eksternal. Kalsium hidroksida juga dapat digunakan sebagai bahan sealer pada perawatan saluran akar.
21
Berbagai penelitian mengenai efektivitas CaOH
2
sebagai antimikroba telah dilakukan. Efek antimikrobial CaOH
2
telah dievaluasi pada studi klinis dimana CaOH
2
dengan sukses dapat mendisinfeksi saluran akar jika digunakan selama 1 bulan pada 97 kasus yang disembuhkan. Studi berikutnya pada kelompok yang sama,
efektivitas dari CaOH
2
dapat diperoleh dengan peletakan CaOH
2
selama 1 minggu di dalam saluran akar.
9
Cara kerja CaOH
2
melalui pelepasan ion Ca
2+
yang memiliki peran dalam proses mineralisasi jaringan dan ion OH- yang menghasilkan alkalin yang
tinggi sehingga menyebabkan lingkungan yang tidak sesuai bagi mikroorganisme.
20
CaOH
2
juga memiliki beberapa kelemahan seperti yang ditemukan oleh beberapa peneliti. Penelitian klinis menunjukkan bahwa CaOH
2
kurang efektif dalam membunuh bakteri Enterococcus faecalis.
6
Penelitian yang dilakukan oleh Estrela et al membuktikan bahwa CaOH
2
membutuhkan waktu 60 hari untuk dapat membunuh Candida albicans dan Enterococcus faecalis.
14
Kekurangan lain dari CaOH
2
adalah sisa residunya sulit dihilangkan dari dinding saluran akar sehingga akan mengurangi
setting time sealer yang berbasis zinc oxide yang digunakan pada pengisian saluran akar.
20
Bloomlof et al 1988 menemukan penggunaan CaOH
2
sebagai medikamen saluran akar pada pasien yang juga melakukan perawatan periodontal memiliki efek
yang kurang baik pada jaringan periodontal. CaOH
2
memberikan pengaruh negatif dalam proses penyembuhan jaringan lunak dan dapat menghambat proses perlekatan
gingiva fibroblas walaupun tidak secara signifikan.
22
2.2 Enterococcus faecalis Sebagai Salah Satu Bakteri yang Terdapat pada
Infeksi Saluran Akar
Saluran akar dari gigi yang terinfeksi mempunyai flora mikroba yang kompleks terdiri dari kokus, batang, spirochetes, filamen, dan terkadang fungi. Enterococcus
faecalis adalah bakteri gram positif fakultatif anaerob yang dapat tetap bertahan dalam tubulus dentin karena ukurannya yang cukup kecil.
6,11
Enterococcus faecalis tidak membentuk spora, berbentuk ovoid dengan diameter 0,5-1µm, biasanya tunggal,
Universitas Sumatera Utara
berpasangan atau berbentuk rantai pendek.
25
Enterococcus faecalis telah terbukti memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di saluran akar sebagai organisme tunggal
tanpa dukungan dari bakteri lain.
6,11
Bakteri Enterococcus faecalis banyak berperan pada infeksi endodontik yang telah dibuktikan oleh beberapa penelitian karena
ukurannya yang kecil sehingga dapat bertahan hidup dalam tubulus dentin.
26
Enterococcus faecalis merupakan flora rongga mulut khususnya di saluran akar dan mempunyai daya resistensi yang sangat tinggi terhadap beberapa antibiotik tertentu.
Bakteri ini mampu mengadakan kolonisasi yang baik pada permukaan protein serta membentuk biofilm pada dinding-dinding dentin. Pada saat ini, bakteri Enterococcus
faecalis telah menduduki peringkat ketiga sebagai bakteri patogen nasokomial, mempunyai sifat yang resisten pada beberapa antibiotik seperti aminoglikosida,
penisilin, tetrasiklin, klorampenikol, dan vankomisin.
26
Berdasarkan taksonominya, Enterococcus faecalis diklasifikasikan atas :
23
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Famili : Enterococcaceae
Genus : Enterococcus
Spesies : Enterococcus faecalis
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Scanning Electron Micrograph SEM sel bakteri Enterococcus faecalis
dengan pembesaran 400x
24
Prevalensi infeksi yang disebabkan oleh bakteri Enterococcus faecalis berkisar antara 24-77. Penemuan ini dapat dijabarkan melalui variasi dari ketahanan dan
virulensi dari bakteri Enterococcus faecalis sendiri termasuk kemampuannya dalam bersaing dengan mikroorganisme lain, masuk ke tubulus dentin, dan mampu bertahan
pada kondisi nutrisi yang sedikit. Penelitian yang dilakukan oleh Stuart 2006 juga menyebutkan bahwa Enterococcus faecalis banyak ditemukan pada gigi yang dirawat
saluran akarnya dengan prevalensi sebesar 30-90. Enterococcus faecalis dapat bertahan hidup dalam jangka panjang pada saluran akar gigi tanpa penambahan
nutrisi.
26
Tabel 1. Bakteri yang diisolasi dari saluran akar yang telah dilakukan perawatan dengan periodontitis apikalis yang persisten
27
Bakteri Frekuensi
Enterococcus faecalis 77
Pseudoramibacteralactolyticus 55
Propionibacterium propionicum 50
Filifactor alocis 48
Dialister pneumosintes 46
Streptococcus spp. 23
Tannerella forsythia 23
Dialister invisus 14
Campylobacter rectus 14
Porphyromonas gingivalis 14
Treponema denticola 14
Fusobacterium nucleatum 10
Prevotella intermedia 10
Candida albicans 9
Campylobacter gracilis 5
Actinomyces radicidentis 5
Porphyromonas endodontalis 5
Micromonas micros 5
Synergistes oral clone BA121 5
Olsenella uli 5
Universitas Sumatera Utara
Tingginya prevalensi Enterococcus faecalis disebabkan antara lain karena Enterococcus faecalis dapat beradaptasi pada kondisi yang kurang menguntungkan
seperti hiperosmolariti, panas, etanol, hidrogen peroksida, asam, dan basa. Enterococcus faecalis dapat menginvasi tubulus dentin untuk perlindungan dari preparasi saluran akar
chemo-mechanical dan teknik dressing intrakanal. Enterococcus faecalis dapat terlepas dari tubulus dentin menuju ruang saluran akar dan menjadi sumber infeksi ulang.
Beberapa studi telah melaporkan rendahnya sensitivitas Enterococcus faecalis terhadap cairan irigasi dan medikamen saluran akar seperti kalsium hidroksida, diperkirakan efek
basanya dapat meningkatkan sifat adhesif dari bakteri.
28
Enterococcus faecalis juga dapat mentolerir kandungan alkalin yang tinggi dari kalsium hidroksida karena memiliki
pompa proton.
6
Enterococcus faecalis diperkirakan dapat berpenetrasi antara 50-300µ m ke dalam dentin manusia sehingga apabila penetrasi cukup dalam, bakteri Enterococcus
faecalis dapat bertahan dari instrumen dan irigan endodontik ketika preparasi chemo- mechanical berlangsung.
20,29
Enterococcus faecalis dapat bertahan hidup di dalam kanal melalui ramifikasi apikal atau ruang antara bahan pengisi saluran akar dengan
dinding kanal, sehingga sangat diperlukan adanya bahan medikamen saluran akar yang digunakan antar kunjungan yang diharapkan dapat berpenetrasi ke dalam jaringan
gigi.
20
Faktanya, bakteri Enterococcus faecalis dapat bertahan hidup selama 6-12 bulan pada lingkungan yang kekurangan nutrisi sekalipun dan kemudian tumbuh dengan subur
pada saat sumber nutrisi kembali tersedia.
29
Kemampuan bertahan hidup dan virulensi dari Enterococcus faecalis antara lain berasal dari enzim litik, sitolisin, senyawa agregasi, feromon, dan asam lipoteikoat
LTA. Untuk melekat pada sel host, bakteri ini mengekspresikan protein untuk berkompetisi dengan sel bakteri lain dan mengubah respon host. Enterococcus faecalis
mampu menekan aksi limfosit yang mempunyai potensi untuk berkontribusi dalam kegagalan endodontik. Enterococcus faecalis mempunyai serin protease, gelatinase, dan
protein pengikat kolagen yang membantu pengikatan dentin. Enterococcus faecalis akan menginvasi dan bertahan di tubulus dentin.
2,19
Protease berperan dalam menyediakan
Universitas Sumatera Utara
nutrisi peptida pada organisme dan menyediakan nutrisi peptida pada organisme dan menyebabkan kerusakan, baik secara langsung maupun tidak langsung pada jaringan
pejamu dan termasuk ke dalam faktor virulensi. Faktor virulensi terkait dengan kolonisasi pada pejamu, kompetisi dengan bakteri lain, resistensi dalam merespon
mekanisme kekebalan pejamu, dan produksi bahan patologis yang dapat mempengaruhi pejamu secara langsung dengan menghasilkan toksin atau secara tidak langsung yakni
dengan cara menginduksi terjadinya proses inflamasi. Faktor-faktor virulensi tersebut terdiri dari substansi agregasi, sex pheromones, lipoteichoic acid LTA, extracellular
superoxide, gelatinase, hialuronidase, dan sitolisin.
24,25
Enterococcus faecalis juga memiliki sistem adhesi yang baik, dikenal sebagai Ace, yaitu ikatan kolagen dimana
struktur dan fungsinya hampir sama dengan ikatan protein-kolagen pada Staphylococcus aureus. Telah dibuktikan bahwa protease, gelatinase, dan ikatan protein-kolagen Ace
bakteri Enterococcus faecalis berperan dalam adhesi saluran akar.
26,33
Sifat resistensi bakteri Enterococcus faecalis sangat kuat, beberapa upaya telah dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut dan banyak alternatif yang
dikhususkan untuk menghambat atau membunuh bakteri Enterococcus faecalis tersebut. Antibakteri yang sudah ada kurang mampu untuk menghambat pertumbuhan bakteri ini
sehingga masih dibutuhkan adanya inisiatif-inisiatif baru untuk menyempurnakan fungsinya, oleh karena itu diharapkan muncul alternatif lain dari bahan alami untuk
mendapatkan antibakteri yang dapat lebih baik dari yang sudah ada.
26
2.3 Tanaman Manggis Garcinia mangostana L.