Deskripsi Teori KAJIAN TEORI

11 meningkatkan pemahaman tentang untuk memecahkan problem- problem perkembangan melalui gerakan. 5 Aspek Sosial Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan berada, mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok, belajar berkomunikasi dengan orang lain, mengembangkan kemampuan bertukar dan mengevaluasi ide dalam kelompok, mengembangkan kepribadian sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat, mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima masyarakat, mengembangkan sifat- sifat kepribadian positif, belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif dan mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik. 6 Aspek Emosional Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktifitas jasmani, mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton, melepas ketegangan melalui aktifitas fisik yang tepat, memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreatifitas serta menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktifitas yang relevan. 12 c. Tujuan Pendidikan Jasmani Secara garis besar tujuan pendidikan jasmani terdiri dari 4 ranah yaitu : 1 jasmani, 2 psikomotor, 3 afektif, 4 kognitif. Sukintaka, 2001 : 16. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa secara umum pendidikan jasmani bermuara pada peralihan sosok pribadi yang adaptabledenagan lingkungannya. Dari beberapa teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang penting, dilihat tujuannya, maka dalam pelaksanaan aktivitas fisik dan mental sama-sama diutamakan walaupun aktivitas fisik tampak lebih dominan. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani memiliki tujuan dan fungsi tidak hanya menumbuh kembangkan siswa dari satu aspek fisik saja, namun pendidikan jasmani juga menumbuhkan aspek-aspek yang lain seperti psikomotor, afektif, dan kognitif secara menyeluruh dan seimbang. Hal di atas juga diperkuat menurut Saryono 2010:4 bahwa tujuan pendidikan jasmani antara lain sebagai berikut : 1 Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani. 2 Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial, dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama. 3 Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas- tugas pembelajaran pendidikan jasmani. 4 Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui aktifitas jasmani. 5 Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknis serta berbagai setrategi berbagai permainan dan 13 olahraga, aktifitas penngembangan, senam, aktifitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar kelas. 6 Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani. 7 Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. 8 Mengetahui dan memahami konsep aktifitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat. 9 Mampu mengisi waktu luang dengan aktifitas jasmani yang bersifat rekreatif. Selain itu dengan adannya pendidikan jasmani, anak diharapkan bergerak dengan aktifitas fisik yang teratur, rangsangan sensoris pada anak sangat penting untuk mengembangkan kemampuan menganalisis dan bahkan menjadi faktor perantara yang memungkinkan tercapainya proses belajar yang cepat pada tahap dewasaAndri Akhiriyanto, 2008:43. 2. Hakikat Pembelajaran Menurut Sugihartono, dkk 2007:81, pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan metode sehingga siawa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Pembelajaran mengandung pengertian, bagimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi disamping itu, juga terjadi persistiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya Sukintaka,2001:29.Jadi dalam pembelajaran tersebut terjadi interaksi antar guru dengan siswa, dapat dikatakan guru memberi dan siswa menerima. 14 Dalam belajar terjadi interaksi guru sebagai subjek pendidikan berusaha dengan aktif untuk memberikan pelajaran, sedangkan siswa aktif mengikuti pelajaran sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru.Menurut Sukintaka 2001:29-30, untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dalam usaha pembelajaran itu seorang guru termasuk guru pendidikan jasmani perlu sekali mendalami interaksi edukatif.Seorang guru Pendidikan jasmani juga harus merencanakan pembelajaran yang memuat hal-hal interaksi edukatif yaitu:1 Tujuan, guna menjawab pertanyaan untuk apa?, 2 Bahan, dengan materi yang mana?, 3 Pelajaran, ditunjukan kepada siapa?, 4 Guru, diselenggarakan oleh siapa?, 5 Metode, bagaimana caranya?, 6 Situasi dalam keadaan yang bagaimana?. Dari keenam ciri-ciri tersebut tidak dapat dipisahkan antara ciri- ciri yang satu dengan ciri-ciri yang satunya, semua ciri-ciri tersebut saling berhubungan. Jadi untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran, keenam ciri tersebut harus dapat ditampilkan atau ditunjukkan dalam proses pembelajaran. 3. Faktor Pendukung Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dalam sebuah pembelajaran ada dua hal yang menjadi bagian penting sebagai akibat dari proses pembelajaran tersebut, yaitu keberhasilan pelaksanaan dan kegagalan pelaksanaan. Keberhasilan merupakan tujuan yang ingin dicapai dari semua program yang telah ditetapkan, sedangkan kegagalan merupakan hambatan atau kendala yang 15 sebisa mungkin dihindari. Segala keadaan atau peristiwa yang dapat memberikan nilai positif atau kemudahan disebut dengan faktor pendukung.Faktor pendukung juga dapat dimaknai sebagai sumber daya internal maupun eksternal yang dapat mendukung terlaksananya suatu program tertentu. Dalam kaitannya dengan lingkungan pendidikan, aspek-aspek yang mendukung proses belajar pun harus mendapatkan perhatian agar tercapai tujuan pendidikan karena proses belajar memegang peranan yang sangat vital dalam proses pengajaran. Keberhasilan merupakan tujuan yang ingin dicapai dari semua program yang telah ditetapkan, sedangkan kegagalan merupakan kendala atau hambatan yang sebisa mungkin harus dihindari. Menurut Rusli Lutan 2001:9 menerangkan empat faktor yang mempengaruhi prosespembelajaran pendidikan jasmani. Keempat faktor tersebut adalah tujuan, materi, metode dan strategi dan evaluasi. Menurut Agus S Suryobroto 2004:1, pembelajaan jasmani dapat berjalan dengan sukses dan lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara lain : guru, siswa, kurikulum, sarana prasarana, tujuan metode, lingkungan yang mendukung, dan penilaian. Berikut akan diuraikan faktor-faktor apa saja yang ada dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang ada di SMK, khususnya untuk mata pelajaran Penjasorkes. Agus Susanto:2010:12. a. Guru Menurut undang-undang Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal 1 2005:2, guru adalah 16 pendidik profesional dengan tugas utama medidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Agus S Suryobroto 2005:2, guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensisnya baik ranah afektif, kognitif, maupun fisik, dan psikomotorik. Salah satu tugas pokok guru yaitu mengajar. Mengajar merupakan perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral, maka keberhasilan pendidikan siswa secara formal adalah tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Mengajar merupakan perbuatan yang bersifat unik tetapi sederhana, dikatakan unik karena berkenaan dengan manusia dalam masyarakat. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan secara praktik dalam kehidupan sehari-hari dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Seorang guru pendidikan jasmani dituntut dapat berperan sesuai dengan bidangnya. Menurut Agus S. Suryobroto 2005:8-9, secara khusus tugas pendidikan jasmani secara nyata sangat kompleks antara lain : sebagai pengajar, sebagai pendidik, sebagai pelatih, dan sebagai pembimbing. Guru pendidikan jasmani memiliki tugas yang kompleks selain tugas mengajar pada jam pelajaran, guru pendidikan jasmani juga berwenang mengajar atau melatih. Dalam proses belajar mengajar kecakapan guru dapat diartikan sebagai 17 kemampuan atau keahliannya melaksanakan kompetensi mengajar. Menurut Undang – Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 2005:6, Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Menurut Oemar Hamalik 2001:127, guru akan melaksanakan banyak hal agar pengajarannya berhasil, antara lain : 1. Mempelajari setiap murid di kelasnya. 2. Merencanakan, menyediakan, dan menilai bahan-bahan belajar yang akan atau yang telah diberikan. 3. Memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, kebutuhan, kemampuan murid, dan bahan-bahan yang akan diberikan. 4. Memelihara hubungan pribadi seerat mungkin dengan murid. 5. Menyediakan lingkungan belajar yang serasi. 6. Membantu murid-murid memecahkan berbagai masalah. 7. Mengatur dan menilai kemajuan belajar murid. 8. Membuat catatan-catatan yang berguna dan menyusun laporan pendidikan. 9. Mengadakan hubungan dengan orang tua murid secara kontinyu dan penuh saling pengertian. 10. Berusaha sedapat-dapatnya mencari data melalui serangkaian penelitian terhadap masalah-masalah pendidikan. 11. Mengadakan hubungan dengan masyarakat secara aktif dan kreatif guna kepentingan pendidikan para siswa. Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sasaran yang ingin dicapai oleh seorang guru Pendidikan Jasmani sangat luas.Selain memberikan kemampuan siswa dalam hal kemampuan gerak, penguasaan teknik dasar olahraga, dan pengetahuan tentang hidup sehat.Pendidikan jasmani juga dapat 18 mengembangkan aspek-aspek psikologis pada siswa yang terdiri atas aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek fisik.Sedangkan tercapinya sasaran pembelajaran pendidikan jasmani itu merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangat besar bagi seorang guru pendidikan jasmani untuk ikut menentukan keberhasilan dalam pembelajaran terutama di sekolah. Tentu saja hal tersebut dipengaruhi oleh sikap guru, tingkat pendidikan guru, hubungan antar guru dan siswa serta kreativitas guru dalam memodifikasi dan penggunaan media dalam pembelajaran, sehingga minat dan motivasi siswa dapat bertambah saat mengikuti pembelajaran. b. Siswa Siswa SMK merupakan individu yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan baik jasmaninya maupun rohaninya. Dalam hal ini dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan fisik maupun psikologisnya yang berkembang secara pesat dan mencolok. Masa SMK identik dengan masa remaja yang mengambil peran dalam perkembangan kehidupan sejarah umat manusia. Menurur Oemar Hamalik 2001:93 guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komperhensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan murid dan merencanakan tujuan, bahan, dan 19 prosedur belajar mengajar dengan tepat, apalagi guru sekolah dasar mereka harus memahami karakteristik siswanya. Siswa sekolah menengah kejurauan termasuk dalam usia remaja. Rita Eka Izzaty dkk2013:87. Masa ini merupakan masa yang sangat krusial dalam kehidupannya karena keberhasilan dalam menatapi masa depannya juga dipengaruhi oleh keberhasilan remaja dalam menjalani perkembangannya. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang lebih oleh pendidik baik orangtua maupun guru. Implikasinya dalam pendidikan perlu memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa remaja tersebut. Misalnya dalam pendidikan jasmani siswa remaja diberi pelajaran tentang kesehatan reproduksi atau kesehatan pribadi agar siswa pada usia tersebut dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan. Dalam proses pembelajaran jasmani tanpa adanya siswa maka proses pembelajaran tidak akan terjadi. Siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah suatu pembelajaran tersebut berjalan dengan sukses atau pembelajaran tersebut gagal. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi terhadap pendidikan jasmani akan membantu kelancaran dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Sebaliknya siswa yang mempunyai motifasi rendah terhadap pendidikan jasmani maka akan menghambat dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Rita Eka Izzaty dkk 2008:116 menyatakan bahwa ciri-ciri anak Sekolah Menengah Atas yaitu : 20 1. Anak SMASMK sebagai masa remaja periode penting. 2. Anak SMASMK sebagai masa periode peralihan 3. Mempunyai periode perubahan 4. Suka mencari identitas 5. Timbulnya masalah 6. Timbulnya ketakutankesulitan 7. Cenderung memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang diinginkan bukan sebagaimana adanya, lebih-lebih cita- citanya. 8. Mulai berperilaklu sebagai orang dewasa tetapi mereka belum dewasa c. Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu BNSP 2006:3, Menurut Wawan S Suherman 2004:7, kurikulum merupakan suatu pedoman atau cetak biru pengalaman materi belajar yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Kurikulum yang saat ini digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum jenjang pendidikan dasar dan satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI Standar Isi dan SKL Standar Kelulusan serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP. 21 Setiap guru meta pelajaran termasuk guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, wajib menerapkan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Namun yang menjadi masalah tidak semua materi yang ada dalam kurikulum bisa diselesaikan secara keseluruhan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kecakapan guru, alokasi waktu, Sarana prasarana dan minat siswa dalam mengikut proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat terpenuhi maka dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Menurut Jewett yang dikutip oleh Agus Suhendartin Suryobroto 2004:12 bahwa struktur materi pendidikan jasmani dikembangkan dan disusun dengan menggunakan model kurikulum kebugaran jasmani dan pendidikan olahraga. Asumsi yang digunakan oleh kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup aktif bagi siswa. d. Sarana dan Prasarana Dalam proses pembelajaran jasmani banyak hal yang membantu tercapainya tujuan pembelajaran salah satunya adalh sarana dan prasarana. Menurut Agus Suryobroto 2004:4, sarana atau alat adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah bahkan dibawa oleh pelakunnya atau siswa. Sedangkan pengertian prasarana menurut Soepartono 2000:5, adalah sebagai sesuatu yang mempermudah 22 atau memperlancar tugas dan memiliki sifat relatif permanen. Salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan. Berdasrkan beberapa teori di atas sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Tanpa adanya sarana dan prasarana maka akan menghambat dalam proses pembelajaran jasmani. Kelengkapan dan tercukupinnya sarana dan prasarana olahrag akan mendukung dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Sehingga sarana prasarana pendidikan jasmani perlu diperhatikan baik oleh guru pendidikan jasmani maupun pihak sekolah. Keberadaan sarana prasarana pendidikan jasmani yang tercukupi serta kondisinya yang layak untuk digunakan, maka proses pendidikan jasmani akan berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan dari faktor sarana prasarana. Sedangkan keberadaan sarana dan prasarana yang terbatas dan kondisinya yang tidak layak untuk digunakan akan menyulitkan atau menghambat dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Dari permasalahan sarana dan prasarana tersebut hendaknya guru pendidikna jasmani harus kreatif dalam memodifikasi sarana prasarana yang ada. Sehingga keterbatasan sarana prasarana dapat diatasi oleh guru pendidikan jasmani. 23

B. Penelitian yang relevan

Penelitian relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian dengan judul Identifikasi Faktor-Faktor yang Mendukung Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMA Negeri se-Kabupaten Bantul oleh Agus Susanto tahun 2012. Metodepopulasinya adalah semua guru di SMA Negeri Se-Kabupaten Bantul.Sampelnya adalah guru yang mengajar matapelajaran pendidikan jasmani yang berjumlah 36. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey menggunakan angket sebagai intrumennyayang sudah di expert judgement oleh Ahmad Ritahudin,M.Ordengan validitas 0,475 samapi dengan 0,824 dan reliabilitas 0,740 dengan peluang ralat p 0,05 yaitu p = 0,00 sehingga instrumen ini dapat dinyatakan andal atau signifikan. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut faktor kurikulum merupakan faktor pendukung yang paling tinggi dengan prosentase 26,28, faktor guru tertinggi kedua faktor guru dengan prosentase 25,51, faktor sarana dan prasarana memiliki prosentase sebesar 24,84, dan urutan terakir adalah faktor dari siswa yang memiliki prosentase 23,37. 2. Penelitian relevan kedua, yaitu penelitian yang berjudul Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA Se-Kabupaten Bantul oleh Wiwin Maryanti tahun 2004. Populasinya adalah semua guru mata pelajaran Penjas SMA Negeri se Kabupaten Bantul, sampelnya adalah guru yang mengajar mata pelajaran 24 pendidikan jasmani kelas X, XI, dan XII yang berjumlah 37 orang. Dengan metode survei menggunakan angket sebagai intrumennya. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : Faktor yang menghambat pelaksanaan proses pembelajaran dari siswa sebesar 12, 12 . Faktor yang menghambat pelaksanaan proses pembelajaran dari guru sebesar 12, 12 . Faktor yang menghambat proses pembelajran dari kurikulum 39, 39 dan faktor yang menghambat proses pembelajaran dari sarana dan prasarana sebesar 39,37 .

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan jasmani merupakan proses belajar mengajar melalui aktifitas jasmani untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan psikomotor, afektif, dan kognitif secara menyeluruh, selaras dan seimbang untuk menuju manusa Indonesia seutuhnya. Keberhasilan atau tidaknya pembelajaran pendidikan jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung, diantaranya faktor dari siswa, guru, kurikulum, lingkungan, sarana dan prasarana. Jika salah satau faktor tersebut tidak berjalan dengan baik, maka akan menghambat dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Sebaliknya jika semua faktor tersebut berjalan dengan baik, maka akan mempermudah dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Jika faktor – faktor yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai sesuai dengan BSNP dan dapat diartikan proses pembelajaran tersebut berhasil. Kemungkinan tingkat keterlaksanaan 25 pendukung pembelajaran pendidikan jasmani berasal dari berbagai faktor antara lain :Faktor yang berasal dari siswa yaitu bakat dan motivasi yang dimiliki siswa, kesenangan siswa terhadap pembelajaran penjas, kondisi siswa, sikap siswadan perilaku siswa, faktor yang berasal dari guru yaitu, pengguasaan materi oleh guru, tingkat pendidikan guru, penggunaan alat dan fasilitas oleh guru, pengunaan media oleh guru, kehadiran guru, penampilan guru, perhatian guru, penguasaan materi, pengalaman guru, sikap guru, metode mengajar, dan kreatifitas guru, sedangkan faktor yang berasal dari kurikulum yaitu alokasi waktu, bobot mata pelajaran, dan bentuk susunan materi. Serta faktor yang berasal dari sarana dan prasarana yaitu kelengkapannya, kondisi dan fasilitas, adanya gudang penyimpanan, dan pemeliharaan alat.Semua faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitain ini merupakan penelitaian deskriptif kuantitatif yang memberikan gambaran tentang objek yang diteliti. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan angket sebagai instrumennya. Sugiyono 2013:2 menyatakan metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan metode survai, peneliti akan mengumpulkan data mengenai tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, dan kemudian dilakukan analisis.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalahtingkat keterlaksanaan proses pembelajaran Penjasorkes di SMK Negeri Se Kabupaten Bantul Yogyakarta. Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membantu tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran Penjasorkes yang digolongkan ke dalam empat faktor yaitu faktor dari guru, siswa, kurikulum, dan sarana prasarana dan dituangkan dalam bentuk angket yang diisi oleh guru penjasorkes