Awal Pemikiran Dalam Islam: Syiah

Awal Pemikiran Dalam Islam: Syiah
Di ajukan guna memenuhi tugas individu
Mata kuliah Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam
Dosen/Guru Besar: M. Abdul Karim, Prof. Dr., Double M.A.

Disusun oleh:

1. Jabbar Zil Ikhram

13423053

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Allahumma shalli ‘ala saidina Muhammad SAW
bilfatihah lima aqliq wal fatihah lima sabaq, begitulah kalimat yang begitu indah, yang
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, dan
pula Rasulullah SAW. Kita jungjung kan salawat dan salam atas perjuangannya menegakkan

pondasi keislaman, sehingga penulis dapat ikut berpartisipasi menyumbangkan sedikit ide
yang telah tertuang dalam makalah yang berjudul. “ Awal pemikiran dalam Islam : Syiah”
Penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan
terhadap pemikiran-pemikiran kaum Syiah dan kekeliruannya, serta juga mengkaji bahwa
Khalifah Ali bukanlah imamnya kaum Syiah.
Rasa terima kasih patut kami ucapkan kepada “Bapak M. Abdul Karim, Prof. Dr.,
Double M.A.”, dengan dorongan dan motivasi yang telah di berikan, saya dapat membuat
suatu karya yang mudah-mudahan dapat bermanfaat, sebagai media untuk mengembangkan
intelektual serta wawasan yang luas.
Kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan hanya milik kita semua. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi memperbaiki
makalah ini di kemudian hari.

Yogyakarta, 20 Oktober 2013

Jabbar Zil Ikhram

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Setelah wafatnya Usman Ibn Affan, estapet kepemimpinan al-Khulafa al-Rasyidun
dilanjutkan oleh Ali Ibn Abi Thalib, yang artinya ia al-Khulafa al-Rasyidun terakhir yang
akan memimpin agama Islam dari kalangan sahabat pada masa itu dan ialah yang
meneruskan sebagai pelaksana hukum karna kedaulatan tertinggi Islam adalah Allah SWT,
sehingga para pengganti Nabi tidak memiliki fasilitas dalam menentukan hukum baru.
Pemilihan Ali Ibn Abi Thalib sebagai Khalifah pertama kali dipelopori oleh al-Gafiqi yang
merupakan dari kaum pemberontak,mereka melakukan pendekatan terhadap Ali Ibn Abi
Thalib untuk menjadi pemimpin Islam. Di samping itu memang tak seorang pun yang
mengajukan dirinya untuk menggantikan Khalifah Usman. Meskipun tidak semuanya yang
membaiat Ali Ibn Abi Thalib menjadi Khalifah termasuk Bani Umayyah, dan sebagian
mereka ada yang pergi ke Suria.
Dalam pemerintahan khalifah Ali Ibn Abi Thalib banyak persoalan yang ia hadapi
selama pemerintahannya. Misalnya persoalan terbunuhnya dua saingan utama dalam
kekhalifahan yaitu Talhah dan Zubair. Mereka memiliki pengikut di Hijaz dan Iraq yang
mana tidak mengakui kekhalifahan Ali Abi Thalib. Tentang persoalan pemecatan Gubernur
yang seenak-enaknya diangkat oleh Usman Ibn Affan, salah satunya yaitu Muawiyah di
Syam. Ia dinilai oleh Ali sebagai provokator untuk menuntut turun dari jabatan politik yang
baru Ali duduki dan mengambil alih tanah yang Usman hadiahkan dan hasil tanah tersebut
diserahkan ke kas negara. Ali memindahkan ibu kota dari Madinah ke Kufah dikarenakan

banyak pengikut Ali yang berada di Kufah
Orang yang mengikuti Ali dan termasukbagian yang mengagungkan Khalifah Ali
kemudian disebut sebagai Syi’atul Ali (pengikut Ali) yang kemudian hari dikenal sebagai
kelompok Syiah. Mereka kemudian berorientasi politik. Kekuatan politik tersebut
mendudukkan Ali sebagai Khalifah dan tidak mengakui kekhalifahan sebelumnya 1.
Di dalam sejarah kebudayaan Islam, pembicaraan mengenai Syiah ini meliputi dua
bidang : pertama, tentang kepercayaan-kepercayaan dan faham serta buah pikiran mereka,
kedua, tentang gerakan-gerakan yang dilakukan kaum Syiah untuk merebut kekuasaan.2

M. AbdulKarim. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pestaka Book
Publisher, 2007),
hlm. 107-108.
2
Ahmad Sirajuddin. I’tiqad ahlus sunnah wal jamaah (Jakarta:Pustaka Tarbiyah, 1971),
hlm 97.
1

Setelah wafatnya Khalifah Ali, orang-orang Kufah mengakui Hasan bin Ali sebagai
Khalifah, meskipun ia mendapatkan warisan dari ayahnya, namun ia tidak pandai berperang.
Dengan pimpinan Qaisy 12.000 orang dikirim untuk melawan Muawiyah. Karena Qaisy

meninggal dalam peperangan, maka sisa tentara pasukan tersebut justru berbalik menyerang
Hasan, akhirnya Hasan menyerah dan mengakui supermasi Muawiyah sebagai Khalifah. 3.
Dan melakukan perjanjian Amul Jamaah yang berisi :
1. Mereka berdamai dan bersatu dengan Muawiyah menafkahi kas Provinsi Kufah
dan satu distrik di Persia menjadi hak Hasan ataupun keluarga Ali.
2. Keluarga Khalifah Ali mendapatkan jaminan keselamatan.4

1. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang terbentuknya Syiah?
2. Bagaimana pemikiran golongan-golongan Syiah?
3. Mengapa pemikiran Syiah dianggap keliru?

2. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya kelompok Syiah.
2. Untuk mengetahui golongan-golongan dalam Syiah.
3. Untuk mengetahui kekeliruan Syiah

BAB II
PEMBAHASAN
M. Abdul Karim. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. (Yogyakarta: Pestaka Book

Publisher, 2007),
hlm. 110-111
4
Munim Majid. Sejarah Kebudayaan Islam III (Bandung : Penerbit Pustaka, 1997), hlm 4-5
3

A. Latar Belakang Terbentuknya Syiah
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah sangat
berwibawa dan adil. Mereka berkat ketinggian akhlaknya masing-masing, tidak memberikan
kesempatan sedikitpun kepada pendapat-pendapat yang menentangnya, untuk tumbuh dan
meluas. Akan tetapi setelah datang Khalifah Usman hingga tahun terakhir dari masa
pemerintahannya, yang berarti saat-saat datangnya kelemahan dan tindakan yang keliru dan
belum pernah diperbuat oleh Khalifah sebelumnya, maka gerakan Syiah mulai muncul dan
menjadi kuat. Kemudian datang pula Abdullah bin Saba’, yaitu seorang yahudi yang
mengaku masuk Islam, akan tetapi bukanlah lantaran kecintaannya kepada Islam, melainkan
untuk menyerangnya dari dalam. Cara yang demikian itu lebih mudah baginya daripada
menyerang Islam secara terang-terangan.
Abdullah bin Saba’ menemukan orang-orang yang sedang marah terhadap Khalifah
Usman, dan mengkritik tindakannya, serta menunjukkan kekeliruannya. Dipihak lain ia
menemukan pula orang yang berusaha membela Khalifah dan membenarkan segala

tindakannya. Abdullah lalu menggabungkan diri kepada pihak oposisi, yang pada saat itu
oposisi disebut sebagai pro Ali (Syiah) yang berarti pengikut, karena yang demikian itu lebih
memudahkan untuk melemahkan Islam dan kaum Muslim.
Dapatlah dikatakan, bahwa Abdullah telah melakukan dua macam pekerjaan penting
dalam sejarah perkembangan Syiah yaitu:
1. Abdullah telah berhasil membentuk kesatuan yang kompak dari oposisi tersebut
yang pada tadinya, mereka merupakan unsur yang bercerai-berai. Kesatuan ini diikat
dengan semboyan “ mencintai dan mendukung keluarga Nabi Muhammad “.
2. Abdullah mulai memompakan bermacam-macam pendapat dan falsafah ke dalam
alam pikiran Syiah, sehingga pemikiran sederhana yang timbul pada permulaan
sejarah Syiah, yang dianut oleh pengikut Ali, ia menambahkannya dengan gambaran
pikiran yang berbelik dan menimbilkan keraguan. Ia menciptakan riwayat dan hadishadis palsu, ditaburkannya benih-benih pikiran yang sesat yang dikemudian hari
dianggap sebagai doktrin Syiah.5
Selain itu ada pula faktor yang membantu Abdullah dalam mencapai tujuannya:
Pertama, kegagalan Khalifah Usman dalam pemerintahannya dan banyaknya kontra terhadap
pemerintahannya.
Kedua, naruri masyarakat yang ingin menyokong kaum kerabat Rasulullah.
Ketiga, keistimewaan Ali yang sudah terkenal, yaitu kepahlawanan dalam menyiarkan Islam
serta ilmu pengetahuan luas dan budi pekerti luhur.
Keempat, perasaan umum, bahwa Ali telah disingkirkan dari kursi Khalifah padahal dialah

yang berhak untuk mendudukinya.
Kelima, Ali telah memilih Kufah sebagai ibukota pada masa pemerintahannya. Sejak itu
Kufah menjadi pusat bagi gerakan Syiah. Kufah adalah kota di Irak, dimana terdapat
bermacam-macam agama dan aliran.
Keenam, Sebelum Islam, di negeri Persia berlaku teori yang berlaku dari Eropa bahwa yang
menentukan keluarga Raja itu adalah suci, dan di dalamnya mengalir darah
Tuhan(kepercayaan bangsa Eropa dahulu), sehingga bangsa Persia yang mulai masuk Islam
A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2 ( Jakarta : PT. Al Husna Zikra, 1995),
hlm.177-179.
5

saat itu kepercayaan mereka tersebut masih melekat di dalam lubuk hatinya, kemudian
dengan mudah terpengaruh..6
B. Golongan-golongan Syiah dan pemikiran-pemikirannya
Untuk menggambarkan gerakan Syiah keseluruhannya baiklah kami terangkan bahwa
kaum Syiah itu telah terpecah sampai 22 golongan :
Syiah Alawiyah yang mengikuti Saidina Ali menafsirkan Surah Al Mudatsir : 38 yang
artinya bahwa “ tiap-tiap jiwa diikat dengan apa yang telah diusahakannya” jadi setiap orang
(jiwa) terikat dengan usahanya, kalau ia pada waktu di dunia mengerjakan kejahatan, maka ia
akan dihukum sesuai dengan dosanya

Syiah Sabaiyah, adalah pengikut Abdullah bin Saba’, mereka adalah Syiah yang berlebihlebihan, karena pandangan Syiah yang dipelopori oleh Abdullah bin Saba’ adalah :
Al Wishayah, yaitu wasiat. Menurut mereka nabi Muhammad berwasiat supaya Khalifah
sesudahnya adalah Ali.
Al Radj’ah, yaitu kembali. Abdullah bin Saba’ mengajarkan bahwa Rasulullah tidak boleh
kalah dari nabi Isa, yang akan kembali pada akhir jaman untuk menegakkan keadilan, oleh
karena itu Abdullah mengajarkan bahwa Rasulullah menyuruh Ali untuk kembali dan
menegakkan keadilan, mereka yakin Ali tidak meninggal, tetapi bersembunyi dan akan
kembali di akhir zaman.
Ketuhanan Ali. Ibnu Saba’ juga mengajarkan bahwa dalam tubuh Ali bersemayam unsur
ketuhanan.
Syiah Kaisaniah, adalah Syiah pengikut mukhtar bin Ubay as Saqafi, golongan ini
meyakinkan bahwa imam-imam orang Syiah adalah Ma’shum ( serupa dengan nabi-nabi)
Syiah Imamiyah, adalah golongan Syiah yang percaya pada imam-imam yang di tunjuk
langsung oleh nabi Muhammad. Yaitu Khalifah Ali dan 12 keturunannya, Syiah imamiyah
sampai sekarang masih berkuasa di Iran.
Syiah Isma’iliyyah, adalah Syiah yang mempercayai hanya 7 orang imam, yaitu salah satunya
Ismail bin Ja’far yang sudah mati dan akan keluar di akhir zaman, mereka sampai saat ini
masih ada di Pakistan.7
Syiah Zaidiyah, adalah Syiah pengikut imam Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib
mereka Syiah yang sederhana dan tidak melebih-lebihkan, mereka juga mengakui

keKhalifahan 3 Khalifah sebelum Ali dan mereka berfaham Mu’tazilah, Muslim yang berbuat
dosa besar, dan mati tanpa bertobat maka ia kafir dan kekal di neraka, sedangkan yang
bertobat maka ia diantara 2 jalan, yaitu bukan surga dan juga bukan neraka.
Syiah Qaramithah, adalah Syiah yang menafsirkan Al Quran sesuka hatinya, mereka
mengatakan bahwa malaikat adalah Muballiq mereka dan setan adalah musuh mereka, yang
mengetahui Allah sedalam-dalamnya tidak perlu melakukan salat dan ibadah-ibadah lainnya8.
C. Kekeliruan Syiah
Ajid Thahir. Perkembangan Peradaban Dunia Islam ( Jakarta. Rajawali Press, 2004),
hlm 28-31
7
A. Sirajuddin. I’tiqad ahlus sunnah wal jamaah (Jakarta:Pustaka Tarbiyah, 1971), hlm
121
8
A. Sirajuddin. I’tiqad ahlus sunnah wal jamaah. (Jakarta:Pustaka Tarbiyah, 1971), hlm
121
6

Orang Syiah mengakui Rasulullah adalah nabi Muhammad dan Al Quran adalah
wahyu Allah. Iman itu jabatan sakral yang ditentukan oleh Allah dan memiliki tujuan untuk
kesejahteraan umat manusia. Bagi mereka imam merupakan seseorang yang tidak pernah

berdosa dan terlindungi (Ma’shum), jadi apa yang disampaikan imam merupakan ucapan
Tuhan. Dalam kalimat Syahadat ditambahkan dengan kalimat Ali Khalifatullah. Kelompok
Syiah ekstrem(al Ghurabiah) percaya, bahwa dalam al Quran ayat-ayat yang memihak Syiah
disembunyikan oleh orang Sunny atau disebarkan ayat-ayat palsu yang mendeskriditkan
Syiah, menurut mereka al Quran dan Hadits yang diriwayatkan oleh orang Sunni
kedudukannya adalah atas segala Ilmu. Oleh karena itu, menurut mereka tidak perlu Ijma’
dan Qiyas. Syiah menjadi kekuatan politik yang utuh secara “ de jure “ semenjak terjadinya
peristiwa Karbala, sebuah tempat antara Iraq dan Persia yang menimpa Husain oleh
Ubaidillah bin Ziyad pada 10 Oktober 680 M. 9.
Orang-orang Orientalis yang menerangkan bahwa paham Syiah ialah paham yang
mencintai Saidina Ali dan keluarga Ahlul Bait Rasulullah, tetapi mereka membenci Ahlu
Sunah, padahal Ahlus Sunnah juga mencintai Ahlul Bait Rasulullah.
Khalifah Ali tidak mengakui Syiah karena mereka tidak sepaham dengan kaum
Syiah, karena Ali dan Fatimah ikut membai’at Saidina Abu Bakar menjadi Khalifah pertama
dan juga Khalifah Umar sebagai Khalifah yang kedua serta Usman sebagai Khalifah yang
ketiga.
Persoalan imam, mereka menamakan pengganti nabi dengan imam, dan menganggapnya
adalah Ma’shum (penerus Nabi) dan juga mendapatkan wahyu.
Persoalan Ahlul Bait, mereka menganggap keluarga Saidina Ali adalah Ahlul Bait dan
mengingkari Aisyah istrinya nabi, padahal istri nabi juga Ahlul Bait

Mengingkari ketiga Khalifah sebelum Ali, mereka berpaham bahwa Khalifah Abu Bakar,
Umar , dan Usman akan dimasukkan kedalam neraka. Karena mereka dianggap kafir dan
tidak mengambil hak Ali sebagai Khalifah, nenurut Hadits Maudzu’ mereka adalah : Ali
Khairul Basyar wa Man Syakka fihi Kafar.
Mereka juga mempercayai arwah turun temurun, sebagaimana kepercayaan orang hindu.10

Sebahagian kaum Syiah menganut paham Wahdatul Wujud (paham serba Tuhan)
Ada seorang Imam Syiah yang bernama Husain bin Mansur al Halladj, yang mengemukakan
paham bahwa pada hakikatnya semua barang yang ada adalah Tuhan. Dan juga mereka
menciptakan Hadits-hadits sendiri. Dan Mushaf mereka adalah Mushaf Ali, berbeda dengan
Mushaf Usmani, Mushaf Ali dimulai dengan Surah Al Fatihah dan dilanjutkan Surah Yusuf.
Menurut sejarah perbedaan itu disebabkan belum tersusunnya Al Quran masa Nabi
M. Abdul Karim. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. (Yogyakarta: Pestaka Book
Publisher, 2007),
hlm. 110-111
10
Ibid hlm 154
9

Muhammad yang dianggap belum terasa perlunya untuk membukukan Al Quran, sampai
masa Khalifah Usman mulai dirasakan perlunya membukukan Al Quran, sehingga dinamakan
Mushaf Usmani. Karena kebencian kaum Syiah kepada Usman, mereka menggunakan
Mushaf sendiri, yang dinamai Mushaf Ali, padahal pada masa Khalifah Usman Saidina Ali
memakai Al Quran Mushaf Usmani. Dan diriwayat lain dinyatakan mereka memakai Quran
Ali yang telah hilang beberapa lembar.11.
Kaum Syiah juga berpendapat dan berkeyakinan bahwa silsilah imam-imam mereka adalah:
1. Ali bin Abi Thalib
2. Hasan bin Ali bin Abi Thalib
3. Husein bin Ali bin Abi Thalib
4. Ali Zainal Abidin bin Hasan
5. Muhammad al Baqir bin Ali Zainal Abidin
6. Ja’far Shadiq bin Muhammad al Baqir
7. Musa al Kazim bin Ja’far Shadiq
8. Ali Redha bin Musa al Kazim
9. Muhammad al Jawwad bin Ali Redha
10. Ali bin Muhammad bin Ali Redha
11. Hasan bin Ali bin Muhammad
12. Muhammad bin Hasan al Askari Al Mahdi
Mereka menganggap imam yang ke 12 tersebut belum meninggal dan akan kembali pada hari
Akhirat dan akan membawa kedamaian, yang dikenal sebagai imam al Mahdi
I’tiqad at Taqiyah, adalah menyembunyikan paham yang sebenarnya dan melahirkan paham
yang palsu yang muncul dari dalam hatinya.
Diantaranya adalah :
1. Mereka tidak menerima Ijma’ dan juga Qiyas
2. Mereka menyimpulkan bahwa Nikah Mut’ah halal
3. Thalaq 3 kali dalam satu tempat dianggap Thalaq 1.
Dan paham mereka ini sangat bertentangan dengan Ahlus sunnah wal Jama’ah dan juga
empat Imam besar.12

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Karim M. Abdul. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam.
Yogyakarta: Pestaka Book Publisher, 2007.
Ahmad Al-Usary. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. (Jakarta:
Akbar, 2003), hlm. 173
12
Ibid, hlm 156
11

Sirajuddin Ahmad. I’tiqad ahlus sunnah wal jamaah. Jakarta:Pustaka Tarbiyah, 1971
Al-Usary Ahmad . Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.
Jakarta: Akbar, 2003.
A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta Pusat: Pustaka Alhusna, 1982.
Majid Munim . Sejarah kebudayaan Islam III. Bandung : Penerbit Pustaka, 1997