Teknik Modeling LANDASAN TEORI

B. Teknik Modeling

1. Asumsi Dasar Sebagaimana diketahui bahwa pendekatan behavioristik mengangap perilaku seseorang dengan semua aspeknya sekarang ini adalah hasil dari proses belajar dan hal ini diperoleh dari interaksinya dengan dunia luar. Manusia dalam keadaan khusus dianggap sebagai “objek“, yang dapat diperlakukan dan diubah menurut keinginan dari pengubahnya. Inilah salah satu kritik terhadap pendekatan behavioristik sebagai teknik untuk mengubah sesuatu perilaku dengan model manusia yang pasif dan dibuat mekanistik. Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat. Para ahli melakukan pendekatan behavioristik, memandang manusi asebagai pemberi respon responder. Sebagai hasil proses dari kondisioning yang telah terjadi. George Cristiani dalam Gunarso 2000:202, mengemukakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia, yakni: a. Manusia dipandang sebagai individu yang pada hakekatnya bukan individu yang baik atau yang jahat, tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami, yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku. b. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri. c. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru. d. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain. Ivey,et al dalam Gunarso 2000:203 mengemukakan bahwa pernah para pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan determenisti, manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih. Namun konsep pendekatan behavioristik yang lebih baru, menitik beratkan kebebasan dan pilihan melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang. Corey dalam Gunarso 2000:23, mengemukakan bahwa pada terapi perilaku, perilaku adalah hasil dari belajar.manusia adalah hasil dari lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkugan. Albert Bandura, dalam Gunarso 2000:203 yang terkenal dengan tokoh teori sosial- belajar, menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang determistik, karena pada manusia ada kebebasan dalam menghadapi rangsang–rangsang dari lingkungan dan bukan semata-mata sebagai subjek yang pasif, pengubahan modifikasi perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar respon yang dipilih untuk diperlihatkan akan lebih banyak. Tujuan dari aliran ini adalah membantu klien untuk mendapatkan tingkah laku baru, Behavior beranggapan bahwa gangguan tingkah laku ini diperoleh melalui hasil belajar yang keliru dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga bisa sesuai. Supriyo, dkk 2003:115. Pendekatan untuk melakukan pengubahan perilaku sekarang ini lebih memusatkan pada usaha agar pasien atau klien melakukan sesuatu tindakan dari pada hanya memberikan respons atau refleks secara pasif. Sesuatu yang diperlihatkan sebagai tindakan atau perbuatan agar bisa mengubah kehidupannya yang lebih lanjut diharapkan memperlihatkan peranannya sebagai peribadi yang bertanggung jawab atas perilakunya. Dalam hal ini konselor mempergunakan perangsangan sebagai sarana untuk mempengaruhi proses- proses kognitif. 2. Tujuan Tujuan umum dari pendekatan ini ialah membentuk kondisi baru untuk belajar, karena melalui proses belajar dapat mengatasi masalah yang ada. Mengenai tujuan pendekatan ini, antar lain: a. Terapis menjelaskan tujuan dari terapi. b. Klien menunjukkan secara khusus perubahan positif yang diinginkan sebagai hasilnya. c. Konselor bersama dengan klien menentukan apakah perubahan dari tujuan terapi yang telah dirumuskan, dimiliki oleh klien. d. Keduanya bersama-sama menjajagi apakah tujuan dari terapi realistik. e. Keduannya membahas kemungkinan keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari proses tersebut. Cormier Cormier dalam Gunarso 2000:205 Corey dalam Gunarso 2000:206 meringkas tujuan terapi perilaku secara umum untuk menghilangkan perilaku malasuai dan belajar berperilaku lebih efektif, memusatkan perhatian pada faktor yang mempengaruhi perilaku dan memahami apa yang bisa dilakukan terhadap perilaku yang menjadi masalah. Ivey et al dalam Gunarso 2000:206 meringkas tujuan adalah untuk menghilangkan perilaku dan kesalahan yang telah terjadi melalui proses belajar, dan menggantinnya dengan pola perilaku yang lebih sesuai. Arah perubahan perilaku secara khusus ditentukan oleh klien. Tujuan pendekatan behaviorisme dengan orientasi kearah kegiatan konseling, menurut George Cristiani dalam Gunarso 2000:206 adalah : a. Mengubah perilaku malasuai pada klien. b. Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih efisien. c. Mencegah munculnya masalah dikemudian hari. d. Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien. e. Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupannya. 3. Pengertian Teknik Modeling Ada beberapa definisi tentang modeling yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya ialah dari Lawrence, modeling adalah suatu prosedur berakar melalui pengamatan terhadap orang lain Lawrence 1982:298. Bandura dalam Corey 1997:226 menyatakan bahwa segenap belajar yang bisa di peroleh melalui pengalaman langsung bisa pula di peroleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain, berikut konsekuensi- konsekuensinya. Perry and Furukawa dalam Abimanyu 1996:256 mendifinisikan modeling sebagai proses belajar melalui observasi dalam mana tingkah laku dari seseorang individu atau kelompok sebagai model berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap atau tingkah laku, sebagai bagian dari individu yang lain, yang mengobservasi model yang di tampilkan. Cormier and Cormier dalam Abimanyu 1996:256 mendifinisikan modeling sebagai prosedur dengan mana seseorang dapat belajar melalui mengobservasi tingkah laku orang lain, dalam beberapa hal modeling digunakan sebagai strategi terapi untuk membantu klien memperoleh respon atau menghilangkan rasa takut dalam kasus ini modeling adalah suatu komponen dari sutu srtategi dalam mana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan. Penggunaan teknik modeling dalam terapi perilaku, telah dimulai pada akhir tahun 50-an, meliputi tokoh yang nyata, tokoh yang dilihat melalui film atau tokoh dalam imanjinasi, tokoh yang paling menonjol dan telah banyak melakukan penelitian mengenai proses dan prosedur dari modeling adalah Alber Bandura 1969, 1971a, 1971b, 1977, 1986 yang antara lain terkenal dengan teori sosial belajar.Gunarso 2000:220. Sedang menurut Bandura dalam Max Darsono 2000:94 menekankan pada efek dari konsekuensi perilaku, yakni meniru perilaku orang lain dan pengalaman yang dialami oleh orang lain, atau meniru keberhasilan atau kegagalan dari orang lain, dinyatakan pula bahwa belajar dari individu dibentuk oleh konsekuensi atas perilaku yang ditampilkan namun belajar langsung dari model. Modeling adalah bagaimana mereka melihat sesuatu dan mereka mencoba dan memberanikan diri untuk seperti apa yang telah dilakukan model. Nelson 1982:261. Bandura dalam Latipun 2001:94 mengatakan bahwa perilaku manusia dapat terjadi dengan mencontoh langsung modeling maupun tidak langsung Vicarios dan hal ini akan menjadikuat dengan ganjaran. Dari pengertian yang dikemukakan para ahli dapat dikemukakan bahwa modeling merupakan cara belajar efektif bagi anak mengingat ciri khas anak adalah suka meniru, pada taraf ini perlu diberikan contoh-contoh kongrit dari lingkungan untuk suatu tingkah laku yang diharapkan. Hal ini dipertegas oleh Abdurahman 1998:88 bahwa pada usia 7-11 tahun anak berada pada tahapan operasi kongret, pada tahapan ini yang dapat dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal yang kongret. Pernyataan ini dipertegas oleh Mustagin 2003:9 bahwa bagi anak-anak adalah lebih mudah meniru dari pada berfikir dan berusaha mencari realitas pengertian-pengertian yang abstrak. 4. Prosedur teknik modeling. Analisis belajar melalui pengamatan atau modeling yang dikembangkan oleh bandura meliputi empat tahap, a. Tahap perhatian Dalam tahap ini individu memperhatikan model yang menarik, berhasil, atraktif dan popular, melalui memperhatikan model ini individu dapat meniru bagaiman cara berfikir dan bertindak orang lain serta penampilan model dihadapan orang lain, guru didalam kelas dapat menarik perhatian siswa dengan cara menyampaikan petunjuk belajar yang jelas daan menarik dan memotivasi siswa untuk memperhatikan pelajaran yang hendak disajikan. b. Tahap retensi Dalam tahap ini apabila guru telah memperoleh perhatian dari siswa guru memodelkan perilaku yang akan ditiru oleh siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktikannya atau mengulangi model yang telah ditampilkan, misalnya guru olah raga telah menjukkan cara memukul tenis dengan benar, kemudian siswa diminta mencoba membuat pukulan seperti yang dilakukan oleh gurunya. c. Tahap Reproduksi. Dalam tahap ini siswa mencoba menyesuaikan diri dengan perilaku model, misalnya setelah siswa mengamati cara memukul bola tenis yang diperagakan oleh guru dan memptraktikannya dengan beberapa kali siswa kemudian diminta membuat pukulan seperti yang dilakukan oleh gurunya. d. Tahap motivasional. Dalam tahap ini siswa akan menirukan model karena merasakan bahwa melakukan pekerjaan yang baik akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh penguatan, misalnya siswa meniru cara bermainnya pemain tenis yang sudah popular dan berharap menjadi pemain tenis yang popular pula, tahap motivasional dari belajar pengamatan di dalam kelas umumnya disebabkan oleh pujian yang diberikan oleh guru, karena siswa mampu menyesuaikan diri dengan model yang disampaikan oleh guru, siswa memperhatikan model, mempraktikkanya dan memproduksinya karena telah mempelajari tentang apa yang dilakukan oleh guru. Nelson 1982:135. 5. Tujuan Teknik Modeling Pengaruh dari peniruan melalui modeling, menurut bandura yang dikutip oleh Corey dalam Gunarso ada tiga hal yakni: a. Pengambilan respons atau ketrampilan baru dan memperlihatkan dalam perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh dari pengamatanmya dengan pola perilaku yang baru. Contohnya keterampilan baru dalam olah raga, dalam hubungan sosial, bahasa, atau pada anak dengan penyimpangan perilaku yang tadinya tidak mau berbicara kemudian mau lebih banyak berbicara, b. Hilangnya respons takut setelah melihat model melakukan sesuatu yang oleh si pengamat menimbulkan perasaan takut namun pada tokoh yang dilihatnya tidak berakibat apa-apa atau akibatnya bahkan positif, contoh tokoh yang bermain-main dengan ular dan ternyata ia tidak digigit c. Pengambilan sesuatu respon dari respons-respons yang diperlihatkan oleh tokoh yang memberikan jalan untuk ditiru, melalui pengamatan terhadap tokoh seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan ternyata tidak ada hambatan Gunarso 2000:222. 6. Jenis-Jenis modeling Corey dalam Gunarso mengatakan ada tiga macam-macam modeling yaitu a. Penokohan yang nyata live model misalnya adalah terapi yang dijadikan model oleh pasien atau klienya atau guru, atau anggota keluarga atau tokoh lain yang dikagumi. b. Penokohan yang simbolik adalah tokoh yang dilihat melalui film, video, atau media lain. c. Penokohan ganda yang terjadi dalam kelompok seorang anggota dari sesuatu kelompok mengubah sikap baru setelah mengamati bagaimana anggota- anggota lain dalam kelompoknya bersikap, ini adalah salah satu dari efek yang diperoleh secara tidak langsung pada seseorang yang mengikuti terapi kelompok. Gunarso 2000:222. Sedang cormier dan cormier dalam Abimanyu 1996:256-257 mengemukakan ada enam jenis modeling, yaitu a. Modeling langsung Modeling langsung adalah prosedur yang digunakan untuk mengajarkan tingkah laku yang dikehendaki atau yang hendaknya dimiliki oleh klien, melalui contoh langsung dari konselor sendiri, guru, atau teman sebaya. Konselor perlu memberi contoh atau pola tingkah laku yang baik untuk klien yang tidak mengetahui bagaiman bertindak dalam suasana tertentu. b. Modeling Diri sendiri Dalam prosedur diri sendiri sebagai model berarti menggunakan klien sebagai model Hosford dan Visser 1974 Cormier dan Cormier, 1985:187 dalam Abimanyu 1996:254. mendifinisikan modeling diri sendiri sebagai prosedur dimana klien melihat dirinya sendiri sdebagai mosdel yang melakukan tingkah laku yang menjadi tujuan yang diinginkan. c. Modeling partisipan Menurut Bandura dalam Abimanyu 1996:272 modeling partisipan terdiri dari demontrasi model, latihan terpimpin, dan pengalaman-pengalaman yang sukses modeling ini berasumsi bahwa unjuk kerja yang sukses dari sseseorang adalah alat yang efektif untuk meenghasilkan perubahan, d. Modeling tersembunyi Modeling tersembuntyi adalah prosedur yabng dikembangkan oleh Cautela 1971:342 dimana klien membayangkan suatu model melakukan tingkah laku melalui instruksi-intruksi, prosedur modeling tersembunyi berasumsi bahwa unjuk kerja yang sebenarnya atau simbilos oleh suatu model tidak perlu. e. Modeling simbolis Modeling yang dilihat melalui media, video, film, dan tertulis. f. Modeling kognitif Cormier dan Cormier dalam Gunarso 1996:304 mengatakan bahwa modeling kognitif adalah suatu prosedur diman konselor menunjukkan orang apa yang dikatakan pada mereka sendiri selagi melakukan suatu tugas.

C. Modeling Simbolis

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR KELAS V SDN SEKARAN 01

10 92 313

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN 01 SEMARANG

0 5 181

PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING DENGAN MEDIA TTS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 03 SEMARANG

0 11 292

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI KNOW WANT TO LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS V A SDN SEKARAN 01

0 5 290

PENGEMBANGAN MODEL ALAT PELURU DENGAN MEDIA SERBUK KAYU UNTUK PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SEKARAN 01 GUNUNGPATI SEMARANG TAHUN 20142015

1 20 98

Efektifitas Mengunyah Permen Karet Berxylitol Untuk Mengurangi Indeks Plak Gigi ( Studi Kasus di SDN Sekaran 01 Gunungpati Semarang ),

1 8 122

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BERBASIS MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN GUNUNGPATI 01 KOTA SEMARANG

0 16 244

Permainan kasti Dalam Pembelajaran Penjasorkes Untuk Siswa Kelas V SDN Kandri 01 Kecamatan Gunungpati Kota semarang.

0 1 1

MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERPIMPIN PADA SUB POKOK BAHASAN AIR DAN SIFATNYA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV SDN SEKARAN 01 GUNUNGPATI SEMARANG.

0 0 64

Efektifitas Teknik Modeling Simbolis Dalam Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 01 Gunungpat.

0 0 1