Pengaruh Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Kayu
PENG
GARUH JUMLAH
H MATA TUNAS STEK TE
ERHADA
AP
PERTUM
MBUHAN
N DAN PR
RODUKS
SI UBI KA
AYU
(Maniihot esculeenta Cranttz)
IM
MA FAJA
AR AYU
A24070
0115
EPARTEM
MEN AGR
RONOMII DAN HO
ORTIKU
ULTURA
DE
FAKU
ULTAS PE
ERTANIA
AN
IN
NSTITUT
T PERTA
ANIAN BO
OGOR
2012
2
PENGARUH JUMLAH MATA TUNAS STEK TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI KAYU
(Manihot esculenta Crant)
( The Number of Nodes Effect of on Growth and Production of Cassava )
Ima Fajar Ayu1, Munif Ghulamahdi2, Suwarto2
1
2
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
Abstract
This research was conducted to determine effected the number of
nodes and of variety on the growth and production varieties of cassava.
The research was carried out on January until July 2011 held at the
Garden
Experiments
Cikabayan,
Dramaga,
Bogor
Agricultural
University. This research is a continuation of research that has been
carried out in August 2010 to January 2011.This study uses a Split Plot
Design. Varieties used were Adira 1 (V1), Adira 4 (V2), UJ 5 (V3), and
Malang 4 (V4). In a previous study that used 4 stage nodes, which are: 4
nodes (P1), 6 nodes (P2), 8 nodes (P3), and 10 nodes plant (P4) cassava
harvest is done as much as 3 times the current 16WAP, 50 WAP, and 57
WAP. The results showed that the varieties are very real effect on stem
height, number of tubers, tuber weight, stem weight, diameter and length
tuber crops. The best variety at this research is Malang 4. The number of
nodes provide tangible effect on stem height at 26 MST until harvest, stem
diameter 18-44 MST, the number of tubers at harvest, wet weight of tubers
from the initial planting until harvest, the weight of the leaves and stems,
diameter and length of tubers during harvested 16 and 50 WAP.
Key words: cassava,nodes, growth, production.
RINGKASAN
IMA FAJAR AYU. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Stek terhadap
Pertumbuhan
dan
Produksi
Ubi
Kayu.
(Dibimbing
oleh
MUNIF
GHULAMAHDI dan SUWARTO).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh jumlah mata tunas
terhadap pertumbuhan dan produksi empat varietas ubi kayu. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2011 bertempat di Kebun Percobaan
Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor, merupakan penelitian lanjutan
yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 hingga Januari 2011.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah petak terbagi atau
split plot. Varietas yang digunakan adalah Adira 1 (V1), Adira 4 (V2), UJ 5 (V3),
dan Malang 4 (V4) sebagai petak utama. Jumlah mata tunas stek yang digunakan
terdiri atas empat taraf mata tunas , yaitu: 4 mata tunas (P1), 6 mata tunas (P2),
8 mata tunas (P3), dan 10 mata tunas (P4) sebagai anak petak. Dengan demikian,
terdapat 16 kombinasi yang diulang sebanyak 3 kali tiap perlakuan, sehingga total
terdapat 48 satuan percobaan. Tiap petak perlakuan satuan percobaan berukuran
5m x 4m terdiri dari 20 tanaman ubi kayu dengan jarak tanam 1m x 1m. Hasil
percobaan dianalisis dengan uji F, apabila menunjukkan pengaruh nyata maka
akan dianalisis menggunakan uji Duncan pada taraf 5%.
Panen tanaman ubi kayu ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu saat 16 MST,
50 MST, dan 57 MST. Varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi batang,
diameter batang, jumlah umbi, bobot umbi per tanaman, bobot batang, diameter,
dan panjang umbi tanaman. Varietas terbaik dalam penelitian ini adalah Malang 4.
Jumlah mata tunas tidak berpengaruh nyata pada tinggi batang 26 MST sampai
panen, diameter batang saat 18-44 MST, jumlah umbi saat panen, bobot basah
umbi, bobot daun, bobot batang, diameter, dan panjang umbi saat panen.
PENGARUH JUMLAH MATA TUNAS STEK TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI KAYU
(Manihot esculenta Crantz)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
IMA FAJAR AYU
A24070115
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul : PENGARUH
JUMLAH MATA TUNAS STEK
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI
KAYU (Manihot esculenta Crantz)
Nama : IMA FAJAR AYU
NIM
: A24070115
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.Ir. Munif Ghulamahdi, MS.
Dr.Ir. Suwarto, M.Si.
NIP 19590505 198503 1 004
NIP. 19630212 198903 1 004
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr.Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.
NIP.19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bondowoso, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 16
November 1988. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Kotakulon 1 Bondowoso,
kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1
Bondowoso, selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bondowoso pada tahun
2007. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Pada waktu menjadi mahasiswa penulis aktif dibeberapa organisasi seperti:
anggota Leadership and Entrepreneur School BEM KM IPB (2007-2009),
anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (2009-2010), anggota
kesenian Gentra Kaheman (2009-2010), serta beberapa kegiatan lain yang
diselenggarakan Himpro maupun tingkat IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi
Kayu (Manihot esculenta Crantz)”. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan
yang telah dilaksankan pada Agustus 2010 hingga Januari 2011. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr.Ir Munif Ghulamahdi, MS. sebagai dosen pembimbing I dan
Dr.Ir. Suwarto, M.Si. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi.
2. Prof.Dr.Ir. Slamet Susanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik.
3. Dr.Ir. Nurul Khumaida, M.Si. sebagai dosen penguji skripsi.
4. Hibah Penelitian Strategi Nasional, DP2M Dikti Tahun 2010-2011.
5. Kedua orang tua Drs. H. Sugondo dan Imaniyah, beserta kakak dan adik
tercinta yaitu: Faris dan Eny, Nurya Ima, Myla Imayang dan Agus Suyoto,
Dody Moch.
6. Keluarga Bapak Sungkono Sidik dan Ibu Yayuk atas dukungan selama ini.
7. Angga Waluya atas dukungan dan bantuan selama penelitian ini berlangsung.
8. Sahabat dan Teman tercinta: Nandya, Fikrin, Destieka, Indra, Erick, Arya,
Andra, Ita, Mita, Resty, Miftahul, Muklis, Trisnani, Ayu, Dita, Ary, Yanti,
Walad, Cutrisni, Afifah, Risa, Zaenal, dan Sidik.
9. Agh 44 Bersatu dan Kosan Istana 200 atas persahabatan dan kenangan yang
indah, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi pengembangan teknik dan
budidaya ubi kayu.
Bogor, Maret 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... ..
viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan .................................................................................................
Hipotesis .............................................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
Botani Ubi Kayu .................................................................................
Syarat tumbuh .....................................................................................
Perbanyakan tanaman dengan Stek ....................................................
Kandungan HCN ................................................................................
Varietas Ubi Kayu ..............................................................................
Hama Penyakit ....................................................................................
Panen dan Krieria Panen Ubi Kayu ....................................................
3
3
4
4
5
6
7
7
BAHAN DAN METODE ..............................................................................
Waktu dan Tempat................................................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Rancangan Percobaan ...........................................................................
Pelaksanaan Penelitian .......................................................................
Pemupukan .........................................................................................
Pemeliharaan ......................................................................................
Peubah yang diamati ...........................................................................
9
9
9
9
10
10
11
11
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
Kondisi Umum ..................................................................................
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam .........................................................
Tinggi Tanaman ..................................................................................
Diameter Batang Tanaman .................................................................
Jumlah umbi .......................................................................................
Bobot Basah Umbi..............................................................................
Bobot Daun .........................................................................................
Bobot Batang ......................................................................................
Diameter dan Panjang Umbi...............................................................
Prediksi Hasil Panen ...........................................................................
12
12
13
17
21
24
26
29
30
32
33
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
Kesimpulan .........................................................................................
Saran . .................................................................................................
35
35
35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
36
LAMPIRAN .................................................................................................
39
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas,
jumlah mata tunas, dan interaksinya terhadap tinggi batang
tanaman ubi kayu ..............................................................................
14
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata
tunas, dan interaksinya terhadap diameter batang tanaman
ubi kayu .............................................................................................
15
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata
tunas, dan interaksinya terhadap jumlah umbi, bobot basah
umbi, bobot daun, bobot batang, diameter umbi panen, dan
panjang umbi panen tanaman ubi kayu ..............................................
16
4.
Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman ubi kayu .........................
18
5.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ubi kayu ........
20
6.
Pengaruh varietas terhadap diameter batang tanaman ubi kayu .........
22
7.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap diameter batang tanaman
ubi kayu ..............................................................................................
24
8.
Pengaruh varietas terhadap jumlah umbi tanaman ubi kayu .............
25
9.
Interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas pada tanaman ubi
kayu pada 50 MST .............................................................................
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap jumlah umbi tanaman
ubi kayu ..............................................................................................
26
11.
Pengaruh varietas terhadap bobot basah umbi tanaman ubi kayu. .....
27
12.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap bobot basah umbi tanaman
ubi kayu ..............................................................................................
28
Pengaruh varietas terhadap bobot daun tanaman ubi kayu
pada 50 MST ......................................................................................
29
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap bobot daun tanaman
ubi kayu pada 50 MST........................................................................
30
2.
3.
10.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
25
Pengaruh varietas terhadap bobot batang tanaman ubi kayu
pada 50 MST ......................................................................................
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap bobot batang tanaman
ubi pada 50 MST ................................................................................
31
Pengaruh varietas terhadap diameter dan panjang umbi tanaman
ubi kayu ..............................................................................................
32
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap diameter dan panjang
umbi tanaman ubi kayu.......................................................................
33
Prediksi Hasil Panen ..........................................................................
34
30
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman ubi kayu ........................
17
2.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ubi kayu .......
19
3.
Pengaruh varietas terhadap diameter tanaman ubi kayu ....................
21
4.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap diameter batang tanaman
ubi kayu .............................................................................................
23
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Deskripsi varietas Adira 1 .................................................................
40
2.
Deskripsi varietas Adira 4 ..................................................................
41
3.
Deskripsi varietas Malang 4 ...............................................................
42
4.
Deskripsi varietas UJ-5 .......................................................................
42
5.
Luas panen, produktivitas, dan produksi ubi kayu di Indonesia
tahun 2006-2011 .................................................................................
43
6.
Data Iklim tahun 2011 di Kecamatan Dramaga, Bogor .....................
44
7.
Hasil analisis tanah di Laboratorium Tanah, Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor, Jawa Barat. ............................
45
8.
Sidik ragam tinggi tanaman ubi kayu pada 18-44 MST ....................
46
9.
Sidik ragam diameter tanaman ubi kayu pada 18-44 MST ..............
49
10.
Sidik ragam bobot umbi tanaman ubi kayu pada 50 dan57 MST
serta diameter dan panjang umbi pada 50 MST ................................
52
Sidik ragam jumlah umbi, bobot daun, dan bobot batang
tanaman ubi kayu pada 50 MST .......................................................
53
12.
Foto panen bobot umbi saat 50 MST ................................................
54
13.
Gambar lay out percobaan ................................................................
62
11.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan sesuatu yang hakiki, dan menjadi hak setiap warga
negara untuk memperolehnya. Ketersediaan pangan sebaiknya dalam jumlah yang
cukup, bermutu baik, dan mudah terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat. Salah
satu komponen pangan yang paling penting adalah karbohidrat. Ubi kayu
merupakan salah satu sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai bahan
pangan. Berdasarkan data BPS Indonesia (2012) produkivitas ubi kayu cenderung
meningkat dari tahun 2006-2011 yaitu sebesar 32 ku/ha, namun lebih rendah dari
potensinya yang dapat mencapai 35-40 ton/ha (Balitkabi, 2005). Sementara itu,
permintaan terhadap komoditas ini cenderung meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk, pesatnya perkembangan industri pangan dan
pakan, serta meningkatnya volume ekspor ubi kayu (Roja, 2009).
Hingga kini rata-rata hasil ubi kayu nasional masih tergolong rendah, yaitu
± 18.5 ton. Apabila ditinjau dari segi teknis produksi, penyebab penting atas
rendahnya tingkat hasil ubi kayu di tingkat petani adalah terbatasnya penggunaan
varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan kurangnya penggunaan pupuk
(Karama, 2003). Solusi yang ditawarkan adalah peningkatan produksi pangan
yang mampu menghasilkan hasil maksimum sehingga mampu mencukupi
kebutuhan pangan dalam negeri. Varietas ubi kayu seperti Adira 4, Malang 4, dan
UJ-5 merupakan suatu teknologi yang mampu menjamin pasokan maksimum
secara lebih merata sepanjang tahun, dan teknologi budidaya yang mampu
menghasilkan umbi sebanyak 35-45 ton/ha (Saleh et al.,2008).
Di Indonesia, ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok setelah jagung dan
padi. Daun ubi kayu berguna sebagai bahan sayuran, kayunya dapat digunakan
sebagai pagar kebun. Seiring dengan perkembangan teknologi, ubi kayu
digunakan sebagai bahan dasar industri makanan dan industri pakan (Purwono
dan Purnamawati, 2010).
Ubi kayu dapat dikategorikan sebagai tanaman semusim apabila dipanen
setelah berumur 7-12 bulan, dan dapat dikategorikan sebagai tanaman tahunan
2
apabila dipanen pada umur 12 bulan atau lebih. Panen dilakukan dengan
memotong batang dan daun, serta meninggalkan sebagian batang untuk
memudahkan pencabutan ubi kayu dari dalam tanah. Panen menggunakan tangan
merupakan kebiasaan petani yang umum dilakukan, sekalipun pada skala produksi
yang besar digunakan peralatan yang khusus untuk memotong batang dan
mengangkat umbi dari dalam tanah. Pada pertanian tradisional panen umbi
biasanya tidak dilakukan seluruhnya, karena umbi yang telah dipanen cepat rusak
(Rubatzky dan Yamaguchi,1998).
Hasil yang tinggi dapat dicapai apabila bibit yang digunakan merupakan
varietas unggul, selain itu juga memenuhi enam tepat, yaitu:waktu, kualitas,
kuantitas, harga, tempat, dan kontinyuitas. Hal tersebut juga didukung oleh
pemberian pupuk yang tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat tempat, serta
penanganan pasca panen yang tepat.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Efendi (2002) dengan
menggunakan ukuran stek 1, 2, dan 3 mata tunas (sebelum penanaman stek
disemai selama 3 minggu) menunjukkan bahwa penggunaan stek tiga mata tunas
dapat menghemat bibit sebanyak 75-80% dengan tingkat hasil umbi tidak berbeda
nyata dibandingkan dengan cara konvensional.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jumlah mata tunas dan
varietas terhadap pertumbuhan dan produksi ubi kayu.
Hipotesis
1. Jumlah mata tunas tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
ubi kayu.
2. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi ubi kayu.
3. Terdapat pengaruh interaksi antara jumlah mata tunas dan varietas terhadap
pertumbuhan dan produksi ubi kayu.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Ubi Kayu
Ubi kayu berasal dari belahan bumi barat, pusat asal tanaman ini adalah
bagian utara Amazon di wilayah Brasil (Rubatzky dan Yamaguchi,1998).
Penyebaran tanaman ini antara lain ke Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok.
Tanaman ini masuk ke Indonesia tahun 1982 (Purwono dan Purnamawati, 2010).
Taksonomi ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Kelas
: Dycotiledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbitaceae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot esculenta Crantz
(Prihandata et al. 2007)
Ubi kayu adalah tanaman berumah satu yang diambil patinya, tumbuh
setinggi 1-4 m, daun besar yang menjari dengan 5-9 helai belahan lembar daun.
Daunnya bertangkai panjang cepat luruh, yang berumur paling lama hanya
beberapa bulan (Rubatzky dan Yamaguchi,1998). Ubi kayu berbunga terbaik pada
suhu sedang (24°C). Waktu yang dibutuhkan daun dari mulai tampak sampai
berukuran penuh ± 2 minggu. Periode ini menjadi lebih lama apabila suhu
lingkungan lebih rendah. Ukuran daun yang berkembang penuh meningkat
dengan umur tanaman sampai tanaman berumur 4 bulan. Bunga terdapat pada
tandan-tandan dekat dengan ujung cabang. Kuncup pada ketiak daun yang
berkembang akan membentuk cabang tanaman (Cock, 1981).
Syarat Tumbuh
Ubi kayu memerlukan syarat tumbuh yang sesuai agar produksi optimal,
yaitu curah hujan 150-200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur
4-7 bulan, dan 100-150 mm pada fase menjelang dan saat panen (Wargiono et al.,
4
2006). Berdasarkan karakteristik tersebut, iklim di Indonesia dan kebutuhan air
ubi kayu dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim
basah maupun beriklim kering sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan
tanaman tiap fase pertumbuhan. Pada umumnya daerah sentra produksi ubi kayu
memiliki tipe iklim C, D, dan E, serta jenis lahan yang didominasi oleh tanah
alkalin dan tanah masam, kurang subur, dan peka terhadap erosi (Wargiono et al.,
1996). Hingga kini sentra penanaman ubi kayu masih berada di daerah Jawa,
dimana daerah ini lebih banyak memiliki jenis tanah Alfisol, Ultisol, Inseptisol,
yang pada umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah (Suryana, 2006).
Ubi kayu tahan terhadap kekeringan, tetapi untuk mendapatkan hasil yang
baik, harus diairi pada musin kering. Tanaman ini banyak dipetik daunnya,
terutama untuk panen kedua yang diusahakan umbinya, meskipun pengambilan
daun yang terlalu banyak dapat mengurangi hasil umbinya (William dan
Peegrine, 1993).
Ubi kayu dapat ditanam secara monokultur atau tumpang sari dengan
jagung, kacang tanah, dan buncis. Pada penanaman secara tumpang sari
sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih renggang (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998). Pertanaman monokultur dapat ditanam dengan jarak tanam 1 m x 1 m,
2 m x 0.5 m, dan 1.8 m x 0.6 m. Pada pertanaman tumpang sari dengan jagung,
garut, dan kacang tanah, ubi kayu dianjurkan ditanam dengan sistem baris ganda
dengan jarak tanam 50 cm antar baris yang dekat, dan 200 cm antar baris yang
jauh, dengan jarak tanam antar baris 100 cm (Munip dan Ispandi, 2004).
Perbanyakan tanaman dengan Stek
Pada beberapa tanaman pangan perbanyakan tanaman akan lebih mudah,
lebih baik, dan lebih hemat dengan menggunakan perkembangbiakan secara
vegetatif daripada dengan menggunakan benih. Beberapa tanaman pangan
mencakup kentang, ubi jalar, pisang, dan tebu dapat diperbanyak dengan akar,
rimpang, dan bagian vegetatif lainnya (Hartmann et al., 1990).
Perbanyakan tanaman umumnya dilakukan dengan stek batang tanaman
sebelumnya. Stek diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu tua
tetapi juga tidak terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakukan untuk
5
pemuliaan tanaman dalam mencari varietas unggul (Purwono dan Purnamawati,
2010). Penggunaan bibit bermutu dan varietas unggul mempunyai beberapa
manfaat yaitu menghemat penggunaan bibit, tanaman dapat tumbuh dengan
seragam, dan dapat mempetahankan sifat-sifat unggul dari varietas yang
bersangkutan (Direktorat Bina Tanaman Pangan, 1983).
Penyediaan bibit ubi kayu yang diperbanyak dengan stek batang mempunyai
tingkat penggandaan (multiplication rate) yang rendah. Pada pembibitan secara
tradisional, dari satu batang ubi kayu (dengan dua cabang) hanya diperoleh
5-10 stek, sehingga pada kondisi optimal dari satu hektar pertanaman pembibitan,
diperkirakan akan diperoleh 50 000-100 000 bibit. Oleh karena itu, luas areal
pembibitan minimal adalah 20% dari luas areal yang ditanami. Penggunaan stek
pendek dengan 2-3 mata tunas menghasilkan stek lebih cepat (rapid
multiplication), sehingga akan diperoleh 5-10 kali lebih banyak dibandingkan
dengan cara tradisional (Wargiono et al., 2006).
Perbanyakan tanaman ubi kayu lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan stek. Stek yang disimpan biasanya menghasilkan lebih sedikit tunas
dibandingkan dengan stek yang baru. Perbedaan pertumbuhan ini terkait dengan
infeksi mikroba pada tanaman yang disimpan (Cock et al., 1982).
Kandungan HCN
Semua bagian tanaman ubi kayu mengandung glikosida. Kandungan
glikosida tertinggi terdapat pada pucuk muda. Dua macam glikosida yang terdapat
pada tanaman ubi kayu adalah linamarin dan lotaustralin. Konsentrasi dari
glikosida tersebut tergantung pada varietas, cuaca, dan kondisi lingkungan sekitar.
Rata-rata glikosida ini antara 15-400 ppm (mg HCN/kg), namun adakalanya
beberapa varietas memiliki nilai HCN dibawah 10 mg HCN/kg atau HCN yang
lebih dari 200 mg HCN/kg (Balagopala et al., 1988).
Umbi umumnya mengandung 10 - 490 mg HCN/kg umbi basah, tergantung
pada varietas. Senyawa HCN ini berbahaya jika dikonsumsi lebih dari 1 mg HCN
per kg bobot tubuh per hari. Ubi kayu dengan kadar HCN kurang dari 50 mg/kg
bobot umbi aman untuk dikonsumsi. Sementara itu, ubi kayu yang mengandung
6
lebih dari 100 mg/kg bobot umbi hanya diperbolehkan untuk industri, seperti
untuk pembuatan tepung tapioka (Purwono dan Purnamawati, 2010).
Ubi kayu biasanya diklasifikasikan menjadi umbi manis dan pahit. Beberapa
penelitian menunjukkkan manis dan pahitnya umbi tidak dapat ditentukan dari
besarnya kandungan HCN tersebut (Balagopala et al., 1988).
Varietas Ubi Kayu
Salah satu faktor yang menentukan produksi tinggi pada tanaman ubi kayu
adalah varietas. Varietas yang biasa ditanam antara lain Adira 1, Adira 2, Adira 4,
Darul Hidayah, Malang 1, Malang 2, Malang 4, Malang 6, UJ-3, dan UJ-5
(Purwono dan Purnamawati, 2010).
Penggunaan varietas yang berdaya hasil
tinggi merupakan hal yang dapat menarik konsumen dalam pembudidayaan
tanaman ini. Selain berdaya hasil tinggi, hal lain yang harus dipenuhi yaitu sifat
toleran kekeringan, toleran lahan pH rendah dan tinggi, toleran keracunan Al, dan
keefektifan memanfaatkan hara P yang terikat oleh Al dan Ca, seperti varietas
Adira 4, Malang 6, UJ-3, dan UJ-5 (Roja, 2009).
Selain dalam hal produksi yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
varietas adalah kadar pati, kadar HCN, dan ketahanan terhadap hama dan
penyakit. Varietas lokal saat ini juga telah banyak dibudidayakan oleh petani,
seperti : Genderuwo, Gatotkaca, Perelek, Ketan, Gambyang, Kaspo, Budin dan
Bogor (Sutardi dan Harnowo, 2007).
Varietas yang dipakai dalam penelitian ini adalah Adira 1, Adira 4,
Malang 4, dan UJ-5. Menurut Waluya (2011), varietas yang memiliki daya
tumbuh terbaik dari awal tanam (1 MST) yaitu Malang 4 , sedangkan Adira 1 dan
Adira 4 pada saat 2 MST, dan UJ-5 pada 3 BST.
Varietas Adira 1 merupakan varietas yang memiliki umur panen 215 hari,
produksi 22 ton/ha, tahan layu dan tungau merah, Adira 4 merupakan varietas
dengan umur panen 240 hari, produksi 35 ton/ha, dan tahan layu. Malang 4
merupakan varietas dengan umur panen 9 bulan dan produksi 39.7 ton/ha,
sedangkan UJ-5 merupakan varietas memiliki umur panen 9-10 bulan dan
produksi 25-38 ton/ha (Direktorat Perbenihan, Direktorat Jendral Bina Produksi
Tanaman Pangan, 1976).
7
Hama dan Penyakit
Ubi kayu toleran terhadap serangan hama dan penyakit yang dapat
menurunkan titik apikal, memperkecil jumlah umbi, ukuran umbi, dan ukuran
daun. Hasil produksi umbi dapat berkurang karena adanya gangguan yang
memperpendek umur daun dan laju fotosintesis (Cock, 1978).
Menurut Daryanto dan Murjati (1980) hama yang terdapat pada tanaman ubi
kayu diantaranya adalah :
1.
Termes gilvus Hag. Hama ini merupakan rayap yang sering merusak
tanaman ubi kayu yang baru ditanam atau masih muda sehingga banyak stek
yang mati dan harus segera disulam. Usaha yang dapat dilakukan untuk
menghindari rayap adalah dengan menanam stek dalam kebun yang telah
bersih.
2.
Tertracylus binaculas Harv. Hama ini tidak lain adalah tungau yang
berukuran sangat kecil ± 1.5 mm dan dapat terlihat sebagai titik merah pada
sebelah bawah helain daun. Hama seperti ini mula-mula menghisap daun
dekat urat-urat daun hingga warna daun menjadi bercak kekuningan dan
menjadi coklat tua.
Menurut Sutardi dan Harnowo (2007) pada dasarnya pengendalian hama
dan tanaman perlu dilakukan dengan benar yakni mengacu pada metode
pengendalain hama terpadu (PHT) yang telah disosialisasikan oleh perlindungan
tanaman. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan adalah :
1.
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan musuh alami.
2.
Perbaikan teknik budidaya.
3.
Memotong atau membuang bagian tanam yang terserang.
4.
Penggunaan pestisida.
Panen dan Kriteria Panen Ubi Kayu
Panen pada tanaman ubi kayu dapat dilakukan apabila umbi tanaman
tersebut telah masak. Kemasakan umbi pada setiap tanaman berbeda-beda , tetapi
biasanya umbi dapat dipanen ketika berumur di bawah 12 bulan (Grace, 1977).
Panen umbi secara normal dilakukan pada saat tanaman berumur 7 bulan dan
maksimum dilakukan pada saat tanaman berumur 18 bulan dari setelah tanam.
8
Ubi kayu untuk tepung biasanya dipanen pada umur antara 10 sampai 11 bulan.
Apabila tanaman dipanen melebihi umur tersebut maka umbinya akan berserat.
Pemanenan biasanya dilakukan secara manual atau menggunakan tangan. Pada
tanah yang keras, hal yang pertama dilakukan adalah dengan memotong batang
dan membongkar umbinya (Balagopala et al., 1988).
Hasil panen yang diharapkan untuk ubi kayu adalah memiliki kadar pati
yang maksimum. Ubi kayu berdasarkan umur panen dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu: (1). tujuh bulan (genjah), (2). sembilan bulan (sedang),
(3). sepuluh bulan (dalam). Kualitas pati pada tanaman tidak berubah walaupun
panennya ditunda hanya saja bobot umbi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur tanaman (Balai Penelitian Tanaman Pangan, 2004). Umur
panen optimal untuk ubi kayu yang digunakan sebagai bahan dasar tapioka adalah
10-12 bulan. Terdapat kecenderungan peningkatan produktivitas, kadar pati, serta
penurunan terhadap kulit dan ampas dengan bertambahnya umur panen (Sunihardi
dan Hermanto, 2004).
9
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2011 bertempat
di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor, merupakan
penelitian lanjutan yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 hingga
Januari 2011. Penelitian ini dilakukan pada tanah yang memiliki tekstur liat.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Balai Besar Sumberdaya Lahan
Pertanian, Bogor, Jawa Barat.
Bahan dan Alat
Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman berumur
4 BST dari penelitian Waluya (2011). Data pengamatan dari 2-16 MST
merupakan data dari penelitian sebelumnya. Varietas ubi kayu yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Adira 1, Adira 4, Malang 4, dan UJ-5. Pupuk yang
digunakan adalah Urea, SP-36, dan KCl. Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cangkul, meteran, jangka sorong, dan timbangan.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan
dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial
dengan rancangan lingkungan petak terbagi atau Split Plot Design. Faktor
pertama sebagai petak utama adalah varietas. Varietas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Adira 1 (V1), Adira 4 (V2), UJ-5 (V3), dan Malang 4 (V4).
Faktor kedua sebagai anak petak adalah jumlah mata tunas stek ubi kayu. Pada
penelitian ini menggunakan empat taraf mata tunas yaitu 4 mata tunas (P1),
6 mata tunas (P2), 8 mata tunas (P3), dan 10 mata tunas (P4).
Pada penelitian ini terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan,
sehingga total terdapat 48 satuan percobaan. Setiap petak terdiri dari 20 tanaman
ubi kayu.
10
Persamaan linier yaitu:
Yijk: µ+Ui+Pj+(UP)ij+Qk+(PQ)jk+εijk
Keterangan:
Yijk
: Respon Perlakuan
µ
: Nilai tengah umum
Ui
: Pengaruh ulangan ke-i
Pj
: Pengaruh perlakuan varietas ke-j
(UP)ij : Galat pada petak utama (a)
Qk
: Pengaruh perlakuan jumlah mata tunas stek ke-k
(PQ)jk : Pengaruh interaksi varietas ke-j dan jumlah mata tunas stek ke-k
εijk
: Galat pada anak petak (b)
Hasil percobaan dianalisis menggunakan uji F, apabila menunjukkan
pengaruh yang nyata akan dianalisis menggunakan uji Duncan pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini tidak dilakukan olah tanah dan penanaman bibit terlebih
dahulu karena penelitian ini merupakan penelitian lanjutan. Pengolahan tanah dan
penanaman bibit telah dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu pada bulan
Agustus 2010. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini berumur 16
Minggu Setelah Tanam (MST). Jarak tanam yang digunakan dalam penelitian ini
1 m x 1 m. Satu petak percobaan terdiri dari 20 tanaman ubi kayu. Lahan yang
digunakan dalam penelitian ini berukuran 1 200 m2. Persiapan lahan diantaranya
adalah pengendalian gulma, pengolahan tanah, dan pembuatan petakan yang
sesuai dengan ukuran 5 m x 4 m, sebanyak 48 petak satuan percobaan.
Penanaman dilakukan dengan membuat alur pada setiap petakan.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis yaitu:
Urea, SP-36, dan KCl. Dosis pupuk sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan pada saat awal penanaman. Dosis masing-masing pupuk sesuai dengan
11
yang direkomendasikan yaitu 200 kg/ha, 150 kg/ha, dan 150 kg/ha. Pupuk SP-36
diberikan seluruhnya saat penanaman, pupuk Urea diberikan 1/3 saat tanam dan
2/3 saat tanaman berumur 1 BST, pupuk KCl diberikan seluruhnya saat tanaman
berumur 2 BST. Pemupukan diaplikasikan dengan membuat alur mengelilingi
tanaman (jarak alur dari tanaman sekitar sekitar 7-10 cm).
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan diantaranya adalah pengendalian gulma.
Pengendalian ini dilakukan secara manual. Pemeliharaan lain yang dilakukan
adalah pembumbunan serta pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama
dan penyakit juga dilakukan secara manual, yaitu dengan cara membuang
tanaman yang terserang hama dan penyakit dan penanggulan secara kimiawi
apabila serangan melebihi ambang ekonomi.
Pengamatan meliputi :
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi setiap
2 minggu sekali.
2. Diameter batang
Diameter batang diamati dengan mengukur lingkar batang setiap 2 minggu
sekali. Hal ini dilakukan pada tanaman contoh atau sample. Diameter ini
diukur pada ketinggian 10 cm dari tempat munculnya batang (pangkal batang).
3. Produksi umbi
Diamati pada saat panen yaitu saat tanaman berumur 13 bulan setelah tanam
(BST). Pengamatan yang dilakukan diantaranya adalah dengan menghitung
jumlah umbi, ukuran umbi, dan bobot basah umbi. Pada tanaman contoh
dilakukan pengukuran bobot, panjang, dan diameter umbi, sedangkan pada
tanaman lain hanya dilakukan pengukuran bobot tanaman per satuan
percobaan. Pengukuran diameter umbi dilakukan pada bagian yang memiliki
diameter terbesar.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan yang dapat digunakan
sebagai bahan pangan, namun saat ini produksi ubi kayu masih sangat kurang
untuk mencukupi kebutuhan nasional. Salah satu kendala peningkatan produksi
ubi kayu dalam memenuhi stok nasional adalah penggunaan bibit unggul dan
biaya transportasi yang mahal. Penelitian ini mencoba untuk menggunakan stek
pendek dengan ukuran stek yang digunakan yaitu 4, 6, 8, dan 10 mata tunas.
Penggunaan stek pendek ini diupayakan bisa menjadi salah satu alternatif dalam
menanggulangi masalah peningkatan produksi ubi kayu.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilaksanakan pada
bulan Agustus 2010 hingga Januari 2011. Penelitian ini dilakukan saat tanaman
berumur 4 hingga 11 BST. Pada saat awal bulan Januari, kondisi tanaman banyak
yang terserang rayap. Pengendalian dilakukan dengan memberikan furadan
secukupnya ke setiap pangkal tanaman ubi kayu. Pada bulan Februari hingga Mei
2011 kondisi tanaman banyak yang terserang kutu putih dan tungau merah. Hal
ini diduga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Penyemprotan tanaman telah
dilakukan untuk menanggulangi kutu putih dan tungau merah tersebut. Pada saat
tanaman berumur 4-5 BST ada beberapa tanaman yang dicuri, termasuk tanaman
contoh sehingga untuk mendapatkan data yang akurat tanaman contoh tersebut
diambil dari tanaman yang ada disampingnya atau didepannya.
Pada saat panen 50 MST dan 57 MST, curah hujan yang ada yaitu
142-256 mm. Curah hujan tersebut terjadi pada bulan Agustus-September 2011
(Lampiran 6). Berdasarkan Metode Mohr besarnya curah hujan pada bulan
Agustus-September 2011 termasuk Bulan Basah karena curah hujan yang ada
diatas 100 mm. Pemanenan tanaman ubi kayu ini dapat dilakukan secara manual
karena tanah pada saat panen lembab sehingga mendukung untuk dilakukan
pemanenan secara manual.
13
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Data pada 2-16 minggu setelah tanaman (MST) merupakan hasil dari
penelitian sebelumnya. Rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas pada
2-12 MST dan 18-24 MST, sedangkan pada 14-26 MST dan 38-44 MST, tinggi
tanaman hanya dipengaruhi oleh varietas saja. Interaksi antara varietas dan jumlah
mata tunas terjadi pada 2-10 MST. Diameter batang tanaman ubi kayu (Tabel 2)
dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas pada 2-16 MST sedangkan pada
18-44 MST varietas dan jumlah mata tunas tidak berpengaruh nyata pada
diameter batang tanaman ubi kayu. Pada 26 MST jumlah mata tunas berpengaruh
nyata terhadap diameter batang tanaman ubi kayu. Interaksi antara varietas dan
jumlah mata tunas terjadi pada 2-6 MST. Pada Tabel 3 terlihat bahwa jumlah
umbi pada 8, 16, 50 MST hanya dipengaruhi oleh varietas. Pada 50 MST terjadi
interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas stek pada jumlah umbi tanaman.
Bobot basah umbi, bobot batang, dan panjang umbi dalam hal ini hanya
dipengaruh oleh varietas tanaman ubi kayu. Bobot daun tidak dipengaruhi oleh
varietas dan jumlah mata tunas. Diameter umbi tanaman pada 16 MST dan
panjang umbi tanaman hanya dipengaruhi oleh varietas tanaman, dan pada
50 MST diameter umbi tidak dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas ubi
kayu tersebut.
14
Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata tunas, dan
interaksinya terhadap tinggi batang tanaman ubi kayu
Peubah
Tinggi
Batang (cm)
Umur
(MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Varietas
(V)
**
**
**
**
**
**
*
*
**
*
*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
*
*
*
*
Jumlah Mata
Tunas (P)
**
**
**
**
**
*
tn
tn
**
*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
V*P
*
**
*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
KK
(%)
18.14
10.03
11.48
9.43
11.13
12.59
10.54
9.99
6.09
7.06
6.11
6.94
7.44
5.80
6.02
5.60
6.26
6.61
8.07
6.52
7.39
7.11
Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1%, * = berbeda nyata pada taraf 5 %,
tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. KK = Koefisien Keragaman dalam
perlakuan tersebut. Data pada 2-16 MST merupakan data dari penelitian
sebelumnya oleh Waluya (2011).
15
Tabel 2. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata tunas, dan
interaksinya terhadap diameter batang tanaman ubi kayu
Umur
(MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Diameter
22
Batang(cm)
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Peubah
Varietas
(V)
**
**
**
**
**
**
**
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Jumlah Mata
Tunas (P)
**
**
**
**
**
*
*
**
tn
tn
tn
tn
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
V*P
*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
KK
(%)
9.58
10.65
9.03
7.29
7.14
7.23
5.72
4.84
6.25
6.96
6.06
6.06
5.30
5.50
5.93
5.78
5.70
5.65
5.66
5.85
6.07
6.70
Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1%, * = berbeda nyata pada taraf 5 %,
tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. KK = Koefisien Keragaman dalam
perlakuan tersebut. Data pada 2-16 MST merupakan data dari penelitian
sebelumnya oleh Waluya (2011).
16
Tabel 3. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata tunas, dan
interaksinya terhadap jumlah umbi, bobot basah umbi, bobot daun, bobot
batang, diameter umbi panen, dan panjang umbi panen tanaman ubi kayu
Peubah
Jumlah Umbi
(buah)
Bobot Basah
Umbi per
Tanaman(kg)
Bobot
Daun(g)
Bobot Batang
(kg)
Diameter
Umbi Panen
(cm)
Panjang Umbi
Panen (cm)
Umur
(MST)
8
Varietas
(V)
**
Jumlah Mata
Tunas (P)
tn
tn
KK
(%)
8.20
16
50
16
**
*
**
tn
tn
tn
tn
*
tn
15.43
14.25
20.04
50
57
**
*
tn
tn
tn
tn
17.75
11.92
50
tn
tn
tn
32.67
50
*
tn
tn
21.77
16
**
tn
tn
9.76
50
tn
tn
tn
15.47
16
*
tn
tn
22.05
50
*
tn
tn
10.40
V*P
Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1%, * = berbeda nyata pada taraf 5 %,
tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. KK = Koefisien Keragaman dalam
perlakuan tersebut. Data pada 8 dan 16 MST merupakan data dari penelitian
sebelumnya oleh Waluya (2011).
17
Tinggi tanaman
Varietas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan besarnya
tinggi tanaman. Biasanya tinggi tanaman ubi kayu mencapai 1-5 meter.
Percabangan tanaman ini bisa tunggal atau banyak tergantung pada banyaknya
daun, ranting, dan karakteristik umbi (Balagopala et al., 1988). Aktivitas
meristem apikal merupakan faktor vegetatif tanaman. Pemanjangan batang pada
awalnya tergantung pada jaringan batang baru yang terbentuk pada ujung tanaman
dan
karena
rangsangan
hormonal
yang
menentukan
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman berikutnya (Fisher, 1992).
350
Tinggi Batang (cm)
300
250
200
150
100
50
0
2
6
10
14
18
22
26
30
34
38
42
44
Minggu Setelah Tanam
Adira 1
Adira 4
UJ-5
Malang 4
Gambar 1. Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman ubi kayu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi secara
nyata oleh varietas pada 2-26 MST dan 38-44 MST (Tabel 1). Tanaman yang
paling tinggi pada umur 2-22 MST adalah Adira 4 dan yang paling rendah adalah
Adira 1 dan Malang 4. UJ-5 memiliki tinggi yang lebih tinggi dari Adira 1 dan
Malang 4, tetapi lebih rendah dari Adira 4 (Tabel 4). Namun pada 24-44 MST
yang paling tinggi adalah UJ-5 dan yang paling rendah adalah Adira 1. Pada
44 MST UJ-5 memiliki tinggi 323.19 cm dan Adira 1 sebesar 238.94 cm.
18
Tabel 4. Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman ubi kayu
Umur (MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Varietas
Adira 1
Adira 4
UJ-5
Malang 4
................................cm...........................
4.41b
6.82a
6.96a
3.95b
11.35c
16.54a
15.31b
10.33c
20.62c
30.76a
27.97b
19.37c
30.00c
43.49a
30.14b
30.34c
43.29c
64.46a
49.84b
45.15bc
65.69b
92.08a
70.58b
69.72b
89.71c
114.99a
99.44b
95.24bc
101.90c
129.39a
113.81b
110.00bc
121.37c
153.44a
130.89b
125.61bc
138.39c
162.97a
148.45b
139.77a
154.37b
176.68a
172.15a
155.25b
163.14b
186.38a
187.43a
167.34b
170.01b
198.61a
199.94a
179.24b
186.58
211.93
212.47
191.58
189.94
216.74
221.19
195.83
197.05
224.50
234.83
206.22
204.50
231.47
249.02
216.41
211.91
239.11
264.58
228.66
219.72c
247.22b
282.58a
237.19b
226.94c
259.19b
295.86a
247.05b
235.49c
267.91b
313.13a
256.19b
238.94c
275.47b
323.19a
260.55b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %.
Data pada 2-16 MST merupakan data dari penelitian sebelumnya oleh
Waluya (2011).
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui jika UJ-5 merupakan varietas yang
paling tinggi saat 44 MST. Karakteristik varietas UJ-5 adalah tinggi, lurus, dan
tidak bercabang pada batangnya. Warna batang pada varietas UJ-5 berwarna putih
(Lampiran 4).
Faktor yang mempengaruhi jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ini
adalah kualitas, umur dari stek tersebut, banyak tunas pada stek, diameter rata-rata
dari tunas tersebut, perbedaan varietas, dan lama penyimpanan dari stek itu sendiri
(Edward et al., 1977).
19
300
Tinggi Batang (cm)
250
200
150
100
50
0
2
6
10
14
18
22
26
30
34
38
42
44
Minggu Setelah Tanam
4 mata tunas
6 mata tunas
8 mata tunas
10 mata tunas
Gambar 2. Pengaruh jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ubi kayu
Tinggi batang tanaman secara nyata dipengaruhi oleh jumlah mata tunas
pada 2-24 MST. Pada 4-10 MST perlakuan jumlah mata tunas yang paling tinggi
adalah 8 mata tunas dan yang paling rendah adalah 4 mata tunas. Pada 26-44 MST
jumlah mata tunas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman ubi
kayu. (Tabel 5).
Faktor lain yang dianggap penting dalam mempengaruhi pertumbuhan
jumlah mata tunas adalah lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah
ketersediaan air yang mencukupi. Kita semua mengetahui bahwa stek mini atau
stek pendek untuk menunjang pertumbuhannya membutuhkan banyak air pada
awal periode tanam. Ubi kayu termasuk tanaman yang toleran terhadap
kekeringan namun pertumbuhan akan menurun apabila 60 hari pertama
mengalami cekaman air (Wargiono et al., 2000). Pernyataan lain yang
mendukung tentang ketersediaan air adalah tinggi setiap tanaman ubi kayu
berbeda-beda tergantung banyaknya buku dalam setiap batang tanaman. Setiap
buku terus meningkat beratnya selama pertumbuhan tetapi laju peningkatannya
kurang pada periode kering atau bila zat hara terbatas. Jumlah buku total tiap
tanaman bergantung pada jumlah buku setiap tunas dan jumlah tunas atau pucuk
setiap tanaman (Cock, 1992).
20
Tabel 5. Pengaruh jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ubi kayu
Umur
(MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Jumlah Mata Tunas
4
6
8
10
.............................................cm.............................................
4.51b
5.85a
5.76a
6.02a
10.86c
13.50b
14.73a
14.43ab
21.08c
24.01b
27.55a
26.08ab
30.43c
34.52b
38.55a
36.11ab
43.29b
51.29a
53.59a
54.57a
67.59b
78.31a
75.15ab
77.03a
92.76
101.21
100.82
104.58
108.74
116.25
115.33
114.78
122.16c
130.65b
137.35ab
141.14a
140.06b
145.90ab
149.48a
154.15a
157.66b
163.27ab
166.64a
170.88a
167.69b
177.00ab
177.11ab
182.47a
178.26
188.83
188.41
192.30
198.58
201.80
200.50
201.68
202.05
208.27
206.33
207.05
214.80
217.88
214.27
215.64
223.75
229.02
224.86
223.77
232.94
240.13
235.25
235.94
243.24
249.47
248.52
245.47
257.25
261.36
256.02
254.41
270.44
272.97
264.44
264.94
273.94
280.05
270.97
273.19
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data
pada 2-16 MST merupakan data dari penelitian sebelumnya oleh Waluya
(2011).
Pada periode akhir percobaan 26-44 MST (Tabel 5) tinggi tanaman antara
4, 6, 8, dan 10 mata tunas tidak berbeda nyata. Hal ini diduga pada 44 MST terjadi
pada periode kering sehingga zat hara yang ada di dalam tanah dibagi secara
merata antar tanaman. Hal ini didukung oleh pernyataan Cock (1978) bahwa
setiap buku terus meningkat selama pertumbuhan tetapi laju peningkatannya
kurang pada periode kering atau bila zat hara terbatas. Kisaran rata-rata tinggi
tanaman
keempat perlakuan jumlah mata tunas pada 26-44 MST sebesar
189.84-274.53 cm.
21
Diameter Batang Tanaman
Diameter batang tanaman pada saat 18 MST rata-rata sebesar 2.1 cm.
Menurut Cock (1984) perbedaan pertumbuhan pada tanaman pangan yaitu pada
masa vegetatif dan reproduksi adalah dimana terjadi perbedaan waktu dan
kompetisi untuk mendapatkan asimilat, khususnya pada batang, daun, dan
pertumbuhan akar. Faktor yang mempengaruhi diameter tanaman ubi kayu salah
satunya adalah kepekaan dalam mendapatkan asimilat yang berasal dari akar dan
ditransformasikan ke seluruh bagian tanaman.
3.5
Diamter Batang (cm)
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
2
6
10
14
18
22
26
30
34
38
42
44
Minggu Setelah Tanam
Adira 1
Adira 4
UJ-5
Malang 4
Gambar 3. Pengaruh varietas terhadap diameter tanaman ubi kayu
Diameter batang tanaman ubi kayu dipengaruhi oleh varietas pada
2-16 MST (Tabel 6). Diameter paling besar adalah varietas Adira 4 dan yang
paling kecil adalah Adira 1 dan Malang 4. UJ-5 memiliki diameter yang lebih
besar dibandingkan dengan Adira 1 dan Malang 4 namun lebih kecil dari Adira 4.
Pada 18-44 MST varietas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap diameter
batang tanaman ubi kayu. Hal ini diduga pada fase awal pertumbuhan hingga
16 MST air dan hara yang diserap oleh akar sepenuhnya digunakan untuk
pembelahan sel, perpanjangan sel, dan pembentukan jaringan. Menurut Harijadi
(1996) karbohidrat sangat dibutuhan dalam laju perpanjangan dan pembentukan
jaringan. Jika karbohidrat mencukupi maka perpanjangan dan pembentukan
22
jaringan akan berjalan cepat sehingga pertumbuhan batang, daun, dan akar juga
akan berjalan cepat. Selain itu, dengan adanya absopsi air dan hormon perentang
mengakibatkan menebalnya sel dinding tanaman.
Tabel 6. Pengaruh varietas terhadap diameter batang tanaman ubi kayu
Umur
(MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Varietas
Adira 1
Adira 4
UJ-5
Malang 4
.............................cm..............................
0.35c
0.45b
0.41a
0.37c
0.57d
0.83a
0.73b
0.64c
0.83c
1.10a
1.08a
0.95b
1.07c
1.31a
1.21b
1.14bc
1.25c
1.63a
1.35b
1.38b
1.52c
1.91a
1.58c
1.69b
1.74c
2.26a
1.79c
1.99b
1.99c
2.43a
1.95c
2.17b
2.07
2.21
1.98
2.04
2.10
2.28
2.10
2.14
2.25
2.38
2.21
2.25
2.30
2.43
2.29
2.28
2.36
2.50
2.36
2.32
2.43
2.57
2.43
2.37
2.47
2.60
2.49
2.41
2.52
2.65
2.59
2.47
2.56
2.69
2.64
2.52
2.61
2.71
2.70
2.57
2.66
2.77
2.75
2.62
2.64
2.78
2.81
2.68
2.68
2.85
2.86
2.70
2.73
2.88
2.92
2.77
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data pada 2-16 MST
merupakan data dari penelitian sebelumnya oleh Waluya (2011)
Kisaran rata-rata diameter batang keempat varietas pada 18-44 MST sebesar
2.07-2.82 cm. Hal ini diduga pada periode tersebut persediaan asimilat yang ada
lebih diperuntukkan untuk perkembangan umbi tanaman daripada untuk batang
tanaman. Perbedaan pertumbuhan pada tanaman pangan terjadi perbedaan waktu
23
dan kompetisi untuk mendapatkan asimilat antara bagian batang, daun, dan
p
GARUH JUMLAH
H MATA TUNAS STEK TE
ERHADA
AP
PERTUM
MBUHAN
N DAN PR
RODUKS
SI UBI KA
AYU
(Maniihot esculeenta Cranttz)
IM
MA FAJA
AR AYU
A24070
0115
EPARTEM
MEN AGR
RONOMII DAN HO
ORTIKU
ULTURA
DE
FAKU
ULTAS PE
ERTANIA
AN
IN
NSTITUT
T PERTA
ANIAN BO
OGOR
2012
2
PENGARUH JUMLAH MATA TUNAS STEK TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI KAYU
(Manihot esculenta Crant)
( The Number of Nodes Effect of on Growth and Production of Cassava )
Ima Fajar Ayu1, Munif Ghulamahdi2, Suwarto2
1
2
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
Abstract
This research was conducted to determine effected the number of
nodes and of variety on the growth and production varieties of cassava.
The research was carried out on January until July 2011 held at the
Garden
Experiments
Cikabayan,
Dramaga,
Bogor
Agricultural
University. This research is a continuation of research that has been
carried out in August 2010 to January 2011.This study uses a Split Plot
Design. Varieties used were Adira 1 (V1), Adira 4 (V2), UJ 5 (V3), and
Malang 4 (V4). In a previous study that used 4 stage nodes, which are: 4
nodes (P1), 6 nodes (P2), 8 nodes (P3), and 10 nodes plant (P4) cassava
harvest is done as much as 3 times the current 16WAP, 50 WAP, and 57
WAP. The results showed that the varieties are very real effect on stem
height, number of tubers, tuber weight, stem weight, diameter and length
tuber crops. The best variety at this research is Malang 4. The number of
nodes provide tangible effect on stem height at 26 MST until harvest, stem
diameter 18-44 MST, the number of tubers at harvest, wet weight of tubers
from the initial planting until harvest, the weight of the leaves and stems,
diameter and length of tubers during harvested 16 and 50 WAP.
Key words: cassava,nodes, growth, production.
RINGKASAN
IMA FAJAR AYU. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Stek terhadap
Pertumbuhan
dan
Produksi
Ubi
Kayu.
(Dibimbing
oleh
MUNIF
GHULAMAHDI dan SUWARTO).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh jumlah mata tunas
terhadap pertumbuhan dan produksi empat varietas ubi kayu. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2011 bertempat di Kebun Percobaan
Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor, merupakan penelitian lanjutan
yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 hingga Januari 2011.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah petak terbagi atau
split plot. Varietas yang digunakan adalah Adira 1 (V1), Adira 4 (V2), UJ 5 (V3),
dan Malang 4 (V4) sebagai petak utama. Jumlah mata tunas stek yang digunakan
terdiri atas empat taraf mata tunas , yaitu: 4 mata tunas (P1), 6 mata tunas (P2),
8 mata tunas (P3), dan 10 mata tunas (P4) sebagai anak petak. Dengan demikian,
terdapat 16 kombinasi yang diulang sebanyak 3 kali tiap perlakuan, sehingga total
terdapat 48 satuan percobaan. Tiap petak perlakuan satuan percobaan berukuran
5m x 4m terdiri dari 20 tanaman ubi kayu dengan jarak tanam 1m x 1m. Hasil
percobaan dianalisis dengan uji F, apabila menunjukkan pengaruh nyata maka
akan dianalisis menggunakan uji Duncan pada taraf 5%.
Panen tanaman ubi kayu ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu saat 16 MST,
50 MST, dan 57 MST. Varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi batang,
diameter batang, jumlah umbi, bobot umbi per tanaman, bobot batang, diameter,
dan panjang umbi tanaman. Varietas terbaik dalam penelitian ini adalah Malang 4.
Jumlah mata tunas tidak berpengaruh nyata pada tinggi batang 26 MST sampai
panen, diameter batang saat 18-44 MST, jumlah umbi saat panen, bobot basah
umbi, bobot daun, bobot batang, diameter, dan panjang umbi saat panen.
PENGARUH JUMLAH MATA TUNAS STEK TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI KAYU
(Manihot esculenta Crantz)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
IMA FAJAR AYU
A24070115
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul : PENGARUH
JUMLAH MATA TUNAS STEK
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI
KAYU (Manihot esculenta Crantz)
Nama : IMA FAJAR AYU
NIM
: A24070115
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.Ir. Munif Ghulamahdi, MS.
Dr.Ir. Suwarto, M.Si.
NIP 19590505 198503 1 004
NIP. 19630212 198903 1 004
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr.Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.
NIP.19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bondowoso, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 16
November 1988. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Kotakulon 1 Bondowoso,
kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1
Bondowoso, selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bondowoso pada tahun
2007. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Pada waktu menjadi mahasiswa penulis aktif dibeberapa organisasi seperti:
anggota Leadership and Entrepreneur School BEM KM IPB (2007-2009),
anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (2009-2010), anggota
kesenian Gentra Kaheman (2009-2010), serta beberapa kegiatan lain yang
diselenggarakan Himpro maupun tingkat IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi
Kayu (Manihot esculenta Crantz)”. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan
yang telah dilaksankan pada Agustus 2010 hingga Januari 2011. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr.Ir Munif Ghulamahdi, MS. sebagai dosen pembimbing I dan
Dr.Ir. Suwarto, M.Si. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi.
2. Prof.Dr.Ir. Slamet Susanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik.
3. Dr.Ir. Nurul Khumaida, M.Si. sebagai dosen penguji skripsi.
4. Hibah Penelitian Strategi Nasional, DP2M Dikti Tahun 2010-2011.
5. Kedua orang tua Drs. H. Sugondo dan Imaniyah, beserta kakak dan adik
tercinta yaitu: Faris dan Eny, Nurya Ima, Myla Imayang dan Agus Suyoto,
Dody Moch.
6. Keluarga Bapak Sungkono Sidik dan Ibu Yayuk atas dukungan selama ini.
7. Angga Waluya atas dukungan dan bantuan selama penelitian ini berlangsung.
8. Sahabat dan Teman tercinta: Nandya, Fikrin, Destieka, Indra, Erick, Arya,
Andra, Ita, Mita, Resty, Miftahul, Muklis, Trisnani, Ayu, Dita, Ary, Yanti,
Walad, Cutrisni, Afifah, Risa, Zaenal, dan Sidik.
9. Agh 44 Bersatu dan Kosan Istana 200 atas persahabatan dan kenangan yang
indah, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi pengembangan teknik dan
budidaya ubi kayu.
Bogor, Maret 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... ..
viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan .................................................................................................
Hipotesis .............................................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
Botani Ubi Kayu .................................................................................
Syarat tumbuh .....................................................................................
Perbanyakan tanaman dengan Stek ....................................................
Kandungan HCN ................................................................................
Varietas Ubi Kayu ..............................................................................
Hama Penyakit ....................................................................................
Panen dan Krieria Panen Ubi Kayu ....................................................
3
3
4
4
5
6
7
7
BAHAN DAN METODE ..............................................................................
Waktu dan Tempat................................................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Rancangan Percobaan ...........................................................................
Pelaksanaan Penelitian .......................................................................
Pemupukan .........................................................................................
Pemeliharaan ......................................................................................
Peubah yang diamati ...........................................................................
9
9
9
9
10
10
11
11
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
Kondisi Umum ..................................................................................
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam .........................................................
Tinggi Tanaman ..................................................................................
Diameter Batang Tanaman .................................................................
Jumlah umbi .......................................................................................
Bobot Basah Umbi..............................................................................
Bobot Daun .........................................................................................
Bobot Batang ......................................................................................
Diameter dan Panjang Umbi...............................................................
Prediksi Hasil Panen ...........................................................................
12
12
13
17
21
24
26
29
30
32
33
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
Kesimpulan .........................................................................................
Saran . .................................................................................................
35
35
35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
36
LAMPIRAN .................................................................................................
39
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas,
jumlah mata tunas, dan interaksinya terhadap tinggi batang
tanaman ubi kayu ..............................................................................
14
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata
tunas, dan interaksinya terhadap diameter batang tanaman
ubi kayu .............................................................................................
15
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata
tunas, dan interaksinya terhadap jumlah umbi, bobot basah
umbi, bobot daun, bobot batang, diameter umbi panen, dan
panjang umbi panen tanaman ubi kayu ..............................................
16
4.
Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman ubi kayu .........................
18
5.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ubi kayu ........
20
6.
Pengaruh varietas terhadap diameter batang tanaman ubi kayu .........
22
7.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap diameter batang tanaman
ubi kayu ..............................................................................................
24
8.
Pengaruh varietas terhadap jumlah umbi tanaman ubi kayu .............
25
9.
Interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas pada tanaman ubi
kayu pada 50 MST .............................................................................
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap jumlah umbi tanaman
ubi kayu ..............................................................................................
26
11.
Pengaruh varietas terhadap bobot basah umbi tanaman ubi kayu. .....
27
12.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap bobot basah umbi tanaman
ubi kayu ..............................................................................................
28
Pengaruh varietas terhadap bobot daun tanaman ubi kayu
pada 50 MST ......................................................................................
29
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap bobot daun tanaman
ubi kayu pada 50 MST........................................................................
30
2.
3.
10.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
25
Pengaruh varietas terhadap bobot batang tanaman ubi kayu
pada 50 MST ......................................................................................
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap bobot batang tanaman
ubi pada 50 MST ................................................................................
31
Pengaruh varietas terhadap diameter dan panjang umbi tanaman
ubi kayu ..............................................................................................
32
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap diameter dan panjang
umbi tanaman ubi kayu.......................................................................
33
Prediksi Hasil Panen ..........................................................................
34
30
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman ubi kayu ........................
17
2.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ubi kayu .......
19
3.
Pengaruh varietas terhadap diameter tanaman ubi kayu ....................
21
4.
Pengaruh jumlah mata tunas terhadap diameter batang tanaman
ubi kayu .............................................................................................
23
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Deskripsi varietas Adira 1 .................................................................
40
2.
Deskripsi varietas Adira 4 ..................................................................
41
3.
Deskripsi varietas Malang 4 ...............................................................
42
4.
Deskripsi varietas UJ-5 .......................................................................
42
5.
Luas panen, produktivitas, dan produksi ubi kayu di Indonesia
tahun 2006-2011 .................................................................................
43
6.
Data Iklim tahun 2011 di Kecamatan Dramaga, Bogor .....................
44
7.
Hasil analisis tanah di Laboratorium Tanah, Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor, Jawa Barat. ............................
45
8.
Sidik ragam tinggi tanaman ubi kayu pada 18-44 MST ....................
46
9.
Sidik ragam diameter tanaman ubi kayu pada 18-44 MST ..............
49
10.
Sidik ragam bobot umbi tanaman ubi kayu pada 50 dan57 MST
serta diameter dan panjang umbi pada 50 MST ................................
52
Sidik ragam jumlah umbi, bobot daun, dan bobot batang
tanaman ubi kayu pada 50 MST .......................................................
53
12.
Foto panen bobot umbi saat 50 MST ................................................
54
13.
Gambar lay out percobaan ................................................................
62
11.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan sesuatu yang hakiki, dan menjadi hak setiap warga
negara untuk memperolehnya. Ketersediaan pangan sebaiknya dalam jumlah yang
cukup, bermutu baik, dan mudah terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat. Salah
satu komponen pangan yang paling penting adalah karbohidrat. Ubi kayu
merupakan salah satu sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai bahan
pangan. Berdasarkan data BPS Indonesia (2012) produkivitas ubi kayu cenderung
meningkat dari tahun 2006-2011 yaitu sebesar 32 ku/ha, namun lebih rendah dari
potensinya yang dapat mencapai 35-40 ton/ha (Balitkabi, 2005). Sementara itu,
permintaan terhadap komoditas ini cenderung meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk, pesatnya perkembangan industri pangan dan
pakan, serta meningkatnya volume ekspor ubi kayu (Roja, 2009).
Hingga kini rata-rata hasil ubi kayu nasional masih tergolong rendah, yaitu
± 18.5 ton. Apabila ditinjau dari segi teknis produksi, penyebab penting atas
rendahnya tingkat hasil ubi kayu di tingkat petani adalah terbatasnya penggunaan
varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan kurangnya penggunaan pupuk
(Karama, 2003). Solusi yang ditawarkan adalah peningkatan produksi pangan
yang mampu menghasilkan hasil maksimum sehingga mampu mencukupi
kebutuhan pangan dalam negeri. Varietas ubi kayu seperti Adira 4, Malang 4, dan
UJ-5 merupakan suatu teknologi yang mampu menjamin pasokan maksimum
secara lebih merata sepanjang tahun, dan teknologi budidaya yang mampu
menghasilkan umbi sebanyak 35-45 ton/ha (Saleh et al.,2008).
Di Indonesia, ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok setelah jagung dan
padi. Daun ubi kayu berguna sebagai bahan sayuran, kayunya dapat digunakan
sebagai pagar kebun. Seiring dengan perkembangan teknologi, ubi kayu
digunakan sebagai bahan dasar industri makanan dan industri pakan (Purwono
dan Purnamawati, 2010).
Ubi kayu dapat dikategorikan sebagai tanaman semusim apabila dipanen
setelah berumur 7-12 bulan, dan dapat dikategorikan sebagai tanaman tahunan
2
apabila dipanen pada umur 12 bulan atau lebih. Panen dilakukan dengan
memotong batang dan daun, serta meninggalkan sebagian batang untuk
memudahkan pencabutan ubi kayu dari dalam tanah. Panen menggunakan tangan
merupakan kebiasaan petani yang umum dilakukan, sekalipun pada skala produksi
yang besar digunakan peralatan yang khusus untuk memotong batang dan
mengangkat umbi dari dalam tanah. Pada pertanian tradisional panen umbi
biasanya tidak dilakukan seluruhnya, karena umbi yang telah dipanen cepat rusak
(Rubatzky dan Yamaguchi,1998).
Hasil yang tinggi dapat dicapai apabila bibit yang digunakan merupakan
varietas unggul, selain itu juga memenuhi enam tepat, yaitu:waktu, kualitas,
kuantitas, harga, tempat, dan kontinyuitas. Hal tersebut juga didukung oleh
pemberian pupuk yang tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat tempat, serta
penanganan pasca panen yang tepat.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Efendi (2002) dengan
menggunakan ukuran stek 1, 2, dan 3 mata tunas (sebelum penanaman stek
disemai selama 3 minggu) menunjukkan bahwa penggunaan stek tiga mata tunas
dapat menghemat bibit sebanyak 75-80% dengan tingkat hasil umbi tidak berbeda
nyata dibandingkan dengan cara konvensional.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jumlah mata tunas dan
varietas terhadap pertumbuhan dan produksi ubi kayu.
Hipotesis
1. Jumlah mata tunas tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
ubi kayu.
2. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi ubi kayu.
3. Terdapat pengaruh interaksi antara jumlah mata tunas dan varietas terhadap
pertumbuhan dan produksi ubi kayu.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Ubi Kayu
Ubi kayu berasal dari belahan bumi barat, pusat asal tanaman ini adalah
bagian utara Amazon di wilayah Brasil (Rubatzky dan Yamaguchi,1998).
Penyebaran tanaman ini antara lain ke Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok.
Tanaman ini masuk ke Indonesia tahun 1982 (Purwono dan Purnamawati, 2010).
Taksonomi ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Kelas
: Dycotiledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbitaceae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot esculenta Crantz
(Prihandata et al. 2007)
Ubi kayu adalah tanaman berumah satu yang diambil patinya, tumbuh
setinggi 1-4 m, daun besar yang menjari dengan 5-9 helai belahan lembar daun.
Daunnya bertangkai panjang cepat luruh, yang berumur paling lama hanya
beberapa bulan (Rubatzky dan Yamaguchi,1998). Ubi kayu berbunga terbaik pada
suhu sedang (24°C). Waktu yang dibutuhkan daun dari mulai tampak sampai
berukuran penuh ± 2 minggu. Periode ini menjadi lebih lama apabila suhu
lingkungan lebih rendah. Ukuran daun yang berkembang penuh meningkat
dengan umur tanaman sampai tanaman berumur 4 bulan. Bunga terdapat pada
tandan-tandan dekat dengan ujung cabang. Kuncup pada ketiak daun yang
berkembang akan membentuk cabang tanaman (Cock, 1981).
Syarat Tumbuh
Ubi kayu memerlukan syarat tumbuh yang sesuai agar produksi optimal,
yaitu curah hujan 150-200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur
4-7 bulan, dan 100-150 mm pada fase menjelang dan saat panen (Wargiono et al.,
4
2006). Berdasarkan karakteristik tersebut, iklim di Indonesia dan kebutuhan air
ubi kayu dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim
basah maupun beriklim kering sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan
tanaman tiap fase pertumbuhan. Pada umumnya daerah sentra produksi ubi kayu
memiliki tipe iklim C, D, dan E, serta jenis lahan yang didominasi oleh tanah
alkalin dan tanah masam, kurang subur, dan peka terhadap erosi (Wargiono et al.,
1996). Hingga kini sentra penanaman ubi kayu masih berada di daerah Jawa,
dimana daerah ini lebih banyak memiliki jenis tanah Alfisol, Ultisol, Inseptisol,
yang pada umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah (Suryana, 2006).
Ubi kayu tahan terhadap kekeringan, tetapi untuk mendapatkan hasil yang
baik, harus diairi pada musin kering. Tanaman ini banyak dipetik daunnya,
terutama untuk panen kedua yang diusahakan umbinya, meskipun pengambilan
daun yang terlalu banyak dapat mengurangi hasil umbinya (William dan
Peegrine, 1993).
Ubi kayu dapat ditanam secara monokultur atau tumpang sari dengan
jagung, kacang tanah, dan buncis. Pada penanaman secara tumpang sari
sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih renggang (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998). Pertanaman monokultur dapat ditanam dengan jarak tanam 1 m x 1 m,
2 m x 0.5 m, dan 1.8 m x 0.6 m. Pada pertanaman tumpang sari dengan jagung,
garut, dan kacang tanah, ubi kayu dianjurkan ditanam dengan sistem baris ganda
dengan jarak tanam 50 cm antar baris yang dekat, dan 200 cm antar baris yang
jauh, dengan jarak tanam antar baris 100 cm (Munip dan Ispandi, 2004).
Perbanyakan tanaman dengan Stek
Pada beberapa tanaman pangan perbanyakan tanaman akan lebih mudah,
lebih baik, dan lebih hemat dengan menggunakan perkembangbiakan secara
vegetatif daripada dengan menggunakan benih. Beberapa tanaman pangan
mencakup kentang, ubi jalar, pisang, dan tebu dapat diperbanyak dengan akar,
rimpang, dan bagian vegetatif lainnya (Hartmann et al., 1990).
Perbanyakan tanaman umumnya dilakukan dengan stek batang tanaman
sebelumnya. Stek diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu tua
tetapi juga tidak terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakukan untuk
5
pemuliaan tanaman dalam mencari varietas unggul (Purwono dan Purnamawati,
2010). Penggunaan bibit bermutu dan varietas unggul mempunyai beberapa
manfaat yaitu menghemat penggunaan bibit, tanaman dapat tumbuh dengan
seragam, dan dapat mempetahankan sifat-sifat unggul dari varietas yang
bersangkutan (Direktorat Bina Tanaman Pangan, 1983).
Penyediaan bibit ubi kayu yang diperbanyak dengan stek batang mempunyai
tingkat penggandaan (multiplication rate) yang rendah. Pada pembibitan secara
tradisional, dari satu batang ubi kayu (dengan dua cabang) hanya diperoleh
5-10 stek, sehingga pada kondisi optimal dari satu hektar pertanaman pembibitan,
diperkirakan akan diperoleh 50 000-100 000 bibit. Oleh karena itu, luas areal
pembibitan minimal adalah 20% dari luas areal yang ditanami. Penggunaan stek
pendek dengan 2-3 mata tunas menghasilkan stek lebih cepat (rapid
multiplication), sehingga akan diperoleh 5-10 kali lebih banyak dibandingkan
dengan cara tradisional (Wargiono et al., 2006).
Perbanyakan tanaman ubi kayu lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan stek. Stek yang disimpan biasanya menghasilkan lebih sedikit tunas
dibandingkan dengan stek yang baru. Perbedaan pertumbuhan ini terkait dengan
infeksi mikroba pada tanaman yang disimpan (Cock et al., 1982).
Kandungan HCN
Semua bagian tanaman ubi kayu mengandung glikosida. Kandungan
glikosida tertinggi terdapat pada pucuk muda. Dua macam glikosida yang terdapat
pada tanaman ubi kayu adalah linamarin dan lotaustralin. Konsentrasi dari
glikosida tersebut tergantung pada varietas, cuaca, dan kondisi lingkungan sekitar.
Rata-rata glikosida ini antara 15-400 ppm (mg HCN/kg), namun adakalanya
beberapa varietas memiliki nilai HCN dibawah 10 mg HCN/kg atau HCN yang
lebih dari 200 mg HCN/kg (Balagopala et al., 1988).
Umbi umumnya mengandung 10 - 490 mg HCN/kg umbi basah, tergantung
pada varietas. Senyawa HCN ini berbahaya jika dikonsumsi lebih dari 1 mg HCN
per kg bobot tubuh per hari. Ubi kayu dengan kadar HCN kurang dari 50 mg/kg
bobot umbi aman untuk dikonsumsi. Sementara itu, ubi kayu yang mengandung
6
lebih dari 100 mg/kg bobot umbi hanya diperbolehkan untuk industri, seperti
untuk pembuatan tepung tapioka (Purwono dan Purnamawati, 2010).
Ubi kayu biasanya diklasifikasikan menjadi umbi manis dan pahit. Beberapa
penelitian menunjukkkan manis dan pahitnya umbi tidak dapat ditentukan dari
besarnya kandungan HCN tersebut (Balagopala et al., 1988).
Varietas Ubi Kayu
Salah satu faktor yang menentukan produksi tinggi pada tanaman ubi kayu
adalah varietas. Varietas yang biasa ditanam antara lain Adira 1, Adira 2, Adira 4,
Darul Hidayah, Malang 1, Malang 2, Malang 4, Malang 6, UJ-3, dan UJ-5
(Purwono dan Purnamawati, 2010).
Penggunaan varietas yang berdaya hasil
tinggi merupakan hal yang dapat menarik konsumen dalam pembudidayaan
tanaman ini. Selain berdaya hasil tinggi, hal lain yang harus dipenuhi yaitu sifat
toleran kekeringan, toleran lahan pH rendah dan tinggi, toleran keracunan Al, dan
keefektifan memanfaatkan hara P yang terikat oleh Al dan Ca, seperti varietas
Adira 4, Malang 6, UJ-3, dan UJ-5 (Roja, 2009).
Selain dalam hal produksi yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
varietas adalah kadar pati, kadar HCN, dan ketahanan terhadap hama dan
penyakit. Varietas lokal saat ini juga telah banyak dibudidayakan oleh petani,
seperti : Genderuwo, Gatotkaca, Perelek, Ketan, Gambyang, Kaspo, Budin dan
Bogor (Sutardi dan Harnowo, 2007).
Varietas yang dipakai dalam penelitian ini adalah Adira 1, Adira 4,
Malang 4, dan UJ-5. Menurut Waluya (2011), varietas yang memiliki daya
tumbuh terbaik dari awal tanam (1 MST) yaitu Malang 4 , sedangkan Adira 1 dan
Adira 4 pada saat 2 MST, dan UJ-5 pada 3 BST.
Varietas Adira 1 merupakan varietas yang memiliki umur panen 215 hari,
produksi 22 ton/ha, tahan layu dan tungau merah, Adira 4 merupakan varietas
dengan umur panen 240 hari, produksi 35 ton/ha, dan tahan layu. Malang 4
merupakan varietas dengan umur panen 9 bulan dan produksi 39.7 ton/ha,
sedangkan UJ-5 merupakan varietas memiliki umur panen 9-10 bulan dan
produksi 25-38 ton/ha (Direktorat Perbenihan, Direktorat Jendral Bina Produksi
Tanaman Pangan, 1976).
7
Hama dan Penyakit
Ubi kayu toleran terhadap serangan hama dan penyakit yang dapat
menurunkan titik apikal, memperkecil jumlah umbi, ukuran umbi, dan ukuran
daun. Hasil produksi umbi dapat berkurang karena adanya gangguan yang
memperpendek umur daun dan laju fotosintesis (Cock, 1978).
Menurut Daryanto dan Murjati (1980) hama yang terdapat pada tanaman ubi
kayu diantaranya adalah :
1.
Termes gilvus Hag. Hama ini merupakan rayap yang sering merusak
tanaman ubi kayu yang baru ditanam atau masih muda sehingga banyak stek
yang mati dan harus segera disulam. Usaha yang dapat dilakukan untuk
menghindari rayap adalah dengan menanam stek dalam kebun yang telah
bersih.
2.
Tertracylus binaculas Harv. Hama ini tidak lain adalah tungau yang
berukuran sangat kecil ± 1.5 mm dan dapat terlihat sebagai titik merah pada
sebelah bawah helain daun. Hama seperti ini mula-mula menghisap daun
dekat urat-urat daun hingga warna daun menjadi bercak kekuningan dan
menjadi coklat tua.
Menurut Sutardi dan Harnowo (2007) pada dasarnya pengendalian hama
dan tanaman perlu dilakukan dengan benar yakni mengacu pada metode
pengendalain hama terpadu (PHT) yang telah disosialisasikan oleh perlindungan
tanaman. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan adalah :
1.
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan musuh alami.
2.
Perbaikan teknik budidaya.
3.
Memotong atau membuang bagian tanam yang terserang.
4.
Penggunaan pestisida.
Panen dan Kriteria Panen Ubi Kayu
Panen pada tanaman ubi kayu dapat dilakukan apabila umbi tanaman
tersebut telah masak. Kemasakan umbi pada setiap tanaman berbeda-beda , tetapi
biasanya umbi dapat dipanen ketika berumur di bawah 12 bulan (Grace, 1977).
Panen umbi secara normal dilakukan pada saat tanaman berumur 7 bulan dan
maksimum dilakukan pada saat tanaman berumur 18 bulan dari setelah tanam.
8
Ubi kayu untuk tepung biasanya dipanen pada umur antara 10 sampai 11 bulan.
Apabila tanaman dipanen melebihi umur tersebut maka umbinya akan berserat.
Pemanenan biasanya dilakukan secara manual atau menggunakan tangan. Pada
tanah yang keras, hal yang pertama dilakukan adalah dengan memotong batang
dan membongkar umbinya (Balagopala et al., 1988).
Hasil panen yang diharapkan untuk ubi kayu adalah memiliki kadar pati
yang maksimum. Ubi kayu berdasarkan umur panen dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu: (1). tujuh bulan (genjah), (2). sembilan bulan (sedang),
(3). sepuluh bulan (dalam). Kualitas pati pada tanaman tidak berubah walaupun
panennya ditunda hanya saja bobot umbi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur tanaman (Balai Penelitian Tanaman Pangan, 2004). Umur
panen optimal untuk ubi kayu yang digunakan sebagai bahan dasar tapioka adalah
10-12 bulan. Terdapat kecenderungan peningkatan produktivitas, kadar pati, serta
penurunan terhadap kulit dan ampas dengan bertambahnya umur panen (Sunihardi
dan Hermanto, 2004).
9
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2011 bertempat
di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor, merupakan
penelitian lanjutan yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 hingga
Januari 2011. Penelitian ini dilakukan pada tanah yang memiliki tekstur liat.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Balai Besar Sumberdaya Lahan
Pertanian, Bogor, Jawa Barat.
Bahan dan Alat
Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman berumur
4 BST dari penelitian Waluya (2011). Data pengamatan dari 2-16 MST
merupakan data dari penelitian sebelumnya. Varietas ubi kayu yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Adira 1, Adira 4, Malang 4, dan UJ-5. Pupuk yang
digunakan adalah Urea, SP-36, dan KCl. Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cangkul, meteran, jangka sorong, dan timbangan.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan
dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial
dengan rancangan lingkungan petak terbagi atau Split Plot Design. Faktor
pertama sebagai petak utama adalah varietas. Varietas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Adira 1 (V1), Adira 4 (V2), UJ-5 (V3), dan Malang 4 (V4).
Faktor kedua sebagai anak petak adalah jumlah mata tunas stek ubi kayu. Pada
penelitian ini menggunakan empat taraf mata tunas yaitu 4 mata tunas (P1),
6 mata tunas (P2), 8 mata tunas (P3), dan 10 mata tunas (P4).
Pada penelitian ini terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan,
sehingga total terdapat 48 satuan percobaan. Setiap petak terdiri dari 20 tanaman
ubi kayu.
10
Persamaan linier yaitu:
Yijk: µ+Ui+Pj+(UP)ij+Qk+(PQ)jk+εijk
Keterangan:
Yijk
: Respon Perlakuan
µ
: Nilai tengah umum
Ui
: Pengaruh ulangan ke-i
Pj
: Pengaruh perlakuan varietas ke-j
(UP)ij : Galat pada petak utama (a)
Qk
: Pengaruh perlakuan jumlah mata tunas stek ke-k
(PQ)jk : Pengaruh interaksi varietas ke-j dan jumlah mata tunas stek ke-k
εijk
: Galat pada anak petak (b)
Hasil percobaan dianalisis menggunakan uji F, apabila menunjukkan
pengaruh yang nyata akan dianalisis menggunakan uji Duncan pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini tidak dilakukan olah tanah dan penanaman bibit terlebih
dahulu karena penelitian ini merupakan penelitian lanjutan. Pengolahan tanah dan
penanaman bibit telah dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu pada bulan
Agustus 2010. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini berumur 16
Minggu Setelah Tanam (MST). Jarak tanam yang digunakan dalam penelitian ini
1 m x 1 m. Satu petak percobaan terdiri dari 20 tanaman ubi kayu. Lahan yang
digunakan dalam penelitian ini berukuran 1 200 m2. Persiapan lahan diantaranya
adalah pengendalian gulma, pengolahan tanah, dan pembuatan petakan yang
sesuai dengan ukuran 5 m x 4 m, sebanyak 48 petak satuan percobaan.
Penanaman dilakukan dengan membuat alur pada setiap petakan.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis yaitu:
Urea, SP-36, dan KCl. Dosis pupuk sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan pada saat awal penanaman. Dosis masing-masing pupuk sesuai dengan
11
yang direkomendasikan yaitu 200 kg/ha, 150 kg/ha, dan 150 kg/ha. Pupuk SP-36
diberikan seluruhnya saat penanaman, pupuk Urea diberikan 1/3 saat tanam dan
2/3 saat tanaman berumur 1 BST, pupuk KCl diberikan seluruhnya saat tanaman
berumur 2 BST. Pemupukan diaplikasikan dengan membuat alur mengelilingi
tanaman (jarak alur dari tanaman sekitar sekitar 7-10 cm).
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan diantaranya adalah pengendalian gulma.
Pengendalian ini dilakukan secara manual. Pemeliharaan lain yang dilakukan
adalah pembumbunan serta pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama
dan penyakit juga dilakukan secara manual, yaitu dengan cara membuang
tanaman yang terserang hama dan penyakit dan penanggulan secara kimiawi
apabila serangan melebihi ambang ekonomi.
Pengamatan meliputi :
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi setiap
2 minggu sekali.
2. Diameter batang
Diameter batang diamati dengan mengukur lingkar batang setiap 2 minggu
sekali. Hal ini dilakukan pada tanaman contoh atau sample. Diameter ini
diukur pada ketinggian 10 cm dari tempat munculnya batang (pangkal batang).
3. Produksi umbi
Diamati pada saat panen yaitu saat tanaman berumur 13 bulan setelah tanam
(BST). Pengamatan yang dilakukan diantaranya adalah dengan menghitung
jumlah umbi, ukuran umbi, dan bobot basah umbi. Pada tanaman contoh
dilakukan pengukuran bobot, panjang, dan diameter umbi, sedangkan pada
tanaman lain hanya dilakukan pengukuran bobot tanaman per satuan
percobaan. Pengukuran diameter umbi dilakukan pada bagian yang memiliki
diameter terbesar.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan yang dapat digunakan
sebagai bahan pangan, namun saat ini produksi ubi kayu masih sangat kurang
untuk mencukupi kebutuhan nasional. Salah satu kendala peningkatan produksi
ubi kayu dalam memenuhi stok nasional adalah penggunaan bibit unggul dan
biaya transportasi yang mahal. Penelitian ini mencoba untuk menggunakan stek
pendek dengan ukuran stek yang digunakan yaitu 4, 6, 8, dan 10 mata tunas.
Penggunaan stek pendek ini diupayakan bisa menjadi salah satu alternatif dalam
menanggulangi masalah peningkatan produksi ubi kayu.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilaksanakan pada
bulan Agustus 2010 hingga Januari 2011. Penelitian ini dilakukan saat tanaman
berumur 4 hingga 11 BST. Pada saat awal bulan Januari, kondisi tanaman banyak
yang terserang rayap. Pengendalian dilakukan dengan memberikan furadan
secukupnya ke setiap pangkal tanaman ubi kayu. Pada bulan Februari hingga Mei
2011 kondisi tanaman banyak yang terserang kutu putih dan tungau merah. Hal
ini diduga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Penyemprotan tanaman telah
dilakukan untuk menanggulangi kutu putih dan tungau merah tersebut. Pada saat
tanaman berumur 4-5 BST ada beberapa tanaman yang dicuri, termasuk tanaman
contoh sehingga untuk mendapatkan data yang akurat tanaman contoh tersebut
diambil dari tanaman yang ada disampingnya atau didepannya.
Pada saat panen 50 MST dan 57 MST, curah hujan yang ada yaitu
142-256 mm. Curah hujan tersebut terjadi pada bulan Agustus-September 2011
(Lampiran 6). Berdasarkan Metode Mohr besarnya curah hujan pada bulan
Agustus-September 2011 termasuk Bulan Basah karena curah hujan yang ada
diatas 100 mm. Pemanenan tanaman ubi kayu ini dapat dilakukan secara manual
karena tanah pada saat panen lembab sehingga mendukung untuk dilakukan
pemanenan secara manual.
13
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Data pada 2-16 minggu setelah tanaman (MST) merupakan hasil dari
penelitian sebelumnya. Rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas pada
2-12 MST dan 18-24 MST, sedangkan pada 14-26 MST dan 38-44 MST, tinggi
tanaman hanya dipengaruhi oleh varietas saja. Interaksi antara varietas dan jumlah
mata tunas terjadi pada 2-10 MST. Diameter batang tanaman ubi kayu (Tabel 2)
dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas pada 2-16 MST sedangkan pada
18-44 MST varietas dan jumlah mata tunas tidak berpengaruh nyata pada
diameter batang tanaman ubi kayu. Pada 26 MST jumlah mata tunas berpengaruh
nyata terhadap diameter batang tanaman ubi kayu. Interaksi antara varietas dan
jumlah mata tunas terjadi pada 2-6 MST. Pada Tabel 3 terlihat bahwa jumlah
umbi pada 8, 16, 50 MST hanya dipengaruhi oleh varietas. Pada 50 MST terjadi
interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas stek pada jumlah umbi tanaman.
Bobot basah umbi, bobot batang, dan panjang umbi dalam hal ini hanya
dipengaruh oleh varietas tanaman ubi kayu. Bobot daun tidak dipengaruhi oleh
varietas dan jumlah mata tunas. Diameter umbi tanaman pada 16 MST dan
panjang umbi tanaman hanya dipengaruhi oleh varietas tanaman, dan pada
50 MST diameter umbi tidak dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas ubi
kayu tersebut.
14
Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata tunas, dan
interaksinya terhadap tinggi batang tanaman ubi kayu
Peubah
Tinggi
Batang (cm)
Umur
(MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Varietas
(V)
**
**
**
**
**
**
*
*
**
*
*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
*
*
*
*
Jumlah Mata
Tunas (P)
**
**
**
**
**
*
tn
tn
**
*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
V*P
*
**
*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
KK
(%)
18.14
10.03
11.48
9.43
11.13
12.59
10.54
9.99
6.09
7.06
6.11
6.94
7.44
5.80
6.02
5.60
6.26
6.61
8.07
6.52
7.39
7.11
Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1%, * = berbeda nyata pada taraf 5 %,
tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. KK = Koefisien Keragaman dalam
perlakuan tersebut. Data pada 2-16 MST merupakan data dari penelitian
sebelumnya oleh Waluya (2011).
15
Tabel 2. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata tunas, dan
interaksinya terhadap diameter batang tanaman ubi kayu
Umur
(MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Diameter
22
Batang(cm)
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Peubah
Varietas
(V)
**
**
**
**
**
**
**
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Jumlah Mata
Tunas (P)
**
**
**
**
**
*
*
**
tn
tn
tn
tn
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
V*P
*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
KK
(%)
9.58
10.65
9.03
7.29
7.14
7.23
5.72
4.84
6.25
6.96
6.06
6.06
5.30
5.50
5.93
5.78
5.70
5.65
5.66
5.85
6.07
6.70
Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1%, * = berbeda nyata pada taraf 5 %,
tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. KK = Koefisien Keragaman dalam
perlakuan tersebut. Data pada 2-16 MST merupakan data dari penelitian
sebelumnya oleh Waluya (2011).
16
Tabel 3. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, jumlah mata tunas, dan
interaksinya terhadap jumlah umbi, bobot basah umbi, bobot daun, bobot
batang, diameter umbi panen, dan panjang umbi panen tanaman ubi kayu
Peubah
Jumlah Umbi
(buah)
Bobot Basah
Umbi per
Tanaman(kg)
Bobot
Daun(g)
Bobot Batang
(kg)
Diameter
Umbi Panen
(cm)
Panjang Umbi
Panen (cm)
Umur
(MST)
8
Varietas
(V)
**
Jumlah Mata
Tunas (P)
tn
tn
KK
(%)
8.20
16
50
16
**
*
**
tn
tn
tn
tn
*
tn
15.43
14.25
20.04
50
57
**
*
tn
tn
tn
tn
17.75
11.92
50
tn
tn
tn
32.67
50
*
tn
tn
21.77
16
**
tn
tn
9.76
50
tn
tn
tn
15.47
16
*
tn
tn
22.05
50
*
tn
tn
10.40
V*P
Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1%, * = berbeda nyata pada taraf 5 %,
tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. KK = Koefisien Keragaman dalam
perlakuan tersebut. Data pada 8 dan 16 MST merupakan data dari penelitian
sebelumnya oleh Waluya (2011).
17
Tinggi tanaman
Varietas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan besarnya
tinggi tanaman. Biasanya tinggi tanaman ubi kayu mencapai 1-5 meter.
Percabangan tanaman ini bisa tunggal atau banyak tergantung pada banyaknya
daun, ranting, dan karakteristik umbi (Balagopala et al., 1988). Aktivitas
meristem apikal merupakan faktor vegetatif tanaman. Pemanjangan batang pada
awalnya tergantung pada jaringan batang baru yang terbentuk pada ujung tanaman
dan
karena
rangsangan
hormonal
yang
menentukan
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman berikutnya (Fisher, 1992).
350
Tinggi Batang (cm)
300
250
200
150
100
50
0
2
6
10
14
18
22
26
30
34
38
42
44
Minggu Setelah Tanam
Adira 1
Adira 4
UJ-5
Malang 4
Gambar 1. Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman ubi kayu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi secara
nyata oleh varietas pada 2-26 MST dan 38-44 MST (Tabel 1). Tanaman yang
paling tinggi pada umur 2-22 MST adalah Adira 4 dan yang paling rendah adalah
Adira 1 dan Malang 4. UJ-5 memiliki tinggi yang lebih tinggi dari Adira 1 dan
Malang 4, tetapi lebih rendah dari Adira 4 (Tabel 4). Namun pada 24-44 MST
yang paling tinggi adalah UJ-5 dan yang paling rendah adalah Adira 1. Pada
44 MST UJ-5 memiliki tinggi 323.19 cm dan Adira 1 sebesar 238.94 cm.
18
Tabel 4. Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman ubi kayu
Umur (MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Varietas
Adira 1
Adira 4
UJ-5
Malang 4
................................cm...........................
4.41b
6.82a
6.96a
3.95b
11.35c
16.54a
15.31b
10.33c
20.62c
30.76a
27.97b
19.37c
30.00c
43.49a
30.14b
30.34c
43.29c
64.46a
49.84b
45.15bc
65.69b
92.08a
70.58b
69.72b
89.71c
114.99a
99.44b
95.24bc
101.90c
129.39a
113.81b
110.00bc
121.37c
153.44a
130.89b
125.61bc
138.39c
162.97a
148.45b
139.77a
154.37b
176.68a
172.15a
155.25b
163.14b
186.38a
187.43a
167.34b
170.01b
198.61a
199.94a
179.24b
186.58
211.93
212.47
191.58
189.94
216.74
221.19
195.83
197.05
224.50
234.83
206.22
204.50
231.47
249.02
216.41
211.91
239.11
264.58
228.66
219.72c
247.22b
282.58a
237.19b
226.94c
259.19b
295.86a
247.05b
235.49c
267.91b
313.13a
256.19b
238.94c
275.47b
323.19a
260.55b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %.
Data pada 2-16 MST merupakan data dari penelitian sebelumnya oleh
Waluya (2011).
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui jika UJ-5 merupakan varietas yang
paling tinggi saat 44 MST. Karakteristik varietas UJ-5 adalah tinggi, lurus, dan
tidak bercabang pada batangnya. Warna batang pada varietas UJ-5 berwarna putih
(Lampiran 4).
Faktor yang mempengaruhi jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ini
adalah kualitas, umur dari stek tersebut, banyak tunas pada stek, diameter rata-rata
dari tunas tersebut, perbedaan varietas, dan lama penyimpanan dari stek itu sendiri
(Edward et al., 1977).
19
300
Tinggi Batang (cm)
250
200
150
100
50
0
2
6
10
14
18
22
26
30
34
38
42
44
Minggu Setelah Tanam
4 mata tunas
6 mata tunas
8 mata tunas
10 mata tunas
Gambar 2. Pengaruh jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ubi kayu
Tinggi batang tanaman secara nyata dipengaruhi oleh jumlah mata tunas
pada 2-24 MST. Pada 4-10 MST perlakuan jumlah mata tunas yang paling tinggi
adalah 8 mata tunas dan yang paling rendah adalah 4 mata tunas. Pada 26-44 MST
jumlah mata tunas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman ubi
kayu. (Tabel 5).
Faktor lain yang dianggap penting dalam mempengaruhi pertumbuhan
jumlah mata tunas adalah lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah
ketersediaan air yang mencukupi. Kita semua mengetahui bahwa stek mini atau
stek pendek untuk menunjang pertumbuhannya membutuhkan banyak air pada
awal periode tanam. Ubi kayu termasuk tanaman yang toleran terhadap
kekeringan namun pertumbuhan akan menurun apabila 60 hari pertama
mengalami cekaman air (Wargiono et al., 2000). Pernyataan lain yang
mendukung tentang ketersediaan air adalah tinggi setiap tanaman ubi kayu
berbeda-beda tergantung banyaknya buku dalam setiap batang tanaman. Setiap
buku terus meningkat beratnya selama pertumbuhan tetapi laju peningkatannya
kurang pada periode kering atau bila zat hara terbatas. Jumlah buku total tiap
tanaman bergantung pada jumlah buku setiap tunas dan jumlah tunas atau pucuk
setiap tanaman (Cock, 1992).
20
Tabel 5. Pengaruh jumlah mata tunas terhadap tinggi tanaman ubi kayu
Umur
(MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Jumlah Mata Tunas
4
6
8
10
.............................................cm.............................................
4.51b
5.85a
5.76a
6.02a
10.86c
13.50b
14.73a
14.43ab
21.08c
24.01b
27.55a
26.08ab
30.43c
34.52b
38.55a
36.11ab
43.29b
51.29a
53.59a
54.57a
67.59b
78.31a
75.15ab
77.03a
92.76
101.21
100.82
104.58
108.74
116.25
115.33
114.78
122.16c
130.65b
137.35ab
141.14a
140.06b
145.90ab
149.48a
154.15a
157.66b
163.27ab
166.64a
170.88a
167.69b
177.00ab
177.11ab
182.47a
178.26
188.83
188.41
192.30
198.58
201.80
200.50
201.68
202.05
208.27
206.33
207.05
214.80
217.88
214.27
215.64
223.75
229.02
224.86
223.77
232.94
240.13
235.25
235.94
243.24
249.47
248.52
245.47
257.25
261.36
256.02
254.41
270.44
272.97
264.44
264.94
273.94
280.05
270.97
273.19
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data
pada 2-16 MST merupakan data dari penelitian sebelumnya oleh Waluya
(2011).
Pada periode akhir percobaan 26-44 MST (Tabel 5) tinggi tanaman antara
4, 6, 8, dan 10 mata tunas tidak berbeda nyata. Hal ini diduga pada 44 MST terjadi
pada periode kering sehingga zat hara yang ada di dalam tanah dibagi secara
merata antar tanaman. Hal ini didukung oleh pernyataan Cock (1978) bahwa
setiap buku terus meningkat selama pertumbuhan tetapi laju peningkatannya
kurang pada periode kering atau bila zat hara terbatas. Kisaran rata-rata tinggi
tanaman
keempat perlakuan jumlah mata tunas pada 26-44 MST sebesar
189.84-274.53 cm.
21
Diameter Batang Tanaman
Diameter batang tanaman pada saat 18 MST rata-rata sebesar 2.1 cm.
Menurut Cock (1984) perbedaan pertumbuhan pada tanaman pangan yaitu pada
masa vegetatif dan reproduksi adalah dimana terjadi perbedaan waktu dan
kompetisi untuk mendapatkan asimilat, khususnya pada batang, daun, dan
pertumbuhan akar. Faktor yang mempengaruhi diameter tanaman ubi kayu salah
satunya adalah kepekaan dalam mendapatkan asimilat yang berasal dari akar dan
ditransformasikan ke seluruh bagian tanaman.
3.5
Diamter Batang (cm)
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
2
6
10
14
18
22
26
30
34
38
42
44
Minggu Setelah Tanam
Adira 1
Adira 4
UJ-5
Malang 4
Gambar 3. Pengaruh varietas terhadap diameter tanaman ubi kayu
Diameter batang tanaman ubi kayu dipengaruhi oleh varietas pada
2-16 MST (Tabel 6). Diameter paling besar adalah varietas Adira 4 dan yang
paling kecil adalah Adira 1 dan Malang 4. UJ-5 memiliki diameter yang lebih
besar dibandingkan dengan Adira 1 dan Malang 4 namun lebih kecil dari Adira 4.
Pada 18-44 MST varietas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap diameter
batang tanaman ubi kayu. Hal ini diduga pada fase awal pertumbuhan hingga
16 MST air dan hara yang diserap oleh akar sepenuhnya digunakan untuk
pembelahan sel, perpanjangan sel, dan pembentukan jaringan. Menurut Harijadi
(1996) karbohidrat sangat dibutuhan dalam laju perpanjangan dan pembentukan
jaringan. Jika karbohidrat mencukupi maka perpanjangan dan pembentukan
22
jaringan akan berjalan cepat sehingga pertumbuhan batang, daun, dan akar juga
akan berjalan cepat. Selain itu, dengan adanya absopsi air dan hormon perentang
mengakibatkan menebalnya sel dinding tanaman.
Tabel 6. Pengaruh varietas terhadap diameter batang tanaman ubi kayu
Umur
(MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
Varietas
Adira 1
Adira 4
UJ-5
Malang 4
.............................cm..............................
0.35c
0.45b
0.41a
0.37c
0.57d
0.83a
0.73b
0.64c
0.83c
1.10a
1.08a
0.95b
1.07c
1.31a
1.21b
1.14bc
1.25c
1.63a
1.35b
1.38b
1.52c
1.91a
1.58c
1.69b
1.74c
2.26a
1.79c
1.99b
1.99c
2.43a
1.95c
2.17b
2.07
2.21
1.98
2.04
2.10
2.28
2.10
2.14
2.25
2.38
2.21
2.25
2.30
2.43
2.29
2.28
2.36
2.50
2.36
2.32
2.43
2.57
2.43
2.37
2.47
2.60
2.49
2.41
2.52
2.65
2.59
2.47
2.56
2.69
2.64
2.52
2.61
2.71
2.70
2.57
2.66
2.77
2.75
2.62
2.64
2.78
2.81
2.68
2.68
2.85
2.86
2.70
2.73
2.88
2.92
2.77
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data pada 2-16 MST
merupakan data dari penelitian sebelumnya oleh Waluya (2011)
Kisaran rata-rata diameter batang keempat varietas pada 18-44 MST sebesar
2.07-2.82 cm. Hal ini diduga pada periode tersebut persediaan asimilat yang ada
lebih diperuntukkan untuk perkembangan umbi tanaman daripada untuk batang
tanaman. Perbedaan pertumbuhan pada tanaman pangan terjadi perbedaan waktu
23
dan kompetisi untuk mendapatkan asimilat antara bagian batang, daun, dan
p