2 Tujuan dari penyusunan Tata Usaha Benih danatau Bibit Tanaman Hutan adalah benih danatau bibit dapat tertelusuri asal-usul dan jumlahnya serta terjamin dan
terjaga kualitasnya.
Bagian Ketiga Ruang Lingkup
Pasal 3 Tata Usaha Benih danatau Bibit Tanaman Hutan meliputi :
a. Tata Usaha Benih b. Tata Usaha Bibit
c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
BAB II TATA USAHA BENIH
Bagian Kesatu Tata Usaha Pengadaan dan Pengedaran Benih
Pasal 4 1 Pengadaan dan pengedaran benih harus berasal dari sumber benih bersertifikat.
2 Benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa benih generatif dan benih vegetatif.
Pasal 5 1 Pengadaan benih generatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi kegiatan
pengunduhan benih, penanganan benih, dan pengujian mutu benih. 2 Penanganan benih generatif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi sortasi
buah, pengeringan buah, ekstraksi benih, sortasi benih, pengeringan benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih.
3 Pengedaran benih generatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi kegiatan penanganan benih, distribusi benih, dan pengujian mutu benih.
Pasal 6 1 Pengadaan benih vegetatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah kegiatan
pengumpulan benih. 2 Pengedaran benih vegetatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah kegiatan
distribusi benih vegetatif.
Bagian Kedua Deskripsi Tata Usaha Benih Generatif
Paragraf Kesatu Tata Usaha Perencanaan Pengunduhan Benih
Pasal 7 1 Pengada benih selaku pengelola sumber benih yang akan melaksanakan pengadaan
benih wajib membuat perencanaan pengunduhan benih. 2 Perencanaan pengunduhan benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
rencana inventarisasi potensi produksi benih dan rencana pengunduhan benih .
3 Perencanaan pengunduhan benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaporkan kepada Dinas KabupatenKota setempat 2 dua bulan sebelum melakukan
pengunduhan dengan tembusan kepada Balai dan Dinas Provinsi dengan menggunakan blanko RLPS Bn 001.
4 Berdasarkan surat rencana pengunduhan benih sebagaimana dimaksud pada ayat 3, Dinas KabupatenKota wajib melakukan pemeriksaan.
5 Pemeriksaan oleh Dinas KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dilaksanakan oleh petugas yang telah memiliki ketrampilan di bidang perbenihan
tanaman hutan. 6 Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat 5 ditetapkan oleh Dinas Provinsi atas
usulan dari Dinas KabupatenKota. 7 Laporan inventarisasi potensi produksi benih sebagaimana dimaksud pada ayat 3
merupakan perkiraan target benih yang akan diunduh yang dituangkan dalam blanko RLPS Bn 002.
Paragraf Kedua Tata Usaha Pengunduhan Benih
Pasal 8 1 Pengunduhan benih dilaksanakan berdasarkan perkiraan target benih yang akan
diunduh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 7. 2 Hasil pengunduhan benih wajib dicatat atau didokumentasikan dalam Catatan
pengadaan benih dengan menggunakan blanko RLPS Bn G 010 dan label pengunduhan buah blanko RLPS Bn G 003.
Paragraf Ketiga Tata Usaha Penanganan Benih
Pasal 9 1 Kegiatan penanganan benih meliputi sortasi buah, pengeringan buah, ekstraksi
benih, sortasi benih, pengeringan benih, dan penyimpanan benih. 2 Hasil kegiatan penanganan benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dicatat
dalam : a blanko RLPS Bn G 004 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk sortasi buah
b blanko RLPS Bn G 005 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk pengeringan buah c blanko RLPS Bn G 006 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk ekstraksi benih
d blanko RLPS Bn G 007 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk sortasi benih e blanko RLPS Bn G 008 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk pengeringan benih
f blanko RLPS Bn G 009 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk penyimpanan benih
Pasal 10 1 Benih yang disimpan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 merupakan
hasil kegiatan pengadaan benih. 2 Hasil kegiatan pengadaan benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaporkan
kepada Dinas KabupatenKota dan tembusan kepada Balai dengan menggunakan blanko RLPS Bn 011.
Paragraf Keempat Tata Usaha Distribusi Benih
Pasal 11 1 Benih yang didistribusikan wajib dicatat, diuji mutunya, dan dibuatkan surat
pengiriman yang dilampiri dengan surat keterangan asal usul benih sebagaimana blanko RLPS Bn G 014.
2 Pencatatan distribusi benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa Catatan mutasi benih sebagaimana blanko RLPS Bn G 012.
3 Catatan mutasi benih sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaporkan kepada Dinas KabupatenKota setempat dan Balai untuk setiap 6 enam bulan.
4 Surat pengiriman benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditujukan kepada pembeli benih dengan tembusan Balai dan Dinas KabupatenKota dimana pengada
benih dan pembeli benih berdomisili dengan menggunakan blanko RLPS Bn 013. 5 Kegiatan pengujian mutu benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diwajibkan
mengikuti peraturan sertifikasi mutu benih yang berlaku.
Bagian Ketiga Deskripsi Tata Usaha Benih Vegetatif
Paragraf Kesatu Tata Usaha Perencanaan Pengumpulan Benih
Pasal 12 Tata usaha perencanaan pengumpulan benih vegetatif prosedurnya dilaksanakan
sebagaimana diatur dalam Pasal 7. Paragraf Kedua
Tata Usaha Pengumpulan Benih Pasal 13
1 Pengadaan benih meliputi kegiatan pengumpualn benih berdasarkan perkiraan target benih yang akan dikumpulkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 7.
2 Hasil pengumpulan benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dicatat dalam blanko RLPS Bn 015 dan dilaporkan Kepada Dinas KabupatenKota dengan
tembusan Balai.
Paragraf Ketiga Tata Usaha Distribusi Benih
Pasal 14 1 Benih yang didistribusikan wajib dilengkapi dengan surat pengiriman yang dilampiri
dengan surat keterangan asal usul benih. 2 Surat pengiriman benih sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditujukan kepada
pembeli benih dengan tembusan kepada Balai dan Dinas KabupatenKota di mana pengada dan pembeli benih berdomisili.
BAB III TATA USAHA BIBIT