Interaksi Obat Beta-Blocker Dengan Obat-Obat Lain

INTERAKSI OBAT BETA–BLOCKER DENGAN OBAT-OBAT LAIN
Dr.R.SOETIONO GAPAR
Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua
macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang menguntungkan
tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan effek yang merugikan atau
membahayakan.
Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan effek yang tidak diinginkan
adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa yang
dinamakan “Polypharmacy" atau “Multiple Drug Therapy”.
Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari
dokter yang memuat lebih dari dua macam obat. Belum lagi kebiasaan penderita
yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang Sama dan mendapat
resep obat yang baru. Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat
kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang
dapat dibeli di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyaii
pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslahl

diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah
interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan
polypharmacy cukup banyak.
Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Pada dasarnya
dapat digolongkan sebagai berikut:
I. INTERAKSI FARMAKOKlNETIKA
Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi,
metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini
termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal,
mengganggu ikatan dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau dirangsang
dan ekskresi dihalangi atau dipercepat.
1.1. Perobahan absorbsi pada gastrointestinal
Perobahan absorbsi sesuatu obat oleh obat lain dapat terjadi akibat :
a. Perobahan pH.
b. Gangguan pada sistim transport.
c. Pembentukan suatu kompleks
d. Perubahan aliran darah.
1.2. Penggeseran ikatannya dengan protein plasma
Suatu interaksi terjadi bila suatu obat menggeser obat lain dari tempat
ikatannya dengan protein plasma sehingga kadar obat yang bebas didalam darah

meningkat, akibatnya effek obat tersebut bertambah.
1.3. Biotransformasi.
Biotransformasi obat terutama terjadi dimikrosoma sel hati. Mikrosoma inii
sangat peka terhadap aksi obat berarti produksi enzim-enzimnya dapat bertambah

© 2003 Digitized by USU digital library

1

atau berkurang, perangsangan mikrosoma mengakibatkan aktivitas obat menurun
sedangkan pengharnbatan menyebabkan aktivitas obat meningkat atau bertahan
lama.
1.4. Perubahan ekskresi.
Bila sesuatu obat mempengaruhi ekskresi obat lain melalui ginjaJ, dapat
terjadi perobahan aktivitas dan lama kerja sesuatu obat (3.11.)
II. lNTERAKSI FARMAKODINAMIK.
Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler
atau kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi :
II.1. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama padasatu organ(sinergisme).
II.2. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme).

II.3. Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah (11).
BEBERAPA CONTOH INTERAKSI BETA-BLOCKER DGN OBAT-OBAT LAIN.
1. Interaksi beta-blocker dengan anti hipertensi.
1.1. Beta-blocker dengan diuretika.
Diuretika sering digunakan untuk terapi hipertensi. Tapi kalau diuretika saja
maka hasil terapinya terbatas. Untuk mencapai hasil yang lebih baik maka
sebaiknya
dikombinasikan dengan anti hipertensi lain.
Percobaan di klinik menunjukkan bahwa kombinasi beta-blocker denganl
diuretika diperoleh kerja anti hipertensi yang lebih baik. Dalam hal ini tidak
terjadi postural hipotensi dan tachycardi yang disebabkan oleh diuretika
(thiazide). Dan juga peninggian plasma renin akibat pemberian diuretika akan
dikurangi oleh beta-blocker (12).
1.2. Beta-blocker dengan Vasodilator.
Kombinasi obat ini akan menghasilkan effek terapi yang lebih baik. Ternyata
effek sampingnya akan berkurang. Pemberian hydralazine yang menimbulkan
reflex tachycardi akan berkurang bila pemberiannya dikombinasikan dengan
beta-blocker (12).
1 .3. Beta-blocker dengan methyldopa.
Penggunaan kombinasi dari methyldopa dan beta-blocker ternyata lebih aman

dibandingkan dengan pemakaiannya secara tunggal. Effek samping dari
methyldopa berupa postural hipotensi akan hilang bila diberikan bersamasama dengan beta-blocker (7,9).
1.4. Beta-blocker dengan guanethidine dan bethadine.
Pengaruh kombinasi ini hampir sama dengan kornbinasi beta-blocker dengan
methyldopa. Effek samping dari guanethidine dan bethadine akan berkurang,
terutama postural hipotensi yang disebabkan guanethidine dan bethadine (9).
2. Interaksi Beta-blocker dengan anti-arrhythmia.
2.1. Beta-blocker dengan digitalis.
Pengobatan arrhythmia dengan digitalis dapat menimbulkan paroxysmal
tachycardia. Maka pemberian beta-blocker bersama-sama dengan digitalis
dapat mengontrol tachycardi dengan baik (3.5.12).

© 2003 Digitized by USU digital library

2

2.2. Beta-blocker dengan quinidine.
Quinidine yang digunakan pada arrhythmia jantung dapat rnenimbulkan
ventricular fibrillation. Bila diberikan bersama-sarna dengan beta-blocker
maka effek samping ini berkurang (10).

2.3. Beta-blocker dengan procainamide.
Pemberian procainamide sebagai anti-arrhythmia dapat menimbulkan
penurunan tekanan darah yang sangat cepat terutama bila diberikan secara
intravena. Pemberian bersama-sama dengan beta-blocker akan menyebabkan
effek yang berbahaya karena bekerja sinergistik (5).
3.

Int.eraksi beta-blocker dengan anti-depressan dan antl-psikotik
tranguikner.
Pemberian anti-depressan misalnya derivat tricyclic dan derivat phenothiazine
dapat
menimbulkan
dysrhythmia.
Maka
pemberian
beta-blocker
akan
menghindarkan effek dysrhythmia akibat pemberian anti-depressan tersebut (1,5,8).
4. Interaksi beta-blocker dengan alfa adrenergik stimulan.
Pada percobaan menunjukkan bahwa pemberian beta-blocker bersama-Sama

dengan norepinephrine akan menyebabkan Vasokonstriksi. Akibat yang sangat!
merugikan ialah ganggren. Hal ini timbul karena norepinephrine effeknya dominan
terhadap reseptor alfa (2.4).
5. Interaksi beta-blocker dengan neuromuskular-blocker.
Beta-blocker yang dikombinasikan dengan neuromuskular-blocker misalnya :
succinycholine, Decamethonium, d-Tubocurarine, Gallamine, akan menimbulkan
kerja sinergistik (4,5).
6. Interaksi beta-blocker dengan obat hipoglikemik.
Gabungan kedua obat ini menghasilkan effek sinergistik. Hal ini terjadi karena
beta-blocker mempengaruhi kerja glikogenolitik dari glukagon dan juga merangsang
pelepasan insulin (5).
7. Interaksi beta-blocker dengan anti-inflammasi.
Beta-blocker menghambat effek anti-inflammasi dari obat-obat Natrium
salisilat, Aminopirin, Fenilbutazon, Hidrokortison.
Hal ini disebabkan karena kompetisi langsung antara kedua obat ini pada reseptor
yang sama (5).
8. Interaksi beta-blocker dengan anti-angina.
Gabungan kedua obat ini menghasilkan sinergisme. Beta-blocker mengurangi
kerja jantung dengan mengurangi heart rate. Demikian pula Nitrat berbuat hal yang
Sama dengan mengurangi Venous return dan volume serta tekanan dalam ventrikell

kiri (5,13).
9. Interaksi beta-blocker dengan atropin.
Gabungan kedua obat ini dapat memperbaiki sinus tachycardia yang terjadii
karena pernberian dosis besar atropin pada pengobatan keracunan insektisida
organofosfat.
Sebaliknya kejadian bradikardi akibat kelebihan dosis beta-blocker dapat diatasii
dengan pemberian atropin (8)

© 2003 Digitized by USU digital library

3

10. Interaksi beta-blocker dengan tembakau.
Pada mereka yang banyak merokok pemakaian beta-blocker akan
memerlukan dosis yang iebih besar. sebab tembakau bekerja antagonistik dengan
beta-blocker (5).
.
11. Pada penderita penyakit-penyakit yang tersebut dibawah ini, sebaiknya dosis
beta-blocker dikurangi, yaitu pada penderita Rheimatoid arthritis, Colitis ulcerosa,
Staphylococcal pneumonia dan Chron's disease (6).

KESIMPULAN
Telah dibicarakan tentang interaksi obat beta-blocker dengan obat-obat lain.
Dari pembicaraan ini diperoleh hasil bahwa interaksi obat tersebut ada yang
menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Dengan mengetahui interaksi betablocker dengan berbagai obat, maka menjadi kewajiban kita untuk berhati -hati
dalanm penggunaanya.
KEPUSTAKAAN
C.A.S. Wink; Report on the symposium Beta-blocker and the Central Nervous
System; Asian Medical Journal, Vol 19.hal 71, 1976.
C.de B. Whita, PhD.; Peripheral ganggren complicating Beta-blockade; The Lancet,
Vol. II, Hal.664, 1977.
Frederick H. Meyers,M.D.; Ernest Jawetz,PhD,M.D., Alan Goldfien, M.D; Review of
Medical Pharmacology, Edisi 5, 1976.
Hendrika J Wall- Manning; Hypertension, Edisi 5, 1976.
Ivan Stockley, B. Pharm,PhD,MPS.; Drug Interactions and their mechanisms; First
Published in the Phannaceutical Journal, 1974.
Janet Babb, B.A and others; Plasma-propanolol levels in inflammatory disease, The
Lancet, Vol. I, Hal. 1413, 1976.
J.E.Murphy, LRCSI.LM.LRCPI.LM.MRCGP; The Addition of Visken to Methyldopa
Therapy in hypertension: A Multi-center Study, The Journal of International Medical
Research, VoI. 4, Hal.129-131, 1976.

J. W.Freeman,M.B.,B.S., MRACP.; G.R.Mundy,M.B.,B.S.; R.R.Beattee,M.B., B.S.;
C.Ryan,M.B.,B.S.; Cardiac Abnonnalities in Prisoning with Tricyclic anti-depressant,
British Medical Journal, Vol. 2, Hal.610-611, 1969.
Prichard,B.N.C. and Gillam,P.M.S.; Treatment of hypertension with Propanololo,
British Medical Journal, Vol. 1 Hal. 7, 1969.
Seaton,A; Quinidine-induced Paroxysmal Ventricular Fibrillation
Propanolol, Britis Medical Journal. Vol.1, Hal.1522, 1966.

Treated

wiyh

Simposium Reaksi dan Interaksi obat, 30 Juni- 1 Juli 1975, Fakultas Kedokteran USU
Medan.

© 2003 Digitized by USU digital library

4

Turner,.J.R.B.; Propanolol in the treatment of digitalis induced resistant tachycardias,

American Journal of Cardiology, Vol.18, Hal. 450, 1966.
VIII World Congress of Cardiology, Tokyo, September 17-23, 1978

© 2003 Digitized by USU digital library

5