Eksistensi Perempuan Komunitas Motor Di Kota Medan(Studi Kasus Pada Perkumpulan Ladies Matic Bikers)

(1)

Skripsi

EKSISTENSI PEREMPUAN KOMUNITAS MOTOR DI KOTA MEDAN (Studi Kasus Pada Perkumpulan Ladies Matic Bikers)

Disusun Oleh :

Elvira Rusadi (110901014)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Eksistensi Perempuan Komunitas Motor Di Kota Medan(Studi Kasus Pada Perkumpulan Ladies Matic Bikers), disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan tentang bagaimana eksistensi perempuan komunitas Ladies Matic Bikers di Kota Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Suwardi dan Ibunda Rusianik yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya inilah persembahan yang dapat ananda berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti ananda.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(3)

2. Rasa hormat dan Terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi serta selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Ucapan Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Dra. Linda Elinda, M.Si, yang sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri yang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini, memberikan segenap ilmu pengetahuan semasa perkuliahan, dan nasehat serta pengarahan yang telah diberikan sebagai penguji seminar proposal dan penguji pada ujian sidang meja hijau penulis.

4. Ucapan Terimakasih kepada Bapak Drs. T. Ilham Saladin M.Sp, selaku Ketua penguji siding meja hijau yang telah memberikan masukan terhadap skripsi saya.

5. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.kak fenny, dan kak bety yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

6. Paling teristimewa penulis ucapkan salam sayang terhangat dan Terimakasih bahkan tak terucap rasa bangga penulis kepada kedua orang tua penulis,Ayahanda yang selalu mengantar saya ke kampus selama saya hamil dan Ibundaku tercinta yang telah membesarkan saya dengan mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada


(4)

saya, selalu memberikan doa’ dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya.

7. Secara khusus dan istimewa saya ucapakan Terimakasih untuk suami saya Ahmad Harahap yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat kepada saya serta dukungan moril maupun materil dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat baik penulis yang bisa mengerti dan menerima penulis baik dalam keadaan suka maupun duka yang sangat penulis sayangi, terkhusus buat Ismi Andari S.sos, yang selalu bersama-sama selama penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak untuk sahabat saya Sri Rizky Zebua semoga kita menjadi sahabat abadi sepanjang masa. Terima kasih juga kepada Ernita Yanti S.Sos, Anita Syafitri S.Sos, Firda Melda Y Sitorus, May Pratiwi Purba S.sos, Suwinda Sabatini, Novianti Dewi Siregar, Nur balqis Nst, Brenda iskarina, Andemedan . Saudari-saudari saya di Klinik Mita, Kak Mita, Kak Imah, Kak Lenny dan bibi. Terimakasih atas doa, dukungan, dan perhatiannya. Terima kasih atas segala support, semangat, bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan. Penulis bangga mempunyai sahabat seperti kalian.

9. Secara khusus Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Mardiana dan Om Azrul yang baik hati dan sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri. Terima kasih atas dukungan dan bantuan kepada saya untuk motivasi dan materinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Kawan-kawan Sosiologi angkatan 2011 yang solid. Terima kasih atas kebersamaan dan segala dukungannya selama menuntut ilmu di


(5)

Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu. 11. Para Informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang

sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terutama kepada imek sebagai Ketua PLATBK yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dalam penelitian ini. Terimakasih banyak atas waktu dan kesediaan para informan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Oktober2015 (Penulis)

NIM : 110901014 Elvira Rusadi


(6)

ABSTRAK

Sebuah komunitas motor dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki hubungan khusus antara mereka, komunitas cenderung diidentifikasikan sebagai dasar atas kepemilikan atau identifikasi bersama diantara pekerja, tetangga, dan kelompok minat. Melalui komunitas, sekelompok orang berbagi nilai – nilai kognitif emosi dan material. Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori diantaranya teori gender, kontruksi sosial dan posmodern. Alasan digunakan teori ini adalah bahwa kelompok perempuan membentuk suatu komunitas motor karena didasari beberapa hal. Maka perlu dikaji melalui beberapa teori tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan metode pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian terletak

Di kawasan Mesjid Raya yang merupakan lokasi sekret dari komunitas ini. Hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi bahwasannya tujuan dari terbentuknya komunitas motor perempuan adalah adanya keinginan kesetaraan gender, persamaan hobi, keinginan mengaktualisasikan diri serta menambah jaringan pertemanan yang lebih luas.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Defenisi Konsep ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Konsep Gender ... 10

2.2 Gender dalam Perspektif Sosiologis ... 10

2.3 Postmodernisme ... 12

2.4 Kontruksi sosial ... 13

2.5 Komunitas ... 16


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 23

3.3.1 Unit Analisis ... 23

3.3.2 Informan ... 24

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 24

3.3.1 Tehnik pengumpulan data primer ... 24

3.3.2 Tehnik pengumpulan data sekunder ... 25

3.5 Interpretasi Data ... 26

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA ... 27

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27

4.1.1 Perkembangan Komunitas Motor di Kota Medan ... 29

4.2 Gambaran Umum Perkumpulan Ladies Matic Bikers ... 32

4.2.1 Mekanisme Penerimaan Anggota dalam PLATBK ... 38

4.2.2 Aktivitas PLATBK ... 45


(9)

4.3.1 Anggota PLATBK ... 50

4.3.2 Orang Tua Anggota PLATBK. ... 54

4.3.3 Masyarakat Sekitar ... 58

4.4 Faktor – faktor yang melatarbelangi pembentukan PLATBK ... 60

4.4.1 Tuntutan Mendapatkan Kesetaraan Gender dan Kebebasan berekspresi ... 60

4.4.2 Persamaan Hobi di antara anggota PLATBK ... 63

4.4.3 Menambah Jaringan Pertemanan ... 64

4.4.4 Kebutuhan Aktualisasi Diri ... 65

4.5 Peran PLATBK Terhadap Anggota ... 68

4.5.1 Membangun Solidaritas Antar Anggota PLATBK ... 68

4.5.2 Menumbuhkan Kepercayaan Diri Setiap Anggota ... 71

4.6 Peran PLATBK terhadap Masyarakat ... 72

4.6.2. Berperan dalam Pembentukan Perilaku Berkendara yang Aman bagi Masyarakat (Safety Riding) ... 72


(10)

4.7 Respon Masyarakat kota terhadap Komunitas motor

perempuan di perkotaan ... 74

4.7.1 Respon Positif Masyaraka...74

4.7.2 Respon Negative Masyarakat... 76

4.8 Kota memiliki Fasilitas yang mendukung ... 81

4.9 Bentuk Penerapan Postmodernisme dalam Kehidupan PLATBK ………... . 81

4.8.1 Perilaku sosial PLATBK sebagai Masyarakat Postmodern ……….. 81

4.8.2 Bentuk Kontruksi Sosial dalam Proses Pembentukan PLATBK………. 84

BAB V PENUTUP ... 87

5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Komunitas Motor di Kota Medan... 30

Tabel 4.2 Anggota PLATBK Berdasarkan Usia ... 35

Tabel 4.3 Anggota PLATBK Berdasarkan Pekerjaan... 36


(12)

ABSTRAK

Sebuah komunitas motor dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki hubungan khusus antara mereka, komunitas cenderung diidentifikasikan sebagai dasar atas kepemilikan atau identifikasi bersama diantara pekerja, tetangga, dan kelompok minat. Melalui komunitas, sekelompok orang berbagi nilai – nilai kognitif emosi dan material. Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori diantaranya teori gender, kontruksi sosial dan posmodern. Alasan digunakan teori ini adalah bahwa kelompok perempuan membentuk suatu komunitas motor karena didasari beberapa hal. Maka perlu dikaji melalui beberapa teori tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan metode pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian terletak

Di kawasan Mesjid Raya yang merupakan lokasi sekret dari komunitas ini. Hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi bahwasannya tujuan dari terbentuknya komunitas motor perempuan adalah adanya keinginan kesetaraan gender, persamaan hobi, keinginan mengaktualisasikan diri serta menambah jaringan pertemanan yang lebih luas.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan kapitalisme global yang semakin kuat telah menuntut sosio-kultur bangsa ini, khususnya di kota besar seperti Medan untuk terus membuat citra akan penampilan yang dianggap modern dan fashionable. Zaman sekarang gaya adalah segalanya, orang tidak lagi mementingkan nilai guna suatu barang. Namun, yang menjadi prioritas adalah status sosial dan prestise yang akan didapat dari barang tersebut. Gaya konsumerisme pun melebur antara kebutuhan dan keinginan, hal ini seperti yang terlihat dalam dunia style transportasi sekarang. Orang lebih suka menggunakan motor dengan style transportasi yang mewah daripada hanya menggunakan motor yang biasa.

Sepeda motor dengan berbagai macam modelnya telah membentuk identitas yang dianggap mewakili para penggunanya. Dari identitas yang berlandaskan atas kesamaan hobi inilah para pengguna sepeda motor membentuk komunitas motor. Hal itu lah yang menjadi pendorong berkembangnya berbagai macam komunitas dengan karakteristik atau ciri khas yang berbeda-beda. Menurut pandangan Soekanto (2003) dalam kehidupan masyarakat terdapat ikatan solidaritas antar individu, yang biasanya ditentukan oleh kesamaan-kesamaan dalam hal perasaan, adat istiadat, bahasa, norma-norma sosial, dan cara-cara hidup bersama pada umumnya yang dinamakan community sentiment atau perasaan komunitas. Sebuah komunitas motor dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki hubungan khusus antara mereka, komunitas cenderung diidentifikasikan sebagai dasar atas kepemilikan atau identifikasi bersama di antara pekerja,


(14)

tetangga, dan kelompok minat. Melalui komunitas, sekelompok orang berbagi nilai-nilai kognitif emosi dan material.

(http//www:digilib.UI.ac.id/apac/themes/libri2/detailjsp?id=126102&lokasi=loca) Berkembangnya komunitas motor di Indonesia merupakan hasil dari trend budaya global di dunia barat pasca Perang Dunia ke-II. Dari perkembangan budaya barat inilah muncul motor Harley Davidson yang merupakan ikon dari sebuah motor gede untuk pertama kalinya di dunia dan kemudian tumbuh dan berkembang di Indonesia dan merambat ke kota-kota besar baik di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan lainnya, maupun kota-kota besar yang ada diluar Pulau Jawa seperti Medan. Pada awalnya motor gede atau yang lebih populer dikenal dengan akronim moge, memang tidak bisa dipungkiri telah mewakili suatu komunitas masyarakat tertentu yang identik dengan golongan “kelas atas”. Perkembangan zaman, di era modern ini banyak muncul dan berkembang komunitas-komunitas motor yang beragam dan bertingkat sesuai dengan kategori dan variasi motor yang ada. Namun banyak pula bermunculan komunitas motor yang terdiri dari berbagai macam tipe motor dan merk motor, sepeti Honda, Yamaha, Kawasaki bahkan sampai yang Jadul (zaman dahulu atau kuno) seperti Vespa.

Di dalam masyarakat Indonesia, terdapat suatu anggapan yang bahwasanya dunia motor adalah ranah para pria bukan ranah bagi perempuan. Anggapan ini muncul karena di dalam dunia motor tindakannya harus menggunakan keterampilan dan memerlukan tenaga besar untuk dapat bekerja atau berinteraksi serta bersosialisasi denga orang lain. Maka dari itu, dunia motor diidentikkan dengan pria bukan dunia bagi perempuan. Namun, sekarang terjadi


(15)

pergeseran, bahwasanya dunia motor juga bisa dimasuki oleh perempuan. Hal ini awalnya terlihat pada perempuan yang bekerja sebagai mekanik atau motir di suatu bengkel. Lalu berlanjut kepada perempuan yang memiliki ketertarikan atau hobi hingga bergabung menjadi anggota komunitas motor. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi para perempuan tertarik untuk membentuk atau bergabung dalam suatu komunitas motor, alasan mendasar adalah ingin memiliki kesempatan yang sama dengan pria yang bisa mengeksplorasikan hobi di dunia otomotif dan juga ingin membuktikan bahwa komunitas motor yang selama ini citra buruk sebagai komunitas yang anarkis dapat dikurangi.

Komunitas motor berkembang dengan sangat maju di Indonesia, seperti komunitas Harley Davidson di Jakarta, Komunitas Motor Tiger Di Bandung dan lain sebagainya (eJournal Sosiatri,2014,2(2):108-123I SSN 0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id). Kota Medan tidak luput dari fenomena komunitas seperti ini. Adapun komunitas motor yang ada di Kota Medan adalah Honda CBR Club Medan, Yamaha Vixion Club Indonesia Chapter Medan, perkumpulan ladies matic bikers (PLATBK), serdadu matic club medan, dan lain sebagainya. Pertumbuhan dan perkembangan Komunitas Motor di Kota Medan mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini dibuktikan dengan tingginya minat masyarakat dan sudah menjadi gaya hidup untuk memiliki kendaraan roda dua yang efisien ini. Perkembangannya pun bervariasi mulai dari yang berbody besar seperti Tiger sampai yang Matic seperti Vario, Scoopy, Mio.

Salah satu komunitas motor yang paling Eksis di kota Medan adalah PLATBK (Perkumpulan Ladies Matic Biker). Komunitas ini merupakan komunitas motor pertama di Medan yang komposisi anggotanya semua adalah


(16)

kaum perempuan, awal berdirinya beranggotakan 18 perempuan yang terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda satu dengan yang lain ada para mahasiswa, pekerja kantoran sampai seorang guru paud juga ada. Akan tetapi setelah berjalan dua tahun komunitas ini menyisakan 13 orang anggota saja, ada banyak hal yang melatarbelakangi pengurangan anggota, hal ini juga yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dikarenakan meskipun anggota telah berkurang tetapi kegiatan tetap eksis dan tidak terpengaruh oleh anggota yang sedikit.

Komunitas ini sudah berjalan selama 2 tahun, dibentuk pada tanggal 06 juni 2013. PLATBK memiliki struktur organisasi dan Anggaran Dasar Aturan Rumah Tangga (ADART) yang jelas beserta peraturan yang mengikat para anggotanya. Para anggota PLATBK memiliki latar belakang orang tua dari berbagai pekerjaan yaitu terdiri dari Polisi, Buruh dan kapling. Munculnya komunitas motor perempuan dapat diartikan bahwa rekontruksi perempuan yang sifatnya feminim dan keibuaan dengan ranah domestik, tempat dominan mereka dan fenomena ini menggeser kearah prilaku maskulin dan keranah jalanan.

Mereka para kelompok perempuan memberanikan diri tampil ke masyarakat luas untuk menunjukkan eksistensinya khususnya di Kota Medan, hal itu terjadi karena sebuah alasan yaitu mereka bisa tampil seperti para pria dan mereka akan membuktikan bahwa komunitas motor tidak seperti yang diopinikan oleh masyarakat luas. Akan tetapi pada kenyataannya para perempuan ini tidak mudah melakukan atau berbuat hal seperti demikian, khususnya di Kota Medan sendiri yang masyarakatnya sangat memegang sistem patriarki dan memiliki pemikiran bahwa urusan motor adalah urusan laki-laki dan itu bersifat anarkis,


(17)

oleh karena itu para perempuan tidak mudah ketika berada pada komunitas motor tersebut. Dalam mengatasi segala permasalahan tersebut maka komunitas motor perempuan ini membentuk banyak bidang yang menjadi konsentrasi dari seorang penghobi, tidak hanya sekedar untuk balapan atau membuat keributan saja dijalanan melainkan dapat melakukan tindakan sosial seperti bantuan sosial atau gerakan sosial lainnya dengan memanfaatkan jaringan komunitas antar motor yang lebih luas.

Penelitian terdahulu Gaya Hidup Komunitas Motor Jupiter Di Surabaya. Hasil penelitiannya Gaya Hidup (lifestyle) komunitas motor jupiter di Surabaya (IJS) memiliki jenis gaya hidup yang berbeda-beda. Ada gaya hidup aktif atau militan dan gaya hidup tidak aktif atau non-militan. Gaya Hidup Aktif yang dimaksud adalah gaya hidup yang dimiliki karena sangat aktif dan tidak pernah melewati perkembangan apapun dalam komunitas IJS. Ada berbagai macam gaya hidup yang dimiliki oleh subjek penelitian yang memiliki gaya hidup aktif atau militan dalam komunitas IJS yaitu gaya hidup touring, gaya hidup modifikasi motor, gaya hidup jaringan sosial, dan gaya hidup minuman keras dan ganja. Suatu komunitas apapun pasti memiliki anggota yang militan maupun non militan atau yang aktif dengan yang tidak aktif. Dalam komunitas IJS juga memiliki anggota dengan gaya hidup tidak aktif atau non-militan. (http://ejournal.unesa.ac.id/article/8945/39/article.pdf)

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mendalami lebih dalam tentang “Eksistensi Perempuan Di Dalam Sebuah Komunitas Motor di Kota Medan”. Fokus penelitian ini melihat apa yang melatarbelakangi perempuan membentuk komunitas motor, bagaimana aktivitas mereka di dalam komunitas


(18)

tersebut dan bagaimana respon masyarakat terhadap komunitas motor perempuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa yang melatarbelakangi perempuan membentuk Perkumpulan ladies matic bikers?

2. Bagaimana peran Perkumpulan ladies matic bikers terhadap anggotanya dan masyarakat?

3. Bagaimana respon masyarakat di lingkungan sekitar Perkumpulan ladies matic bikers?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian pada dasarnya tujuan penelitian memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai penelitian. Berdasarkan adanya keinginan penulis untuk memperoleh data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan pada perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang kenapa perempuan membentuk Perkumpulan ladies matic bikers.

2. Untuk mengetahui peran Perkumpulan ladies matic bikers terhadap anggotanya dan masyarakat.


(19)

3. Untuk mengetahui respon masyarakat di lingkungan sekitar Perkumpulan ladies matic bikers.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat merupakan sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian sudah selesai ditulis. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah kajian ilmiah bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Sosiologi serta dapat memberikan kontribusi bagi ilmu sosiologi, khususnya Sosiologi Postmodern dan Sosiologi Perkotaan.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Anggota Komunitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tinjauan terhadap komunitas mereka agar menjadi lebih baik lagi serta menambah wawasan dari setiap anggota komunitas mengenai bagaimana peran mereka di dalam komunitas maupun di luar komunitas.

2. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami dan menerima keberadaan komunitas motor perempuan di lingkungan mereka.

3. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan kepada pemerintah dalam membuat dan menetapkan peraturan


(20)

mengenai komunitas motor sehingga tidak ada pihak yang akan merasa dirugikan.

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi abstrak mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Moleong, 1997). Di samping mempermudah dan memfokuskan penelitian konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindaklanjuti penelitian tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain :

1. Komunitas

Komunitas merupakan sekelompok organisme yang hidup dan saling berinteraksi di daerah tertentu. Dalam pengertian yang lebih luas lagi komunitas dapat diartikan sebagai masyarakat. Dalam penelitian ini komunitas yang dimaksud adalah para kelompok perempuan yang memiliki hobi mengendarai sepeda motor.

2. Komunitas Sepeda Motor

Komunitas sepeda motor merupakan bentuk kelompok pengguna sepeda motor, yang terbentuk atas kesamaan ketertarikan dan hobi yang sama juga memiliki visi misi yang sama. Untuk menunjukkan identitasnya pada masyarakat biasanya suatu komunitas motor menggunakan atribut-atribut tertentu atau aksesoris yang dipasangkan pada sepeda motor anggota komunitas, yang menunjukkan bahwasanya mereka adalah berasal dari satu komunitas tertentu.


(21)

3. Lady Bikers

Memang terasa asing di telinga masyarakat kita, hal ini wajar karena istilah tersebut berasal dari bahasa Inggris yang secara harfiah berarti pengendara wanita. Jika kita lihat dari definisi bikers sendiri adalah seorang pengendara kendaraan roda dua (sepeda motor). Di masyarakat kita bikers adalah seseorang yang memiliki hobi dan ketertarikan di dunia sepeda motor yang biasanya tergabung dalam suatu komunitas motor, yang lebih sering disebut dengan anak motor oleh masyarakat kita.

4. Prilaku Komunitas Motor

Prilaku komunitas motor adalah sikap dan tindakan komunitas motor dalam menunjukkan identitas serta berinteraksi dengan komunitas motor lainnya. 5. Eksistensi perempuan

Eksistensi diartikan sebagai keberadaan. Eksistensi menjelaskan tentang penilaian ada atau tidak adanya pengaruh terhadap keberadaan seseorang tersebut. Apabila orang lain menganggap kita mempunyai sebuah eksistensi, maka keberadaan kita sudah dianggap dan dapat diperhitungkan oleh orang-orang di sekeliling kita. Eksistensi perempuan yaitu keberadaan perempuan yang memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan sekitarnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender

Konsep seks dan konsep gender sangat berbeda, dimana konsep seks memiliki pengertian yaitu jenis kelamin yang merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Seks atau jenis kelamin secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Berbeda dengan seks, gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dibentuk, disosialiasikan, diperkuat, bahkan dikontruksikan secara sosial atau kultur, melalui ajaran keagamaan maupun negara. Konsep gender menyangkut semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah baik dari waktu ke waktu, dari suatu tempat ke tempat lainnya, maupun dari suatu kelas ke kelas lainnya.

2.2 Gender dalam Perspektif Sosiologis

Dalam Women’s Studies Encyclopedia menjelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, prilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Hillary M. Lips dalam bukunya yang terkenal Sex And Gender: An Introduction mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (cultural expectations for woman and men). Membahas permasalahan gender berarti membahas permasalahan perempuan dan juga laki-laki dalam kehidupan masyarakat. Dalam


(23)

pembahasan mengenai gender, termasuk kesetaraan dan keadilan gender dikenal adanya dua aliran atau teori yaitu teori nurture dan teori nature. Namun demikian dapat pula dikembangkan satu konsep teori yang diilhami dari dua konsep teori tersebut yang merupakan kompromistis atau keseimbangan yang disebut dengan teori equilibrium.

Diantara kedua aliran tersebut terdapat kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dengan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerja sama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, maka dalam setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan peran perempuan dan laki-laki secara seimbang.

Hubungan diantara kedua elemen tersebut bukan saling bertentangan tetapi hubungan komplementer guna saling melengkapi satu sama lain. R.H. Tawney menyebutkan bahwa keragaman peran apakah karena faktor biologis, etnis, aspirasi, minat, pilihan, atau budaya pada hakikatnya adalah realita kehidupan manusia. Hubungan laki-laki dan perempuan bukan dilandasi konflik dikotomis, bukan pula struktural fungsional, tetapi lebih dilandasi kebutuhan kebersamaan guna membangun kemitraan yang hamonis, karena setiap pihak memiliki kelebihan sekaligus kelemahan yang perlu diisi dan dilengkapi pihak lain dalam kerjasama yang setara.

Dalam penelitian ini teori yang sesuai adalah equilibrium, hal ini dikarenakan teori ini menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan


(24)

dalam hubungan antara perempuan dengan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerja sama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, maka dalam setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan peran perempuan dan laki-laki secara seimbang.

2.3 Postmodernisme

Postmodernisme pada awalnya lahir sebagai reaksi kritis dan reflektif terhadap paradigma modernisme yang dipandang gagal menuntaskan proyek pencerahan dan menyebabkan munculnya berbagai patologi modernitas. Menurut Pauline M. Rosenau (dalam Ritzer G, 2010) kajiannya mengenai postmodernisme dan ilmu-ilmu sosial, mencatat setidaknya lima alasan penting gugatan postmodernisme terhadap modernisme. Pertama, modernisme dipandang gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan ke arah masa depan kehidupan yang lebih baik sebagaimana diharapkan oleh para pendukungnya. Kedua, ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan otoritas keilmuan demi kepentingan kekuasaan. Ketiga, terdapat banyak kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmu-ilmu modern. Keempat, ada semacam keyakinan bahwa ilmu pengetahuan modern mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi manusia. Namun ternyata keyakinan ini keliru dengan munculnya berbagai patologi sosial. Kelima, ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan metafisis manusia karena terlalu menekankan atribut fisik individu.


(25)

Dengan latar belakang demikian, modernisme mulai kehilangan landasan praksisnya untuk memenuhi janji-janji emansipatoris yang dahulu lantang disuarakannya. Modernisme yang dulu diagung-agungkan sebagai pembebas manusia dari belenggu mitos dan berhala kebudayaan abad pertengahan yang menindas, kini terbukti justru membelenggu manusia dengan mitos-mitos dan berhala-berhala baru yang bahkan lebih menindas dan memperbudak. Masyarakat kita berada dalam pergolakan dan pergeseran kebudayaan. Seperti proyek bangunan Pruitt-Igoe, pemikiran dan kebudayaan modernisme sedang hancur berkeping-keping. Ketika modernisme mati di sekeliling kita, kita sedang memasuki sebuah era baru-postmodern. Fenomena postmodern mencakup banyak dimensi dari masyarakat kontemporer.

Pada intinya, postmodern adalah suasana intelektual atau "isme"-postmodernisme. Pemahaman modern menghubungkan kebenaran dengan rasio sehingga rasio dan logika menjadi tolak ukur kebenaran. Kaum postmodern meragukan konsep kebenaran universal yang dibuktikan melalui usaha-usaha rasio. Mereka tidak mau menjadi rasio sebagai tolak ukur kebenaran. Postmodern mencari sesuatu yang lebih tinggi dari pada rasio.

2.4 Kontruksi Sosial

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial yang digagas Peter L. Berger dan Thomas Luckmann (dalam Ritzer, 2009) yang memiliki tiga dialektika yang tidak dapat terpisahkan yakni eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial. Paradigma definisi sosial adalah salah satu aspek yang sangat khusus dari karya Max Weber. Yakni dalam analisisnya tentang tindakan


(26)

sosial (social action). Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat diterangkan melalui tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu di mana ketika ia mengambil manfaat dari tindakannya akan memberikan perbedaan makna kepada tindakan itu sendiri dalam perjalanan waktu.

Berger dan Luckman (dalam Bungin, 2008:14) mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan. Berger menyebutnya sebagai momen. Ada tiga tahap peristiwa yakni :

1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.

2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan


(27)

realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris.

3. Internalisasi, merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.


(28)

2.5 Komunitas

Soekanto mengemukakan “kelompok sosial atau social group merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan dan timbal balik di antara mereka” (Soekanto, 1975:94). Namun himpunan manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial jika di dalamnya terdapat kesadaran kelompok, hubungan timbal balik antara anggota dan kepentingan bersama (Soekanto 1975:94). Menurut Soekanto, kelompok sosial merupakan kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong.

2.5.1 Faktor Pembentukan Komunitas

Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.

a. Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin


(29)

mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.

b. Kesamaan

Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.

Komunitas merupakan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas itu sendiri adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat setempat ini adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat (Soekanto 1975:117).

Bungin dalam (Bungin 2008:29) menerjemahkan komunitas atau community sebagai masyarakat yang hidup bersama. Lebih jelasnya, Bungin menjelaskan bahwa :

“komunitas merupakan masyarakat yang telah hidup dan telah bekerja cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan


(30)

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Lebih jauh lagi beliau menjelaskan hubungan yang cukup lama di antara mereka, kemudian melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan. Hubungan tersebut kemudian melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan, penilaian, dan sebagainya. Kemudian hubungan tersebut lebih jauh lagi akan menghasilkan sistem-sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan mereka, sehingga memunculkan kebudayaan yang mengikat satu sama lain”.

Definisi Soekanto dan Bungin menunjukkan bahwa di dalam suatu komunitas memiliki kesamaan terkait dengan komunitasnya tersebut. Selain itu, terdapat interaksi sosial di antara mereka, yang mana interaksi tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu. Artinya, interaksi di antara anggota jauh lebih besar dibandingkan dengan interaksi di luar batas-batas tersebut. Lokalitas yang dimaksud oleh Soekanto sebagai dasar dari komunitas atau masyarakat setempat adalah tempat tinggal atau wilayah tertentu. Meskipun dalam sebuah masyarakat yang individunya sebagian besar adalah pengembara, tentunya ada saat-saat tertentu ketika mereka berkumpul, sebagai contoh adalah ketika akan menyelenggarakan upacara-upacara tradisional.

Masyarakat yang memiliki tempat tinggal yang tetap atau permanen, biasanya memiliki ikatan yang kuat karena faktor demografis tersebut. Namun, pada perkembangan masyarakat modern saat ini, ikatan karena faktor kesatuan tempat tinggal dirasakan berkurang sebagai akibat dari perkembangan teknologi, sarana dan prasarana transportasi atau perhubungan. Namun sebaliknya, hal tersebut memperluas wilayah pengaruh ikatan masyarakat setempat yang bersangkutan. Dengan kata lain, masyarakat setempat atau komunitas berfungsi sebagai ikatan untuk menggarisbawahi hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu demografis wilayah geografis.


(31)

Soekanto dalam (Soekanto 1975:118) menjelaskan bahwa faktor kesatuan tempat tinggal tidak cukup untuk mengidentifikasi suatu komunitas. Di samping itu, harus ada perasaan di antara anggota-anggotanya bahwa mereka saling membutuhkan dan bahwa tanah yang mereka tinggali memberi kehidupan bagi mereka semua. Soekanto menyebut hal ini dengan istilah community sentiment. Yang di dalamnya mencakup unsur-unsur sentiment komunitas yakni: seperasa, sepenanggungan, dan saling memerlukan.

Dari uraian tentang pengertian komunitas di atas, penulis menggambarkan bahwa interaksi sosial dalam sebuah komunitas atau suatu kelompok sosial tertentu dilandasi atas kesamaan dan kebersamaan individu-individu di dalamnya. Kesamaan yang dimiliki oleh individu-individu terkait dengan komunitasnya yang mencakup aspek psikologis, dan sebagainya. Dan kebersamaan yang terkait dengan adanya kehidupan bersama yang dijalani maupun telah dijalani dalam kurun waktu yang cukup lama, yang melibatkan interaksi antar individu di dalamnya. Kebersamaan yang dibangun dianggap sebagai suatu tali persaudaraan serta kekeluargaan antara sesama anggota dengan anggota yang lainnya. Kumpul-kumpul setiap hari atau pada saat ada agenda.

Komunitas sepeda motor merupakan sekumpulan orang yang memiliki minat dan ikatan emosional sebagai sesama pecinta sepeda motor. Sebagai sebuah perkumpulan yang bersifat positif, komunitas sepeda motor merupakan kumpulan orang atau individu dengan kecintaan pada jenis sepeda motor yang sama, yang ikatan emosional antar sesama pencinta motor. Dengan kata lain, komunitas sepeda motor adalah perkumpulan individu pencinta sepeda motor yang memiliki kesamaan hobi dan tujuan sehingga membentuk identitas tersendiri. Untuk


(32)

menunjukkan identitas komunitas mereka pada masyarakat biasanya suatu komunitas motor menggunakan atribut-atribut tertentu yang dipasangkan pada sepeda motor anggota komunitas, yang menjadi penanda bahwa mereka berasal dari satu komunitas tertentu.

Tergabungnya mereka dalam komunitas kemudian melahirkan ide-ide kreatif tentang kegiatan-kegiatan dalam mengisi keseharian para anggota sepeda motor, mulai dari kegiatan yang dilaksakan tiap minggu secara rutin sampai kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengajak masyarakat untuk menerapkan safety riding dan smart riding dijalan guna menciptakan keamanan dan ketertiban dalam berkendara dan berlalulintas. Dalam hal ini ada beberapa karakteristik komunitas secara sosiologi tentang community and cities incompatible dalam (cities and communities: 496) sebagai berikut :

1. Common situasion

Orang-orang yang hidup bersama akan berbagi hal-hal yang mengikat bersama bisa berdasarkan tempat tinggal, status sosial, etnis, agama dan lainnya.

2. Common activities

Mereka bersama dalam setiap hubungan, ketertarikan pada hal-hal yang sama contohnya dalam politik, olahraga karena disitu terdapat aktifitas yang membuat mereka saling bertemu.

3. Collective action

Kepentingan bersama untuk mencapai sesuatu aksi yang mengikat kebersamaan untuk memperbaiki kepentingan bersama. Contohnya aksi solidaritas sinabung.


(33)

Berbagi identitas, bersifat emosional contohnya identitas bendera merah putih untuk bangsa Indonesia.

Komunitas kota lebih berorientasi kepada hal-hal yang bersifat material dan rasional bukan lagi menggunakan nilai “relation oriented” dalam berhubungan. Karena banyaknya dan bervariasinya tuntutan dalam bertingkah laku dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang berorientasi pada (goal) dan pencapaian (achievement) maka gaya hidup masyarakat kota lebih diarahkan pada penampilan fisik dan kualitas fisik sehingga tampak civilized. Menurut Herbert Gans (1968) dalam (cities and communities: 494) ada 5 bentuk kehidupan di kota:

1. The cosmopolitan : orang-orang yang tinggal di kota terdiri dari pelajar, intelektual, entertain, penyanyi dan mereka merasa mendapat keberuntungan dan menambah rasa percaya diri.

2. The single : anak-anak muda yang belum menikah dan datang ke kota untuk mencari pekerjaan dan memanfaatkan kota sebagai pusat bisnis, hiburan dan mereka hanya tinggal sementara di kota

3. Ethnic village : mereka diikat oleh kesatuan etnis hidup dalam satu ikatan yang kuat dan cara hidup mereka mengikuti kehidupan mereka di desa.

4. The deprived : lingkungan hidup tempat orang-orang sakit jiwa/patologi sosial misalnya pendidikan rendah, tidak memiliki skill dan membentuk urban jungle selalu mengalami kekerasan dan kriminalitas.


(34)

5. The trapped : mereka adalah orang yang terperangkap dan tidak dapat melepaskan diri mereka, yaitu para pecandu dan orang-orang yang mobilitasnya turun karena bangkrut.


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan penelitian yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dan diamati dan juga untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.

Bogdan mendefinisikan studi kasus adalah sebuah kajian yang rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu. Jadi penelitian ini mempelajari secara intensif latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu kelompok, lembaga atau masyarakat (Idrus, 2009).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, tepatnya di wilayah sekitar Mesjid Raya dan parkiran polonia. Wilayah ini dijadikan sebagai lokasi penelitian karena di Kota Medan sendiri hanya wilayah ini yang menjadi tempat berkumpulnya komunitas – komunitas motor termasuk PLATBK

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Salah satu ciri atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut dengan “Unit Of Analisis”. Ada dua jumlah unit yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu individu,


(36)

kelompok dan sosial. Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah para perempuan yang menjadi anggota komunitas motor tersebut dan keluarga dan masyarakat dimana mereka bertempat.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian yang merupakan sumber informasi yang aktual dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposive Sampling untuk menentukan subjek penelitian. Teknik purposive Sampling digunakan jika dalam pemilihan informan peneliti menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sehingga peneliti menentukan beberapa kriteria informan (Idrus, 2009). Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah :

1. Anggota aktif PLATBK yang telah menjadi anggota minimal 6 bulan. 2. Orang tua dari anggota PLATBK yang tinggal di Kota Medan.

3. Masyarakat yang mengetahui tentang PLATBK dan tinggal sekitaran rumah para anggota PLATBK.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang peneliti dapat langsung di lapangan. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu:


(37)

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera sebagai alat untuk melakukan pengamatan. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan langsung (Bungin, 2007:115).

2. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian dan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu pengumpulan data yang berasal dari buku-buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta materi-materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dalam melaksanakan studi pustaka, peneliti melakukan penelurusan sumber-sumber tulisan seperti buku, majalah, dokumentasi, jurnal, peraturan-peraturan, sumber elektronik, sumber online, dan sebagainya. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai teori-teori dan kajian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.


(38)

3.5 Interpretasi Data

Bogdan dan Biklen (Moleong, 2006) dikutip dalam skripsi Novi Khairani tahun 2010 menjelaskan interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Dalam proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dengan observasi, dan wawancara dan pengamatan tulisan yang dicatat di lapangan serta dokumen yang telah diperoleh. Setelah data terkumpul, dilakukan analisa data. Interprestasi data merupakan tahap penyederhanaan data, setelah data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul. Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan diinterprestasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka, sampai pada akhirnya sebagai laporan penelitian serta data tersebut akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan sebagainya, selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik.


(39)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Kota Medan sendiri sejak didirikan oleh Guru Patimpus hingga sekarang telah banyak mengalami perkembangan yang sangat baik dan cepat. Saat ini Kota Medan dikategorikan sebagai kota yang modern, dikarenakan perkembangan yang luar biasa dari berbagai bidang diantaranya perekonomian yang terus meningkat dengan munculnya berbagai kegiatan ekonomi seperti perhotelan, pusat pusat perbelanjaan wisata dan sebagainya. Dalam hal teknologi juga semakin canggih dimana para anak muda kota medan sangat kreatif dengan seringnya memodifikasi alat-alat teknologi dengan kendaraan yang mereka miliki sehingga hasil kreatifitas mereka juga dapat di perhitungkan ditingkat nasional bahkan internasional.

Kota Medan sendiri terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan, dari sekian banyak kecamatan yang menjadi pusatnya Kota Medan adalah Kecamatan Medan Maimun. Hal ini dikarenakan banyak peninggalan sejarah Kota Medan terdapat disini diantaranya ada Istana Maimun, Perpustakaan daerah, Mesjid Raya serta banyaknya tempat para anak muda untuk menyalurkan hobinya dari mulai kegiatan seni, pendidikan hingga komunitas motor.


(40)

Kecamatan Medan Maimun yang menjadi central atau pusat dari kecamatan ini adalah lokasi Mesjid Raya, Istana Maimun dan Perpustakaan Daerah.

Gambar 4.1 Lokasi Medan Maimun

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa hal ini lah yang menjadikan lokasi Kota Medan khususnya Kecamatan Medan Maimun menjadi lokasi penelitian skripsi penulis tentang komunitas motor, hal dikarenakan banyak terdapat tempat-tempat para anak muda untuk berkumpul yang menyalurkan hobinya disekitaran lokasi ini baik kalangan anak muda laki-laki maupun perempuan.


(41)

4.1.1 Perkembangan Komunitas Sepeda Motor di Medan

Komunitas sepeda motor merupakan sekumpulan orang yang memiliki minat dan ikatan emosional sebagai sesama pecinta sepeda motor. Di Kota Medan ada beberapa komunitas dengan bermacam-macam nama, dalam satu komunitas ada yang memiliki kesamaan merk sepeda motor dan ada pula yang merupakan gabungan dari berbagai merk sepeda motor. Dalam komunitas sepeda motor yang ada di Medan, semua anggota yang telah tergabung secara resmi memiliki hak yang sama serta perlakuan yang sama. Kebersamaan yang mereka jalin tidak memiliki batas dalam artian tidak melihat latar belakang anggotanya. Kebersamaan yang dibangun dianggap sebagai suatu tali persaudaraan serta kekeluargaan antara sesama anggota.

Komunitas Sepeda Motor sangat beragam di Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti melalui pengamatan langsung serta wawancara dengan para komunitas motor yang ada di Kota Medan terdapat beberapa komunitas motor yang memiliki satu tipe motor dan berbagai jenis tipe. Semakin banyaknya produk-produk yang muncul dari pihak produksi akan memicu munculnya komunitas motor yang baru. Seperti produk baru yang sedang diluncurkan Yamaha sendiri yakni Jupiter Z1, X-Ride, Mio GT, Mio J, Vega, Scorpio, Seon, Bison dan beberapa produk yang lainnya. Begitu juga dengan produk dari Suzuki, Honda, Kawasaki, ada beberapa komunitas yang terbentuk dengan merk tersebut.

Di Kota Medan sendiri terdapat beberapa komunitas yang memiliki tipe varian motor atau komunitas campuran, tetapi setiap komunitas saat ini cenderung membentuk komunitas dikarenakan kesamaan hobi dan kesamaan jenis sepeda


(42)

motor, misal seperti komunitas Vespa maka semua anggota memiliki sepeda motor Vespa, selain itu ada juga komunitas Motor Matic, maka semua anggota memiliki sepeda motor jenis matic.

Berdasarkan hal tersebut, berikut data komunitas motor yang ada di Kota Medan berdasarkan data yang dimiliki oleh komunitas PLATBK tahun 2014. Dari data yang diperoleh oleh peneliti ini dapat dilihat bahwa banyak anak muda para penerus generasi yang memiliki hobi bermotor tetapi tidak bersifat negatif, melainkan banyak kegiatan mereka yang bersifat positif.

Tabel 4.1

Data Komunitas Motor di Kota Medan

No. Nama Club Motor Jenis Motor

1 MVC (Motorcycle Variasi Komuniti) Semua jenis motor

2

YRFI (Yamaha Fider Federation Indonesia) Cabang Medan

Semua jenis motor Yamaha

3 SHB (Sumut Honda Bikers) Semua jenis motor Honda 4 Club motor R series Owners brotherhood Ninja R

5 Combe (community Medan Bikers) Semua jenis motor 6 Yamaha scorpio club Indonesia Cab.Medan Yamaha Scorpio 7 Club Motor Herly Davidson Motor Herly Davidson 8 Komunitas Vespa Medan Jenis Motor Vespa 9 Yamaha Mio Club Cab.Medan Yamaha Mio

10 PLATBK (Perkumpulan ladies matic bikers) Semua Jenis motor matic 11 SFM(Scorpio Family Medan) Semua Jenis motor scorpio Sumber : Data PLATBK 2014


(43)

Banyaknya komunitas yang muncul saat ini di Kota Medan telah membuktikan bahwa generasi muda telah banyak mengaktualisasikan dirinya berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. Setiap komunitas yang terbentuk memiliki beberapa karakteristik yang berbeda. Dalam hal ini ada beberapa karakteristik komunitas secara sosiologi tentang community and cities incompatible dalam (cities and communities: 496) yang telah dibahas dalam tinjauan pustaka, dalam hal ini yang menjadi karakteristik dari komunitas PLATBK adalah Common activities.

Common Activities merupakan karakteristik yang didasarkan pada ketertarikan pada hal yang sama, dalam karakteristik ini mereka bersama dalam setiap hubungan, ketertarikan pada hal-hal yang sama contohnya dalam politik, olahraga karena disitu terdapat aktifitas yang membuat mereka saling bertemu. Dari ketertarikan yang sama pada motor matic sehingga membuat mereka membentuk komunitas ini agar semakin dapat mengekspresikan diri mereka secara tepat dengan wadah yang tepat pula.

Dalam hal untuk mengekspresikan diri tidak semua perempuan muda bisa melakukannya. Hanya mereka yang berada di kota yang bisa melakukan hal ini dikarenakan kehidupan di kota telah memberikan nilai kebebasan pada setiap individu yang berada dikota. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Herbert Gans (1968) dalam (cities and communities: 494) ada beberapa bentuk kehidupan di kota yang berdasarkan latar belakang dari masing-masing individu. Diantaranya yang sesuai dengan latar belakang dari PLATBK adalah bentuk The cosmopolitan.

Dalam bentuk The cosmopolitan Orang-orang yang tinggal di kota terdiri dari pelajar, intelektual, entertain, penyanyi dan mereka merasa mendapat


(44)

keberuntungan dan menambah rasa percaya diri. PLATBK Mereka membentuk komunitasnya tanpa meninggalkan latar belakang pendidikan mereka. Hal ini sesuai dengan penuturan yang disampaikan oleh para informan saat wawancara: Bimbie :

Kami ini semuanya latar belakangnya pelajar kk, ada yang sudah tamat dan ada yang belum, kami merasa pendidikan itu segalanya kak, jadi meskipun kami tergabung dalam komunitas ini ya kami tetap mementingkan sekolah kami. Makanya kami kalau membuat acara selalu di hari libur dan malam hari. Karena kami tidak mau mengganggu aktifitas kami. Dengan status kami sebagai pelajar membuat kami lebih dihargai dan kami lebih percaya diri juga.

4.2 Gambaran umum Perkumpulan Ladies Matic Bikers (PLATBK)

Komunitas Ladies Matic Bikers adalah komunitas motor perempuan pertama yang ada di Kota Medan, komunitas ini terbentuk sejak 06 Juni 2013 hingga saat ini. Terbentuknya komunitas ini didasari dari kesamaan hobi tour dengan menggunakan motor matic dan sekaligus keinginan merubah persepsi masyarakat bahwa hanya laki-laki yang selalu ikut dalam komunitas motor dan jarang sekali ada kaum perempuan. PLATBK sejak terbentuk pada tanggal 6 Juni 2013 diketuai oleh khusnul khatimah yang dibina oleh komunitas motor FMC (Federation Mx Club) Padang Bapak Erick poli dan penasehat RUSC (Revolution Underbone Satria Fu Club) Medan Abangda Dani silean. Untuk mengurus izin ke pihak berwajib mereka hanya melapor ke orang tua Imek seperti ungkapan dari bimbie selaku humas dari PLATBK :

Kami kak ga ada ikut paguyuban apapun seperti SHB (Sumut Honda Bikers) atau BMP (Badan Mitra Polri) kami tunggal kk yang di bawah naungan BMP itu Pembina sama penasehat kami aja kk, nah masalah izin komunitas kami kk, kami Cuma baca AD/RT kami di depan pak yudi bapaknya imek karna bapaknya imek polisi kk jadi kami ga perlu bayar. Kalau ngurus kayak gini kk biayanya mahal kk untung orangtua imek polisi jadi kami ga perlu repot-repot ngeluarin biaya.


(45)

PLATBK sendiri awal mula berdiri berjumlah 18 anggota, dengan berjalannya waktu diawal tahun pertama ada perubahan jumlah anggota dikarenakan pengunduran diri dan tidak memperoleh izin orang tua. Mereka yang mengundurkan diri menurut keterangan yang diperoleh penulis ketika melakukan wawancara langsung kepada pengurus PLATBK bahwa adanya konflik antar anggota dikarenakan permasalahan pribadi, serta adanya pola pikir orang tua yang masih menganggap bahwa komunitas motor itu negatif dampaknya dan cenderung merupakan hobi para kaum laki-laki. Oleh karena itu, saat ini jumlah anggota dari PLATBK hanya berjumlah 13 orang. Meskipun jumlah mereka saat ini berkurang tetapi tidak mempengaruhi eksistensi dari komunitas ini di depan komunitas yang lain. Mereka masih terus sering melakukan kegiatan, baik itu kegiatan mingguan maupun kegiatan musiman seperti ketika ada bencana alam hingga saat sekarang Juni 2015 usia komunitas ini sudah dua tahun.

Gambar 4.2

Perayaan 2 tahun usia PLATBK dan dihadiri oleh para bikers yang lain

4.1.1. Keanggotaan Komunitas Sepeda Motor PLATBK

Di Kota Medan, komunitas motor memiliki anggota masing-masing kurang lebih sekitar 10-50 anggota. Terdiri dari berbagai latar belakang yang


(46)

berbeda pula. Prioritas dan syarat utama bagi calon anggota yakni kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM C) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) serta kendaraan. Seperti ungkapan dari Sari Putri selaku sekjen dari PLATBK “yang penting mereka punya motor matic, memiliki SIM dan STNK bias bergabung disini”. Menurut sekretaris PLATBK setiap yang ingin tergabung dalam komunitas sepeda motor harus memenuhi beberapa syarat tertentu.

Syarat yang mendasar adalah calon anggota baru minimal telah berusia 17 tahun ke atas, SIM dan STNK memiliki sepeda motor standar memenuhi syarat tertib lalu lintas, menandatangani formulir calon anggota dan mengikuti ospek yang bersifat pengkaderan biasa dilakukan menginap. Sebelum tergabung atau menjadi salah satu anggota resmi dari komunitas motor, ada beberapa persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh calon anggota, yakni seorang wanita minimal berusia 17 tahun, memiliki SIM C, STNK dan memiliki kendaraan matic. Syarat ini tercantum dalam AD/ART PLATBK, hal ini juga mengacu pada UU no 22 tahun 2009 pasal 77 tentang syarat kepemilikan SIM.

Menurut UU yang berlaku tentang kepemilikan SIM C minimal berusia 17 tahun. Dalam melengkapi administrasi anggota kebanyakan komunitas diwajibkan untuk memiliki SIM agar dalam mengendarai sepeda motor tetap mematuhi aturan yang ada. Tidak hanya dianggap mematuhi peraturan tetapi juga dapat membuktikan kepada masyarakat luas bahwa tidak selamanya komunitas motor itu bersifat negatif dan cenderung ilegal tanpa memiliki surat-surat yang lengkap dan aman.


(47)

Gambar 4.3

Foto PLATBK dengan Peneliti Selesai Wawancara

Melihat gambar 4.3, dapat dilihat dalam komunitas PLATBK yang menjadi syarat umum dan utama yaitu berusia 17 tahun ke atas sehingga dapat mengurus surat izin dalam mengemudi bukan anggota yang masih di bawah umur yang tidak dapat izin mengemudi. Hal ini diterapkan oleh para pengurus PLATBK karena mereka sendiri merasa sudah saatnya menerapkan berkendara yang aman dijalan raya agar dapat dicontoh oleh masyarakat sekitar juga. Mengingat bahwa anggota dari komunitas PLATBK adalah anak muda yang memiliki pendidikan tinggi yang tentu mengerti akan peraturan lalu lintas yang ada.

Tabel 4.2

Anggota PLATBK berdasarkan usia

No. Usia Jumlah Persentase (%)

1. 15 – 20 Tahun 5 38,46

2. 21 – 25 Tahun 8 61,53

3. 26 – 30 Tahun - -

Jumlah 13 100


(48)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat kita lihat bahwa usia anggota PLATBK yang berusia 21-25 tahun yaitu 8 orang dengan persentase 61,53%. Sedangkan yang berusia 15- 20 tahun hanya 5 orang dengan persentase 38,46%. Dengan demikian berdasarkan data di atas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa mayoritas anggota dari PLATBK berusia 21-25 tahun yang usia ini termasuk usia yang produktif untuk dunia kerja dan memiliki kreatifitas yang sangat luas.

Oleh karena didominasi oleh perempuan-perempuan muda yang memiliki jiwa yang kuat dan rasa ingin tahu yang kuat juga maka anggota komunitas PLATBK sangat mudah sekali berinteraksi dengan komunitas motor lain yang ada di Kota Medan sejak lama apalagi ini merupakan komunitas perempuan pertama sehingga mendapat pusat perhatian dari komunitas motor yang lain meskipun usia komunitas ini baru genap 2 tahun pada 06 juni yang lalu.

Tabel 4.3

Anggota PLATBK berdasarkan Pekerjaan

No. Jenis pekerjaan Jumlah Persentase(%)

1. Karyawan swasta 6 46.15

2. Mahasiswa 6 46.15

3. Mahasiswa dan bekerja 1 7.69

Jumlah 13 100

Sumber: Data PLATBK 2015

Berdasarkan tabel 4.3 dapat kita lihat pekerjaan anggota PLATBK sebagai karyawan swasta berjumlah enam orang dengan persentase 46.15% dengan jenis pekerjaan Guru Paud, Asisten Fotografer, SPG, Buruh Pabrik, Admin Proyek, dan Bagian Keuangan. Sedangkan sebanyak 46.15% juga saat ini berstatus mahasiswa, dan sebanyak satu orang dengan persentase 7.69%, ia berstatus mahasiswa dan bekerja di bagian administrasi di RS Mitra Sejati.


(49)

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas anggota dari PLATBK berstatus sebagai karyawan swasta dan mahasiswa. Dapat dilihat dengan usia yang sangat muda dengan jiwa sebagai mahasiswa maka tidak heran bisa hadir dan muncul komunitas motor perempuan. Hal ini didasari dari perubahan pola pikir yang diterima oleh para kaum perempuan muda saat ini tentang kesamaan dan kesetaraan dengan kaum laki-laki. Tidak hanya sampai disitu, dikarenakan mereka masih berstatus mahasiswa dan karyawan yang memiliki aktifitas wajib di setiap pagi hingga sore hari maka banyak kegiatan dari PLATBK ini dilakukan pada malam hari dan pada hari libur agar tidak mengganggu aktivitas wajib mereka.

Tabel 4.4

Anggota PLATBK Berdasarkan pendidikan terakhir

No. Pendidikan Jumlah Persentase(%)

1. SMA/SMK 10 76.92

2. S1 3 23.07

3. S2 - -

Jumlah 13 100

Sumber: Data PLATBK 2015

Berdasarkan tabel 4.4 dapat kita lihat jumlah anggota PLATBK yang hanya tamat SMA/SMK berjumlah 10 orang dengan persentase 76.92% sedangkan yang tamat S1 hanya sedikit yaitu hanya 3 orang dengan persentase 23.07%. Berdasarkan data tabel di atas dapat kita lihat bahwa pendidikan terakhir dari mayoritas anggota PLATBK adalah SMA/SMK yang saat ini berstatus mahasiswa. Dengan demikian komunitas motor saat ini tidak lagi bisa diasumsikan sebagai komunitas yang tidak terpelajar dan cenderung merupakan anak-anak yang putus sekolah. Melainkan komunitas motor saat ini terdiri dari anak-anak muda yang terpelajar dan berjiwa kreatifitas yang tinggi.


(50)

4.2.1 Mekanisme Penerimaan Anggota dalam PLATBK

Setiap yang ingin menjadi calon anggota komunitas sepeda motor harus melengkapi beberapa persyaratan yang telah diatur dalam konstitusi yang ada pada komunitas itu sendiri. Di mana setiap calon anggota juga diatur Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang dimiliki oleh komunitas Seperti yang tertera pada ADRT PLATBK pada pasal 2 yang mengatur mekanisme calon anggota yakni :

1. Memiliki SIM C dan STNK Motor yang masih berlaku

Komunitas sepeda motor di Kota Medan mengutamakan tertib lalu lintas serta tertib administrasi sesuai aturan tertib lalu lintas seperti kepemilikan SIM serta STNK kendaraan yang masih berlaku. Hal ini dilakukan para anggota komunitas dikarenakan mereka ingin merubah statement atau pandangan masyarakat mengenai komunitas motor yang ada.

2. Mengisi formulir calon anggota

Setiap yang ingin tergabung dalam komunitas sepeda motor sebelumnya wajib mengisi formulir calon anggota yang ada pada setiap komunitas sepeda motor. Hal ini bertujuan untuk kelengkapan administrasi calon anggota yang ingin ikut bergabung dalam komunitas yang ada sekaligus menjadi data dari setiap komunitas untuk mereka simpan dan akan di evaluasi di setiap tahunnya seperti adanya penjumlahan atau pengurangan anggota.

3. Memiliki Sepeda Motor Matic

Pada komunitas sepeda motor yang ada di Kota Medan ada yang mengutamakan satu varian atau satu tipe sepeda motor seperti pada


(51)

komunitas Herly Davidson, komunitas Vespa yang lebih mengutamakan anggota mereka adalah pengguna sepeda motor Herly dan Vespa.

Seperti yang tertera dalam AD/ART komunitas PLATBK yakni “Memiliki Sepeda Motor Matic”. Maka komunitas ini beranggotakan orang-orang yang memiliki sepeda motor matic dengan berbagai jenis merk asalkan masih matic. Ini membuat komunitas ini menjadi komunitas yang memiliki lebih dari satu varian.

4. Pengenalan/ospek

Tahap ini merupakan masa dimana calon anggota mulai belajar mengenal komunitas yang mereka inginkan dan juga merupakan masa di mana anggota tersebut wajib mengikuti semua kegiatan yang diadakan. Tahap ini bertujuan untuk melihat dan menilai keseriusan calon anggota, apakah benar-benar serius ingin menjadi anggota atau tidak. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu anggota komunitas PLATBK pada saat kopdar.

Sari putri sekjen PLATBK:

Sebelum ingin menjadi salah satu anggota, silahkan ikut gabung dulu dan ikuti kegiatan komunitas. Kalaupun merasa tidak nyaman silahkan keluar namun kalau merasa sudah cocok silahkan lanjutkan menjadi salah satu anggota dari komunitas ini. Setelah memilih untuk bergabung maka anggota akan mengikuti beberapa kegiatan sebelum dinyatakan SAH atau dilantik sebagai anggota baru komunitas kami ini kak, jadi semuanya sih secara umum sama dengan sistem yang ada pada umumnya di komunitas lain.

Masa-masa pengenalan ini juga dimaksudkan agar calon anggota dapat mengetahui aturan-aturan yang terdapat dalam komunitas sepeda motor yang diinginkan. Seperti tujuan dari komunitas, kegiatan yang dilakukan.

5. Mengikuti pendidikan dasar (Diksar)

Tahap selanjutnya adalah mengikuti pendidikan dasar, yang merupakan bagian inti bagi calon anggota untuk mendapatkan status resmi dalam komunitas


(52)

motor PLATBK. Adapun yang dihasilkan dalam proses ini kepada para anggota baru adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman tentang Safety Riding

Kegiatan pendidikan dasar ini biasanya dilakukan selama kurang lebih 1- 2 hari dan dilakukan secara bermalam pada satu tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk pengisi acara biasanya terdiri dari beberapa pihak diantaranya pihak Kepolisian Kota Medan. Khusus untuk safety riding sendiri biasa pembahasannya akan dilakukan oleh pihak kepolisian, mereka akan menjelaskan pentingnya kelengkapan dalam berkendara agar si pengendara bisa aman dan tidak merugikan pihak manapun jika terjadi sesuatu hal.

Tujuan dari kegiatan ini adalah paling utama calon anggota mampu menjelaskan perlengkapan-perlengkapan safety riding yang harus digunakan selama mengendarai sepeda motor. Mampu menjelaskan kondisi bagian-bagian sepeda motor yang keadaannya safety dan tidak safety. Hal ini bertujuan agar calon anggota mengetahui perlengkapan apa saja yang wajib digunakan dalam berkendaraan serta mampu mengetahui kondisi motor yang sedang dikendarai dalam keseharian atau pada saat touring. Serta melengkapi peralatan bagi pengendara seperti helm standar SNI, sarung tangan, sepatu, jaket serta body protector. Semua harus lengkap dan safety sebab keselamatan dalam berkendaraan sepeda motor adalah yang paling utama. Seperti ungkapan Fenny Klidian:

Biasanya kalau kita mau touring itu yang paling utama adalah jaket, body protektor yang dipasang di badan lengan dan kaki, helm, sarung tangan, tapi kalau kopdar biasanya hanya pakai baju PDH, Rompi, Helm standar dan perlengkapan motor saja seperti SIM dan STNK. Jadi kami hanya berusaha selalu memakai perlengkapangan yang lengkap, sebenranya gini sih kak, kami ini kan kalau lagi diluar rumah pasti jadi sorotan masyarakat nah dengan keadaan seperti itu kami juga berusaha untuk memberikan pelajaran sama masyarakat bahwa berkendara yang


(53)

baik itu ya seperti ini gitu jadi gak cuma kita aja yang selamat dalam berkendara jika kita safety tetapi sesama pengguna jalan raya juga.

Begitu pula dengan ungkapan Sari Putri yang mengatakan:

Itu supaya kita tahu kondisi motornya sendiri kalau sudah tidak safety atau tidak layak pakai, adakan biasa orang cuek aja, tapi disini kita itu dilatih dan dikasi pemahaman tentang kondisi motor yang baik dan aman seperti apa, juga bagaimana perawatannya jangan pula pas udh lagi dijalan motor tiba-tiba mati atau remnya gak jalan atau sebagainya lah kan itu akan membahayakan nyawa kita sendiri. Alhamdulilah hal kayak gini sekarang saya coba juga terapkan untuk orang-orang dirumah supaya kalau lagi berkendara sendiri itu juga aman.

2. Pemberian NRA dan Penjelasan fungsi NRA.

Pada saat kegiatan pendidikan dasar dilakukan selama 3 hari atau bahkan lebih, biasanya pihak panitia beserta ketua umum dari PLATBK akan mulai dihari ketiga akan memberikan NRA (Nomor Resmi Anggota). Sebelum NRA di berikan kepada setiap anggota baru maka para pengrus inti dari komunitas akan menjelaskan secara rinci apa NRA dan apa kegunaannya untuk setiap anggota di PLATBK. Seperti yang diungkapkan oleh khusnul Khotima alias imek selaku ketua PLATBK sendiri:

Untuk mendapatkan NRA dan status anggota resmi harus mengikuti diksar dulu baru bisa di kasi Nomor Regitrasi Anggota dan bisa memakai logo komunitas kita, bisa memasang atribut di motornya, kalau berbicara kapan dan dimana dilakukan pendidikan dasar, itu terserah saya dan panitia. Karena hal ini juga menjadi agenda tersendiri dalam rapat bulanan kami dengan anak-anak yang lain. biasa diksar ini kami lakukan setelah kami melihat keseriusan pada saat ospek si anggota baru kira-kira dua bulan lah setelah ospek baru akan kami adakan diksar untuk mereka. Bimbie (Anggota PLATBK):

Biasa setiap anggota baru yang mengikuti pendidikan dasar di hari ketiga akan mendapatkan NRA, tetapi sebelum NRA di berikan akan ada penjelasan tentang apa itu NRA dan apa fungsinya biasa di sampaikan oleh ketua umum atau bahkawan mengundang teman dari komunitas lain. NRA ini kalau kita mahasiswa mirip dengan NIM jadi seperti nomor


(54)

pengenal kita dengan anggota lain mapun dengan komunitas yang lain. Dan biasnaya jika sudah memperoleh NRA setiap anggota juga sudah dibolehkan memakai atribut lain dari yang dimiliki komunitas seperti logo.

3. Pemahaman Dunia Motor

Proses pendidikan dasar calon anggota biasanya dilakukan dalam waktu yang cukup panjang dengan berbagai tujuan diantaranya adalah memberikan pemahaman tentang dunia motor. Hal ini dilakukan agar para anggota baru tidak hanya sekedar ikut bergabung hanya untuk numpang terkenal atau untuk hiburan semata. Akan tetapi akan ada ilmu pengetahuan yang diperoleh di sana untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Biasanya pendidikan dasar yang dilakukan oleh komunitas sepeda motor tidak dilakukan dengan kekerasan. Seperti yang di paparkan oleh Fenny (Bendahara PLATBK) :

Biasanya kalau kita disini kalau diksar itu bongkar-bongkar motor seperti kap motor di buka semua rantai atau bannya baru disuruh pasang sendiri, selain itu juga kadang kita memanggil narasumber untuk pengetahuan umum seputar lalu lintas supaya kita saat touring atau lagi ada kegiatan apa dijalan raya tidak mengganggu aktifitas masyarakat yang lain gitu kak, kalau otomotifnya supaya kita tau bagian-bagian dari motornya, jadi kalau tiba-tiba dijalan pas touring atau pas ada kegiatan terjadi kerusakan yang sifatnya ringan kita bisa lakukan sendiri. Kami tidak ada kekerasan kak. Kita tidak ada sentuhan fisik melaikan seputar pengetahuan untuk kepentingan dan keselamatan kita aja dijalan raya dan pastinya kegiatan ini kita lakukan bukan untuk hal yang negatif.

Bukan hanya sekedar memasang kembali bagian-bagian motor yang telah dilepas calon anggota juga harus mampu mendorong motor mereka sendiri dengan kondisi mesin tidak menyala sejauh yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti ungkapan Sari Putri (Sekjen PLATBK) :

Kalau dalam pendiksaran ini, banyak lah kak yang kami pelajari, baik itu dari hal pengetahuan tentang lalu lintas, terus seputar otomotif dan juga seputar keadaan medan yang kita lalui saat touring maupun kegiatan


(55)

lain. jadi ada juga kita buat diksar itu tentang bagaimana mendorong motor yang tiba-tiba mati di dalam medan yang terjal misalnya, jadi nanti pas pendiksaran sebenarnya medannya kita sesuaikan dengan kondisi lapangan yang biasa kita lalui, jadi setiap dari kita anggota itu nantinya gak bakal terkejut kalau terjadi hal seperti itu sama kita dan kita udah siap untuk menghadapinya. Istilahnya harus siap menghadapi konsekuensi di jalan raya dan kita gak dianggap cuma mau senang-senang aja.

Mendorong kendaraan bertujuan agar calon anggota bisa mengatasi masalah selagi masih dalam taraf yang ringan yang terjadi pada sepeda motor mereka tanpa adanya bantuan mekanik untuk mengatasinya, ketika mereka berada didalam sebuah perjalanan. Selain dari berbagai bentuk yang pendiksaran yang tertera diatas, bagian yang paling penting dalam diksar anggota baru adalah bagian dimana calon anggota mampu menjelaskan simbol-simbol yang digunakan pada saat rooling atau touring, seperti simbol yang digunakan ketika ada aspal yang berlubang, hati-hati, berhenti, belok kiri atau kanan serta jalan lurus. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari (Yuni Barus anggota PLATBK) :

Jadi selama kita mau adakan satu acara, maka kita akan ada rapat untuk pembahasan berbagai hal terutama hal-hal dijalan raya seperti kode-kode saat lagi dijalan raya. Jadi setiap kalau mau touring atau rolling ada biasanya itu kode-kodenya yang kita pelajari kalau ada lobang, mau belok, berhenti, pelan-pelan, hati-hati dan sebagainya lah pokoknya setiap anggota harus bisa kuasai kode-kode itu karena itu penting untuk kita dan orang lain yang sedang berada dijalan raya itu juga, ibaratnya itu gini jadi kau harus tau kode itu supaya bisa kau kasih tanda sama anggota lainnya atau sama pengguana jalan yang lain. jadi penguasaan atas kode-kode ini setiap bulan akan ada evaluasi yang dilakukan.

Selain itu calon anggota baru juga di berikan pengetahuan tentang makna sebutan dari dalam dunia komunitas sepeda motor yang sering mereka sebut Brother and Sister. Pengetahuan yang dimaksudkan adalah apa arti dari panggilan Bro dan Sist yang sering mereka sebut ketika saling berkomunikasi antar komunitas yang satu dengan yang lain. Hal ini bertujuan untuk memberi


(56)

pengetahuan kepada calon anggota bahwa dalam komunitas sepeda motor semua anggota dari komunitas yang ada di Indonesia merupakan saudara satu aspal. Seperti ungkapan dari Imek atau Khusnul Khatimah (Ketua PLATBK) :

Itukan supaya tau kalau kita dalam dunia bikers itu semuanya saudara, masa sesama saudara tidak tegur sapa atau semacamnya, kalau kita ketemu dijalan tidak saling sapa kan tidak enak sekaligus menghindari terjadinya konflik antar sesama komunitas kita seperti geng motor gitu, mana jiwa brotherhood-nya kalau istilah para kaum laki-laki dengan antar sesama komunitasnya nah kalau kita sih bilangnya mana jiwa persaudaraannya atau mana perhatiannya jadi hal-hal seperti itu yang ada di dunia komunitas motor.

Selanjutnya adalah melatih calon anggota mengenal rambu-rambu lalu lintas. Hal ini bertujuan agar calon anggota dapat mengerti dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada, sebab komunitas sepeda motor merupakan icon atau contoh bagi pengendara lain agar mematuhi aturan lalu lintas. Seperti ungkapan Cut Mutia Dewi :

Masa bikers melanggar, wah bisa jelek nama kita kalau begitu, bagaimana kalau ada yang bilang ih anak komunitas melanggar padahal sudah gabung sama polisi, belum lagi kalau ada anak komunitas lain yang melihat kita melanggar lalu lintas eh anak mana itu misalnya, masa anak PLATBK yang cewek semua yang terkenal lebih santun dari pada cowok melanggar bikin malu-malu aja. Jadi kami selalu berusaha menjaga nama baik komunitas dan nama baik diri kami sendiri juga dihadapan para masyarakat karena jujur untuk dapat sambutan baik di masyarakat itu gak mudah maka jangan pula kami merusaklah.

Setelah melewati pendiksaran seperti yang dijabarkan oleh peneliti di atas. Maka akan dilakukan pengukuhan langsung oleh pengurus inti dari komunitas sepeda motor yang sedang melakukan prosesi peresmian anggota baru. Biasanya dalam satu komunitas sepeda motor yang melakukan pengukuhan langsung merupakan ketua umum komunitas motor itu sendiri. Prosesinya biasanya berlangsung sangat singkat, yakni menyatakan calon anggota tersebut menjadi


(1)

Eksternalisasi adalah suatu keharusan antropologis. Manusia, menurut

pengetahuan empiris diri (individu), tidak bisa dibayangkan terpisah dari pencurahan dirinya terus-menerus ke dalam dunia yang ditempatinya. Manusia bagaimanapun tidak bisa tinggal diam di dalam dirinya sendiri, dalam suatu lingkup tertutup, dan kemudian bergerak keluar untuk mengekspresikan diri dalam dunia sekelilingnya (Berger, 1991).

Setiap orang itu tidak akan tinggal diam dan tetap di dalam dunia atau lingkungan yang ditempatinya dalam membutuhkan atau memenuhi keinginan atau sesuatu yang diharapkan. Begitu juga dengan komunitas PLATBK ini, para kaum perempuan yang selama ini selalu berada pada lingkungan yang tidak bebas dalam berekspresi selalu berada dalam peraturan yang membuat mereka tertutup serta selalu dalam lingkungan yang sama sepanjang hidupnya dan ini sangat berbeda dengan para kaum laki-laki.

Adanya ilmu pengetahuan, banyaknya perempuan yang sekolah dan menemukan lingkungan baru maka mereka mulai mendapatkan pengaruh atau kontruksi sosial bahwa harus ada hal baru yang dapat mengekspresikan diri mereka.

2.Objektivasi

Objektivasi merupakan interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang


(2)

Seperti yang terjadi dalam lembaga atau institusional lainnya, PLATBK juga memiliki metode atau sistem untuk membawa anggotanya mengeksplor kemampuan yang dimiliki dari setiap pribadi anggotanya. Dalam tahap ini, tentunya melibatkan interaksi sosial yang terjadi antar anggota dengan pihak lain seperti komunitas motor yang lain dan juga dengan masyarakat lainnya.

Hubungan interaksi sosial di PLATBK terjadi melalui beberapa hal, salah satunya melalui diri dan institusional dalam artian membawa nama komunitas. Dalam berinteraksi, mereka dapat melakukan tindakan atau pola yang mampu dilakukan selanjutnya dan di masa yang akan datang.

Interaksi dan tindakan sosial komunitas dan juga dengan masyarakat dapat terjadi melalui diri dapat terjadi dalam proses pembiasaan (habitualisasi) sedangkan interaksi dan tindakan sosiokultural dapat terjadi ketika berjalannya program dalam kelembagaan (institusionalisasi).

3.Internalisasi

Internalisasi merupakan proses penyerapan ke dalam kesadaran dunia

yang terobjektifasi sedemikian rupa sehingga struktur dunia ini menentukan struktur subjektif kesadaran itu sendiri. Sejauh internalisasi itu telah terjadi, setiap anggota dari PLATBK kini memahami berbagai unsur yang terlihat dan terjadi sebagai suatu fenomena di masyarakat bahwa ada secara nyata komunitas motor perempuan meskipun belum se-eksis komunitas motor laki-laki.


(3)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Bahwa keberadaan komunitas sepeda motor ini tak terlepas dari adanya sekelompok orang yang memiliki hobby dengan sepeda motor dan menjadi anggotanya. Mereka menyebutnya dengan komunitas sepeda motor. Banyak kegiatan positif yang dilakukan oleh komunitas sepeda motor yang ada di Kota Medan serta memiliki rasa persaudaraan yang sangat tinggi dengan para pecinta sepeda motor dan pengendara sepeda motor baik komunitas dan perorangan serta bersahabat dengan aparat penegak hukum dijalan, lengkap dengan peraturan Undang-undang berlalu lintas dan secara umum dikenal oleh masyarakat secara umum Club/Komunitas.

Kesimpulan yang dapat penulis sampaikan bahwa:

1. PLATBK merupakan wadah untuk menuangkan aktualisasi diri sebagai kaum perempuan yang ingin keluar dari norma – norma yang melekat pada perempuan.komunitas ini ingin menunjukan kepada masyarakat bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam dunia motor. 2. Aktifitas dari komunitas PLATBK lebih berorientasi pada dua hal yakni

Hiburan dan Sosial. Aktifitas ini mereka lakukan agar mereka hadir di masyarakat dalam keadaan yang seimbang dalam berbagai hal tidak hanya


(4)

yang penuh dengan aksesoris dan pin, rompi kulit, dan ada juga beberapa anak PLATBK yang menggunakan pakaian dan celana yang terlihatnya seperti model.

4. Solidaritas sosial yang berkembang di dalam komunitas PLATBK sangat kuat, rasa persaudaraan yang tercipta menjadikan komunitas ini solid, tidak ada yang dibeda-bedakan semuanya sama. Mereka saling mengunjungi, saling membantu, bahkan saling mendoakan. Ada semacam aturan tidak tertulis bahwa sebuah komunitas setiap anggotanya harus mengenal keluarga dari setiap anggota.

5.2 Saran

1. Komunitas motor yang lain diharapkan melakukan dan menjadikan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif menjadi tujuan utama dari setiap komunitas agar tercipta rasa saling peduli dan percaya antara komunitas dengan masyarakat. 2. Masyarakat sekitar dan Pemerintah diharapkan dapat berkontribusi lebih dengan keberadan komunitas motor di lingkungan khususnya komunitas motor perempuan agar tidak ada pola pikir bahwa komunitas motor perempuan ini tidak baik dan cenderung dianggap sebagai anak nakal oleh masyarakat sekitar mereka tinggal. Perhatian masyarakat sangat dibutuhkan sebagai pengawas dan pengontrol kegiatan komunitas sepeda motor.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Berger Peter L. 1991. Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial. Jakarta: LP3ES.

Bhasin, Kamla. 2003. Memahami Gender. Jakarta : Teplok Press.

Burhan, Bungin. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan

kualitatif. Jakarta : Airlangga Universitas Pers.

Burhan, Bungin. 2008. Kontruksi Sosial Media Massa, Kekuatan Media Massa,

Serta Kritikan Media Massa Terhadap Teori Peter L. Berger Dan Thomas Luckman. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Daulay, Harmona.2007. Perempuan dalam kemelut gender. Medan : Universitas Sumatera Utara Press.

Donnel, Kevin O’. 2009. Postmodernisme. Yogyakarta : PT. Kanisius.

Fakih, Mansour Dr. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goble, Frank. (1997) Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, cetakan I, Yogyakarta: Kanisius.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta : Erlangga.

Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta Utara : PT Raja Grafindo Persada.

Ritzer, George-Douglas J. Goodman,2010 _________Teori Sosiologi Modern Ed.

Keenam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


(6)

Salim, Agus.2006. Teori dan paradigma penelitian sosial (buku sumber untuk

penelitian kualitatif). Yogyakarta: tiara wacana.

Sihite, Romany. 2007. Perempuan, kesetaraan, dan keadilan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono.1982. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Subadio, Maria Ulfah dan Ihromi T.O. 1994. Peranan dan kedudukan wanita

Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press.

Sumber Skripsi, Online Dan Jurnal Ilmiah:

Budiati, Atik Catur.2010.Aktulisasi Diri Perempuan Dalam System Budaya Jawa. Sosiologi -Antropologi UNS Vol 3 Nomor 1. Prodi Pendidikan Sosiologi.

Firmansyah Rakhman. 2014. Gaya Hidup Komunitas Motor Jupiter Di Surabaya. Vol 2 Nomor 1. Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Surabaya.

Sosiatri. 2014. Komunitas Motor Gede Tiger Community Samarinda’ (TCS) Di

Kota Samarinda. Vol 2 Nomor 2 .Fisip. Universitas Mulawarman.

http//www:digilib.UI.ac.id/apac/themes/libri2/detailjsp?id=126102&lokasi=lokal (Diakses pada hari selasa tanggal 2 September 2014 Jam 11.00)

jam 10.00)

(Diakses