Pengaruh sharia compliance dan islamic corporate governance terhadap fraud pada bank syariah

PENGARUH SHARIA COMPLIANCE DAN ISLAMIC
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP FRAUD PADA
BANK SYARIAH

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
Haifa Najib
NIM: 1112082000029

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M

PENGARUH SHARIA COMPLIANCE DAN ISLAMIC
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP FRAUD PADA
BANK SYARIAH


SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
Haifa Najib
NIM: 1112082000029

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i

PENGART'H SIURIA COMPLUNCE DAI\I ISLAMIC COWORATE
COWRNANCE TER}IADAP FRAAD PADA BAIYK SYARIAII

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Grma Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Heifr Naiib
NIM: 1 112082000029

Di Bawatr Bimbingan:
Pembimbing I

Pembimbing

II

Husnul Khotimah. SE.. M.S.Ak
NIP:

NIP:19760315


JURUSAN AKT]NTANSI
AKULTAS EKONOlVtr DAII BISNIS
TIMVERSITAS ISLAM IYEGERI SYARIF IIIDAYATT'LLAH

.

JAKARTA
u37 Hn016 M

ii,

t-

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREI{ENSIT

Hari ini Selasa, l0 Mei 2016 telah dilalokan Ujian Komprehensifatas mahasiswa/i:

1.
2.
3.

4.

Nama

HaifaNajib

NIM

l I 12082000029

Jurusan

Akuntansi

Judul Skripsi

Pengaruh Sharia Compliance dan Islamic Corporate
Governanc e terhadap Fraud pada Bank Syariah

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses

mahasiswa/i tersebut

Ujian Komprehensif, maka diputuskan

di atas

bahwa

lulus dan diberi kesempatan rmtuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
lakartab 10 Mei 2016

l.


Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP
NrP. 19730615 200501 I 009
Pemguji

2.

Masrul Huda, SE., M.Si
NIP. 19630s06201411 1 001

lll

I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
1.

Nama

: Haifa Najib


2.

Tempat dan Tanggal Lahir : Singaraja-Bali, 01 April 1994

3.

Jenis Kelamin

: Perempuan

4.

Alamat

: Perumahan Bumi Bekasi Baru Utara, Jalan
Pelabuhan Ratu No. 61 RT 003 RW 012
Kel. Pengasinan, Kec. Rawalumbu Utara
Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat


5. Telepon Seluler

: 087881887800

6. Email

: haifanajib@yahoo.com

B. Pendidikan
1. TK Ar-Rahman YPI

Tahun 1998-2000

2. SD Bani Saleh 5

Tahun 2000-2006

3. MTs Darunnajah

Tahun 2006-2009


4. SMAI Al-Azhar 4

Tahun 2009-2012

5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2012-2016

C. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah

: Muhammad Najib

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Singaraja-Bali, 9 Agustus 1960
3. Ibu

: Hafizah Syammach

4. Tempat dan Tanggal Lahir : Singaraja-Bali, 18 Agustus 1973

7.

Alamat Orang Tua

: Perumahan Bumi Bekasi Baru Utara, Jalan
Pelabuhan Ratu No. 61 RT 003 RW 012
Kel. Pengasinan, Kec. Rawalumbu Utara
Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat

5. Anak Ke

 

: Dua dari Lima Bersaudara
vi

INFLUENCE OF SHARIA COMPLIANCE AND ISLAMIC CORPORATE
GOVERNANCE AGAINST FRAUD IN ISLAMIC BANKS
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of sharia compliance and Islamic

corporate governance against fraud in Islamic banks. Independent variables used
are sharia compliance with the Islamic Income Ratio, Profit Sharing Ratio and
Islamic Investment Ratio as a proxy and Islamic corporate governance. The
dependent variable used is fraud in Islamic banks.
The population in this study are all Islamic Banks (BUS) which is
registered in Bank Indonesia in the period 2010 to 2014. The sample was selected
using purposive sampling method. Total samples used in this study were 8 Islamic
Banks with 5-year study period. The analytical method used in this study is multiple
regression were processed using SPSS version 22.
The results of this study indicate that the sharia compliance with the Profit
Sharing Ratio as a proxy, have a negative effect on Islamic bank’s fraud while
Islamic Income Ratio, Islamic Investment Ratio and Islamic corporate governance
had no effect on fraud in Islamic banks.
Keywords : sharia compliance, Islamic corporate governace, fraud, Islamic Bank.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

vii

PENGARUH SHARIA COMPLIANCE DAN ISLAMIC CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP FRAUD PADA BANK SYARIAH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sharia compliance dan
Islamic corporate governace terhadap fraud pada bank syariah. Variabel
independen yang digunakan ialah shariah compliance dengan Islamic Income
Ratio, Profit Sharing Ratio dan Islamic Investment Ratio sebagai proksi dan Islamic
corporate governance. Variabel dependen yang digunakan ialah fraud pada bank
syariah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS)
yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode 2010 sampai dengan 2014. Sampel
dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Total sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 8 Bank Umum Syariah dengan periode
penelitian 5 tahun. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi berganda yang diolah menggunakan SPSS versi 22.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel shariah compliance
dengan proksi Profit Sharing Ratio memiliki pengaruh negatif terhadap fraud pada
bank syariah sedangkan Islamic Income Ratio, Islamic Investment Ratio dan Islamic
corporate governance tidak memiliki pengaruh terhadap fraud pada bank syariah.
Kata kunci : sharia compliance, Islamic corporate governace,
Bank Syariah

 

viii

fraud,

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Segala puji bagi Allah Swt,Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad Saw yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia di
dunia.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Sharia Compliance dan Islamic
Corporate Governance terhadap Fraud pada Bank Syariah” ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas
bantuan, bimbingan, dukungan, semangat serta doa, baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1.

Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Muhammad Najib dan Ibunda yang
telah memberikan kasih sayang, perhatian, bimbingan, nasihat, doa serta
dukungan moril maupun materil yang tiada henti kepada penulis.

2.

Kakak, adik penulis serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan
dan memberikan dukungan kepada penulis.

3.

Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.

Ibu Yessi Fitri SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5.

Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak., CA., selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6.

Ibu Dr. Rini, Ak., CA, selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan
memberikan waktu, bimbingan, arahan serta saran selama proses penulisan
skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.

7.

Ibu Husnul Khotimah, SE., M.S.Ak, selaku dosen pembimbinga II yang telah
berkenan memberikan waktu, bimbingan, arahan serta saran selama proses

 

penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
ix

8.

Seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan bantu kepada penulis selama
menempuh masa studi.

9.

Sahabat-sahabat tercinta tasya, rini, muthia, nova, opi, laila, anin, desi, naya
dan lidina yang selalu setia menemani, berbagi suka duka, berbagi cerita,
berbagi ilmu, memberikan semangat, nasihat dan doanya kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat Alels tersayang syifa, tika, puput, dita, maulia dan rini yang
selalu memberikan semangat, nasihat serta doanya kepada penulis.
11. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2012, terimakasih atas segala informasi,
bantuan dan doanya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
12. Semua pihak yang telah mendukung serta membantu dalam proses penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarekanan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkan.
Wassalamu ’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Jakarta, Mei 2016

Haifa Najib

 

x

DAFTAR ISI

COVER
COVER DALAM ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 7
1. Tujuan Penelitian ............................................................ 7
2. Manfaat Penelitian .......................................................... 7

 

xi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur................................................................... 9
1. Agency Theory................................................................. 9
2. Fraud ............................................................................... 11
3. Sharia Compliance.......................................................... 20
4. Islamic Corporate Governance....................................... 26
B. Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................... 34
C. Kerangka Pemikiran ............................................................... 41
D. Perumusan Hipotesis .............................................................. 42
1. Pengaruh Sharia Compliance terhadap Fraud ................ 42
2. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap
Fraud ............................................................................... 45

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 49
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 49
C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 50
D. Metode Analisis Data ............................................................. 50
1. Statistik Deskriptif .......................................................... 50
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 51
a. Uji Normalitas .......................................................... 51
b. Uji Multikolonieritas ................................................ 52
c. Uji Autokorelasi ....................................................... 53
d. Uji Heteroskedastisitas............................................. 54

 

xii

3. Uji Hipotesis ................................................................... 55
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda ......... 55
b. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................ 55
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ............................. 56
d. Uji Signifikan Parameter Individual
(Uji Statistik t).......................................................... 57
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian...................................... 57
1. Variabel Dependen (Y) ................................................... 57
2. Variabel Independen (X) ................................................. 58
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................... 64
B. Analisis Data Penelitian ......................................................... 66
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................... 66
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................. 69
a. Uji Normalitas .......................................................... 69
b. Uji Multikolonieritas ................................................ 72
c. Uji Autokorelasi ....................................................... 73
d. Uji Heteroskedastisitas............................................. 74
3. Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 76
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................ 76
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Signifikansi F) ........ 77
c. Uji Signifikan Parameter Individual
(Uji Statistik t).......................................................... 78

 

xiii

C. Pembahasan ............................................................................ 79
1. Pengaruh Shariah Compliance terhadap Fraud .............. 79
2. Pengaruh Islamic Corporate Governance
terhadap Fraud ................................................................ 83
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 86
B. Saran....................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88
LAMPIRAN ..................................................................................................... 93

 

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah di
Indonesia Tahun 2009-Januari 2016 ............................................. 3
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 35
Tabel 3.1 Bobot atas Tiap Faktor Penilaian GCG pada
Bank Umum Syariah ................................................................... 62
Tabel 3.2 Predikat Komposit ......................................................................... 63
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel ................................................................... 65
Tabel 4.2 Daftar Sampel Penelitian............................................................... 66
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 67
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov ...................................... 71
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ........................................................... 72
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi................................................................... 73
Tabel 4.7 Uji Durbin Watson ........................................................................ 74
Tabel 4.8 Hasil Uji Park ................................................................................ 75
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 76
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .......................... 77
Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ........... 78

 

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Fraud Tree ................................................................................ 13

Gambar 2.2

Skema Kerangka Penelitian ...................................................... 41

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ....................... 70

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot ......................... 70

Gambar 4.3

Hasil Uji Scatterplot ................................................................. 74

 

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar Populasi dan Sampel ..................................................... 94

Lampiran 2

Perhitungan Variabel ................................................................ 95

Lampiran 3

Data Nilai Komposit dan Fraud dalam
Laporan Bank Syariah ............................................................. 99

Lampiran 4

 

Output SPSS ............................................................................. 101

xvii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak (UU No. 10 Tahun 1998). Saat ini di Indonesia dikenal dua jenis
bank yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional
dan bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah atau yang di
sebut bank syariah.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Sedangkan definisi dari bank syariah sendiri adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah. Menurut jenisnya, bank
syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).
Bank syariah pertama kali muncul di desa Mit Ghamr salah satu daerah
di wilayah Mesir. Dipelopori oleh seorang ekonom bernama Dr. Ahmad El
Najjar yang membentuk sebuah lembaga keuangan yang dalam kegiatan
operasinya tidak membebankan bunga kepada peminjam maupun membayar
bunga kepada penabung, selain itu bank ini melakukan investasi secara

1

langsung maupun dalam bentuk kemitraan dengan pihak lain dan selanjutnya
membagi keuntungan dengan para penabung, lembaga keuangan tersebut
bernama Mit Ghamr Saving Bank atau biasa disebut Mit Ghamr Bank (Yaya,
2014).
Mit Ghamr Bank ternyata sangat sukses, baik dalam penghimpunan
modal dari masyarakat maupun dalam memberikan modal kepada masyarakat
yang berpenghasilan rendah. Keberhasilan Mit Ghamr Bank menginspirasi
banyak

pihak

termasuk

Organisasi

Konferensi

Islam

(OKI)

yang

beranggotakan pemerintah dari berbagai negara berpenduduk Muslim untuk
mendirikan Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1973 dan mulai
beroperasi tahun 1975 yang berkantor pusat di Jeddah (Yaya, 2014).
Beroperasinya IDB memicu berdirinya bank-bank Islam di seluruh dunia
termasuk di kawasan Eropa dan Asia (Falikhatun, 2012). Di Asia Tenggara,
perkembangan perbankan Islam terjadi pada tahun 1983 dengan berdirinya
Bank Islam di Malaysia yang disusul dengan berdirinya bank Islam pertama di
Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia tahun 1992 (Yaya, 2014).
Berdirinya

Bank

Muamalat

menjadi

pelopor

berkembangnya

perbankan syariah di Indonesia dengan bermunculan bank-bank syariah
lainnya (Sukardi, 2013). Perkembangan perbankan syariah di Indonesia
semakin pesat pasca disahkannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah (Falikhatun, 2012). Perkembangan tersebut terlihat
dari jumlah bank maupun jumlah kantor baik Bank Umum Syariah (BUS), Unit
Usaha Syariah (UUS), maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
2

Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah
di Indonesia Tahun 2009-Januari 2016
Indikator

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

BUS
Jumlah Kantor
UUS
Jumlah Kantor
BPRS
Jumlah Kantor

6
711
25
287
138
225

11
1.215
23
262
150
286

11
1.401
24
336
155
364

11
1.745
24
517
158
401

11
1.998
23
590
163
402

12
2.163
22
320
163
439

12
1.990
22
311
163
446

Jan
2016
12
1.970
22
312
163
449

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Januari 2016
Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah di mana pada
tahun 2009 terdapat 6 (enam) Bank Umum Syariah di Indonesia yang
kemudian naik dua kali lipat menjadi 12 (dua belas) dalam kurun waktu 7
(tujuh) tahun. Perkembangan ini dikuti dengan bertambah pula jumlah kantor
yang pada tahun 2009 berjumlah 711 kantor menjadi 1.970 kantor pada Januari
2016. Begitu pula UUS dan BPRS yang terus berkembang di Indonesia.
Perkembangan bank syariah berimplikasi pada tantangan yang harus
dihadapi bank syariah, di

mana tantangan terbesar adalah untuk

mempertahankan citra dan nama baik di mata nasabah agar tetap menjaga
kepercayaan serta loyalitas nasabah kepada bank syariah (Falikhatun, 2012).
Sebagaimana yang diketahui menurut UU No. 21 Tahun 2008 bank syariah
merupakan bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsipprinsip syariah, yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadist dan Ijmak para ulama
(Maradita, 2014).
Kemudian timbul pertanyaan apakah adanya unsur syariah menjamin
suatu lembaga terbebas dari tindak kecurangan (fraud)? Kenyataannya tidak,
3

terbukti dengan adanya kasus-kasus fraud yang terjadi di lembaga syariah.
Seperti kasus pada Bank Syariah Mandiri yang melibatkan pihak internal bank
yaitu penyaluran kredit fiktif pada BSM cabang Bogor sebesar 102 miliar
rupiah kepada 197 nasabah fiktif. Akibat penyaluran kredit tersebut BSM
berpotensi mengalami kerugian sebesar 59 miliar rupiah. Atas kasus tersebut
Bareskrim Polri menetapkan empat tersangka yang mana tiga diantaranya
merupakan pegawai BSM (Prabowo, 2013).
Selain itu terdapat beberapa kasus di mana nasabah melaporkan bank
syariah, seperti yang dialami oleh BRI Syariah dan Bank Mega Syariah,
keduanya terkena kasus terkait gadai emas. Kasus ini muncul atas gugatan
nasabah BRI Syariah dan Bank Mega Syariah yang merasa dirugikan terkait
gadai emas yang ada pada BRI Syariah dan Bank Mega Syariah (Wijaya, 2012)
(Djumena, 2014). Dari adanya kasus-kasus tersebut membuktikan bahwa tidak
ada jaminan bahwa lembaga syariah terutama bank syariah bebas dari tindakan
fraud.
Munculnya isu-isu mengenai kelemahan tata kelola perusahaan pada
industri perbankan syariah semakin menarik perhatian para pakar ekonomi dan
keuangan Islam (Asrori, 2014) menjadi alasan yang mendasari penelitian ini.
Volker (2003) dalam Asrori (2014) mengungkapkan dua isu penting terkait
kelemahan tata kelola perusahaan perbankan syariah. Salah satunya
menyangkut sharia compliance, di mana manajemen bank syariah tidak
mampu memberikan jaminan kepatuhan syariah pada setiap layanan produk
dan jasa perbankan yang diberikan. Agar dapat memenuhi penyediaan
4

informasi kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah, Hameed et
al. (2004) merekomendasikan Islamic Desclosure Index (IDI) yang
dikembangkan berlandaskan tiga komponen indikator pengungkapan Islami,
yaitu sharia compliance, corporate governance dan social/environment
disclosure (Asrori, 2011).
Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada penelitian-penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Falikhatun (2012), Asrori (2014) dan Anugerah
(2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Falikhatun
(2012) ialah pada variabel dependen yang digunakan, di mana Falikhatun
(2012) menguji pengaruh implementasi prinsip syariah dengan kesehatan
finansial perbankan syariah sebagai variabel dependennya sedangkan dalam
penelitian ini variabel dependen yang digunakan ialah fraud. Selain itu periode
penelitian yang digunakan oleh Falikhatun (2012) di mulai dari tahun 2007
sampai dengan 2010 sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode
penelitian 2010 sampai dengan 2014.
Selanjutnya perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
oleh Asrori (2014) juga terletak pada variabel dependennya, di mana kinerja
bank syariah menjadi variabel dependen dalam penelitian Asrori (2014)
sedangkan pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah fraud.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerah
(2014) ialah pada populasi yang digunakan, di mana Anugerah (2014) meneliti
peran Good Corporate Governance dalam pencegahan fraud pada lembaga

5

konvensional sedangkan penelitian ini menguji pengaruh tata kelola
perusahaan terhadap fraud pada bank syariah.
Berdasarkan uraian di atas peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian terkait tata kelola perusahaan secara Islam dan kepatuhan pada
prinsip-prinsip syariah karena pertama, kepatuhan syariah dan tata kelola
perusahaan secara Islam dapat dikatakan sebagai unsur yang sangat penting di
dalam Perbankan Syariah, lemahnya tata kelola perusahaan serta rendahnya
kepatuhan syariah dapat memengaruhi kinerja serta memberikan peluang untuk
terjadinya kecurangan di dalam bank syariah. Kedua, peneliti ingin mengetahui
apakah prinsip-prinsip syariah serta tata kelola peusahaan secara Islam yang
diterapkan dalam Perbankan Syariah di Indonesia memiliki pengaruh terhadap
tindak kecurangan yang terjadi di dalam lembaga tersebut. Ketiga, sampai
dengan tahap penyelesaian penelitian ini, peneliti belum menemukan penelitian
yang secara spesifik menguji pengaruh kepatuhan syariah dan tata kelola
perusahaan terhadap kecurangan bank syariah. Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sharia Compliance
dan Islamic Corporate Governance terhadap Fraud pada Bank Syariah”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Islamic Income Ratio (IsIR) berpengaruh terhadap fraud pada
bank syariah?

6

2. Apakah Profit Sharing Ratio (PSR) berpengaruh terhadap fraud pada bank
syariah?
3. Apakah Islamic Investment Ratio (IIR) berpengaruh terhadap fraud pada
bank syariah?
4. Apakah Islamic Corporate Governance berpengaruh terhadap fraud pada
bank syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a.

Pengaruh Islamic Income Ratio (IsIR) terhadap terjadinya fraud pada
bank syariah.

b.

Pengaruh Profit Sharing Ratio (PSR) terhadap terjadinya fraud pada
bank syariah.

c.

Pengaruh Islamic Investment Ratio (IIR) terhadap terjadinya fraud
pada bank syariah.

d.

Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap terjadinya fraud
pada bank syariah.

2.

Manfaat Penelitian
a.

Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat untuk
menambah pengetahuan di bidang audit, khususnya mengenai

7

pengaruh sharia compliance dan Islamic Corporate Governance
terhadap terjadinya fraud pada bank syariah.
2) Penelitian selanjutnya, menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya yang ingin meneliti mengenai pengaruh sharia
compliance dan Islamic Corporate Governance terhadap
terjadinya fraud pada bank syariah.
3) Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan di bidang
audit, terutama mengenai pengaruh sharia compliance dan
Islamic Corporate Governance terhadap terjadinya fraud pada
bank syariah sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis
di masa yang akan datang.
b.

Kontribusi Praktis
1) Pemilik dan pegawai bank syariah, menjadi referensi dalam
upaya untuk mencegah terjadinya kecurangan di dalam bank
syariah.
2) Auditor, menjadi referensi dalam upaya untuk memeriksa dan
meneliti apakah terjadi dan terdapat unsur kecurangan dalam
bank syariah.
3) Nasabah ataupun pihak lain yang berkaitan dengan bank syariah,
menjadi referensi dalam menilai kemungkinan terjadinya
kecurangan dalam bank syariah.
4) Regulator, menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan
regulasi yang terkait dengan kecurangan pada bank syariah.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Tinjauan Literatur
1.

Agency Theory
Teori agensi merupakan hal dasar yang digunakan untuk
memahami hubungan antara principle dan agent. Dalam hal ini hubungan
keagenan merupakan kontrak antara satu orang atau lebih yang
mempekerjakan orang lain untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen
tersebut (Jensen and Meckling, 1976).
Berdasarkan teori ini, terjadi pemisahan antara pemilik
(principal) dan pengelola perusahaan (agent) sehingga menimbulkan
agency problem. Selanjutnya pemisahan pemilik dan pengelola juga
menimbulkan asimetri informasi yaitu suatu keadaan dimana agent
memiliki akses informasi yang tidak dimiliki oleh pihak principle.
Asimetri informasi muncul ketika agent lebih banyak mengenal
(mengetahui) informasi internal dan prospek masa yang akan datang,
dibandingkan pengetahuan tentang informasi yang di kenal/diketahui
oleh principal dan stakeholder lainnya (Anugerah, 2014). Berdasarkan
asumsi sifat dasar manusia, setiap manusia memiliki kecenderungan
untuk bertindak dengan mengutamakan kepentingan pribadinya (Jensen
and Meckling, 1976).

9

Perbedaan kepentingan menyebabkan agen menyalahgunakan
kewajibannya dalam penyampaian informasi kepada prinsipal dengan
cara memberikan atau menahan informasi yang diminta prinsipal bila
menguntungkan bagi agen (Jensen and Meckling, 1976). Untuk
mengatasi hal tersebut, diperlukan penerapan Good Corporate
Governance beserta prinsip-prinsip dan mekanismenya untuk dapat
memastikan hak dan hubungan di antara seluruh stakeholder ini terjamin
(Anugerah, 2014).
Jadi, kaitan antara teori agensi ini dengan fraud pada bank syariah
ialah dimana fraud atau kecurangan merupakan akibat yang mungkin
timbul dari adanya agency problem yaitu asimetri informasi, dimana
informasi yang dimiliki oleh agen digunakannya untuk mengambil
keuntungan bagi dirinya sendiri atau orang lain yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi prinsipal maupun perusahaan. Meskipun
bank syariah menggunakan prinsip-prinsip Islam, tetapi tidak menjamin
bank syariah terbebas dari adanya tindakan fraud karena fraud bisa saja
terjadi dan berasal dari lingkungan internal bank syariah sendiri. Selain
itu adanya confict of interest dari agen dan prinsipal dapat menyebabkan
bank syariah sebagai agen menghadapi berbagai tekanan (pressure)
untuk menemukan cara agar kinerja bank selalu meningkat dengan
harapan bahwa dengan meningkatannya kinerja maka prinsipal akan
memberikan suatu bentuk apresiasi.

10

2.

Fraud
Dalam bahasa aslinya, fraud atau kecurangan meliputi berbagai
tindakan melawan hukum (Tuanakotta, 2012:195). International
Standards on Auditing (ISA) seksi 240 yang membahas tentang tanggung
jawab auditor untuk mempertimbangkan fraud, mendefinisikan fraud
sebagai; ”…tindakan yang disengaja oleh anggota manajemen
perusahaan, pihak yang berperan dalam governance, karyawan atau
pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan untuk
memperoleh keuntungan yang tidak adil atau ilegal” (Anugerah, 2014).
Sedangkan International Standards for the Professional Practice of
Internal Auditing (2012) mendefinisikan fraud sebagai:
“Any illegal act characterized by deceit, concealment, or
violation of trust. These acts are not dependent upon the threat of
violence or physical force. Frauds are perpetrated by parties and
organizations to obtain money, property, or services; to avoid payment
or loss of services; or to secure personal or business advantage.”
Setiap tindakan ilegal yang ditandai dengan tipu daya,
penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak
tergantung pada ancaman kekerasan atau kekuatan fisik. Penipuan yang
dilakukan oleh pihak dan organisasi untuk memperoleh uang, properti
atau jasa untuk menghindari pembayaran atau kerugian jasa atau untuk
mengamankan keuntungan pribadi atau bisnis.
Di Indonesia fraud yang terkait dengan perbankan dijelaskan
dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tentang penerapan
strategi anti fraud bagi bank umum, yang menyatakan bahwa fraud
11

adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan
untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Bank, nasabah, atau
pihak lain, yang terjadi di lingkungan Bank dan/atau menggunakan
sarana Bank sehingga mengakibatkan Bank, nasabah, atau pihak lain
menderita kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan
keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan
definisi di atas, pengertian fraud adalah suatu tindakan ilegal yang di
sengaja, ditandai dengan tipu daya, penyembunyian atau pelanggaran
kepercayaan yang dilakukan dengan mengelabui, menipu atau
memanipulasi untuk memperoleh keuntungan.
Penelitian ini fokus pada fraud yang terjadi di dalam hubungan
kerja (occupational fraud) atau yang disebut juga internal fraud sebab
menurut riset yang dilakukan oleh ACFE (Association of Certified Fraud
Examiner) (2012) menunjukkan bahwa jenis fraud yang memiliki risiko
terbesar bagi perusahaan di seluruh dunia ialah korupsi dan billing
scheme yang mana keduanya termasuk dalam kategori occupational
fraud, selain itu occupational fraud menjadi ancaman terbesar terutama
bagi perusahaan yang memiliki control yang lemah seperti perusahaan
kecil.
Secara skematis Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree,
pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan

12

kerja, beserta ranting dan anak rantingnya (Tuanakotta, 2012). Fraud tree
disajikan pada gambar 2.1.
Gambar. 2.1
Fraud Tree

Sumber: Association of Certified Fraud Examiners (http://www.acfe.com/fraudtree.aspx)
13

Occupational fraud tree memiliki tiga cabang utama, yaitu (Tuanakotta,
2012):
a. Corruption (korupsi), yang terdiri dari empat ranting yaitu conflicts
of interests (benturan kepentingan), bribery (penyuapan), illegal
gratuities (pemberian hadiah atau gratifikasi) dan economic
extortion.
b. Asset

Misappropriation

(penyalahgunaan

aset),

merupakan

pencurian aset perusahaan yang dilakukan oleh seseorang yang
diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut,
misalnya pencurian kas, persediaan dan pengeluaran yang bersifat
fraud. Cabang ini terdiri dari 2 (dua) ranting yaitu cash dan inventory
and all other assets.
c. Financial Statement Fraud yang meliputi fraudulent financial
statements (fraud laporan keuangan) dan fraudulent non-financial
statements. Fraud dalam laporan keuangan merupakan bentuk salah
saji atau kelalaian yang disengaja atas jumlah atau pengungkapan
yang menyesatkan pengguna laporan keuangan tersebut, seperti
menyajikan aset atau pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya
(asset/revenue overstatements) atau menyajikan aset dan revenue
lebih rendah dari yang sebenarnya (asset/revenue understatements).
Menurut Anugerah (2014), Misappropriation (penyalahgunaan
aset) dan fradulent statement (laporan yang dimanipulasi) merupakan
bentuk fraud yang banyak terjadi di perusahaan/organisasi swasta. Good
14

corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang dapat
diandalkan untuk mengurangi serta mencegah terjadinya dua jenis fraud
tersebut (Anugerah, 2014).
Termasuk juga pada bank syariah, tidak menutup kemungkinan
dapat terjadinya fraud tersebut. Sehingga dengan diterapkannya tata
kelola perusahaan secara Islam (Islamic corporate governance) dan
pelaksanaan prinsip-prinsip syariah secara baik dan benar dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya praktik fraud pada bank syariah.
Albrecht et.al, (2012) menjelaskan, untuk mendeteksi fraud,
manajer,

auditor,

pegawai

dan

pemeriksa

harus

mempelajari

indikator/tanda-tanda atau red flags (symptons) dan mengejarnya
(menindak lanjutinya) sampai semua bukti terkumpul. Red flags sendiri
merupakan keadaan/kondisi yang tidak biasa atau janggal atau berbeda
dengan keadaan normal. Red flags merupakan indikator (symptons) yang
menunjukkan sesuatu yang tidak biasa telah terjadi dan memerlukan
penyidikan lebih lanjut. Namun red flags tersebut tidak semestinya
menunjukkan seseorang bersalah atau tidak, tetapi merupakan tandatanda yang memperingatkan mungkin fraud telah terjadi.
Pemeriksa harus menemukan apakah tanda-tanda tersebut
merupakan hasil dari suatu tindakan fraud atau hal yang lain. Keberadaan
tanda-tanda fraud harusnya dapat disadari dan selanjutnya menjadi
indikator

yang

dapat

ditindaklanjuti

untuk

menemukan

dan

membuktikan adanya fraud (Albrecht et.al, 2012).
15

Albrecht et.al, (2012) mengelompokkan tanda-tanda terjadinya
fraud ke dalam enam kelompok yakni:
a. Accounting anomalies. Terdapat tiga area utama tempat terjadinya
accounting

anomalies

yaitu

penyimpangan

dalam

sumber

dokumentasi, kesalahan dalam jurnal dan ketimpangan dalam buku
besar.
b. Internal control weaknesses. Meliputi kelemahan pada lingkungan
pengendalian, sistem akuntansi, aktivitas pengendalian dan
prosedur. Misalnya tidak ada pemisahan fungsi dan tanggung jawab
yang jelas, kurangnya pengamanan fisik aset, kurangnya otorisasi,
kurangnya pencatatan dokumen yang memadai serta sistem
akuntansi yang tidak memadai.
c. Analytical anomalies, adalah prosedur-prosedur atau hubunganhubungan, kejadian-kejadian yang tidak biasa dan masuk akal,
meliputi transaksi-transaksi atau kejadian yang terjadi pada waktu
dan tempat yang tidak biasa, yang melibatkan orang-orang yang
biasanya terlibat dalam transakasi atau kejadian tersebut. Misalnya
prosedur, kebijakan atau praktik-praktik yang tidak biasa,
kekurangan/kelebihan kas, perubahan volume atau harga yang tidak
masuk akal.
d. Extravagant lifestyle, adalah gaya hidup mewah. Perubahan gaya
hidup seseorang (pegawai atau pimpinan) yang sebelumnya biasabiasa saja, kemudian menjadi bergaya hidup mewah dengan mobil
16

baru,

pergi

ke

luar

pertanda/indikator

negeri

yang

perlu

dan

sebagainya,

ditindaklanjuti

merupakan
kemungkinan

terjadinya fraud.
e. Unusual behavior, adalah perilaku yang tidak biasa. Penelitian
psikologi menunjukkan bahwa ketika seseorang melakukan fraud
(terutama untuk yang pertama kali) pelaku akan diliputi rasa
bersalah dan ketakutan dan akan menjadi stres. Seterusnya si pelaku
ini akan berkelakuan berbeda dari biasa, untuk menutupi perasaan
atau rasa stress tersebut.
f. Tips and complaints, meliputi informasi dan pengaduan-pengaduan
tentang kemungkinan terjadinya fraud.
Pada entitas keuangan, untuk mengendalikan fraud, digunakan
suatu sistem yang disebut Strategi Anti Fraud. Strategi Anti Fraud
merupakan

wujud

komitmen

sebuah

entitas

keuangan

dalam

mengendalikan tindakan kecurangan (Sula, 2014). Kebijakan dan
prosedur Strategi Anti Fraud terbit pada tanggal 01 Juni 2012. Adapun
dasar hukum penerapan Strategi Anti Fraud adalah Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 13/28/DPNP Tanggal 9 Desember 2011 tentang
Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum, Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 13/23/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 tentang
Perubahan atas Surat Edaran No 5/21/DPNP Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Undang-Undang Perbankan

17

Nomor 7/1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor
10/1998 (Sula, 2014).
Strategi anti fraud terdapat dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No. 13/28/DPNP yang menyebutkan bahwa bank wajib memiliki dan
menerapkan strategi anti fraud yang disesuaikan dengan lingkungan
internal dan eksternal, kompleksitas kegiatan usaha, potensi, jenis dan
risiko fraud serta didukung sumber daya yang memadai. Strategi ini
berlaku bagi bank umum, dimana yang dimaksud dengan bank umum
dalam surat edaran ini adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan/atau kegiatan berdasarkan prinsip
syariah.
Strategi anti fraud yang dalam penerapannya berupa sistem
pengendalian fraud, memiliki 4 (empat) pilar sebagaimana yang terdapat
dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP, yaitu:
a.

Pencegahan
Pilar

pencegahan

merupakan

bagian

dari

sistem

pengendalian fraud yang memuat langkah-langkah dalam rangka
mengurangi potensi risiko terjadinya fraud, yang paling kurang
mencakup anti Fraud awareness, identifikasi kerawanan dan know
your employee.

18

b.

Deteksi
Pilar deteksi merupakan bagian dari sistem pengendalian
fraud yang memuat langkah-langkah dalam rangka mengidentifikasi
dan menemukan fraud dalam kegiatan usaha Bank, yang mencakup
paling kurang kebijakan dan mekanisme whistleblowing, surprise
audit dan surveillance system.

c.

Investigasi, Pelaporan dan Sanksi
Pilar investigasi, pelaporan dan sanksi merupakan bagian
dari sistem pengendalian fraud yang paling kurang memuat langkahlangkah dalam rangka menggali informasi (investigasi), sistem
pelaporan dan pengenaan sanksi atas fraud dalam kegiatan usaha
Bank.

d.

Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut
Pilar pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan
bagian dari sistem pengendalian fraud yang paling kurang memuat
langkah-langkah dalam rangka memantau dan mengevaluasi fraud,
serta mekanisme tindak lanjut.
Pada

lembaga

keuangan

syariah,

terdapat

beberapa

kecenderungan terjadinya fraud yang dibahas dalam penelitian yang
dilakukan oleh Sula (2014). Dalam penelitiannya Sula (2014)
menjelaskan bahwa kecenderungan kecurangan yang umumnya
ditemukan pada praktik operasional entitas keuangan syariah adalah

19

penggunaan metode accrual basis dalam hal pengakuan dan penyusunan
laporan keuangan.
Menurut Gumanti dan Ary (2003) dalam Sula (2014), penerapan
prinsip accrual basis dalam pencatatan akuntansi, menyebabkan peluang
terjadinya abused pada laporan keuangan. Penyalahgunaan ini biasanya
mengarah pada upaya earnings management sebuah entitas. Manajemen
laba, apapun alasannya dapat mengarah pada penyajian laporan
keuangan yang tidak benar (miss leading) dan akhirnya akan
memengaruhi alokasi sumber-sumber yang ada.
Selain itu, kecenderungan fraud pada bank syariah dapat timbul
dari agency problem, seperti dalam studi yang dilakukan Maharani
(2008) dalam Sula (2014), yang berfokus pada permasalahan agency
problem pada kontrak mudharabah, dimana dalam pembiayaan ini
kepercayaan dan transparansi dari kedua belah pihak yang bermuamalah
mutlak diperlukan agar hubungan keagenan yang tercipta tidak
menimbulkan perilaku fraud. Dijelaskan dalam penelitian Sula (2014)
bahwa beberapa agency problem yang ditemui dalam mudharabah antara
lain adanya konflik kepentingan, dimana

mudharib bertindak

mengabaikan hubungan kontraktual dan mendorong untuk bertindak
tidak berdasarkan kepentingan shahibul-maal.
3.

Sharia Compliance
Bank syariah merupakan bank yang dalam menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah (Yaya, 2014). Pemenuhan
20

terhadap nilai-nilai syariah (sharia compliance) menjadi salah satu aspek
mendasar yang membedakan perbankan Islam dengan konvensional
(Maradita, 2014).
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011
tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum, yang dimaksud
Fungsi Kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau langkah-langkah
yang bersifat ex-ante (preventif) untuk memastikan bahwa kebijakan,
ketentuan, sistem dan prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh
Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk Prinsip Syariah bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, serta memastikan kepatuhan
Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia
dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang.
Secara umum, konsep dasar fungsi kepatuhan berfungsi sebagai
pelaksana dan pengelola risiko kepatuhan yang berkoordinasi dengan
satuan kerja dalam manajemen resiko. Fungsi kepatuhan melakukan
tugas pengawasan yang bersifat preventif dan menjadi elemen penting
dalam pengelolaan dan operasional bank syariah, pasar modal, asuransi
syariah, pegadaian syariah serta lembaga keuangan syariah non bank
(koperasi jasa keuangan syariah). Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur yang dilakukan oleh
perbankan Islam telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangundangan Bank Indonesia, Pemerintah, Bapepam-LK, Fatwa MUI, serta
21

penetapan hukum yang telah ditetapkan dalam standar internasional
IFSB, AAOIFI, Syariah Supervisory Board (SSB) (Sukardi, 2012).
Menurut Adrian Sutedi (2009) dalam Maradita (2014) makna
kepatuhan syariah dalam bank syariah secara konsep sesungguhnya
adalah penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait secara
konsisten dan menjadikan syariah sebagai kerangka kerja bagi sistem dan
keuangan bank syariah dalam alokasi sumber daya, manajemen,
produksi, aktivitas pasar modal dan distribusi kekayaan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat dipahami bahwa kepatuhan
syariah (sharia compliance) merupakan penerapan prinsip-prinsip Islam
dalam kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur serta kegiatan usaha
yang dilakukan oleh Bank Syariah.
Kepatuhan syariah merupakan manifestasi pemenuhan seluruh
prinsip syariah dalam lembaga yang memiliki wujud, karakteristik,
integritas dan kredibilitas di bank syariah. Dimana budaya kepatuhan
tersebut adalah nilai, perilaku dan tindakan yang mendukung terciptanya
kepatuhan bank syariah terhadap seluruh ketentuan Bank Indonesia
(Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011).
Implementasi prinsip-prinsip syariah dalam keuangan Islam
meliputi pelarangan riba, pelarangan penipuan (tadlis), penghinadaran
spekulasi (gharar), pelarangan perjudian (maysir), investasi yang
melibatkan babi, minuman keras dan pornografi (Yaya, 2014).
22

Telah disepakati bahwa sharia compliance (kesesuaian dengan
aturan syariah) adalah justifikasi penting dalam perbankan dan keuangan
Syariah (Febianto, 2011). Untuk memenuhi persyaratan yang sangat
penting ini, Islamic Financial Institutions (IFI) telah menyusun berbagai
aturan yang terdiri dari pengangkatan ahli/ Syariah dengan tugas khusus
mengawasi kegiatan operasional mereka (Febianto, 2011). Pada tingkat
nasional, beberapa negara telah mengambil inisiatif dengan mendirikan
sebuah badan nasional untuk pengawasan syariah dan persetujuan atas
instrumen keuangan yang digunakan oleh IFI seperti Malaysia (Sharia
Advisory Council) dan Sudan (Higher Sharia Supervisory Board)
(Febianto, 2011). Secara global, terdapat pula organisasi-organisasi
internasional seperti Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) dan Islamic Financial Services Board
(IFSB) yang menetapkan beberapa standar untuk tata kelola IFI
(Febianto, 2011). Di Indonesia fungsi untuk mengawasi kepatuhan
syariah ini dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI, yang
kemudian menunjuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk mengawasi
kepatuhan syariah dimasing-masing perusahaan serta lembaga syariah
(Maradita, 2014).
Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai
ukuran secara kualitatif untuk menilai kepatuhan syariah dalam bank
syariah menurut Adrian Sutedi (2009) dalam Maradita (2014), antara lain
sebagai berikut:
23

a.

Akad atau kontrak yang digunakan untuk pengumpulan dan
penyaluran dana sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan aturan
syariah yang berlaku, seperti akad mudharabah, akad musyarakah,
akad murabahah, akad salam dan lain sebagainya.

b.

Dana zakat dihitung dan dibayar serta dikelola sesuai dengan aturan
dan prinsip-prinsip syariah.

c.

Seluruh transaksi dan aktivitas ekonomi dilaporkan secara wajar
sesuai dengan standar akuntansi syariah yang berlaku.

d.

Lingkungan kerja dan corporate culture sesuai dengan syariah.

e.

Bisnis usaha yang dibiayai tidak bertentangan dengan syariah.

f.

Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai pengarah syariah
atas keseluruhan aktivitas operasional bank syariah.

g.

Sumber dana berasal dari sumber yang sah dan halal menurut
syariah.
Selain itu terdapat pula indikator-indikator yang dapat digunakan

untuk mengukur kepatuhan syariah secara kuantitatif. Seperti yang
dikembangkan oleh beberapa pakar akuntansi Islam (syariah)
diantaranya Hameed et al. (2004) dan Taheri (2001) merekomendasikan
Islamicity Disclosure Index (IDI) sebagai instrumen pertanggung
jawaban kepatuhan bank syariah terhadap prinsip syariah, yang
dikembangkan berlandaskan tiga komponen indikator pengungkapan
Islami

syari’ah

compliance,

corporate

governance

and

social/environmenl disclosures (Asrori, 2011). Juga Suyanto (2006)
24

dalam Falikhatun (2012) yang menggunakan Islamic Investment Ratio
(IIR), Profit Sharing Ratio (PSR), Islamic Income Ratio (IsIR), Rasio
Kesejahteraan Direksi – Karyawan (DEWR) sebagai indikator untuk
menilai penerapan dari prinsip syariah.
Dalam penelitian ini menggunakan tiga indikator untuk
mengukur sharia compliance menurut Hameed et al. (2004) yaitu,
Islamic Income Ratio (IsIR), Profit Sharing Ratio (PSR), Islamic
Investment Ratio (IIR).
a.

Islamic Income Ratio (IsIR)
Pendapatan Islam adalah pendapatan yang berasal dari
kegiatan serta investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Prinsip syariah melarang transaksi yang melibatkan riba, gharar,
perjudian serta hal haram lainnya dan mendorong transaksi yang
bersifat halal. Islamic Income Ratio digunakan untuk menilai
persentase pendapatan islam dari seluruh total pendapatan yang
diterima bank syariah baik pendapatan halal maupun non halal.

b.

Profit Sharing Ratio (PSR)
Salah satu unsur terpenting dalam bank syariah ialah
pembiayaan dengan cara bagi hasil. Rasio ini digunakan untuk
melihat bagaimana bank syariah menggunakan aktivitas