BAHAN DAN METODE PENGARUH KONSENTRASI THIDIAZURON DENGAN DAN TANPA BENZILADENIN TERHADAP PERBANYAKAN TUNAS PISANG KEPOK KUNING DAN EMBRIO PISANG RAJA BULU SECARA IN VITRO

23 diukur dengan menggunakan pH meter dan ditetapkan menjdi 5,8. Penetapan pH dilakukan dengan cara menambahkan larutan KOH 1 N jika pH larutan kurang dari 5,8 dan larutan HCl 1 N jika pH larutan lebih dari 5,8. Larutan yang telah di pH dimasak dengan 8 gl agar-agar hingga mendidih. Sebanyak 20 -25 ml media dituangkan dalam botol berukuran 250 ml kemudian ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet serta diberi label sesuai komposisi media. Media tersebut kemudian disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 o C pada tekanan 1,2 kgcm 2 selama 7 menit. Setelah sterilisasi selesai dan tekanan autoklaf turun menjadi 0 kgcm 2 , media dikeluarkan dan disimpan dalam ruang kultur. 3.1.3.3 Bahan Tanaman Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini berupa eksplan tunas apikal yang berasal dari meristem bonggol tanaman pisang. Kultivar yang digunakan adalah pisang “Kepok Kuning”. Bonggol pisang didapatkan dari Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan. Bonggol pisang yang digunakan berupa anakan pisang dengan diameter 10-20 cm. Bonggol anakan pisang diambil dengan menggunakan sabit dan cangkul yang kemudian dibawa ke lahan sekitar Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Gambar 2. Bahan ekspl pisang um meristem 3.1.3.4 Persiapan Ekspl Eksplan pisang yang t Batang semu dibuang tersisa. Bonggol yang kemiringan 45 berbe eksplan berupa 15-20 c meristematik bonggol fungisida berbahan akt menit. Eksplan selanj permukaan eksplan. a ksplan pisang Kepok Kuning yang digunakan umur ± 5 bulan sebagai sumber eksplan dan b m yang diambil. ksplan g telah berada di lahan sekitar laboratorium dipe ng beberapa lapis dengan menggunakan pisau hi ng ada diambil dengan cara menyudutkan pisau de rbentuk segi 5 dengan ujung runcing hingga di 20 cm batang semu dengan mata tunas dan jarin ol. Eksplan tersebut kemudian direndam dalam n aktif Mankozeb 2 gl dan 150 mgl asam askorb anjutnya dibawa ke dalam laboratorium untuk st n. b Bagia merist 24 n a bonggol n b bagian dipersiapkan. u hingga 2 lapis sau dengan didapatkan ringan lam larutan skorbat selama ±30 uk sterilisasi gian ristem Gambar 3. Proses pen sudut 45 3.1.3.5 Sterilisasi dan P Sebelum sterilisasi pe cm. Eksplan kemudia Setelah dicuci eksplan di eksplan. Eksplan kem mengandung 5,25 N sebanyak 5 tetes, kem dibilas dengan air ster LAFC. Eksplan yag t x 1 cm. Eeksplan yang telah b berkonsentrasi 150 m dengan desinfektan 5,25 10 menit dengan men lebih hingga bersih. S a s pengambilan eksplan pisang Kepok Kuning a p 45 dan b proses perendaman dengan larutan fun dan Penanaman Eksplan permukaan, eksplan dikecilkan kembali hingga udian dicuci dengan detergen dan dibilas di air m ksplan dimasukkan dalam botol schot hingga seban n kemudian disterilkan dengan larutan desinfektan NaOCl berkonsentrasi 50 yang ditambah Tw emudian dikocok selama 30 menit. Setelah itu ke steril sebanyak 3 kali di dalam Laminar Air Flow ag telah bersih dikecilkan kembali hingga berukur h berukuran kecil direndam dalam larutan asam 150 mgl selama 15 menit. Eksplan kemudian diste n 5,25 NaOCl berkonsentrasi 15 tanpa Twe enggunakan vakum, kemudian dibilas sebanyak 3 . Sterilisasi tersebut kemudian diulang kembali b 25 a pembentukan n fungisida. ngga ukuran 7-10 r mengalir. anyak 10 ktan yang Tween-20 tu kemudian low Cabinet rukuran 1,5 x 1,5 m askorbat sterilisasi kembali ween-20 selama ak 3 kali atau ali dan dibilas hingga bersih. Ekspla prekondisi. Satu botol ditanam dalam media Gambar 4. Proses pena eksplan da 3.1.3.5 Pengamatan Pengamatan eksplan di pengamatan pada pen 1. Rata-rata jumlah m tumbuh dari setiap ke 2. Rata-rata jumlah tuna setiap ketiak bongg 3. Jumlah propagul pe tunas aksilar. 4. Penampilan visual e pada saat 0, 4, 8, d penunjang hasil pe a ksplan yang sudah bersih kemudian ditanam dalam u botol media prekondisi berisi satu eksplan. Setel dia kemudian diberi label nama dan tanggal pen s penanaman ekslpan pisang Kepok Kuning a pe n dan b penanaman ke media prekondisi. n dilakukan sejak munculnya tunas aksilar. Ad penelitian ini adalah: h mata tunas aksilar. Mata tunas aksilar adalah t ap ketiak bonggol eksplan dengan ukuran 0,5 h tunas aksilar. Tunas aksilar adalah tunas yang ggol eksplan dengan ukuran ≥ 0,5 cm. ul per eksplan. Propagul adalah jumlah dari mata sual eksplan. Penampilan visual eksplan di dalam 0, 4, 8, dan 10 MSP. Variabel pengamatan ini diguna pengamatan variabel lainnya. b 26 lam media telah eksplan penanaman. pengecilan dapun variabel h tunas yang 0,5 cm. ng tumbuh dari ata tunas dan am kultur diamati unakan sebagai 27 3.2 Percobaan Lanjutan: Pengaruh TDZ 0,1 mgl dan TDZ 0,1 mgl + BA 2 mgl terhadap Perkembangan Nodul Embrio Somatik Pisang Kepok Kuning Percobaan menggunakan bahan tanam berupa nodul embrio somatik yang terdapat pada meristem pisang Kepok Kuning. Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat perkembangan nodul embrio somatik pada media kultur yang ditambahkan dengan TDZ 0,1 mgl maupun kombinasi TDZ 0,1 mgl dan BA 2 mgl. Nodul embrio somatik yang terdapat pada meristem pisang Kepok Kuning kemudian di potong dan ditanam pada media kultur yang baru dengan kandungan ZPT yang sama. Nodul embrio somatik yang telah dipotong kemudian diinkubasi dan diamati perkembangannya. 3.3 Percobaan II. Pengaruh Konsentrasi Thidiauron dengan dan tanpa Benziladenin terhadap Perbanyakan Embrio Somatik Pisang Raja Bulu 3.3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2015. 3.3.2 Metode Penelitian Perlakuan diterapkan pada satuan percobaan dalam rancangan acak lengkap RAL yang disusun secara faktorial 4x2. Faktor pertama adalah empat taraf konsentrasi TDZ, yaitu 0,005 mgl, 0,01 mgl, 0,05 mgl, 0,1 mgl. Faktor kedua adalah 0 mgl dan 2 mgl BA. Delapan perlakuan tersebut ditambahkan ke dalam media dasar MS Mur perlakuan diulang ena kultur. Homogenitas d selanjutnya akan dilakuk dengan uji beda nyata Perlakuan yang dicob kombinasi antara TDZ 3.3.3 Bahan Tanam Bahan tanam yang dig nodul embrio somati AAB. Kultur in vitro Gambar 5. Eksplan e bahan tana 3.3.4 Penanaman ekspl Eksplan yang berupa ku dipotong menjadi beb Murashige dan Skoog pada tahun 1962. Masing nam kali. Setiap satuan percobaan terdiri dari as data diuji dengan uji Barlet. Apabila asumsi lakukan anlisis ragam. Pemisahan nilai tengah di ata terkecil BNT dengan taraf 5. obakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi T DZ dan BA disajikan pada Tabel 1. digunakan pada penelitian ini berupa eksplan m atik yang bersal dari kultur in vitro pisang Raja tro tersebut didapatkan dari hasil penelitian Tri embrio somatik pisang Raja Bulu yang diguna anam pada percobaan II. ksplan a kumpulan nodul embrio diseragamkan ukura beberapa clump sebesar 0,5 cm. Setiap clump m 28 sing-masing ri enam botol si terpenuhi, ngah dilakukan si TDZ dan n meristem nodul aja Bulu genom riayani 2014. unakan sebagai n ukurannya dengan memiliki jumlah nodul yang berbeda. C botol berisi satu clump Gambar 6. Proses pena penyeraga 3.3.5 Pengamatan Pengamatan eksplan di variabel pengamatan p 1. Rata-rata jumlah p Embrio nodul adal 2. Penampilan visual e pada saat 0, 4, dan 8 penunjang hasil pe . Clump kemudian dimasukkan kedalam media ump berukuran 0,5 cm. s penanaman eksplan pisang Raja Bulu yaitu a pe gaman ukuran, dan c penanaman. n dilakukan sejak bertambahnya nodul embrio. A n pada penelitian ini adalah: propagul. Propagul adalah jumlah nodul embr dalah setiap butir bulatan yang masih berwarna put sual eksplan. Penampilan visual eksplan di dalam an 8 MST. Variabel pengamatan ini digunakan se pengamatan variabel lainnya. 29 dia perlakuan satu pemotongan, b o. Adapun brio dan tunas. a putih. am kultur diamati kan sebagai

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah diujikan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada kultur in vitro tanaman pisang “Kepok Kuning”, benziladenin dan interaksi benziladenin dan thidiazuron tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah propagul. Peningkatan konsentrasi thidiazuron dari 0,005-0,1 mgl mengakibatkan peningkatan jumlah propagul. Jumlah propagul tertinggi diperoleh pada konsentrasi thidiazuron 0,1 mgl. 2. Pada kultur in vitro tanaman pisang “Raja Bulu”, peningkatan konsentrasi thidiazuron dari 0,005-0,1 mgl tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah propagul. Pemberian 2 mgl benziladenin menyebabkan penurunan secara nyata jumlah propagul. Dengan pemberian thidiazuron 0,005-0,1 mgl tanpa benziladenin dihasilkan rata-rata 12,5 propagul. 3. Propagul yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa tunas, mata tunas, dan nodul embrio somatik. Pengulturan nodul embrio somatik pada media yang mengandung 0,1 mgl thidiazuron menyebabkan nodul embrio somatik memperbanyak diri dengan cepat. Dalam 3 bulan dihasilkan 433 nodulclump. 53

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui konsentrasi BA yang tepat untuk perbanyakan tunas pisang baik pada pisang Kepok Kuning maupun pada pisang Raja Bulu, serta mengetahui kombinasi antara TDZ dan BA yang tepat untuk menghasilkan tunas aksilar terbanyak. PUSTAKA ACUAN Ali, K.S., A. A. ELhasan, S. O. Ehiweris dan H. E. Maki. 2013. Embryogenesis and plantlet regeneration via immature male flower culture of banana Musa sp. cv. Grand Nain. Journal of Forest Products and Industries 2: 3. Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan di Indonesia. http:www.bps.go.idtab_subview.php?kat=3tabel=1 daftar=1id_ subyek=55notab=16. Diakses pada tanggal 15 September 2014. Cahyono, B. 2009. Pisang, usaha tani dan penanganan pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. Damayanti, F. dan Samsurianto. 2010. Konservasi in vitro plasma nutfah untuk aplikasi di bank gen. Bioprospek 7 2 : 1-6. Danial, E. 2013. Perbanyakan In Vitro Tanaman Pisang ‘Ambon Kuning’ dan ‘Raja Bulu’. Tesis. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Darvary, F. M., M. Sariah, M.P. Puad and M. Maziah. 2010. Micropropagation of Some Malaysian banana and plantain Musa sp. cultivars using male flowers. Journal of Biotechnology 9 16: 2360-2366. Dewi, I. R. 2008. Perananan dan fungsi fitohormon bagi pertumbuhan tanaman. Makalah. Universitas Padjadjaran. Bandung. George, E. F., M.A. Hall, and G. J. De Klerk. 2008. Plant Propagation by Tissue Culture. 3rd Edition. Volume 1. Spinger. Dordrecht : 205-227. Gubbuk, H. dan M. Pekmezci. 2004. In Vitro Propagation of Some New Types Musa spp.. Turk J Agri : 28 2004 : 353-361. Guo, B., B. H. Abbasi, A. Zeb, L. L. Xu, dan Y. H. Wei. 2011. Thidiazuron: A multi-dimensional plant growth regulator. African Journal of Biotechnologi Vol.10 45. Iliev, I., Gadjosova, G. Libiakova, dan S. M. Jain. 2010. Plant Micropropagation. In: Plant Cell Culture. M. R. Davey and P. Anthony Eds. John Wiley and Sons, Ltd. New Jersey. 1-20. 55 Indian Horticulture Database. 2014. Indian Hortikulture Database-2013. New Delhi. India. Ismaryati, T. 2010. Studi Multiplikasi Tunas, Perakaran, dan Aklimatisasi Pada Perbanyakan in Vitro Pisang ‘Raja Bulu’, ‘Tanduk’, dan ‘Ambon Kuning’. Tesis. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 30-56 hlm. Isnaeni, N. 2008. Pengaruh TDZ terhadap Inisiasi dan Multiplikasi Kultur in Vitro Pisang Raja Bulu Musa paradisiaca L. AAB Group. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Jatmiko, W., W. A. Widodo, Y. A. Rais dan A. Kusumawardani. 2011. Pengaruh suhu terhadap kadar glukosaterbentuk dan konstanta kecepatan reaksi pada hidrolisa kulit pisang. Jurnal Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia 3, 357-367. Kanchanapoom, K. dan K. Promsom. 2011. Micropropagation and in vitro germplasm conservation of endangered Musa balbisiana ‘Kluai Hin’ BBB group. African Journal of Biotecnologi. 11 24. Pp.6464-6469. Kasutjianingati, R. Poerwanto, N. Khumaida,dan D. Efendi. 2010. Kemampuan pecah tunas dan kemampuan berbiak mother plant pisang Rajabulu AAB dan pisang Tanduk AAB dalam medium inisiasi in vitro. Agriplus 20:39- 46. Kasutjianingati, R. Poerwanto, Widodo, N. Khumaida, dan D. Efendi. 2011. Pengaruh media induksi terhadap multiplikasi tunas dan pertumbuhan planlet pisang Rajabulu AAB dan Pisang Tanduk AAB pada berbagai media multiplikasi. Jurnal Agronomi Indonesia, 39 3: 180-187. Kumar, K. G., V. Krishna, Vankatesh and K. Pradeep. 2011. High Frequency Regeneration of Planlets from Immature Male Floral Explants of Musa paradisiac cv. Puttabale – AB Genome. Plant Tissue and Biotech 21 2 : 199-205. Lee, S. W. 2005. Thidiazuron in the improvment of banana micropropagation. Taiwan Banana Research Institute. Acta Hort 692. Lestari, E. G. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Agro Biogen 7 1: 63—68. Lisnandar, D. S., A. Fajarudin, D. Efendi, dan I. Rostika. 2015. Organogenesis bunga aksis pisang bergenom AAB dan ABB Organogenesis of floral axis of AAB and ABB group banana. J. Hort. 25 1:1-8. Nakasone, H. Y., dan R. E. Paull. 2010. Tropical Fruit. CAB Internasional London . 445 halm.