EKSISTENSI TARI SUFI PADA KOMUNITAS AL FAIROUZ DI KOTA MEDAN.

(1)

EKSISTENSI TARI SUFI PADA KOMUNITAS AL FAIROUZ DI KOTA

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

MEGA NURVINTA

NIM. 2103140028

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2016

Mega Nurvinta NIM 2103140028


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

MEGA NURVINTA, NIM 2103140028. Eksistensi Tari Sufi Pada Komunitas Al Fairouz Di Kota Medan. Fakultas Bahasa dan Seni. Program Pendidkan Tari Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Eksistensi Tari Sufi Pada Komunitas Al Fairouz Di Kota Medan meliputi: (1) sejarah, (2) fungsi, (3) bentuk penyajian tari Sufi pada komunitas Al Fairouz di Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini yaitu sejarah, fungsi, dan bentuk penyajian tari Sufi pada komunitas Al Fairouz di Kota Medan. Sumber data yang digunakan adalah tari Sufi pada komunitas Al Fairouz di Kota Medan. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif.

Hasil penelitian ini sebagai berikut. 1) Latar belakang Tari Sufi pada komunitas Al Fairouz yaitu berawal pada saat ada acara Muslim Bersholawat, bersama Habib Syeh dan Syeh Hisyam Kabbani dari Amerika, yaitu pada saat makhalul qiyam dimana ada beberapa dharwish (murid thoriqoh) menari berputar-putar. 2). Eksistensi tari Sufi pada komnitas Al Fairouz yaitu sebagai salah satu komunitas yang menyelenggarakan tari Sufi satu-satunya yang ada di Kota Medan. Keberadaan tari sufi ini belum terlalu dikenal oleh masyarakat Kota Medan. 3) Fungsi tari Sufi pada komunitas Al Fairouz, yaitu sebagai media persembahaan dan pemujaan, sebagai media hiburan, sebagai media tontonan atau pertunjukan. 3) Bentuk penyajian tari Sufi pada komunitas Al Fairouz, yaitu (a) gerak, (b) musik atau iringan, (c) tata rias, (d) pola lantai, (e) panggung pertunjukan.


(7)

i

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah dan terima kasih setinggi– tingginya kepada kehadirat

Allah swt Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi berjudul “Eksistensi Tari Sufi Pada Komunitas Al Fairouz di Kota

Medan”, di susun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan Skripsi ini banyak pihak yang telah membantu secara moral, material dan spiritual. Maka pada kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr.Syawal Gultom, M.Pd, Rektor di Univeristas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramununiati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, Ketua Jurusan Sendratasik.

4. Sitti Rahmah S.Pd, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Tari, sekaligus

Dosen Pembimbing Skripsi I.

5. Martozet, S.Sn, MA, Kepala Lab, Program Studi Pendidikan Tari, sekaligus

Dosen Pembimbing Skripsi II.

6. Drs.Inggit Prastiawan, M.Sn dan Iskandar Muda, S.Sn, M.Sn. Nara Sumber.

7. Seluruh Dosen Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Medan, beserta Staf Pegawai Universitas Negeri Medan yang sudah membantu penulis.

8. Pengurus komunitas Al Fairouz Yasir Arafat yang sudah mau menyediakan


(8)

ii

9. Penari Tari Sufi Al Fairouz Mustofa, Muhammad, Abdul Rahman, Rifqy

Husnun yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk penulis mengambil data dan menjadi Narasumber.

10.Kepada kedua orang tua penulis Djemudiono dan Juga Ibunda tercinta

Suparmi yang sudah banyak berdoa dan memberi kasih sayang tiada henti serta dukungan, dorongan, semangat, dan dana kepada penulis dan yang terkasih Zainal Arifin Nst S.Pd yang sudah berdoa dan memberikan dukungan serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan.

11.Seluruh teman - teman mahasiswa Sendratasik yang telah banyak membantu

memberikan masukan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari Skripsi ini belum sampai pada kriteria sempurna baik dari segi penulisan maupun dari segi penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, April 2016 Penulis

Mega Nurvinta


(9)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 4

C. BatasanMasalah... 5

D. RumusanMasalah ... 5

E. TujuanPenelitian ... 5

F. ManfaatPenelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Teori Eksistensi ... 7

2. Pengertian Komunitas ... 8

3. Teori Fungsi Tari... 8

4. Teori Bentuk Penyajian ... 10

B. Kerangka Konseptual ... 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13

A. MetodePenelitian... 13

B. Tempatdan WaktuPenelitian ... 14

C. PopulasidanSampel ... 14

D. TeknikPengumpulan Data ... 16

1. Observasi ... 16

2. StudiKepustakaan ... 17

3. Wawancara ... 18

4. Dokumentasi ... 19


(10)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN...21

A. Latar Belakang Tari Sufi ... 21

B. EksistensiTari Sufi ... 23

C. FungsiTari Sufi ... 25

1. Sebagai Media Pemujaan dan Persembahan ... 25

2. SebagaiMedia Hiburan ... 28

3. Sebagai Media Tontonan atau Pertunjukan... 28

D. Bentuk PenyajianTari Sufi ... 29

1. Gerak ... 30

2. Musikatau Irinngan ... 36

3. Tari Rias dan Busana ... 38

4. Pola Lantai ... 44

5. Panggung Pertunjukan ... 46

BAB V PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar4.1.Sikap silang tangan ...32

Gambar4.2.Sikaphormat ...33

Gambar4.3. Sikapcintakasih ...34

Gambar4.4.SikapSema ...35

Gambar4.5.AlatMusik “rebana” ...37

Gambar4.6.AlatMusik “gambus ...37

Gambar 4.7 Alat Musik “Akordeon” ...37

Gambar 4.8 Alat Musik “Ney” ...38

Gambar4.9. Tata Rias Natural ...39

Gambar4.10 Topi (Sikke) ...40

Gambar4.11.BajuLuarLenganPanjang ...41

Gambar4.12.BajuDalamLenganPendek ...42

Gambar4.13.JubahPutih ...42

Gambar4.14.CelanaPanjang ...43

Gambar4.15.Kendit ...43

Gambar4.16. Sepatu (Quff) ...44

Gambar4.17.Pola Lantai Lingkaran ...45

Gambar4.18.PolaLantaiSejajar ...45


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman sekarang sangat sedikit seniman yang mengaitkan antara seni dengan agama. Padahal jika disadari, seniman yang sampai pada kesempurnaan tertentu dalam seninya, akan menyadari bahwa bukan seniman yang mencapai tujuan itu, tetapi ada kekuatan yang mengambil tubuh, hati, otak, dan mata sebagai peralatannya. Dialah kekuatan dari segala kekuatan yang ada, Tuhan Yang Maha Esa.

Ketika suatu keindahan dihasilkan dalam bentuk seni, seharusnya orang tidak pernah berfikir bahwa hal itu diciptakan oleh manusia. Semua yang terjadi di langit dan di bumi adalah dimensi ketuhanan, ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, manusia tidak dapat menyebabkan terjadinya atau terciptanya suatu makhluk dari yang tidak ada menjadi ada.

Dengan demikian, hubungannya dengan agama agar seni bisa mencapai makna spiritual, manusia tidak harus menjadi sangat religius, tetapi hanya memerlukan cinta keindahan. Seni itu adalah ciptaan keindahan dalam bentuk apapun yang diciptakan termasuk dalam bentuk manusia. Jika seniman menganggap apapun yang diciptakannya dalam seni adalah ciptaannya sendiri, berarti dia melupakan dirinya dalam segi keindahan, karena sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah SWT. Apabila seniman mulai mengenal Allah dalam seninya, maka hal ini menjadikan seni memiliki nilai yang sebenarnya. Tetapi jika seniman belum manyadari hal ini, dia belum menyentuh kesempurnaan seni.


(13)

2

Demikian halnya jika membicarakan seni tari, dalam sejarah umat Islam terdapat perbedaan pendapat tentang seni tari. Seni tari dalam permulaan Islam berbentuk sederhana dan hanya dilakukan oleh orang-orang yang datang dari luar daerah Jazirah Arab. Menari biasa dilakukan pada hari-hari gembira, seperti hari raya. Kemudian seni tari berkembang pesat pada zaman sesudah Rasulullah SAW, Namun banyak ulama yang tidak setuju dengan tarian semacam itu, diantaranya Imam Syaikhul Islam dan Akhmad Ibnu Tamiyah. Beliau menentang keras seni

tari dalam kitabnya yang berjudul Risalah Fi Sima’ Wal Raas Wal Suraakh

(Risalah tentang mendengar musik, tari-tarian dan nyanyian). Namun ada juga kalangan ulama yang membolehkan seni tari selama itu tidak melanggar norma-norma Islam. Adapun yang berpendapat demikian diantaranya Ibrahim Muhammad Al Halabi. Beliau mengarang kitab yang berjudul Al Rahs Wal Waqs

Limustahili Al Raqs “Benteng yang kokoh bagi orang yang membolehkan tentang

tari-tarian.

Dalam ajaran Islam, berkesenian diperbolehkan jika tidak melanggar norma dan nilai dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, setiap negara memiliki ciri khas dalam kesenian, khususnya seni tari.

Dengan adanya keputusan bahwa tari-tarian diperbolehkan dalam ajaran Islam, masuk dan berkembanglah tari Sufi ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, sensus penduduk pada tahun 2014 memaparkan bahwa jumlah masyarakat Indonesia yang beragama Islam adalah sebanyak 87,2% atau secara angka absolut berjumlah 247,2 juta jiwa. Hal ini merupakan salah satu jawaban atas hadirnya ajaran tasawuf dalam kesenian yaitu tari sufi (whirling dervish) dan mulai


(14)

3

berkembangnya di Indonesia. Keberagaman keindahan dalam Islam, serta multikulturnya masyarakat Indonesia ditambah dengan globalisasi yang kian berkembang, menjadikan masyarakat mengenal berbagai macam budaya dari luar Indonesia, dan salah satunya adalah tari Sufi yang berasal dari Turki ini. Sosok fenomenal Jalaluddin Rumi juga merupakan sebab dari hadirnya tari Sufi ini ke Indonesia, yang dibawa oleh para penganut salah satu aliran Islam yaitu Sufi.

Keberadaan tari Sufi di Indonesia masih begitu jarang ditemui diberbagai daerah, hanya dikota-kota tertentu saja dan itu pun karena adanya komunitas-komunitas sufi atau kelompok pecinta Jalaluddin Rumi dikota tersebut, dengan kata lain kehadiran tari Sufi dan perkembangannya di Indonesia masih bergantung dan dibawah bayang-bayang pergerakan komunitas-komunitas sufi yang ada di Indonesia dan kini sudah mulai banyak ditarikan, salah satunya Pondok Pesantren Nailun Najah Assalafy, di pulau Jawa.

Seiring berkembangnya zaman, ajaran Islam pun berkembang sampai ke Pulau Sumatera, sehingga komunitas sufi tidak hanya berada di Pulau Jawa, dan di Sumatera Utara juga terdapat komunitas tari Sufi Al Fairouz yang dipelopori oleh Yasir Arafat. Keberadaan komunitas tari Sufi Al Fairouz belum begitu

populer ditelinga orang-orang Medan (wawancara Jum’at, 22 Januari 2016).

Tari Sufi Al Fairouz merupakan sebuah komunitas tari di daerah Sumatera Utara tepatnya di Kota Medan. Keberadaan komunitas tari Sufi Al Fairouz ini sudah ada pada tahun 2011 dan memiliki sepuluh orang penari sufi laki laki. Awal terbentuknya komunitas ini karena sangat jarang orang mengetahui tentang tari Sufi. Berawal dari sinilah muncul ide sang pelopor tari Sufi pada komunitas Al Fairouz untuk mengembangkan ide kreatifnya dalam bentuk Tari Sufi, selain karena wujud rasa cintanya kepada sang pencipta, sang pelopor


(15)

4

mengekspresikan kegemarannya dalam menari sambil beribadah kepada Allah SWT melalui tari Sufi tersebut. Dari sinilah ide sang pelopor berkembang hingga membentuk sebuah komunitas tari khususnya komunitas tari Sufi Al Fairouz, yang berkembang hingga saat ini.

Dalam Tari Sufi, tidak semua orang bisa melakukan tarian sufi tanpa ada keahlian dan rasa kecintaan kepada sang pencipta, karena dalam hal ini bagi orang yang ingin menjadi penari sufi harus memiliki dasar yang bermuara rasa cinta kepada Allah SWT. Ada syarat yang harus dipenuhi sebelum menjadi penari sufi. Sebelum mulai, latihannya berdzikir terlebih dahulu, lalu bershalawat nabi. Penari sufi tidak akan pusing karena sudah fokus dengan zikir yang kuat pada dirinya.

Untuk menjadi seorang penari Sufi tidak mudah, karena untuk mempelajari tari sufi memiliki syarat-syarat tertentu yang belum tentu semua orang mampu menarikan tarian sufi tersebut. Syarat yang paling utama dalam tarian sufi adalah harus bergama Islam dan mampu menghafal zikir dan shalawat.

Penelitian ini difokuskan tari Sufi pada komunitas Al Fairouz yang ada di Jalan Brigjend Katamso, Kota Medan, Sumatera Utara, karena komunitas ini menerapkan tari Sufi yang diadopsi dari ajaran Islam yang ada di Indonesia. Dari uraian di atas, maka penelitian ini dipilih judul “Eksistensi Tari Sufi Pada

Komunitas Al Fairuoz Di Kota Medan”.

B. Identifikasi Masalah

1. Eksistensi tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan. 2. Makna gerak tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan. 3. Fungsi tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan. 4. Peranan tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan.


(16)

5

5. Bentuk penyajian tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan. 6. Makna spiritual tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan.

C. Batasan Masalah

Demi terarahnya topik penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan pada:

1. Bagaimanakah eksistensi tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan.

2. Bagaimanakah fungsi tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan. 3. Bagaimanakah bentuk penyajian tari Sufi pada komunitas Al Fairouz di Kota Medan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah eksistensi tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan. 2. Bagaimanakah fungsi tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan. 3. Bagaimanakah bentuk penyajian tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota Medan.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan eksistensi tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di Kota

Medan.


(17)

6

Medan.

3. Mendeskripsikan bentuk penyajian tari Sufi pada komunitas Al Fairuoz di

Kota Medan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan diperoleh manfaat sebagai berikut.

1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari tentang tari Sufi.

2. Bagi calon peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan

memperkaya pengetahuan bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai tari Sufi.

3. Bagi masyarakat di Kota Medan, penelitian ini dapat bermanfaat untuk lebih

mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memotivasi pemuda-pemudi di Kota Medan untuk mau bergabung dengan komunitas tari Sufi Al Fairouz dalam mengembangkan tari Sufi di Kota Medan.


(18)

20

47

1 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian terhadap eksistensi tari Sufi pada komunitas Al Fairouz di Kota Medan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.

a. Sejarah komunitas tari sufi Al Fairouz

Tari Sufi Al Fairouz merupakan sebuah komunitastari Sufi yang terbentuk pada tahun 2011. Berawal pada saat ada acara Muslim bersholawat, bersama Habib Syeh dan Syeh Hisyam Kabbani dari Amerika, yaitu pada saat makhalul qiyam dimana ada beberapa Dharwis (murid) menari berputar-putar.

b. Fungsi tari Sufi pada komunitas Al Fairouz, yaitu:

1. sebagai media persembahan dan pemujaan, komunitas tari Sufi Al Fairouz

melakukan tari Sufi dengan diringi oleh musik. Tari Sufi tersebut ditarikan sebagai metode dzikir untuk berdialog dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan diiringi oleh musik atau dengan kata lain berdzikir sambil menari. Hal ini seperti yang dikatakan salah satu anggota tari Sufi Al Fairouz (hasil wawancara dengan narasumber) “tari Sufi yang kita lakukan berfungsi sebagai media berdzikir”. Sebelum berdzikir komunitas tari Sufi Al Fairouz terlebih dahulu melakukan prosesi dasar seperti wudhu, menata rapi kostum sebelum digunakan, mencium kostum tari Sufi, lalu menggunakannya, setelah itu memulai tari Sufi sambil berdzikir.

2. sebagai hiburan, komunitas tari Sufi Al Fairouz sering tampil dalam

berbagai acara-acara Islami dan acara umum. Dalam penyajiannya tari


(19)

20

48

1

Sufi yang ditarikan oleh komunitas tari Sufi Al Fairouz terkait berbagai kepentingan salah satunya terkait dengan kepentingan hiburan, sehingga kostum yang digunakan pun tidak selalu berwarna putih seperti yang ada di Turki, tetapi berbagai macam warna. Komunitas tari sufi Al Fairouz menggunakan tari Sema Jalaluddin Rumi ini untuk menghibur para penikmat tari yang berupa pentas-pentas diacara hari besar agama islam, acara pernikahan, acara-acara umum di Kota Medan bahkan di luar Kota Medan.

3. Sebagai tontonan atau pertunjukan

Tari pertunjukan adalah bentuk komunikasi sehingga ada penyampaian pesan dan penerima pesan. Tari ini lebih mementingkan bentuk estetika dari pada tujuannya. Tarian ini lebih digarap sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, tarian ini sengaja disusun untuk dipertontonkan. Oleh sebab itu, penyajian tari mengutamakan segi artistiknya yang konsepsional, kereografer yang baik serta tema dan tujuan yang jelas.

c. Bentuk penyajian tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al Fairouz.

1) Gerak pada tari Sufi memiliki satu ragam gerak dan lima sikap dasar gerak

tari.

2) Musik atau Iringan yang digunakan tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al

Fairouz adalah berupa dzikir yang mengandung puji-pujian kepada Rasulullah beserta keluarga, para auliya dan permohonan doa kepada

Allah SWT, serta puisi –puisi karya Jalaluddin Rumi. Alat menggunakan

rebana, gambus, akordeon, keyboard bahkan audio mp3 (nuansa Islami), selain itu biasanya juga menggunakan lagu-lagu islam menggunakan alat musik sufi (Ney) sejenis seruling.


(20)

20

49

1

3) Tata rias tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al Fairouz tidak menggunakan

riasan seperti halnya tari-tari lain.

4) Busana yang dipakai komunitas tari Sufi Al Fairouz secara garis besar

sama dengan tari Sufi yang ada di Turki hanya saja komunitas tari Sufi Al Fairouztidak menggunakan jubah hitam. Kostum komunitas tari Sufi Al Fairouz menggunakan kostum yang berwarna putih, hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan dan standarisasi sebagai seorang penari Sufi. Kostum tari Sufi terdiri dari: 1) topi (sikke), 2) pakaian

(tennure), 3) kaos kaki (quff).

5) Pola lantai tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al Fairouz berjajar rapi

dengan menggunakan pola lantai lingkaran tepat berada di bagian tepi panggung dan satu orang berada di tengah, horizontal tetapi terkadang pola lantainya juga menyesuaikan tempat pementasannya.

6) Panggung pertunjukkan tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al Fairouz tidak

ada aturan khusus harus berbentuk arena, pendhapa, proscenium, dan sebagainya karena semua bergantung pada acara pementasannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disampaikan saran- saran sebagai berikut.

1. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat di Kota Medan, hendaknya belajar

tentang tari Sufi dan mau bergabung dengan komunitas tari Sufi Al Fairouz agar nantinya ada kegiatan positif yang berkaitan dengan agama khusunya agama Islam.


(21)

20

50

1

Kebudayaan dan Pariwisata hendaknya lebih memperhatikan keberadaan komunitas tari Sufi Al Fairouz, karena komunitas tari Sufi Al Fairouz dalam setiappementasan tetap membawa nama Kota Medan walaupun tarian tersebut berasal dari Turki.

3. Bagi komunitas tari Sufi Al Fairouz untuk lebih meningkatkan pengetahuan

tentang tari Sufi, agar nantinya dapat mengetahui lebih jauh tentang pesan dan sasaran yang disampaikan melalui tarian tersebut.


(22)

1

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, 2007. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ali Cholid Naburko, 2001. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara

Ara, L.K. 2009. Ensiklopedia Aceh, Musik, Tari, Teater, Seni Rupa. Medan: Jurnal Fakutas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Arikunto, Suahrsimi. 2003. Prosedur Penelitian . Jakarta: Rieneke Cipta. . 2006. Prosedur Penelitian . Jakarta: Rieneke Cipta.

Arifin Nasution, Zainal. 2015. Bentuk Lagu dan Penyajian Qasidah Makkawi Pada Ritual Berinai Adat Melayu di Dusun VIII Rambungan I Bandar Klippa Kabupaten Deli Serdang. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Pranada Media. Chittick, C. William. 2000. Jalan Cinta Sang Sufi: Aharan-ajaran Spiritual

Jalaluddin Rumi. Yogyakarta: Kalam Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika. Bandung

Fachdial, 2008. Fungsi Lagu Melayu Pada Pernikahan Etnis Melayu. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Harmawan, Kertajaya. 2005. Dramaturgi. Bandung: CV. Rosdakarya

Hidayat Alimut, Aziz. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data. Surabaya : Salemba Media.

Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarng: IKIP Semarang Koentjaraningrat. 1994. Metode Penelitian. Jakarta: Sinar Harapan

Laili, Hazwani. 2011. Estetika Senandung Babussalam Masyarakat Melayu. Jurnal. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana. 2003. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mieka H, Achmad. 2013. Senandung Dalam Tradisi Mengayunkan Anak Pada Masyarakat Melayu di Kabupaten Batubara (Studi Terhadap Bentuk Musik 51


(23)

2

dan Fungsi). Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Najmar. 2010. Finding Rumi. Depok: Edelweiss

Soedarsono. 1978. Diktat Pengetahuan Dan Komposisi Tari. Yogyakarta: ASTI Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Yanti, Misni. 2006. Tari Guel Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Bebesen Aceh Tengah. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian terhadap eksistensi tari Sufi pada komunitas Al

Fairouz di Kota Medan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.

a. Sejarah komunitas tari sufi Al Fairouz

Tari Sufi Al Fairouz merupakan sebuah komunitastari Sufi yang terbentuk pada tahun 2011. Berawal pada saat ada acara Muslim bersholawat, bersama Habib Syeh dan Syeh Hisyam Kabbani dari Amerika, yaitu pada saat makhalul qiyam dimana ada beberapa Dharwis (murid) menari berputar-putar.

b. Fungsi tari Sufi pada komunitas Al Fairouz, yaitu:

1. sebagai media persembahan dan pemujaan, komunitas tari Sufi Al Fairouz melakukan tari Sufi dengan diringi oleh musik. Tari Sufi tersebut ditarikan sebagai metode dzikir untuk berdialog dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan diiringi oleh musik atau dengan kata lain berdzikir sambil menari. Hal ini seperti yang dikatakan salah satu anggota tari Sufi Al

Fairouz (hasil wawancara dengan narasumber) “tari Sufi yang kita lakukan

berfungsi sebagai media berdzikir”. Sebelum berdzikir komunitas tari Sufi

Al Fairouz terlebih dahulu melakukan prosesi dasar seperti wudhu, menata

rapi kostum sebelum digunakan, mencium kostum tari Sufi, lalu menggunakannya, setelah itu memulai tari Sufi sambil berdzikir.

2. sebagai hiburan, komunitas tari Sufi Al Fairouz sering tampil dalam berbagai acara-acara Islami dan acara umum. Dalam penyajiannya tari


(2)

20

48

1

Sufi yang ditarikan oleh komunitas tari Sufi Al Fairouz terkait berbagai kepentingan salah satunya terkait dengan kepentingan hiburan, sehingga kostum yang digunakan pun tidak selalu berwarna putih seperti yang ada di Turki, tetapi berbagai macam warna. Komunitas tari sufi Al Fairouz menggunakan tari Sema Jalaluddin Rumi ini untuk menghibur para penikmat tari yang berupa pentas-pentas diacara hari besar agama islam, acara pernikahan, acara-acara umum di Kota Medan bahkan di luar Kota Medan.

3. Sebagai tontonan atau pertunjukan

Tari pertunjukan adalah bentuk komunikasi sehingga ada penyampaian pesan dan penerima pesan. Tari ini lebih mementingkan bentuk estetika dari pada tujuannya. Tarian ini lebih digarap sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, tarian ini sengaja disusun untuk dipertontonkan. Oleh sebab itu, penyajian tari mengutamakan segi artistiknya yang konsepsional, kereografer yang baik serta tema dan tujuan yang jelas.

c. Bentuk penyajian tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al Fairouz.

1) Gerak pada tari Sufi memiliki satu ragam gerak dan lima sikap dasar gerak tari.

2) Musik atau Iringan yang digunakan tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al

Fairouz adalah berupa dzikir yang mengandung puji-pujian kepada

Rasulullah beserta keluarga, para auliya dan permohonan doa kepada Allah SWT, serta puisi –puisi karya Jalaluddin Rumi. Alat menggunakan rebana, gambus, akordeon, keyboard bahkan audio mp3 (nuansa Islami), selain itu biasanya juga menggunakan lagu-lagu islam menggunakan alat musik sufi (Ney) sejenis seruling.


(3)

3) Tata rias tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al Fairouz tidak menggunakan riasan seperti halnya tari-tari lain.

4) Busana yang dipakai komunitas tari Sufi Al Fairouz secara garis besar sama dengan tari Sufi yang ada di Turki hanya saja komunitas tari Sufi Al

Fairouztidak menggunakan jubah hitam. Kostum komunitas tari Sufi Al Fairouz menggunakan kostum yang berwarna putih, hal ini dikarenakan

untuk memenuhi kebutuhan dan standarisasi sebagai seorang penari Sufi. Kostum tari Sufi terdiri dari: 1) topi (sikke), 2) pakaian

(tennure), 3) kaos kaki (quff).

5) Pola lantai tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al Fairouz berjajar rapi dengan menggunakan pola lantai lingkaran tepat berada di bagian tepi panggung dan satu orang berada di tengah, horizontal tetapi terkadang pola lantainya juga menyesuaikan tempat pementasannya.

6) Panggung pertunjukkan tari Sufi pada komunitas tari Sufi Al Fairouz tidak ada aturan khusus harus berbentuk arena, pendhapa, proscenium, dan sebagainya karena semua bergantung pada acara pementasannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disampaikan saran- saran sebagai berikut.

1. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat di Kota Medan, hendaknya belajar tentang tari Sufi dan mau bergabung dengan komunitas tari Sufi Al Fairouz agar nantinya ada kegiatan positif yang berkaitan dengan agama khusunya agama Islam.


(4)

20

50

1

Kebudayaan dan Pariwisata hendaknya lebih memperhatikan keberadaan komunitas tari Sufi Al Fairouz, karena komunitas tari Sufi Al Fairouz dalam setiappementasan tetap membawa nama Kota Medan walaupun tarian tersebut berasal dari Turki.

3. Bagi komunitas tari Sufi Al Fairouz untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang tari Sufi, agar nantinya dapat mengetahui lebih jauh tentang pesan dan sasaran yang disampaikan melalui tarian tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, 2007. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ali Cholid Naburko, 2001. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara

Ara, L.K. 2009. Ensiklopedia Aceh, Musik, Tari, Teater, Seni Rupa. Medan: Jurnal Fakutas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Arikunto, Suahrsimi. 2003. Prosedur Penelitian . Jakarta: Rieneke Cipta. . 2006. Prosedur Penelitian . Jakarta: Rieneke Cipta.

Arifin Nasution, Zainal. 2015. Bentuk Lagu dan Penyajian Qasidah Makkawi Pada Ritual Berinai Adat Melayu di Dusun VIII Rambungan I Bandar Klippa Kabupaten Deli Serdang. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Pranada Media. Chittick, C. William. 2000. Jalan Cinta Sang Sufi: Aharan-ajaran Spiritual

Jalaluddin Rumi. Yogyakarta: Kalam

Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika. Bandung

Fachdial, 2008. Fungsi Lagu Melayu Pada Pernikahan Etnis Melayu. Medan:

Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Harmawan, Kertajaya. 2005. Dramaturgi. Bandung: CV. Rosdakarya

Hidayat Alimut, Aziz. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data. Surabaya : Salemba Media.

Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarng: IKIP Semarang Koentjaraningrat. 1994. Metode Penelitian. Jakarta: Sinar Harapan

Laili, Hazwani. 2011. Estetika Senandung Babussalam Masyarakat Melayu. Jurnal. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana. 2003. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mieka H, Achmad. 2013. Senandung Dalam Tradisi Mengayunkan Anak Pada Masyarakat Melayu di Kabupaten Batubara (Studi Terhadap Bentuk Musik


(6)

2

dan Fungsi). Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Najmar. 2010. Finding Rumi. Depok: Edelweiss

Soedarsono. 1978. Diktat Pengetahuan Dan Komposisi Tari. Yogyakarta: ASTI Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Yanti, Misni. 2006. Tari Guel Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Bebesen Aceh Tengah. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.