Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan

ANALISA KADAR KOTORAN (DIRT CONTENT) DAN KADAR
ABU (ASH CONTENT) PADA KARET REMAH SIR 20
PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, Tbk
DOLOK MELANGIR – SERBELAWAN

KARYA ILMIAH

OSBAL SUGONDO PASARIBU
052409023

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir
20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008.
USU repository © 2009


ANALISA KADAR KOTORAN (DIRT CONTENT) DAN KADAR ABU
(ASH CONTENT) PADA KARET REMAH SIR 20
PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, Tbk
DOLOK MELANGIR – SERBELAWAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

OSBAL SUGONDO PASARIBU
052409023

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir

20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008.
USU repository © 2009

iii

PERSETUJUAN

Judul

Karegori
Nama
Nomor induk
Program studi
Departemen
Fakultas

: ANALISA KADAR KOTORN (DIRT CONTENT)
DAN KADAR ABU (ASH CONTENT) PADA
KARET REMAH SIR 20
: KARYA ILMIAH

: OSBAL SUGONDO PASARIBU
: 052409023
: DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI
: KIMIA
: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

DISETUJUI di
Medan, juni 2008

Diketahui / disetujui oleh
Departemen KIMIA FMIPA USU
Ketua

Dosen Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan, MS

Drs. Firman Sebayang, MS


NIP.

NIP.

131 459 466

131 459 468

PERNYATAAN

ANALISA KADAR KOTORAN (DIRT CONTENT) DAN KADAR ABU
(ASH CONTENT) PADA KARET REMAH SIR 20
PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE ,Tbk
DOLOK MELANGIR – SERBELAWAN

KARYA ILMIAH

Saya mengaku bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya


Medan,

juni 2008

Osbal Sugondo Pasaribu
052 409 023

Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir
20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008.
USU repository © 2009

2

PENGHARGAAN

Segala puji hormat serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat dan kasih-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
sebagaimana mestinya.
Tujuan disusunnya tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaian studi pada Program Studi Diploma Tiga (D-3) Kimia Industi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Di Universitas Sumatera Utara. Adapul
judul dari tugas akhir ini adalah “Analisa Kadar Kotoran (Dirt Contnt) Dan Kadar
Abu (Ash Content) Pada Karet Remah SIR 20.”
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih yng sevesarbesrnya kepada :
1. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua jurusan Departemen Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Bapak Drs. Firman Sebayang, MS selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu penulis dan membimbing samapai penelesaian karya ilmiah
ini.
3. Seluruh Dosen dan pegawai Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak RS Pasaribu selaku pembimbing lapangan, serta staf lainnya yang tetap
membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan praktek kerja
lapangan.
5. Secara khusus buat Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa mendukung penulis
dalam doa yang tulus iklas, materi dan semangat hingga akhirya penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di kimia industi.
6. Buat Saudara dan Saudariku yang baik, Atas perhatian dan doa yang anda
berikan kepada saya, semoga keluarga kita tetap bersatu hati dan bertekun

dalam kasih persaudaraan.
7. Buat sahabat-sahabat saya, terimakasih buat kebaikan dan kerjasama selama
kuliah, khususnya dorongan semangat dan juga candau gurau, teman berbagi
tentang pengalaman hidup, semoga hasil kerja kerasmu cepat tercapai.
8. Buat seluruh teman-teman jurusan kimia industri salam kasih dan
persaudaraan bagi anda smua.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua, terimakasih.

Medan, juni 2008
Penulis

3

( Osbal Sugondo Pasaribu)
ABSTRAK

Lateks adalah cairan koloidal berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet
(havea brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks mengandung
protein (zat putih telur) yang dapat terurai akibat aktifitas bakteri. Karet remah
merupakan salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dibuat dari karet alam dan

diolah oleh industri karet remah. Dalam proses produksinya industri karet remah SIR
20 menggunakan dua jenis bahan baku yaitu bahan baku lateks dan bahan baku karet
rakyat yang bermutu rendah, yang biala diolah untuk kegunaan tertentu seperti alat
kedokteran, saarung tangan, ban yang memerlukan pengolahan khusus. Berbagai
spesifikasi mutu seperti kadar kotoran, kadar abu, dan spesifikasi yang lainya
merupakan hal yang paling penting dalam penentuan kualitas karet remah SIR 20.
untuk menghidari atau mencegah gagalnya mutu karet remah tersebut harus diketahui
fakkor yang mempengaruhi, penyebab dan cara-cara mengatasinya. Kadar kotoran
yang rendah dan kadar abu yang rendah pada karet remah SIR 20 adalah hal yang
diinginkan dalam penentuan kualitasnya. Penentuan kadar kotoran dan kadar abu
diketahui dari hasil analisa di laboratorium.

4

ANALISIS DIRT CONTENT AND ASH CONTENT
IN THE DIRECTION CRUMB RUBBER SIR 20
ABSTRACT

Lateks is a milky coloidal liquid from tree of rubber (havea brasiliensis) with the
rubber particle dispersed of water. Latex contain protein (white of egg) which capable

to pieces by bacteri actifity. Crumb rubber is one of special commodity ekspor
Indonesia. It`s product made from natural rubber and produce by industrial crum
rubber. Process productin of rum rubber SIR 20 using two kinds material, they are
latex and material rubber low quality from populance. This material wuld be
producted to many function as like medical instrument, glove, ballon, tire, with special
producting. All sorts specification of grade like dirt content, ash content, and another
specification, of grade detrmining quality rubber SIR 20. in order must be understand
influent factor, over case method. Dirt content and ash content with low in the crumb
rubber SIR 20 wonted determine of dirt content and ash content knowing with analize
in the laboratory.

5

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan
Pernyataan
Penghargaan

Abstrak
Abstract
Daftar Isi
Daftar Tabel
BAB 1 :
1.1
1.2
1.3
1.4

LATAR BELAKANG
Pendahuluan
Permasalahan
Tujuan
Manfaat

ii
iii
iv
v

vi
vii
viii
1
1
4
5
5

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Penemuan Karet
2.1.1 Perkembangan Karet Indonesia
2.1.2 Perkembangan Karet Dunia
2.2 Karet Alam Dan Sifat-Sifatnya
2.3 Prakoagulasi
2.3.1 Penyebab Terjadinya Prakoagulasi
2.3.2 Pencegahan Prokoagulasi Dan Anitikoagulasi
2.4 Penggumpalan Lateks
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lateks
2.6 Komposisi Kimia Lateks
2.7 Pengolahan Karet Alam
2.8 Jenis-Jenis Karet Alam
2.9 Pengolahan Karet Remah
2.9.1 Karet Remah Dengan Bahan Baku Lateks
2.9.2 Karet Remah Bahan Baku Gumpalan Mutu Rendah
2.9.3 Penentuan Kualitas Karet Remah
2.10 Manfaat Karet Alam

6
6
9
10
11
12
13
15
18
19
20
21
26
29
30
32
34
38

BAB 3 : METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
3.2 Prosedur Analisa Laboratorium
3.2.1 Prosedur Penentuan Kadar Kotoran (Dirt Content)
3.2.2 Prosedur Penentuan Kadar Abu (Ash Content)

39
39
39
40
40
40
41

6

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Hasil Analisa Kadar Kotoran
4.1.2. Hasil Analisa Kadar Abu
4.1.3. Perhitungan
4.2 Pembahasan

42
42
43
44
45
48

BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran

50
50
51
52
53

7

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.2
Tabel 2.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2

Standar Malaysian Rubber (SMR)
Standar Indonesia Rummer (SIR)
Hasil Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content)
Hasil Analisa Kadar Abu (Ash Content)

28
37
43
44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup
internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Perkembangan karet dan industri karet
dewasa ini luar biasa yang menyebabkan masyarakat moderen sekalipun tidak dapat
berjalan tanpa karet. Komoditi ini ditemukan oleh orang-orang eropa pada abad ke-16.
Sejak abad ke-19 industri karet mulai menggunakan cara manufaktural (lewat pabrik)
dan peralatan yang sederhana. Industri karet ini merupakan salah satu industri yang
paling rumit atau canggih dalam abad moderen dan merupakan suatu bagian dari

8

masyarakat yang sangat diperlukan. Tanpa karet, kapal, pesawat terbang, mobil, truk,
dan bis tidak dapat berjalan. Tanpa karet, pertambangan, komunikasi, dan industri
pokok kurang efektif. Karet diperoleh dari hutan yang relatif sulit dimasuki
(inaccessible) seperti di daerah sungai amazone di Amerika Selatan maupun dari
perkebunan dari timur.

Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai amazone, dan secara
tradisional diambil getahnya oleh pendudk setempat untuk digunakan dalam berbagai
keperluan, antara lain sebagai bahan untuk menyalakkan api dan bola untuk
permainan. Setelah De La Condamine mengirim contoh bahan elastis dari peru ke
pranci pada tahun 1736, maka saat itu orang eropa mulai menaruh perhatian terhadap
karet. Dalam laporannya, De La Condamine membuat deskripsi yang lengkap tentang
tumbuhan ini, disertai uraian tentang cara-cara mengambil getahnya seperti yang
dilakukan oleh penduduk pribumi. Hal penting dari laporan tersebut adalah
pandangannya tentang manfaat tumbuhan ini sebagai bahan perdagangan bagi eropa
yang mempunyai prospek yang sangat bagus.

Kemajuan memanipulasi karet dengan mudah terjadi pada awal abad ke-19
dari eksperimen-eksperimen seorang skotlandia, Charles Macintosh (1766-1843) dan
seorang inggris, Thomas Honcock (1786-1865). Namun metode tersebut kurang
sempurna dan agak primitif. Bahan cair pelarut atau solven yang dipakai, biasanya
terpentin (turpentine) atau camphene sangat mahal dan kurang sempurna. Karet yang
dilarutkan dan dioleskan tanpa bantuan peralatan atau mesin. Metode ini hampir
seprimitif metode yang dipakai oleh suku aztek sendiri.

9

Di Amerika Serikat industri karet berdiri pada akhir pengembangan industri
dan perdagangannya pada tahun 1819-1837. seorang amerka Charles Goodyear (18001860), menemukan proses vulkanisasi pada tahun 1839. vulkanisasi pada pokoknya
meliputi pencampuran sulfur dengan karet. Lalu campuran tersebut dipanaskan dan
sesudah terjadi reaksi kimia strukur dan sifat bahan diubah secara bersama-sana.
Penemuan Goodyear memungkinkan pemakaian karet dengan peralatan mesin dan
industri ban speda dan ban mobil. Maka penemuan Goodyear melepaskan karet dari
kelemahannya yang pokok dan dia mencari cara baru untuk memanfaatkan karet.
Namun penemuan Hocock lebih praktis dan memungkinkan manipulasi karet secara
mekanis.
Sistem perkebunan karet muncul pada awal abad ke-19, akan tetapi sistem
perkebunan di Asia Tenggara tidak terjadi sebelum

akhir abad ke-19, ketika

pertumbuhan permintaan menuntut perluasan sumber penawaran. Sistem ini
diperkenalkan oleh beberapa ahli tumbuh-tumbuhan dari inggris Sir Clements R.
Markham pernah menanam pohon kina yang menghasilkan quinine yang berasal dari
amerika selatan dari India.

Pada

tahun

1870

bersama

Sir

Joseph

Dalton

Hooker

berusaha

membudidayakan pohon karet. Havea brasiliensis merupakan jenis pohon karet yang
paling berhasil. Ficus elastica berkembang baik di jawa dan burma tetapi
kelemahannya adalah bahwa pohon ini makan banyak waktu antra penanaman dan
pada saat produksi mulai, juga produksinya sangat berfluktuasi. Sesudah percobaan
menanam pohon havea berhasil baik, perkembangan industri perkebunan di asia
tenggara sangat pesat.

10

Persaingan karet alam dengan karet sintetis merupakan dasar timbulnya karet
spesifikasi teknis. Keistimewaan tiap jenis mutu disertakan pula. Pengolahan karet
spesifikasi teknis dimaksudkan untuk mengubah cara-cara pengolahan yang
konvensional dengan prinsip usaha menghasilkan karet yang dapat diketahui dan
terjamin mutu teknisnya. Diberi nama karet spesifikasi teknis karena penetapan jenisjenis mutunya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Berdasarkan uji coba laboratorium,
pengepakan dalam bongkah kecil, mempunyai berat dan ukuran yang seragam, serta
ditutup dengan plastik polyethylen. warna atau penilaian visual yang menjadi dasar
penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, creepe maupun lateks pekat tidak
berlaku.
Standar Indonesia Rubber (SIR) adalah karet alam produksi Indonesia yang
dijual dalam bentuk bongkah dan mutunya dinilai secara spesifikasi teknis. Penilaian
mutu secara spesifikasi teknis didasarkan pada hasil analisa dari beberapa siarat uji
yang ditetapkan untuk uji SIR antara lain: kadar kotoran, kadar abu, kadar zat
menguap, kadar nitrogen, Plastisasi Awal (Po) dan Plasticity Retention Index (PRI).

Dengan mengetahui variabel-variabel penilaian mutu karet remah secara
spesifikasi teknis ini, penulis tertatarik untuk lebih membahas masalah ini dengn
mengambil judul : “Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) dan Kadar Abu (Ash
Content) Pada Karet Remah SIR 20.”

1.2

Permasalahan

Mutu karet jenis SIR kadang kala keluar dari spesifikasi teknis yang
ditentukan dalam skema SIR, maka perlu mengetahui faktor-faktor yang

11

menyebabkan gagalnya mutu SIR, kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan cara
mengatasinya sejak dari lateks di kebun sampai pengolahan akhir dipabrik karet
remah. Kegagalan mutu SIR yang biasa dan masih di pabrik karet (crumb rubber)
adalah kadar kotoran tinggi dan berfariasi, kadar abu tinggi, kadar nitrogen tinggi serta
nilai Po dan PRI yang rendah.

Dari penilaian mutu secara spesifikasi ini maka permasalahan yang ingin
diangkat dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: apakah kadar kotoran dan kadar abu
di dalam karet remah SIR 20 yang diproduksi oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber
Estate telah memenuhi mutu Standar Indonesia Rubber.

1.2

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah hasi praktek kerja lapangan yang
penulis lakukan di pabrik PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah:

-

Untuk menganalisa kadar kotoran dan kadar abu yang terdapat pada karet
remah SIR 20.

-

Untuk mengetahui apakah karet remah SIR 20 yang dihasilkan telah
memenuhi standar mutu yang berlaku yaitu maksimal : 0,20% untuk kadar
kotoran dan 1,00% untuk kadar abu.

1.4

Manfaat

-

Sebagai sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

-

Sebagai bahan masukan untuk pengembangan proses produksi perusahaan.

12

-

Untuk melihat secra langsung penerapan ilmu yang diperoleh di bangku
perkuliahan terhadap penentuan mutu karet remah secara spesifikasi teknis
yang berkaitan dengan proses produksi pabrik dalam skala yang besar.

BAB 2

TIJAUAN PUSTAKA

2.1

Sejarah Penemuan Karet

Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazone, dan secara
tradisional diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai
keperluan. Sejarah karet bermula ketika Christophel Columbus menemukan benua
Amerika pada 1476. Saat itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian
bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat memantul bila dijatuhkan
ketanah. Bola terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan
suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti bola.

Pada tahun 1731, para ilmuan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut.
Seorang ahli dari prancis yang bernama Fresneau melaporkan bahwa bayak tanaman
yang dapat menghasilkan lateks atau karet. Diantaranya dari jenis havea brasiliensis
yang tumbuh di hutan Amazon Brazil. Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman
penghasil utama dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil
karet utama di dunia saat ini.

Seorang ahli kimia dari Iggris pada tahun 1770 melaporkan bahwa karet
digunakan untuk menghapus tulisan dari pensil. sejak 1775, karet mulai digunakan
Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir
20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008.
USU repository © 2009

7

sebagai bahan penghapus tulisan pensil, dan jadilah karet itu di Inggris disebut dengan
nama Rubber (dari kata to rub, yang artinya menghapus), sebelumnya remah roti biasa
digunakan orang untuk menghapus tulisan pensil. Pada dasarnya, nama ilmiah yang
diberikan untuk benda yang elastis (menyerupai karet) ialah elastomer, tetapi sebutan
rubber-lah lebih populer di kalangan masyarakat awam.

Barang-barang karet yang diproduksi waktu itu selalu menjadi kaku di musim
dingin dan lengket dimusim panas, sampai seorang yang bernama Charles Goodyear
yang melakukan penelitian pada 1838 menemukan bahwa, dengan dicampurkannya
belerang dan dipanaskan maka karet tersebut menjadi elastis dan tidak terpengaruh
lagi oleh cuaca. Sebagian besar ilmuwan sepakat untuk menetapkan Charles Goodyear
sebagai penemu proses vulkanisasi. Penemuan besar proses vulkanisasi ini akhirnya
dapat disebut sebagai awal dari perkembangan industri karet.

Pada waktu pendudukan jepang di Asia Tenggara dalam perang dunia II,
persediaan karet alam di negara sekutu menjadi kritis dan diperkirakan akan habis
dalam waktu beberapa bulan. Pemerintah Amerika mendorong penelitian dan produksi
untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha
besar ini membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang sesudah
perang dunia II berakhir pada 1945.

Dalam jangka waktu 3 tahun sesudah berakhirnya perang dunia II, sepertiga
karet yang dikonsumsi oleh dunia adalah karet sintetik. Pada 1983, hampir 4 juta ton
karet alam dikonsumsi oleh dunia, sebaliknya, karet sintetik yang digunakan sudah
melebihi 8 juta ton dan terus bertambah hingga sekarang antara lain sebagai bahan
untuk menyalakan api dan bola untuk permainan. Setelah De La Condamine mengirim

8

contoh bahan elastis yang aneh dari Peru ke Pranci pada tahun 1736, maka saat itu
orang eropa mulai menaruh perhatian terhadap karet.

Dalam laporannya, De La Condamine membuat deskripsi yang lengkap
tentang tumbuhan karet, yang disertai pula uraian tentang cara-cara mengambil
getahnya seperti yang dilakukan oleh penduduk pribumi. Namun yang penting dari
laporan tersebut adalah pandangannya tentang manfaat tumbuhan ini sebagai bahan
perdagangan bagi eropa yang memmpunyai prospek yang sangat bagus.

Menurut catatan lain seorang insinyiur Prancis Frensneau yang bertugas di
ketentaraan di Cayenne Amerika Selatan, mengarang buku tentang karet yang disertai
pula gambaran lengkap uraian tentang cara-cara pengambilan getah karet. Perhatian
tentang karet bertambah meningkat setelah Priestly seorang ahli fisika/kimia inggris,
pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan
dari grafit, sehingga orang inggris menjuluki karet dengan sebutan rubber.

Penemuan yang sangat menentukan tumbuhan karet adalah ditemukannya cara
vulkanisasi oleh seorang ahli kimia amerika, Charles Goodyear, pada tahun 1839.
pada saat vulkanisasi ini karet dicampur dengan belerang pada derajat suhu tertentu,
sehingga menghasilkan sejenis produk yang lebih unggul dalam penggunaan karet
murni. Dengan perbaikan dan penyempurnaan yang terus menerus, akhirnya
menghasilkan berbagai macam bahan karet mulai dari yang lunak sampai dengan yang
keras.

9

2.1.1 Perkembagan Tanaman Karet Indonesia

Usaha perkebunan karet dimulai di daerah-daerah jajahan Negara-negara
Eropa, terutama oleh Inggris dan Belanda. Pada tahun 1876, Henry A. Wickham,
memasukkan biji karet yang berasal dari Amerika Selatan Ke Srilangka, Malaya, dan
beberapa biji ke kebun percobaan pertanian di Bogor. Kemudian terbukti, bahwa
petumbuhan karet di bogor sangat memuaskan. Tahun 1896 dari brazil ke perkebunan
tarik ngaroem dan pada tahun 1898 dari brazil melalui paris ke perkebunan pasir
otjing (semua di pulau jawa). Walaupun demikian, memerlukan waktu yang cukup
lama untuk membudidayakan tanaman karet.

Setelah tanaman karet berhasil disadap dengan berbagai cara, akhirnya
ditemukan cara penyadapan yang lebih baik dibandingkan dengan cara penyadapan
yang kasar atau liar seperti yang dikerjakan di brazil. Hal ini membuktikan bahwa
tanaman karet (havea brasiliensis) lebih baik dan lebih unggul daripada tumbuhan
getah lainnya yang pada saat ini juga menjadi sumber bahan karet. Disamping itu
akhirnya diketahui pula bahwa tanaman karet havea sebenarnya bukan tanaman rawa,
maka karet dapat diusahakan dengan baik pada berbagai jenis tanah.

Mula-mula karet berkembang pesat di Malaysia dan ciclon. Di indonesia
perkebunan besar karet baru dimulai di sumatera pada tahun 1902 dan di jawa pada
tahun 1906. Disamping berkembangnya perkebunan besar yang diusahakan oleh para
pengusaha perkebunan, berkembang pula perkebunan karet yang diusahakan oleh
rakyat/petani karet terutama di luar jawa, yang masih banyak tanah ladang yang
mudah dijadikan perkebunan karet dengan cara murah.sehingga produksinya
melampaui perkebunan besar.

10

2.1.2

Perkembangan Tanaman Karet Dunia

Dengan ditemukannya beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari
bahan baku karet, maka berkembang pula industri yang mengolah getah karet menjadi
bahan yang berguna untuk kehidupan manusia, penemuan cara pembuatan ban dan
perkembangan pabrik kendaraan, maka permintaan karet terus meningkat dan
perkebunan-perkebunan karet terus berkembang pesat terutama di Indonesia, Malaysia
dan srilangka. Dari produksi karet alam, 46% digunakan untuk pembuatan ban
selainnya untuk pembuatan karet busa, sepatu dan beribu-ribu jenis barang lainnya.

Dengan ditemukannya getah karet dari pohon yang tumbuh liar di Benua
Amerika Selatan, para ilmuan mempublikasikan penemuan Michele de cuneo. Saat
publikasi bersamaan dengan diperkenalkannya permainan bola yang dipantulkan yang
merupakan permainan tradisional bangsa Indian Aztek. Permainan ini selanjutnya
berkembang menjadi permainan tenis seperti yang dikenal sekarang. Para ilmuan
berminat menyelidiki kandungan yang terdapat di dalam bahan tersebut agar dapat
digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia sehari-hari.
Dengan peralatan dan pengetahuan yang masih terbatas, ilmuan di jaman dahulu
memisahkan karet menjadi tiga unsur. Unsur tersebut adalah susu, lilin, bahan ringan
dan bening.

Ekspedisi Peru banyak memberikan tambahan pengetahuan tentang karet.
Dengna bantuan penduduk asli, tim ekpedisi peru menelusuri daerah tempat
bertumbuhnya tanaman karet. Mereka menjumpai tanaman karet yang biasa diambil
getahnya tanpa harus melakukan penebangan pohon terlebih dahulu seperti yng biasa
dilakukan sebelumnya.

11

Cara baru yang dilakukan ini adalah dengan melukai kulit batang tanaman.
Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanaman havea. Hasil
laporan ekpedisi peru ditulis oleh Freshneau tahun 1749 dengan menyebut nama
tersebut dan juga menyertakan gambar tanaman tersebut. Dua tahun kemudian De La
Condamine membuat usulan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai
tanaman karet.

Setelah tahun 1839 dicapailah babak baru yang membuat karet sampai menjadi
primadona daerah perkebunan yang terletak di daerah tropis. Pada tahun itu Charles
Goodyear menemukan cara vulkanisasi karet. Goodyear mencampur karet dengan
belerang dan kemudian dipanaskan pada suhu 120-130 0C. dengan cara vulkanisasi ini
semakin banyak sifat karet dapat diketahui dan di manfaatkan.

Berawal dari penemuan Charles Goodyear. Karet mulai banyak dicari orang
untuk dibuat aneka barang keperluan. Cara vulkanisasi memungkinkan orang untuk
mengolah karet menjadi ban. Sedangkan yang memiliki ide atau pencetus gagasan
dibuatnya ban adalah Dunlop pada tahun 1888 dan kemudian dikembangkan oleh
Goldrich. Pada hari berikutnya setelah orang berhasil menciptakan mobil pada tahun
1895 permintaan akan karet semakin meningkat.

2.2

Karet Alam dan Sifat-Sifat Karet

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyuai susunan kimia yang
berbeda dan memungkinkan untuk di ubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis
(rubberines) Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya,kekuatan
tensil, daya ulur maksimum, daya lentur (resilience) dan terutama pada proses

12

pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi. Kualitas dan produksi hasil karet
alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk karet buatan
manusia.

Karet alam mempuyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil, dan dapat
dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap benturan, goresan dan
koyakan sangat baik. Namun karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor
lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang
rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut
lemak (degreaser), pelarut, pelumas sintetis, dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan
daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan
kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah serta produksi teknis lain yang
memerlukan daya tahan yang sangat tinggi.

2.3

Prakoagulasi

Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lump
atau gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini sering terjadi di
areal perkebunan karena karet sebelum sampai ke pabrik atau tempat pengolahan.
Hasil sadapan yang mengalami prokoaulasi hanya dapat diolah menjadi karet yang
bukan jenis baku dan kualitasnya pun rendah. Prakoagulasi terjadi karena kemantapan
bagian koloidal yang terkandung di dalam lateks berkurang. Bagian-bagian koloidal
kemudian mengumpal menjadi satu membentuk komponen yang berukuran lebih
besar. Komponen-komponen yang lebih besar akan membeku dan menyebabkan
terjadinya prakoagulasi.

13

Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan
bahan bahan kimia yang terkandung di dalalmnya. Bagian- bagian tersebut
sepenuhnya tidak larut sepenuhnya, melainkan terpecah secara homogen atau merata
di dalam air. Partikel partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga
dapat menembus saringan.

Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen yang
pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang
terkandung secara merata yang basa disebut serum. Bahan- bahan bukan karet yang
larut dalam air, seperti protein garam garam mineral, enzim dan yang lain termasuk
kedalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan,
komponen ini terdiri dari butiran-buturan karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.

2.3.1 Penyebab Terjadinya Prakoagulasi

Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi, bukan hanya
penyebab dari dalam, seperti jenis karet yang ditanam atau enzim saja, melainkan juga
hal dari luar seperti keadaan cuaca dan sitem pengangkutan yang seolah tidak
berhubungan. Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut:

1. Jenis Karet Yang Ditanam
Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda
beda pula, otomatis kestabilan atau kemantapan koloidalnya berbeda. Kadar
kestabilan koloidal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap faktor lain yang juga
mampu menyebabkan terjadinya prakoagulasi.

14

2. Enzim-Enzim
Enzim dikenal sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya
suatu reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah yang kecil. Cara kerjanya adalah
dengan mengubah suasana protein yang melapisi bahan-bahan karet. Akibatnya
kemantapan lateks berkurang dan terjadilah prakoagulasi. Biasanya enzim mulai aktif
setelah lateks keluar dari batang karet yang disadap.

3. Mikroorganisme Atau Jasad Renik
Mikroorganisme terdapat di udara, pepohonan, tanah, air, atau penempel pada
alat-alat yang digunakan.pohon yang baru disadap mudah sekali terinfeksi oleh jasad
renik. Apabila mikroorganisme masuk ke dalam getah yang baru disadap dan
melakukan aktifitaas hidup di dalamnya, akan terjadi reaksi dengan senyawa-senyawa
yang terkandung di dalam lateks. Akibatnya, timbul senyawa baru seperti asam dan
sejenisnya.

4. Faktor Cuaca Atau Musim
Pada saat karet menggugurkan daunnya (musim gugur daun) prakoagulasi
terjadi lebih sering, begitu juga pada saat musim hujan. Lateks yang baru disadap juga
mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan
koloidalnya rusak oleh panas yang terjadi.

5. Kondisi Tanaman
Tanaman karet yang sedang sakit, masih muda atau telah tua bisa
mempengaruhi prakoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan
menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudah menggumpal. Tanaman karet yang
sudah tua dan sakit menghasilkan lateks yang sudah membeku diatas bidang sadap.

15

6. Air Sadah
Air sadah atau hard water adalah air yang memiliki reaksi kimia, biasanya
bereaksi asam. Apabila air ini tercampur kedalam lateks, maka prakoagulasi akan
terjadi dengan cepat.

7. Cara Pengangkutan
Sarana transportasi, baik jalan atau kendaraan, yang buruk akan menambahkan
frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncangguncang menyebabkan lateks yang diangkut terkocok-kocok secara kuat sehingga
merusak kestabilan koloidal. Jarak yang jauh menyebabkan lateks baru tiba di tempat
pengolahan pada siang hari dan sempat terkena sinar matahari di perjalanan juga dapat
menyebabkan prakoagulasi.

8. Kotoran Atau Bahan-Bahan Lain Yang Tercampur
Prakoagulasi sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan lain yang
mengandung kapur atau asam. Air yang kotor juga berpengaruh yang sama.

2.3.2 Pencegahan Prakoagulasi Dan Zat Antikoagulasi

Prakoagulasi dapat dicegah atau dikurangi dengan menambahkan zat-zat
tertentu yang lazim disebut antikoagulan. Namun, sebelum meggunakan antikoagulan
perlu diketahui penyebab terjadinya prakoagulasi. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk
mengetahuinya. Apabila parakoagulasi disebabkan penyakit fisiologis, maka tindakan
kultur teknis perlu dialakukan terhadap tanaman karet yang telah menderita. Begitu
juga apabila penyebab prokoagulasi adalah masa penyadapan yang belum waktunya
atau tanaman karet sudah tua.

16

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan unntuk mencegah terjadinya
prakoagulasi adalah sebagai berikut:

a. Menjaga

kebersihan

alat-alat

yang

digunakan

dalam

penyadapan,

penampungan lateks, ember dan lainnya harus dibersihkan terlebih dahulu
sebelum digunakan. Selama pengangkutan dari kebun ke pabrik pengolahan,
lateks dijaga agar tidak mengalami banyak goncangan.

b. Mencegah pengenceran latek dari kebun dengan air kotor, misalnya air sungai,
air saluran maupun air got.

c. Memulai penyadapan di pagi hari sebelum matahari terbit untuk membantu
agar lateks dapat sampai ke pabrik atau tempat pengolahan sebelum udara
menjadi panas. Keuntungan lain dari penyadapan sebelum matahari terbit
adalah mempertinggi jumlah lateks yang dapat dihasilkan oleh pohon karet.

Apabila langkah-langkah pencegahan diatas sudah dilakukan dan hasilnya
belum seperti yang diinginkan, maka zat antikoagulan dapat ditambahkan. Zat anti
koagulan harus dipilih yang paling tepat dan disesuaikan dengan kondisi lokal, harga,
kadar zat tersebut, dan yang terpenting adalah kemampuan zat tersebut dalam
mencegah prakoagulasi. Contoh dari beberapa antikoagulan yang banyak dipakai di
perusahaan atau tempat-tempat pengolahan karet adalah:

1. Soda Atau Natrium Carbonat
Dibanding dengan zat antikoagulan yang lain, harga soda atau natrium
karbonat lebih murah. Karena itu, soda banyak dipakai di pabrik-pabrik pengolahan
yang sederhana. Akan tetapi zat itu tidak dianjurkan digunakan pada pabrik yang akan

17

mengolah lateks menjadi ribbed smoked sheet karena sheet kering yang akan
dihasilkan akan bergelembung/bubles. Tetapi jika

tidak ada lagi zat lain yang

dipergunakan bahan ini masih dianjurkan dengan pemakaian jumlah soda yang tidak
terlalu banyak. Pemakaian soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi crepe.
Dosis soda yang akan digunakan adalah 5-10 ml larutan soda tanpa air kristal (soda
ash) 10% setiap liter lateks. Berarti, dalam 5-10 ml larutan soda tersebut terdapat 0,5-1
gr soda ash.

2. Ammonia
Ammonia merupakan antikoagulan yang banyak digunakan. Dosis ammonia
yang digunakan untuk mencegah terjadinya prakoagualsi, adalah 5-10 ml larutan
ammonia 2,5% untuk setiap liter lateks. Misalkan kadar ammonia yang digunakan
berkadar 20%, maka jumlah ammonia ayng duibutuhkan adalah 0,6-1,2 ml. bila
dengan dosis seperti ini parakoagulasi belum bisa dicegah, maka dosisnya dapat
dinaikkan dua kali lipat atau menggunakan larutan ammonia yng berkadar 5%.

3. Natrium Sulfit
Bahan ini tidak tahan lama disimpan. Apabila ingin digunakan maka harus
dibuat terlebih dahulu, dalam jangka sehari saja akan terokisdasi oleh udara menjadi
natrium sulfat. Bila sudah teroksidasi maka sifatnya sebagai antiprakoagulasi menjadi
lenyap. Selain sebagai anti koagulan, natrium sulfat juga bisa memperpanjang waktu
pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan
berkadar 10% untuk setiap liter lateks. Untuk membuat larutan seperti itu dibutuhkan
larutan natrium sulfit tanpa air kristal sebanyak 0,5-1 gram.

18

Pabrik atau pengolahan karet yang membuat jenis karet ribbed smoked sheet
rata-rata menggunakan amonia dan natrium sulfat sebagai antikoagulan. Untuk
membuat karet jenis crepe, antikoagulum yang biasa digunakan adalah soda atau
natrium sulfit. Untuk mendapatkan dosis antikoagulum yang paling tapat dapat dicoba
dengan dosis yang lebih rendah terlebih dahulu. Apabila tidak mencukupi, maka dosis
dinaikkan sedikit demi sedikit. Zat antikoagulan harus diberikan secepat mungkin
setelah lateks disadap karena apabila gejala prakoagulasi telah nampak jelas, maka
lateks yang akan dihasilkan kurang baik.

2.4

Penggumpalan Lateks

Penggumpalan lateks dilakukan 3-4 jam setelah dilakukan penyadapan. lateks
dari mangkok dituangkan kedalam ember pengumpul dengan menggunakan spatel.
Bila lateks dalam ember pengumpul telah penuh kemudian dipindahkan ke dalam
ember pengumpul, dan selanjutnya dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) atau
langsung ke pabrik.

Selain hasil yang berupa lateks, dari kebun produksi diperoleh pula beberapa
bahan bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan
tersebut dapat berupa:

1. Skrep (Scrap)
Scrap adalah bekuan lateks pada irisan atau alur sadapan. Screp berbentuk pits
panjang yang dapat diambil dari alur sadapan sesaat sebelum penyadapan dilakukan.
Scep ini digunakan segai bahan baku pembuatan brown crepe.

19

2. Lump Tanah
Lump tanah atau karet tanah adalah lateks yang membeku pada tanah di sekitar
pangkal batang di bawah irisan sadapan. Lump tanah diperoleh terutama pada
penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang. Pengmpulan lump tanah
dilakukan dua kali dalam seminggu, dan lebih baik bila dilaksanakan pada tiap kali
penyadapan untuk menjaga jangan sampai diperoleh hasil karet yang berasal dari
bahan baku lump yang mutunya sangat rendah.

3. Lump Mangkok
Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok. Lump mangkok
diperoleh pada penyadapan yang pada mangkoknya diberikan tetap berada pada
pohon. Pengumpalan pada lump mangkok dilakukan setelah selesai penyadapan hari
itu juga, sambil menunggu saat pengumpulan lateks. Lump mangkok yang diperoleh
derngan cara ini adalah lump yang besrih yang bila diolah menjadi krep dapat menjadi
krep mutu I, atau bila diolah menjadi karet remah dapat menjadi SIR 10.

2.5

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lateks

Lateks adalah suatu caiaran putih yang menyerupai susu yang mengandung 2535 butiran karet yang dikelilingi lapisan protein dan pospolipid. Sifat mekanik dari
perilaku muatan partikel karet, secara alami sangat dipengaruhi oleh zat-zat lain yang
semula sudah ada pada lateks. Kandungan zat yang bukan karet yang terdapat pada
lateks, selalu berubah konsentrasinya. Zat-zat yang bukan karet ini terdiri dari
senyawa-senyawa protein, lipid, karbohidrat, anion organik dan ion bukan logam.

20

Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas karet yang
baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah:

a) Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain)
b) Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi, musim kemarau
keadaan lateks tidak stabil).
c) Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik
terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).
d) Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
e) Kualitas air dalam pengolahan.
f) Bahan bahan kimia yang digunakan.
g) Komposisi lateks.

2.6

Komposisi Kimia Lateks

Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kuningan yang
diperoleh dengan cara penyadapan pada kulit tanaman karet (havea barasiliensis)
Secara umum, latek didefinisikan sebagai cairan yang keluar dari pembuluh lateks,
laeteks juga didefinisikan sebagai sistim koloid, dimana partikel partikel dilapisi oleh
perotein dan pospolipida yang didispersi didalam serum. Protein yang berada di
lapisan luar memberikan muatan positif kepada partikel karet pada pH netral. sistiem
koloidal ini akan hilang kemantapannya pada titik isoelektrik-nya dan partikel karet
akan menggumpal.

21

Partikel karet murni (isoprena) tersuspensi dalam serum lateks dan bergabung
membentuk ranti panjang yang disebut poliisoopren seperti berikut:

H3C

H

H3C

C=C
H2C

H

H3C

C=C
CH2

H2C

H
C=C

CH2

H2C

CH2

Rumus molekul poliisoprena

2.7

Pengolahan Karet Alam

Ada beberapa alat yang digunakan dalam pengolahan karet alam, dan alat alat
ini tidak semuanya dingunakan dalam pengolahan setiap jenis karet. Ada alat-alat
yang digunakan untuk pembuataan jenis karet tertentu saja. Selain alat, juga banyak
bahan-bahan yang digunakan dalam pengolahan karet alam.

1. Mesin penggiling
Dalam pengolahan karet jenis sheet dan creepe biasanya digunakan mesin
penggilingan. Dalam kalangan pengolah karet sheet mesin ini disebut sebagai baterai
sheet. Kapasitas setiap baterai sheet berbeda dan tergantung pada ketebalan sheet yang
akan dibuat. Mesin-mesin ini ada yang semi otomatis dan ada juga yang seluruhnya
otomatis. Mesin penggiling otomatis lebih melancarkan pekerjaan penggilingan,
namun karena faktor harga perkebunan-perkebunan kecil serta petani karet yang
mengerjakan sendiri pengolahan lateksnya menggunakan mesin yang digerakkan oleh
tangan.

22

2. Tangki Atau Bejana Koagulasi
Tangki yang banyak dipakai dibuat dari bahan aluminium. Ukuran tangki yang
digunakan biasanya (10 x 3 x 16) kaki. Tangki yang berukuran besar ini kemudian
disekat lagi menjadi 76 atau 91 ruang yang lebih kecil, dengan menggunakan pelat–
pelat aluminium. Pada tempat pengolahan karet yang hanya sedikit kapasitas
produksinya, fungsi bejana atau tangki digantikan oleh loyang-loyang yang
mempunyai kapasitas olah antara 10-15 liter lateks.

3. Rumah Pengeringan
Pada pembuatan karet creepe, rumah pengeringan mutlak diperlukan. Rumah
pengeringan menggunakan pemanas untuk mempercepat

pengeringan. Cara

pemanasan yang paling banyak dipakai adalah thermosifon atau pemanasan dengan air
panas serta menggunakan uap air berteknan rendah. Bila tanpa pemanasan, waktu
yang diperlukan untuk mengeringgkan creepe antara 2-4 minggu. Sedangakan dengan
menggunakan pemanasan waktunya bisa dipersingkat menjadi 5-7 hari. Dinding
pegeringan dibuat dari batu atau kayu , atap dan dinding harus rapat agar tidak ada
udara dari luar yang merembes masuk.

4. Rumah Pengasapan
Rumah pengasapan digunakan dalam pembuatan karet sheet. Siarat rumah
pengasapan yang baik adalah: suhu dalam harus dapat dipertahankan sehingga
prakktis tidak berubah, ventilasi dari ruangan diatur sesuai dengan kebutuhan serta
penambahn asap dan pemanasan dapat terjamin. Selain alat-alat yang disebutkan
diatas, masih ada beberapa alat yng biasa digunakan dalam peengolahan karet, seperti
alat penyaring, pemotong, meja sortasi, pengepres, dan pengepak.

23

5. Kayu Bakar Untuk Rumah Pengasapan
Ada beberapa pohon yang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar
ruang pengasapan. Pohon tersebut antara lain pohon karet, akasia, lomtorogung, dan
glisiridia. Kayu yang panjang dibelah dan dipotong potong yang memiliki ukuran
panjang 30 cm.

6. Air
Semakin tinggi kapasitas olah suatu pabrik, semakin besar jumlah air yang
diperlukan. Air diperlukan untuk pengenceran lateks, pembuatan larutan kimia,
pencucian hasil, pencuian alat, dan mendinginkan mesin. Air yang digunakan dalam
pengolahan harus memenuhi syarat; jernih, tidak berbau, bereaksi normal dan tidak
mengandung logam logam kimia seperti besi, tembaga dan bikarbonat. Asalkan
memenuhi syarat ini maka air dari sumber manapun dapat dimanfaatkan.

7. Bahan-Bahan Kimia
Pengolahan karet banyak sekali digunakan bahan-bahan kimia. Sesuai dengan
proses yang dibantunya bahan itu ada yang berfungsi sebagai bahan pembeku,
pengelantang, vulkanissi, pencepat reaksi, penggiat, antioksidan dan antiozonan,
pengisi pelunak, pewarna, pencegah pravulkanisasi, dan bahan pewangi.

a) Bahan Pembeku
Untuk proses pembekuan lateks ada beberapa macam jenis bahan kimia yang
dapat digunakan. Biasanya adalah jenis asam, seperti asam format atau asam semut
dan asam asetat atau asam cuka.

24

b) Bahan Pengelantang
Bahan ini digunakan untuk menndapatkan warna yang diinginkan dari karet.
Biasanya warna lateks agak kekuningan sampai kuning. Bahan pengelantang seperti
RPA-3 dapat menguranginya hingga sesuai dengan yang diinginkan pasar.

c) Bahan Vulkanisasi
Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar komponen kretet
cepat matang, yang biasa digunakn dalam proses ini adalah belerang. Selain
vulkanisasi karet alam, belerang juga digunakan dakam vulkanisasi karet sintetis.
Selain belerang, bahan-bahan seperti dammar fenolik, peroksida organic, radiasi sinar
gamma, serta uretan juga dapat digunakan.

d) Bahan Pencepat Reaksi
Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat, dalam dunia industri
hal ini kurang efesien karena menambah lama waktu produksi yang secra langsung
juga menambah biaya. Berdasarkan jenisnya ada berapa macam jenis bahan pencepat
reeaksi. Dari golongan thiozol contohnya MBT dan MBBTS. Dari golongan guanidine
contohnya DPG dan DOTG. Dari golongan sulfenamida contohnya CBS, dan
santocure NS. Satu atau beberapa kombinasi bahan pencepat tersebut bisa dipilih
untuk digunakan.

e) Bahan Penggiat
Fungsi bahan penggiat adalah menambah cepat kerja bahan pencepat reaksi.
Jadi, meskipun bahan ini tidak termsasuk bahan vital, tetapi cukup menentukan dalam
pengolahan karet. Seng oksida dan asam stearat adalah contoh bahan penggiat yang
paling banyak dipakai.

25

f) Bahan Antioksidan Dan Antiozonan
Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh
oksigen maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan
terhadap pengaruh ion–ion tembaga, mangan, dan besi. Selain itu juga mampu
melindungi terhadap suhu tinggi, retak–retak dan lentur. Golongan antioksidan difenil
amina contohnya nonox OD, golongan kondensat aldehid amina contohnya agerite
resin. Dari golongan venil sulvida contohnya santowhite crystals. Adapun antiozonan
yang paling banyak digunakan adalah turunan parafenilen diamina seperti santo flex
13, nonox DPPD, dan UOP 88.

g) Bahan Pelunak
Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian
bentuk. Karet yang diberi bahan pelunak bisa menjadi empuk. Penambahan bahan
pengisi yang cukup banyak perlu diimbangi dengan penambahan bahan ini. Bahan
pelunak yang banyak digunakan antara lain minak naftenik, minyak nabati, minyak
aromatik, terpinus, lilin paraffin, faktis, damar, dan bitumen.

h) Bahan Pengisi
Bahan pengisi yang tidak aktif hanya menambah kekerasan dan kekakuan pada
karet yang dihasilkan tetapi kekuatan dan sifat lainnya menurun. Bahan yang tidak
aktif lebih banyak digunakan karena harga bahan ini murah contohnya kaolin, tanah
liat, kalsium karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat dan barit. Bahan pengisi
aktif atau penguat contohnya karbon hitam, silika, aluminium silikat, dan magnesium
silikat. Bahan ini mampu menambah kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikisan,
serta tegangan putus yang tinggi pada karet yang dihasilkan.

26

i) Bahan Pewarna
Jenis karet tertentu membutuhkan warna dalam pengolahannya. Untuk
keperluan inilah bahan pewarna diberikan.

j) Bahan Peniup
Fungsi bahan ini membentuk pori halus yang menyebabkan karet menjadi
ringan dan empuk. Bahn peniup ini terutama digunakan pada pembuatan karet
mikroseluler, contohnya porafor BSH dan vucacel BN.

k) Bahan Pencegah Pravulkanisasi
Fungsi bahan ini mencegah terjadinya pravulkanisasi yang tidak diinginkan
pada bagian ekstruder mesin acuan injeksi. Biasanya bahan ini ditambahkan pada
komponen karet

tertentu, misalnya komponen karet

untuk acuan injeksi.

Contohnyaadalah santogard PVI dan vulcalent A.

l) Bahan Pewangi
Bau karet yang khas serta bau bahan kimia yang tidak enak dapat dihilangkan
dengan menambahkan bahan pewangi. Walaupun tidak semua jenis karet
menggunakan bahan pewangi, tetapi ada beberapa jenis karet yang menggunakannya.
Contoh bahan pewangi yang digunakan adalah rodo 10.

2.8.

Jenis - Jenis Karet Alam

Karet alam yang dikenal

adalah bahan olahan karet yang setengah jadi

ataupun sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang

27

sudah jadi. Namun disini yang dibahas lebih terperinci adalah karet remah atau karet
spesifikasi teknis, Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah:

-

Bahan olah karet ( lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar).

-

Karet konvensional ( ribbed smoked seet, hhite crepes, dan pale crepe, estate
brown creepe, compo crepe, thin brawn crepe remills, pure smoke blanked
crepe, dan of crepe),

-

Lateks pekat,

-

Karet remah atau crumb rubber,

-

Karet siap olah atau tire rubber, dan

-

Karet reklim atau reclaimed rubber

Karet cetakan diperkenalkan oleh Malaysia pada pertengahan tahun 1960-an.
Mutu karet cetakan tersebut ditentukan oleh ujicoba secara teknis yng lebih teliti.
Contoh yang dibuat oleh Malaysia diikuti oleh Negara-negara lain yaitu: Singapuru,
Indonesia, dan baru baru ini sri langka, muangthai, Liberia, Nigeria, pantai gading,
dan kamerun.

Menurut skema standar karet Malaysia (SMR), ada empat tingkat dasar karet
cetak, yaitu SMR5, SMR10, SMR20, dan SMR50. Untuk setiap tingkatan kadar
kotoran , kadar abu, kadar uap, kadar nitrogen, tingkat kekennyalan, dan warna
dikususkan secara teliti. Besarnya angka menunjukkan persentase kadar kotoran
maksimum yang dapat diperbolehkan dan semua sifat khusus tersebut diperkenalkan
untuk memberikan cara pengolahan yang lebih seragam.

28

Tabel 2. Standard Malaysian Rubber

Spesifikasi

SMR
5L

SMR 5

SMR
10

SMR
20

SMR
50

Kadar kotoran maksimum

0,55 % 0,05 % 0,20 % 0,20 % 0,50 %

Kadar abu maksimum

0,60 % 0,60 % 0,75 % 1,00 % 1,50 %

Kadar nitrogen maksimum

0,65 % 0,65 % 0,65 % 0,65 % 0,65 %

Kadar zat atsiri maksimum

1,00 % 1,00 % 1,00 % 1,00 % 1,00 %

PRI maksimum

60

60

50

40

30

Plastisitas wallance minimum

30

30

30

30

30

Hijau
muda

Hijau
muda

coklat

merah

kuning

jernih

jernih

jernih

jernih

jernih

Kode warna
Warna bungkus plastic

Spesifikasi karet yang bermutu tinggi mencakup tambahan pengasapan pada
karet tersebut sehingga lebih berguna bagi pemakaiannya. Akhirnya skena trsebut
memperkenalkan suatu tingkatan-tingkatan terbaru dari SMR, yaitu karet serbaguna
atau karet GD. Tingkatan ini akan mengkhususkan bahan-bahan mentah ternasuk
lateks, karet lembaan, field coagulum (lump) dengan kadar kotoran yang rendah,
tingkat kekentalan mooney yang terkontrol dan ciri-ciri vulkanisasi yang nyata.
Skema SMR juga mengkhususkan ukuran karet cetkan teersebut dan pengemasannya.

Mengikuti jejak Malaysia, sekarang Negara-negara lain juga menggunakan
skema patokan dan skema pengawasan mutu. Sesuah skema SMR, skema tersebut
berikutnya adalah standar karet Indonesia (SIR), diikuti oleh Specified Singapore
Rubber, dan thai technical rubber. Sebagai tumbuhan pada tingkat dasar dan tingkat
khusu dari karet yang secara teknis telah dispesifikasi tersebut.

29

2.9

Pengolahan Karet Remah

Karet remah atau crumb rubber adalah produk karet alam yang relatif baru.
Dalam perdagangan dikenal dengan sebuah karet spesifikasi teknis, karena penentuan
kaualits atau penjenisannya dilaksanakan secara teknis dengan analisa yang teliti di
laboratorium dan dengan menggunakan perlengkapan analisis yang mutakhir.

Pada intinya pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk mengubah
cara pengolahan yang konvensional. Prinsipnya adalah usaha untuk menghasilkan
karet yang dapat diketahui dan terjamin mutu teknisnya, disajikan sertifikasi uji coba
laboratorium, pengepakan dan bongkah yang kecil, mempunyai berat dan ukuran yang
seragam, dan ditutup dengan lembaran plastic polietilen. Persaingan karet alam dan
karet sintetis yang merupakan dasar timbulnya jenis karet ini. Keterangan sifat teknis
karet serta keistimewaan tiap jenis disertakan pula. Beberapa pihak pengolahan karet
alam akhirnya mengupayakan perbaikan mutu karet alam dengan membuat bahan
karet yang sudah diketahui sifat-sifat teknisnya.

Dengan pengolahan karet remah diperoleh beberapa keuntungan yaitu proses
pengolahannya lebih cepat, produk lebih bersih dan lebih seragam, dan penyajiannya
lebih menarik. Karet

spesifikasi

teknis

diperdaganggkan dengan spesifikasi

adalah

mutu

jenis

teknis

produk

dengan

karet

yang

bermacam-macam

karakteristik antara lain: SIR 5CV, SIR 5LV, SIR 5L, SIR 10, SIR 20, dan SIR 50,
juga yang diperdagangkan dengan karet bongkah berukuran 28 x 14 x 6,5 inci3 atau
70cm x 35cm x 16,25cm dengan bobot 33,3kg, 34kg dan 35kg per bangkoh,
terbungkus rapi denga