Bab 2 Metoda Penelitian Kesehatan Ilmiah

BAB 2
METODE ILMIAH DALAM PENELITIAN
KESEHATAN
P ENDAHULUAN
Penelitian kesehatan adalah cara sistimatik yang mengikuti prinsipprinsip dasar dalam mengumpulkan bukti penting (data dan informasi)
untuk menjawab permasalahan kesehatan dan menginvestigasi lebih
mendalam tentang isu-isu kesehatan. Penelitian harus dilakukan secara
sistimatik karena penelitian mengikuti proses yang mempunyai urutanurutan sesuai aturan tertentu dalam melakukan penelitian. Dalam
rangkaian proses penelitian yang baku, maka penelitian dimulai dengan
perencanaan penelitian dan berakhir pada interpretasi hasil dan
kesimpulan penelitian yang kemudian akan menentukan rencana
penelitian berikutnya. Penelitian juga mengikuti prinsip-prinsip ilmiah,
yaitu menggunakan tata cara menjawab masalah penelitian menurut
kaidah ilmiah yang telah diterima para ilmuwan, termasuk dalam
menggali lebih jauh tentang isu kesehatan. Aturan atau prinsip-prinsip
itulah yang tercakup dalam ilmu metodologi penelitian.
Tujuan utama pada bab ini ialah menjelaskan kharakteristik pokok
dalam melakukan penelitian ilmiah. Penekannanya ialah pada aspek
metodologi sebagai alat untuk melakukan penelitian terapan kesehatan
dan memperoleh bukti terbaik dalam memecahkan masalah kesehatan.
Tujuan khusus pada bab ini ialah:

1. Menjelaskan

apakah

yang

dimaksud

dengan

metodologi

penelitian dan unsur-unsur pokok suatu penelitian ilmiah,

1

2. Menguraikan beberapa isu yang mendasar tentang kegiatan
metode ilmiah kaitannya dengan penelitian,
3. Menguraikan kegunaan penelitian kuantitatif dan kualitatif
dalam bidang kesehatam, dan

4. Mendiskusikan metode penelitian ilmiah dibidang kesehatan.

M ETODOLOGI I LMIAH DAN K EILMUAN
Perawatan pasien memerlukan serangkaian ketrampilan tertentu, yang
dalam melakukan tindakan medisnya memerlukan justifikasi dari
batang kei‘’uan

”r“fesi tertentu, yaitu i‘’u ked“kteran. Batang

keilmuan kedokteran dilandaskan pada metodologi pengobatan yang
susuai dengan aturan tertentu. Secara umum, metodologi adalah prosedur
sistimatik melakukan aktifitas keilmuan dengan aturan-aturan tertentu.
Dalam kontek ini beberapa aturan tertentu tersebut, antara lain
mencakup:
1. Bagaimana seharusnya keilmuan tertentu itu ditemukan?
2. Dalam bentuk apakah keilmuan itu akan disampaikan?
3. Bagaimana kebenaran sejati (truth) atau validitas keilmuan itu
seharusnya ditetapkan?
Sebelum membahas metode ilmiah dibidang kesehatan secara mendalam,
ada baiknya dibicarakan terlebih beberapa konsep dasar keilmuan secara

umum, sehingga kita dapat membandingkan antara metodologi penelitian
ilmu kesehatan dan ilmu-ilmu lainnya.

O T O R I T AS A T A U K E WE N A N G A N
Menurut kaidah keilmuan yang berlandaskan konsep otoritas, maka ilmu
pengetahuan dinyatakan benar apabila didasarkan pada tradisi, atau
dilandaskan pada pengalaman seseorang yang dianggap senior, atau
2

seseorang yang memiliki otoritas, atau kewenangan tertentu. Misalnya
Saudara sebagai mahasiswa, maka Saudara seringkali harus menerima
teori tertentu dan harus menganggap teori tersebut benar karena dosen
anda mengatakan apa yang dijelaskan kepada Saudara dikatakan yang
benar. Untuk memperoleh otoritas seseorang memerlukan pengakuan
atau gelar tertentu. Misalnya seorang dosen memperoleh gelar profesor
atau seorang klinisi mendapatkan gelar konsultan. Karena gelar atau
pengakuan tersebut, apa yang mereka katakan biasanya langsung
dianggap benar dan tidak diperdebatkan lagi. Kita sering melihat seorang
klinisi konsultan sedang melakukan pemeriksaan di bangsal kemudian
menjelaskan kepada residen tentang kondisi pasien dan pengobatan apa

yang perlu diberikan. Tidak ada seorangpun dari mereka membantah
penjelasan tersebut karena pendekatan ilmiah secara otoritas, semua
pernyataan konsultan dianggap benar oleh residen.
Konsep otoritas akan menimbulkan permasalahan pada waktu
terdapat dua orang atau lebih yang sama otoritasnya mempunyai
perbedaan pendapat. Sebagai contoh, seorang ahli saraf konsultan
mengatakan bahwa obat X sangat efektif bagi penderita kanker otak
primer. Sementara itu, ahli saraf konsultan lainnya mengatakan bahwa
obat X tidak efektif untuk pengobatan kanker otak primer. Bagaimana
kita akan menengarai perbedaan pendapat tersebut? Kecuali ada kriteria
yang jelas tentang efektifitas sesuatu obat kanker otak primer, perbedaan
pendapat tersebut akan berujung pada perdebatan yang tidak ada
akhirnya, atau bahkan akan terjadi saling menyerang satu sama lain
secara personal (ad hominem). Disinilah kelemahan pokok pendekatan
ilmiah secara otoritas. Berbeda dengan pendekatan keilmuan yang
didasarkan metode ilmiah (sain), maka perbedaan pendapat dapat dikaji
berdasarkan

atas


dasar

kebenaran

menggunakan kaidah tertentu.

3

bukti-bukti

ilmiah

(data)

ALAS AN S E CAR A LOGIS (R E AS ON IN G)
Pada umumnya penggunaan

alasan secara logis

(reasoning) akan


cenderung menuju kebenaran ilmiah yang sejati. Pada penggunaan
pendekatan ilmiah cara ini, bilamana reasoning diterapkan secara benar,
maka kesimpulannya dapat dipastikan benar. Namun sebaliknya apabila
reasoning sudah salah maka kesimpulan juga tidak benar. Sebagai contoh
marilah kita ambil keadaan berikut tentang tatanan pernyataan logis
(syllogism):
1. Semua penderita penyakit kanker paru-paru adalah laki-laki
2. Seseorang dengan inisial X adalah menderita kanker paru-paru
3. Jadi penderita dengan inisial X adalah laki-laki
Secara logis kesimpulan 3 dapat dijamin kebenarannya, apabila syllogism
dari pernyataan fakta (premis) 1 dan 2 adalah benar. Dari contoh
syllogism

ini dengan jelas menggambarkan kepada kita bahwa:

penggunaannya

secara


formal

(tanpa

harus

mengkaitkan

isi

pernyataannya) akan sangat lemah, apabila kita tidak memeliki cara
untuk meyakinkan bahwa premis dapat dijamin kebenaran yang
sesungguhnya (truth). Misalnya, pada contoh diatas kesimpulan 3 jelas
tidak dijamin kebenarannya karena premis nomer 1 tidak dijamin mutlak
kebenarannya. Banyak penderita kanker paru-paru berjenis kelamin
perempuan, yaitu sebagai akibat metastase kanker ganas dari organ
lainnya, misalnya dari kanker ovarium. Lainnya halnya apabila contoh
diatas adalah tentang kanker leher rahim dan jenis kelamin adalah
perempuan, maka kesimpulan butir 3 akan selalu benar. Hal ini karena
rahim hanya dimiliki oleh perempuan. Jadi ada jaminan kebenaran fakta

(premis) sebelum kesimpulan diambil.
Logika dan matematika adalah bagian metode ilmiah yang sering
digunakan dalam mengambil kesimpulan penelitian ilmiah. Namun
4

demikian, penggunaannya memerlukan fakta (premis) yang kuat agar
hasilnya memiliki kebenaran sejati. Oleh karena itu, pada berbagai
penerapan metode ilmiah, pendekatan logika dan matematika saja
seringkali menjerumuskan karena premis awalnya tidak tepat. Untuk itu,
tindakan atas dasar fakta yang benar atau lebih populer disebut evidence
based practice, sangat diperlukan. Disamping itu, seperti diuraikan pada
pengantar bagian 1 buku ini, penelitian kualitatif memiliki peran
tersendiri dalam ikut menjelaskan logika yang dipakai dari sudut
pemahaman subyek penelitian, budaya dan tatanan sosial yang berlaku di
lingkungannya.

IN TU IS I
Penemuan pengetahuan baru (new knowledge) acapkali diperoleh secara
tiba-tiba dari dalam diri sesorang dan timbul dari alasan diluar alam
sadarnya (without concious reasoning).


Kebenaran sejati (truth)

didasarkan pada kejelasan berdasarkan pengalaman dan rasa kebenaran
yang ada dalam perasaan atau emosinya. Sebagai contoh, apabila
Saudara

menangani

penderita

tanpa

menunjukkan

tanda-tanda

keberhasilan, maka acapkali Saudara merasa tahu dengan pasti
bagaimana mengganti terapi yang harus dilakukan. Suatu waktu
pengalaman semacam ini akan menjadi teori baru dalam praktek

kedokteran. Sayangnya, meskipun intuisi yang paling kuat sekalipun
seringkali terbukti salah karena fakta yang sudah dilupakan dan sangat
membosankan berkata lain, atau tidak mendukung intuisi tersebut.
Bahkan Newton pernah menyatakan: kekesalan seorang ilmuwan yang
memuncak seringkali terjadi apabila hipotesis yang bagus dirusak oleh
fakta yang aneh (a beautiful hypotesis is destroyed by an ugly fact).
Penemuan

baru

seringkali

mendapatkan

perlawanan

karena

bertentengan dengan intuisi. Pada abad ke 19, Dr. Ignaz Semmelwies,
seorang dokter rumahsakit yang terkenal sangat peduli dengan pasien

dan kemanusiaan, mencatat terjadinya kenaikan angka demam peurperal
5

pasca melahirkan dan angka kematian ibu pasca melahirkan di
rumahsakit tempat ia bekerja. Dia berpendapat bahwa infeksi tersebut
akibat para dokter dan mahasiswa yang menolong persalinan baru saja
melakukan otopsi tetapi belum mencuci tangan dengan benar. Pada tahun
1848,

Dr.

Semmelwies

memperkenalkan

prosedur

antiseptik

di

bangsalnya dan diikuti oleh penurunan angka infeksi wanita pasca
melahirkan.

Namun

demikian,

kolega

di

rumahsakitnya

merasa

tersinggung karena dokter dianggap sebagai penyebab penyakit infeksi
pasca persalinan. Dr. Semmelwies kemudian dipecat dari rumahsakit
te’”at dia bekerja dan dikuci‘kan dari ’asyarakat ”r“fesi ked“kteran
sampai dengan meninggal dalam kondisi yang mengenaskan.
Dari sudut pandang ilmu pengtahuan modern, ternyata pemikiran Dr.
Semmelwies adalah benar sedangkan intuisi koleganya salah. Otoritas,
logika, dan intuisi memiliki tempat tersendiri dalam perawatan dan
penelitian

kesehatan.

Secara

umum,

metode

ilmiah

dapat

diperbandingkan dengan metode lainnya, yaitu menekankan perlunya
bukti-bukti tertentu. Apa yang tergolong bukti ilmiah dan apa arti bukti
ilmiah tersebut adalah suatu hal komplek yang akan dibahas dalam babbab berikutnya dalam buku ini.

M ETODE I LMIAH DAN P AHAM P OSITIFISME
Metode ilmu pengetahuan telah terkristalisasi beberapa abad yang lalu
sejalan dengan perkembangan penelitian ilmiah. Permulaan terjadinya
perkembangan ilmu pengetahuan modern di Negara Barat ialah pada
abad ke XVI pada saat Benua Eropa mengalami perubahan sosial dan
ekonomi secara cepat bersamaan pula dengan munculnya para seniman,
pemikir dan ahli filsafat. Secara bertahap, para ahli kemudian
memindahkan perhatiannya dari teologi dan pemikiran diatas meja ke
metode diskripsi secara sistimatik, menjelaskan dan upaya untuk
mengendalikan fenomena ilmu pengetahuan alam. Perubahan kondisi ini
mengijinkan ahli-ahli filsafat seperti Descrates dan Francis Bacon
6

menantang ajaran pemikiran kuno (medieval), termasuk kepada ahli-ahli
ilmu pengetahuan alam yang sudah terkenal, Galileo, Newton dan Harvey
dengan usulan model-model baru dibidang ilmu pengetahuan alam.
Pemikiran baru tersebut memiliki 3 elemen pokok:
Empirisme. Suatu pemikiran bahwa penelitian haruslah didasarkan atas
hasil obeservasi dan pengetahuan yang diverifikasi dengan bukti.
Determinasi. Suatu pemikiran bahwa kejadian di bumi ini harus
didasarkan pada hukum dan penyebab yang tetap. Tujuan penelitian
ialah menemukan aturan dan penyebab yang tetap tersebut.
Skeptisisme. Suatu pemikiran bahwa setiap proposisi atau pernyataan,
meski berasal dari orang yang berwewenang, terbuka untuk dianalis dan
dikritik.
Ciri pokok ilmu pengetahuan terletak pada metodologi penelitian
yang dipakai. Ilmu pengetahuan bukanlah hanya sekedar kumpulah
berbagai pengetahuan, tetapi merupakan pengetahuan yang disusun
berdasarkan penerapan metodologi ilmiah. Metodologi ilmiah memiliki
sistem dan prosedur secara sistimatik yang dijadikan dasar dalam
melakukan penelitian ilmiah. Persaratan melakukan metode ilmiah
terletak pada kemampuan analisis dan menjelaskan secara logis tentang
fenomena atau kondisi yang diteliti. Prosedur dan tata-cara melakukan
metode penelitian ilmiah selalu diperbaharui secara terus-menerus
karena para ilmuwan selalu berusaha untuk mencari cara-cara terbaru
dan

yang

lebih

baik

dalam

melakukan

observasi,

pengambilan

kesimpulan hasil, generalisasi, dan metode analisis. Karena metodologi
penelitian

berkembang

terus

menerus,

maka

pengalaman

dalam

melakukan penelitian ilmiah akan menjadi cara baru dalam melakukan
penelitian ilmiah berikutnya.
Tujuan utama penelitian ilmiah adalah untuk menggambarkan dan
menjelaskan kenyataan (Gambar 1.1).
7

Penelitian umumnya dimulai

dengan mendefinisikan dan menggambarkan apa yang telah diketahui
tentang subjek yang akan dite‘iti. Untuk itu di”er‘ukan ”eninjauan
kembali literatur dan analisis informasi yang telah dihasilkan dari
berbagai

penelitian

sebelumnya.

Pertanyaan

penelitian

yang

dikembangkan oleh peneliti harus dihasilkan dari proses review literatur
yang telah dipublikasikan, meskipun intuisi dan pengalaman peneliti
sangat mempengaruhi proses tersebut. Selain itu, pertanyaan penilitian
juga dapat timbul dari masalah-masalah yang dihadapi dari kehidupan
sehari-hari, program pelayanan di lapangan, dan pertanyaan yang
menantang dari penemuan teknologi-teknologi baru.
Setiap pertanyaan penelitian harus dipikirkan dengan cermat tentang
implikasi proses pelaksanaan penelitian. Pertanyaan penelitian juga
perlu dipertajam sehingga terfokus pada pertanyaan penelitian yang
mungkin bisa dijawab. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa masalah
penelitian umumnya tidak mungkin dijawab dengan satu kali penelitian
saja. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan
tersebut kemudian perlu dinyatakan dalam satu atau beberapa hipotesis,
yang jawabannya akan menjadi dasar dalam menyusun suatu teori baru.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian
yang dirumuskan oleh peneliti. Perkembangan proses penelitian dimulai
dengan mencermati pertanyaan penelitian yang akan di teliti dan
disaring sedemikian rupa agar sesuai dengan hipotesis yang dapat diuji.
Dalam melakukan penelitian, beberapa pertanyaan berikut perlu
dipertimbangkan dengan cermat, antara lain:
1. Rancangan penelitian: apakah rancangan penelitian yang
terbaik untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut?
2. Instrumen penelitian: Alat pengukuran apakah yang perlu
dikembangkan untuk memperoleh atau mengumpulkan data?
3. Jenis informasi apakah yang perlu dihasilkan?

8

4. Berapakah jumlah subjek penelitian yang diperlukan?
5. Metode statistik apakah yang akan digunakan?
6. Akankah jawaban penelitian tersebut bermanfaat dalam
mengembangkan teori baru dibidang kesehatan?
7. Apakah hasil penelitian bermanfaat bagi pelayanan kesehatan
secara langsung?

Kebenaran Sejati di
Alam Semesta

Kebenaran Hasil Penelitian

Rencana Penelitian

Penelitian Aktual

Pertanyaan
Penelitian

Variabel Opersional

Pengukuran Aktual

Populasi Sasaran

Populasi Sampel

Subjek Aktual

Fenomena yang
menarik untuk diteliti

Temuan dari
Penelitian

Gambar 1.1: Penelitian ilmiah untuk menjelaskan kebenaran fakta
Gambar 1.1 adalah skema rangkaian proses penelitian yang bersifat
sirkuler untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan lebih baik.
Kekuatan suatu penelitian tergantung pada relevansi dari pertanyaan
penelitian yang dihasilkan. Peneliti mungkin menggunakan satu atau
beberapa cara untuk menentukan manfaat akhir (ultimate worth) dari
suatu penelitian. Beberapa aspek penting dalam metodologi antara lain: -desain penelitian, --pemilihan subjek (sampling), --pendefinisian variabelvariabel penelitian, --teknik-teknik pengumpulan data, --analisis dan
9

interpretasi data yang dihasilkan. Penyusunan kesimpulan dalam
penelitian dan dampaknya pada pemahaman teori yang sudah dipakai
saat ini merupakan langkah akhir dari sebuah penelitian yang sangat
penting artinya dalam menuntun kemajuan keilmuan.
Dalam penerapan metode ilmiah, diperlukan pemahaman cara
berfikir yang jelas dan logis agar hasilnya dapat dipakai oleh beberapa
pihak, baik ilmuwan atau praktisi. Definisi yang jelas tentang istilahistilah, klasifikasi, metode ilmiah dalam menarik kesimpulan, sampling,
pengukuran, dan teknik statistik yang dipakai harus dipahami oleh
pengguna hasil penelitian karena metodologi tersebut merupakan
instrumen pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Disamping itu,
sifat kritis yang rasional adalah menjadi ciri pokok dalam bekerja secara
ilmiah. Elemen-elemen utama dalam metode ilmiah tersebut akan
diperkenalkan secara ringkas dalam bab ini dan akan diperdalam dalam
bab-bab berikutnya.

M A S A L AH P E N E L I T I A N
Masalah penelitian yang utama dan pertama adalah signifikansi dari
masalah tersebut. Pemecahan terhadap masalah penelitian tersebut
harus memiliki nilai tertentu dalam ilmu pengetahuan, dan atau nilai
praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pemecahan masalah
penelitian

akan

menyumbangkan

teori

baru

dalam

memahami

patofisiologi infeksi HIV, atau memberikan bukti ilmiah baru tentang
cara-cara pencegah
an penyakit infeksi HIV dari ibu ke bayinya serta upaya-upaya
pencegahan infeksi transversal tersebut. Oleh karena itu, siginifikansi
suatu masalah penelitian bukan hanya karena keberhasilan dalam
mecahkan masalah penelitian akan menakjubkan penelitinya atau
masyarakat ilmiah saja. Untuk itu, memerlukan waktu dan upaya yang
cukup lama dalam memilih masalah penelitian secara ilmiah.
10

Banyak masalah penelitian ilmiah sudah diketahui sejak lama,
namun belum dapat dipecahkan dengan baik. Hal ini karena cara untuk
memecahkan masalah tersebut belum diketemukan. Sebagai contoh,
perkembangan biologi molekuler, stuktur materi genetik, prinsip sintesa
protein dan pengaturan aktifitas genetik diperlukan terlebih dahulu
sebelum masalah perkembangan biologi manusia diketahui dengan benar.
Bagaimana telur yang sudah dibuahi kemudian berkembang menjadi
makhluk multiseluler yang lengkap dalam bentuk janin? Teknologi
seringkali dikembangkan dari riset-riset dasar, namun informasi dapat
mengalir dari arah yang sebaliknya. Dengan alat atau teknologi baru
seringkali masalah yang telah ada kemudian dapat dipahami lebih baik.
Misalnya, dengan ditemukannya mikroskop elektron, bukan hanya
pemahaman masalah biologi seluler yang mengalami kemajuan pesat,
tetapi juga penemuan-penemuan penyakit virus baru berkembang dengan
pesat. Namun demikian, mengembangkan teknologi dengan orientasi
pengembangan peralatan saja tidak menguntungkan, bahkan akan
cenderung terjadi pemborosan sumberdana apabila tidak diarahkan pada
masalah ilmiah yang harus dipecahkan.
Sir Peter Medawar dan Sir Frank MacFarlane Burnet sebagai
pemenang bersama hadiah nobel bidang fisiologi pada tahun 1960
’engatakan bahwa:

sain ada‘ah seni untuk ’e’ecahkan ’asa‘ah

(science is the art of soluble). Oleh karena itu, kita harus menemukan
cara-cara yang definitif untuk menolak atau menerima penjelasan
sementara terhadap pemecahan masalah penelitian yang dipercayai
sebagai jawaban yang benar (hipotesa kerja). Untuk itu, kita harus
berusaha melalui berbagai cara untuk melihat kelemahan hipotesa kerja
yang diajukan. Kalau perlu peneliti harus bersifat kritis terhadap
hipotesa kerja yang diajukannya sendiri, sehinga pada akhirnya hasil
penelitiannya tidak ’engundang ”ertanyaan k‘asik:
terbukti ‘a‘u ’au a”a

ka‘au sudah

(s“-what paper)? Dengan demikian, masalah

penelitian bukan hanya memilih masalah yang bersumber adanya
11

kesenjangan atau ga” antara a”a yang seharusnya dan fakta yang ada,
tetapi harus melihat manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan.
Disinilah kita mengenal manfaat penelitian secara ilmiah dan manfaat
penelitian dalam praktis atau terapan.
Dalam masalah penelitian terapan, seperti halnya di bidang
kesehatan masyarakat, masalah penelitian harus diarahkan untuk
kepentingan masyarakat. Demikian pula masalah penelitian kesehatan
hasilnya harus memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan bagi umat manusia. Pada prinsipnya, penting atau tidaknya
suatu

masalah

penelitian

harus

dilandasi

adanya

kesenjangan

pengetahuan antara apa yang ada dan apa yang seharusnya terjadi.
Penelitian dilakukan untuk menjawab tentang timbulnya kesenjangan
tersebut, mengapa terjadi perbedaan antara fakta yang ada dan apa yang
seharusnya terjadi. Untuk menyederhanakan hal ini, marilah kita lihat
masalah

penelitian

yang

sangat

sederhana.

Setelah

memperoleh

suplement zat besi selama kehamilan, seharusnya kadar haemoglobin
dalam darah ibu yang hamil tersebut akan meningkat dengan nyata.
Namun fakta yang dikeluhakan dari kasus-kasus dilapangan sebagian
menunjukkan bahwa setelah memperoleh suplemen zat besi selama 2
minggu kadar haemglobin ibu hamil tidak naik, atau justru menurun.
Disini terjadi kesenjangan antara apa yang seharusnya dan fakta yang
terjadi. Bisa jadi, ibu-ibu yang hamil tersebut diduga menderita infestasi
cacing gelang (askariasis) dalam ususnya. Dengan lain kata ada jawaban
sementara (hipotesis) yang dapat diajukan untuk menjelaskan fakta
tersebut, mengapa tidak sesuai dengan teori yang seharusnya? Hal ini
bisa menjadi masalah penelitian karena terjadi kesenjangan antara teori
dan kenyataan. Namun penting atau tidaknya masalah penelitian, juga
harus didasarkan pada implikasi dari hasil penelitian tersebut. Dalam hal
ini harus da”at ’enjawab ”ertanyaan k‘asik: ka‘au sudah terbukti ‘a‘u
’au a”a (so-what paper)? Dalam contoh suplementasi zat besi tersebut,
apabila infestasi cacing gelang terbukti benar menjadi penyebab tidak
12

naiknya kadar haemoglobin, maka upaya membasmi askariasis akan
meningkatkan efektifitas pemberian suplemen zat besi bagi ibu hamil.
Apabila tidak ditemukan fakta yang mengalami kesenjangan dari
teori, maka hal tersebut tidak dapat dijadikan masalah penelitian ilmiah.
Contoh klasik, peneliti yang mempertanyakan: apakah sesudah disuntik
zat besi kadar dalam darahnya akan naik? Ini adalah bukan masalah
penelitian! Serupa mempertanyakan apakah habis minum hilang dahaga.
Kalau habis minum masih dahaga terus, maka barulah perlu diteliti,
mengapa fakta tidak sesuai dengan teori? Tetapi harus dikejar
manfaatnya,

kalau sudah terjawab permasalahnya,

dipertanyakan

hasilnya untuk apa? Apakah ada implikasi dari penemuan tersebut secara
keilmuan atau secara praktis?
Contoh lain misalnya, vaksin diare rotavirus sudah terbukti efektif
untuk mencegah anak diare agar tidak perlu masuk rumah sakit karena
dehidrasi berat. Namun masih belum diketahui apakah vaksin tersebut
kurang efektif bila diberikan kepada bayi-bayi yang memperoleh air susu
ibu dalam jangka lama seperti yang terjadi di Asia? Mengapa? Jawaban
sementara (hipotesis) karena kemungkinan air susu ibu dalam usus akan
mengurangi efektifitas vaksin rotavirus. Kemungkinan lain karena jenis
flora usus bayi-bayi di Asia berbeda dengan bayi-bayi di Amerika dan
Eropa ditempat vaksin tersebut diuji sehingga kemungkinan mengganggu
efektifitas vaksin rotavirus di pada bayi-bayi di Asia.
Dalam penelitian kesehatan, manfaat penelitian harus memberikan
kontribusi bukan hanya dalam pengembangan keilmuan, tetapi dapat
dimanfatkan dalam meningkatkan upaya kesehatan. Dalam hal ini, telah
dikembangkan beberapa ukuran dasar yang digunakan untuk melihat
berat ringannya permasalah kesehatan (burden of disease), sehingga bisa
membandingkan kepentingan antar beberapa jenis penyakit dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa penelitian harus dapat menjawab adanya kesenjangan dalam ilmu
13

pengetahuan

yang

dinyatakan

sebagai

pertanyaan

atau

masalah

penelitian. Selain itu, penelitian harus bermanfaat atau memberikan
kontribusi dalam membangun teori serta implikasinya dalam kehidupan
sehari-hari (praktis). Suatu penelitian yang tidak ada manfaatnya bagi
ilmu pengetahuan dan kehidupan tidak perlu dilakukan, walaupun
penelitian tersebut memberikan hasil kepuasan atau nilai kredit (credit
point) bagi penelitinya.

H IP OTE S IS
Hipotesis adalah pernyataan yang bertujuan untuk menghubungkan
antara variabel-variabel atau faktor-faktor sebagai jawaban sementara
terhadap pertanyaan penelitian (masalah penelitian). Faktor-faktor yang
biasa diperhatikan dibidang penelitian kesehatan, terutama dibidang
epidemiologi adalah: 1) ciri dari seseorang, 2) tempat, dan 3) waktu.
Sebagai contoh dari ciri seseorang ialah berkaitan dengan: --usia, --jenis
kelamin, --suku bangsa, --pendidikan, --pendapatan, --status sosial, dan -faktor-faktor perilaku lainnya, yang mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian (faktor risiko). Faktor-faktor yang berkaitan dengan tempat
adalah: --lingkungan tempat tinggal, --kondisi rumah, --tempat kerja, dan
–jenis tempat tinggal, apakah di perdesaan ataupun di perkotaan.
Sedangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu adalah waktu
dalam hitungan jam, hari, bulan, musim, tahun, dan lain-lain.
Pernyataan: a”akah ”eng“batan ta’iflu dapat mencegah kematian
akibat penyakit flu burung? ada‘ah sebuah hi”“tesis yang da”at diajukan
dalam

penelitian.

Dalam

contoh

ini,

ciri-ciri

khusus

hipotesis

menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih kumpulan
observasi (variabel), yaitu observasi yang berkaitan dengan pemberian
tamiflu dan observasi yang berkaitan dengan kematian akibat flu burung.
Konsep?

14

Hipotesis dibedakan menjadi dua jenis, jaitu: hipotesis nol (null) dan
hipotesis

alternatif.

Hipotesis

nol

menyatakan bahwa

tidak

ada

perbedaan di antara kelompok yang dibandingkan, sedangkan hipotesis
alternatif

adalah

menyatakan

keadaan

sebaliknya,

yaitu

adanya

perbedaan diantara kelompok yang dibandingkan tersebut. Mengacu pada
contoh diatas, hipotesis nol adalah:

”eng“batan ta’iflu mencegah

terjadinya kematian akibat penyakit flu burung , sedangkan hi”“tesis
a‘ternatifnya ia‘ah: ”eng“batan ta’if‘u tidak da”at mencegah kematian
akibat penyakit flu burung

Tergantung bukti-bukti ilmiah yang ada

sebelumnya maka hipotesis tidak harus sesederhana seperti dalam contoh
tersebut diatas. Namun demikian, ciri penting dari hipotesis penelitian
adalah faktor (variabel) yang dipertanyakan dalam penelitian harus jelas
(dapat didefinisikan dengan tepat), dapat diamati, dan dapat diukur arah
hubungannya. Dalam contoh diatas pencegahan kematian akibat flu
burung dapat diukur dari angka kematian fatal (case fatality rate), atau
percentase kematian diantara dua kelompok yang dibandingkan.
Hipotesis

adalah

jawaban

sementara

terhadap

permasalahan

penelitian. Hipotesis agar menjadi jelas dan spesifik, maka harus
diajukan da‘a’: a) k“ndisi

bebas-ni‘ai

atau tidak di‘andasi “‘eh

keinginan-keinginan tertentu selain pertimbangan ilmiah belaka, dan b)
dapat dipertanggung jawabkan melalui pengujian dengan metode
penelitian yang ada. Hipotesis akan menentukan faktor-faktor (variabelvariabel) apa saja yang akan diamati dalam suatu penelitian. Langkah
awal penentuan hipotesis penelitian adalah menetapkan hasil (outcome)
penelitian dan variabel atau faktor yang akan digunakan dalam
menyusun

rangkain

kalimat

hipotesis.

Berdasarkan

penelitian

sebelumnya, observasi, pengalaman, atau intuisi adalah modal dasar bagi
peneliti dalam membangun hubungan yang logis melalui kerangka teori
penelitian.
Langkah selanjutnya adalah mendefinisikan faktor-faktor yang
dipikirkan akan menentukan hasil suatu observasi/penelitian. Pada
15

prinsipnya, dengan memanipulasi faktor-faktor ini, peneliti dapat
mengamati pengaruh dari faktor tersebut terhadap hasil pengamatan.
Melalui pemilihan variabel yang mewakili hasil penelitian, pengamatan
penelitian difokuskan pada variabel terikat (dependent variable), yaitu
variable yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diduga menjadi
penyebab sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Sedangkan
variabel-variabel yang mempengaruhi variabel terikat disebut variabel
bebas (independent variable). Mengacu pada contoh obat tamiflu dan
kematian karena flu burung, maka yang disebut dengan variabel terikat
(dependent variable) adalah kematian akibat flu burung, sedangkan
variabel bebasnya (independent variable) ialah pengobatan tamiflu.
Pada penelitian yang sifatnya eksperimental, variabel bebasnya
dikendalikan oleh peneliti. Pada contoh diatas, siapa saja yang akan
diberikan tamiflu dapat dikendalikan/ditentukan oleh peneliti. Dalam
penelitian observasional, peneliti tidak dapat mengendalikan variabel
bebas, tetapi benar-benar hanya dapat mengamati variabel bebas dan
tidak dapat mengendalikannya. Dalam kontek ini, peneliti hanya
mengukur perbedaan antar intensitas atau kekuatan variabel bebas
dalam kaitannya dengan variabel tergantung.
Masalah seringkali timbul pada saat kita meterjemahkan kerangka
teori penelitian yang disusun dari berbagai hipotesis kedalam konsep
yang dapat diukur dengan instrumen penelitian.

Pada contoh diatas,

untuk mengukur penurunan kematian karena flu burung dapat
dilakukan dengan mudah, yaitu dalam bentuk proporsi atau angka
kematian dari seluruh kasus penderita infeksi, yang dibedakan antara
mereka yang memperoleh obat tamiflu dan kelompok penderita yang
tidak diobati (variabel tergantung). Sedangkan dosis obat yang diberikan
dapat dinyatakan dalam bentuk gram per berat badan (variabel bebas).
Tidak semua penelitian mempunyai konsep yang mudah terukur dengan
teori yang sederhana. Sebagai contoh, bagaimana mengukur perubahan
perilaku seksual yang dikaitkan dengan pemberiaan pengetahuan
16

tentang perilaku seks yang sehat bagi para pekerja seksual? Bagaimana
mengukur perubahan perilaku seksual? Bagaimana pula mengukur
tingkat intervensi melalui pemberiaan pengetahuan tentang perilaku seks
yang sehat? Apakah pengaruhnya dapat dipisahkan dengan berbagai
intervensi

serupa

yang

berasal

dari

sumber

lain?

Bagaimana

membedakan pengaruh dari berbagai sumber intervensi yang terjadi
dalam periode yang sama, atau pada periode sebelumnya? Tentunya pada
kasus ini lebih sulit dibanding dengan contoh sebelumnya, yaitu dalam
pengobatan flu burung.
Pada akhir dari penelitian, data dianalisis dan diinterpretasi
kaitannya dengan definisi dan kerangka teori yang ditetapkan pada
rencana penelitian. Kesimpulan yang diambil adalah menghubungkan
antara konsep-konsep yang dikandung dalam hipotesis kedalam populasi
atas dasar sampel penelitian yang diambil. Dalam menseleksi sampel
(sampling) dan memilih definisi operasional berbagai variable beserta
pengukurannya, seringkali peneliti memilih cara-cara yang sepraktis
mungkin. Namun demikian harus tetap dijaga kesederhanaan tersebut
agar tidak keluar dari inti pertanyaan penelitian. Misalnya, dalam contoh
pengukuran perubahan perilaku seksual tidak hanya diukur dari: apakah
pekerja seksual akhirnya berhenti dari profesinya? Kalau menggunakan
variabel ini kelihatannya mudah diukur dan difahami dengan mudah
hasilnya. Namun bagaimana apabila perubahan perilaku tersebut juga
diukur dari penggunaan kondom bagi pekerja seksual komersial (PSK)
setiap saat melayani pelanggannya? Memang yang lebih penting ialah
apakah wanita pekerja seksual pada akhirnya berhenti menjadi pekerja
seksual atau tidak, meskipun perubahan perilaku menggunakan kondom
juga memiliki dampak yang nyata dalam penularan infeksi menular
seksual (IMS), termasuk penularan HIV. Jadi dalam hal ini sangat
tergantung

dari

pertanyaan

penelitian

yang

diajukan.

Apabila

permasalahan yang akan dijawab adalah bagaimana merubah perilaku
ganti-ganti pasangan agar tidak terjadi lagi, maka ukuran berhenti atau
17

tidaknya PSK cukup tepat sebagai ukuran dari variabel tergantung.
Namun demikian apabila masalah penelitian adalah terkait dengan
penularan IMS, maka pemakaian kondom pada saat memberikan
pelayanan sangat tepat sebagai ukuran untuk memotong transmisi virus
kepada pasangannya (horizontal transmission).

Masalah masih akan

timbul dalam mengkur variabel tergantung, yaitu: apakah pemakaian
kondom dapat diukur dari hasil wawancara dengan PSK saja? Idealnya
adalah ditemukan kondom bekas ditempat pelayanan PSK. Itupun
ternyata masih kurang tepat untuk mengukur penggunaan kondom.
Akibat dari beberapa pria langganan PSK benar-benar menolak pemakain
kondom, maka meskipun terdapat sampah kondom belum tentu kalau
alat tersebut dipakai secara tepat. Misalnya,

apakah kondom tidak

dilepas selama berhubungan dengan pasangannya? Ternyata dari
beberapa rumor yang beredar mengindikasikan bahwa kondom tersebut
dilepas

ditengah

jalan,

sehingga

efek

perlindungannya

terhadap

penularan IMS tidak sempurna. Disinilah peneliti harus selalu kembali
kepada masalah penelitian yang diajukan, sehingga kesederhanaan
pengukuran variabel tidak menjadi satu-satunya pertimbangan dalam
penelitian. Penelitian yang bertujuan memantau berhentinya perempuan
berganti-ganti pasangan akan berbeda dengan penelitian yang memantau
upaya pencegahan penularan penyakit IMS (termasuk HIV dan AIDS),
meskipun secara konseptual adalah upaya untuk mengarahkan perlikau
seks yang sehat.
Penelitian mungkin menghasilkan kesimpulan yang benar sesuai
dengan definisi operasional yang dianut, akan tetapi tidak mampu
menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Kekuatan penelitian
ditentukan

sejauh

mana

kesimpulan

penelitian

tersebut

mampu

menjawab secara tepat pertanyaan penelitian yang diajukan. Perlu
diingat bahwa satu penelitian belum tentu bisa menjawab permasalahan
ilmiah yang diajukan, tetapi seringkali memerlukan beberapa penelitian,
atau penelitian bejenjang (serial) antar waktu.
18

TE OR I
Beberapa hipotesis dapat disatukan ke dalam teori-teori yang akan dapat
menjelaskan fenomena secara lebih umum. Teori-teori ilmiah merupakan
penjelasan yang penting tentang fenomena alam. Sebuah teori biasanya
muncul bersamaan atau berhubungan dengan observasi-observasi lain
melalui berbagai sumber dan cara yang berbeda. Sebagai contoh adalah
bukti efektifitas antibiotik terhadap penyakit infeksi yang dapat dilihat
secara bersamaan dari bukti-bukti mikrobiologi, fisiologi sel, dan hasil
pengobatan

secara

klinis.

Jadi

dalam

hal

ini

hipotesis

secara

mikrobiologis, fisiologi sel, dan uji klinik akan mengarah pada kesimpulan
yang sama. Persoalannya ialah, bagaimana bilamana salah satu hipotesis
tidak konsisten, atau bahkan berlawanan dengan hasil yang diharapkan?
Haruskah peneliti menolak hipotesis yang sudah sejalan dengan teori?
Jawaban ini akan diuraikan pada bab berikutnya, yaitu tentang teori
membangun kerangka sebab akibat dalam penelitian (causation theory).
Pengetahuan ilmiah dibangun dengan membentuk konsep-konsep
secara teoritis untuk menggambarkan fenomena alam. Konsep-konsep ini
kemudian dirangkai kedalam rangkaian teori. Ciri penting teori ilmiah
ada‘ah ”enggunaan bahasa dan ‘“gika yang benar. F“r’u‘asi k“nse”
adalah penting untuk: –komunikasi yang lebih efektif, –klasifikasi atau
generalisasi, dan –membentuk kisi-kisi suatu teori. Teori ilmiah
menjelaskan dan menentukan penyebab-penyebab terjadinya sesuatu
fenomena kejadian (outcome) dan memberikan latar belakang untuk
memprediksi fenomena apa yang akan terjadi. Beberapa teori adalah
dalam

bentuk

model-model,

yang

secara

matematis

atau

fisik

menggambarkan bagaimana teori-teori tersebut berjalan.
Ada dua jenis penjelasan dari kejadian atau fenomena alam –deduktif
dan –probalistik. Penjelasan deduktif memberikan generalisasi yang
bersifat universal sehingga kebenaran secara umum dapat dikemukakan
dalam penjelasan suatu teori. Penggunaan hukum gravitasi adalah contoh
19

yang baik dari penjelasan secara deduktif. Hampir semua hukum-hukum
mekanika, termasuk aliran darah manusia berkaitan pula dengan hukum
gravitasi.
Sayangnya, tidak semua penjelasan ilmiah tergolong deduktif.
Beberapa penjelasan ilmiah adalah tipe probalistik, yaitu bahwa terdapat
peluang yang tinggi dari suatu kejadian karena ada kondisi-kondisi
tertentu yang meningkatkan peluang kejadian tersebut. Sebagai contoh,
seorang wanita yang kawin usia muda dan berganti-ganti pasangan akan
meningkatkan probabilitas terjadinya kanker leher rahim. Dibalik teori
ini sesungguhnya dapat dikaitkan dengan fakta konkrit, yaitu: risiko
yang lebih besar untuk mengidap HPV (human papilloma virus) bagi
perempuan-perempuan dengan kawin usia muda dan berganti-ganti
pasangan . Padahal HPV telah terbukti sebagai penyebab utama kanker
leher rahim.
Bukti-bukti yang telah lama terkumpul dan terakumulasi menjadi
peluang untuk mengoreksi konsep-konsep ilmiah yang telah ada
sebelumnya. Hal ini akan mendorong untuk mengkaji kemungkinan
ketidak-cukupan teori-teori yang telah ada untuk menjelaskan kejadiankejadian dan fenomena-fenomena baru. Sebagai contoh adalah penyebab
terjadinya tukak lambung oleh karena infeksi Heliobacter pylori. Ternyata
teori selama ini untuk menjelaskan tukak lambung tidak pernah
dikaitkan dengan infeksi bakteri di dalam lambung. Contoh lain ialah
peranan air susu ibu (ASI) sebagai bahan nutrisi bagi bayi dalam rangka
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi, yang akhirakhir ini lebih banyak digali kepentingannya untuk perlindungan
kekebalan tubuh bayi. Karena terkumpulnya bukti-bukti baru, perubahan
teori akan terjadi, yaitu ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan
menjadi

ASI

untuk

perlindungan

kekebalan

tubuh.

Inilah

yang

’e’uncu‘kan a”a yang sering disebut ”ergeseran ”aradig’a sehingga
muncul teori baru yang menggantikan teori lama. Pergeseran dari
paradigma lama ke baru seringkali sulit dilakukan, apalagi kalau harus
20

melakukan perubahan pemikiran yang mendasari kepentingan praktis
sehari-hari yang telah berjalan cukup lama.

IN D U KS I
Pernyataan yang timbul dari hasil observasi menjadi dasar dalam
menjelaskan ilmu pengetahuan. Contohnya adalah pernyataan tentang
”enisi‘in untuk ’erawat ”neu’“nia . Observasi dimulai dari beberapa
pasien dan kemudian hasilnya digeneralisasikan kepada khalayak umum.
Proses ini disebut proses induksi.
Dalam

proses

induksi,

peneliti

mulai

menghubung-hubungkan

beberapa observasi dengan teliti, dan menyusun ide-ide dan hipotesis
yang dapat diuji dari observasi tersebut. Bahkan peneliti menguji asumsi
dasar dari berbagai observasi tersebut agar dapat mengkaitkan satu
fenomena dengan fenomena lainnya. Selain itu, peneliti menyusun
hipotesis melalui proses deduksi, yaitu menyusun ide-ide baru dari teori
umum yang dijadikan dasare menyusun hipotesis baru yang akan diuji.
Hipotesis diuji dengan mengumpulkan dan menganalisis data.
Dalam prakteknya, seseorang memiliki pemikiran sebuah hipotesis
baru akan dikaji dari data dengan pendekatan deduktif. Apabila hipotesis
ditolak, seseorang menyusun teori yang lebih baik dari data yang
diperoleh serta menggunakan pendekatan induktif untuk memperbaiki
teori. Hipotesis tidak selalu dapat diterima atau ditolak dari data yang
dikumpulkan. Beberapa data dapat mendukung sebagian hipotesis yang
diajukan, sebagian sama sekali tidak mendukung, atau bahkan bertolak
belakang. Peneliti kemudian perlu melakukan perbaikan terhadap
hipotesis yang diajukan untuk dikaji ulang dengan data baru.

D E D U KS I
Teori seharusnya memunculkan kumpulan pernyataan atau hipotesis.
Kumpulan pernyataan dan hipotesis tersebut dideduksi secara logis dari
21

teori atau model-’“de‘ yang ’enentukan hubungan sebab-akibat yang
diterima sebagai dalil dari suatu teori.
Penjelasan deduktif dan probalistik adalah komponen penting dalam
menyusun ilmu pengetahuan secara ilmiah. Komponen lainnya ialah
kemampuan prediksi menggunakan teori yang ada. Ketika prediksi
pengetahuan adalah kurang sempurna, prediksi tersebut menghasilkan
teori yang tidak tepat. Dasar dari prediksi dalam ilmu pengetahuan
adalah

logika.

Logika

yang

paling

sederhana

adalah

ketika

X

menyebabkan Y, kemudian ada kondisi dimana X ada, maka dapat
diprediksi bahwa Y akan terjadi.
Kombinasi antara penjelasan dan prediksi dengan logika yang
mendasari pengetahuan ilmiah, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pernyataan E ’enetapkan fenomena tertentu yang akan
dijelaskan

oleh

kondisi

tertentu.

Contohnya,

malnutrisi

umumnya terjadi setelah menderita campak yang parah.
2. Seku’”u‘an ”ernyataan A …hingga…A
1

n

menjelaskan kondisi

yang relevan dan berhubungan secara kausalitas dengan
fen“’ena yang diga’barkan “‘eh E . Da‘a’ c“nt“h kasus
campak ini, pernyataan yang mungkin dibuat adalah:
a. Selama menderita campak yang parah, peradangan
lapisan mukosa (membrane mucus) mulut akan terjadi
dan membuat aktifitas makan dan menelan terasa begitu
sakit.
b. Semua penyakit yang berat disertai anorexia.
c. Karena alasan kepercayaan atau budaya, anak-anak
yang menderita campak, mungkin selama sakit tidak
diberikan makanan.

22

L1 …hingga…Ln

3. Sekumpulan pernyataan generalisasi dari

ada‘ah ku’”u‘an dari ”ernyataan bahwa apabila apa yang
digambarkan oleh ”ernyataan A1 …hingga…An

terjadi, maka

keadaan yang digambarkan oleh E terjadi.
Dalam contoh kasus campak dan malnutrisi tersebut dapat dikatakan
bahwa pada campak yang berat, bilamana telah terjadi beberapa kondisi
seperti apa yang digambarkan pada butir nomer 2 di atas maka bayi akan
menderita malnutrisi berat.

S A MP L I N G , O B S E R V A S I , D E S K R I P S I D A N P E N G U K U R AN
Sampling dibahas secara mendalam pada Bagian 2 pada Bab 3.
Karena alasan-alasan praktis yang berkaitan dengan keterbatasanketerbatasan sumber dana penelitian, sampel dari target populasi
seringkali tidak dapat mewakili dengan baik. Padahal akurasi hasil
penelitian tergantung: apakah sampel

dapat mewakili target populasi

secara keseluruhan? Observasi yang diperoleh dari sampel kemudian
diringkas dan dikuatkan oleh observasi lainnya sehinga menjadi dasardasar pengetahuan ilmiah yang faktual.
Kunci

keberhasilan

metode

ilmiah

terletak

pada

ketepatan

pencatatan data (tidak bias) terhadap subyek penelitian dan kejadiankejadian tertentu yang ditetapkan sebagai variabel (factor) penelitian.
Dalam melakukan observasi, apa yang dimaksud oleh peneliti harus
ditransformasikan ke dalam pernyataan-pernyataan deskriptif dan
pengukuran-pengukuran yang dapat dimengerti dan diulang lagi (ditiru)
oleh peneliti lainnya. Seringkali observasi dilakukan menggunakan
instrumen-instrumen yang menghasilkan data kuantitatif sehingga
subyektifitas

pengukuran

dapat

dihindari.

Kadangkala

observasi

dilakukan tanpa alat ukur yang terstruktur karena akan mengamati
sampel secara kualitatif.

23

Walaupun

instrumen-instrumen

adalah

penting

dalam

semua

penelitian ilmiah, elemen-elemen kuncinya adalah pada akurasi dan
reliabilitasnya. Faktor sampling, observasi, dan pengukuran adalah
sumber kesalahan-kesalahan yang mungkin muncul dalam penelitian
sehingga kesalahan tersebut dapat menyesatakan kesimpulan suatu hasil
penelitian. Ada dua jenis kesalahan, yaitu, random (acak) dan sistematis.
Kesalahan random dapat memberikan hasil kesimpulan yang salah,
karena

memiliki

peluang

kesalahan

(bias)

kekedua

arah,

yaitu

meningkatkan atau menurunkan peluang. Sumber variasi yang tidak
diketahui

dapat

menimbulkan

penyimpanga

hasil

sampel

atau

pengukuran. Kesalahan sistematis menimbulkan distorsi dari temuantemuan yang bersifat bias. Dalam penelitian, kemungkinan terjadinya
kesalahan (peluang atau bias) dalam sampling dan pengukuran perlu
dihindari secara cermat agar penarikan kesimpulan penelitian tidak
mengalami kesalahan. Kenyataan menunjukkan bahwa karena berbagai
alasan, sampel dapat berbeda dengan apa yang direncanakan. Demikian
juga dengan hasil pengukuran seringkali tidak sama dari apa yang
diajukan dalam rencana penelitian. Perbedaan antara rencana penelitian
dan hasil penelitian yang sebenarnya dapat menimbulkan kesalahan
jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan.

O B S E R V A S I T E R KE N D A L I
Hipotesis idealnya diuji di bawah kondisi terkendali atau terkontrol.
Tujuan pengedalian adalah untuk menghilangkan pengaruh faktor-faktor
lain yang mempengaruhi fenomena utama yang akan diteliti. Seperti yang
telah kita lihat dalam pengujian hipotesis, konsep-konsep diubah terlebih
dahulu ke dalam variabel-variabel yang dapat diukur. (Suatu variabel
mungkin didefinisikan sebagai karakteristik yang mempunyai dua atau
lebih nilai). Variabel atau faktor dibedakan antara variabel bebas,
variable terikat dan variable kontrol, atau variabel kendali. Hubungan
antara variabel bebas dan variable terikat perlu difahami secara seksama.
24

Yang dimaksud variabel bebas adalah faktor penyebab yang diasumsikan
menentukan kondisi

variabel terikat (contohnya yaitu faktor merokok

penyebab penyakit jantung koroner). Variabel kontrol membantu tujuan
analisa, apakah hubungan yang diamati antara variabel bebas dan terikat
adalah benar-benar terjadi, ataukah mungkin karena pengaruh-pengaruh
faktor lain yang mempengaruhi variabel bebas dan terikat secara
bersamaan.
Menegakkan hubungan antara dua variabel atau lebih perlu
memperhatikan keterkaitan nilai-nilai variabel satu sama lainnya. Nilainilai tersebut dapat berubah positif (jika nilai dari suatu variabel
meningkat, maka nilai yang berkaitan dengan variabel-variabel tersebut
juga meningkat), atau berubah negatif (jika nilai suatu variabel
meningkat, maka nilai variabel yang berkaitan menurun). Besarnya
perubahan menjadi tolok ukur keterkaitan antara satu variable dengan
variabel lainnya, atau dikenal dengan kovariasinya (covariate).

VALID ITAS
Validitas atau kesahihan adalah ukuran penyampaian hasil penelitian
yang sesuai, atau

mencerminkan dan menjelaskan realitas yang

sebenarnya di alam semesta ini. Jadi penelitian yang valid adalah
penelitian yang benar-benar mampu menjelaskan dan mendiskripsikan
kenyataan yang sebenarnya. Pada akhir penelitian, pertanyaan yang
seringkali muncul adalah: apakah temuan-temuan peneltian sesuai
dengan jawaban dari pertanyaan penelitian? Temuan-temuan penelitian
seringkali mengundang kontroversi, baik karena sifat isu yang diteliti
adalah

kontroversial,

atau

karena

kesimpulan

hasil

penelitian

mengundang kontroversi. Seperti apa yang kita cermati dalam proses
penelitian, metode ilmiah dimulai dari kenyataan di dunia yang lebih
luas, kemudian bergerak ke suatu dunia yang terbatas dalam lingkup
penelitian, dan akhirnya kesimpulan dikembalikan ke dunia yang lebih
luas. Semua inferensi dari hasil penelitian yang telah didiskusikan
25

sampai saat ini, termasuk kemampuan untuk generalisasinya kepada
masyarakat

luas,

memerlukan

perkiraan

kenyataan

yang

terjadi

sebenarnya di dunia yang lebih luas. Ketaatan dan penuh kehati-hatian
terhadap metode ilmiah yang dipilih akan meningkatkan kesahihan
(validity) hasil penelitian.
Ada empat aspek validitas yang berhubungan dengan empat jenis
kesimpulan:
Validitas statistik berkaitan dengan apakah kesimpulan yang
diambil

adalah

tepat

atau

benar.

Kesalahan-kesalahan

terjadi

berhubungan dengan kurang memenuhinya besar sampel dan bersumber
pada penggunaan tes statistik yang tidak tepat. Penelitian mungkin
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan diantara dua variabel,
meskipun dalam kenyataannya sesungguhnya ada hubungan yang jelas.
Atau, kesimpulannya adalah bahwa mungkin ada hubungan, namun
tidak ada suatu hubungan dalam kenyataannya. (Ini berarti sebagai
kesalahan tipe I dan tipe II, dan konsep yang lebih jauh dijelaskan dalam
Bagian 3 Bab 4). Semua ini biasanya terjadi antara lain karena besar
sampel yang tidak memadai (terlalu kecil), sehingga kekuatan (power)
untuk mengambil kesimpulan sangan lemah.
Validitas internal adalah kegoyahan yang terjadi ketika desain
penelitian

gagal

untuk

mengontrol

faktor-faktor

yang

dapat

meningkatkan atau menutupi hubungan antar variabel yang ada dalam
penelitian. Fenomena ini disebut sebagai bias karena confounding.
Validitas dalam kaitannya dengan konsep-konsep yang tertuang
didalam hipotesis. Seperti yang telah didiskusikan, penelitian adalah
berhubungan dengan variabel yang telah didefinisikan secara operasional
dari konsep yang tertuang dalam hipotesis. Validitas dapat ditingkatkan
dengan menggunakan definisi yang dapat dipercaya dan menggunakan
ukuran-ukuran yang lebih tepat.

26

Validitas luar atau eksternal. Validitas ini berkaitan dengan
kemampuan hasil penelitian untuk dapat digeneralisasikan pada kondisi
(setting), populasi, dan waktu lainnya. Validitas luar dikuatkan dengan
perhatian

yang

teliti

terhadap

sampling

dan

desain

penelitian.

Kemampuan generalisasi tergantung validitas hasil penelitian. Suatu
hasil penelitian dengan dasar-dasar yang lemah (tidak pasti) dalam hal
pengambilan sampel tidak akan pernah menghasilkan kesimpulan yang
valid untuk digeneralisasikan pada populasi yang lebih besar. Bermanfaat
atau tidaknya hasil penelitian terutama adalah terletak dalam hal
generalisasi dari temuan-temuan, atau informasi yang diperoleh tentang
subjek-subjek dalam penelitian tersebut.
Semua aspek-aspek validitas tersebut diatas adalah penting, karena
kemampuan generalisasi hasil terhadap kondisi dan populasi lain hanya
memungkinan ketika validitas

internal dan eksternal cukup tinggi

(Gambar. 1.2.).
Penelitian

Populasi Penelitian
Populasi
Sampel

Validitas Internal

Pengukuran

Target Population
Kelompok 1

Kelompok 2

Validitas Eksternal

Kesimpulan penelitian
Generalisasi

Gambar 1.2: Validitas Internal dan Eksternal

M E N A R I K K E S I MP U L A N
Pada tingkat yang paling dasar, peneliti berusaha untuk mengambarkan
dan menjelaskan kenyataan dengan melakukan 4 langkah penelitian:
27

1. mengambil contoh dari sebagian kenyataan yang ada (sampling
sebagian dari kenyataan),
2. melakukan pengukuran dari sampel,
3. menganalisis hasil pengukuran, dan
4. menginterpretasikan hasil.
Pada

langkah

1

dan

2,

peneliti

pertama-tama

hanya

mencoba

mempelajari sebuah sampel dari kenyataan yang lebih besar, dan langkah
kedua

kemudian

mempelajari

karakteristik

(variabel)

yang

telah

didefinisikan secara operasional dan diambil dari variable-variabel dari
sampel populasi yang telah terkumpul.
Pada langkah ke 3, peneliti melakukan analisis data yang telah
dikumpulkan. Pada langkah 4, peneliti bergerak mundur dari dunia yang
lebih luas menuju kesimpulan atas dasar hasil penelitian dari sampel ke
arah variabel-variabel yang telah didefinisikan secara operasional. Dari
kesimpulan yang didasarkan pada variable penelitian, peneliti bergerak
mundur sampai dengan

konsep-konsep yang terkandung di da