BAB 16 PENYUSUNAN ANGGARAN KONVENSIONAL

PENYUSUNAN ANGGARAN KONVENSIONAL
Metode penghargapokokan tradisional ( traditional Costing) atau
penghargapokokan konvensional ( conventional Costing) terbagi atas metode
penghargapokokan penuh dan metode penghargapokokan Variabel. Metode
Penghargapokokan penuh ( Full Costing) disebut juga dengan metode
penghargapokokan fungsional ( Functional costing) karena dalam metode ini
biaya ( beban) digolongkan berdasarkan fungsi yang terdapat dalam organisasi,
contoh : pada fungsi produksi ( pabrik) terdapat biaya pabrik yang menjadi
tanggung jawab manajer pabrik, pada fungsi penjualan terdapat biaya penjualan
yang menjadi tanggung jawab manajer Penjualan ( manajer pemasaran), pada
fungsi umum terdapat biaya administrasi dan umum yang menjadi tanggung
jawab manajer umum. Dikatakan metode penghargapokokan penuh karena
seluruh unsur harga pokok produk diakui sebagai harga pokok produk, yaitu
meliputi biaya bahan baku ( BBB), biaya tenaga kerja langsung ( BTKL), biaya
overhead pabrik ( BOP), baik BOP tetap maupun BOP Variabel. Metode
penghargapokokan penuh biasanya digunakan pada akunting keuangan
( financial accounting) tetapi dapat juga digunakan pada akunting manajemen
( managerial accounting). Metode Penghargapokokan variabel ( Variable Costing)
disebut juga dengan metode penghargapokokan langsung ( direct costing ) dan
metode ini biasanya hanya digunakan pada akunting manajemen ( managerial
accounting).


2. PERBEDAAN PENGHARGAPOKOKAN PENUH DENGAN PENGHARGAPOKOKAN
VARIABEL
Metode Penghargapokokan penuh
1. Harga pokok produk meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung ( BTKL) variabel dan tetap, serta biaya overhead Pabrik ( BOP)
variabel dan tetap.
2. Biaya periode adalah seluruh biaya yang bukan biaya pabrik ( biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
3. Jualan dikurang harga pokok produk terjual adalah laba kotor
4. Biaya digolongkan berdasarkan fungsi organisasi, yaitu biaya pabrik, biaya
penjualan, serta biaya administrasi umum.
5. Digunakan untuk akunting keuangan dan akunting manajemen.
6. Dari segi anggaran, hanya digunakan untuk menyusun anggaran tetap,
Sedangkan menurut metode Penghargapokokan Variabel
1. Harga pokok produk hanya meliputi biaya bahan baku
2. Biaya periode adalah seluruh biaya tetap, baik biaya tetap yang terjadi di
pabrik maupun yang terjadi di luar pabrik.
3. Jualan dikurang harga pokok produk terjual adalah margin kontribusi kotor
4. Biaya digolongkan berdasarkan sifatnya atau berdasarkan kaitannya

dengan volume kegiatan, yaitu biaya variabel dan biaya tetap
5. Biasanya digunakan hanya untuk akunting manajemen

6. Dari segi anggaran dapat digunakan untuk menyusun anggaran variabel
dan anggaran tetap.
Metode Penghargapokokan variabel mempunyai manfaat yang sangat
penting bagi manajemen dalam melaksanakan fungsinya, namun
anggaran variabel mempunyai kelemahan :
a.Biaya variabel dan biaya tetap dalam kenyataannya sulit dipisahkan
secara tepat, karena dalam kenyataannya terdapat biaya semivariabel
b. Dalam kenyataan biaya variabel per unit dalam suatu periode mudah
berubah, sedangkan syarat berlakunya analisis penghargapokokan
variabel, antara lain biaya variabel per unit tidak berubah selama periode
yang dianalisis
c. Penghargapokokan variabel tidak dapat digunakan untuk laporan pihak
eksternal.
PENEGERTIAN BIAYA VARIABEL DAN BIAYA TETAP
Harga pokok produksi atau biaya produk ( product cost) adalalh semua
biaya yang berkaitan dengan produk ( barang) yang diperoleh. Dalam
suatu produksi terdapat unsur harga pokok produk berupa biaya bahan

baku ( BBB), biaya tenaga kerja langsung ( BTKL), dan biaya overhead
pabrik ( BOP).
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut dengan biaya
utama. Biaya utama ( Prime Cost) adalah biaya yang langsung berkaitan
dengan produk sehingga disebut biaya langsung ( direct cost). Biaya
konversi ( conversion cost) adalah biaya untuk mengubah bahan baku
menjdi produk produk jadi. Biaya overhead pabrik ( Factory overhead cost)
adalah biaya tidak langsung, biaya pendukung dan memudahkan
kegiatan pabrik besar daripada Biaya Pabrik ( Factory cost ) adalah biaya
yang terjadi di pabrik periode sekarang yang terdiri atas biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Biaya produksi ( production Cost) adalah biaya pabrik ditambah dengan
harga pokok sediaan produk dalam proses awal atau harga pokok produk
jadi periode ini ditambah dengan harga pokok sediaan produk dalam
proses akhir. Harga pokok produk jadi disebut juga dengan harga pokok
produk selesai ditransfer ke gudang.
Biaya bahan baku ( material Cost ) adalah bahan langsung atay bahan
utama yang dipakai untuk membuat produk tertentu. Bahan langsung
beda dengan bahan mentah. Bahan mentah ( raw material ) artinya bahan
yang belum dimasak ( diolah) yaitu meliputi bahan baku dan bahan

pembantu ( bahan penolong). Bahan pembantu adalah bahan tidak
langsung ( indirect material ). Dengan demikian, bahan baku dapat
disebut bahan mentah langsung dan bahan pembantu disebut bahan
mentah tak langsung. Biaya bahan meliputi biaya bahan baku dan biaya
bahan pembantu. Biaya bahan baku merupakan biaya variabel.
DEFENISI BIAYA VARIABEL
Biaya variabel ( variabel cost ) adalah biaya yang jumlahnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan, tetapi biaya variabel per
unit tetap walaupun volume kegiatan berubah. Biaya bahan baku
dikatakan biaya variabel karena besar kecilnya biaya bahan baku

dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan produksi. Bila volume
kegiatan produksi meningkat maka biaya bahan baku juga meningkat, dan
sebaliknya bila volume kegiatan produksi menurun maka biaya bahan
baku juga menurun. Sebagai contoh, per unit produk memerlukan bahan
baku sebanyak 2 kg @ Rp. 100 ( 2 kg x @ Rp 100 = Rp 200). Bila produksi
100 unit berarti biaya bahan baku ( biaya variabel ) sebanyak 100 unit x
Rp 200 = Rp 20.000. Bila diproduksi 120 unit, berarti biaya bahan baku
( biaya variabel) sebanyak 120 unit x Rp 200 = Rp 24.000.
Produksi naik = 120 unit – 100 unit = 20 unit atau produksi naik 20 unit :

100 unit = 20%. Biaya bahan baku ( biaya variabel) juga naik Rp 24.000 –
Rp 20.000 = Rp 4.000 atau biaya bahan baku naik Rp 4.000 : Rp 20.000 =
20%. Dengan demikian, jika produksi naik 20% maka biaya variabel
( biaya bahan baku ) juga naik 20%, artinya kenaikan kegiatan produksi
sebanding ( proporsional ) dengan kenaikan biaya variabel.
Biaya tenaga kerja langsung ( direct Labor Cost ) adalah upah tenaga kerja
langsung yang dipakai untuk membuat produk. Bila sistem upah yang
dipakai adalah sistem upah per unit produk atau sistem upah per jam
kerja atau sistem upah borongan, maka biaya tenaga kerja langsung
merupakan biaya variabel. Bila sistem upah yang dipakai adalah sistem
upah tetap ( seperti upah harian, upah mingguan, atau upah bulanan ),
maka biaya tenaga kerja langsung termasuk biaya tetap. Walaupun biaya
tenaga kerja langsung dapat berupa biaya tetap. Tenaga kerja langsung
( Direct Labor ) adalah tenaga manusia yang tidak yang tidak langsung
membuat produk, tetapi merupakan bagian dari proses prosuksi. Sebagai
contoh untuk membuat sepatu terdapat tenaga kerja langsung berupa
tukang samak, tukang sol, tukang potong, dan tukang jahit, sedangkan
manajer produksi, supervisor, dan penyelia ( superintendent) merupakan
tenaga kerja tak langsung. Biaya tenaga kerja meliputi biaya tenaga kerja
tak langsung. Biaya tenaga kerja meliputi biaya tenaga kerja pabrik

( mencakup biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak
langsung) dan biaya tenaga kerja bukan pabrik ( mencakup biaya tenaga
kerja penjualan dan biaya tenaga kerja administrasi umum).
Biaya overhead pabrik ( factory overhead cost ) adalah biaya yang terjadi
di pabrik selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
overhead pabrik antara lain berupa biaya bahan pembantu ( penolong)
atau biaya bahan tak langsung, biaya pernik pabrik ( factory supplies
cost ), biaya tenaga kerja tak langsung biaya pemeliharaan pabrik, biaya
depresiasi pabrik, biaya asuransi pabrik, dan biaya listrik pabrik.
DEFENISI BIAYA TETAP
Biaya bahan pembantu dan biaya pernik ( supplies ) pabrik merupakan
biaya overhead pabrik yang termasuk biaya variabel, sedangkan biaya
penyusutan ( depresiasi) pabrik merupakan biaya overhead pabrik yang
termasuk biaya tetap. Biaya tetap ( fixed Cost ) adalah biaya yang
jumlahnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu, tetapi biaya
tetap per unit berubah bila volume kegiatan berubah. Sebagai contoh,

satu buah mesin dalam setahun mempunyai kapasitas produksi 1.000
unit produk ( kapasitas normal ). Harga pokok ( cost) mesin Rp. 1.000.000
dengan nilai residu Rp 40.000 dan mempunyai masa manfaat 4 tahun

disusut dengan metode garis lurus. Biaya tetap berupa biaya depresiasi
mesin setahun (Rp. 1.000.000 – Rp. 40.000) : 4 tahun = Rp. 240.000
Dengan demikian biaya tetap setahun Rp 240.000 dalam kisaran volume
kegiatan produksi dari 0 unit produk sampai 1000 unit produk. Artinya
biaya tetap setahun Rp 240.000 dalam bentuk biaya depresiasi mesin
jumlahnya tidak berubah walaupun tingkat produksi berubah sampai
kisaran 1.000 unit produk setahun. Tetapi bila produksi berubah dalam
setahun diatas kisaran 1.000 unit produk, maka biaya tetap juga akan
berubah. Oleh karena dengan satu mesin tidak mampu memproduksi
diatas 1.000 unit dalam setahun, berarti harus menambah mesin lagi,
sehingga biaya depresiasi mesin ( biaya tetap) juga bertambah.
Biaya depresiasi termasuk biaya tetap bila metode penyusutan
( depresiasi ) yang digunakan metode garis lurus. Oleh karena metode
garis lurus biaya depresiasi tiap periode jumlahnya tidak berubah (tetap).
Namun bila metode penyusutan yang digunakan bukan metode garis
lurus, melainkan metode satuan hasil produksi, maka biaya depresiasi
termasuk biaya variabel karena penyusutan dengan metode satuan hasil
produksi besar kecilnya dipengaruhi oleh volume satuan produksi. Dari
contoh mesin sebelumnya, selama masa manfaat 4 tahun ditaksir produk
dihasilkan 400 unit ( satuan ) sehingga biaya depresiasi mesin per unit

produk = ( Rp. 1000.000 – Rp 40.000 ) : 400 unit = Rp 2.400. Bila setahun
diproduksi 100 unit maka biaya depresiasi mesin ( biaya variabel ) = 100
unit x Rp 2.400 = Rp 240.000. Produksi setahun meningkat menjadi 120
unit, maka biaya depresiasi mesin juga meningkat menjadi 120 x Rp
2.400 = Rp 288.000. Dengan demikian, besar kecilnya biaya depresiasi
mesin ditimbulkan oleh pemacu biaya (cost driver ) berdasarkan unit
produksi, sehingga biaya ini termasuk biaya overhead pabrik variabel.
METODE PEMISAHAN BIAYA SEMIVARIABEL
Biaya semivariabel ( variable cost ) adalah biaya yang jumlahnya berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel
mempunyai unsur biaya variabel dan unsur biaya tetap, sehingga biaya
semivariabel disebut juga dengan biaya campuran ( mixed cost ). Terdapat
beberapa metode pemisahan biaya semivariabel, antara lain metode
perkiraan langsung, metode biaya berjaga, metode korelasi serta metode
titik tertinggi dan terendah.
1. METODE PERKIRAAN LANGSUNG
Metode perkiraan langsung ( direct forecast method) digunakan apabila
perusahaan mempunyai data historis, tetapi tidak dapat dipakai untuk
masa yang akan datang atau perusahaan baru berdiri sehingga belum
mempunyai data. Dengan demikian untuk menetapkan pemisahan


biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel diperlukan
perkiraan langsung dari seorang perencana yang berpengalaman.
2. METODE BIAYA TERJAGA
Metode biaya berjaga ( standby cost method ) dalam dunia nyata sulit
diterapkan karena tidak beroperasinya pabrik selalu menjaga biaya
tetap merugikan perusahaan. Sebagai contoh, biaya listrik pabrik
setahun Rp 3.500.000, listrik pabrik tersebut digunakan untuk
penerangan pabrik dan juga untuk menggerakkan mesin dan peralatan
pabrik. Biaya listrik untuk penerangan pabrik merupakan biaya tetap
karena pabrik selalu memanfaatkan lampu sebagai penerangan, baik
saat produksi maupun tidak berproduksi. Biaya listrik untuk
menggerakkan mesin dan peralatan pabrik merupakan biaya variabel
karena bila perusahaan tidak berproduksi maka biaya listrik untuk
menggerakkan mesin dan peralatan pabrik tidak ada. Biaya
semivariabel tersebut harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya
variabel dengan metode biaya berjaga sebagai berikut. Anggaplah
dalam setahun mesin dan peralatan pabrik dipakai selama 2.500 jam
dan menghasilakan 10.000 unit produk. Apabila mesin dan peralatan
pabrik tidak dijalankan selama setahun perusahaan membayar listrik

pabrik Rp. 2.000.000. Dalam hal ini berarti yang menjadi biaya tetap
adalah biaya listrik pabrik sebesar Rp. 2.000.000, sedangkan biaya
variabelnya adalah biaya listrik pabrik sebesar Rp. 1.500.000.
Biaya variabel per unit produksi :
Biaya listrik pabrik = Rp 1.500.000 : 10.000 unit = Rp 150
Biaya variabel per jam :
Biaya listrik pabrik = Rp. 1.500.000 : 2.500 jam = RP 600
Dengan demikian, untuk menyelesaikan satu unit produk diperlukan
tenaga kerja listrik selama 0,25 jam ( Rp 150 : Rp 600).
3. METODE KORELASI
Metode Korelasi ( Correlation method ) menitikberatkan pada data
masa lampau dengan menggunakan salah satu alat analisis statistik.
Metode korelasi dapat disajikan secara grafik dan secara matematika.
4. METODE TITIK TERTINGGI DAN TERENDAH
Metode titik tertinggi dan terendah ( high and low point method )
merupakan metode untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi
biaya variabel dan biaya tetap dengan cara mencari selisih anatara
tingkat biaya dna satuan tinggi dengan tingkat biaya dan satuan
rendah.
5. METODE UNIT EKUIVALEN PRODUK

Penyusunan anggaran biaya produksi pada perusahaan industri
( manufaktur ) dapat menggunakan metode penghargapokokan penuh
dan metode penghargapokokan variabel dalam hal menentukan harga
pokok produk per unit. Adapun dalam menentukan unit ekuivalen
produk dapat menggunakan metode masuk pertama keluar pertama –
MPKP ( first in first out – FIFO) dan metode rata-rata. Sebelum
menjelaskan penyusunan anggaran biaya produksi metode
penghargapokokan penuh dan variabel, terlebih dahulu dijelaskan
langkah penyusunan anggaran biaya produksi.Adapun langkah untuk

menyusun anggaran biaya produksi dalam metode harga pokok proses
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap pertama, menyusun data produk dalam unit berupa data
produk dihasilkan dan produk diproses. Produk diproses berupa
data produk dalam proses awal dan produk masuk prosuksi
periode ini. Produk dihasilkan berupa data produk jadi dan
produk dalam proses akhir. Berdasarkan data produk dalam unit
tersebut dibuat perhitungan unit ekuivalen dengan
menggunakan metode rata-rata atau metode MPKP.
b. Tahap kedua, menyusun biaya produksi dibebankan untuk
menghitung biaya produk diproses berupa biaya produk dalam
proses awal dan produk masuk prosuksi periode ini. Pada tahap
menyusun biaya produksi dibebankan ini dikumpulkan data
harga pokok produk dalam proses awal meliputi BBB ( Biaya
bahan baku ), BTKL ( Biaya tenaga kerja langsung), BOP ( Biaya
overhead Pabrik ), serta dikumpulkan biaya pabrik meliputi BBB,
BTKL, BOP. Harga pokok produk dalam proses awal ditambah
biaya pabrik disebut biaya produksi dibebankan. Berdasarkan
perhitungan unit ekuivalen dari data produksi dan data biaya
( harga pokok ) yang telah dikumpulkan, kemudian dihitung
harga pokok produk per unit.
c. Tahap Ketiga, menyusun biaya produksi diperhitungkan untuk
menghitung biaya produk selesai dan produk dalam proses akhir.
Berdasarkan data yang terdapat pada data produk dalam unit
dan data perhitungan harga pokok produk per unit, kemudian
dihitung harga pokok produk jadi dan sediaan produk dalam
proses akhir. Jumlah harga pokok produk jadi dengan harga
pokok sediaan produk dalam proses akhir disebut biaya produksi
diperhitungkan. Jumlah biaya produksi diperhitungkan sama
besarnya dengan jumlah biaya produksi dibebankan.
6. METODE MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA
Perhatikan contoh berikut ini. Industri Wajik selama tahun 2016
mempunyai data sebagai berikut :
Biaya bahan baku ( BBB)
Rp 2.110.000
Biaya tenaga kerja langsung
Rp 2.315.500
Biaya overhead pabrik Variabel
Rp 2.904.900
Biaya overhead Pabrik Tetap
Rp 1.364.000
Biaya Pabrik Setahun
Rp 8.694.400
Tambahan data :
1) Kapasitas normal 2.200 unit setahun
2) Beban usaha variabel ( komisi penjualan dan pernik penjualan)
Rp 110.000
3) Beban usaha tetap ( Gaji pegawai, depresiasi kantor, dan listrik
kantor) Rp 800.000
4) Harga Jual per unit Rp 5.530
PenghargaPokok sediaan produk jadi awal :

Penghargapokokan penuhRp 820.000
Penghargapokokan variabel

Rp 696.000

Sediaan produk dalam proses awal 10 unit dengan tingkat penyelesaian
BBB 100% dan biaya variasi 50% dengan harga pokok :

Biaya Bahan Baku
Biaya tenaga kerja
langsung
Biaya overhead pabrik
Variabel
Biaya overhead Pabrik
tetap

Penghargapokokan
Penuh
Variabel
Rp 10.000
Rp 10.0000
Rp 5.500
Rp 5.500
Rp 6.900
Rp 3.100
Rp 25.500

Rp 6.900
0
Rp 22.400

Sediaan produk dalam proses akhir 20 unit dengan tingkat penyelesaian BBB
100% dan biaya konversi 50% adalah :

Jualan
Sediaan Produk jadi akhir
Produk Siap Jual
Sediaan produk jadi awal
Produk Jadi

2.200 Unit
100 Unit +
2.300 Unit
200 Unit –
2.100 Unit

Dari data tersebut diatas dapat dibuat anggaran biaya produksi dan anggaran
laba rugi dengan metode penghargapokokan penuh dan metode
penghargapokokan variabel.
7. METODE PENGHARGAPOKOKAN PENUH
Sebelum menyusun anggaran biaya produksi dan anggaran laba rugi dibuat
beberapa perhitungan sebagai berikut.
Perhitungan unit Ekuivalen metode MPKP.