Nilai-Nilai Didaktis Dalam Syair Nasihat

NILAI-NILAI DIDAKTIS DALAM SYAIR NASIHAT
KEPADA ANAK KARYA RAJA ALI HAJI
RAMLAN DAMANIK
Fakultas Sastra
Jurusan Sastra Daerah
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Salah satu bentuk syair Melayu yang sangat terkenal adalah Syair Nasihat
kepada AnakKarya Ali Haji. Syair ini memiliki nilai-nilai pengajaran dan pendidikan
yang tinggi. Nilai-nilai pengajaran dan pendidikan tersebut adalah (1) Prinsip-prinsip
dan kriteria seorang pemimpin, (2) Akhlak seorang muslim, (3) Hormat dan patuh
kepada guru, (4) Pandai membawa diri, (5) Ilmu pengetahuan, (6) Dalam bertindak
harus menggunakan akal dan pikiran, dan (7) Pengenalan hawa nafsu.
Berikut ini akan dipaparkan ketujuh nilai-nilai pengajaran dan pendidikan yang
terdapat di dalam Syair nasihat Kepada Anak Karya Raja Ali haji seperti berikut.
1. Prinsip-prinsip dan kriteria seorang pemimpin
Di antara faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakkan orangorang lain untuk menjalankan manajemen adalah kepemimpinan. Pemimpinlah yang
menentukan arah dan tujuan, serta memberikan bimbingan dan pekerjaan.
Kesalahan dalam kepemimpinna akan mengakibatkan kegagalan. Pemimpin
merupakan inri dari motor penggerak dari pada manajemen. Di samping itu
kepemimpinan berhubungan erat dengan manusia yang sifatnya selalu dinamis.

Dalam kenyataannya
para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan
kepuasan kerja,keamanan, kualitas kehidupan kerja terutama tingkat prestasi auatu
organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu
kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemampuan
dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting dalam
suatu organisasi. bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang
berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpinpemimpin yang efektif atau meningkat.
Poerbakawatja (1976 : 457) mengatakan bahwa, “ ... kepemimpinan adalah
proses pengaruh-mempengaruhi antara pribadi atau antar orang dalam situasi
tertentu, melalui proses komunikasi yang terarah untuk mencapai tujuan tersebut”.
Sedangkan Masya (1978 : 180) menegaskan,
Kepemimpinan atau memimpin adalah usaha untuk menggerakkan orang
lain ataupun bawahan yang dipimpin supaya mereka dapat bekerja
bersama-sama menuju suatu tujuan yang diinginkan bersama dan yang
dianggap penting bagi mereka.
Jadi kepemimpinan itu dapat timbul kapan dan dimanapun, apabila ada
unsur-unsur sebagai berikut:
1. Ada orang yang dipengaruhi atau anggota, bawahan, pengikut, kelompok yang
akan mau diperintah, dan dikomandokan;

2. Ada orang yang mempengaruhi atau pemimpin, memberi komando, pembimbing;
3. Ada pengarahan kepada suatu tujuan oleh orang yang mempengaruhi atau
pemimpin (Masya, 1978 : 180).
Seorang peneliti, Edwin Ghiselli dalam (Manullang, 1982 : 297) melalui
penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat-sifat tertentu yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin, sebagai berikut :
Sifat-sifat tertentu yang harus dimiliki seorang pemimpin efektif adalah : 1.
Kemampuan dalam kedudukannya sbagai pengawas (supervisory ability)

2002 digitized by USU digital library

1

atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan
dan pengawasan pekerjaan orang lain. 2. Kebutuhan akan prestasi dan
keinginan sukses. 3. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif,
dan daya pikir. 4. Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusankeputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat. 5.
Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan
untuk menghadapi masalah. 6. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak
tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan

cara-cara baru atau inovasi.
Jadi seoran pemimpin harus memiliki sifat-sifat, antara lain : memiliki
kemampuan sebagai pengawas pelaksanaan jalannya pemerintahan, kecerdasan,
ketegasan, percaya diri, bertanggung jawab, memiliki rasa kemanusiaan, dan
inisiatif.
Kepemimpinan menyangkut bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka
untuk menerima pengarahan dari pemimpin, berarti mereka ikut membantu
menentukan status
atau kedudukan pemimpin dan membuat proses
pemerintahan berjalan lancsar. Tanpa bawahan, semua kualitas pemimpin tidak akan
relevan dan berjalan dengan baik. Selain dapat memberikan pengarahan kepada
para bawahan, pemimpin juga dapat mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain,
pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi
juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan dapat menyelesaikan perintahnya.
Jadi seorang pemimpin harus memiliki kemampuan sebagai pengawas pelaksanaan
jalannya pemerintah, juga menegaskan,
Apabila perintah lemah dan lembut,
Semua orang suka mengikut,
Serta dengan malu dan takut,
Apa-apa kehendak tidak tersangkut.

( bait 15)
Seorang pemimpin haruslah memiliki kecerdasan dan wawasan pengetahuan
yang luas. Ia harus mengetahui segala sesuatunya tentang teknik-teknik dan cara
pemerintahan yang baik. Ia harus mengerti dengan sesungguhnya keperluankeperluan bawahannya, termasuk keperluan mereka untuk berkomunikasi,
perlengkapan dan persediaan administrasi, proses data, penyimpanan dan informasi.
Dalam menetapkan dan mengambil suatu keputusan seorang pemimpin
harus tegas. Seorang pemimpin harus senantiasa berada di depan dan membimbing
pengikutnya ke arah tujuan yang hendak ditentukan. Tujuan yang akan dicapai
hendaklah diterangkan dengan tegas dan jelas, sehingga dapat dipahami dan
dimengerti ioleh setiap pengikutnya.
Percaya diri yang dimiliki oleh seorang pemimpin adalah pandangan
terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah. Jika ada suatu
masalah, hendaklah bijaksana dalam mengambil keputusan. Masalah tersebut harus
diteliti dulu persoalannya dan hendaklah segera dituntaskan, jangan ditunggu dan
dibiarkan berlarut-larut.
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk merencanakan, mengorganisir,
dan mengawasi segi-segi organisasi di bidang tata usaha, termasuk persiapan,
komunikasi, koordinasi, dan operasi atau pelaksanaan pekerjaan. Karena seorang
pemimpin harus menjalankan tanggung jawab atas beberapa elemen organisasi,
maka kepadanya harus diberikan status yang dituntut oleh tanggung jawab ini, agar

dapat meninggikan penghematan dan hasil kerja yang baik dan efisien.
Seorang pemimpin harus mengenal sifat-sifat individu dan mengenal
kualitas pengikutnya masing-masing. Kunci suksesnya pelaksanaan manajemen
adalah keberhasilan dalam menyuruh orang-orang lain untuk melakukan sesuatu
kerja sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan organisasi yang telah disusun
rapi, dengan pembagian tugas kerja sesuai dengan kemampuan individu dan

2002 digitized by USU digital library

2

wewenang serta tanggung jawab di antara anggota-anggota manajemen, baik
sebagai atasan maupun bawahan.
Ayuhai anakanda ,
Jika anakanda mengerjakan raja,
Hati yang betul hendaklah disahaja,
Serta rajin pada bekerja.
(bait 2)
Sebagai seorang pemimpin sejati harus memiliki rasa kemanusiaan dan
solidaritas yang tinggi. Mendengar keluh-keluh bawahan adalah merupakan sarana

utama yang harus diperhatikan dalam merupakan sarana utama yang harus
diperhatikan dalam menggiatkan proses kepemimpinna. Sebagai pemimpin ia harus
pandai mengambil hati bawahannya. Jangan dicari sakit hati mereka tetapi carilah
kesukaannya. Hubungan yang baik antara pimpinan dan karyawan atau atasan dan
bawahan harus terjalin dengan hubungan yang harmonis dan seimbang. Sebagai
seorang yang berkuasa, janganlah memerintah dengan kekejaman dan kediktatoran,
karena bawahan kita akan melaksanakannya dengan paksa. Secara otomatis pasti
mereka akan benci dan timbul niat jahat untuk menggulingkan jabatan kita, seperti
pada kutipan syair berikut,
Jika memerintah dengan cemati,
Ditambah dengan perkataan mesti,
Orang menerimanya sakit hati
Barangkali datang fikir hendak dihati. (bait 16)
Inisiati sangat penting dalam penyusunan perencanaan. Seorang pemimpin
yang baik harus merupakan seorang pemikir yang kreatif dengan mencari kombinasi
baru, penemuan-penemuan baru, cara kerja yang lebih efisien, dan alat kerja yang
modern. Antara kesatuan-kesatuan organisasi pun sangat dibutuhkan adanya inisiatif
agar tercipta hubungan kerja yang paling dan harmonis dalam usaha kerjasama.
Kreatifitas juga sangat penting dan diperlukan sekali dalam bidang kepemimpinan
yang tidak boleh tidak harus dilaksanakan oleh seorang pimpinan.

Seorang pemimpin juga harus memiliki kewibawaan dan kejujuran, serta
rajin. Pemimpin tanpa wibawa tidak akan berhasil dalam menjalankan tugasnya.
Kerajinan yang dimiliki oleh pemimpin akan merangsang kegiatan bawahannya.
Memimpin bila tidak disertai dengan kejujruan berarti akan membawa kelompoknya
kepada kehancuran.
Mengerjakan gubernemen janganlah malas,
Zahir dan batin janganlah culas,
Jernihkal hati hendaklah ikhlas,
Seperti air di dalam gelas
(bait 3)
4.2. Akhlak Seorang Muslim
Secara etimologis, perkataan akhlak yang berasal dari bahasa Arab adalah
bentuk jamak dari kata khlulk. Khulk di dalam Kamus Al-Munjid berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat (Asmaran, 1992 : 1).
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang
dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya.
Sifat itu dapat berupa perbuatan baik yang disebut akhlak yang mulia dan perbuatan
buruk yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
Jadi pada hakikatnya akhlak merupakan suatu kondsi atau sidat yang telah

meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian sehingga muncullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi
tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal
pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya. Suatu
perbuatan dapat dinilai baik jika timbulnya perbuatan itu dengan mudah sebagai
suatu kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran. Seandainya ada seseorang yang

2002 digitized by USU digital library

3

memaksakan dirinya untuk mendemakan hartanya atau memaksa hatinya dengan
dipikir-pikir lebih dahulu, maka bukanlah orang semacam ini.
Poerbakawatja (1976 : 9) menagatakan bahwa. “ ... akhlak adalah budi
pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang
merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan manusia”.
Anis dalam (Asmaran, 1992 : 5) menegaskan bahwa, “ ... Ilmu akhlak ialah
ilmu yang objek pembahasannya adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan
manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau buruk”.
Ya’kub (1983 : 121) mengemukakan,

Adapun pengertian sepanjang terminologi yang dikemukakan oleh ulama
akhlak antara lain : a. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas
antara baik dan buruk, antara yang terpiji dan yang tercela, tentang
perkataan dan perbuatan manusia lahir dan batin. b. Ilmu akhlak adalah
ilmu pengetahuan yang memberikan penegrtian tentang baik dan buruk,
ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka
yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Dari kedua pendapat di atas jelaskan bagi kita bahwa akhlak yang baik
perbuatan manusia dan mengerjakan perbuatan yang baik yang harus dikerjakan
dan perbuatanjahat yang harus dihindari dalam hubungan dengan Allah, manusia
dan alam sekitarnya.
Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah yang digunakan antara lain
; etika, moral, dan susila. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang artinya adat
atau kebiasaan. Etika merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas nilai
keindahan atau estetika.
Dalam estetika dibicarakan antara lain, apakah sesungguhnya keindahan itu,
mengapa ada objek yang indah dan yang jelek, bagaimana hubungan antara sesuatu
objek yang indah dengan perasaan atau emosi seseorang. Dalam etika dibicarakan
apa sesungguhnya yang dimaksud dengan baik buruk, mengapa ada yang disebut
perbuatan baik dan buruk, apa kriteria penilaian suatu perbuatan, apa atau siapa

yang menentukan baik buruknya suatu perbuatan, dan sebagiainya.
Moral berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos mos yang
berarti adat kebiasaan. Poerwadarmintan (1982 : 654) mengatakan, “ ... moral
adalah baik buruk perbuatan dan kelakukan “. Moral merupakan istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai baik
atau buruk, benar atau salah. Dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang
yang mempunyai tingkah laku yang baik disebut orang yang bermpral.
Selain ietilah di atas, di dalam bahasa Indonesia untuk membahas baik
buruk tingkah laku manusia juga sering digunakan istilah kesusilaan. Kesusilaan
berasal dari kata “ susila “ yang mendapat awalan ke- dan akhiran - an.Su berarti
baik,bagus dan sila dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Pooerwadarminta
(1982 : 982) mengatakan bahwa, “ ... susila berarti sopan, beradab, baik budi
bahasanya. Kesusilaan sama dengan kesopanan. Ini menunjukkan bahwa kesusilaan
bermaksud membimbing manusia agar hidup sopan, sesuai dengan norma-norma
susila”.
Sekarang dapat dilihat persamaan antara akhlak, etika,moral, dan susila,
yaitu menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau
buruk. Perbedaan terletak pada tolakukurnya masing--masing, akhlak dalam menilai
perbuatan mansuia dengan tolak ukurajaran Al - Quran dan Sunnah, etika dengan
pertimbangan akal pikiran, sedangkan moral dan susila dengan adat kebiasaan yang

umum berlaku di masyarakat (Asmaran, 1992 : 9).
Dalam syair , penyair perpesan kepada pembaca agar berakhlak mulia.
Akhlak seorang muslim pada umumnya dapat digolonhkan ke dalam dua golongan
yaitu budi pekerja yang mulia dan sikap atau kelakuan yang tercela. Mengenai budi

2002 digitized by USU digital library

4

pekerja atau akhlak yang mulia ini, Iman al-Gazali dalam (Asmaran, 1992 : 204)
menerangkan,
Berakhlak baik atau berakhlak terpuji itu berarti artinya menghilangkan
semua adat-adat kebiasaan yang tercela yang sudah dirincikan oleh agama
Islam serta menjauhkan diri daripadanya, sebagaimana menjauhkan diri dari
tiap najis dan kotoran, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik,
menggemarinya, melakukannya dan mencintainnya.
Pada dasarnya budi pekerja baik atau akhlak terpuji merupakan sifat atau
tingkah laku yang sesuai engan norma atau ajaran agama Islam. Yang termasuk ke
dalam akhlak yang mulia adalah melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan
oleh Allah SWT, seperti mengucapkan kalimat syahadat, menegakkan sholat,
selanjutnya seperti yang tercantum dalam rukun Islam. Selain itu termasuk segala
perbuatan baik terhadap manusia maupun alam sekitar.
Melalui syair Nasehat Kepada Anak , memberikan contoh kepada pembaca
tentang akhlak yang mulia,seperti pada kutipanberikut,
Tutur yang manis anakanda tuturkan,
Perangai yang lembut anakanda lakukan,
Hati yang sabar anakanda tetapkan,
Kemaluan orang anakanda fikirkan,
(bait 15)
Dalam pergaulan sehari-hari seorang muslimin haruslah selalu menjaga
lidahnya dari perkataan yang dapat menyakitkan hati orang lain. Tutur bahasa yang
lembut menunjukkan ketinggian budi pekerta seseorang. Gaya seseorang berbicara
emncerminkan kepribadian orang itu tidak terdidik. Ini sesuai dengan pribahasa yang
mengatakan bahwa “bahasa menunjukkan bangsa”.
Perangai yang lenmbut yang dimaksudkan pengarang di sini adalah sikap
halus atau lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam mengucapkan katakata, roman muka, sikap anggota badan, dan lain-lain dalam pergaulan baik dalam
masyarkat kecil atau keluarga maupun dalam masyarakat luas. Perangai halus atau
lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama.
Orang yang bersikap halus biasanya suka memperhatikan kepentingan orang lain,
dan suka menolong. Sikap lembut merupakan perwujutan dari sifat-sifat ramah,
sopan, sederhana dalam pergaulan.
Perangai yang lembut juga dimiliki oleh orang yang bersikap rendah hati,
karena orang yang bersikap rendah hati orang yang halus tutur bahasanya, sopan
tingkah lakunya, tidak sombong, tidak membedakan pangkat dan derajat dalam
pergaulan.
Yang dimaksud dengan sabar menurut penegrtian islam ialah tahan
menderita sesuatu yang tidak disenagi dengan ridha dan ikhlas serta berserah dari
kepada Allah. Secara umum sabar adalah kemampuan atau daya tahan manusia
menguasai sifat jelek yang terdapat dalam jiwa, yaitu hawa nafsu. Jadi sabar
mengandung unsur perjuangan, pergaulan, tidak menyerah dan menerima begitu
saja.
Dalam syair, akhlak tercela ini apat kita lihat pada kutipan berikut,
Jika anakkanda menjadi besar,
Tutur dan kata janganlah kaar,
Janganlah seperti orang sasar,
Banyaklah orang menaruh gusar.
(bait 4)
Itulah orang akalnya kurang,
Menyangka diri pandai seorang,
Takabur tidak membilang orang,
Dengan manusia selalu berperang.

2002 digitized by USU digital library

(bait 10)

5

Dari anggota badan atau lahir, perkataan termasuk yang terbanyak
membuat maksiat. Dalam hal ini, tidak ada satu usahapun yang dapat
menyelamatkannya kecuali dengan jalan emmbiasakannya berkata-kata yang baik
dan bermanfaat. Rasullullah SAW mengajrakan yang diriwayatkan ioelh Bukhori dan
Muslim, yang artinya, “ Barang siapa yang beriman kepada Alllh dan hari akhir,
maka hendaklah ia berkata yang baik, atau (kalau tidak dapat berkata yang baik)
hendaklah berdiam diri saja”.
Adapun perkataan yang tercela yang harus dihindari, antara lain : berkata
yang tidak memberikan manfaat, brelebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal
yang batil, berkata kotor atau mencaci maki, metertawakan dan merendahkan orang
lain, dan berdusa.
Sombong atau takabur adalah suatu perasaan yang terdapat di dalam hati
manusia bahwa dirinya hebat, mempunyai kelebihan dari orang lain, misalnya
merasa lebih dalam ilmu pengetahuan, kekayaan, kecantikan, dan sebagainya.
Perasaan yang lebih ini kelihatan dalam sikap dan tindak tanduk sehari-hari dalam
penampilan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Sifat sombong ini amatlah tercela, baik di sisi Allah maupun di mata
manusia dan akan membawa kerugian dan bahaya yang besar. Orang yang sombong
pasti tidak dapat memiliki sifat rendah hati. Orang yang sombong tidak dapat
meninggalkan sifat dengki dan dusta, begitu pula ia tentu tidak bisa menahan hawa
nafsunya, juga tidak mungkin dapat memebrikan nasehat yang baik kepada orang
lain. Kesukaannya hanyalah menghina dan mencemoohkan, ia suka mencari-cari dan
membongkar kemaluan orang lain, terlebih terhadap orang yang dipandang sebagai
saingannya. Orang yang bersifat sombong akhirnya akan tersesat karena ia meniru
sifat syaitan.
Islam melarang manusia untuk bersifat sombong dan Allah tidak
menyukainya. Allah menegaskan bahwa nerakalah tempat bagi orang-orang yang
sombong, sebagaimana firmanNya dalam surah al-Mukmin ayat 60 yang artinya,
Dan Tuhanmu berfirman : “Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan begimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam
keadaan hina dina”. (al-Mukmin : 60 )
Rasulullah SAW juga pernah bersabda, yang artinya “................ Tidak akan
masuk surga orang yang dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan’ (HR
Muslim).
Berbahagialah orang-orang yang berakhlak mulia dan berbudi pekerja utama
dan celakalah mereka yang bersikap dan bertingkah laku tercela. Dalam al-Quran
suruh al-Infithar ayat 13-14 Allah SWT berfirman, “........ Sesungguhnya orang-orang
yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”.
Menurut ayat di atas hanya orang yang berbakti benar-benar atau berbudi
pekerja utama yang dijanjikan Allah akan memasuki surga, maka Rasulullah SAW
memerintahkan manusia, khususnya orang muslim selalu berbudi pekerja luhur di
saat dan di manapun berada, seperti sabda Beliau, “.......... Bertaqwalah kepada
Allah di mana saja engkau berada, ikutilah suatu kejelekan itu dengan kebaikan,
karena itu dapat menghapus kejelekan, dan pergaulilah seluruh manusia dengan
budi pekerja yang baik” (HR Tirmizi). Raja Ali Haji juga menegaskan dalam syairnya
seperti pada kutipan berikut,
Anakanda jauhkan kelakuan ini,
Sebab kebencian Tuhan Rahmani,
Jiwa dibawa ke sana sini,
Tidak laku suatu dewani.
(bait 11)

2002 digitized by USU digital library

6

4.3 Hormat dan Patuh kepada Guru
Orang tua selalu mengharapkan anaknya menjadi orang yang pandai, tahu
sopan santun, mengharagai orang lain, dan sebagainya. Harapan ini akan terwujud
jika sejak kecil anak diberi pengertian dan pendidikan, kepandaian anak selanjutnya
tergantung pada pendidikan yang pernah diperolehnya. Demikian pula dengan
pendidikan norma-norma kemasyarakatan yang diterima dari orang tua atau
keluarga.
Pada hakekatnya, pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia. Untuk
itu pendidikan bukan hanya didapat di sekolah, tetapi juga dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat, sebagaimana yang tercantum dalam GBHN, bahwa
pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah
tangga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, namun dari ketiga pendidik
yang paling bertanggung jawab adalah orang tua. Sedangkan guru dan masyarakat
sebenarnya hanya membantu untuk lebih memperkokoh kepribadian dan kecerdasan
anak.
Dalam kegiatan pengajaran, seorang guru sering dihadapkan kepada
berbagai macam masalah, baik menyangkut dasar-dasar profesi yang harus dikuasai
maupun masalah personil-personil dalam pengajaran. Guru harus dapat menciptakan
lingkungan yang baik untuk anak didiknya, memilih metode yang cocok dengan
materi, lingkungan dan perkembangan anak, memilih teknik evaluasi yang baik, dan
sebagainya. Guru yang baik, melalui dasar-dasar profesi yang dimiliki akan
membawa anak ke arah sukses dalam belajar. Perhatian sepenuhnya dipusatkan
pada anak didik agar jangan melakukan sesuatu yang kurang baik.
Seorang guru mempunyai tugas ganda yang sangat mulia yang tidak dimiliki
oleh orang lain. Di samping guru memberikan kepada muridnya pengetahuan secara
metodis, guru juga mendidik anak didiknya supaya menjadi orang yang jujur,
disiplin, bertanggung jawab dan berkepribadian luhur. Seorang guru yang
menghayati akan tugas yang disandangnya akan merasa prihatin melihat anak
didiknya berbuat hal-hal yang tidak terpuji dan tidak baik, dia merasa tidak berhasil
dalam mendidik siswanya. Di samping itu guru merasa berkewajiban membawa anak
didiknya ke arah yang dicita-citakan. Berbagai macam jalan tentu akan diambil
sedemikian rupa sehingga lebih bijaksana dan tidak menimbulkan efek yang kurang
baik bagi proses belajar anak didiknya.
Mengingat betapa beratnya tugas seorang guru, amka melalui syair Raja Ali
Haji mencoba menasehati pembaca untuk menghormati dan patuh kepada guru,
seperti pada petikan syair berikut,
Setengah orang besar fikir dan karu,
Tidak mengikut pengajaran guru,
Tutur dan kata haru bitu,
Kelakuan seperti anjing pemburu.
(bait 8)
Jaman dahulu guru dipandang masyarakat sebagai orang yang terhormat
dan dianggap sebagai orang yang memiliki kemampuan lebih dalam segala hal.
Masyarakat mengakui adanya kelebihan dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang
guru dan memang dirasakan manfaatnya pada waktu itu, terlebih tentang pelajaran
agama. Oleh karena kuatnya anggapan masyarakat yang demikian itu, maka setiap
yang diucapkan, dilakukan dan diperintahkan guru, senantiasa dipercaya dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru benar-benar dipandang sebagai orang
yang dipercaya dan dicontoh oleh masyarakat. Dengan kata lain guru harus
berwibawa, karena guru pada waktu itu dianggap sebagai sumber informasi yang
belum disaingi oleh orang lain dan profesi lain.
Jika direalitakan dengan kehidupan sekarang, masyarakat dapat mengkuti
perkembangan ilmu dan pengetahuan melalui media cetak dan media elektronik,
seperti buku, majalah, surat kabar, radio dan televisi. Lebih-lebih dengan ditemuinya

2002 digitized by USU digital library

7

teknologi satelit komunikasi dan komputer, proses pendidikan berlangsung secara
universal. Dengan perkembangan sistem informasi ini, maka masyarakat tidak lagi
menganggap guru sebagai satu-satunya sumber informasi di daerahnya.
Perkembangan teknologi komunikasi ini, berpengaruh pula terhadap proses
sosialisasi anak dalam keluarga. Semakin banyak orang tua yang memiliki koleksi
buku-buku, berlangganan majalah dan surat kabar, serta memiliki pesawat radio dan
televisi, disadari atau tidak, orang tua ikut menciptakan suasana belajar di rumah,
sehingga rasa ingin tahu anak telah terangsang sejak dari rumah.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan masyarakat, maka
semakin banyak pula di luar sekolah pendidikan bermunculan. Seorang guru perlu
menyadari bahwa di luar sekolah terdapat sumber informasi lain. Dengan kata lain,
guru mendapat tantangan dari kemajuan teknologi komunikasi dan berbagai jenis
serta variasi pendidikan di luar sekolah yang sangat banyak. Oleh karena itu guru
harus rajin membaca buku untuk mengikuti kemajuan ilmu dan pengetahuan.
Dengan demikian maka bertambah sulitlah tugas seorang guru. Dia bukan
saja harus mengajar, tetapi juga, harus belajar kembali, agar tidak tertinggal dengan
anak didiknya. Dengan pengetahuan yang luas, maka seorang guru akan lebih
mampu mengahdapi cara belajar siswa yang aktif dan kewibawaan seorang guru
tetap terjaga. Oleh karena itu wajiblah kita menaruh hormat kepada guru, karena
pada dasarnya dengan jasa beliaulah kita dapat menjadi pintar dan menjadi orang
yang berguna.
4.4. Pandai Menempatkan Diri
Manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan pertolongan orang
lain. Orang lain dapat membantu kita dalam kesusahan dan akan dirasakan ringan
dibanding dengan hanya dipendam di dalam hati. Apalagi jika orang tersebut dapat
ikut mengatasinya, baik dengan pertolongan pikiran, tenaga atau uang.
Islam mengajarkan agar umatnya hidup bermasyarakat, agar mereka saling
menolong antara satu dengan yang lain dalam memecahkan segala persoalan, demi
untuk kebaikan. Kita perlu hidup bergaul dengan sesama, karena dengan demikian
kehidupan manusia dapat lebih maju. Dengan bergaul, kita saling menyempurnakan,
memberi dan menerima untuk kepentingan bersama. Namun dalam pergaulan
sesama manusia, kita harus dapat membedakan pergaulan yang baik dan yang
buruk. Juga harus pandai menempatkan diri dan membawa diri agar terombang
ambing dalam kehidupan, seperti yang terdapat dalam syair Nasehat Kepada Anak
yaitu,
Nasehat ayahanda fikirkan,
Keliru syaitan anakanda jagakan,
Orang berakal anakanda hampirkan,
Orang jahat anakanda jauhkan.
bait 7)
Syaitan memiliki peluang yang luas dan jalan yang banyak untuk
menyesatkan manusia dalam berbuat kebaikan dan menyesatkan ke jurang
kejahatan. Semua perbuatan buruk dan kejahatan, baik yang dilakukan oleh
perseorangan maupun kelompok, sumbernya hanya dari syaitan. Dia yang
menggerakkan dan membuat situasi yang dapat mendukung terlaksananya
perbuatan jahat itu. Dialah yang menyebabkan manusia diusir dari syurga dan
selanjutnya dia selalu berusaha dengan cara apapun utnuk menjerumuskan manusia
ke jurang kesengsaraan.
Syaitan memang memiliki kekuatan yang luar biasa, ia dapat
menjerumuskan siapapun yang ia kehendaki dengan cara yang sangat mudah. Ia
juga mampu menghilangkan harapan masa depan seseorang, kemudian merubah
kehidupan manusia sepanjang hayat dengan menahan dan memikul kepayahan dan
kesulitan. Oleh sebab itu janganlah kita tergoda oleh rayuan dan bujukan syaitan.
Hal ini dapat dihindari dengan keteguhaniman dan selalu berzikir kepada Allah.

2002 digitized by USU digital library

8

Penyair menyarankan kepada pembaca agar bergaul dengan orang yang
berakal dan menjauhkan orang yang jahat. Yang dimaksudkan oleh pengarang
dengan orang yang berakal di sini adalah orang dapat membedakan antara yang baik
dan yang buruk dan orang yang selalu berbuat kebaikan. Islam mengajarkan bahwa
manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak mendatangkan
kebaikan kepada orang lain, seperti menurut sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
Qadla’ie dari Jabir, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya, “ ......... Sebaikbaik manusia ilah orang yang banyak manfaatnya (kebaikannya) kepada manusia
lainnya” (Asmaran, 1992 : 53).
Orang yang jahat adalah orang yang berkepribadian buruk, selalu membuat
keonaran dan keresahan dalam masyarakat. Orang yang seperti ini adalah musuh
Islam yang utama karena Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah ke muka bumi ini
adalah untuk menyempurnakan atau memperbaiki akhlak manusia. Karena itu misi
Islam yang pertama adalah untuk membimbing manusia berakhlak mulia, maka
setiap pelanggaran akhlak akan mendapat sanksi atau siksa dari Allah. Dengan kata
lain, setiap perbuatan buruk akan berakibat kesengsaraan bagi yang berbuat.
Banyak cerita yang diterangkan Allah dalam kitab suci al-Quran tentang binasa atau
celakanya orang terdahulu, yaitu akibat dari kemaksiatan dan keburukan perbuatan
mereka.
Pada hakekatnya orang yang berbuat baik atau berbuat jahat terhadap
orang lain adalah untuk dirinya sendiri. Orang lain senang berbuat baik kepada kita,
karena kita telah berbuat baik kepada orang itu. Allah berfirman dalam Surah al-Isra’
ayat 7 yang artinya adalah, “.... Jika kamu berbuat baik (bersrti) kamu berbuat baik
bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu
sendiri”.
Perbuatan jahat bukan hanya berakibat buruk kepada diri sendiri, tetapi
juga akan merusak keharmonisan dan kedamaian dalam masyarakat, misalnya
minum-minuman
keras. Dalam masyarakat yang sudah merajalela mabukmabukan, ketenangan masyarakat akan terganggu, karena dengan minum-minuman
keras ini, orang akan hilang akalnya, kemudian dengan tanpa disadari bisa berbuat
perbuatan jahat lainnya seperti mencuri dan berzinah.
Islam tidak melatakkan hukum dengan memencilkan manusia dan
masyarakat, bahkan sebaliknya membina kehidupan yang rukun dan damai di antara
sesamanya, kecuali di saat orang itu menjadi sumber kejahatan bagi orang lain
dalam masyarakat. Islam mewajibkan manusia untuk menyenangi hidup mulia serta
hidup dengan hasil perjuangan usaha sendiri dan bukan didasarkan kepada usaha
yang dilarang seperti mencuri, korupsi dan sebagainya.
Sudah merupakan kewajiban setiap mukmin untuk menciptakan lingkungan
yang baik. Hal ini ahrus dimulai dari diri sendiri. Jika tiap pribadi mau
memperlihatkan atau bertingkah laku mulia maka akan terciptalah masyarakat yang
aman dan bahagia. Kadang orang lalai untuk melihat diri sendiri sehingga tidak
jarang tergelincir ke lembah kehinaan yang sangat merugikan kepada dirinya dan
kepada diri orang lain. Muhd. Al-Ghazali dalam (Asmaran, 1992 : 46) menyatakan,
Di dalam diri manusia itu terdapat dua tabiat, yaitu : 1. Fitrah yang baik
yang mendorong kepada kebaikan, yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia dalam perkembangan jiwanya, sehingga jiwa merasa gembira
dapat menemukan dan melaksanakan kebaikan, karena jiwa mengetahui
kebenaran itu adalah perkembangan fitrah yang baik dalam garis hidup
yang benar. 2. Di samping fitrah yang baik, di dalam jiwa manusia ada
kecenderungan yang buruk. Jiwa merasa kecewa dengan kejahatan dan
merasa sedih dengan kelakuannya, karena kecenderungan yang buruk itu
memaksa tabiat baik manusia keluar garis yang benar.

2002 digitized by USU digital library

9

Jadi sebenarnya di samping dalam diri manusia terdapat sifat yang baik,
pada diri manusia terdapat suatu kenyataan negatif bahwa manusia itu adalah
makhluk yang lemah karena terdapat difat yang buruk. Titik kelemahan inilah
permulaan dari semua bencana yang menimpa mereka dan harus disadari
sepenuhnya oleh setiap pribadi. Kesadaran pribadi bahwa manusia mempunyai
kemungkinan untuk berbuat kesalahan dan kekeliruan, dan tidak seorangpun luput
dari kesalahan itu. Karena manusia memiliki kecenderungan berbuat jahat, maka
menjadi kewajiban baginya untuk melatih dan mendidik jiwanya untuk selalu
berbuat baik, sehingga kecenderungan baik dapat menguasai pribadi dan menjadi
tabiatnya. Dengan dasar ini manusia mudah menjalankan kebaikan dan berbudi
pekerja yang mulia.
Oleh karena itu manusia harus pandai menempatkan dirinya kepada
perbuatan baik dan ketinggian budi pekerja, agar dapat melaksanakan kewajiban
dan pekerjaan dengan baik dan sempurna, sehingga hidup akan bahagia. Sebaliknya
apabila manusia cenderung berbuat jahat, buruk prasangka kepada orang lain, maka
hal ini sebagai pertanda bahwa orang itu hidup resah sepanjang hayatnya karena
tidak ada keserasian dan keharmonisan dalam pergaulannya sesama manusia. Hal
ini juga dipertegas oleh Raja Ali Haji dalam petikan syair berikut,
Kesukaan orang anakanda cari,
Supaya hatinya janganlah lari,
Masyhurlah anakanda dalam negeri,
Sebab kelakuan bijak bestari.
(bait 6)
Patut juga mencari jasa,
Kepada raja yang itu masa,
Tetapi dengan budi dan bahasa,
Supaya negeri ramai temasya.

(bait 14)

4.5 Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan
mempunyai
dua
fungsi
pokok,
yaitu
untuk
memungkinkan manusia mengetahui sesuatu dan untuk memungkinkan manusia
berbuat sesuatu. Empat ratus tahun sebelum Masehi orang Yunani Purba, kecuali
Archimedes, hanya terterik pada fungsi yang pertama. Hasrat mereka untuk
mengetahui mamang luar biasa, tetapi mereka sama sekali tidak tertarik untuk
menerapkan ilmu pengetahuan itu. Perhatian pada kegunaan praktikal dari ilmu
pengetahuan pada mulanya datang melalui takhayul dan sihir. Orang Arab ingin
menemukan kunci dari kebijaksanaan para filosof, dari rahasia keabadian hidup, dan
bagaimana merubah logam-logam dasar menjadi emas. Dalam melakukan penelitian
untuk tujuan tersebut, mereka menemukan banyak fakta dalam pengetahuan kimia,
tetapi mereka tidak pernah sampai pada perumusan hukum-hukum umum yang
penting dan benar.
Ilmu pengetahuan terbentuk dari dorongan untuk memecahkan masalah.
Dalam pemecahan masalah ini seseorang harus terlibat dalam kesibukan atau
kegiatan seperti meneliti, termasuk mengadakan uji-coba. Meneliti adalah usaha
menemukan kebenaran ilmiah atau membuktikan kekeliruannya. Ilmu pengetahuan
adalah ciptaan yang terbentuk dari dorongan untuk mencari kebenaran melalui
pemecahan masalah. Jadi ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit
sebagai anugerah Yang Mahakuasa, tetapi sumbangan dari pemikiran manusia yang
persoalan, apakah pengetahuan itu berupa pengetahuan ilmiah maupun non ilmiah.
Karena, berupa apapun pengetahuan itu, semua mempunyai fungsi yang sama, yaitu
membantu manusia dalam kehidupannya.
Dalam agama Islam, mengenai ilmu pengetahuan ini sangat diutamakan,
karena banyak rahasia-rahasia alam yang belum terungkap. Semua ini diperlukan
pengetahuan manusia untuk menemukan jawaban-jawaban dari teka-teki alam yang

2002 digitized by USU digital library

10

belum terungkap. Itulah sebabnya Nabi Muhammad SAW banyak bersabda yang
merupakan setiap kewajiban manusia untuk menuntut ilmu, misalnya : tuntutlah
ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim,
dan tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina.
Dalam al-Quran, Allah berfirman yang artinya, “.... Allah akan meninggikan
derajat orang-orang yang beriman diantara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan” (Al-Mujadalah : 11). Jadi, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat
orang-orang yang berilmu pengetahuan. Tentu saja ilmu pengetahuan yang
mendatangkan kebaikan bagi umat manusia atau bermanfaat bagi kehidupan dan
kesejahteraan manusia. Raja Ali Haji dalam syairnya mengatakan betapa pentingnya
ilmu pengetahuan itu, hal ini dapat kita lihat seperti petikan berikut,
Itulah orang akalnya kurang,
Menyangka diri pandai seorang,
Takbur tidak membilang orang,
Dengan manusia selalu berperang
(bait 10)
Dari petikan syair di atas, kita dapat melihat gambaran seseorang yang
kurang ilmu pengetahuannya. Sehingga ia menyangka paling pandai, bersikap
takabur, dan sesama manusia senantiasa bermusuhan. Tidak ada kedamaian di
hatinya dan tidak mau menghargai jasa-jasa orang lain. Dia tidak menyadari dan
tidak tahu bahwa Allah bisa berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Allah dapat saja
mengayakan orang miskin dan memberi kepintaran pada orang yang bodoh,
demikian pula sebaliknya.
4.6. Dalam Bertindak Harus Menggunakan Akal dan Pikiran
Manusia dijadikan Allah dan diberi-Nya otak, akal, hati, dan panca indera.
Manusia tinggal mempergunakannya menurut fungsi alat tersebut. Lalu manusia
mencari rezeki, memilih rezeki yang baik atau yang buruk, berbuat dan memilih
perbuatan yang baik atau yang buruk, belajar dan memperoleh pelajaran yang baik
atau yang salah. Dengan alat atau panca indera yang Allah berikan, maka manusia
harus berpikir dan berusaha. Hasil pikiran, perasaan dan perbuatan itulah yang
mengakibatkan manusia memperoleh takdir dari Allah.
Mempergunakan akal pikiran, hati dan panca indera, berarti manusia telah
berikhtiar atau berusaha. Namun demikian Allah tidak membiarkan manusia
menggunakan akan dan pikirannya begitu saja. Allah sangat kasih dan sayang pada
hamba-Nya, karena itu diturunkan-Nya kitab suci al-Quran dan diutus-Nya Rasul
untuk membimbing manusia kepada kebaikan dan kebahagiaan.
Petunjuk-petunjuk agama inilah yang harus diturut manusia dalam
mempergunakan akal pikirannya. Apabila akal pikiran ini dipergunakan, maka akan
memperoleh takdir yang baik di dunia dan di akhirat.
Manusia dianjurkan oleh Allah untuk berusaha. Perubahan cara hidup
manusia dari jaman ke jaman jelas karena fungsi akan pikiran yang diberikan oleh
Allah kepada makhluknya yang apling istimewa. Dalam menghadapi kehidupan baik
yang merupakan rintangan dan bahaya maupun untuk kemajuan dan kebahagiaan,
manusia telah memutar otaknya untuk berpikir. Pase demi pase kehidupan manusia
berubah dan berkembang terus. Dari segala sumber alam dilakukan pengolahan
yang menghasilkan alat-alat dan konsumsi untuk kebutuhan dan kepentingan diri
mereka. Hasil hutan, laut dan tambang dicari, diselidiki dan diolah untuk digunakan
bagi kebahagiaan hidupnya.
Manusia yang telah berhasil menemukan sumber-sumber alam, teori-teori
alam, dan menciptakan penemuan-penemuan baru, alat-alat baru bagi kepentingan
manusia adalah manusia yang besar jasanya bagi umat manusia dan telah
melaksanakan fungsinya sebagai manusia yang diberikan Allah kelebihan dari
makhluk lain, yaitu akal pikiran.

2002 digitized by USU digital library

11

Orang yang menggunakan akal dan pikiran dengan baik akan memperoleh
keberhasilan dalam segala tindakannya. Orang-orang yang cerdik dan pintar tidak
mudah panik dalam menghadapi suatu masalah. Kecerdikan atau kepintaran yang
ada pada diri, dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah atau menghadapi
sesuatu persoalan dengan tenang. Allah telah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat
12 dan 13 yang artinya,
Dialah yang menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu
yang memikirkan. Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan
bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan
perintahnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tandatanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang mau berfikir.
Dari firman Allah di atas, dapat disimpulkan bahwa alam dan segala isinya
ini diciptakan-Nya adalah sebagai tanda bagi orang-orang yang mau berpikir.
Manusia disuruh berpikir untuk mengetahui dan memecahkan segala persoalan.
Melalui syair Nasehat kepada Anak, penyair mencoba menasehati pembaca
agar jangan bertindak ceroboh. Jika ada suatu masalah atau persoalan, hendaklah
dipikirkan secara matang dan harus dipertimbangkan baik buruknya. Semua harus
dinilai dengan akal sehat dan apakah itu sudah sesuai dengan ajaran Islam dan
hukum adat yang berlaku dalam lingkungan setempat. Jika bertindak dengan
perasaan, maka itu bukanlah sikap yang bijaksana, karena perasaan kadangkala
membuat seseorang melupakan kebenaran yang hakiki. Dalam syairnya Ali Haji
menegaskan,
Ke sana ke mari langgar dan rempuh,
Apa yang terkena habislah roboh,
Apa yang terjumpa latas dipelupuh,
Inlah perbuatan sangat ceroboh.
Dari kutipan syair di atas, dapat kita lihat penyair mengambil perbandingan
terhadap orang yang bertindak ceroboh. Kebenaran tidak lagi berbicara, yang
penting tujuan terlaksana walau ada pihak yang merasa dirugikan, tanpa
memikirkan orang lain. Akal dan pikiran tidak lagi digunakan, agama dan adat tidak
lagi menjadi patokan. Hal ini didukung juga oleh petikan syair berikut,
Setengah yang kurang akan dan bahasa,
Sangatlah gopoh hendak berjasa,
Syarak dan adat kurang periksa,
Seperti harimau mengejar rusa.
(bait 12)
Oleh sebab itu, sebagai manusia hendaklah selalu menggunakan akal dan
pikiran, karena pikir itu adalah pelita hati. Jika kita tidak menggunakan akal pikiran,
maka nyatalah kita sama seperti binatang. Manusia disuruh menggunakan akal dan
pikirannya agar tidak salah untuk memahami makna kebenaran yang sesungguhnya
dan kebenaran yang dibenarkan atau yang dianggap benar. Kebenaran yang
sesungguhnya adalah kebenaran yang menunjukkan adanya hubungan ide dengan
fakta.

4.7 Pengendalian Hawa Nafsu
Salah satu potensi yang diciptakan Tuhan di dalam diri manusia sehingga
dapat hidup dan hidup lebih maju, penuh kreatif dan bersemangat, yaitu nafsu.
Dengan ungkapan lain, jika manusia tidak mempunyai nafsu tidaklah ada kemajuan
dalam kehidupan manusia, karena ketiadaan nafsu ini tentu tidak akan ada

2002 digitized by USU digital library

12

kompetisi diantara manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya yang selalu
berkembang setiap saat.
Jadi sebenarnya manusia tidak boleh mematikan nafsunya, tetapi manusia
diharuskan untuk menguasai nafsunya, sehingga dapat mengendalikan agar nafsu ini
tidak sampai membawa kepada kesesatan. Menurut tabiatnya, nafsu ini
kecenderungannya adalah kepada kesenangan, lupa diri, bermalas-malasan yang
membawa kepada kesesatan. Dan nafsu selalu tidak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya. Kehidupan dunia yang didasari hawa nafsu tidak ada batasnya, dapat
satu mau dua, dapat dua mau tiga, mau empat dan seterusnya. Kadang-kadang
yang diperolehnya itu sudah berlebihan, berlimpah ruah, namun manusia belum
merasakan puas. Kepuasan ini baru berakhir setelah maut datang menimpa dirinya.
Menurut sifatnya, nafsu sering dibedakan menjadi :
1.
Nafsu Amarah
Nafsu ini adalah yang pertama kali timbul dalam diri manusia. Nafsu ini sama
dengan nafsu yang dimiliki oleh hewan, ia melahirkan bermacam-macam
keinginan yang harus dipenuhi. Nafsu ini belum mengenal batas dan
ketentuan, pendidikan dan bimbingan sehingga belum bisa membedakan
antara baik dan buruk. Nafsu ini merupakan sumber segala kejahatan.
2.
Nafsu Lawwamah
Yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan kesalahan,
tetapi setelah itu menyesal atas perbuatannya. Sayangnya. apabila dorongan
nafsu ini datang lagi, ia tidak mampu menahannya, walaupun setelah itu
menyesal lagi.
3.
Nafsu Mutma’innah
Yaitu nafsu yang benar-benar tenang, nafsu yang dapat dikendalikan oleh akal
yang sehat dan telah mendapat bimbingan dan tuntutan yang bak. Nafsu ini
ibarat kendaraan yang dapat dikuasai (Asmaran, 1992 : 140-141).
Jenis nafsu yang pertama dan kedua inilah yang harus dikendalikan.
Kebanyakan manusia sudah dirongrong dan dihalang-halangi hawa nafsu dalam
perjuangan mencapai taraf hidup yang tinggi, sehingga mereka terseret ke lembah
kehinaan. Jika telah demikian hawa nafsu merajalela dan mengganas
menjerumuskan manusia ke tempat yang hina, maka kesengsaraan yang akan
menimpa. Kalau hawa nafsu ini diperturutkan keinginannya, maka manusia tidak
akan dapat menghindarkan diri dari tabiat yang cenderung kepada keburukab yang
dapat menyesatkan orang dari jalan yang benar. Firman Allah dalam surat Shad ayat
26,
Dan jangan kamu memperturutkan hawa nafsu, hawa nafsu itu akan dapat
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat
dari jalan Allah kelak akan mendapatkan siksaan yang pedih, lantaran
mereka lalai akan adanya dari perhitungan.
Perbuatan yang senantiasa mengikuti hawa nafsu tidak akan memperhatikan
kemarahan dan ancaman Allah SWT. Yang penting baginya adalah untuk
memperoleh kemenangan sesuai dengan kehendak hawa nafsu. Semua tindakan
dilandasi hawa nafsu dan nafsu amarah, sehingga apabila mencintai atau membenci
seseorang, dan memberikan sesuatu kepada orang lain, semuanya didasari dengan
perintah hawa nafsunya. Hawa nafsu dijadikan sebagai tuhannya.
Sebenarnya nafsu manusia mempunyai kecenderungan untuk baik dan
buruk. Nafsu akan menjadi baik jika dibersihkan dari pengaruh-pengaruh jahat
dengan menanamkan ajaran-ajaran agama sejak dini untuk mengendalikan tabiat
nafsu yang jahat.
Berbagai contoh dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam masyarakat yang longgar hubungannya dengan agama. Misalnya seseorang
yang digoda oleh keinginan yang tidak terkendalikan, akan mudah terseret kepada

2002 digitized by USU digital library

13

perbuatan atau kelakukan tindakan jahat yang kemudian hari akan menjadi sumber
penyesalan yang tidak putus-putusnya, bahkan mungkin menjadi sebab dari
kesengsaraan seumur hidup.
Untuk mengendalikan hawa nafsu dan dorongan yang tidak baik, agama
Islam memperingatkan agar kita berhati-hati, jangan sampai kita tersesat dan
terdorong untuk melanggar ajaran agama. Dalam kenyataan hidup sehari-hari
kelihatan bahwa kecenderungan orang untuk mengejar kesenangan duniawi. Orangorang tidak mampu mengendalikan dirinya dalam menghadapi dorongan hawa nafsu,
akan tersesat dan sengsara hidupnya, bahkan tidak jarang menjadi sakit dan
terganggu jiwanya karena hilang pegangan. Dalam syair Raja Ali Haji sangat tegas
menasehati agar jangan diperturutkan hawa nafsu, tetapi hawa nafsu ini hendaklah
dikendalikan. Ini dapat kita lihat pada petikan syair berikut,
Nasehat ayahanda anakanda fikirkan,
Keliru syaitan anakanda jagakan,
Orang berakal anakanda hampirkan,
Orang jahat anakanda jauhkan.
(bait 7)
Inilah nasehat ayahanda tuan,
Kepada anakanda muda bangsawan,
Nafsu yang jahat anakanda lawan,
Supaya kita jangan tertawan,
(bait 17)
Oleh karena dorongan dan keinginan hawa nafsu ini banyak yang membawa
kepada bahaya dan kesusahan, maka usaha untuk mengendalikan diri dan hawa
nafsu perlu ditingkatkan. Pengendalian diri yang baik dan wajar adalah pengendalian
yang timbul dari dalam diri sendiri, bukan karena paksaan atau perintah dari luar.
Mereka yang dapat mengendalikan hawa nafsu inilah yang dikatakan Allah sebagai
penghuni surga.

2002 digitized by USU digital library

14

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu maka dapatlah ditarik
kesimpulan, sebagai berikut :
1.
Genre puisi yang berbentuk syair ini mempunyai peranan yang tersendiri dalam
perkembangan masyarakat dan pemikirannya. Fungsi syair nampak nyata
dalam bait-bait syair ataupun melalui bentuk syair itu sendiri. Syair sebagai
genre puisi telah mempunyai bentuk dan ciri yang memperlihatkan karya cipta
yang tinggi nilainya. Bentuk ini digunakan untuk menyatakan segala isi dan
maksud, perasaan dan emosi masyarakat, mencerminkan pemikiran
masyarakat, menjadi alat pengajaran dan hiburan yang dapat dilihat melalui
tema-tema yang berbagai jenisnya.
2.
Dalam kehidupan sehari-hari syair digunakan, diperluas dan diperkaya dengan
pelbagai warna dan nada sesuai dengan konteks dan suasana kehidupan
masyarakat yang menggunakannya. Tegasnya peranan syair dalam masyarakat
Melayu menunjukkan genre ini merupakan hak masyarakat, lahir dari citarasa
dan daya cipta masyarakat Melayu yang kolektif dan kreatif.
3.
Syair Nasehat kepada Anak, tergolong ke dalam syair yang berbentuk non
naratif. Syair ini membicarakan tentang nasehat seorang ayah kepada
anaknya. Penyair telah memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan
atau lingkungan masyarakat yang akan ditempuh si anak. Berbagai kata-kata
yang berbentuk nasehat, ingatan, dan pedoman, serta ibarat telah dinyatakan
dalam syair tersebut.
4.
Dalam syair Nasehat kepada Anak, kita lihat unsur diksi, keindahan atau gaya
bahasa, dan imajinasi, serta kata-kata konkrit saling berkaitan satu sama lain
untuk memberi gambaran yang menarik dan indah yang terdapat dalam syair
ini. Dalam setiap bait, pemilihan katanya melambangkan keindahan, kreatif,
dan imajinasi pengarangnya yang sesuai dengan tema dan nada syair tersebut.
Ini semua menunjukkan dan memenuhi fungsi syair sebagai media penyampai
nasehat dan sebagai alat hiburan.
5.
Selain mencerminkan masyarakat, syair juag berperan sebagai alat penyampai
nasehat dan pengajar. Ini dapat kita lihat melalui syair Nasehat kapada Anak
yang memiliki antara lain :
a.
Prinsip-prinsip dan kriteria seorang pemimpin. Adapun prinsip-prinsip dan
kriteria seorang pemimpin yang terdapat dalam syair ini adalah : memiliki
kemampuan sebagai pengawas, kecerdasan, ketegasan, percaya diri,
bertanggung jawab, memiliki rasa kemanusiaan, dan inisitaif.

2002 digitized by USU digital library

15

6.

b.
Akhlak seorang muslim.
Akhlak seorang muslim pada umumnya dapat digolongkan ke dalam dua
golongan yaitu akhlak mulai atau budi pekerti terpuji dan akhlak atau
sikap yang tercela. Untuk membentuk kepribadian seorang muslim sejati,
akhlak yang tercela ini harus dihindari.
c.
Hormat dan patuh kepada guru.
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai peranan ganda yaitu sebagai
pendidik dan sebagai pengajar. Sebagai seorang pendidik, guru berperan
mengubah sikap pekerti yang mulia, sedangkan sebagai pengajar guru
bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, berarti guru ikut
membantu kecerdasan anak didiknya. Oleh sebab itu wajiblah seorang
guru itu dihormati.
d.
Pandai menempatkan diri.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
jiwa dan ikut menentukan masa depan seseorang. Oleh sebab itu pandai
menempatkan diri dan memilih teman akan membawa kepada
kebahagiaan hidup.
e.
Ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang, dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan yang dihadapinya.
f.
Dalam bertindak harus menggunakan akal dan pikiran. Akal da