20
dengan manajemen pajakretribusi daerah; kedua, strategi ekstensifikasi sumber penerimaan daerah; ketiga, strategi dalam rangka peningkatan efisiensi institusi.
Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan bahwa “Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode bersangkutan”. Selain pengertian dasar tersebut, dapat ditemukan penjelasan bahwa pendapatan daerah :
a. Merupakan penerimaan uang melalui kas umum daerah; b. Tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
B. Potensi Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah, atau yang lebih dikenal melalui singkatannya: PAD, adalah “pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan
Daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan” Pasal 1 angka 18 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan pengertian sumber pendapatan daerah
dalam arti sempit. Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah dapat berupa hasil pajak dan retribusi daerah,
bagian laba pengelolaan aset daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah daerah yang sah.
21
Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang besar kepada daerah untuk menggali potensi yang dimiliki sebagai sumber pendapatan daerah untuk
membiayai pengeluaran daerah dalam rangka pelayanan publik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-
Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah menetapkan sumber-sumber penerimaan daerah meliputi:
1. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah; c. Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah yang Dipisahkan;
d. Lain-lain PAD yang Sah. 2. Transfer Pemerintah Pusat terdiri dari:
a. Bagi Hasil Pajak; b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam;
c. Dana Alokasi Umum; d. Dana Alokasi Khusus;
e. Dana Otonomi Khusus; f. Dana Penyesuaian.
3. Transfer Pemerintah Provinsi, yang terdiri dari; a. Bagi Hasil Pajak
b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam; c. Bagi Hasil Lainnya
22
4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Selanjutnya Mardiasmo dan Makhfatih 2000:8 telah pula menguraikan bahwa:
“Potensi penerimaan daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan sejumlah penerimaan tertentu. Untuk melihat potensi
sumber penerimaan
daerah dibutuhkan
pengetahuan tentang
perkembangan beberapa variabel-variabel yang dapat dikendalikan yaitu variabel-variabel ekonomi, dan yang tidak dapat dikendalikan yaitu
variabel-variabel ekonomi yang dapat mempengaruhi kekuatan sumber- sumber penerimaan daerah”.
Widayat 1994:32 menguraikan beberapa cara untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah melalui peningkatan penerimaan semua sumber Pendapatan Asli Daerah agar mendekati atau bahkan sama dengan penerimaan potensialnya.
Selanjutnya dikatakan bahwa secara umum ada dua cara untuk mengupayakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah sehingga maksimal yaitu dengan cara
intensifikasi dan ekstensifikasi. Lebih lanjut diuraikan bahwa salah satu wujud nyata dari kegiatan intensifikasi ini untuk retribusi yaitu menghitung potensi
seakurat mungkin, maka target penerimaan bisa mendekati potensinya. Cara ekstensifikasi dilakukan dengan mengadakan penggalian sumber-sumber objek
pajak ataupun dengan menjaring wajib pajak baru. Menurut Jaya 1996:5 beberapa hal yang dianggap menjadi penyebab utama
rendahnya PAD sehingga menyebabkan tingginya ketergantungan daerah terhadap pusat, adalah sebagai berikut :
1. Kurang berperannya Perusahaan Daerah sebagai Sumber Pendapatan Daerah;
23
2. Tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan, karena semua jenis pajak utama yang paling produktif baik pajak langsung maupun tidak
langsung ditarik oleh pusat; 3. Kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa
diandalkan sebagai sumber penerimaan; 4. Alasan politis di mana banyak orang khawatir apabila daerah mempunyai
sumber keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dan separatisme;
5. Kelemahan dalam pemberian subsidi Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang memberikan kewenangan yang lebih kecil kepada
Pemerintah Daerah merencanakan pembangunan di daerahnya. Dibalik tingginya ketergantungan daerah terhadap pusat dalam pelaksanaan
otonomi daerah, Widayat 1994;31 mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya penerimaan PAD antara lain adalah :
1. Banyak sumber pendapatan di kabupatenkota yang besar, tetapi digali oleh instansi yang lebih tinggi, misalnya pajak kendaraan bermotor PKB,
dan pajak bumi dan bangunan PBB; 2. Badan Usaha Milik Daerah BUMD belum banyak memberikan
keuntungan kepada Pemerintah Daerah; 3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi dan
pungutan lainnya; 4. Adanya kebocoran-kebocoran;
5. Biaya pungut yang masih tinggi; 6. Banyak Peraturan Daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan;