Perwujudan Good Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintah
Pemberlakuan Undang-Undang
Nomor 28
Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN
tersebut kemudian diikuti dengan empat Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaanya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 1999 tentang
Tata Cara Pemeriksaan Penyelenggara Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1999 tentang Tata Cara dan Pengangkatan serta Pemberhentian
Anggota Komisi Pemeriksa, Pemerintah Nomor 67 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Komisi
Pemeriska danPeraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah telah membawa perubahan yang sangat mendasar dalam sistem
kewenangan pemerintah. Demikian pula berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sekaligus membawa dasar perubahan dalam hak keuangan sehingga hal tersebut
membawa perubahan keseluruhan dalamaspek kesisteman di pemerintah pusat dan pemerintah daerah baik daerah provinsi maupun daerah
kabupatenkota. Otonomi juga hendak mengubah atau mereform warna government yang
bertitik tekan pada otoritas kepada governance yang betitik tekan pada interaksi diantara pemerintah public, masyarakat community, dan swasta
profit maupun sosial.Didalam kerangka pelaksaan otonomi daerah, maka haruslah disadari makna, filosofi, atau prinsip yang harus diterapkan ialah
sharing of power, distribution of income, dan empowering of regional administration. Semua ini ada didalam kerangka agar mencapai the ultimate
goal of autonomy ialah kemandirian daerah terutama kemandirian masyarakat.Ini berarti bagaimana daerah memiliki kewenangan bukan
sekedar penyerahan urusan untuk menyelenggarakan pemerintah daerah. Good governance sendiri terdapat tiga domain yang terlibat didalamnya yaitu
pemerintahan, swasta, dan masyarakat. Untuk menyelenggarakan good governance diperlukan adanya pembagian peran yang jelas dari masing-
masing domain tersebut. Apabila sebelumnya sumber-sumber kewenangan berpusat pada pemerintah sebagai institusi tertinggi yang mewakili negara,
maka secara bertahap telah dilakukan transfer kewenangan dan tanggung jawab kepada institusi di luar pemerintah pusat. Transfer kewenangan dan
tanggung jawab ini dilakukan dalam rangka desentralisasi. Pada era otonomi daerah ini, dengan bergesernya pusat-pusat kekuasaan dan
meningkatnya operasionalisasi dan berbagai kegiatan lainnya di daerah maka konsekuensi logis pergeseran tersebut harus diiringi dengan meningkatnya
good governance di daerah. Hal ini menurut Sadu Wasistiono karena adanya konsep good governance
berlaku untuk semua jenjang pemerintahan, baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah. Konsep good governance secara eksplisit maupun implisit menurut Sadu Wasistiono sudah masuk dalam Undang - Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah maupun Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.Didalam Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 antara lain:
a. Pada konsiderans butir b maupun butir c ditekankan perlunya digunakan prinsip
– prinsip demokrasi, peran serta masyarakat serta pemerataan dan keadilan.
b. Prinsip otonomi yang digunakan adalah luas, nyata dan bertanggung jawab. c. Didalam Pasal 37 ayat 2 dikemukakan perlunya bakal calon KDH
menyampaiakan visi, misi, serta rencana-rencana kebijakanya apabila terpilih sebagai KDH.
Bagitu pula dalam Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1999 dikemukakan prinsip
– prinsip good governance, antara lain; a. Pada konsiderans butir b dikemukakan perlunya peningkatan kinerja daerah
yang berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan.
b. Didalam konsiderans butir b juga dikemukakan perlunya keikutsertaan masyarakat,keterbukaan, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.
c. Didalam Pasal 27 ayat 2 dikemukakan juga bahwa informasi yang dimuat dalam sistem informasi keuangan daerah merupakan data terbuka yang
dapat diketahui masyarakat. Wasistiono, 2001
Sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah secara lebih lengkap
dan jelas memuat prinsip tentang good governance. Hal ini dapat ditemukan dengan adanya Asas Penyelenggaraan Negara dalam Pasal 20 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas;
a. Asas kepastian hukum b. Asas tertib penyelenggara negara
c. Asas kepentingan umum d. Asas keterbukaan
e. Asas proporsionalitas f. Asas profesionalitas
g. Asas akuntabilitas h. Asas efisiensi
i. Asas efektifitas. Bila kita cermati ke sembilan Asas Umum Penyelenggaraan Negara tersebut
sebagaian besar merupakan kriteria yang ada dalam good governance. Sedangkan pengertian tentang asas-asas tersebut, dalam penjelasan Pasal 20
disebutkan bahwa Asas Umum Penyelenggaraan Negara dalam ketentuan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, ditambah asas efisiensi dan asas efektivitas.
Dalam Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 diberikan pengertian Asas Umum Penyelenggraan Negara tersebut sebagai berikut;
a. Yang dimaksud dengan Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara Negara. b. Yang dimaksud dengan Asas Tertib Penyelenggaraan Negara adalah asas
yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.
c. Yang dimaksud dengan Asas Kepentingan Umum adalah yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif dan selektif. d. Yang dimaksud dengan Asas Keterbukaan adalah asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara.
e. Yang dimaksud dengan Asas Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara
Negara. f. Yang dimaksud dengan Asas Profesionalitas adalah asas yang
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Yang dimaksud dengan Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.