Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Penggunaan Instrumen Manajemen Terhadap Kinerja Pengelolaan Dana Bantuan Global Fund Komponen AIDS Pada Kementerian Kesehatan RI

(1)

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN

PENGGUNAAN INSTRUMEN MANAJEMEN TERHADAP

KINERJA PENGELOLAAN DANA BANTUAN

GLOBAL FUND KOMPONEN AIDS PADA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

TESIS

Oleh

NURLINDA

087017065/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E

K O L A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN

PENGGUNAAN INSTRUMEN MANAJEMEN TERHADAP

KINERJA PENGELOLAAN DANA BANTUAN

GLOBAL FUND KOMPONEN AIDS PADA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURLINDA

087017065/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGGUNAAN INSTRUMEN

MANAJEMEN TERHADAP KINERJA

PENGELOLAAN DANA BANTUAN GLOBAL

FUND KOMPONEN AIDS PADA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Nama Mahasiswa : Nurlinda

Nomor Pokok : 087017065

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Fachruddin, MSM, Ak) Ketua

(Drs. Syamsul Bahri TSB, MM, Ak) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 5 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Fachruddin, MSM., Ak

Anggota : 1. Drs. Syamsul Bahri TSB, MM., Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA., Ak 3. Dra. Sri Mulyani, MBA., Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

“Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Penggunaan Instrumen Manajemen

terhadap Kinerja Pengelolaan Dana Bantuan Global Fund Komponen AIDS dalam Kementerian Kesehatan”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2010 Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan penggunaan instrumen manajemen terhadap kinerja pengelolaan dana bantuan pada Global Fund (GF ATM) Komponen AIDS dalam Kementerian Kesehatan dengan mengikutkan kualitas manajerial, sumber daya dan budaya organisasi sebagai variabel kontrol.

Penelitian ini merupakan penelitian kausal dan populasi penelitian ini adalah keseluruhan bagian dari GF – ATM komponen AIDS yang berjumlah 126 orang dari 19 provinsi sebagai Sub Recipient (SR), ditambah 1 Principal Recipient (PR). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel. Metode pengumpulan data adalah metode survei untuk pengumpulan data primer.

Penelitian ini menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran, penggunaan instrumen manajemen, kualitas manajerial, sumber daya, budaya organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana pada GF ATM Komponen AIDS. Secara parsial penggunaan instrumen manajemen dan kualitas manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana, sedangkan partisipasi penyusunan anggaran, sumber daya dan budaya organisasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana.

Kata Kunci: Partisipasi Penyusunan Anggaran, Penggunaan Instrumen Manajemen, Kualitas Manajerial, Sumber Daya dan Budaya Organisasi.


(7)

ABSTRACT

This research is aiming to test the effect of participation in budget and the use of management instrument on the performance of fund management of the The Global Fund – AIDS Component in the Health Ministery which involves many variables such as managerial quality, resources and organizational culture as control variable.This research is a causal research and the population used in this research is the whole part of Global Fund – AIDS Component which consist of 126 personnel from 19 province as the Sub Recipient (SR), plus 1 Principal Recipient (PR). The Tehnique of sampling used in this research is by way of census of the whole population as a sample. The method used in collecting data is by way of survey for collecting primary data.

This research has found that the participation in budget, the use of management instrument, managerial quality, resources, and organizational culture has a significant effect simultaneously to the performance of the funding management in the Global Fund – AIDS Component. Partially the management instrument and managerial quality has a positive and significant effect on the fund management performance, while the participation in budget, resources and cultural organization has positive but no significant effect on the the fund management performance.

Keywords: Participation in Budget, The Use of Management Instrument, Managerial Quality, Resources and Organizational Culture.


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, oleh karena dorongan rahmat, kurnia dan ridhoNya yang berkelimpahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Dalam menyelesaikan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, kendala-kendala dan hambatan-hambatan, akan tetapi berkat bantuan, bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, CTM, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc,, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembanding Utama yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Fachruddin, MSM, Ak. selaku Ketua Komisi Dosen

Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Drs. Syamsul Bahri TSB, MM, Ak. selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.


(9)

6. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak. selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak, selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa satu almamater di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tidak mungkin penulis sebut namanya satu persatu.

Di samping itu, teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada suami tercinta, kepada orang tua dan adik-adik penulis, serta sahabat-sahabat di lingkungan GF ATM Komponen AIDS yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, yang telah memberikan motivasi dan dorongan semangat dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan tesis ini pada masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa/i.

Medan, Agustus 2010 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurlinda

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 24 September 1980

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Setuju No. 79 Medan

No. HP : 085261042176

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1. Tahun 2010 lulus Pendidikan Sekolah Pascasarjana (S2) Program Magíster

Sains Akuntansi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Tahun 2007 lulus Pendidikan Profesi Akuntan (Ak) Program Pendidikan Profesi Akuntan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Tahun 2006 lulus Pendidikan Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.

4. Tahun 2001 lulus Pendidikan D1 Komputer Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI Medan.

5. Tahun 1999 lulus Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Perguruan

Amal Bakti 2 Helvetia.

6. Tahun 1996 lulus Sekolah Menengah Pertama Persatuan Guru Republik

Indonesia 37 Medan.

7. Tahun 1993 lulus Sekolah Dasar Negeri No. 064967 Medan

RIWAYAT PEKERJAAN

Sampai dengan Juni 2010 Finance Officer Global Fund Komponen AIDS Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 9

1.5 Originalitas ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Teori ... 11

2.1.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 12

2.1.2 Instrumen Manajemen... 17

2.1.3 Kinerja Pengelolaan Dana... 27


(12)

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 31

3.1 Kerangka Konsep ... 31

3.2 Hipotesis ... 36

BAB IV. METODE PENELITIAN... 37

4.1 Jenis Penelitian ... 37

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 37

4.3 Populasi dan Sampel ... 38

4.3.1 Populasi ... 38

4.3.2 Penentuan Sampel ... 38

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 41

4.5.1 Variabel Penelitian ... 41

4.5.2 Definisi Operasional Variabel... 41

4.6 Metode Analisis Data ... 46

4.6.1 Perumusan Model ... 46

4.6.2 Pengujian Normalitas Data ... 49

4.6.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 49

4.6.4 Pengujian Hipotesis... 51

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

5.1 Deskripsi Data ... 54

5.1.1 Diskripsi Lokasi ... 54

5.1.2 Sejarah Global Fund di Indonesia ... 55

5.1.3 Demografi Responden... 63

5.1.4 Karakteristik Penelitian... 64


(13)

5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data... 65

5.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 68

5.3 Hasil Analisis Data ... 72

5.3.1 Pengujian Hipotesis... 72

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 79

5.4.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Pengelolaan Dana... 81

5.4.2 Pengaruh Penggunaan Instrumen Manajemen terhadap Kinerja Pengelolaan Dana... 83

5.4.3 Pengaruh Kualitas Manajerial terhadap Kinerja Pengelolaan Dana ... 85

5.4.4 Pengaruh Sumber Daya terhadap Kinerja Pengelolaan Dana . 87 5.4.5 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pengelolaan Dana ... 88

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 90

6.1 Simpulan... 90

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 91

6.3 Saran ... 92


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Reviu Penelitian Terdahulu... 30

4.1 Distribusi Populasi dan Sampel... 39

4.2 Definisi Operasional Variabel ... 45

5.1 Indikator Kinerja Keuangan ... 61

5.2 Indikator Kinerja Program ... 62

5.3 Pengumpulan Data ... 62

5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 63

5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan ... 64

5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 64

5.8 Uji Validitas Data... 66

5.9 Uji Reliabilitas Data ... 67

5.10 Pengujian Multikolinearitas ... 71

5.11 Ringkasan Pengujian Hipotesis... 72

5.12 Nilai t hitung... 74

5.13 Hasil Analis Koefisien Determinasi ... 79 5.14 Ringkasan Pengujian Hipotesis... 81,84,86,88


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual ... 31

5.1 Wilayah Provinsi Penerima Dana Hibah GF ATM Komponen

AIDS Rd.4 ... 55

5.2 Bagan Provinsi Penerima Dana Gf ATM Komponen AIDS

Rd.4... 56 5.3 Struktur Organisasi Secara Umum GF ATM ... 58

5.4 Struktur Organisasi Khusus GF ATM Komponen AIDS, TB,

Malaria... 59 5.5 Pengujian Normalitas Data... 69 5.6 Pengujian Heterokedastisitas ... 70


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1-7 Pengolahan Data Secara Statistik... 100 8 Daftar Pengumpulan Data ... 110 9 Kuesioner Penelitian... 113


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan penggunaan instrumen manajemen terhadap kinerja pengelolaan dana bantuan pada Global Fund (GF ATM) Komponen AIDS dalam Kementerian Kesehatan dengan mengikutkan kualitas manajerial, sumber daya dan budaya organisasi sebagai variabel kontrol.

Penelitian ini merupakan penelitian kausal dan populasi penelitian ini adalah keseluruhan bagian dari GF – ATM komponen AIDS yang berjumlah 126 orang dari 19 provinsi sebagai Sub Recipient (SR), ditambah 1 Principal Recipient (PR). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel. Metode pengumpulan data adalah metode survei untuk pengumpulan data primer.

Penelitian ini menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran, penggunaan instrumen manajemen, kualitas manajerial, sumber daya, budaya organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana pada GF ATM Komponen AIDS. Secara parsial penggunaan instrumen manajemen dan kualitas manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana, sedangkan partisipasi penyusunan anggaran, sumber daya dan budaya organisasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana.

Kata Kunci: Partisipasi Penyusunan Anggaran, Penggunaan Instrumen Manajemen, Kualitas Manajerial, Sumber Daya dan Budaya Organisasi.


(18)

ABSTRACT

This research is aiming to test the effect of participation in budget and the use of management instrument on the performance of fund management of the The Global Fund – AIDS Component in the Health Ministery which involves many variables such as managerial quality, resources and organizational culture as control variable.This research is a causal research and the population used in this research is the whole part of Global Fund – AIDS Component which consist of 126 personnel from 19 province as the Sub Recipient (SR), plus 1 Principal Recipient (PR). The Tehnique of sampling used in this research is by way of census of the whole population as a sample. The method used in collecting data is by way of survey for collecting primary data.

This research has found that the participation in budget, the use of management instrument, managerial quality, resources, and organizational culture has a significant effect simultaneously to the performance of the funding management in the Global Fund – AIDS Component. Partially the management instrument and managerial quality has a positive and significant effect on the fund management performance, while the participation in budget, resources and cultural organization has positive but no significant effect on the the fund management performance.

Keywords: Participation in Budget, The Use of Management Instrument, Managerial Quality, Resources and Organizational Culture.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin banyaknya kasus penderita HIV/AIDS ditemukan di Sumatera Utara menuntut pembiayaan lebih dalam rangka penanggulangan penyebaran virus tersebut. Tapi hal ini belum terakomodir secara komprehensif dan berkesinambungan pada APBD maupun APBN. Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan membutuhkan pendanaan dari sumber lain. Maka hibah dari lembaga donor sangat dibutuhkan untuk mendukung program penanggulangan virus HIV-AIDS di Indonesia terutama di Provinsi Sumatera Utara.

Masih terbatasnya dana APBN maupun APBD untuk pemberantasan penyakit HIV/AIDS sampai dengan saat ini mendorong pemerintah untuk mencari tambahan dana melalui hibah ataupun donor baik dari dalam negeri maupun dari lembaga donor luar negeri. Untuk mengatasi minimnya anggaran dari APBN maupun APBD, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, Salah satu contohnya adalah dengan disepakatinya kerjasama dengan lembaga donor internasional yaitu bantuan grant/hibah dari The Global Fund to Fight AIDS, Tuberclosis and Malaria (GF ATM) Komponen AIDS Ronde 4 dengan nama Proyek Indonesia HIV AIDS

Comprehensive Care untuk periode April 2005 sampai dengan Maret 2010. Salah

satu yang dilakukan di antaranya adalah melakukan mobilisasi dukungan dana hibah internasional dari the Global Fund fighting AIDS, Tuberculosis and Malaria (GF


(20)

ATM), untuk mengatasi masalah HIV/AIDS melalui pengajuan proposal pendanaan

program.

Pendanaan program dari GF ATM dimulai pada ronde 1 (Rd.1) untuk periode 2003 – 2007 bagi 4 Provinsi Riau, DKI Jakarta, Bali dan Papua, dengan nama proyek Prevention and Alleviation of HIV Impact in Indonesia. Pendanaan GF ATM

selanjutnya diberikan melalui ronde 4 (Rd.4) pada proyek Indonesia HIV/AIDS Comprehensive Care, IHACC” yang persetujuannya dituangkan dalam Grant Agreement No: IND-405-G04-H, untuk fase pertama (2005 – 2007) ditandatangani oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP & PL), Depkes RI selaku Principal Recipient (PR) pada bulan Feb 2004. Untuk fase 2 (2008 – 2010) ditandatangani pada tanggal 13 Maret 2008, untuk dimanfaatkan hingga 31 Maret 2010, di 19 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Kemudian pada Juli 2009 ditandatangani Grant Agreement untuk Ronde 8 (R8) No. SR.001.GFAIDS-R8-Kes - 2009/IND-809-G08-H pada 8 Provinsi Sumatera Utara untuk Fase 1 (2009-2011).

Sebagai lembaga donor GF ATM memiliki sistem keuangan yang berbeda dengan sistem keuangan serta prinsip akuntansi yang dianut di Indonesia. Di sisi lain sistem keuangan yang diterapkan pada GF ATM mempengaruhi jumlah dana yang akan dihibahkan kepada Pemerintah Indonesia.

Pengelolaan keuangan di Indonesia terutama dalam lingkup sektor publik telah banyak mengalami perubahan atau perbaikan seiring dengan semangat reformasi manajemen keuangan pemerintah. Hal ini mampu memberikan


(21)

kepercayaan lembaga donor internasional untuk menyerahkan dana hibah agar dikelola sesuai dengan aturan dan ketentuan pengelolaan keuangan Negara Indonesia. Meskipun demikian lembaga donor pemberi hibah tetap melakukan pengawasan secara intensif terhadap pengelolaan dana hibah ini.

Di samping itu lembaga donor pemberi hibah selain memberikan dana juga menuntut kesepakatan penerima hibah mengenai komitmen target yang harus dicapai serta menuntut kualitas manajerial tertentu dalam rangka pencapaian indikator program dan kelangsungan pendanaan program penanggulangan HIV-AIDS melalui

dana bantuan GF ATM pada 19 provinsi di Indonesia tahun 2005 – 2009

di Departemen Kesehatan.

Ketepatan penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial yang baik sangat dituntut pemberi bantuan agar indikator yang diberikan GF ATM sebagai lembaga donor dapat dipenuhi.

Kinerja Program yang dibebankan terdiri dari indikator-indikator yang digunakan sebagai acuan untuk melaksakan kegiatan Program Pemberantasan Penanggulangan HIV AIDS di Indonesia melalui Departemen Kesehatan bagian Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL).

Penelitian mengenai penyusunan anggaran dan efektivitasnya dalam peningkatan kinerja merupakan hal penting, karena anggaran menjadi alat utama pengendalian setiap perusahaan (Cherrington dan Cherrington, 1973). Di samping menjadi alat pengendalian, anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur


(22)

sejauhmana kinerja setiap manajer. Selain itu anggaran juga dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi anggota organisasi, anggaran sebagai alat yang dapat digunakan atasan untuk menyelaraskan tujuan, mengkoordinasikan aktivitas bawahan (Kenis, 1979), dan alat untuk mendelegasikan wewenang atasan kepada bawahan (Hofstede, 1968). Kinerja merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi organisasi. Dengan demikian penyusunan anggaran menjadi kompleks karena berdampak kepada fungsional dan disfungsional sikap dan perilaku anggota organisasi yang ditimbulkan (Milani, 1975). Untuk menghindari terjadinya disfungsional anggaran di dalam organisasi, Argyris (1952) menyarankan perlunya keikutsertaan manajemen level yang lebih rendah dalam proses penyusunan anggaran. Para bawahan yang ikut dilibatkan di dalam penyusunan anggaran akan mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral serta pengetahuan mengenai usaha yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan yang telah ditargetkan.

Anggaran tidak hanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya dan pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban suatu organisasi, tetapi anggaran juga merupakan alat bagi manajer tingkat atas untuk memotivasi bawahannya. Keikutsertaan para manajer dalam proses penyusunan anggaran diharapkan dapat meningkatkan kinerja. Semakin tinggi keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran akan semakin meningkatkan kinerja (Indriantoro dan Supomo, 1998).

Penyusunan partisipasi penyusunan anggaran ini mempengaruhi lingkungan internal organisasi dan manajemen di dalamnya. Penelitian mengenai hubungan


(23)

antara partisipasi anggaran dengan kinerja merupakan penelitian di bidang akuntansi manajemen yang masih sering menimbulkan perdebatan. Hal ini disebabkan karena hasil penelitian mengenai hubungan antara kedua variabel tersebut tidak konsisten. Milani (1975) menemukan adanya pengaruh positif antara anggaran partisipasi dengan kinerja manajer, Brownell (1982) menemukan bahwa partisipasi dalam anggaran memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja manajer, namun dalam pengujian selanjutnya (Brownell dan Mclness, 1986) menemukan bahwa anggaran partisipasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajer. Supriyono dan Syakhroza (2003) menemukan anggaran partisipatif berasosiasi positif dengan kinerja manajer. Kualitas Manajerial adalah seberapa baik atau buruknya kinerja manajerial, yaitu kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan, koordinasi, supervisi, staffing, negosiasi, dan representasi (Supomo, 1998).

Variabel lain yang diduga mendukung kinerja adalah sumber daya. Sumber daya yang tersedia baik sumber daya manusia yang berkualitas maupun sarana dan prasarana yang mendukung sangat penting untuk menunjang pelaksanaan pengelolaan keuangan yang baik sumber daya merupakan penentu yang cukup konsisten terhadap kinerja organisasi sektor publik (Boyne, 2003). Sumber daya baik sumber daya manusia, keahlian dan sumber daya finansial diperlukan untuk menerapkan teknik-teknik manajerial secara memadai, agar instrumen manajemen dapat digunakan secara efektif.


(24)

Di samping sumber daya pengelolaan dana bantuan hibah juga bergantung pada budaya organisasi, karena keberhasilan penerapan suatu pengelolaan dana bantuan erat kaitannya dengan budaya organisasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi merupakan determinan terhadap kinerja organisasi sektor publik (Brewer dan Selden, 2000).

Yaya dan Sofiani (2009) meneliti pengaruh instrumen manajemen terhadap kinerja. Untuk mewujudkan kinerja yang efisien, efektif dan berkualitas, lembaga pemerintah dituntut untuk dapat menerapkan manajemen organisasi yang baik. Oleh karena itu, berbagai instrumen manajemen organisasi telah dikembangkan baik berdasarkan panduan dari peraturan dan perundang-undangan maupun berdasarkan inisiatif institusi untuk dapat mencapai kinerja yang baik. Instrumen manajemen tersebut meliputi instrument monitoring, instrumen kontrak kerja dan instrumen insentif. Meyers dan Beuselinck (2006) menemukan bahwa penerapan instrumen tersebut ditemukan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan kualitas organisasi pemerintah.

Dengan budaya dan sistem pemerintahan yang berbeda, sangat mungkin terdapat perbedaan pola yang tepat dalam penerapan instrumen manajemen bagi organisasi sektor publik di Indonesia untuk meningkatkan kinerja suatu organisasi sektor publik. Penelitian yang ada baru sebatas mengevaluasi kinerja organisasi sektor publik dan belum meneliti tentang penerapan instrumen yang diharapkan dapat mempengaruhi kinerja sektor publik (Mahsun, 2006). Diasumsikan bahwa instrumen manajemen akan dapat digunakan secara efektif dalam organisasi yang berorientasi


(25)

hasil dan costumer, dibandingkan organisasi yang budaya organisasi tersebut tidak dominan.

Pada tahun 2007 GF ATM menghentikan pemberian dana pada 3 komponen ATM (AIDS, TB, Malaria) di Indonesia dikarenakan ditemukan kesalahan pengelolaan dana pada salah satu komponen dari ke-3 komponen tersebut, yang menyebabkan laporan kegiatan tidak akuntable. Kesalahan pengelolaan manajemen ini terjadi diakibatkan adanya conflict of interest, dalam pengelolaan dana GF ATM ini sesuai pedoman pengelolaan keuangan Project Implementing Manual (PIM) sangat menekankan agar pengelolaan keuangan GF ATM terhindar dari conflict of

interest. Faktor lainnya adalah masih ada tenaga keuangan yang tidak berlatar

belakang pendidikan akuntansi, hal ini menyebabkan laporan yang dihasilkan tidak akuntabel dan pelaporan keuangan tidak tepat waktu. Penyampaian laporan keuangan dan program ini paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Selain itu berdasarkan hasi evaluasi sampai dengan tahun 2008 yang dilakukan Kementerian Kesehatan selaku Principal Recipient (PR) menunjukkan masih rendahnya penyerapan dana hibah yang telah dialokasikan, hal ini berdampak pada rendahnya capaian program dalam rangka pencapaian indikator proyek yang dibebankan.

Yaya dan Shofiani (2009) telah meneliti tentang Pengaruh Penggunaan Instrumen Manajemen terhadap Kinerja Puskesmas: Studi Empiris di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: Penggunaan instrumen manajemen internal sejauh ini dipandang sebagai pilihan rasional oleh institusi untuk meningkatkan kinerjanya. Namun hasil penelitian menemukan bahwa penggunaan


(26)

instrumen manajemen tidak berpengaruh terhadap efisiensi institusi, efektivitas institusi maupun kualitas jasa yang dihasilkan.

Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, penggunaan instrumen manajemen terhadap kinerja pengelolaan dana bantuan Global Fund Komponen AIDS dalam Departemen Kesehatan Ronde 4 dengan mengikutkan kualitas manajerial, sumber daya serta budaya organisasi sebagai variabel kontrol.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dapat dibuat sebagai berikut:

Apakah partisipasi penyusunan anggaran dan penggunaan instrumen manajemen, berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan dana secara parsial dan simultan dengan kualitas manajerial, sumber daya serta budaya organisasi sebagai variabel kontrol?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum:

Adapun tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah:

Untuk membuktikan secara emphiris partisipasi penyusunan anggaran, penggunaan instrumen manajemen, berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan dana


(27)

secara parsial dan simultan, dengan kualitas kinerja manajerial, sumber daya serta budaya organisasi sebagai variabel kontrol.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti, akademisi dan peneliti selanjutnya. Manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan dalam akuntansi sektor publik.

2. Bagi lembaga, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan informasi sejauhmana kinerja pengelolaan dana bantuan luar negeri di Kementerian Kesehatan.

3. Bagi akademisi dan peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Yaya dan Shofiani (2009) yang meneliti tentang Pengaruh Penggunaan Instrumen Manajemen terhadap Kinerja Puskesmas: Studi Empiris di Kabupaten Sleman. Yaya dan Shofiani (2009) yang menemukan bahwa: penggunaan instrumen manajemen internal sejauh ini dipandang sebagai pilihan rasional oleh institusi untuk meningkatkan kinerjanya. Namun hasil penelitian menemukan bahwa penggunaan instrumen manajemen tidak berpengaruh


(28)

terhadap efisiensi institusi, efektivitas institusi maupun kualitas jasa yang dihasilkan. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 18 responden dengan puskesmas dijadikan sebagai lokasi penelitian.

Peneliti terdahulu menyarankan untuk menggunakan sampel yang lebih besar hingga hasil yang diperoleh memiliki kemampuan generalisasi yang lebih baik, kuesioner yang digunakan akan didesain ulang agar menjadi lebih mudah dipahami dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam merepresentasikan variabel yang diteliti dan akan diukur dengan menggunakan skala pengukuran interval. Melakukan penelitian pada organisasi yang lebih kompleks sehingga penggunaan instrumen pada organisasi tersebut memang diperlukan sebagai instrumen monitoring dan pengorganisasian organisasi.

Penelitian ini menggunakan 126 orang responden dari 19 Sub Recipient (SR) atau provinsi penerima dana hibah GF ATM Komponen AIDS Rd.4 serta 1 perwakilan GF ATM Komponen AIDS yang disebut Principal Ricipient (PR).

Di samping itu waktu penelitian dan lokasi penelitian juga berbeda, di mana penulis mengkhususkan untuk meneliti pada Proyek The Global Fund Component


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

Literatur awal tentang kinerja organisasi sektor publik umumnya terfokus pada hambatan dan stimulus yang dari faktor-faktor eksternal seperti aturan hukum dan ketidakpastian lingkungan (Boyne dan Walker, 2005). Salah satu pendekatan yang cukup populer adalah literatur tentang pengaruh kepemilikan swasta dan kepemilikan publik terhadap kinerja. Selanjutnya literatur kinerja mulai terfokus pada variabel-variabel organisasi internal, yang salah satunya variabel manajemen merupakan suatu yang sangat penting. Sebagai contoh, Brewer dan Selden (2000) yang meneliti kinerja organisasional di lembaga-lembaga Federal Amerika Serikat, memfokuskan pada faktor internal seperti budaya organisasi, kepemimpinan, pengawasan, human capital dan kapasitas.

Penelitian Boyne (2003) terhadap kinerja organisasi sektor publik, menyimpulkan bahwa kinerja organisasi sektor publik merupakan subjek atas pengaruh-pengaruh sistematik dan oleh karenanya pandangan ketidakpastian yang ekstrim tidaklah tepat untuk menggambarkan realitas organisasi tersebut. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa sumber daya dan manajemen merupakan pengaruh yang paling konsisten terhadap kinerja organisasi sektor publik seperti pemerintah daerah.


(30)

2.1.1. Partisipasi Penyusunan Anggaran

Anggaran tidak hanya sebagai alat perencanan dan pengendalian biaya dan pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban suatu organisasi, tetapi anggaran juga merupakan alat bagi manajer tingkat atas untuk memotivasi bawahannya (Kenis 1979). Keikutsertaan para manajer dalam proses penyusunan anggaran diharapkan dapat meningkatkan Kinerja. Semakin tinggi keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran akan semakin meningkatkan Kinerja (Indriantoro dan Supomo, 1998).

Partisipasi memberikan dampak positif terhadap perilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara para manajer. Betapa pun demikian, bentuk keterlibatan bawahan/pelaksana anggaran di sini dapat bervariasi, tidak sama satu organisasi dengan yang lain. Siegel dan Ramanauskas – Marconi, (1989) dalam Clinton dan Hunton (2001) dalam Nursidin (2008) menyatakan bahwa tidak ada pandangan yang seragam mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa dalam mereka terlibat dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah menyangkut partisipasi. Organisasi harus memutuskan sendiri batasan-batasan mengenai partisipasi yang akan mereka terapkan.

Anggaran merupakan rencana jangka pendek (biasanya satu tahun) perusahaan untuk melaksanakan sebagian rencana jangka panjang yang berisi langkah-langkah strategi untuk mewujudkan strategi objektif tertentu beserta taksiran sumber daya yang diperlukan. Nafirin (2000) mengemukakan bahwa anggaran


(31)

merupakan suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program- program yang disahkan.

Kenis (1979) mengemukakan bahwa dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran dengan cara mempertimbangkan hal- hal berikut ini:

1. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.

2. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran.

3. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi.

4. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang memungkinkan dapat segera diantisipasi lebih dini.

Menurut Brownell (1982), partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran sementara Cong dan Chong (2002) menyatakan sebagai proses di mana bawahan/pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan di kalangan bawahan/pelaksana anggaran. Partisipasi manajer dalam proses penganggaran mengarah kepada seberapa besar tingkat keterlibatan manajer


(32)

dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran (Kenis, 1979).

Brownell (1982) menyebutkan ada 2 (dua) alasan penyebab partisipasi menjadi topik menarik dalam akuntansi manajemen, yaitu:

1. Partisipasi pada umumnya dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi.

2. Berbagai penelitian yang menguji hubungan antara partisipasi dengan kinerja, hasilnya bertentangan.

Lebih lanjut, Brownell (1982) melakukan studi empiris terhadap 48 manajer pusat pertanggungjawaban yang bekerja pada perusahaan-perusahaan manufaktur skala besar di San Fransisco, dan ditemukan adanya hubungan positif dan signifikan antara partisipasi dengan kinerja manajerial. Penelitian Indriantoro (1993) terhadap 185 manajer berbagai fungsi dalam organisasi, dari 70 perusahaan yang ada di Jakarta, mengindikasikan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial. Agyris (1952) menemukan adanya hubungan yang positif antara partisipasi penganggaran dan kinerja. Ia menyimpulkan, agar partisipasi penganggaran mempunyai pengaruh terhadap kinerja, maka yang pertama kali harus ada adalah penerimaan atas tujuan anggaran. Dalam hal ini, partisipasi penganggaran mencerminkan peran sentral dalam mendapatkan penerimaan tujuan anggaran.

Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, para anggota organisasi terlibat dan mempunyai pengaruh dalam suatu pembuatan


(33)

keputusan yang berkepentingan dengan mereka. Partisipasi dalam konteks penyusunan anggaran merupakan proses para individu, yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan budget emphasis, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran (Brownell, 1982). Sebagaimana yang dikemukakan Milani (1975), bahwa tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama yang membedakan antara anggaran partisipatif dengan anggaran non partisipatif. Aspirasi bawahan lebih diperhatikan dalam proses penyusunan anggaran partisipatif, sehingga lebih memungkinkan bagi bawahan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran yang menurut mereka dapat dicapai.

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa partisipasi manajer dalam proses penyusunan anggaran menunjukkan kepada seberapa besar tingkat keikutsertaan manajer dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran. Hal ini diperlukan agar para manajer merasa lebih puas dan produktif dalam bekerja karena adanya negosiasi dalam keputusan terhadap target anggaran yang mengakibatkan timbulnya perasaan berprestasi dengan komitmen yang dimiliki. Banyak penelitian bidang akuntansi manajemen yang menaruh perhatian terhadap masalah partisipasi dalam proses penyusunan anggaran, karena anggaran partisipatif dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi. Partisipasi pekerja dalam proses penyusunan anggaran dapat mengakibatkan motivasi untuk mencapai target yang ditetapkan dalam anggaran, selain itu anggaran partisipatif juga menyebabkan sikap respek bawahan terhadap pekerjaan dan


(34)

perusahaan (Milani, 1975). Cherrington dan Cherrington (1973) dalam Nursidin (2008) menemukan hubungan yang positif antara partisipasi dengan kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Studi eksperimental tersebut menguji pengaruh pengendalian melalui anggaran dan pemberian penghargaan terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Menurut penelitian tersebut, ada tiga tujuan utama yang dapat dicapai melalui partisipasi penganggaran, yaitu:

1. Akseptasi anggota organisasi terhadap rencana kegiatan. 2. Peningkatan semangat kerja.

3. Peningkatan produktivitas.

Proses penyusunan anggaran suatu organisasi, merupakan kegiatan yang penting dan sangat kompleks, karena anggaran mempunyai kemungkinan dampak fungsional atau disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Milani, 1975). Argyris (1952) yang melakukan penelitian empiris terhadap proses penyusunan anggaran pada empat perusahaan manufaktur skala menengah menemukan adanya disfungsional anggaran terhadap sikap dan perilaku. Anggaran yang terlalu menekan cenderung menimbulkan sikap agresi bawahan terhadap atasan dan menyebabkan ketegangan dan hal tersebut justru tidak memotivasi bawahan untuk meningkatkan kinerjanya, bahkan menyebabkan inefisiensi sebagai dampak dari penyusunan anggaran yang kaku dengan target yang sulit dicapai. Di samping itu, Merchant (1981) menemukan hasil bahwa dengan partisipasi anggaran yang tinggi akan berdampak kepada menurunnya kinerja yang dipengaruhi oleh kesenjangan anggaran yang timbul akan partisipasi yang tinggi di dalam penyusunan


(35)

anggaran tersebut. Hal ini terjadi akibat terbuka seluas-luasnya bagi bawahan untuk berpartisipasi terhadap proses penyusunan anggaran.

2.1.2. Instrumen Manajemen

Penggunaan instrumen manajemen internal sejauh ini dipandang sebagai pilihan rasional oleh institusi untuk meningkatkan kinerjanya. Teori penggunaan instrumen manajemen internal dalam sektor publik pada umumnya didasarkan pada teori pilihan publik (public choice theory), teori principal agen dan teori hak kepemilikan (Meyers dan Beuselinck, 2006). Teori prinsipal agen terfokus pada institusi yang memiliki hubungan kontraktual antara prinsipal sebagai pemberi mandat dan agen sebagai penerima mandat, dengan konflik tujuan dan asimetri informasi sebagai tema sentral. Konflik tujuan dan asimetri informasi bisa menyebabkan adanya adverse selection saat pengambilan keputusan dan moral

hazard pada saat pelaksanaan dengan membuat kebijakan yang mengakibatkan

kinerja yang lebih rendah dibanding yang diharapkan oleh pemilik dapat dicapai oleh agen. Berdasarkan teori keagenan (agency theory), kita dapat mengharapkan bahwa adanya instrumen manajemen akan meningkatkan kinerja organisasi sektor publik. Ini disebabkan oleh manajemen level atas akan menggunakan instrumen tersebut untuk menghindari organisasi dari kerugian maupun permasalahan organisasi yang mungkin terjadi. Di samping itu, instrumen ini juga diharapkan dapat mengurangi masalah keagenan dalam hubungan prinsipal agen eksternal antara pemerintah dan masyarakat sebagai pengguna.


(36)

Teori pilihan publik untuk mengkaji suatu kebijakan sebagai upaya yang baik dalam proses politik agar penerapan kebijakan benar-benar memberikan manfaat dan sesuai dengan analisis dan kebutuhan kelompok masyarakat. Intinya, public choice adalah metode ekonomi yang diupayakan untuk diterapkan dalam ruang administrasi publik. Public choice membahas masalah tindakan sosial kolektif (collective action) dan masalah mengagregasikan preferensi (Safeii, 2007).

Adapun pendekatan pilihan rasional (rational choice) dalam proses pembuatan kebijakan pada dasarnya bertumpu pada dua hal, yaitu rasionalitas ekonomis dan rasionalitas birokrasi. Rasionalitas ekonomi setidaknya memberikan kontribusi perlunya efisiensi anggaran pembangunan guna mencapai sasaran dan sesuai dengan analisa masalah dan kebutuhan. Pembacaan perhitungan-perhitungan dampak ekonomis adalah sesuatu yang dilakukan di awal kegiatan sebelum merumuskan suatu kebijakan.

Berdasarkan teori pilihan publik, berbagai instrumen manajemen dapat digunakan untuk oleh organisasi sektor publik sebagai jaminan terhadap prinsipal eksternal untuk memastikan agar organisasi menghasilkan standar kinerja yang tinggi. Di samping itu, instrumen manajemen juga dapat digunakan oleh prinsipal eksternal untuk memonitor kinerja organisasi sektor publik, khususnya jika standar dan hasil yang dicapai harus dipublikasikan.

Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori ini berakar dari basic


(37)

mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Menurut Subaweh (2008) “prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara

pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract”.

Implikasi penerapan teori ini dapat menimbulkan perilaku efisiensi atau perilaku opportunistik bagi si Agen. Di organisasi publik, khususnya di pemerintahan daerah secara sadar atau tidak, teori keagenan ini telah dipraktikkan, termasuk pemerintahan daerah di Indonesia. Apalagi sejak otonomi dan desentralisasi diberikan kepada pemerintah daerah sejak tahun 1999.

Implikasi penerapan teori keagenan dapat menimbulkan hal positif dalam bentuk efisiensi, tetapi lebih banyak yang menimbulkan hal negatif dalam bentuk perilaku opportunistik (opportunistic behaviour), hal ini terjadi karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).

Kalau kondisi di atas terjadi, maka proses penyusunan/perubahan anggaran yang semestinya akan menghasilkan outcome yang efisien dan efektif dari alokasi sumber daya dalam anggaran akan terdistorsi karena adanya perilaku opportunistik untuk kepentingan pribadi.


(38)

Teori Hak Kepemilikan merupakan hak kepemilikan (right of ownership) atas suatu aset dapat dimengerti sebagai hak untuk menggunakan (right to use), untuk mengubah bentuk dan isi hak kepemilikan (to change its form and substance), dan untuk memindahkan seluruh hak-hak atas aset (to transfer all rights in the asset), atau beberapa hak (some rights) yang diinginkan (Yustika, 2006).

Hak kepemilikan yang eksis dalam masyarakat, setidaknya terdapat tiga tipe yang penting, yakni hak kepemilikan individu (private property right/ownership), hak kepemilikan negara (state property right/ownership), dan hak kepemilikan komunal

(communal property right/ownership). Hak kepemilikan individu/pribadi

dimaksudkan bahwa setiap individu berhak untuk menguasai dan memiliki aset spesifik yang diinginkan. Sedangkan hak kepemilikan negara diartikan bahwa aset spesifik hanya dibolehkan menjadi milik negara sehingga individu/pribadi tidak diperkenankan untuk memilikinya. Sementara itu, hak kepemilikan komunal tidak lain merupakan kepemilikan yang dipunyai oleh kelompok yang telah terdefinisikan dengan baik (well-defined group) dari orang-orang (people) yang bergabung untuk menggenggam aset yang tidak bisa dipindahkan (nontransferable asset).

Dengan demikian teori penggunaan instrumen manajeman internal dalam sektor publik pada umumnya didasarkan pada tiga teori di atas. Meyers dan Beuselinck (2006) menyatakan untuk mencapai kinerja organisasi pemerintah yang baik, diperlukan berbagai instrumen manajemen. Instrumen manajemen tersebut meliputi aspek manajemen keuangan, manajemen kinerja, manajemen sumber daya manusia dan manajemen kualitas.


(39)

Instrumen manajemen keuangan di organisasi pemerintah meliputi berbagai instrumen terkait dengan (1) adanya alokasi internal atas sumber daya kepada unit-unit organisasi berbasiskan hasil yang telah dan hendak dicapai (2) adanya otonomi manajemen internal yang diberikan pada unit organisasi yang lebih rendah (3) adanya pengembangan terhadap sistem perhitungan biaya.

Instrumen manajemen kinerja meliputi (1) adanya pengendalian internal terhadap proses pencapaian hasil dan sasaran unit organisasi (2) adanya pengembangan sistem evaluasi dan pelaporan internal yang memungkinkan manajemen yang bertanggung jawab dan atasannya dapat menilai hasil yang dicapai (3) adanya perencanaan jangka panjang yang bersifat multi-tahun.

Adapun instrumen manajemen sumber daya manusia meliputi adanya upaya pengembangan sumber daya manusia yang berdasarkan pencapaian hasil. Instrumen manajemen kualitas meliputi (1) penggunaan standar kualitas atas pelayanan yang diberikan oleh organisasi (2) penggunaan survei kepuasan pelanggan atau pengguna jasa organisasi (3) penggunaan sistem manajemen kualitas (seperti balanced

scorecard atau ISO) (4) penggunaan unit internal yang memonitor kualitas dalam

organisasi.

Berdasarkan teori keagenan, diharapkan bahwa keberadaan instrumen manajemen akan meningkatkan kinerja. Hal ini disebabkan karena pimpinan organisasi akan menggunakan instrumen tersebut untuk menghindari masalah agensi dan kerugian agensi dalam organisasi. Di samping itu instrumen tersebut diharapkan


(40)

dapat mengurangi masalah agensi dalam hubungan prinsipal agen dalam hubungan pemerintah dan masyarakat sebagai pengguna.

Oleh karena adanya pengaruh potensial lain yang mempengaruhi kinerja organisasi, model tersebut dikembangkan dengan memasukkan berbagai variabel kontrol. Berbagai variabel kontrol tersebut adalah:

1. Kualitas manajerial

Kualitas manajerial merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi organisasi. Kualitas manajerial merupakan baik atau buruknya kinerja manajerial, yaitu kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan, koordinasi, supervisi,

staffing, negoisasi, dan representasi (Indriantoro dan Supomo, 1998). Seberapa baik

atau buruknya kualitas manajerial dalam melakukan perencanaan, koordinasi, supervisi, staffing, negosiasi dan representasi akan memiliki pengaruh terhadap kinerja pengelolaan dana.

Dalam beberapa studi empiris, ditemukan bahwa kualitas manajerial memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja organisasi sektor publik (Boyne, 2003) dan harus dimasukkan dalam model sebagai covarian. Kualitas manajerial juga bisa dianggap sebagai prakondisi untuk efektivitas penggunaan instrumen manajemen.

Kualitas manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja organisasional. Menurut Mahoney dan Caroll (1963) dalam Nursidin (2008) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja indvidu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan,


(41)

investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi dan representasi. Sedangkan menurut Stoner et.al (1992) memberikan definisi kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Sumber daya

Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting karenanya harus dipastikan sumber daya manusia ini harus dikelola sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia harus dipandang sebagai suatu sistem di mana tiap-tiap karyawan merupakan bagian yang saling berkaitan satu dengan lainnya dan bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Boyne (2003) sumber daya merupakan penentu yang cukup konsisten terhadap kinerja organisasi di sektor publik. Sumber daya, dalam konteks ini dipahami sebagai kapasitas yang diperlukan untuk menerapkan teknik-teknik manajerial secara memadai. Agar instrumen manajemen dapat digunakan secara efektif, organisasi sektor publik membutuhkan sumber daya manusia, keahlian tertentu dan sumber daya finansial. Diasumsikan bahwa semakin besar organisasi maka akan semakin mudah menarik sumber daya manusia yang berkeahlian khusus dan baik. Ini juga berarti bahwa di samping berpengaruh langsung terhadap kinerja organisasi, jumlah staf juga mungkin memiliki pengaruh intervening terhadap hubungan instrumen manajemen dan kinerja.


(42)

Menurut Matindas (2003) sumber daya manusia adalah kesatuan tenaga manusia yang ada dalam suatu organisasi dan bukan sekedar penjumlahan karyawan-karyawan yang ada. Sedangkan menurut Wiley dalam Azhar (2007) mendefinisikan bahwa sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan organisasi tersebut.

3. Budaya organisasi

Menurut Nawawi (2003), hubungan budaya dengan budaya organisasi, bahwa “budaya organisasi adalah suatu kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh anggota organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan organisasi”. Sedangkan Nawawi (2003) mengatakan

“budaya organisasi adalah suatu sistem penyebaran keyakinan dan nilai-nilai yang dikembangkan di dalam suatu organisasi sebagai pedoman perilaku anggotanya”.

Menurut Moorhead dan Ricky (1999), memberikan definisi budaya organisasi sebagai, “The set of values that helps the organization’s employees understand which actions are considered acceptable and which unacceptable”. Budaya organisasi

merupakan kumpulan nilai-nilai yang membantu anggota organisasi memahami tindakan yang dapat diterima dan mana yang tidak dapat diterima dalam organisasi. Nilai-nilai tersebut biasanya dikomunikasikan melalui cerita-cerita atau simbol-simbol lain yang mempunyai arti tertentu bagi organisasi.

Dari definisi budaya organisasi yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya perusahaan adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh


(43)

semua anggota perusahaan dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Menurut Robbin (1997) budaya organisasi kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi. Faktor-faktor yang menentukan kekuatan budaya organisasi adalah kebersamaan dan intensitas.

Robin (1997) mengemukakan ciri-ciri budaya kuat: 1. Ciri-ciri Budaya Kuat:

a. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi.

b. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif.

c. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.

d. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi

dan secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan. e. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.


(44)

f. Memiliki jaringan kultur yang menampung cerita-cerita kehebatan para pahlawannya.

2. Ciri-ciri Budaya Organisasi Lemah:

a. Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.

b. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.

c. Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.

Langkah-langkah Kegiatan untuk Memperkuat Budaya Organisasi: 1. Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi.

2. Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi. 3. Memberikan contoh atau teladan.

4. Membuat acara-acara rutinitas.

5. Memberikan penilaian dan penghargaan.

6. Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal. 7. Koordinasi dan kontrol.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi merupakan determinan terhadap kinerja organisasi sektor publik (Brewer dan Selden, 2000). Diasumsikan bahwa instrumen manajemen akan dapat digunakan secara efektif dalam organisasi yang berorientasi hasil dan customer, dibanding organisasi yang budaya tersebut tidak dominan. Pada organisasi dengan budaya yang berorientasi birokrasi dan aturan, instrumen manajemen akan kurang efektif digunakan.


(45)

2.1.3. Kinerja Pengelolaan Dana

Pengukuran kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan resposivitas (Dwiyanto, 2003). Oleh karenanya ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai kinerja birokrasi publik yaitu: produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Kinerja Organisasi pada dasarnya merupakan keseluruhan capaian atau hasil-hasil selama pelaksanaan otonomi daerah. Untuk mencapai tingkat kinerja seperti yang diharapkan tentunya perlu dirumuskan rencana kinerja yang memuat penjabaran sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategik Organisasi. Berdasarkan rencana strategik tersebut maka dapat diukur sejauhmana Pemda telah mampu mencapai sasaran atau target-target (kinerja) yang telah ditetapkan baik dengan indikator kuantitatif maupun kualitatif.

Adapun memajukan perekonomian yang dimaksud adalah dengan menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber-sumber daya daerah sehingga memberikan dampak peningkatan aspek financial. Dengan demikian, keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah dapat diukur berdasarkan pencapaian tujuan sebagaimana ditetapkan.

Dalam pengertian yang umum, efisiensi berarti organisasi mampu menyelenggarakan pelayanan dan kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah dengan lebih murah, mampu menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat dan mampu


(46)

bekerja dengan lebih cepat. Organisasi mampu menghasilkan output yang sama dengan biaya yang lebih sedikit, atau menghasilkan output yang lebih besar dengan biaya yang relatif sama, serta mampu menghasilkan output yang sama dengan biaya sama namun waktu yang lebih cepat (Mardiasmo, 2002). Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal (Aswin, 2006). Efisiensi internal (biasanya diukur dengan biaya – efektivitas) menunjuk kepada hubungan antara output anggaran dan input anggaran (sumber daya) yang digunakan untuk memproses atau menghasilkan output anggaran. Sedangkan efisiensi eksternal (biasanya diukur dengan biaya – manfaat) adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan pelayanan dan pembangunan dan keuntungan kumulatif (individual, sosial, ekonomi, dan non-ekonomi) yang diperoleh masyarakat. Dilain aspek, efektivitas digunakan untuk mengukur sejauhmana organisasi mampu bekerja lebih baik dan lebih inovatif untuk menghasilkan sejumlah output yang sama dengan biaya dan waktu yang relatif sama, namun dengan standar kualitas layanan yang lebih baik. Selain itu efektivitas juga dimaknai sebagai kemampuan Pemerintah (Daerah) untuk menangkap aspirasi masyarakat yang dilayaninya dengan memberikan pilihan alternatif sesuai dengan kondisi dan kemampuan masyarakat tersebut (Campo, dkk, 2002).

2.2. Reviu Peneliti Terdahulu

Yaya dan Shofiani (2009) menemukan tidak ada pengaruh antara tingkat penerapan instrumen manajemen terhadap efisiensi dan efektivitas institusi. Renny


(47)

(2008), menemukan partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hal ini sejalan dengan penelitian Sinambela (2003) yang menemukan partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial.

Indriantoro dan Supomo (1998) menemukan partisipasi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial. Selain itu mereka menemukan ada pengaruh positif budaya organisasi yang berorientasi pada orang dan pengaruh negatif pada budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan terhadap keefektifan anggaran partisipatif dalam peningkatan kinerja manajerial. Pengaruh positif berarti bahwa budaya organisasi yang berorientasi pada orang cenderung tidak akan menimbulkan kesenjangan anggaran rendah dan sebaliknya, jika budaya organisasi yang berorientasi pekerjaan, akan menimbulkan kesenjangan anggaran tinggi.

Wirjono dan Raharjono (2007) menemukan bahwa interaksi antara kebutuhan akan independensi dalam penyusunan anggaran memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial. Sumarno (2005) menemukan adanya pengaruh dan hubungan negatif yang kuat antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.

Sedangkan Riyadi (2000), menemukan hubungan pengaruh yang negatif antara motivasi anggaran dengan kinerja manajerial.

Lebih rinci reviu peneliti terdahulu seperti terlihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:


(48)

Tabel 2.1. Reviu Peneliti Terdahulu

No

Nama Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1 Rizal Yaya,

Prima Shofiani

(2009)

Pengaruh pengunaan

instrumen manajemen

terhadap kinerja

Puskesmas (studi empiris di Kabupaten Sleman).

1. Variabel independen:

self assessed tingkat penerapan

manajemen, efektivitas

penggunaan instrumen

manajemen.

2. Variabel kontrol:

Kualitas manajerial, sumber daya, budaya organisasi.

3. Variabel dependen:

Self assessed kinerja

dinas-dinas di lingkungan Pemda.

Instrumen manajemen tidak

berpengaruh terhadap efisiensi,

efektivitas Institusi.

2 Maisyaroh

Renny (2008)

Pengaruh partisipasi

penyusunan anggaran

terhadap kinerja manajerial dengan komunikasi dan komitmen sebagai variabel moderating pada PDAM Provinsi Sumatera Utara.

1. Variabel independen:

Partisipasi dalam penyusunan anggaran.

2. Variabel moderating:

Komunikasi dan komitmen

organisasi.

3. Variabel dependen:

Kinerja manajerial.

Partisipasi dalam penyusunan

anggaran berpengaruh terhadap

kinerja manajerial.

3 Endang

Raino Wirjono dan

Agus Budi

Raharjono (2007)

Pengaruh karakteristik

personalitas manajer

terhadap hubungan

partisipasi dalam

penyusunan anggaran

dengan kinerja manajerial.

1. Variabel independen:

Partsipasi dalam penyusunan anggaran.

2. Variabel moderating: -Kebutuhan akan independensi. - Otoritas.

3. Variabel dependen: Kinerja manajerial.

Interaksi antara kebutuhan akan

independensi dengan partisipasi

dalam penyusunan anggaran

memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial; dan interaksi antara kebutuhan akan otoritas dengan

partisipasi dalam penyusunan

anggaran memiliki pengaruh

terhadap kinerja manajerial.

4 J. Sumarno

(2005)

Pengaruh komitment

organisasi dan gaya

kepemimpinan terhadap

hubungan atara partisipasi

anggaran dan kinerja

manajerial.

1. Variabel independen: Partisipasi anggaran. 2. Variabel moderating:

- Komitmen organisasi. - Gaya kepemimpinan. 3. Variabel dependen:

Kinerja manajerial.

Terdapat pengaruh dan hubungan negatif yang kuat antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial;

pengaruh komitment organisasi

terhadap hubungan partisipasi

anggaran dan kinerja manajerial

adalah positif dan signifikan;

pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial adalah tidak signifikan.

5 Sinambela

(2003)

Pengaruh partisipasi

penyusunan anggaran

terhadap kinerja

manajerial.

1. Variabel independen:

Partisipasi penyusuanan

anggaran.

2. Variabel dependen:

Kinerja manajerial.

Partisipasi penyusunan anggaran

mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial.

6 Riyadi

(2000)

Pengaruh Motivasi dan

Pelimpahan wewenang

sebagai variabel

moderating dalam hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial.

1. Variabel independen:

2. Partisipasi Anggaran

3. Variabel moderating:

Motivasi dan Pelimpahan

Wewenang.

4. Variabel dependen:

Kinerja Manajerial.

Motivasi berpengaru negatif terhadap hubungan anggaran dengan kinerja manajerial.

7 Supomo dan

Indriantoro (1998)

Pengaruh struktur dan

kultur organisasi terhadap

keefektifan partisipasi

anggaran dalam

peningkatan kinerja

manajerial.

1. Variabel independen:

Partisipasi anggaran.

2. Variabel moderating:

Struktur dan kultur organisasi.

3. Variabel dependen:

Kinerja manajerial.

Partisipasi dalam penyusunan

anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial.


(49)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel independen dan variabel dependen. Menurut Lubis dan Syahputra (2008) kerangka konsep penelitian adalah gambaran ringkas, lugas, dan bernas mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep lainnya yang akan diteliti atau menggambarkan pengaruh atau hubungan antara satu kejadian/fenomena dengan kejadian/fenomena lainnya.

Maka apabila dirangkum maka kerangka pemikiran yang dibangun adalah: berikut ini.

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

1. Partisipasi Penyusunan Penganggaran (VI 1)

2. Penggunaan Instrumen Manajemen (VI 2)

Kinerja Pengelolaan Dana (Y)

3. Variabel-variabel Kontrol

- Kualitas Manajerial (VK1 1) - Sumber Daya (VK 2)


(50)

Partisipasi penyusunan anggaran menggambarkan keterlibatan manajer pusat pertanggungjawaban mulai dari tingkat bawah, menengah dan tingkat atas dalam proses penyusunan anggaran. Partisipasi para manajer dalam proses penyusunan anggaran menciptakan terjadinya komunikasi yang baik, interaksi satu sama lain serta bekerja sama dalam team guna mencapai tujuan perusahaan. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para manajer akan meningkat.

Hal ini didasari pemikiran bahwa jika suatu tujuan atau standar dirancang secara partisipatif disetujui, maka manajer akan meninternalisasikan tujuan atau standar yang ditetapkan dan manajer memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya, karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunan anggaran. Semakin tinggi tingkat keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran maka semakin meningkat pula kinerjanya (Indriantoro dan Supomo, 1998).

Penggunaan instrumen manajemen internal dalam sektor publik didasarkan pada teori pilihan publik (public choice theory), teori prinsipal agen, dan teori kepemilikan.

Berdasarkan teori keagenan, diharapkan bahwa keberadaan instrumen manajemen akan meningkatkan kinerja p engelolaan dana bantuan hibah. Hal ini disebabkan karena pimpinan organisasi akan menggunakan instrumen tersebut untuk menghindari masalah agensi dan kerugian agensi dalam organisasi. Di samping itu instrumen tersebut diharapkan dapat mengurangi masalah agensi dalam hubungan prinsipal agen dalam hubungan pemerintah dan masyarakat sebagai pengguna.


(51)

Berdasarkan teori pilihan publik, berbagai instrumen manajemen dapat digunakan untuk organisasi sektor publik sebagai jaminan terhadap prinsipal ekternal untuk memastikan agar organisasi menghasilkan standar kinerja yang tinggi. Sedangkan pada teori kepemilikan instrumen manajemen dapat digunakan oleh prinsipal eksternal untuk memonitor kenerja organisasi sektor publik, khususnya jika standar dan hasil yang dicapai harus dipublikasikan.

Oleh karena adanya pengaruh potensial lain yang mempengaruhi kinerja organisasi, model tersebut dikembangkan dengan memasukkan berbagai variabel kontrol. Berbagai variabel kontrol tersebut adalah:

1. Kualitas manajerial. Dalam beberapa studi empiris, ditemukan bahwa

kualitas manajerial memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja organisasi sektor publik (Boyne, 2003) dan harus dimasukkan dalam model sebagai covarian. Kualitas manajerial juga bisa dianggap sebagai prakondisi untuk efektivitas penggunaan instrumen manajemen.

2. Sumber daya. Menurut Boyne (2003) sumber daya merupakan penentu yang

cukup konsisten terhadap kinerja organisasi di sektor publik. Sumber daya, dalam konteks ini dipahami sebagai kapasitas yang diperlukan

untuk menerapkan teknik-teknik manajerial secara memadai. Agar

instrumen manajemen dapat digunakan secara efektif, organisasi sektor publik membutuhkan sumber daya manusia, keahlian tertentu dan sumber daya finansial. Ini juga merupakan indikator terhadap ukuran organisasi. Diasumsikan bahwa semakin besar organisasi maka akan semakin mudah


(52)

menarik sumber daya manusia yang berkeahlian khusus dan baik. Ini juga berarti bahwa di samping berpengaruh langsung terhadap kinerja organisasi, jumlah staf juga mungkin memiliki pengaruh intervening terhadap hubungan instrumen manajemen dan kinerja.

Menurut Matindas (2003) sumber daya manusia adalah kesatuan tenaga manusia yang ada dalam suatu organisasi dan bukan sekedar penjumlahan karyawan-karyawan yang ada. Sedangkan menurut Wiley dalam Azhar (2007) mendefinisikan bahwa sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan organisasi tersebut.

3. Budaya organisasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa budaya

organisasi merupakan determinan terhadap kinerja organisasi sektor publik (Brewer dan Selden, 2000). Diasumsikan bahwa instrumen manajemen akan dapat digunakan secara efektif dalam organisasi yang berorientasi hasil dan

customer, dibanding organisasi yang budaya tersebut tidak dominan. Pada

organisasi dengan budaya yang berorientasi birokrasi dan aturan, instrumen manajemen akan kurang efektif digunakan.

Budaya organisasi GF ATM yang berorientasi campuran dalam arti proyek tersebut dikelola menurut aturan keuangan negara namun dikelola secara profesional. Dengan demikian penelitian ini akan melihat sejauhmana partisipasi penyusunan anggaran dan penggunaan instrumen manajemen akan efektif digunakan.


(53)

Namun di samping variabel partisipasi penyusunan anggaran dan penggunaan instrumen manajemen diperkirakan juga ada variabel lain yang tidak menutup kemungkinan dapat mempengaruhi kinerja pengelolaan dana, yaitu kualitas manajerial, sumber daya dan budaya organisasi. Variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja pengelolaan dana di luar variabel partisipasi penyusunan anggaran dan penggunaan instrumen manajemen disebut dengan variabel kontrol, yaitu variabel yang secara sendiri-sendiri atau bersamaan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan penggunaan instrumen manajemen mempengaruhi variabel kinerja pengelolaan dana (Bungin, 2005).

Dengan demikian maka kerangka konsep penulis dalam penelitian ini adalah kinerja pengelolaan dana bantuan hibah (sebagai variabel dependen) dipengaruhi oleh partisipasi penyusunan anggaran dan penggunaan instrumen manajemen dengan mengikutkan kualitas manajerial, sumber daya dan budaya organisasi sebagai variabel kontrol.

Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian maka peneliti mengembangkan kerangka penelitian yang diuji secara simultan dan parsial yaitu keberhasilan kinerja pengelolaan dana (Y) diperkirakan baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa variabel independen (VI 1) yaitu partisipasi penyusunan anggaran (VI 2), penggunaan instrumen manajemen serta variabel-variabel kontrol yaitu, kualitas manajerial (VK 1), sumber daya (VK2), budaya organisasi (VK 3).


(54)

Kerangka konseptual ini dirangkum pada Gambar 3.1. Penelitian ini diawali dengan pengujian terhadap pengaruh tingkat partisipasi penyusunan dan penggunaan instrumen manajemen terhadap kinerja pengelolaan dana secara simultan dan parsial. Selanjutnya, variabel-variabel kontrol a k a n d i u j i l a n g s u n g u n t u k m e l i h a t s e j a u h m a n a pengaruh variabel kontrol tersebut terhadap kinerja dan apakah pengaruh tersebut signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana bantuan.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konsep di atas maka dapat dibangun hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Partisipasi penyusunan anggaran dan penggunaan instrumen manajemen memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana baik secara parsial maupun simultan dengan mengikutkan variabel kualitas manajerial, sumber daya serta budaya organisasi sebagai variabel kontrol.


(55)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ilmiah merupakan suatu usaha untuk mengungkapkan fenomena alami secara sistematis, empiris, dan kritis. Apabila diterjemahkan dalam bahasa statistik maka pengertian penelitian adalah usaha untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel (Baker, 1999).

Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal (causal), Umar (2008) menyebutkan “desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel

mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen di mana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung”.

Penelitian kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel atau untuk menganalisis bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya (Umar, 2008).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini pada Global Fund Komponen AIDS di Departemen Kesehatan dengan waktu penelitian adalah pada periode anggaran Ronde 4 Tahun 2005-2009.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agyris, C., 1952. The Impact of Budget on People. The Controllership Foundation. New York.

Aswin, M., 2006. Dampak Implementasi Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja

Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Pendekatan Balanced Scorecard.

Disertasi. Universitas Brawijaya.

Azhar, 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintahan Aceh. Tesis.

Universitas Sumatera Utara. Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi (Tidak Dipublikasikan). Medan.

Baker, T. L., 1999. “Doing Social Research”. Mc. Graw Hill. Singapore.

Boyne, G. and RM, Walker., 2005. Introducing the Determinants of Performance in Public Organizations’ Symposium. Journal of Public Administration Researchand Theory. 15: 4 pp. 483-488.

Boyne, G., 2003. Sources of Public Service Improvement: a Critical Review and Research Agenda. Journal of Public Administration Research and Theory. 13: 3 pp. 367-394

Brewer, G.A. and S.C. Selden, 2000. Why Elephants Gallop: Assessing and Predicting Organizational Performance in Federal Agencies. Journal of Public

Administration Research and Theory. 10: 4 pp. 685-711.

Brownell, P. 1982. Participation in Budgeting Process: When It Works and When It Doesn’t. Journal of Accounting Literature, Vol. 1 pp. 124-153.

Brownell, P. and Mclnness, M., 1986. Budgetary Participation, Motivation and

Managerial Performance. The Accounting Review, Vol. LXI No. 4 October,

p. 587-600.

Bungin, Burhan, 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu sosial lainnya. Edisi Pertama. Cetakan

ke-4. Kencana. Jakarta.

Campo, Salvatore S. and P. Sundaram, 2002. To Serve and to Preserve: Improving


(2)

Cherrington, DJ. and JO. Cherrington, 1973. Approriate Reinforeement Contingencies in The Budgeting Process”. Journal of Accounting Research (Supplemen), pp. 225- 253.

Clinton, B. Doglas & James E Hunton, 2001. “Linking Participative Budgeting

Congruence to Organization Performance”. Behavior Research in Accounting.

pp. 127-141.

Cong, Vincent K. & Kar Ming Chong, 2002. Budget Goal Commitment and Informational Effects of Budget Participation on Performance, A Structural Equation Modeling Approach”. Journal of Accounting Research. pp. 65-68.

Cooper, D.R. dan Emory, C.W, 1995. Business Research Methods. Mc. Graw-Hill Companies, Inc. New York.

Deloitte Public Sector Paper, 1997. Mastering the Transformation: New Public

Management, Accrual Accounting, and Budgeting (internet file, last updated

November 2004) Frederickson, H. George. The Spirit of Public

Administration. Jossey-Bass Publishers.

Dwiyanto, Agus Dkk, 2003. Reformasi: Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM. Yogyakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. USU Press. Medan.

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen. USU Press. Medan.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Sumarno Zain. Erlangga. Jakarta.

Hofstede, G, 1968. The Game of Budget Control: How Life Budgeting Standard and

Yet be Motivated by Them. Van Gorcum. Netherland.

Ikhsan, Arfan dan Imam Ghozali, 2006. Metodologi Penelitian untuk Akuntansi dan

Manajemen. PT. Madju Medan Cipta. Medan.


(3)

Variables”. Accountancy Development in Indonesia, Publication Np. 18, Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Cetakan Pertama BPFE. Yogyakarta.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1998. Pengaruh Struktur dan Kultur

Organisasi terhadap Keefektifan Partisipasi Anggaran dalam Peningkatan Kinerja Manajerial: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur. Kelola.

Yogyakarta.

Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman. BPFE. Yogyakarta.

Kenis, L., 1979. “The Effect of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and Performance”. Accounting Review. October, p. 707-721.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana

Meneliti dan Menulis Tesis?, Erlangga, Jakarta.

Kurnia Ratnawati, 2004. Pengaruh Budgetary Goal Characteristic terhadap Kinerja

Manajerial dengan Budaya Paternalistik dan Komitment Organisasi sebagai Moderating Variabel (Studi empiris pada Perguruan Tinggi Swasta, Kopertis Wilayah III), SNA VII 2004. Denpasar. hal. 647-667.

Levin, Richard L, dan Rubin, David S., 1998. Statistic For Management. 7 th edition. Prentice-Hall International, Inc.

Lubis, Ade Fatma dan Syahputra, Adi., 2008. Pedoman Penulisan Proposal dan

Tesis. Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Mahsun, M., 2006. Pengukuran Sektor Publik. BPFE. Yogyakarta.

Maisyarah, Renny, 2008. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap

Kinerja Manajerial dengan Komitment dan Komunikasi sebagai Variabel Moderating pada PDAM. Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Universitas

Sumatera Utara. Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi (Tidak Dipublikasikan). Medan.


(4)

Mas’ud, Fuad, 2004. Survei Diagnosis Organisasional Konsep dan Aplikasi. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Matindas, R., 2002. “Manajemen SDM Lewat Konsep Ambisi, Kenyataan, dan Usaha”, Edisi II Grafiti, Jakarta.

Merchant, K.A., 1981. The Design of Corporate Budgeting System: Influences on

Managerial Behaviour and Performance”. The Accounting Review, pp.

813-828.

Meyers, F., Verhoest, K and Beuselinck E., 2006. Performance of Public Sector

Organizations: Do Management Instruments Matter? Paper for “A Performing Public Sector: The Second Transatlantic Dialogue. Leuven,

België 1-3 June.

Milani, K., 1975. “The Relationship of Participation in Budget Setting to Industrial Supervisor Performance Attitudes: A. Field Study”. Accounting Review. April,

pp. 274-284.

Moorhead, G., dan Ricky, W.G., 1999. Human Resources Management. 7th Edition. Prentice Hall, Inc. New York.

Nafirin, M., 2000. Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta.

Nawawi, H., 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Nursidin, M., 2008. “Pengaruh Anggaran Partisipatif terhadap Kinerja Manajerial Melalui Kesenjangan Anggaran dan Motivasi Kerja pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia – 1 Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Sekolah

Pascasarjana Magister Akuntansi (Tidak Dipublikasikan). Medan.

Riyadi, S., 2000. “Motivasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai Variabel Moderating Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial”. Riset Akuntansi Indonesia 3 (2), 134-150.

Robbins, S.P., 1997. Organizational Behavior: Concept, Controversies, and

Applications. 6th Edition. Englewood Cliffs, Prentise Hall International. New Jersey.

Safii. M., 2007. "Strategi Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah". Averroes Press. www.averroespress.net.


(5)

Santoso, Singgih, 2001. SPSS Statisitik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta. Sekaran, Uma, 2003. Business Research Method. Terjemahan, John Willey & Sons

Inc.

Sinambela, Elizar. 2003. Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran

terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan). Thesis. Universitas Sumatera Utara, Program Pascasarjana

Magister Akuntansi (Tidak Dipublikasikan). Medan.

Sumarno. J., 2005. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan

terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial.

SNA VIII Solo, 15-16 September 2005.

Stoner, James A.F., R. Edward Freean & Daniel R. Gilbert, 1992. Management. Fith Edition. Prentice Hall Inc. New Jersey.

Subaweh, Imam, 2008. Agency Theory dalam Pemerintahan Daerah,Http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/imas/2008/9/03.

Sugiyono, 1999. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta. Bandung.

Supriyono, R. A & Akhmad Syakhroza, 2003. “Peran Asimetri Informasi dan Peresponan Keinginan Sosial sebagai Variabel Moderating Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Kinerja Manajer di Indonesia”. Simposium

Nasional Akuntansi IV, Surabaya.

Triton. P. B., 2006. SPSS 13,0. Terapan Riset Statisitik Parametrik. Andi. Yogyakarta.

Umar, Husein, 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Rajawali Pers. Jakarta.

Wirjono, Endang Raino dan Agus Budi Raharjono, 2007. “Pengaruh Karakteristik Personalitas Manajer terhadap Hubungan antara Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Manajerial. Kinerja, Volume 11,


(6)

Yaya, Rizal dan Prima Shofiani, 2009. “Pengaruh Penggunaan Instrumen Manajemen terhadap Kinerja Puskesmas: Studi Emphiris di Kabupaten Sleman. Konferensi Penelitian Keuangan Sektor Publik II, Bidang Litbang Departemen Dalam Negeri: Bidakara, 2-3 Juni 2009.

Yustika, Ahmad Erani, 2006. “Ekonomi Kelembagaan”. Berita Jurnal FIA – UB, Malang. publik@brawijaya.ac.id.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Satuan Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I

0 68 106

Pengaruh sistem manajemen mutu iso 9001:2008 dan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial

0 2 26

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, GOAL COMMITMENT, DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

0 3 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, GOAL PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, GOAL COMMITMENT, DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

1 9 20

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KOPERASI UNIT Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada Koperasi Unit Desa Kecamatan Jatinom.

0 2 13

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KOPERASI UNIT Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada Koperasi Unit Desa Kecamatan Jatinom.

0 2 11

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

2 5 43

PENGARUH PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI, PARTISIPASI PENYUSUNAN Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi, Partisipasi Penyusunan Anggaran, Lingkungan, Pengalaman Kerja, dan Jenjang Pendidikan Terhadap Kinerja Manajer.

0 0 17

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN DESENTRALISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

1 3 91