PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI ASAM NAFTALEN ASETAT DAN JUMLAH BUKU PADA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG MINI TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF VARIETY NAPHTHALENE ACETIC ACID CONCENTRATE AND NUMBER OF GRAIN ON STEK

TO GROWTH OF TINY STEM STEK ON CASSAVA (Manihot esculenta Crantz)

by

Martalina Aksuri

The demand of cassava’s seed with conventional method get the barrier on the fulfill of cassava’s seed’s demand with numerous number, and the

semi-conventional method with tiny stem stek need to be developed. Tiny stem stek’s method could help to increase of cassava’s seed because the number of grain that used in stek is fewer. In order to optimalize the growth f tiny stem stek on cassava needs an aplication with auksin on that stek.

This research has a function to know about effect of variant naphthalene acetic acid concentrate and the number oh grain to rooting system and the bud of tiny stem stek on cassava. This research was held in botanical observatory in

Agriculture Faculty on University of Lampung started from March to April 2012. This research used complete factorial random design with two treatment. The first factor was the applicated of naphthalene acetic acid with four level, 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm and 2000 ppm, the second factor was the number of grain in stek, one grain stek, two grain and three grain. The result of research showed that NAA gave the real effect on the average of bud’s lenght on stek, number of grain, number pf leaves, number of root, lenght of root, wet weight of bud, wet weight of root, dry weight of bud, dry weight of root, but it wasnt give the real effect to number of tiny stem stek of cassava. The number of t grain on stek gave the real effect on number of root, number of bud, number of grain number of leaves, wet weight bud and wet weight root but wasnt give real effect on bud’s lenght and root’s lenght on cassava’s stek. Interaction between aplication of NAA and number of grain on stek gave real effect on root’s number, bud’s lenght, grain’s number, root’s lenght and wet weight of bud, but there was no interaction to bud’s lenght, leaves’s number, wet weight of root, dry weight of bud and dry weight of root on tiny stem stek in cassava.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASIASAM NAFTALEN ASETAT DAN JUMLAH BUKU PADA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN

STEK BATANG MINI TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

Oleh Martalina Aksuri

Kebutuhan bibit tanaman ubi kayu dengan metode konvensional mengalami kendala pada pemenuhan kebutuhan bibit ubi kayu dalam jumlah besar, sehingga perlu dikembangkan metode semi konvensional dengan stek batang mini tanaman ubi kayu. Metode stek batang mini dapat membantu dalam pengadaan bibit ubi kayu, karena jumlah buku yang digunakan pada stek lebih sedikit. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan stek batang mini ubi kayu perlu dilakukan pengaplikasian zat pengatur tumbuh auksin pada stek tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi Asam naftalen asetat dan jumlah buku pada pada stek terhadap perakaran dan tunas stek batang mini tanaman ubi kayu. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Maret sampai dengan April 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah pemberian asam naftalen asetat dengan empat taraf, yaitu 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm dan 2000 ppm, sedangkan faktor kedua adalah jumlah buku pada stek, yaitu stek satu buku, dua buku dan tiga buku. Hasil penelitian menunjukkan NAA berpengaruh nyata terhadap panjang tunas rata-rata per stek, jumlah buku, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, bobot basah tunas, bobot basah akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar, tetapi tidak berpengaruh nyata pada jumlah tunas stek mini ubi kayu. Jumlah buku pada stek berpengaruh nyata pada terhadap jumlah akar, jumlah tunas, jumlah buku, jumlah daun, bobot basah tunas dan bobot basah tunas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dan panjang akar stek mini ubi kayu. Interaksi antara aplikasi NAA dan jumlah buku pada stek berpengaruh pada jumlah akar, panjang tunas, jumlah buku, panjang akar, dan bobot basah tunas, tetapi tidak terdapat interaksi pada panjang tunas, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar pada stek batang mini ubi kayu.


(3)

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASIASAM NAFTALEN ASETAT DAN JUMLAH BUKU PADA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN

STEK BATANG MINI TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

(Skripsi)

Oleh Martalina Aksuri

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI ASAM NAFTALEN ASETAT DAN JUMLAH BUKU PADA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN

STEK BATANG MINI TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

Oleh

MARTALINA AKSURI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Waktu muncul tunas pada stek batang mini tanaman ubi

kayu... 23 2. Persentase stek bertunas pada umur 21 hari setelah tanam... 25 3. Persentase stek berakar pada umur 21 hari setelah tanam... 26 4. Stek batang mini tanaman ubi kayu pada umur 21 hari setelah tanam... 27 5. Akar yang terbentuk pada stek batang mini tanaman ubi

kayu pada perlakuan stek 3 buku dan 2000 ppm NAA dan

perlakuan stek 3 buku dan 0 ppm NAA... 32 6. Rata-rata persentase tumbuh stek batang mini tanaman ubi


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 5

1.3 Landasan Teori... 5

1.4 Kerangka Pemikiran... 8

1.5 Hipotesis... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1 Informasi Umum Tanaman Ubi Kayu... 11

2.2Perbanyakan Tanaman Ubi Kayu... 13

2.3Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)... 14

2.4 Peranan Hormon dalam Memacu Perakaran Stek... 15

2.5 Auksin Sintetis NAA... 16

2.6Jumlah Buku pada Stek... 17

III. METODE PENELITIAN... 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 19

3.2 Bahan dan Alat Penelitian... 19

3.3 Metode Penelitian... 19

3.4 Pelaksanaan Penelitian... 20

3.4.1 Persiapan Lahan dan Naungan... 20

3.4.2 Penyiapan dan Penanaman Stek... 20


(7)

3.4.4 Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman... 21

3.4.5 Transplanting... 21

3.5 Variabel Pengamatan... 21

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 23

4.1 Hasil Penelitian... 23

4.1.1 Pengamatan pada 21 Hari Setelah Tanam... 24

4.1.2 Pengamatan 5 Minggu Setelah Tanam... 33

4.2 Pembahasan... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 48

5.1 Kesimpulan... 48

5.2 Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA... 49


(8)

Dan Tuhan-mu berfirman,”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankanmu. Sesungguhnya orang-orang yang

sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka

Jahannam dalam keadaan hina-dina.”

(QS Al-Mu’min:60)

Kasih sayang orangtua adalah kasih yang tak pilih kasih... Sayang orangtua adalah sayang yang tak berpenghalang...

Cinta orangtua adalah cinta yang tak pernah tua...

Jika engkau khawatir bahwa keberuntungan tak berlaku ramah kepadamu, setialah kepada kegigihan,

Keberuntungan berlaku setia kepada yang rajin, Karena,

Kegigihan adalah ibu dari keberuntunganmu... (Mario Teguh, 2012)


(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Ardian, M.Agr. ...

Sekretaris : Dr. Agustiansyah, S.P, M.Si. ...

Penguji

bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. M. Kamal, M.Sc. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(10)

Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji syukur tak henti terucap dalam untaian dan

lantunan do

a, saat kasih sayang-Mu menyertaiku, saat usahaku tak terbilang

sia-sia, semua itu karena Ridho-Mu ya Rabb...

Akhirnya kupersembahkan karya kecilku ini sebagai rasa hormat, bakti, dan

cintaku kepada...

Kedua orangtuaku : Ayahanda Ririn Thamrin dan Ibunda Dra. Sumaini

Kedua adikku : Fitriana Aksuri dan Khoirul Nur Fajri

Dan Almamater tercinta ...

Agroteknologi, Fakultas Pertanian


(11)

Judul Skripsi : PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI ASAM NAFTALEN ASETAT DAN JUMLAH BUKU PADA STEK TERHADAP

PERTUMBUHAN STEK BATANG MINI TANAMAN UBI KAYU

(Manihot esculenta Crantz) Nama Mahasiswa : Martalina Aksuri

No. Pokok Mahasiswa : 0814013163 Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Ardian, M.Agr Dr. Agustiansyah, S.P, M.Si NIP 196211281987031002 NIP 197208042005011002

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P NIP 196411181989021002


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 10 Maret 1990 sebagai putri sulung dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ririn Thamrin dan Ibu Sumaini.

Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 03 Mulya Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah pada tahun 1996 - 2002; Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kecamatan Tulang Bawang Tengah pada tahun 2002 - 2005; Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2005 - 2008. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik pada tahun 2011 di Desa Purwoadi, Kecamatan Trimurjo, Kabapaten Lampung Tengah pada tahun 2011. Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional V Pekalongan, Lampung Timur.


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia, ubi kayu menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Melalui perkembangan teknologi ubi kayu dimanfaatkan untuk bahan pangan, baik secara langsung (pengolahan tradisional) maupun melalui pengolahan (industri), serta untuk pakan ternak dan industri non pangan. Saat ini ubi kayu juga dapat diolah menjadi bioetanol, yaitu bahan alternatif pengganti minyak bumi menjadi bahan bakar yang dapat diperbaharui (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Kebutuhan ubi kayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri. Peran ubi kayu dalam bidang industri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya program pemerintah untuk menggunakan sumber energi alternatif bioetanol yang menggunakan ubi kayu sebagai bahan baku. Produksi ubi kayu harus ditingkatkan untuk dapat mendukung program pemerintah tersebut.


(14)

2

Ubi kayu menjadi salah satu komoditas pertanian unggulan di Propinsi Lampung. Pada tahun 2010, total luas lahan yang ditanami ubi kayu adalah 346.217 ha dengan total produksi 8.637.594 ton dan produktivitas sebesar 24,95 ton/ha. Sementara pada tahun 2011 luas lahan yang ditanami ubi kayu seluas 368.096 ha dengan produksi 9.193.676 ton dan produktivitas sebesar 24,98 ton/ha (Badan Pusat Statistik Lampung, 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas lahan yang ditanami ubi kayu sejak tahun 2010 sampai tahun 2011. Secara keseluruhan, luas lahan yang ditanami ubi kayu terus meningkat sejak tahun 2005 sampai tahun 2011, yaitu luas lahan yang ditanami ubi kayu pada tahun 2005 adalah 252.984 ha.

Salah satu strategi yang digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman ubi kayu adalah dengan menanam klon unggul yang memiliki potensi hasil tinggi, kadar bahan kering dan kadar pati yang tinggi (Sundari, 2010). Salah satu lembaga penelitian tanaman ubi-ubian, yaitu balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan ubi-ubian telah merakit klon-klon baru yang unggul untuk

meningkat produksi tanaman ubi kayu. Masalah yang muncul adalah klon unggul tersebut tidak dapat diperoleh petani dengan mudah dan dalam jumlah yang besar, karena terbatasnya jumlah bibit yang dapat didistribusikan dalam waktu relatif singkat.

Selama ini perbanyakan tanaman ubi kayu dilakukan dengan stek konvensional menggunakan stek batang dengan panjang antara 15-20 cm. Bibit stek

konvensional ini harus berasal dari bagian tengah batang ubi kayu yang telah berumur 8-12 bulan dengan diameter 2-3 cm (Sundari, 2010). Stek yang


(15)

3

(Balai Informasi Pertanian , 1995). Padahal kebutuhan bibit tanaman ubi kayu yang ditanam secara monokultur berkisar antara 10.000-14.000 stek/ha (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, 2011). Kondisi tersebut menyebabkan munculnya masalah pada pengembangan metode stek konvensional tanaman ubi kayu, karena stek batang memiliki kekurangan dalam memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar dan waktu yang singkat, sehingga perlu dikembangkan metode lain. Metode alternatif yang dapat dikembangkan adalah dengan metode semi konvensional dengan stek batang mini. Metode ini disebut stek batang mini karena bahan tanam yang digunakan memiliki panjang stek yang lebih pendek dibandingkan dengan stek ubi kayu pada umumnya. Melalui cara alternatif ini, jumlah stek yang dihasilkan menjadi lebih banyak.

Perakaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pertumbuhan stek, karena akar berfungsi untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah yang akan digunakan pertumbuhan stek tersebut. Penggunaan stek dengan ukuran yang lebih pendek dimungkinkan dapat menghambat munculnya akar pada stek karena cadangan makanan yang tersimpan pada stek lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan stek konvensional. Untuk memacu perakaran dan meningkatkan keberhasilan stek batang mini perlu diupayakan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT yang sering digunakan untuk merangsang perakaran stek adalah golongan auksin. Auksin sintetik yang dapat digunakan diantaranya adalah asam naftalen asetat atau Naphthalene acetic acid (NAA). NAA banyak digunakan sebagai hormon akar dan kisaran konsentrasi yang mendorong pembesaran sel-sel pada akar sangat rendah. Menurut Zaer dan Mapes (1985), NAA memiliki sifat kimia lebih stabil dibanding IAA dan tidak mudah teroksidasi oleh enzim. Anwar


(16)

4

(2007) menambahkan bahwa NAA merupakan auksin sintetik yang sering digunakan, karena memiliki sifat yang lebih tahan, tidak terdegradasi dan lebih murah.

Jumlah buku pada stek juga turut memengaruhi keberhasilan dalam penyetekan. Hal ini diduga berhubungan dengan jumlah karbohidrat atau cadangan makanan yang tersimpan pada stek tersebut. Karbohidrat yang tinggi berhubungan dengan pertumbuhan akar yang kuat dan berpengaruh pada jumlah akar yang dihasilkan (Harjadi, 1989). Selain itu, semakin banyak jumlah buku semakin banyak pula tunas yang akan muncul, karena pada buku tersebut terdapat mata tunas yang akan tumbuh menjadi tunas baru (Kurniatusolihat, 2009).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah konsentrasi NAA yang dapat memengaruhi pertumbuhan stek batang mini tanaman ubi kayu ?

2. Berapakah jumlah buku pada stek yang memengaruhi pertumbuhan pada stek batang mini tanaman ubi kayu?

3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara jumlah buku dengan konsentrasi NAA terhadap pertumbuhan stek batang mini tanaman ubi kayu?


(17)

5

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, disusun tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Membandingkan pengaruh berbagai konsentrasi NAA terhadap pertumbuhan

stek batang mini tanaman ubi kayu.

2. Membandingkan pengaruh perbedaan jumlah buku pada stek terhadap pertumbuhan pada stek batang mini tanaman ubi kayu.

3. Membandingkan pengaruh interaksi beberapa kombinasi perlakuan konsentrasi NAA dan jumlah buku pada stek terhadap pertumbuhan stek batang mini tanaman ubi kayu.

1.3 Landasan Teori

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya (Widiarsih et al., 2008). Metode perbanyakan tanaman ubi kayu yang lazim digunakan adalah metode konvensional dengan menggunakan stek batang.

Bibit untuk stek batang ubi kayu harus berasal dari bagian tengah batang ubi kayu yang telah berumur 8-12 bulan, selain itu stek juga harus memiliki diameter antara 2-3 cm (Sundari, 2010). Tanaman ubi kayu yang telah berusia 10 bulan tersebut hanya dapat menghasillkan ± 10 stek/tanaman (BIP, 1995), sehingga kebutuhan bibit ubi kayu sulit dipenuhi. Penggunaan metode jumlah mata tunas per stek sebagai upaya untuk penghematan bibit ubi kayu juga sudah dilakukan .


(18)

6

Metode alternatif perbanyakan ubi kayu sangat diperlukan untuk memperoleh bibit ubi kayu dalam waktu yang singkat. Metode alternatif yang dapat

digunakan adalah perbanyakan secara vegetatif melalui perbanyakan secara semi konvensional dengan stek batang mini.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan stek adalah media pengakaran, temperatur, kelembapan udara dan cahaya, serta faktor dalam tanaman seperti tingkat ketuaan stek dan jumlah buku. Jumlah buku dapat mempengaruhi pertumbuhan stek, karena semakin panjang stek, semakin besar pula kandungan karbohidrat, sehingga akar yang dihasilkan semakin banyak (Hartmann et al., 1997). Setiyawan (2000) menyatakan bahwa perlakuan stek 3 buku memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada stek bambu ampel hijau, bila dibandingkan dengan perlakuan stek satu dan dua buku. Pada

penelitian Belehu dan Hammes (2004), stek ubi jalar 3 buku menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak dibandingkan stek satu buku.

Penelitian mengenai stek empat jenis hibrid murbei yang dilakukan oleh Sudomo,

et al. (2007) dengan menggunakan stek satu, dua, tiga dan empat mata tunas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh jumlah mata tunas terhadap kemampuan hidup dan pertumbuhan stek batang murbei. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa stek empat mata tunas memberikan hasil terbaik berdasarkan hasil rangking seluruh parameter pengamatan. Penelitian lain mengenai pengaruh penggunaan jumlah buku pada stek adalah penelitian Kurniatusolihat (2009) yang menunjukkan bahwa jumlah buku berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga tanaman terubuk. Stek tiga menghasilkan jumlah bunga terbanyak, diikuti dengan


(19)

7

stek dua buku. Jumlah bunga keduanya berbeda nyata dengan jumlah bunga yang dihasilkan oleh stek satu buku.

Menurut Salisbury dan Ross (1995), kemampuan stek membentuk akar dan tunas dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon yang

tercermin pada C/N rasio. Bagian bawah/pangkal memiliki C/N rasio yang lebih tinggi dibandingkan bagian tengah dan pucuk. Semakin tinggi C/N rasio, maka karbohidrat atau cadangan makanan di dalam tanaman juga semakin tinggi, sehingga pembentukan akar menjadi semakin cepat.

Yusnita (2010) menyatakan bahwa jika akar eksplan sulit atau tidak terbentuk, maka perlu dirangsang pembentukan akarnya dengan menggunakan media pengakaran yang diperkaya dengan auksin, misalnya NAA. Auksin adalah sekelompok senyawa yang fungsinya merangsang pemanjangan sel-sel pucuk yang spektrum aktivitasnya menyerupai IAA (indole-3-acetic-acid). Pada konsentrasi rendah, auksin dapat merangsang akar, sedangkan dalam konsentrasi tinggi justru akan menghambat laju pemanjangan ujung akar dan batang. Hal ini dikarenakan adanya efek-efek sekunder atau mulai hilangnya tekanan turgor pada dinding sel (Hendaryono dan Wijayani, 2008). Auksin berperan dalam

merangsang perakaran karena dapat memperlambat timbulnya senyawa-senyawa dalam dinding sel yang berhubungan dengan pembentukan kalsium pektat, sehingga menyebabkan dinding sel menjadi lebih elastis (Hastuti, 2002). Akibatnya sitoplasma lebih leluasa untuk mendesak dinding sel ke arah luar dan memperluas volume sel.


(20)

8

Asam naftalen asetat atau nafthalene acetic acid efektif digunakan karena tidak mudah dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lain sehingga dapat bertahan lebih lama. Zat pengatur tumbuh NAA dapat berperan sebagai perangsang

terbentuknya enzim-enzim yang aktif dalam pembelahan sel (Salisbury dan Ross, 1995). Penggunaan NAA biasa digunakan untuk pembiakan stek tanaman

berkayu dengan konsentrasi yang berbeda-beda, tergantung jenis tanaman dan metode aplikasi auksin tersebut. Konsentrasi yang digunakan untuk tanaman berkayu berkisar antara 500 ppm – 5000 ppm dan untuk tanaman berkayu lunak, seperti ubi kayu biasanya digunakan NAA pada konsentrasi 500 ppm – 1250 ppm (Widiarsih et al., 2008), sedangkan menurut Harjadi (2009), asam naftalen asetat yang digunakan untuk tanaman berbatang lunak berkisar antara 100 ppm-1000 ppm.

Hasil penelitian Nababan (2009) menunjukkan bahwa auksin pada konsentrasi 2000 ppm memberikan hasil yang lebih baik dibanding auksin pada konsentrasi 4000 ppm dan 8000 ppm pada stek ekaliptus ikon IND 48. Penggunaan metode perendaman NAA dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm pada tanaman alpukat yang dilakukan oleh Febriana (2009) menunjukkan adanya interaksi antara NAA tersebut dengan panjang stek digunakan terhadap persentase tumbuh, persentase tunas dan jumlah akar. Percobaan lanjutan yang dilakukan dengan menggunakan metode celup menunjukkan bahwa auksin pada konsentrasi 2000 ppm, 3000 ppm dan 6000 ppm tidak berpengaruh terhadap persentase tumbuh, persentase tunas, jumlah tunas dan panjang tunas tanaman alpukat.


(21)

9

1.4 Kerangka Pemikiran

Kebutuhan ubi kayu di Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu, karena tanaman ubi kayu memiliki banyak kegunaan dan manfaat. Ubi kayu dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, obat-obatan dan bahan baku bioetanol. Kebutuhan ubi kayu yang terus meningkat juga diikuti dengan

peningkatan luas lahan pertanian yang ditanami ubi kayu. Peningkatan luas lahan tersebut menyebabkan tingginya kebutuhan bibit tanaman ubi kayu.

Bibit tanaman ubi kayu selama ini diperoleh dari stek batang, tetapi untuk mendapatkan stek batang dibutuhkan waktu yang lama dan bibit tidak dapat diperoleh secara massal. Untuk mendapatkan bibit ubi kayu dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu yang singkat dapat dilakukan dengan menerapkan teknik perbanyakan secara semi konvensional dengan stek batang mini. Melalui teknik ini, bibit ubi kayu dapat diperoleh dalam jumlah yang lebih besar.

Metode perbanyakan tanaman ubi kayu dengan stek mini ini belum banyak diketahui. Untuk merangsang pertumbuhan akarnya, perlu dilakukan aplikasi zat pengatur tumbuh, yaitu auksin. Pada kadar rendah tertentu, zat pengatur tumbuh dapat memacu pertumbuhan, akan tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi, zat pengatur tumbuh justru akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan dapat mematikan tanaman tersebut.

Jenis auksin yang digunakan adalah asam naftalen asetat(NAA), karena NAA terbukti efektif untuk merangsang perakaran stek. Pemberian NAA diharapkan dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan akar dan keseragaman akar. Seperti halnya ZPT lain, pengaruh NAA akan efektif pada konsentrasi tertentu.


(22)

10

Konsentrasi NAA untuk merangsang perakaran tergantung pada cara aplikasi dan jenis tanaman yang digunakan sebagai eksplan.

Faktor lain, selain ZPT, yang memengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah jumlah buku pada stek. Jumlah buku berpengaruh pada pertumbuhan stek berhubungan dengan cadangan makanan yang tersimpan yang menunjang

pertumbuhan stek tersebut. Semakin banyak jumlah cadangan makanan yang tersimpan, makin besar pula kemungkinan keberhasilan pertumbuhan stek yang ditanam.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. NAA pada konsentrasi 2000 ppm memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan pada stek batang mini tanaman ubi kayu

2. Stek tiga buku memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan stek batang mini tanaman ubi kayu

3. Terdapat interaksi antara jumlah buku dan NAA terhadap pertumbuhan stek batang mini tanaman ubi kayu


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Informasi Umum Tanaman Ubi Kayu

Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Brasil. Penyebaran ubi kayu hampir keseluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India dan Tiongkok. Ubi kayu masuk ke Indonesia pada tahun 1852 (Purwono dan

Purnamawati, 2007). Sampai saat ini, Brasil merupakan pusat asal dan sekaligus sebagai pusat keragaman ubi kayu (Prihandana et al., 2007).

Umbi dari ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis ubi kayu yang ditanam. Umbi ubi kayu berasal dari pembesaran sekunder akar adventif (Purwono dan Purnamawati, 2007). Batang tanaman ini berkayu dengan bagian gabus (pith) yang lebar. Setiap batang menghasilkan rata-rata satu buku (node) per hari di awal pertumbuhannya, dan satu buku per minggu di masa-masa selanjutnya. Menurut Prihandana et al., (2007), panjang ruas buku

bervariasi tergantung genotipe, umur tanaman, dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air dan cahaya.

Di Indonesia, saat ini ubi kayu mulai digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula dan etanol dengan produktivitas 2 000 - 7 000 liter etanol per ha


(24)

12

(Purwono dan Purnamawati, 2007). Tanaman ubi kayu juga digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Sejak tahun 1978, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan telah melepas 10 varietas unggul ubi kayu, namun hanya ada 4 klon yang disarankan untuk digunakan sebagai bahan baku bioetanol.

Produktivitas klon unggul ubi kayu tersebut dapat mencapai 25 – 40 ton/ha dengan umur panen 8 sampai 10 bulan (Wargiono, 2006).

Secara taksonomi, klasifikasi tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Malphigiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz.

Klon ubi kayu sudah tersebar luas di masyarakat pada masa sekarang ini. Klon tersebut merupakan klon lokal maupun klon unggulan nasional. Berdasarkan laporan tahunan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), Malang tahun 2000 menyebutkan bahwa telah diperoleh 28 kombinasi persilangan dan 3 kombinasi silang bebas klon-klon ubi kayu dalam rangka

pembentukan klon unggul ubi kayu yang rendah HCN dan toleran terhadap serangan hama tungau merah. Klon unggul ubi kayu yang saat ini banyak ditanam dikalangan masyarakat diantaranya adalah: Adira 1, Adira 2, Adira 4, Darul


(25)

13

Hidayah, Malang 1, Malang 2, Malang 4, Malang 6, UJ-3, dan UJ-5 (Purwono dan Purnamawati, 2007).

2.2 Perbanyakan Tanaman Ubi Kayu

Tanaman ubi kayu umumnya diperbanyak dengan menggunakan stek batang, walaupun tanaman ini juga dapat diperbanyak dengan menumbuhkan

bijinya. Perbanyakan vegetatif dengan stek batang berkaitan dengan kesamaan karakter keturunannya dengan indukan asal stek. Perbanyakan tanaman dengan stek batang memiliki kendala pada terbatasnya jumlah bibit yang dapat disebar atau didistribusikan dalam waktu relatif singkat. Perbanyakan dengan biji hanya digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman, bukan untuk budidaya, karena membutuhkan proses dan waktu yang lama (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2011).

Bahan stek yang dapat diperoleh dari satu tanaman ubi kayu berumur 10 bulan atau lebih hanya sekitar 10 stek (BIP, 1995). Sedikitnya jumlah stek yang dapat digunakan disebabkan oleh bagian stek hanya dapat diperoleh dari bagian tengah batang tanaman, karena bagian tersebut memiliki kemampuan bertunas lebih baik dibandingkan bagian pucuk dan pangkal (Purwono dan Purnawati, 2007).

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kebutuhan stek ubi kayu yang tinggi, yaitu sekitar 10.000 (Purwono dan Purnawati, 2007) – 14.000 stek/ ha untuk penanaman monokultur.


(26)

14

2.3 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan semua senyawa, baik yang alami atau sintetik, yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur (merangsang atau

menghambat) pertumbuhan dan perkembangan sel atau tanaman (Yusnita, 2010). Menurut Yusnita (2010), semua hormon adalah ZPT tetapi tidak semua ZPT adalah hormon.

Karakteristik dari zat pengatur tumbuh menurut Arteca tahun 1996 adalah sebagai berikut:

1. Harus merupakan senyawa yang dikarakterisasi secara kimiawi, yang mengalami biosintetsis dalam tanaman dan menyebar luas dalam dunia tumbuhan

2. Harus menunjukkan aktivitas biologi spesifik meskipun dalam konsentrasi sangat rendah

3. Harus dapat dibuktikan perannya dalam mengatur fenomena fisiologi in vivo

dalam dosis tertentu yang tergantung pada perubahan kepekaan jaringan dalam perkembangannya

Zat pengatur tumbuh terbagi kedalam beberapa golongan utama, yaitu auksin, sitokinin, giberellins, asam absisat, etilen, brasinosteroid, salisilat dan jasmonat (Harjadi, 2009). Setiap tipe ZPT mempunyai pengaruh masing-masing terhadap tanaman. Tipe - tipe ZPT tersebut mempunyai kesamaan yaitu mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Aktivitas ZPT bergantung pada dosis dan atau disebabkan oleh perubahan kepekaan jaringan. Zat pengatur tumbuh tidak dapat bekerja


(27)

15

sendiri dalam menimbulkan suatu respon, tetapi harus ada interaksi dengan beberapa senyawa lain (Harjadi, 2009).

Penambahan ZPT pada pembibitan menggunakan stek sangat penting. Jenis ZPT yang lazim digunakan adalah adalah auksin dan sitokinin. Menurut Hartmann et al. (1997) auksin berpengaruh dalam pembentukan akar, tunas, dan kalus. Auksin berperan dalam mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Selain itu auksin juga berperan dalam pemanjangan batang, pertumbuhan, diferensiasi, dan percabangan akar.

2.4 Peranan Hormon dalam Memacu Perakaran Stek

Hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi

metabolik penting. Untuk mempercepat perakaran pada stek diperlukan perlakuan khusus, yaitu dengan pemberian hormon dari luar. Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar didapatkan sistem perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat. Konsentrasi dan jumlahnya sangat tergantung pada faktor-faktor seperti umur bahan stek, waktu/lamanya pemberian hormon, cara pemberian, jenis hormon dan sistem stek yang digunakan (Yasman dan Smits, 1988).

Perangsangan pengakaran merupakan salah satu aplikasi penggunaan auksin dalam pertanian, khususnya dalam perbanyakan vegetatif. Akar yang terbentuk pada stek daun dan stek batang disebut akar adventif (Harjadi, 2009). Untuk perakaran stek, hormon yang paling menentukan adalah dari kelompok auksin. Hormon ini secara alami sudah terdapat dalam tanaman, akan tetapi untuk lebih


(28)

16

mempercepat proses perakaran stek maka perlu ditambahkan dalam jumlah dan konsentrasi tertentu untuk dapat merangsang perakaran (Yasman dan Smits, 1988).

Perakaran yang timbul pada stek disebabkan oleh dorongan auksin yang berasal dari tunas dan daun. Tunas yang sehat pada batang adalah sumber auksin dan merupakan faktor penting dalam perakaran. Auksin membantu meningkatkan pertumbuhan akar dikarenakan dapat menginduksi sekresi ion H+ keluar melalui dinding sel, sehingga terjadi pengasaman pada dinding sel yang menyebabkan K+ diambil dan pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan mendorong enzim sellulase memotong-motong ikatan selulosa pada dinding primer hingga dinding menjadi elastis dan sel membesar dan membentuk akar (Gunawan,1988).

2.5 Auksin Sintetis NAA

Auksin adalah istilah umum untuk sekelompok senyawa yang fungsinya merangsang pemanjangan sel-sel pucuk di daerah sub-apikal yang spektrum aktivitasnya menyerupai IAA (indole-3-acetic-acid). Auksin dapat

mempengaruhi proses lain, terutama dalam proses pemanjangan (Harjadi, 2009). Pierik (1997) menyatakan bahwa pada umumnya auksin meningkatkan

pemanjangan sel, pembelahan sel, dan pembentukan akar adventif. Yusnita (2010) menyatakan bahwa jika akar eksplan sulit atau tidak tebentuk, maka pembentukan akar perlu dirangsang secara tersendiri di media perakaran yang diperkaya dengan auksin, misalnya NAA.


(29)

17

Asam naftalen asetat (NAA) merupakan auksin sintetik yang memiliki

kemampuan untuk menginduksi akar, kalus, dan tunas. NAA juga memiliki sifat yang lebih stabil karena tidak mudah terurai oleh enzim yang dikeluarkan oleh tanaman atau pemanasan dalam proses sterilisasi medium. NAA juga tidak mengalami oksidasi enzimatik seperti halnya IAA (Indole-3Asetic Acid). Kekurangan NAA adalah mempunyai kisaran kepekatannya yang sempit. Batas kepekatan yang meracuni dari zat ini sangat mendekati kepekatan optimum untuk perakaran. Dengan demikian, kita perlu waspada agar kepekatan optimum ini tidak terlampaui (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Jenis tanaman yang berbeda memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap penambahan NAA. NAA lebih aktif dibandingkan IBA dalam menstimulir akar, misalnya pada kultur jaringan bambu. Pada penggunaan IBA, pucuk harus mencapai ukuran panjang tertentu untuk dapat berakar, yaitu sekitar 3 cm,

sedangkan dengan NAA pucuk dapat berakar meskipun panjang pucuknya hanya 1-2 cm (Harjadi, 2009).

2.6 Jumlah Buku pada Stek

Panjang stek berpengaruh terhadap pembentukan akar dan tunas. Semakin

panjang stek semakin besar kandungan karbohidrat, sehingga akar yang dihasilkan semakin banyak (Hartmann et al., 1997). Hasil Percobaan Kurniatusolihat (2009), menunjukkan bahwa stek dengan 3 buku memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan stek satu dan dua buku pada tanaman terubuk. Hal ini diduga karena cadangan makanan yang tersimpan di dalam stek 3 buku lebih banyak dibandingkan cadangan makanan yang dimiliki perlakuan lainnya.


(30)

18

Menurut Hartmann et al. (1997), semakin banyak jumlah buku maka semakin banyak pula cadangan makanan berupa karbohidrat yang tersimpan, sehingga akar dan jumlah tunas yang dibentuk akan semakin banyak pula. Akar yang banyak membuat tanaman dapat menyerap nutrisi lebih banyak. Selain itu, semakin banyak jumlah buku tentunya tunas yang muncul akan semakin banyak, karena pada buku tersebut terdapat mata tunas yang akan tumbuh menjadi tunas baru.


(31)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Maret sampai April 2012.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian.

Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan tanam ubi kayu klon Kasersart, auksin sintetik NAA, alkohol 50%, aquades dan fungisida.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah magnetic stirer, gelas ukur, cangkul, koret, gembor, penggaris, pisau, gergaji, bambu, plastik semi transparan, dan paranet.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara faktorial 4 x 3 dalam rancangan teracak lengkap dengan sepuluh ulangan dan dua satuan percobaan per perlakuan. Faktor pertama adalah adalah berbagai konsentrasiAsam naftalen asetat (NAA), yaitu 0 ppm (n0); 500 ppm (n1); 1000 ppm (n2); dan 2000 ppm (n3), sedangkan faktor kedua adalah jumlah buku pada stek yang digunakan yaitu stek stek satu buku (b1), dua buku (b2) dan stek tiga buku (b3).


(32)

20

Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan dan naungan

Pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 20-30 cm kemudian diratakan dan dihaluskan menggunakan koret. Lahan penelitian dibuat dengan ukuran 2 m x 1 m. Bagian atas lahan diberi atap naungan menggunakan paranet dengan menggunakan bambu sebagai penyangganya.

3.4.2 Penyiapan dan Penanaman Stek

Pada percobaan awal, stek berasal dari tunas aksilar tanaman ubi kayu yang berumur 2 bulan. Akan tetapi, stek tersebut rentan busuk pada saat penanaman, sehingga bahan stek diganti. Stek pengganti diambil dari batang tanaman ubi kayu berumur 10 bulan yang dipotong menjadi stek satu buku, dua buku, dan tiga buku dengan panjang rata-rata 3-7 cm dan diameter 1,3 – 1,5 cm. Bagian pangkal stek dicelupkan ke dalam larutan NAA 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, dan 2000 ppm selama 5 detik. Selanjutnya stek ditanam tegak lurus pada lahan yang telah disiapkan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm.

3.4.3 Penyungkupan

Sungkup dibuat dengan menggunakan plastik semi transparan yang dipasang diatas kerangka yang terbuat dari bambu dengan tinggi 70 cm, tujuannya adalah untuk menjaga kelembaban tanaman. Apabila suhu udara tinggi, bagian depan dan


(33)

21

belakang sungkup tersebut dibuka dan kembali ditutup pada saat suhu udara tidak terlalu tinggi. Sungkup dibuka secara keseluruhan 2 minggu setelah tanam.

3.4.4 Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman

Pemeliharaan dan perawatan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman, penyiangan gulma, penyemprotan fungisida, dan pemupukan. Penyiraman dilakukan setiap sore hari atau sesuai dengan melihat kondisi lahan penanaman. Penyiraman dilakukan apabila lahan penanaman telah kering. Penyiangan gulma dilakukan secara manual menggunakan tangan, tanpa menggunakan alat bantu. Alat bantu penyiangan gulma tidak dapat digunakan karena dapat merusak

tanaman yang tanam dengan jarak tanam rapat. Penyemprotan fungisida dilakukan dua minggu sekali untuk melindungi tanaman dari serangan jamur. Pemupukan dilakukan setelah stek dipindah tanam (transplanting).

3.4.5 Transplanting

Pada 3 minggu setelah tanam, dilakukan pengamatan pertama. Stek dicabut dengan hati-hati agar akarnya tidak rusak. Selanjutnya stek dipindahkan dilahan dengan kondisi pencahayaan penuh selama 2 minggu. Pengamatan kedua dilakukan pada 2 minggu setelah stek dipindahkan.

3.5 Variabel Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kecepatan bertunas


(34)

22

2. Persentase stek berakar

Dihitung pada pengamatan pertama, yaitu pada 21 hari setelah tanam 3. Persentase stek bertunas

Dihitung pada pengamatan pertama, yaitu pada 21 hari setelah tanam 4. Jumlah tunas

Dihitung berdasarkan banyaknya tunas yang dihasilkan per tanaman 5. Panjang tunas rata-rata per stek

Dihitung berdasarkan rata-rata panjang seluruh tunas yang tumbuh pada setiap stek

6. Jumlah daun

Dihitung berdasarkan banyaknya jumlah daun yang dihasilkan dari seluruh cabang per stek tanaman

7. Jumlah akar

Dihitung berdasarkan banyaknya akar yang dihasilkan per stek 8. Panjang tunas rata-rata per stek

Dihitung berdasarkan panjang rata-rata seluruh akar yang dihasilkan per stek 9. Bobot basah

Diukur pada pengamatan terakhir, yaitu setelah 5 minggu setelah tanam. Bobot basah yang diukur adalah bobot basah tunas dan bobot basah akar. 10. Bobot kering

Diukur pada pengamatan terakhir, yaitu setelah 5 minggu setelah tanam. Bobot kering yang diukur adalah bobot kering tunas dan bobot kering akar


(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perlakuan asam naftalen asetat pada konsentrasi 500 ppm dapat

meningkatkan pertumbuhan tunas, sedangkan pertumbuhan akar meningkat pada aplikasi asam naftalen asetat pada konsentrasi 2000 ppm.

2. Stek tiga buku dapat meningkatkan pertumbuhan tunas dan akar stek batang mini tanaman ubi kayu.

3. Pengaruh interaksi terbaik pada pertumbuhan tunas terdapat pada perlakuan stek tiga buku yang dikombinasikan dengan 500 ppm NAA, sedangkan pengaruh interaksi terbaik pada pertumbuhan akar terdapat pada kombinasi perlakuan stek tiga buku dan 2000 ppm NAA.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian serupa, tetapi dilakukan sampai stek batang mini ubi kayu tersebut menghasilkan ubi.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, N. 2007. Pengaruh Media Multiplikasi Terhadap Pembentukan Akar pada Tunas In Vitro Nenas (Ananas comocus (L.) Merr.) cv. Smooth Cayenne di Media Pengakaran. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal.

Arteca, R.N. 1996. Plant Growth Subtance, Principles and Application. Chapman and Hall. 332 p.

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. 2011.

Budidaya Ubi Kayu. Sukabumi, Jawa Barat.

Badan Pusat Statistik Lampung. 2012.Lampung dalam Angka 2012. BPS Lampung dan Bappeda Propinsi Lampung

Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. 1995. Budidaya Ubi Kayu. Lembar Informasi Pertanian. Irian Jaya. 4 hal.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. 2011. Cara Tanam Ubi Kayu Sistem Double Row. Departemen Pertanian. Bandar Lampung

Belehu, T. and P. S. Hammes. 2004. Effect of temperature, soil moisture content and type of cutting on establishment of sweet potato cuttings. African Journal Plant Soil 21(2): 85-89.

Daisy P. S. H dan A., Wijayani. 2008. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta. 137 hal.

Davis, T.D., B.E, Haissig. 1988. Adventitious Root Formation in Cuttings. Dioscorides Press. Portland, Oregon. 315 p.

Febriana, S. 2009. Pengaruh konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan

Panjang Stek terhadap Pembentukan Akar dan Tunas pada Stek Apokad

(Persea americana Mill.). Skripsi. Program Studi Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 58 hlm.


(37)

50

Gardner, F.P, R.B. Pearce dan R.L Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Terjemahan Herawati Susilo. UI-Press. Jakarta. 428 hal.

George, E.F., P.D. 1996. Plant Propagation by Tissue Culture. Second edition 1993/1996. Exegetics Limited. England. 501 p.

Gunawan, L. W. 1988. Teknik kultur jaringan. Laboratoiumn Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. 303 hal. Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian.

Faperta. IPB. Bogor. 506 hlm.

Harjadi,S. S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hal. Hastuti, E.D. 2002. Fitohormon. Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi

Tumbuhan. Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNDIP. Semarang. Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies dan R.L Geneva. 1997. Plant

Propagation: Principles and Practices. 6th edition. 770 p. Heddy, S. 1986. Hormon Tanaman. CV Rajawali. Jakarta. 97 hlm.

Husada, R. 2008. Pengaruh Beberapa Konsentrasi Naphthalene Acetic Acid (NAA) atau Indole Butyric Acid (IBA) pada Pembentukan Akar Adventif Setek Sirih Merah Satu Buku. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 53 hlm

Kurniatusolihat, N. 2009. Pengaruh Bahan Stek dan Pemupukan Terhadap Produksi Terubuk. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 46 hal. Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh. CV. Yasaguna. Jakarta Selatan. 75 hal. Pierik. 1997. In vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publisher.

Netherland. 344 p.

Prihandana, R., E., Hambali, S. Mujdalipah, dan R. Hendrok. 2010. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia. Jakarta. 194 hal

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hlm.


(38)

51

Rudianto, 2010. Pengaruh Pemberian NAA dan Konsentrasi IBA terhadap Keberhasilan Penyetekan Sirih Merah. Skripsi. Program Studi

Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 68 hlm

Salisbury, F.B. dan Ross,C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan dari

Plant Physiology oleh D.R. Lukman, dan Sumaryono. Disunting oleh Niksolihin, S. Penerbit ITB. Bandung. 343 hlm.

Setiyawan, A. 2000. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam pada Transplanting Setek Cabang 1 Buku dan 2 Buku Bambu Ampel Hijau. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hlm.

Sitepu, H. G. 2007. Mikropropagasi Tunas Stroberi dengan Pemberian NAA dan BAP pada Media MS. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. 95 hlm.

Sudomo A., S., Pudjiono dan M., Na’iem. 2007. Pengaruh Jumlah Mata Tunas terhadap Kemampuan Hidup dan Pertumbuhan Stek Empat Jenis Hibrid Murbei. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 1 No 1. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. 11 hal.

Sundari. 2010. Petunjuk Teknis Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 12 hal. Triana, I. 2004. Pengaruh Jenis Bahan Stek dan Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F

terhadap Keberhasilan Stek Oleander (Nerium oleander Mill.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34 hlm.

Wargadipura, R. dan S. Salahudin. 1983. Pengaruh mixtasol dan atonik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Stevia rebaudiana berto. Bulletin

Agronomi. 14 (2).

Wargiono. 2006. Cassava: Solusi Pemberagaman Kemandirian Pangan. Grasindo. Jakarta. 185 hal.

Yasman,I dan W.T.M. Smits. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Balai Penelitian Kehutanan. Samarinda. 26 hal.


(39)

52

Yogaswari, W. A. 2008. Pengaruh Konsentrasi IBA dan Jumlah Buku

pada Keberhasilan Penyetekan Sirih Merah dengan Media Pasir Kali. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60 hlm

Yusnita, 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien. Agromedia Pustaka. Jakarta. 105 hal.

Yusnita.2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 128 hlm.

Zaer, J. S. dan M. O. Mapes. 1985. Action of Growth Regulators. p. 231-255. In

J. M. Bonga and P. J. Durzan (eds.). Tissue Culture in Forestry. Martinus NIJHOFF. London. 436 p.


(1)

2. Persentase stek berakar

Dihitung pada pengamatan pertama, yaitu pada 21 hari setelah tanam 3. Persentase stek bertunas

Dihitung pada pengamatan pertama, yaitu pada 21 hari setelah tanam 4. Jumlah tunas

Dihitung berdasarkan banyaknya tunas yang dihasilkan per tanaman 5. Panjang tunas rata-rata per stek

Dihitung berdasarkan rata-rata panjang seluruh tunas yang tumbuh pada setiap stek

6. Jumlah daun

Dihitung berdasarkan banyaknya jumlah daun yang dihasilkan dari seluruh cabang per stek tanaman

7. Jumlah akar

Dihitung berdasarkan banyaknya akar yang dihasilkan per stek 8. Panjang tunas rata-rata per stek

Dihitung berdasarkan panjang rata-rata seluruh akar yang dihasilkan per stek 9. Bobot basah

Diukur pada pengamatan terakhir, yaitu setelah 5 minggu setelah tanam. Bobot basah yang diukur adalah bobot basah tunas dan bobot basah akar. 10. Bobot kering

Diukur pada pengamatan terakhir, yaitu setelah 5 minggu setelah tanam. Bobot kering yang diukur adalah bobot kering tunas dan bobot kering akar


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perlakuan asam naftalen asetat pada konsentrasi 500 ppm dapat

meningkatkan pertumbuhan tunas, sedangkan pertumbuhan akar meningkat pada aplikasi asam naftalen asetat pada konsentrasi 2000 ppm.

2. Stek tiga buku dapat meningkatkan pertumbuhan tunas dan akar stek batang mini tanaman ubi kayu.

3. Pengaruh interaksi terbaik pada pertumbuhan tunas terdapat pada perlakuan stek tiga buku yang dikombinasikan dengan 500 ppm NAA, sedangkan pengaruh interaksi terbaik pada pertumbuhan akar terdapat pada kombinasi perlakuan stek tiga buku dan 2000 ppm NAA.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian serupa, tetapi dilakukan sampai stek batang mini ubi kayu tersebut menghasilkan ubi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, N. 2007. Pengaruh Media Multiplikasi Terhadap Pembentukan Akar pada Tunas In Vitro Nenas (Ananas comocus (L.) Merr.) cv. Smooth Cayenne di Media Pengakaran. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal.

Arteca, R.N. 1996. Plant Growth Subtance, Principles and Application. Chapman and Hall. 332 p.

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. 2011. Budidaya Ubi Kayu. Sukabumi, Jawa Barat.

Badan Pusat Statistik Lampung. 2012. Lampung dalam Angka 2012. BPS Lampung dan Bappeda Propinsi Lampung

Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. 1995. Budidaya Ubi Kayu. Lembar Informasi Pertanian. Irian Jaya. 4 hal.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. 2011. Cara Tanam Ubi Kayu Sistem Double Row. Departemen Pertanian. Bandar Lampung

Belehu, T. and P. S. Hammes. 2004. Effect of temperature, soil moisture content and type of cutting on establishment of sweet potato cuttings. African Journal Plant Soil 21(2): 85-89.

Daisy P. S. H dan A., Wijayani. 2008. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta. 137 hal.

Davis, T.D., B.E, Haissig. 1988. Adventitious Root Formation in Cuttings. Dioscorides Press. Portland, Oregon. 315 p.

Febriana, S. 2009. Pengaruh konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan

Panjang Stek terhadap Pembentukan Akar dan Tunas pada Stek Apokad (Persea americana Mill.). Skripsi. Program Studi Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 58 hlm.


(4)

50

Gardner, F.P, R.B. Pearce dan R.L Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI-Press. Jakarta. 428 hal.

George, E.F., P.D. 1996. Plant Propagation by Tissue Culture. Second edition 1993/1996. Exegetics Limited. England. 501 p.

Gunawan, L. W. 1988. Teknik kultur jaringan. Laboratoiumn Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. 303 hal. Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian.

Faperta. IPB. Bogor. 506 hlm.

Harjadi,S. S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hal. Hastuti, E.D. 2002. Fitohormon. Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi

Tumbuhan. Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNDIP. Semarang. Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies dan R.L Geneva. 1997. Plant

Propagation: Principles and Practices. 6th edition. 770 p. Heddy, S. 1986. Hormon Tanaman. CV Rajawali. Jakarta. 97 hlm.

Husada, R. 2008. Pengaruh Beberapa Konsentrasi Naphthalene Acetic Acid (NAA) atau Indole Butyric Acid (IBA) pada Pembentukan Akar Adventif Setek Sirih Merah Satu Buku. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 53 hlm

Kurniatusolihat, N. 2009. Pengaruh Bahan Stek dan Pemupukan Terhadap Produksi Terubuk. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 46 hal. Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh. CV. Yasaguna. Jakarta Selatan. 75 hal. Pierik. 1997. In vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publisher.

Netherland. 344 p.

Prihandana, R., E., Hambali, S. Mujdalipah, dan R. Hendrok. 2010. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia. Jakarta. 194 hal

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hlm.


(5)

Rudianto, 2010. Pengaruh Pemberian NAA dan Konsentrasi IBA terhadap Keberhasilan Penyetekan Sirih Merah. Skripsi. Program Studi

Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 68 hlm

Salisbury, F.B. dan Ross,C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan dari Plant Physiology oleh D.R. Lukman, dan Sumaryono. Disunting oleh Niksolihin, S. Penerbit ITB. Bandung. 343 hlm.

Setiyawan, A. 2000. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam pada Transplanting Setek Cabang 1 Buku dan 2 Buku Bambu Ampel Hijau. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hlm.

Sitepu, H. G. 2007. Mikropropagasi Tunas Stroberi dengan Pemberian NAA dan BAP pada Media MS. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. 95 hlm.

Sudomo A., S., Pudjiono dan M., Na’iem. 2007. Pengaruh Jumlah Mata Tunas terhadap Kemampuan Hidup dan Pertumbuhan Stek Empat Jenis Hibrid Murbei. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 1 No 1. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. 11 hal.

Sundari. 2010. Petunjuk Teknis Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 12 hal. Triana, I. 2004. Pengaruh Jenis Bahan Stek dan Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F

terhadap Keberhasilan Stek Oleander (Nerium oleander Mill.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34 hlm.

Wargadipura, R. dan S. Salahudin. 1983. Pengaruh mixtasol dan atonik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Stevia rebaudiana berto. Bulletin

Agronomi. 14 (2).

Wargiono. 2006. Cassava: Solusi Pemberagaman Kemandirian Pangan. Grasindo. Jakarta. 185 hal.

Yasman,I dan W.T.M. Smits. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Balai Penelitian Kehutanan. Samarinda. 26 hal.


(6)

52

Yogaswari, W. A. 2008. Pengaruh Konsentrasi IBA dan Jumlah Buku

pada Keberhasilan Penyetekan Sirih Merah dengan Media Pasir Kali. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60 hlm

Yusnita, 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien. Agromedia Pustaka. Jakarta. 105 hal.

Yusnita.2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 128 hlm.

Zaer, J. S. dan M. O. Mapes. 1985. Action of Growth Regulators. p. 231-255. In J. M. Bonga and P. J. Durzan (eds.). Tissue Culture in Forestry. Martinus NIJHOFF. London. 436 p.