3. Scalesskala merupakan badan dari matriks disusun berdasarkan level 0
sampai level 10. Level 0 merupakan nilai performance terjelek dan nilai 10 adalah nilai pencapaian optimal yang dapat terjadi.
4. Scoreskor terletak pada baris tepat di bawah badan matriks. Setiap nilai
performance yang dicapai dikonversikan menjadi score dari badan matriks. Pengkorvesian ini mengikuti aturan, bila nilai performance lebih rendah dari
nilai performance pada level tertentu, namun masih lebih tinggi dari nilai sebelumnya, maka nilai performance digolongkan pada level sebelumnya.
5. Weightbobot merupakan tingkat kepentingan pada setiap kriteria
ditunjukkan dari nilai bobot weight yang tertera. Jika kriteria itu dianggap penting, maka akan diberi bobot yang lebih besar dari kriteria yang lain.
Total bobot keseluruhan adalah 100.
6. Valuenilai merupakan nilai value untuk setiap kriteria, yang didapatkan
dengan cara mengalikan bobot weight dengan nilai score pada setiap kriteria.
7. Performance Indicator terdiri atas nilai performance dari periode yang
diukur current, yang merupakan hasil penjumlahan setiap nilai value, nilai performance periode sebelumnya previous, serta index yang didapatkan
dengan cara mengurangkan nilai periode yang diukur current dengan nilai periode sebelumnya previous dibagi dengan nilai sebelumnya previous
lalu hasilnya dikalikan dengan 100. Dalam perhitungan produktivitas dengan OMAX ada beberapa tahap yang
akan dilakukan:
[1]
1. Langkah Pertama Pendefinisian Defining. Pada bagian atas matriks
terdapat kriteria produktivitas berupa perbandingan yang merupakan unjuk kerja produktif dari suatu unit kerja serta berpengaruh pada tingkat
produktivitas. Satuan untuk tiap-tiap kriteria ditentukan terlebih dahulu. Pemilihan kriteria tersebut selain karena pengaruhnya juga sebagai faktor
yang akan diteliti dan dikembangkan.
2. Langkah Kedua Pengukuran Quantifying. Pada badan matriks ditunjukkan
tingkat pencapaian unjuk kerja untuk kriteria produktivitas. Tingkatan tersebut dibagi dalam 10 tingkat. Nilai-nilai menunjukkan tingkat dimana
matriks pengukuran dimulai. Jika nilai kurang dari hasil minimum yang dapat diterima, maka nilai dianggap nol 0.
3. Langkah Ketiga Pencatatan Monitoring. Pada badan matriks, hasil
perbandingan dari operasi yang berlangsung ditempatkan di bagian atas matriks, kemudian disesuaikan dengan tingkatan pada badan matriks, dan
dicatat dalam baris nilai tingkatan score. Angka pada baris bobot weight, menunjukkan derajat kepentingan dari masing-masing kriteria, yang
kemudian dikalikan dengan nilai atasnya score, lalu dicatat dalam baris nilai value. Hasil penjumlahan dari value merupakan nilai performance
dari periode yang diukur.
3. Metode dan Perancangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang digunakan pada sistem yang akan dibangun adalah metode Prototype. Terdapat tiga tahapan dalam metode
Prototype dimana ketiga tahapan tersebut berguna untuk membantu customer
6
dalam mendeskripsikan kebutuhannya. Tiga tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3
.
Gambar 3
Metode Prototype [15]
Metode prototype terdiri dari tiga tahap, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Listen to Customer. Tahap awal dari metode ini adalah Listen to
Customer mendengarkan pelanggan, yaitu mendiskusikan, menentukan dan mengumpulkan semua kebutuhan dari sistem yang akan dibangun. Dalam Listen
to Customer, proses pertama yang dilakukan adalah mendiskusikan dan mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan dari sisi pengguna. Pengumpulan
informasi dilakukan dengan melakukan wawancara dan diskusi, yang dilakukan dengan pihak FTI-UKSW yaitu Ibu M. A. Ineke Pakereng, M.Kom., selaku
mantan Ketua Progdi Teknik Informatika, sekaligus pembimbing dua penelitian, Bapak Andeka Rocky Tanaamah, SE., M.Cs., selaku Dekan FTI-UKSW,
sekaligus pembimbing pertama penelitian, dan Ibu Getty Prihantina, selaku Sekretaris FTI-UKSW. Pada wawancara dan diskusi yang dilakukan, ditemukan
beberapa pokok permasalahan kebutuhan yang berguna untuk sistem yang akan dibangun, antara lain: 1 Indikator pencapaian progdi yang dilaporkan setiap
raker per periode masih berbentuk keterangan yaitu terlaksana, masih proses atau belum terlaksana; 2 Penting untuk FTI-UKSW mengetahui bilamana terjadi
peningkatan atau penurunan produktivitasnya, baik dari setiap progdi, maupun FTI-UKSW secara keseluruhan; 3 Dibutuhkan suatu sistem yang mendukung
proses evaluasi kinerja yang dilakukan setiap rapat kerja per periode, sehingga melalui sistem tersebut, dapat dilihat perkembangan dari progdi, maupun FTI-
UKSW secara keseluruhan. Pokok-pokok masalah tersebut menjadi alasan dalam pembangunan sistem evaluasi kinerja progdi di FTI-UKSW, untuk mendukung
proses evaluasi kinerja di FTI-UKSW.
Build the System. Tahap berikutnya dari metode ini adalah Build the System membangun prototype, yaitu membangun sistem berdasarkan hasil dari tahap
sebelumnya. Sistem yang nantinya dibangun menggunakan bahasa pemograman Visual Basic dan MySQL sebagai database sistem. Sebelum sistem dibangun,
tentunya dibutuhkan suatu perancangan. Untuk perancangan sistem ini menggunakan model UML Unfied Modeling Language. UML adalah sebuah
bahasa pemrograman yang telah menjadi standar untuk merancang dan mendokumentasikan sistem perangkat lunak. UML menawarkan sebuah standar
untuk merancang model sebuah sistem dan sudah digunakan secara luas dan menggunakan notasi yang sudah dikenal untuk analisa dan desain berorientasi
objek [16].
7
Customer Test. Tahap terakhir dari metode ini adalah Customer Test uji coba oleh pelanggan. Pada tahap ini, user akan melakukan pengujian sistem.
Sistem yang diuji bukanlah sistem yang bisa langsung dipakai, tetapi berupa prototype.
Evaluasi Kinerja Progdi
Pada dasarnya evaluasi kinerja dilakukan guna mengetahui sampai dimana kemajuan atau perkembangan kinerja dari perseorangan maupun suatu organisasi.
FTI-UKSW melakukan evaluasi kinerja setiap periode tertentu. Evaluasi kinerja yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui perkembangan program kerja pada
periode yang telah berjalan dari setiap bagian yang terdapat di FTI-UKSW. Dalam penelitian ini, fokus yang dibahas adalah evaluasi kinerja pada program studi di
FTI-UKSW, didasarkan pada Struktur Organisasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4
.
Gambar 4 Struktur Organisasi FTI-UKSW
Sumber : Dokumen FTI-UKSW
Dalam evaluasi kinerja program studi, dilakukan pelaporan atas perkembangan setiap program kerja yang direncanakan pada periode yang telah
berjalan, apakah sudah terlaksana, sedang berjalan, atau bahkan belum terlaksana. Pada sistem evaluasi yang dilaksanakan selama ini, penilaian masih dilakukan
berdasarkan keterangan berupa tulisan yang dilampirkan oleh ketua program studi pada data progress program kerja. Hal ini masih kurang efektif dalam melihat
terjadinya peningkatan maupun penurunan kinerja dari program studi tersebut. Oleh sebab itu pada penelitian ini, akan dibangun sebuah sistem untuk membantu
proses evaluasi kinerja program studi. Sistem yang dibangun akan menggunakan angka dalam proses penilaiannya, sehingga dari hasil akhir penilaian dapat terlihat
peningkatan ataupun penurunan kinerja. Perancangan OMAX Pada Sistem
Berdasarkan data yang diperoleh dari FTI-UKSW, yaitu data program kerja dan data hasil evaluasi, akan dilakukan langkah-langkah pengumpulan data yang
diperlukan dalam perancangan OMAX pada sistem. 1.
Penentuan Rasio dan Kriteria Data rasio dan kriteria yang digunakan merupakan indikator-indikator
pengukuran yang dipilih sesuai kebutuhan pengguna yaitu FTI-UKSW, dimana memiliki tujuan untuk mendukung perbaikan kinerja program studi yang ada.
Dalam penelitian ini, data yang dipakai sebagai rasio pengukuran adalah program studi progdi, sedangkan yang dipakai sebagai kriteria pengukuran adalah
program kerja progja dari program studi.
8
Tabel 1 Progdi sebagai Rasio
Rasio R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8
Progdi S1-TI S1-SI
S1- DKV
S1- PTIK
D3-TI D3-
KA D3-
PR D3-
UPW
Seperti yang terlihat pada Tabel 1, terdapat delapan rasio yang dipakai pada
perhitungan OMAX dalam Sistem. Banyaknya rasio disesuaikan dengan jumlah progdi yang diikut sertakan pada perhitungan.
2. Penentuan Nilai Kriteria