b. Pengertian Polis
Menurut  kententuan  Pasal  255  KHUD,  perjanjian  asuransi  harus  di  buat  secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Selanjut Pasal 19 Ayat 1 peraturan
pemerintah  nomor  73  tahun  1992  menentukan,  polis  atau  bentuk  perjanjian asuransi  dengan  nama  apapun,  berikut  lampiran  yang  merupakan  satu  kesatuan
dengannya,  tidak  boleh  mengandung  kata,  kata-kata  atau  kalimat  yang  dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai risiko yang ditutup asuransinya,
kewajiban tetangung, atau mempersulit tertangung mengurus haknya.
Berdasarkan ketentuan 2 dua pasal tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa polis  berfungsi  sebagai  alat  bukti  tertulis  yang  meyatakan  bahwa  telah  terjadi
perjanjian  asuransi  antara  tertangung  dan  penangung.  Sebagai  alat  bukti  tertulis, isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-kata atau
kalimat  yang  memungkinkan  perbedaan  interpretasi,  sehingga  mempersulit tertanggung  dan  penangungan  merealisasikan  hak  dan  kewajiban  mereka  dalam
pelaksanaan  asuransi.  Disamping  itu,  polis  juga  memuat  kesepakatan    mengenai syarat-syarat  khusus  dan  janji-janji  khusus  yang  menjadi  dasar  pemenuhan  hak
dan kewajiban.
c. Pengertian Premi
Dalam Pasal 246 KUHD terdapat rumusan: ”dengan  mana  penanggung  mengikatkan  diri  kepada  tertanggung  dengan
menerima premi”
Berdasarkan  rumusan tersebut,  dapat  diketahui  bahwa  premi  adalah  salah  satu unsur  penting  dalam  asuransi  karena  merupakan  kewajiban  utama  yang  wajib
dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan hukum asuransi, penanggung  menerima  pengalihan  risiko  dari  tertanggung  dan  tertanggung
membayar  sejumlah  premi  sebagai  imbalannya.  Apabila  premi  tidak  dibayar, asuransi  dapat  dibatalkan  atau  setidak-tidaknya  asuransi  tidak  berjalan.  Premi
harus  dibayar  lebih  dahulu  oleh  tertanggung  karena  tertanggunglah  pihak  yang berkepentingan.
Asuransi  baru  berjalan  jika  kewajiban  tertanggung  membayar  premi  telah dipenuhi.  Dengan  kata  lain,  risiko  atas  benda  beralih  kepada  penanggung  sejak
premi  dibayar  oleh  tertanggung.  Oleh  karena  itu,  dapat  dipahami  bahwa  ada tidaknya  asuransi  ditentukan  oleh  pembayaran  premi.  Premi  merupakan  kunci
perjanjian  asuransi.  Untuk  mencegah  terjadi  pembatalan  asuransi  karena  premi tidak  dibayar  biasanya  pihak-pihak  mencantumkan  klausula  dalam  polis  yang
menyatatan:  ”Premi  harus  dibayar  dimuka  pada  waktu  yang  telah  ditentukan”. Jika  premi  tidak  dibayar  pada  waktu  yang  telah  ditentukan,  asuransi  tidak
berjalan.  Jika  terjadi  peristiwa  yang  menimbulkan  kerugian,  penanggung  tidak berkewajiban membayar klaim tertanggung.
Oleh  karena  itu  premi  merupakan  syarat  mutlak  untuk  menentukan  perjanjian asuransi  dilaksanakan  atau  tidak.  Kriteria  premi  asuransi  adalah  sebagai  berikut
Abdulkadir Muhammad, 2006:103 : a.
dalam bentuk sejumlah uang; b.
dibayar lebih dahulu oleh tertanggung;