MERAIH KEMENANGAN HAKIKI

MERAIH KEMENANGAN HAKIKI
Oleh: Muhsin Hariyanto
Penasihat Bening
Dalam beberapa ceramah Ramadhan, para ustadz banyak yang memaparkan ayat
al-Quran berikut:
”(Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman".
(QS al-Hijr, 15: 46)
Ayat ini, menurut para mufassir, berisi perintah kepada umat Islam agar
berkesediaan untuk menjadi penghuni surga, dengan memenangi pertarungan melawan
godaan setan dan hawa nafsunya. Mereka itulah – antara lain -- orang-orang yang
berhasil melaksanakan ibadah puasa dengan sempurna.
Berdasar riwayat yang shahih, ada tiga indikator kemenangan orang yang telah
diraih dalam ibadah puasanya. Pertama: menyambung tali silaturahim, kedua: memberi
maaf kepada orang yang mezalimi dirinya, dan yang ketiga: memberi kepada orang yang
tidak pernah memberi.
Pertama, pada bulan Syawal ini, dapatkan kita membuktikan keberhasilan puasa
kita dengan pembuktian nyata: ”menyambung (kembali) tali silaturahim terhadap orang
yang memutuskan”. Seberat apa pun upaya itu, kita – yang telah melaksanakan ibadah
puasa – dituntut untuk membuktikannya.
Kedua, sudahkah kita berkesediaan untuk memaafkan (terlebih dahulu) kepada
orang yang telah atau pernah berbuat zalim terhadap diri kita. Seberat apa pun godaan

setan dan hawa nafsun kita untuk mewujudkannya, kita – yang telah menyatakan selesai
dalam penunaian ibadah puasa kita sebulan penuh -- dituntu untuk mebuktikan:
”berkemapuan untuk memaafkan terlebih dahulu kepada orang yang telah – secara jelas
-- menzalimi diri kita. Ketiga, sudahkan kita berkemauan untuk memberi kepada orang
yang tidak pernah memberi (kikir). Sebab, kita tahu bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat akan selalu ada di tengah-tengah kita seseorang atau sekelompok orang
yang enggan untuk menjadi pemberi, dan menikmati kepribadiamnya sebagai peminta.
Tak selayaknya bagi setiap muslim membalas kekikiran dengan kekikiran. Islam
mencela umatnya yang bersifat kikir, dan memotivasi mereka untuk menjadi ”pemberi”
kepada siapa pun, di mana pun dan kapan pun
Untuk itu, marilah pada bulan kemenangan ini, kita raih kemenangan sejati
dengan cara: ”membuktikan keberhasilan kita dalam melaksanakan puasa Ramadhan
kita sebulan lamanya, dengan berupaya untuk mewujudkan kepribadian kita sebagai

pemenang sejati: ”menjadi penyambung tali silaturahim, pemberi maaf kepada orang
yang mezalimi dirinya, dan pemberi kepada orang yang tidak pernah memberi.”