbuhan industry DN yg butuh pasokan bahan baku
impor
Trf 7,5%
Mendorong penggunaan barang produksi DN
Trf 10%
Urgensi perbaikan neraca perdagangan
➢ Perbaikan Neraca
Perdagangan
➢ Kemandirian Ekonomi
4332
Rincian Penyesuaian Tarif PPh 22
44
• 210 item komoditas, tarif PPh 22 naik dari 7,5% menjadi 10%.
Termasuk dalam kategori ini adalah barang mewah
Contoh mobil CBU dan motor besar.
• 218 item komoditas, tarif PPh 22 naik dari 2,5% menjadi 10%.
Seluruh barang konsumsi yang sebagian besar telah dapat diproduksi di dalam negeri
Contoh barang elektronik (dispenser air, pendingin ruangan, lampu), keperluan sehari hari seperti sabun,
shampoo, dan kosmetik, serta peralatan masak/dapur.
• 719 item komoditas, tarif PPh 22 naik dari 2,5% menjadi 7,5%.
Seluruh barang yang digunakan dalam proses konsumsi dan keperluan lainnya.
Contohnya bahan bangunan seperti keramik, peralatan elektronik audio-visual seperti kabel, box speaker,
produk tekstil seperti overcoat, polo shirt, swim wear.
•
Nilai impor keseluruhan total 1147 item komoditas
• 2017 sebesar +USD6,6 miliar
• 2018 sebesar +USD5,0 miliar (sd. Agustus) – Tanpa penyesuaian tarif, nilai impor setahun akan
signifikan
33
Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi UMKM
TARIF
1%
0,5%
SUBJEK PAJAK
• Orang Pribadi (jangka waktu 7 tahun)
• Badan Usaha
• PT, 3 tahun
• CV, Firma, & Koperasi, 4 tahun
MANFAAT
• Mendorong peran serta masyarakat dalam
kegiatan ekonomi formal
• Lebih memberikan keadilan
• Kemudahan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan
• Memberi kesempatan berkontribusi bagi
negara
• Pengetahuan tentang manfaat pajak
OBJEK PAJAK
• Penghasilan dari usaha
• Omzet setahun tidak melebihi Rp4,8 miliar
• Omzet ditotal dari seluruh gerai baik pusat
atau cabang
45
PEMERINTAH AKAN :
46
terus menjaga perekonomian melalui kebijakan fiskal dan
kebijakan sektor riil lainnya untuk meningkatkan kerjasama
dan kepercayaan dunia usaha.
tetap waspada dan memantau perkembangan situasi
global dan perekonomian terkini yang terjadi di seluruh
penjuru dunia untuk mencegah potensi spillover (efek
pengaruh dan penularan) yang signifikan.
memonitor dampak dari kebijakan yang telah diambil
dan menyesuaikan bauran kebijakan sesuai dengan
perkembangan yang terjadi.
antisipasi
ke depan
membangun fondasi ekonomi yang makin kokoh dan
terus berupaya melindungi dan memperkuat kelompok
masyarakat yang paling rentan dan miskin.
TERIMA KASIH
SRI MULYANI INDRAWATI
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEMINAR NASIONAL APINDO
JAKARTA | 14 SEPTEMBER 2018
PEMERINTAH TERKINI
DALAM MENINGKATKAN
EKONOMI
SRI MULYANI INDRAWATI
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEMINAR NASIONAL APINDO
-KADIN
JAKARTA | 14 SEPTEMBER 2018
OUTLINE
1
4 pilar
ekonomi
Perkembangan
ekonomi terkini
2
3
a. moneter
b. fiskal
c. kegiatan
ekonomi
d. neraca
pembayaran
Kebijakan
Pemerintah
untuk
mendorong
perekonomian
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Terkini
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Memasuki Tahun 2018
4
normalisasi kebijakan moneter menyebabkan
pembalikan arus modal dan keuangan dari
negara emerging ke Amerika Serikat.
Kondisi ini menyebabkan
Neraca Pembayaran tertekan
karena arus modal ke
Indonesia menurun dari di
atas USD 29 miliar pada tahun
2016-2017, menjadi USD 6,5
miliar pada semester I 2018.
Penurunan ini dihadapkan pada defisit transaksi
berjalan pada semester I 2018 yang justru
meningkat, yaitu sebesar USD 13,7 miliar, sehingga
secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia
mengalami defisit sebesar USD -8,2 miliar.
Hal ini menggerus cadangan devisa dan
menekan nilai tukar rupiah. Masalah
inilah yang sedang ditangani pemerintah
Proyeksi Pertumbuhan Global (%,
yoy)
Pertumbuhan PDB AS Triwulanan
(% yoy)
7
4
6.319
6.204
3
5.414
5.3
5.064
5.063
5
4.723
4.852
4.937
4.257
4.327
1
4
3.9
0
3.7
3.435
3.495
2
4.7
3.9
3.533
5.3
5.1
4.9
4.654
4.603
4.233
5.3
2011
3.398
2.40
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Indeks Dolar AS
2.40
2.20
1.95
1.72
2012
Sumber: Bloomberg, diolah
3.211
2.23
100
1.66
2
1.18
1.32
95
90
0
2011
2012
Dunia
ASEAN-5
2013
2014
2015
Negara Maju
Sumber: Data IMF Juli 2018, diolah
2016
2017 2018p 2019p
Perekonomian global
mengalami
pemulihan sejak
tahun 2017, namun
risiko tetap tinggi.
85
Negara Berkembang
80
Jan-18 Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18 Jun-18 Jul-18 Aug-18
Sumber: Bloomberg, diolah
Normalisasi
kebijakan moneter
yang diterapkan AS
membawa risiko
pada pembalikan
arus modal ke AS
dan penguatan dolar
• Risiko dan tantangan global
• Tekanan pasar keuangan akibat
normalisasi moneter AS
• Moderasi Tiongkok
• Proteksionisme
• Perang Dagang AS-Tiongkok
• Ketegangan geopolitik
• Perubahan iklim/cuaca ekstrim
5
Kenaikan Suku Bunga The Fed (FFR) Diperkirakan Akan Berlanjut
6
Didorong oleh peningkatan pertumbuhan PDB dan kenaikan ingkat inflasi dari Amerika Serikat
8
Perbandingan Tingkat Suku Bunga Acuan
Perbandingan Pertumbuhan PDB dan Tingkat Inflasi AS
5
6
7 Day RR
Bank Indonesia
Agustus 2018 : 5.25 %
4
Inflasi AS
4
3
Fed Fund Rate
Agustus 2018 : 2 %
2
2
Pertumbuhan PDB
Spread between BI 7DRR & FFR
0
1
Jan-20 Mar-20 May-20 Jul-20 Oct-20 Dec-20 Feb-21 May-21 Jul-21 Sept-21 Dec-21 Feb-22 Apr-22 Jun-22
Sumber : Bloomberg
•
•
Seiring perbaikan perekonomian global dimana AS menjadi salah satu
motor utama, normalisasi kebijakan moneter telah mendorong
kenaikan suku bunga acuan global. The Fed diperkirakan akan
meneruskan penyesuaian suku bunga acuannya. Hal ini akan
mendorong adanya penyesuaian (kenaikan) pada suku bunga acuan
pada negara lain.
The Fed diproyeksikan masih akan melakukan 2 kali lagi kenaikan
pada FFR (September dan Desember). Hal ini masih mungkin
berubah dengan perkembangan kebijakan perdagangan AS serta
posisi Presiden Trump yang menyatakan tidak berpihak pada
peningkatan FFR.
Feb-21
Apr-21
Jun-21
Sumber : Bloomberg
•
•
Aug-21
Oct-21
Dec-21
Feb-22
Apr-22
Jun-22
Selama tahun 2018 Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan
7DRR selama 3 kali, sebanyak 25 bps ke 4.5% dan 4.75% di bulan Mei
2018. Kemudian di bulan Juni 2018 BI kembali menaikkan suku bunga
acuan ke 5.25%.
Jika melihat kondisi yang telah terjadi selama 2018, kenaikan 2
tahapan dari FFR pada September dan Desember akan mendorong
penyesuaian kembali dari 7DRR Bank Indonesia. Hal ini dapat
berdampak kepada pengetatan likuiditas domestik dan penurunan
pertumbuhan kredit. Perbankan akan membutuhkan waktu sekitar
dua hingga tiga bulan untuk penyesuaian bunga kredit perbankan.
PER 7 SEPTEMBER 2018, RUPIAH PADA TINGKAT RP14.884/US$
7
Rata-rata tahunan Rupiah sampai 7 September 2018 mencapai Rp13.977/US$
•
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
15,000
JISDOR BI
7 September 2018 :
Rp14.884/US$
14,250
•
13,500
•
Average YTD
7 September 2018 :
Rp13.977/US$
12,750
Sumber : Bank Indonesia, diolah
•
12,000
2015-J M
M
J
S
Min
N 2016-J M
Max
M
J
S
N 2017-J M
M
J
Kurs tengah BI (eop)
S
N 2018-J M
M
J
Ketidakpastian arah kebijakan perdagangan global (trade war), perhitungan baru dalam kebijakan nilai
tukar Yuan oleh otoritas Tiongkok dan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kurang mendukung
kebijakan Federal Reserve untuk menaikan suku bunga acuan memberikan tekanan tambahan terhadap
pasar keuangan global yang masih volatile ditengah normalisasi kebijakan moneter The Fed.
Depresiasi mata uang terhadap US$ terjadi di banyak negara, khususnya negara berkembang, dengan
Argentina (109,1%) dan Turki (74,1%) mengalami depresiasi paling dalam. Kondisi ini dikhawatirkan
berimbas kepada pemburukan persepsi investor kepada negara berkembang.
Pengaruh terbesar pergerakan nilai tukar Rupiah masih akan berasal dari kondisi global antara lain tren
penguatan US$ terhadap mata uang global. Dalam 4 Bulan terakhir, Index US$ (DXY Index) serta nilai
tukar US$ terhadap EUR menunjukan peningkatan.
Dengan masih tingginya tekanan sisi eksternal, tekanan terhadap Rupiah diperkirakan masih akan
berlanjut. Kebijakan penguatan neraca pembayaran oleh pemerintah, antara lain melalui pengendalian
impor beberapa barang diharapkan akan menciptakan pergerakan Rupiah yang lebih stabil.
Average Ytd
Apresiasi/Depresiasi Mata Uang Dunia
thdp Dolar
REER Vs SPOT
SPOT Market
31 Agustus 2018
Rp14.710/US$
15,000
Januari 2017 : 96,6
14,400
100
96.6
13,800
93.2
13,200
89.8
12,600
REER
86.4
31 Agustus 2018 : 88,84
Sumber : Bloomberg
31 Oktober 2016
Rp13.038/US$
12,000
Feb-15
83
Aug-15
Feb-16
Aug-16
Feb-17
Aug-17
Feb-18
Aug-18
Pergerakan Nilai Tukar US$
27.1% 110
23.8%
Brazil
South Africa
Russia
India
Indonesia
Philippines
China
Korea
EUR
Singapore
Malaysia
Thailand
18.6%
12.7%
10.5% Depresiasi terbesar :
7.8%
Argentina 109.1%
5.2%
Turki 74.1%
5.1%
Depresiasi Nilai Tukar
3.7%
3.5%
terhadap US$ Ytd
3.2%
7 September 2018
0.6%
1.3
US$/EUR
100
1.2
90
1.1
DXY Index
80
1
Jan-17 Mar-17 Jun-17 Sep-17 Nov-17 Feb-18 May-18 Jul-18
Kondisi Rupiah saat ini (tren depresiasi) dapat dikatakan tidak
mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang masih kuat dan stabil
-1%
7%
15%
Sumber : Bloomberg
22%
30%
Sumber : Bloomberg
empat pilar ekonomi
8
yang menopang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi
Moneter
Fiskal
Kegiatan
Ekonomi
Neraca
Pembayaran
PENERIMAAN Sem I
tercapai 44,0%, pajak
tumbuh 14%
PERTUMBUHAN
EKONOMI sedang
mengalami akselerasi
CADANGAN DEVISA
mencapai titik tertinggi di
angka USD132 miliar
CAR tingkat kecukupan
modal perbankan (CAR)
22% di Q2 2018
BELANJA sd Juli 2018
mencapai 51,5%. TKDD
mencapai 58,6%
mencapai 5,17% di sem. I
2018 (tertinggi sejak 2014)
TRANSAKSI BERJALAN, 2016
US$ 17 miliar (-1,8% PDB), 2017:
USD 17,3 miliar (-1,7% PDB)
NPL tingkat kredit macet
DEFISIT sd Juli 2018
1,02%,
PENGANGGURAN pada
posisi 5,13% (terendah
dalam 2 dekade
ARUS MODAL & KEUANGAN
YG MASUK 2016 US$ 29,3
miliar, 2017 : USD 29,2 miliar
KESEIMBANGAN
PRIMER +46,4 triliun
KEMISKINAN pada tingkat
9,8% (terendah dalam dua
dekade)
NERACA PEMBAYARAN 2016
surplus US$ 12,1 miliar, 2017 :
USD 11,6 miliar
INFLASI selama 3 thn
terjaga di 3,5%. Sem.I
2018 sebesar 3,2%
yang menurun pada 2,7%
KREDIT tingkat
pertumbuhan kredit :
10,7% dgn rerata 10-12%.
Kondisi Moneter
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kesehatan Fundamental Ekonomi Juga Ditandai Oleh Inflasi yang Terkendali
10
Deflasi Agustus 2018 sebesar -0,05% (MTM) atau 3,20% (YOY) dan 2,13% (YTD)
Perkembangan Inflasi dan Komponennya
Inflasi Agustus 2018 (%)
Sumber : BPS, diolah
YoY
Ytd
Rata-rata YoY
IHK
3,20
2,13
3,25
Core Inflation
2,90
2,09
2,74
Administered Price
2,55
1,27
3,93
Volatile Food
4,97
3,30
4,27
•
Deflasi pada bulan Agustus terutama dipengaruhi penurunan
harga produk peternakan (telur dan daging ayam ras) dan
hortikultura (aneka bawang, cabai, dan sayuran).
•
Inflasi kumulatif Januari – Agustus 2018 mencapai
2,13%. Masih terdapat ruang gerak yang cukup
sebesar 1,37% untuk mencapai target inflasi 3,5%.
•
Tren perlambatan komponen administered price masih terus
berlanjut.
•
Risiko inflasi ke depan terutama dari tekanan eksternal,
kenaikan harga pangan (gejala kekeringan), serta
peningkatan permintaan di akhir tahun (HBKN dan Liburan).
Pertumbuhan Kredit Disertai Perlambatan Pertumbuhan DPK Dapat Mengurangi Likuiditas
Namun, tingkat kesehatan perbankan maupun posisi kredit dapat dikatakan relatif baik
11
LDR, Pertumbuhan Kredit, DPK
NPL vs CAR (%)
12.0%
93.0%
DPK
9.0%
CAR (RHS)
3.3
24
2.975
22.5
91.5%
LDR 90.0%
6.0%
LDR (RHS)
3.0%
88.5%
NPL
2.65
21
2.325
19.5
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sumber : Bank Indonesia, diolah
0.0%
87.0%
2
18
J
A
S
O
N
D 2017-J F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D 2018-J F
M
A
M
J
Jul-16 Sep-16 Nov-16 Jan-17 Mar-17 May-17 Jul-17 Sep-17 Nov-17 Jan-18 Mar-18 May-18
•
•
•
Dengan didukung konsumsi dan permintaan masyarakat Indonesia yang terus meningkat, pertumbuhan kredit masih cukup tinggi,
total kredit tumbuh 10,7% di Bulan Juni 2018.
Pertumbuhan Kredit disertai perlambatan pertumbuhan DPK menyebabkan peningkatan LDR. Hal ini perlu diwaspadai sebab bila
tren tersebut berlanjut, maka pertumbuhan kredit dapat terhambat ketersediaan sumber pendanaan. Lebih jauh, pertumbuhan
kredit ke depannya akan mendapat tantangan apabila suku bunga kredit perbankan telah merespon peningkatan suku bunga acuan.
Hal ini dapat berimplikasi pada tekanan pada pertumbuhan perekonomian.
Namun demikian, tingkat kesehatan perbankan dapat dikatakan masih relatif baik. Hal ini terlihat dari NPL dalam tren menurun
sejak 2016 dan CAR yang cenderung menurun ditambah dengan kualitas kredit yang membaik (penurunan NPL).
Pertumbuhan Kredit Ditopang oleh Kredit Konsumsi, Investasi, dan Modal Kerja
Ketiga jenis kredit ini secara umum menunjukkan tren pertumbuhan
12
Perkembangan Kredit Konsumsi
Jun-'18
Apr-'18
Mei-'18
Mar-'18
Jan-'18
KK triliun
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Feb-'18
Des-'17
Okt-'17
Nov-'17
Sept-'17
Jul-'17
Ags-'17
Mei-'17
Sept-'16
Jun-'17
600
Apr-'17
4%
Mar-'17
825
Jan-'17
6%
Feb-'17
1,050
Des-'16
8%
Okt-'16
1,275
Nov-'16
10%
Jul-'16
1,500
Ags-'16
12%
•
Jumlah kredit konsumsi secara konstan menunjukkan tren
pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
memiliki confidence terhadap pasar, sehingga tingkat
spending masih cukup kuat. Namun, kredit ini bukanlah kredit
produktif, sehingga nilai tambah yang diperoleh negara relatif
minim
•
Sejalan dengan kredit konsumsi, baik kredit investasi dan
modal kerja juga menunjukkan tren pertumbuhan yang baik.
Hal ini menunjukkan bahwa iklim investasi dan usaha di
Indonesia sedang dalam posisi yang bagus. Di samping itu,
kredit investasi dan modal kerja merupakan kredit yang
bersifat produktif, sehingga dapat menjadi salah satu
penggerak bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia
•
Selama semester I 2018, pertumbuhan kredit perbankan
tertinggi terutama untuk kredit sektor utilitas (listrik, air, gas,
pengolahan sampah), diikuti kredit sektor transportasi dan
telekomunikasi, dan sektor konstruksi dan Jasa Lainnya. Kredit
pada sektor-sektor ini umumnya mengindikasikan tingginya
aktivitas pembangunan infrastruktur serta memberikan
validasi bahwa kredit investasi dan modal kerja tumbuh
dengan baik.
KK yoy
Kredit Investasi dan Modal Kerja (Triliun Rp dan
Pertumbuhan yoy)
KI triliun
Sumber : Bank Indonesia, diolah
KMK triliun
KI yoy
KMK yoy
Jun-'18
Mei-'18
Apr-'18
Feb-'18
Mar-'18
Jan-'18
Des-'17
Nov-'17
Okt-'17
Ags-'17
Sept-'17
Jul-'17
Jun-'17
Mei-'17
Apr-'17
0
Mar-'17
0%
Feb-'17
600
Jan-'17
3%
Des-'16
1,200
Nov-'16
6%
Okt-'16
1,800
Sept-'16
9%
Jul-'16
2,400
Ags-'16
12%
Kinerja APBN 2018 dan RAPBN 2019
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
14
Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2017-2018
2017
Indikator
APBN-P
2018
Realisasi
s.d. 31 Juli
APBN
Realisasi s.d.
31 Juli
Pertumbuhan ekonomi (%, yoy)
5,2
5,01*
5,4
5,17*
Inflasi (%, yoy)
4,3
3,9
3,5
3,2
Tingkat bunga SPN 3 bulan (%)
5,2
5,1
5,2
4,6
13.400
13.333
13.400
13.855
Harga minyak mentah Indonesia (US$/barel)
48
48
48
67
Lifting minyak (ribu barel per hari)
815
793
800
771**
1.150
1.235
1.200
1.146**
Nilai tukar (Rp/US$)
Lifting gas (ribu barel setara minyak per hari)
* angka s.d. Semester I
** angka s.d. Juni 2018
15
Postur Realisasi APBN s.d. 31 Agustus 2018
2016
APBN
(triliun Rupiah)
A. PENDAPATAN NEGARA
I.
PENDAPATAN DALAM NEGERI
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN
a. PENDAPATAN DJP (include PPh migas)
b. PENDAPATAN DJBC
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
II. PENERIMAAN HIBAH
B. BELANJA NEGARA
I.
BELANJA PEMERINTAH PUSAT
2017
APBNP
Realisasi
s.d. 31
Agustus
% thd
APBNP
1.786,2
873,5
1.784,2
1.539,2
1.355,2
184,0
245,1
872,3
711,4
622,8
88,6
160,9
2,0
Realisasi
s.d. 31
Agustus
2018
Growth
(%)
APBN
Realisasi
s.d. 31
Agustus
% thd
APBN
Growth
(%)
56,1
11,4
1.894,7
1.152,7
60,8
18,4
56,1
52,9
53,5
49,0
74,3
11,4
9,5
10,2
4,5
20,2
1.893,5
1.618,1
1.424,0
194,1
275,4
1.147,8
907,5
799,5
108,1
240,2
60,6
56,1
56,1
55,7
87,2
18,1
16,5
16,5
16,7
24,3
1,3
42,9
9,5
1,2
5,0
416,6
274,3
2.133,3
1.198,3
56,2
5,6
2.220,7
1.303,5
58,7
8,8
15,3
Growth
(%)
APBNP
48,9
0,7
1.736,1
973,4
48,9
46,2
46,0
48,2
65,6
0,6
1,8
4,1
(11,9)
(4,3)
1.733,0
1.472,7
1.283,6
189,1
260,2
972,0
778,7
686,1
92,6
193,3
1,2
61,6
92,2
3,1
2.082,9
1.135,0
54,5
7,7
% thd
APBNP
1.306,7
644,7
49,3
3,8
1.367,0
695,7
50,9
7,9
1.454,5
802,2
55,2
1. Belanja K/L
767,8
364,5
47,5
13,7
798,6
392,2
49,1
7,6
847,4
441,8
52,1
12,7
2. Belanja Non K/L
538,9
280,2
52,0
(6,8)
568,4
303,5
53,4
8,3
607,1
360,3
59,4
18,7
776,3
490,3
63,2
13,2
766,3
502,6
65,6
2,5
766,2
501,3
65,4
(0,3)
729,3
459,9
63,1
10,4
706,3
466,1
66,0
1,3
706,2
465,1
65,9
(0,2)
47,0
(105,5)
(296,7)
30,4
(145,5)
(261,5)
64,7
137,9
88,1
0,0
63,0
40,1
60,0
(178,0)
(397,2)
36,5
(84,0)
(224,9)
60,9
47,2
56,6
0,0
(42,3)
(14,0)
60,0
(87,3)
(325,9)
36,2
11,5
(150,7)
60,4
(13,2)
46,2
0,0
(113,7)
(33,0)
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
1. Transfer ke Daerah
2. Dana Desa
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B)
% Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN
a.l. PEMBIAYAAN UTANG
a.l - Surat Berharga Negara (neto)
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN
(2,35)
(2,06)
(2,92)
(1,65)
(2,19)
(1,02)
296,7
340,8
114,8
34,4
397,2
338,9
85,3
(0,6)
325,9
265,5
81,5
(21,7)
371,6
364,9
345,5
357,0
93,0
97,8
31,3
26,3
461,3
467,3
336,6
347,6
73,0
74,4
(2,6)
(2,6)
399,2
414,5
274,1
270,5
68,7
65,2
(18,6)
(22,2)
0,0
79,3
0,0
114,0
0,0
114,7
Indikator Ekonomi
makro yang menjadi
basis perhitungan
RAPBN 2019
Realisasi
2017
Outlook
2018
RAPBN
2019
5,1
5,2
5,3
3,6
3,5
3,5
13.384
13.973
14.400
5,0
5,0
5,3
51
70
70
Mobilisasi Pendapatan
secara realistis
à Pajak untuk daya saing &
investasi
804
775
750
Kesehatan fiskalàProduktif,
Efisien, Daya Tahan, dan
Sustainable
1.142
1.116
1.250
Mempertimbangkan perkembangan
terkini kondisi ekonomi, outlook serta
prospek ke depan
Fokus RAPBN
2019
Efisiensi dan kualitas belanja
prioritas àpeningkatan SDM,
perlindungan sosial, daya saing,
investasi, dan infrastruktur
16
17
RAPBN 2019 untuk Mendorong Investasi dan Daya Saing melalui
Pembangunan Sumber Daya Manusia
Peningkatan kualitas belanja didukung
penguatan akuntabilitas
Fokus Belanja 2019
1. Peningkatan investasi di bidang
pendidikan untuk meningkatkan kualitas
SDM dengan memperkuat PIP, BOS,
beasiswa, vokasi, dan mempercepat
rehab sekolah.
2. Penguatan program perlindungan sosial
melalui perluasan JKN, serta
peningkatan besaran manfaat PKH.
3. Menjaga kesinambungan
pembangunan infrastruktur untuk
pemerataan pembangunan.
4. Memperkuat reformasi birokrasi dengan
mempermudah pelayanan publik dan
investasi.
5. Mensukseskan pelaksanaan pesta
demokrasi.
Fokus
Perbaikan
1. Penguatan perencanaan
penganggaran yang didukung monev
yang komprehensif dan terkoordinasi
2. Efisiensi melalui penghematan dan
pembatasan kendaraan bermotor,
gedung, dan perjalanan dinas
3. Pengelolaan yang lebih akuntabel
(sejak 2016, LKPP mendapat predikat
WTP)
18
APBN Sehat: Defisit APBN semakin turun,
Keseimbangan Primer menuju arah positif
Defisit APBN diturunkan dibawah 2% PDB, pertama
persen
kali sejak tahun 2013
Triliun Rp
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Outlook
2018
RAPBN
2019
-
Keseimbangan
Primer mendekati Rp0 à
Triliun Rp
turun sejak 2015
2012
-
(0,50)
(211,7)
(1,00)
(150,0)
(298,5)
(308,3)
(341,0)
(200,0)
(314,2)
(297,2)
(1,50)
(1,86)
2015
2016
2017
Outlook RAPBN
2018 2019
-
(52,8)
(64,8)
(60,0)
(142,5)
(80,0)
(100,0)
(125,6) (124,4)
(0,44)
(2,00)
(300,0)
(1,84)
(2,25)
(2,12)
(350,0)
(2,59)
(2,49)
(2,50)
(2,51)
(400,0)
(160,0)
(3,00)
Defisit Anggaran
Defisit terhadap PDB (%) - RHS
(0,60)
(1,00)
(0,92)
(120,0)
(140,0)
(0,20)
(0,80)
(0,64)
(250,0)
(2,33)
(0,13)
(0,40)
(98,6) (93,3)
(226,7)
(153,3)
2014
(21,7)
(40,0)
(100,0)
2013
konsisten
persen
(20,0)
(50,0)
19
(0,92)
(1,09)
(1,23)
(1,01)
Keseimbangan primer (RHS)
Defisit Keseimbangan Primer terhadap PDB (%)
(1,20)
(1,40)
APBN Adil: Keseimbangan antara Pembangunan Fisik dan SDM,
Pembangunan Pusat dan Daerah, serta Pajak yang progresif
Pajak Menjadi Insentif Untuk Menjaga Daya
Beli Masyarakat & Ekonomi
• Kenaikan PTKP
• Penurunan tarif
PPh UMKM menjadi
0,5%
2013: Rp24,3 juta
2016: Rp54,0 juta
Penguatan dan Keseimbangan Pembangunan
Fisik dan SDM
anggaran Infrastruktur
2015 : Rp256,1 T
anggaran Pendidikan
2015 : Rp390,1 T
anggaran Kesehatan
2015 : Rp65,9 T
anggaran perlindungan
2015 : Rp249,4 T
2019 : Rp420,5 T
2019 : Rp487,9 T
2019 : Rp122,0 T
sosial
2019 : Rp381,0 T
Terdapat beberapa program yang beririsan
Insentif Pajak bagi Dunia Usaha secara
targeted (tax holiday/allowance)
Kriteria/syarat tertentu a.l.
Industri Pionir
Mempertimbangkan nilai
investasi, orientasi ekspor,
dan penyerapan tenaga
kerja
Memperkokoh keseimbangan pembangunan
antara pusat dan daerah
Transfer ke Daerah & Dana Desa
2015 : Rp623,1 T
Belanja K/L
2015: Rp732,1 T
2019 : Rp832,3 T
Hampir sama
2019 : Rp840,3 T
20
APBN Mandiri: Penerimaan Pajak Menjadi
Sumber Utama Belanja Negara
Kontribusi perpajakan terus meningkat
menjadi 83,1% (2014: 74,0%)
Pembiayaan utang semakin menurun
Triliun rupiah
Triliun rupiah
80,0
500,0
0.4
12.0
5.0
398.6
12.0
255.6
12.0
262.0
12.0
400,0
1240.4
1285.0
58,5
361.1
300,0
349.2
31,7
311.2
1343.5
1548.5
403,0
387,4
1781.0
223,2
2015
2016
2017
140,8
20,0
5,8
14,6
(7,3)
100,0
outlook 2018RAPBN 2019
0,0
2012
Penerimaan perpajakan
PNBP
Hibah
60,0
40,0
255,7
6,5
2014
359,3
49,0
200,0
1146.9
380,9
429,1
2013
2014
2015
Pembiayaan Utang
2016
(9,7)
0,0
-20,0
2017
outlook RAPBN
2018
2019
Growth (RHS)
21
Belanja Pemerintah dalam Tahun 2019
difokuskan untuk mendukung peningkatan daya saing, ekspor dan investasi, diikuti dengan
penguatan value for money
Pembangunan
SDM
Anggaran Pendidikan
Rp487,9 T
Anggaran Kesehatan
Rp 122 T
Bidang Pendidikan,
a.l. untuk:
▪ 20,1 juta siswa
penerima KIP
(Rp11,2T)
▪ 471,8 ribu
mahasiswa
penerima beasiswa
Bidik misi (Rp4,9T)
▪ Penguatan
pendidikan Vokasi
▪ Percepatan
pembangunan
sarpras
Bidang Kesehatan,
a.l. untuk:
▪ Jaminan
Kesehatan bagi
96,8 juta jiwa (PBI
JKN) (Rp26,7 T)
Penyelesaian
Infrastruktur
Perlindungan
Sosial
Anggaran Infrastruktur
Rp420,5 T , a.l.
Anggaran Perlindungan
Sosial Rp381,0 T, a.l.
Pembangunan
/rekonstruksi/
pelebaran Jalan
PKH à 10 juta
Keluarga dengan
peningkatan
Manfaat (Rp34,4 T)
2.007 km
Pembangunan dan
rehabilitasi jaringan
Irigasi 162 ribu Ha
Rasio Elektrifikasi
Bantuan Pangan non
Tunai (BPNT)
(Rp20,8 T)à untuk
15,6 juta keluarga
dengan perbaikan
penyaluran
99,9 %
Rumah susun
dan khusus
10.742 unit
Bendungan
48 unit
Pembangunan Jalur
kereta api
(tahap awal, penyelesaian, peningkatan)
415,2 km’sp
Subsidi Bunga
(Rp16,7 T):
▪ Kredit usaha kecil
dan mikro
▪ Perumahan
Pelaksanaan
Agenda
Demokrasi
Anggaran Hankam
Rp220,5 T
Anggaran Pemilu Rp
24,8 T
Agenda Demokrasi
▪ Penyelenggaran
pemilu Presiden
dan Anggota
Legislatif 2019
▪ Pengamanan
Pemilu 2019
Pertahanan
Pencapaian MEF
tahap 2 dan
pengembangan
industri pertahanan
Birokrasi yang
efektif dan
efisien
Anggaran Rp368,6 T
Peningkatan
reformasi birokrasi
untuk
meningkatkan
kualitas
pelayanan publik
Antisipasi
ketidakpastian
Anggaran Rp38,6 T
Mitigasi risiko bencana,
pelestarian lingkungan,
stabilitas ekonomi,
keamanan
Kesejahteraan
aparatur dan
pensiunan
Keamanan
penanggulangan
terorisme dan
konflik sosial politik
22
Kegiatan Ekonomi
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Di tengah fluktuasi global, fundamental ekonomi domestik masih baik ditandai oleh
pertumbuhan ekonomi yang sehat
PDB (%,yoy)
5.3
Tahunan (%)
5.167
5.033
5.21
5.033
5.0
5.067
5.033
5.03
4.94
5.01
5.067
5.01
5.067
5.06
5.167
5.27
5.19
Kontribusi Pertumbuhan PDB Pengeluaran
5.06
5.3
4.94
3.5
4.7
100.0
7.0
2.76
2.72
1.86
1.8
55.43
2.65
2.54
4.3
74.5
49.0
0.39
1.68
0.18
0.09
0.55
0.68
0.09
1.37
0.10
-0.15
-1.13
-1.21
Q2 2017
Q1 2018
Q2 2018
0.16
31.15
23.5
0.0
4.0
2016
2017
-1.8
2018
-2.0
Net Ekspor
Sumber: BPS, Diolah
8.50
4.23
Konsumsi LNPRT
Lainnya
Konsumsi Pemerintah
Distribusi Nominal Q2 2018
PMTB
Konsumsi RT
Kontribusi PDB Sektoral (yoy)
SEKTOR
Primer
Q2 2017
Q2 2018
Distribusi
Q2 2018
2.56
2.81
3.81
21.55
• Kontribusi konsumsi RT semakin meningkat di Q2 2018.
4.82
4.32
4.61
31.25
• Kontribusi PMTB menurun tajam di Q2 dibandingkan Q1 2018,
namun tetap lebih tinggi dari Q2 2017.
6.34
5.21
5.81
43.16
• Komponen Lainnya meningkat tajam terkait dengan tingginya
pertumbuhan inventori .
Pertanian dan Pertambangan
Sekunder
Industri, Listrik, Gas, Air, dan Konstruksi
Tersier
• Pertumbuhan Q2 2018 mencapai 5,27% tertinggi sejak tahun 2014
Q2 2016
Perdagangan, Transportasi, Infokom, Jasa
Keuangan, dan Jasa-Jasa Lainnya
• Dari sisi produksi, pertumbuhan didukung oleh semua sektor primer, sekunder, dan tersier yang
tumbuh lebih tinggi dari Q2 2017, menandakan membaiknya aktivitas produksi barang dan jasa.
• Walaupun mempunyai struktur PDB paling kecil sektor tersier secara rata-rata mengalami
peningkatan pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor primer dan sekunder.
• Sisi Pengeluaran:
• Perdagangan internasional masih menunjukkan kontribusi negatif
sejalan dengan tingginya impor terkait aktivitas produksi dalam
negeri.
24
20
PERTUMBUHAN PDB MENURUT KOMPONEN PENGELUARAN
25
Seluruh konsumsi tumbuh tinggi, baik rumah tangga, LNPRT maupun Pemerintah
Komponen Pengeluaran (yoy)
2016
2017
2018
Q1
Q2
S1
Q3
Q4
Q1
Q2
S1
Q3
Q4
Q1
Q2
S1
Pengeluaran Konsumsi RT dan LNPRT
4,98
5,10
5,04
5,04
5,03
5,00
5,02
5,01
4,95
4,98
5,01
5,22
5,11
Rumah Tangga
4,95
5,07
5,01
5,01
4,99
4,94
4,95
4,94
4,93
4,97
4,95
5,14
5,05
LNPRT
6,41
6,73
6,57
6,67
6,75
8,07
8,52
8,29
6,02
5,24
8,09
8,71
8,40
Konsumsi Pemerintah
3,43
6,21
5,01
-2,95
-4,03
2,69
-1,92
0,04
3,48
3,81
2,74
5,26
4,17
PMTB
4,67
4,18
4,42
4,24
4,79
4,77
5,34
5,06
7,08
7,27
7,95
5,87
6,89
Ekspor
-3,10
-1,50
-2,30
-5,75
4,15
8,41
2,80
5,56
17,01
8,50
6,09
7,70
6,89
Impor
-5,04
-3,47
-4,25
-4,13
2,72
4,81
0,20
2,47
15,46
11,81
12,66
15,17
13,90
PDB
4,94
5,21
5,08
5,03
4,94
5,01
5,01
5,01
5,06
5,19
5,06
5,27
5,17
Sumber: BPS
• Konsumsi Rumah Tangga tumbuh tinggi didukung oleh perayaan hari besar Bulan Ramadhan •
dan Idul Fitri beserta libur panjang yang diiringi oleh tingkat inflasi yang terjaga. Selain itu
pelaksanaan bantuan sosial tunai dari pemerintah yang tepat waktu turut meningkatkan
penghasilan dan daya beli masyarakat.
•
• Kinerja LNPRT yang tumbuh tinggi seiring dengan pelaksanaan Pilkada pada Juni 2018.
• Konsumsi Pemerintah tumbuh positif didorong oleh tingginya realisasi belanja individu
terkait dengan peningkatan dan perluasan pemberian THR, serta kenaikan belanja bantuan
sosial.
• PMTB tumbuh lebih rendah dari Q1 2018, namum lebih tinggi dari Q2 2017 didorong oleh
pertumbuhan mesin dan perlengkapan. Komponen bangunan dan kendaraan masih tumbuh
positif meskipun lebih rendah dari Q2 2017 karena faktor Ramadhan dan libur panjang.
Laju pertumbuhan ekspor masih lebih rendah dari impor karena masih
tingginya peningkatan permintaan domestik baik untuk barang modal,
bahan baku, dan bahan penolong maupun barang konsumsi.
Pada Q2 2018, terdapat pola yang tidak biasa dimana pertumbuhan impor
tinggi namun pada saat yang sama pertumbuhan PMTB tidak tinggi.
• Faktor yang mempengaruhi adalah pertumbuhan inventori yang tinggi
44,0%.
• Hal ini menunjukkan terdapat barang yang belum termanfaatkan dan
memberikan sinyal terhadap persepsi positif terhadap kinerja
perekonomian pada kuartal ke depan melalui peningkatan PMTB dan
atau konsumsi.
21
PERTUMBUHAN PDB MENURUT SISI PRODUKSI
Faktor libur lebaran mendorong permintaan pada sektor industri pengolahan, perdagangan, & transportasi
➢
➢
➢
Kinerja Sektor Pertanian tumbuh lebih baik terutama dukung kondisi cuaca yang lebih Kinerja Sektor Tersier/Jasa tetap menunjukkan tren pertumbuhan yg relatif
kondusif, berdampak pada peningkatan hasil panen tanaman pangan dan sayur-sayuran. tinggi meskipun sebagian mengalami perlambatan:
➢ Transportasi & Pergudangan tumbuh tinggi sejalan tingginya permintaan
Sementara, perkebunan dan perikanan relatif tumbuh stabil.
layanan transportasi terkait dengan aktivitas mudik saat lebaran.
Sektor Pertambangan tumbuh positif ditopang peningkatan aktivitas produksi mineral
➢
Perdagangan menunjukkan peningkatan pertumbuhan sejalan dengan
logam dan pertambangan migas yang kembali tumbuh positif, sedangkan tambang
penjualan ritel & kendaraan bermotor serta aktivitas ekspor dan impor.
batubara mengalami penurunan produksi.
➢ Jasa Keuangan mengalami perlambatan terkait dengan turunnya
Sektor Industri Pengolahan tumbuh lebih baik namun terbatas, terdapat dorongan
pendapatan operasional industri perbankan.
peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan lebaran terutama pada industri
makanan minuman, tekstil, alas kaki, karet, dan alat angkutan; namun di sisi lain industri
lainnya seperti industri barang elektronik & kimia-farmasi relatif stagnan.
Sumber: BPS, Diolah
26
22
PERTUMBUHAN EKONOMI SPASIAL
27
Seluruh kawasan mengalami pertumbuhan ekonomi positif di kuartal II tahun 2018
Kalimantan:
Share PDB 8,05%
2017:
4,42%
2018:
3,31%
Sulawesi:
Share PDB 6,20%
2017:
5,31%
2018:
18,18%
Maluku & Papua:
Share PDB 2,54%
Sumatera:
Share PDB 21,54%
2017:
4,17%
2018:
4,65%
2017:
6,55%
Jawa:
Share PDB 58,61%
Sumber: BPS
2018:
6,75%
2017:
5,47%
2018:
5,69%
Bali & Nusa Tenggara:
Share PDB 3,06%
2017:
3,38%
2018:
3,75%
➢ Pertumbuhan seluruh wilayah mengalami peningkatan pertumbuhan kecuali wilayah Kalimantan.
• Pertumbuhan Jawa dan Sumatera lebih tinggi terkait dengan peningkatan kinerja sektor sekunder dan tersier.
• Pertumbuhan wilayah timur mengalami kenaikan tinggi lebih dikarenakan faktor tambang.
➢ Secara struktur ekonomi tidak banyak mengalami perubahan. Wilayah Jawa dan Sumatera masih memberikan kontribusi
terbesar yakni sebesar 58,61 % dan 21,54 %.
23
Dengan Perkembangan Ekonomi yang Terjaga Sehat, Kesejahteraan Masyarakat
Secara Umum Terus Membaik
Rasio Gini
0.42
Tingkat Kemiskinan (%)
0.413
0.4100.410
0.4060.408
0.397
0.393
0.389
0.403
0.385
0.368
0.378
0.376
0.368
0.367
Tingkat Pengangguran (%)
17
10
16.58
15.42
13
14.15
13.33
12.49
11.96
11.37
11.25
11.22
10.86
10.649.82
9
9.75
8.468.14
7.5
7.41
6.96
6.37
5.885.705.815.50
5
5.335.13
4
2.5
0
0.35
2007
2009
2011
2013
2015
2017
0
2007
2009
2011
2013
2015
2017
2007
2009
2011
2013
Target Gini ratio 2019
Target Kemiskinan 2019
Target pengangguran 2019
0,38 – 0,39
8,5% - 9,5%
4,8% - 5,2%
Tantangan
Tantangan
- Disparitas akses permodalan
- Kondisi geografis
- Akses pangan, kesehatan, dan
pendidikan bagi orang miskin
- Perubahan iklim à harga pangan
IPM : 71,98
Tantangan
- Perubahan ekonomi à
lapangan kerja
2015
2017
struktur
- Skill mismatch
- 4th Industrial Revolution (automasi,
artifical intelligence)
28
Neraca Pembayaran
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
30
Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca Pembayaran Indonesia (USD Miliar)
• Dalam dua tahun terakhir (2016-2017), defist
transaksi berjalan mencapai sekitar USD 17 miliar.
Defisit tersebut mampu diimbangi oleh surplus
neraca transaksi modal dan finansial pada kisaran
USD 29 miliar.
• Selama semester I tahun 2018, defisit transaksi
berjalan telah mencapai USD 13,7 miliar.
✴ Ekspor barang mencapai sekitar USD 88,2
miliar, namun impor cukup tinggi mencapai
USD 85,6. Terjadi penurunan surplus neraca
perdagangan barang.
Sumber: Bank Indonesia
• Sementara surplus neraca transaksi modal dan
finansial hanya mencapai USD 6,5 miliar.
✴ Masih terdapat risiko capital outflow lebih
tinggi akibat kebijakan kenaikan FFR lebih
lanjut
✴ Dibutuhkan strategi untuk pengendalian impor.
28
Secara Kumulatif Terjadi Arus Modal Positif Pada Pasar Keuangan Indonesia
Kondisi arus keluar (capital outflow) pasar saham telah terjadi konsisten sejak Februari 2018
• Pergerakan arus modal investor ke instrumen negara maju (save haven) menjadi pendorong keluarnya dana asing pada pasar saham
Indonesia. Namun demikian, peran dari investor domestik pada pasar saham Indonesia juga telah membantu menjaga tingkat Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk masih relatif tinggi dibandingkan 2016 maupun 2017.
• Kinerja pasar SUN selama tahun 2018 menunjukan pergerakan yang cukup baik dalam menarik dana investor asing. Hal ini antara lain
karena pencapaian peringkat kredit Indonesia yang baik membuat penerbitan surat utang pemerintah berdenominasi valas masih
diminati oleh investor asing.
31
Kinerja ekspor Indonesia di tahun 2018 cukup baik
32
Walau perannya relatif kecil, perlu diwaspadai kontraksi pada ekspor sektor pertanian yang terjadi di tahun 2018
Pertumbuhan Ekspor Sektoral (ytd)
60%
50%
37.4%
40%
30%
20%
14.3%
10%
▪ Laju pertumbuhan ekspor Indonesia relatif stabil, terutama didorong
kinerja sektor pertambangan dan migas
✓ Harga komoditas pertambangan dan migas global yang naik, sejak
akhir tahun 2017 dan adanya kebijakan relaksasi minerba sehingga
mendorong peningkatan nilai dan volume ekspor
6.8%
0%
-10%
-7.5%
-20%
-30%
A
S
O
N
D
2017-J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
2018-J
F
M
A
M
J
J
-40%
Pertanian (ytd)
Manufaktur (ytd)
pertambangan dll (ytd)
Migas (ytd)
Komposisi Ekspor Indonesia
Migas
2014
17.1%
2015
12.4%
2016
9.0%
2017
9.3%
Jan-Jul 2018 9.6%
Non Migas
82.9%
87.6%
90.9%
90.7%
90.4%
▪ Ekspor Indonesia tetap didominasi produk produk manufaktur, didikuti
produk pertambangan.
✓ Ekspor produk manufaktur masih bertumpu pada industri berbasis
sumber daya alam, seperti kelapa sawit dan karet
Non Migas
Pertanian Manufaktur Pertambangan
1.9%
68.0%
13.0%
2.5%
72.2%
12.9%
2.3%
76.1%
12.5%
2.2%
74.1%
14.4%
1.8%
71.8%
16.8%
▪ Sektor Pertanian mengalami penurunan kontribusi atas total ekspor,
seiring dengan proses hilirisasi pada komoditas sehingga beralih menjadi
sektor manufaktur.
✓ Beberapa komoditas ekspor pertanian yang mengalami proses
hilirisasi antara lain Coklat/kakao dan Kelapa (sawit dan kopra)
▪ Dengan perkembangan sampai dengan Juli 2018, diperkirakan ekspor
terutama dari sektor manufaktur dan pertambangan akan menjadi dua
faktor pendorong ekspor di 2018, dan akan mencapai nilai tertinggi
dalam 5 tahun terakhir.
Memasuki tahun 2018, terjadi akselerasi impor Barang Modal dan Barang Konsumsi
33
Secara umum komponen impor bahan baku masih memegang porsi terbesar dalam struktur impor Indonesia
▪ Selama Januari hingga Juli 2018, tercatat pertumbuhan impor
barang modal yang paling tinggi (30.1%, ytd) diikuti impor barang
konsumsi (27.0%, ytd). Sementara pertumbuhan impor bahan baku
relatif stabil (23%,ytd) dengan tren sedikit meningkat dibanding
tahun pergerakan 2017.
Impor per Penggunaan
50%
40%
Pertumbuhan
30%
20%
10%
J
J
A
M
F
M
D
2018-J
N
S
O
J
A
J
A
M
F
M
D
-10%
2017-J
N
S
O
A
0%
Br Kons (ytd)
27.0%
Bhn Baku (ytd) 23.0%
Br. Modal (ytd) 30.1%
-20%
-30%
Komposisi Impor Indonesia
2014
2015
2016
2017
Jan-Jul 2018
Migas
Non Migas
24.4%
17.2%
13.8%
15.5%
15.5%
75.6%
82.8%
86.2%
84.5%
84.5%
Per Penggunaan (BEC)
Br Konsumsi Bhn Baku
Br Modal
7.1%
76.4%
16.4%
11.1%
70.8%
18.1%
9.1%
74.4%
16.5%
9.0%
75.1%
15.9%
9.2%
74.8%
16.0%
✓ Pertumbuhan kedua komponen impor meningkat pesat dibanding tahun
2017
✓ Pertumbuhan komponen impor bahan baku meningkat, namun dengan
kecepatan yang lebih moderat
▪ Peningkatan pertumbuhan impor barang-barang tersebut
dipengaruhi oleh:
✓ Peningkatnya konsumsi masyarakat dan domestic demand, dan
kebutuhan selama Ramadhan dan Idul Fitri
✓ Kebutuhan barang modal untuk kegiatan investasi dan pembangunan
infrastruktur
✓ Peningkatan aktivitas ekonomi dan kegiatan produksi dalam negeri
▪ Peningkatan impor di tahun 2018 terutama didorong oleh komoditas
✓ Mesin mesin pesawat mekanik (HS84), benda benda dari besi baja
(HS73), besi dan baja (HS72), serealia (HS 10)
▪ Share terbesar terhadap total impor antara lain:
✓ Mesin pesawat mekanik -HS 84 (14,2%), mesin pesawat listrik- HS85
(11,4%), Plastik & Barang dari Plasitik-HS39 (4,8%)
Defisit transaksi berjalan masih terjadi didorong defisit primary income dan services
34
Faktor strukur ekonomi menjadi pemicu utama defisit transaksi berjalan sejak berakhirnya commodity boom dan gencarnya
penarikan dividen atas kegiatan investasi langsung.
Transaksi Berjalan (USD Miliar)
Current account
Secondary Income
Goods
Services
Neraca Jasa (USD Miliar)
Primary income
Neraca Jasa
Transportasi
Perjalanan
Jasa Lainnya
9
4
5
Thousands
2
0
-5
0
-2
-4
-9
-5
-14
-7
2014
2015
2016
2017*
2018
-18
2015
2016
2017
• Defisit Transaksi Berjalan tercatat USD8,0 miliar (3,0% PDB)
pada triwulan II 2018, lebih tinggi dari defisit pada triwulan
II tahun sebelumnya yang mencapai USD4,7 miliar (1,9%
PDB). Tercatat sebagai defisit terbesar dalam empat tahun
terakhir.
• Posisi Neraca Perdagangan masih mencatat surplus US$0,3
miliar di Q3 2017, turun jika dibandingkan triwulan
sebelumnya (qtq) dan periode yang sama tahun
sebelumnya (yoy) Sejalan dengan peningkatan aktivitas
perdagangan dan harga minyak yang tinggi.
2018
Komponen Pendapatan Investasi (USD Miliar)
Ekspor Js. Perjalanan dan Jumlah Wisatawan Asing
• Defisit pada neraca Jasa melebar seiring dengan
peningkatan pada aktivitas perdagangan internasional
(penggunaan jasa transportasi barang/freight) serta
peningkatan impor jasa perjalanan (outbond).
0
• Defisit neraca pendapatan primer menunjukkan terjadinya
peningkatan defisit di triwulan II 2018 yang dipengaruhi
oleh pembayaran imbal hasil investasi langsung dan
investasi portofolio kepada investor asing
-2
-5
-7
-9
2014
2015
2016
Pendapatan investasi langsung
Pendapatan investasi lainnya
2017*
2018
Pendapatan investasi portofolio
• Surplus neraca jasa perjalanan (Pariwisata) di kuartal
2-2018 menurun
• Perlambatan jumlah kunjungan wisatawan asing
• Pola musiman peningkatan Jemaah Umroh
(impor jasa perjalanan)
18
Kinerja TMF tercatat surplus USD 4 miliar di tengah ketidakpastian pasar keuangan global
...membaiknya persepsi investor asing terhadap kinerja ekonomi domestik menjadi penopang utama…
Investasi Langsung
Aset
Kewajiban
Investasi Portofolio
Investasi Langsung
Aset
18
18
14
14
Kewajiban
35
Investasi Lainnya
Investasi Portofolio
Aset
Kewajiban
Investasi Lainnya
16
12
8
9
9
4
5
0
5
0
0
-5
-8
-5
-9
-14
‣
-12
-16
-9
2013
‣
-4
2014
2015
2016
2017
2018
2013
2014
2015
Kinerja TMF Tw II-2018 masih mampu mencatatkan surplus sebesar USD4,0
miliar, meskipun turun jika dibandingkan Tw I-2017 (USD6,8 miliar).
๏ Turunnya surplus terutama disebabkan oleh turunnya performa Investasi
Portofolio adanya capital ouflow di pasar saham serta penurunan
kepemilikan asing di pasar saham maupun SBN sebagai akibat dari tingginya
ketidakpastian perekonomian global.
Kinerja Investasi langsung surplus USD 2,5 miliar sejalan dengan tetap tingginya
kegiatan investasi di dalam negeri. Arus masuk terutama berasal dari modal
ekuitas yang meningkat. Sektor pertanian dan perdagangan menjadi pendorong
utama khususnya melalui kegiatan akuisisi oleh perusahaan asing.
2016
‣
2017
2018
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Kinerja Investasi Portofolio surplus USD 0,1 miliar, utamanya didorong
penerbitan global bond pemerintah dan penerbitan obligasi swasta.
๏ Terjadi arus keluar non residen di pasar SBN serta penurunan kinerja saham akibat
tingginya ketidakpastian perekonomian global, searah dengan pergerakan bursa
regional.
๏ Penerbitan Global Bond Pemerintah sebesar USD 2,9 miliar (Dual currency Bond USD
2,0 miliar dan Samurai Bond USD 0,9 miliar) dan penerbitan obligasi swasta masih
menarik bagi investor asing.
‣
Kinerja Investasi lainnya surplus USD 1,5 miliar, terutama dipengaruhi oleh
penarikan simpanan di luar negeri guna pembiayaan di dalam negeri.
Sementara itu, terjadi neto pembayaran pinjaman Luar Negeri Pemerintah yang
cukup besar, di tengah adanya penarikan pinjaman program dari IBRD dan
pinjaman proyek dari IBRD, ADB, Jepang dan Jerman.
REALISASI PENANAMAN MODAL KUARTAL II MELAMBAT
36
Faktor iklim poliik dan dinamika nilai tukar diduga membuat investor mengambil sikap wait and see
Realisasi Penanaman Modal
Q1 2018
Realisasi
Q2 2018
•
S1 2018
Rp Triliun
%, yoy
Rp Triliun
%, yoy
Rp Triliun
%, yoy
PMDN
76,4
11,0
80,6
32,1
157,0
21,0
PMA
108,9
12,4
95,7
-12,9
204,6
-1,1
Total
185,3
11,8
176,3
3,2
361,6
7,4
Realisasi modal pada kuartal II 2018 mencapai
Rp176,3 triliun atau tumbuh melambat menjadi
hanya 3,2% (yoy).
•
Sektor yang Diminati Investor Pada Q2 2018
Realisasi PMA Berdasarkan Negara Asal Q2 2018
Singapura
15%
•
Selain itu, ketidakpastian perekonomian global
seperti adanya perang dagang antara Amerika dan
Tiongkok juga turut membuat investor global
cenderung bersikap lebih hati-hati.
•
Investasi di Sektor Pertambangan meningkat,
utamanya pada proyek-proyek pembangunan
smelter.
•
Negara-negara Asia masih menjadi penyumbang
investasi asing terbesar ke Indonesia.
33.5%
12%
10%
16%
•
9%
39%
Pertambangan
Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi
Listrik, Gas, dan Air
Industri Makanan
Real Estat, Kawasan Industri, dan Perkantoran
Lainnya
Jepang
14.4%
Tiongkok
9.4%
Hong Kong
9.4%
Malaysia
Lainnya
5.3%
•
29.2%
Sumber: NSWi BKPM, diolah
PMDN masih tumbuh cukup baik, yaitu sebesar
32,1% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya.
Pertumbuhan realisasi PMA terkontraksi sebesar
12,9%. Dinamika pergerakan nilai tukar rupiah serta
dan iklim politik dalam negeri menjelang pemilihan
umum diduga mendorong banyak investor
mengambil sikap wait and see.
•
Sepertiga realisasi investasi asing berasal dari
Singapura.
7,2%
Terjadi peningkatan investasi yang berasal dari
Tiongkok dan Malaysia.
Kebijakan Pemerintah untuk
mendorong perekonomian
r
e
b
m
e
Sept
8
1
0
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
APA YANG SUDAH
DILAKUKAN PEMERINTAH
3 cara mengatasi masalah defisit
transaksi berjalan:
mengendalikan impor
meningkatkan ekspor dan
meningkatkan daya
kompetisi industri Indonesia
meningkatkan arus modal dan
keuangan
38
MENGENDALIKAN IMPOR
1. Pengenaan pajak impor barang
konsumsi dan barang yang diproduksi
dalam negeri (dampak langsung dan
segera)
2. Penggunaan biodiesel B20 sebagai
pengganti solar (untuk membatasi impor
BBM)
3. Penggunaan komponen dalam negeri
pada proyek infrastruktur
4. Menunda proyek infrastruktur dengab
konten impor besar; dan
5. Insentif fiskal (tax holiday-tax allowance,
bea masuk ditanggung Pemerintah)
untuk investasi industri hulu dan
substitusi impor.
39
APA YANG SUDAH
DILAKUKAN PEMERINTAH
MENINGKATKAN EKSPOR DAN
MENINGKATKAN DAYA KOMPETISI
INDUSTRI INDONESIA
1. Perbaikan pendidikan dan vokasi, pemberian beasiswa,
anggaran/insentif inovasi dan penelitian;
2. Pembangunan infrastruktur untuk konektivitas;
3. Penyederhanaan perizinan melalui One Single
submission (OSS) serta perbaikan layanan kepabeanan
untuk menunjang daya saing dunia usaha dan ekspor;
4. Insentif melalui instrumen fiskal dan pembiayaan
melalui LPEI; dan
5. Mendorong produktivitas sektor industri, pertanian,
perikanan, pertambangan,kehutanan, dan pariwisata
MENINGKATKAN ARUS
MODAL DAN KEUANGAN
1. Menjaga stabilitas dan
sustainabilitas pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi; dan
2. Pengembangan instrumen
keuangan yang menarik dan
berdaya saing
Reformasi perpajakan sudah dilakukan mulai tahun 2015 melalui penguatan
kebijakan dan perbaikan organisasi...
40
Amnesti Pajak
• Uang tebusan mencapai
1% PDB
Kenaikan PTKP
• Menjadi Rp54 jt à
2013 Rp24,3jt
2019
2018
2017
Keringanan PPh
Revaluasi Aset
2016
2015
• Konfirmasi Status
WP
• Penurunan tarif pajak
UMKM 0,5%
• Percepatan Restitusi
• Peningkatan Kepatuhan
Pasca TA
• Compliance Risk
Management (roll-out)
• Implementasi AEoI
• Insentif yg tepat
sasaran
• Compliance Risk
Management (full)
• Peningkatan IT
eformasi Perpajakan
Organisasi
SDM
Teknologi Informasi
dan Basis Data
Proses Bisnis
Peraturan
Perundangundangan
Insentif Pajak untuk Peningkatan Ekspor dan Investasi
Kebijakan Insentif Pajak
Pemberian
Allowance
Pajak atas
Investasi
Pengurangan
PPh untuk
Industri Pionir
Mendorong Investasi
Fasilitas
Ekspor
Pemberian
Fasilitas Bea
Masuk
Insentif
Pajak
Meningkatkan Ekspor
Kawasan
Khusus
• Tetap memberikan pengurangan
pajak untuk mendukung
perkembangan sektor tertentu
(pionir),
• Pemberian allowance pajak untuk
mendukung tambahan investasi,
• Pengurangan pajak untuk
mendukung kegiatan litbang dan
vokasi.
41
Penajaman Fasilitas Tax Holiday (Revisi Peraturan)
42
Skema fasilitas pemberian pengurangan PPh Badan diperbaiki untuk mempermudah prosedur
administrasi dan meningkatkan efektifitas daya tarik investasi
Ketentuan
PMK 105/2015
PMK 35/2018
Subjek
Wajib Pajak Baru
Penanaman Modal Baru
Persentase
pengurangan
10-100%
Jangka Waktu
•
•
•
•
•
100%
(single rate)
No
Jangka Waktu (tahun)
Nilai Rencana Penanaman Modal
5-15 tahun
1
5
Rp500 miliar s.d. kurang dari Rp1 triliun
diperpanjang s.d. 20 tahun
dgn diskresi Menkeu
2
7
Rp1 triliun s.d. kurang dari Rp5 triliun
3
10
Rp5 triliun s.d. kurang dari Rp15 triliun
4
15
Rp15 triliun s.d. kurang dari Rp30 triliun
5
20
Minimal Rp30 triliun
Transisi
Tidak diatur
50% selama 2 tahun
Cakupan Industri
8 cakupan Industri Pionir
17 cakupan Industri Pionir
Logam Dasar
•
Pemurnian dan Pengilangan Migas •
Petrokimia
•
Kimia Dasar Anorganik
•
Kimia Dasar Organik
•
Bahan Baku Farmasi
Semi konduktor
Alat Komunikasi
Alat Kesehatan
Mesin Industri
•
•
•
•
•
Komponen
Komponen
Komponen
Komponen
Komponen
Utama Mesin
•
Robotik
Utama Kapal
•
Utama Pesawat Terbang
Utama Kereta Api
Pembangkit
Tenaga Listrik
Infrastruktur
Ekonomi
PENGENDALIAN IMPOR BARANG KONSUMSI
MELALUI PENYESUAIAN PPh
URGENSI
Neraca perdagangan defisit kronis (Impor > Ekspor)
STRATEGI
Penyesuaian tariff PPh
Penyesuaian 719
PPh
218
atas 1147 Pos
Tarif 210
2,5 %
7,5 %
2,5 %
10 %
57
Tetap 2,5%
7,5 %
10 %
MANFAAT BAGI PELAKU USAHA
Percepatan restitusi pajak
PPh dapat dikreditkan
Perbaikan Layanan Pajak &
Bea Cukai
Equal playing field
(PPh Badan DN > 10%)
PERTIMBANGAN
Kenapa PPh impor
Disesuaikan????
Trf 2,5%
Menjaga pertumbuhan industry DN yg butuh pasokan bahan baku
impor
Trf 7,5%
Mendorong penggunaan barang produksi DN
Trf 10%
Urgensi perbaikan neraca perdagangan
➢ Perbaikan Neraca
Perdagangan
➢ Kemandirian Ekonomi
4332
Rincian Penyesuaian Tarif PPh 22
44
• 210 item komoditas, tarif PPh 22 naik dari 7,5% menjadi 10%.
Termasuk dalam kategori ini adalah barang mewah
Contoh mobil CBU dan motor besar.
• 218 item komoditas, tarif PPh 22 naik dari 2,5% menjadi 10%.
Seluruh barang konsumsi yang sebagian besar telah dapat diproduksi di dalam negeri
Contoh barang elektronik (dispenser air, pendingin ruangan, lampu), keperluan sehari hari seperti sabun,
shampoo, dan kosmetik, serta peralatan masak/dapur.
• 719 item komoditas, tarif PPh 22 naik dari 2,5% menjadi 7,5%.
Seluruh barang yang digunakan dalam proses konsumsi dan keperluan lainnya.
Contohnya bahan bangunan seperti keramik, peralatan elektronik audio-visual seperti kabel, box speaker,
produk tekstil seperti overcoat, polo shirt, swim wear.
•
Nilai impor keseluruhan total 1147 item komoditas
• 2017 sebesar +USD6,6 miliar
• 2018 sebesar +USD5,0 miliar (sd. Agustus) – Tanpa penyesuaian tarif, nilai impor setahun akan
signifikan
33
Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi UMKM
TARIF
1%
0,5%
SUBJEK PAJAK
• Orang Pribadi (jangka waktu 7 tahun)
• Badan Usaha
• PT, 3 tahun
• CV, Firma, & Koperasi, 4 tahun
MANFAAT
• Mendorong peran serta masyarakat dalam
kegiatan ekonomi formal
• Lebih memberikan keadilan
• Kemudahan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan
• Memberi kesempatan berkontribusi bagi
negara
• Pengetahuan tentang manfaat pajak
OBJEK PAJAK
• Penghasilan dari usaha
• Omzet setahun tidak melebihi Rp4,8 miliar
• Omzet ditotal dari seluruh gerai baik pusat
atau cabang
45
PEMERINTAH AKAN :
46
terus menjaga perekonomian melalui kebijakan fiskal dan
kebijakan sektor riil lainnya untuk meningkatkan kerjasama
dan kepercayaan dunia usaha.
tetap waspada dan memantau perkembangan situasi
global dan perekonomian terkini yang terjadi di seluruh
penjuru dunia untuk mencegah potensi spillover (efek
pengaruh dan penularan) yang signifikan.
memonitor dampak dari kebijakan yang telah diambil
dan menyesuaikan bauran kebijakan sesuai dengan
perkembangan yang terjadi.
antisipasi
ke depan
membangun fondasi ekonomi yang makin kokoh dan
terus berupaya melindungi dan memperkuat kelompok
masyarakat yang paling rentan dan miskin.
TERIMA KASIH
SRI MULYANI INDRAWATI
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEMINAR NASIONAL APINDO
JAKARTA | 14 SEPTEMBER 2018