BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak   dahulu,   masalah   perkembangan   anak   telah   mendapat   banyak perhatian.   Gangguan   bicara   merupakan   salah   satu   masalah   yang     sering
terdapat   pada   anak-anak.   Perkembangan   ucapan   serta   bahasa   yang   dapat diperlihatkan   oleh   seorang   anak,   merupakan   petunjuk   yang   kelak   penting
untuk   menetukan   kemampuan   anak   tersebut   untuk   belajar.   Anak   yang berkembang dengan normal, dalam 4 tahun yang pertama dalam kehidupannya
telah   dapat   mempelajari   serta   menguasai   bagian   terbesar   dasar-dasar   tata bahasa yang mengatur bahasa ibunya.
Periode yang amat penting bagi perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa telah sejak lama diterima orang sebagai periode yang terdapat sekitar
usia   9-24   bulan.   Kemampuan   berbahasa   merupakan   suatu   indikator   untuk perkembangan pada anak. Secara khas, seorang anak yang secara dini telah
dapat   berbicara   serta   berbicara   dengan   baik,   kelak   juga   memperlihatkan prestasi yang baik dalam kemampuan kegiatan belajarnya dan seorang anak
yang   lambat   dalam   perkembangan   ucapan   serta   bahasanya   kelak   mungkin memperlihatkan permasalahan di sekolah.
Menurut   NCHS,   berdasarkan   atas   laporan   orang   tua   diluar   gangguan pendengaran dan celah pada palatum angka kejadiannya 0,9  pada anak
dibawah   umur   5   tahun   dan   1,94   pada   anak   usia   5-14   tahun.   Dari   hasil evaluasi   langsung   terhadap   anak   usia   sekolah,   angka   kejadiannya   3,8   kali
lebih   tinggi   dari   yang   berdasarkan   hasil   wawancara.   Berdasarkan   hal   ini diperkirakan   gangguan   bicara   dan   bahasa   pada   anak   adalah   sekitar   4-5
Soetjiningsih, 1994. Kemudian berdasarkan data kunjungan pasien di Ruang Poli Tumbuh  Kembang RSDK Semarang  6 bulan terakhir  Juni-November
2004 dimana 100 dari 250 jumlah kunjungan melakukan pemeriksaan DDST dan dari 100 ditemukan gangguan bahasa sebanyak 75 dari kasus yang lain
seperti malnutrisi, retardasi mental dan ADHD hiperaktif dan autisme. Deteksi   dini   perlu   ditegakkan   agar   penyebabnya   dapat   segera   dicari,
sehingga pengobatan serta pemulihannya  dapat dilakukan  seawal mungkin. Contohnya pada seorang anak yang tuli konduktif tetapi cerdas yang terlambat
mendapat alat bantu dengar dan terapi wicara serta tidak diberikan kesempatan
mengembangkan sistem komunikasi non verbal oleh dirinya sendiri sebelum usia  3 tahun maka  kesempatan  untuk  mengajarinya  agar mampu  berbicara
yang dapat dimengerti. jelas dan terang telah hilang. Untuk itu penulis tertarik untuk mengambil topik mengenai pengelolaan
dan deteksi dini gangguan perkembangan bicara dan bahasa pada anak usia todler dengan harapan bahwa dengan dilakukannya skrining melalui DDST
dapat   diketahui   secara   lebih   dini   mengenai   keterlambatan   perkembangan bicara   dan   bahasa.   Sehingga   dapat   segera   ditanggulangi   dengan   berbagai
macam alternatif baik terapi bicara maupun pengobatan.
B. Tujuan