Pengaruh jumlah mata tunas stek terhadap pertumbuhan empat varietas ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.)

PENGARUH JUMLAH MATA TUNAS STEK TERHADAP
PERTUMBUHAN EMPAT VARIETAS UBI KAYU
(Manihot esculenta Crantz.)

Oleh
ANGGA WALUYA
A24062477

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN

ANGGA WALUYA. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Stek terhadap
Pertumbuhan Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.).
(Dibawah bimbingan NURUL KHUMAIDA dan SUWARTO).
Kendala dalam pengembangan ubi kayu adalah kurang tersedianya bibit
bermutu pada saat tanam, biaya transportasi bibit mahal, dan bibit ubi kayu
memerlukan ruangan yang luas untuk penyimpanan. Kebutuhan bibit ubi kayu

untuk budidaya secara monokultur adalah 10 000-15 000 stek per ha. Bahan
tanam (bibit) yang umum digunakan yaitu stek batang panjang sekitar 20 cm
dengan jumlah mata tunas ± 12-15 mata. Jika satu batang ubi kayu dengan ukuran
1-2 m digunakan untuk bibit, akan diperoleh 5-10 stek dan untuk 1 ha lahan
dengan kebutuhan bibit 10 000 stek per ha memerlukan 1 000 sampai 2 000
batang untuk bahan stek. Sehingga akan memerlukan bahan tanam yang banyak
untuk suatu luasan lahan, biaya transportasi bibit mahal, serta ruang untuk
penyimpanan bibit juga harus luas.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah penghematan penggunaan stek, dengan memperpendek ukuran atau
mengurangi jumlah mata tunas. Namun penghematan stek tersebut harus tetap
mampu menghasilkan pertumbuhan yang baik dan produksi yang tinggi. Diduga
kendala dalam penggunaan stek pendek diantaranya kehilangan cadangan bahan
makanan akan lebih cepat sehingga daya tumbuh pada stek yang pendek akan
lebih kecil dan jumlah tunas yang tumbuh pada stek akan lebih sedikit, sehingga
memberikan lebih sedikit pilihan dalam pemilihan 2 tunas terbaik.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jumlah mata tunas
per stek terhadap pertumbuhan ubi kayu varietas Adira-1, Adira-4, UJ-5 dan
Malang-4. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan IPB pada
bulan Agustus 2010 sampai bulan Februari 2011. Percobaan ini menggunakan

rancangan petak terbagi (Split Plot Design). Varietas ubi kayu sebagai petak
utama terdiri dari empat taraf yaitu Adira-1 (V1), Adira-4 (V2), UJ-5 (V3) dan
Malang-4 (V4). Jumlah mata tunas stek sebagai anak petak terdiri dari empat taraf
yaitu 4 mata tunas (P1), 6 mata tunas (P2), 8 mata tunas (P3), dan 10 mata tunas

(P4). Percobaan terdiri dari 3 ulangan, sehingga terdapat 48 satuan percobaan,
dengan 20 tanaman ubi kayu per petak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah mata tunas stek tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap daya tumbuh, tinggi batang (pada 14-16
MST), serta jumlah umbi (8 MST dan 16 MST), bobot basah umbi, diameter
umbi, dan panjang umbi pada umur 16 MST. Hal ini menunjukan bahwa sampai
16 MST (untuk tujuan produksi umbi), penggunaan stek 4 mata tunas sangat
efektif digunakan pada empat varietas yang dicoba. Selain itu, penggunaan stek 4
mata tunas dapat menghemat penggunaan bibit ubi kayu sekaligus meningkatkan
rasio perbanyakan ubi kayu dan meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja
untuk penunasan (pemilihan 2 tunas terbaik).
Varietas memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peubah pengamatan
jumlah tunas (1-4 MST) dengan jumlah tunas terbanyak terdapat pada varietas
Malang-4, tinggi batang (2-12 MST) dengan batang tertinggi terdapat pada
varietas Adira-4, diameter batang (2-16 MST) dengan diameter batang terbesar

terdapat pada varietas Adira-4, jumlah umbi (8 MST dan 16 MST) dengan jumlah
umbi terbanyak terdapat pada varietas UJ-5, bobot basah umbi (16 MST) dengan
umbi terberat terdapat pada varietas Malang-4, diameter umbi (16 MST) dengan
diameter umbi terbesar terdapat pada varietas Adira-4, dan panjang umbi (16
MST) dengan umbi terpanjang terdapat pada varietas Malang-4. Namun demikian
varietas tidak berpengaruh nyata terhadap daya tumbuh. Interaksi antar perlakuan
hanya terjadi pada peubah jumlah tunas (2-4 MST), tinggi batang (2-10 MST),
dan diameter batang (2-6 MST).

PENGARUH JUMLAH MATA TUNAS STEK TERHADAP
PERTUMBUHAN EMPAT VARIETAS UBI KAYU
(Manihot esculenta Crantz.)

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Angga Waluya
A24062477


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: PENGARUH JUMLAH MATA TUNAS STEK TERHADAP
PERTUMBUHAN

EMPAT

VARIETAS

UBI

KAYU


(Manihot esculenta Crantz.)
Nama

: ANGGA WALUYA

NIM

: A24062477

Departemen

: AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Nurul Khumaida, M. Si.

NIP. 19650719 199512 2 001

Dr. Ir. Suwarto, M. Si.
NIP. 19630212 198903 1 004

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.
NIP. 19610106 198503 2 002

Tanggal lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Subang Jawa Barat pada tanggal 13 Desember 1987.
Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Dedi
Sutaedih dan Ibu Endah Warnendah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2000 di SD Negeri

Giriwangi, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Sagalaherang dan
lulus pada tahun 2003. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas pada tahun
2006 di SMA Negeri 1 Subang.
Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2007 penulis diterima
sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus di Organisasi
Mahasiswa Daerah (OMDA) Forum Komunikasi Kulawargi Subang (FOKKUS)
dan Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON).

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah dan kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Jumlah Mata Tunas Stek terhadap
Pertumbuhan Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)”.
Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh

gelar


Sarjana

Pertanian pada Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis dapat mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam
penyusunan skripsi ini berkat adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Nurul Khumaida, M. Si. yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam hal akademis selama perkuliahan, penyusunan usulan dan pelaksanaan
penelitian, serta penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Suwarto, M. Si. yang telah memberikan bimbingan dan arahannya baik
dalam penyusunan usulan, pelaksanaan penelitian, maupun dalam penulisan
skripsi ini.
3. Ir. Heni Purnamawati, M. Sc. Agr. selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan bagi penulis.
4. Hibah Penelitian Strategis Nasional, DP2M Dikti Tahun 2010.
5. Kedua orang tua (ayahanda tercinta Dedi Sutaedih dan ibunda tercinta Endah
Warnendah) atas kasih sayang dan dorongan yang tulus, baik moril maupun

materil.
6. Septiani Purwanti Hanafiah, S. K. H. yang selalu memberikan motivasi serta
bantuan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Adik-adiku tercinta: Rizka
Pipit Elawati, Rully Fauzi, dan Ridzwan Subambang yang selalu memberikan
doa dan dukungan kepada penulis.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna untuk pihak yang
membutuhkan dan bagi pengembangan ubi kayu Indonesia.
Bogor, Agustus 2011
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ v
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................. 3

Hipotesis .......................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5
Botani Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) .................................................. 5
Syarat Tumbuh ................................................................................................. 6
Teknologi Budidaya ......................................................................................... 7
Hasil Penelitian Perbanyakan Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) ............... 8
Hama dan Penyakit ........................................................................................... 9
BAHAN DAN METODE .................................................................................. 10
Tempat dan Waktu ......................................................................................... 10
Bahan dan Alat ............................................................................................... 10
Metode percobaan .......................................................................................... 10
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 14
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam...................................................................... 14
Daya Tumbuh ................................................................................................. 15
Jumlah Tunas ................................................................................................. 17
Tinggi Batang ................................................................................................. 19
Diameter Batang ............................................................................................. 24
Jumlah Umbi .................................................................................................. 28
Bobot Basah, Diameter Umbi, dan Panjang Umbi........................................... 29

Prediksi Hasil Panen ....................................................................................... 31
Efisiensi Penggunaan Stek Pendek ................................................................. 32
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 35
Kesimpulan .................................................................................................... 35
Saran .............................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 36
LAMPIRAN ...................................................................................................... 38

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Daya Tumbuh dan Hasil Ubi Kayu Berdasarkan Kondisi Bibit
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) ..................................................... 7
2. Pengaruh Posisi Penanaman Stek Terhadap Daya Tumbuh dan
Hasil Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) ............................................ 8
3. Panjang Stek pada Setiap Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) Berdasarkan Jumlah Mata Tunas per Stek ................................. 11
4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pada Peubah Pertumbuhan dan
Komponen Hasil Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.). ....................... 15
5. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap
Persentase Daya Tumbuh Tanaman Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz.) ................................................................................... 16
6. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Jumlah
Tunas T anaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) ......................... 17
7. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Jumlah Tunas Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) .................................................................................................. 18
8. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tuas Stek terhadap Tinggi
Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) ........................ 21
9. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Tinggi Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) .................................................................................................. 23
10. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap
Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) .................................................................................................. 24
11. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz.) ................................................................................... 27
12. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas per Stek terhadap
Jumlah Umbi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) .............. 29
13. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas per Stek terhadap
Bobot Basah, Diameter, dan Panjang Umbi Tanaman Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz.) pada 16 MST.............................................. 30
14. Hasil Analisis Korelasi Antar Peubah ..................................................... 31
15. Prediksi Hasil pada Empat Varietas Ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz.) ................................................................................................. 34
16. Prediksi Hasil Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Berdasarkan Jumlah Mata Tunas per Stek............................................... 34

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Jumlah Tunas
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada 4 MST ............................... 19
2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Empat Varietas Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz.) ................................................................... 20
3. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) Berdasarkan Jumlah Mata Tunas Stek ....................................... 22
4. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Tinggi Batang
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) saat 12 MST ............................... 22
5. Pertumbuhan Diameter Batang Empat Varietas Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz.) ................................................................... 25
6. Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz.) Berdasarkan Jumlah Mata Tunas Stek ....................... 26
7. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Diameter Batang
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada 12 MST.............................. 28

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Deskripsi Varetas Adira-1 ...................................................................... 39
2. Deskripsi Varietas Adira-4 ..................................................................... 40
3. Deskripsi Varietas Malang-4 .................................................................. 41
4. Deskripsi Varietas UJ-5 .......................................................................... 42
5. Perbandingan Panjang Stek Pada Setiap Varietas Ubi Kayu .................... 43
6. Perbandingan Panjang Stek Pada Setiap Perlakuan Jumlah Mata
Tunas ..................................................................................................... 44
7. Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Daya Tumbuh Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) .................................................................................................. 45
8. Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Jumlah Tunas Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) .................................................................................................. 46
9. Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Tinggi Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) .................................................................................................. 47
10. Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz.) ................................................................................... 49
11. Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Jumlah Umbi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) .................................................................................................. 51
12. Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Bobot Basah Umbi Tanaman Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz.) ................................................................................... 52
13. Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Diameter Umbi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) .................................................................................................. 52
14. Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek
terhadap Panjang Umbi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz.) .................................................................................................. 52
15. Kondisi Tanaman Mati di Lahan Percobaan (a) dan Terserang
Rayap (b) ............................................................................................... 53
16. Keragaan Umbi Empat Varietas Ubi Kayu pada 16 MST........................ 53

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masalah yang tengah berkembang saat ini yaitu ketahanan pangan dan
energi. Peningkatan jumlah penduduk mengharuskan adanya peningkatan dalam
penyediaan bahan konsumsi sehingga dapat mencapai swasembada pangan.
Ukuran swasembada pangan yang pernah dicapai pada awal tahun 80-an, tidak
lain adalah dari kecukupan produksi beras yang sama atau melebihi kebutuhan
dalam negeri (Bantacut, 2009). Berkurangnya lahan sawah, menurunnya kualitas
tanah, perubahan iklim dan lainnya, seringkali menyebabkan usaha pemenuhan
kebutuhan beras (usaha swasembada pangan) terhambat. Hal ini menjadikan
Indonesia rawan dalam pemenuhan pangan. Selain itu peningkatan konsumsi
makanan yang berbahan baku gandum juga meningkat. Ketersediaan bahan baku
gandum menjadi salah satu masalah karena tidak mampu dipenuhi oleh produksi
dalam negeri sehingga impor menjadi pilihan utama untuk mengatasi masalah
tersebut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2010 Indonesia
mengimpor gandum dalam bentuk tepung terigu senilai US$ 261 253 088. Hal ini
tentunya sangat merugikan karena mengurangi devisa negara. Masalah
ketersediaan energi juga sangat penting untuk diperhatikan. Dewasa ini
permintaan terhadap energi (bahan bakar) terus meningkat, sedangkan energi yang
ada saat ini juga terancam habis karena sebagian besar bertumpu pada sumber
energi yang tidak terbarukan. Masalah-masalah tersebut harus segera ditangani.
Cara penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu diversifikasi (produk) pangan
dan penggunaan energi terbarukan.
Ubi kayu merupakan salah satu komoditas yang dapat dijadikan solusi
bagi masalah diatas karena mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. Dari
tanaman ubi kayu dapat dihasilkan berbagai produk baik sebagai bahan pangan,
industri, maupun pakan (Suwarto, 2009). Ubi kayu dapat menjadi sumber energi
terkaya karena efisiensi fotosintesis dan sintesis turunan karbohidrat yang tinggi
(Balagopalan, 1996 dalam Suwarto, 2005). Kemampuan substitusi tepung ubi
kayu pada mie dan kue kering/biskuit mencapai 50%, pada roti 25%, dan pada
produk cake dapat mengganti 100% terigu (Warta Penelitian dan Pengembangan

2

Pertanian, 2005). Peluang yang sangat besar dalam pengurangan impor gandum
ini perlu didukung berbagai pihak. Dalam bidang industri tepung dan pangan, ubi
kayu mempunyai potensi yang besar. Pengembangan industri tepung ubi kayu
dalam penguatan ketahanan pangan mempunyai potensi yang besar, selain
mempunyai kandungan kalori yang lebih besar daripada beras, tepung ini juga
mengandung (dalam setiap 100 g) Ca (84 mg) dan Fe (1 mg) yang baik untuk
kesehatan (Bantacut, 2009). Selain itu, berdasarkan potensi fisik seperti
kesesuaian lahan, iklim, sumberdaya manusia, dan adaptasi teknologi, tanaman
ubi kayu banyak didapat dan bisa dibudidayakan di banyak tempat/lokasi di
Indonesia (Siregar, 2009). Kemudahan kesesuian lahan untuk tanaman ubi kayu
didukung oleh masih luasnya lahan termasuk lahan kritis yang dapat
dimanfaatkan, serta masih ada 108 juta ha areal hutan untuk tumpang sari
(Siregar, 2009).
Potensi ubi kayu sebagai bahan baku industri, pangan, dan energi harus
didukung oleh adanya peningkatan dan kontinuitas produksi. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan penanaman ubi kayu di lahan yang sesuai, penggunaan varietas
(bahan tanam) yang tepat (jumlah, kontinyu, dan tepat waktu). Varietas dan bahan
tanam (bibit) merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam usaha
pengembangan ubi kayu. Dari segi varietas, ubi kayu yang dikembangkan harus
mempunyai produktivitas dan kualitas yang tinggi agar permintaan yang ada dapat
terpenuhi. Beberapa varietas unggul yang telah banyak digunakan yaitu Adira-1,
Adira-4, UJ-5, dan Malang-4.
Jika produksi ubikayu ditujukan untuk bahan baku bioethanol, harus
memenuhi kriteria, yaitu: (1) Berkadar pati tinggi; (2) Potensi hasil tinggi; (3)
Tahan cekaman biotik dan abiotik; dan (4) Fleksibel dalam usahatani dan umur
panen. Dari 16 varietas unggul ubikayu yang telah dilepas Departemen Pertanian
hingga saat ini, diantaranya Adira-4, UJ-5 dan Malang-4 memiliki karakter yang
sesuai dengan kriteria tersebut. Sifat penting varietas ini adalah: (1) Daun tidak
cepat gugur, (2) Adaptif pada tanah ber-pH tinggi dan rendah, (3) Adaptif pada
kondisi populasi tinggi sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma, dan (4)
Dapat dikembangkan pada pola tumpang sari (Wargiono et al., 2006). Varietas
Malang-4 (39.7 t/ha, kadar pati 25-32 %), Adira-4 (35 ton/ha, kadar tepung 18-

3

22%, kadar protein 0.8-22 %), dan UJ-5 (25-38 ton/ha umbi segar, kadar pati 1930 %) merupakan varietas yang cocok untuk industri dan bioethanol, sedangkan
Adira-1 (22 ton/ha umbi segar, kadar tepung 45 %, kadar protein 0.5 % umbi
segar, rasa enak dan HCN 27.5 mg) cocok untuk konsumsi, maupun bahan baku
industri.
Hasil yang tinggi dapat diperoleh bila tanaman tumbuh optimal dan
seragam dengan populasi yang penuh. Kondisi tersebut dapat dicapai bila bibit
yang digunakan memenuhi kriteria lima tepat, yaitu: waktu, kuantitas, kualitas,
harga, dan tempat. Kendala dalam pengembangan ubi kayu adalah kurang
tersedianya bibit bermutu pada saat tanam, biaya transportasi bibit mahal, dan
bibit ubi kayu memerlukan ruangan yang luas untuk penyimpanan. Kebutuhan
bibit ubi kayu untuk budidaya secara monokultur adalah 10 000-15 000 stek/ha.
Bahan tanam (bibit) yang umum digunakan yaitu stek dengan panjang sekitar 20
cm dengan jumlah mata tunas ± 12-15 mata. Jika satu batang ubi kayu dengan
ukuran 1-2 m digunakan untuk bibit, sehingga dengan cara ini akan diperoleh 5-10
stek dan untuk 1 ha lahan dengan kebutuhan bibit 10 000 stek/ha saja diperlukan
1000 sampai 2000 batang untuk bahan stek. Cara ini tentunya memerlukan bahan
tanam yang banyak untuk suatu luasan lahan, biaya transportasi bibit mahal, serta
ruang untuk penyimpanan bibit juga harus luas.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah penghematan penggunaan stek, dengan memperpendek ukuran atau
mengurangi jumlah mata tunas. Namun penghematan stek tersebut harus tetap
mampu menghasilkan pertumbuhan yang baik dan produksi yang tinggi. Diduga
kendala dalam penggunaan stek pendek diantaranya kehilangan cadangan bahan
makanan akan lebih cepat sehingga daya tumbuh pada stek yang pendek akan
lebih kecil dan jumlah tunas yang tumbuh pada stek akan lebih sedikit sehingga
memberikan lebih sedikit pilihan dalam pemilihan 2 tunas terbaik.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jumlah mata tunas
pada stek terhadap pertumbuhan ubi kayu varietas Adira-1, Adira-4, UJ-5 dan
Malang-4.

4

Hipotesis
1. Terdapat jumlah mata tunas per stek yang optimum untuk pertumbuhan ubi
kayu varietas Adira-1, Adira-4, UJ-5 dan Malang-4.
2. Terdapat interaksi antara jumlah mata tunas per stek dan varietas terhadap
pertumbuhan ubi kayu.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Ketela pohon (ubi kayu) berasal dari Benua Amerika, Brasil (Darjanto dan
Murjati, 1980; Purwono dan Purnamawati, 2008). Ubi kayu diantaranya dikenal
dengan nama cassava (Inggris), ketila, keutila, ubi kayee (Aceh), ubi parancih
(Minagkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu (Manado), bistungkel
(Ambon), kasapen, sampeu, huwi dangdeur, huwi jendral, ubikayu (Sunda), bolet,
kasawe, tela pohung, kaspa, kaspe, katela budin, katela jendral (Jawa), blandong,
manggala menyok, puhung, pohong, sawe, sawi (Madura), kesawi, ketela kayu,
sabrang sawi (Bali), kasubi (Gorongtalo, Baree, Padu), lame kayu (Makasar),
lame aju (Bugis, Majene), kasibi (Ternate, Tidore) (Purwono dan Purnamawati,
2008).
Secara taksonomi ubi kayu ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae
Kelas

: Dycotiledoneae

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Manihot

Spesies

: Manihot esculenta Crantz.

(Prihandana et al., 2007).

Ubi kayu (Mannihot esculenza Crantz) termasuk tumbuhan berbatang
lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang
terjadi pada bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk
tumbuhan yang tinggi. Batang ubi kayu panjang (tingginya sekitar 1-5 m,
tergantung varietas), bulat (diameter bervariasi bedasarkan umur, sekitar 3-6 cm)
dan lurus, serta berbuku, warna batang biasanya bervariasi dari merah kecoklatan
sampai hijau, daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya
menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-11 lembar

6

(Balagopalan et al., 1988). Umbi ubi kayu berasal dari pembesaran sekunder akar
adventif, daunnya menjari, batangnya berbuku-buku, setiap buku batang terdapat
tunas (Purwono dan Purnamawati, 2008). Ubi kayu dapat menghasilkan 5-20
umbi akar (Suwarto, 2005). Umbi ubi kayu terdiri dari kulit luar 0.5-2 % dan kulit
dalam antara 8 - 15 % dari bobot seluruh umbi, dengan sebagian besar umbi ubi
kayu terdiri dari karbohidrat sebanyak 30-36 % tergantung dari varietas dan umur
panen (Gafar, 1991). Pati merupakan bagian dari karbohidrat yang besarnya
antara 64-72 % (Wijandi, 1976 dalam Gafar, 1991)

Syarat Tumbuh
Ubi kayu umumnya ditanam di lahan kering yang sebagian besar kurang
subur (Balitkabi, 2005). Tanaman ubi kayu sebaiknya tidak ternaungi karena jika
ternaungi batangnya kerdil dan tumbuhnya kurang baik (Lingga, 1989). Curah
hujan yang sesuai untuk tanaman ini antara 1500-2500 mm/tahun, kelembaban
udara optimal antara 60-65 %, suhu udara minimal 10

0

C (jika kurang,

pertumbuhan tanaman akan terhambat dan kerdil karena pertumbuhan bunga
kurang sempurna), dan membutuhkan sinar matahari sekitar 10 jam/hari (Purwono
dan Purnamawati, 2008).
Ubi kayu membutuhkan banyak Kalium untuk pertumbuhannya (Darjanto
dan Murjati, 1980). Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya
ubi kayu berkisar antara 4.5-8.0 dengan pH ideal 5.8 (Purwono dan Purnamawati,
2008). Ubi kayu dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian sampai 2300 m
(Cock, 1985 dalam Suwarto, 2005), sedangkan ketinggian tempat yang ideal
untuk pertumbuhan ubi kayu antara 10-700 m dpl dengan toleransi antara 10-1500
m dpl (Purwono dan Purnamawati, 2008). Berdasarkan karakteristik iklim di
Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubikayu dapat dikembangkan di hampir
semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun beriklim kering sepanjang
air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman tiap fase pertumbuhan. Pada
umumnya daerah sentra produksi ubikayu memiliki tipe iklim C, D, dan E
(Wargiono et al., 1993).

7

Teknologi Budidaya
Bibit yang umum digunakan berupa stek batang berukuran 20-30 cm,
ujung stek bagian bawah dipotong miring (45 0) untuk memperluas daerah
perakaran dan sebagai tanda bagian yang ditanam (Purwono dan Purnamawati,
2008). Pembibitan menggunakan batang yang sehat dan berumur 8-12 bulan
dengan diameter 2-3 cm, kedalaman optimum untuk penanaman sekitar 5 cm
(Balagopalan et al., 1988). Di daerah beriklim basah, biasanya petani
menggunakan stek dari bibit tanpa melalui penyimpanan karena bibit ubi kayu
tidak mempunyai masa dormansi (Efendi, 2002). Bibit yang dianjurkan untuk
ditanam adalah stek dari batang bagian tengah dengan diameter batang 2-3 cm,
panjang 15-20 cm, dan tanpa penyimpanan (Roja, 2009).
Tabel 1. Daya Tumbuh dan Hasil Ubi Kayu Berdasarkan Kondisi Bibit Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz.)
Kondisi Bibit
Bagian Batang
Tengah
Pangkal
Pucuk
Diameter Stek
< 2 cm
2-3 cm
> 3 cm
Panjang Stek
2 mata
3 mata
12 mata (20 cm)
Lama Penyimpanan
0 minggu
4 minggu
8 minggu

Daya Tumbuh (%)

Hasil (%)

100
95
33

100
88
62

94
100
95

93
100
90

95
96
100

88
98
100

100
87
60

-

Sumber: Wargiono et al. (2006) dalam Roja (2009)
Pembibitan dengan stek keuntungannya yaitu tanaman yang di tanam akan
mempunyai sifat yang sama dengan induknya, pembiakan dengan biji hanya
dilakukan untuk keperluan pemuliaan (Darjanto dan Murjati, 1980). Kebutuhan
bibit per hektar sekitar 10 000-15 000 stek (Balitkabi, 2005).

8

Penanaman ubi kayu sebaiknya dilakukan secara vertikal karena dapat
memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang
ditanam dengan posisi miring atau horizontal akarnya tidak tersebar secara merata
(Roja, 2009).
Tabel 2. Pengaruh Posisi Penanaman Stek Terhadap Daya Tumbuh dan Hasil Ubi
Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Posisi Stek
Vertikal
Miring (45 0)
Horizontal

Musim Hujan
Daya Tumbuh
Hasil
Relatif (%)
Relatif (%)
100
100
100
96
92
69

Musim Kemarau
Daya Tumbuh
Hasil
Relatif (%)
Relatif (%)
100
100
92
92
71
58

Sumber: Tonglum et al. (2001) dalam Roja (2009).
Hasil Penelitian Perbanyakan Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Upaya pengadaan bibit ubi kayu dalam rangka menjamin tercapainya
peningkatan produksi ubi kayu telah dilakukan melalui beberapa cara,
diantaranya: secara in vitro dan penggunaan stek berdasarkan jumlah mata tunas
per stek. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan (in vitro) dilakukan karena
perbanyakan dapat dilakukan setiap saat tanpa tergantung musim serta dapat
menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Tetapi
perbanyakan melalui cara ini masih mengalami kendala dalam aklimatisasi.
Menurut penelitian Fauzi (2010) hasil aklimatisasi planlet kultur in vitro ubi kayu
menunjukkan masih rendahnya daya hidup planlet di lingkungan in vivo.
Penggunaan metode jumlah mata tunas per stek sebagai upaya untuk
penghematan bibit ubi kayu juga sudah dilakukan . Gurnah (1974) dalam Toro
dan Atlee (1980) menemukan bahwa hasil meningkat dengan jumlah mata tunas
per stek sampai dengan lima dan peningkatan jumlah mata tunas di luar lima mata
tunas per stek tidak mempengaruhi hasil. Hasil penelitian Effendi (2002) dengan
menggunakan ukuran stek 1, 2, dan 3 mata tunas (sebelum penanaman stek
disemai selama 2-3 minggu) menunjukan bahwa penggunaan stek tiga mata tunas
dapat menghemat bibit 75-80 % dengan tingkat hasil umbi tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan cara konvensional.

9

Hama dan Penyakit
Menurut Roja (2009) bila di lapangan diperlukan pengendalian hama
penyakit, maka tindakan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Tungau/kutu merah (Tetranychus bimaculatus) dikendalikan secara mekanik
dengan memetik daun sakit pada pagi hari dan kemudian dibakar.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan akarisida.
2. Kutu sisik hitam (Parasaissetia nigra) dan kutu sisik putih (Anoidomytilus
albus) dikendalikan secara mekanis dengan mencabut dan membatasi tanaman
sakit menggunakan bibit sehat. Pengendalian secara kimiawi menggunakan
perlakuan stek insektisida seperti tiodicarb dan oxydemeton methil.
3. Penyakit bakteri B. manihotis dan X. manihotis menyerang daun muda dan P.
solanacearum menyerang bagian akar tanaman sehingga tanaman layu dan
mati. Pengendalian dapat dilakukan menggunakan varietas tahan/agak tahan.
4. Penyakit lain adalah cendawan karat daun (Cercospora sp.), perusak batang
(Glomerell sp.), dan perusak umbi (Fusarium sp.). Pengendalian dianjurkan
menggunakan larutan belerang 5%.

5. Penyakit virus mosaik (daun mengerting) belum ada rekomendasi
pengendaliannya.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut
Pertanian Bogor mulai bulan Agustus 2010 sampai bulan Februari 2011.

Bahan dan Alat
Bahan tanam yang digunakan adalah bibit ubi kayu varietas Adira-1,
Adira-4, UJ-5, dan Malang-4 (diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian), dengan deskripsi masing-masing varietas tertera
pada Lampiran 1 sampai 4. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk Urea, SP-36,
dan KCl. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi gergaji besi, cangkul,
meteran, dan timbangan.

Metode percobaan
Percobaan ini menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design).
Varietas ubi kayu sebagai petak utama terdiri dari empat taraf yaitu Adira-1 (V1),
Adira-4 (V2), UJ-5 (V3) dan Malang-4 (V4). Jumlah mata tunas per stek sebagai
anak petak terdiri dari empat taraf yaitu 4 mata tunas (P1), 6 mata tunas (P2), 8
mata tunas (P3), dan 10 mata tunas (P4). Percobaan terdiri dari 3 ulangan,
sehingga terdapat 48 satuan percobaan, dengan 20 tanaman ubi kayu per petak.
Model statistika dari rancangan petak terbagi ini adalah :
Yijk = µ + Ui + Pj + (UP)ij + Qk + (PQ)jk + εijk
Keterangan :
Yijk

= Respon perlakuan

µ

= Nilai tengah umum

Ui

= Pengaruh ulangan ke-i

Pj

= Pengaruh varietas ke-j

(UP)ij = Galat dari interaksi ulangan ke-i dan varietas ke-j atau galat (a)
Qk

= Pengaruh jumlah mata tunas per stek ke-k

(PQ)jk = Pengaruh interaksi varietas ke-j dan jumlah mata tunas per stek ke-k
εij

= Galat percobaan atau galat (b)

11

Hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F).
Hasil analisis ragam yang menunjukan pengaruh nyata, diuji lanjut dengan DMRT
(Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%. Selain itu juga dilakukan
analisis korelasi antar peubah dan analisis regresi.

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan tanam
Sebelum penanaman, dilakukan pengolahan tanah dengan cara dibajak dan
dicangkul. Selanjutnya pembuatan guludan dengan lebar 80 cm dan pembuatan
petakan dengan ukuran 4 m x 5 m. Pemotongan bibit ubi kayu dilakukan dengan
menggunakan gergaji besi untuk mendapatkan stek dengan ukuran 4, 6, 8, dan 10
mata tunas per stek. Gambar stek dengan berbagai jumlah mata tunas tertera pada
Lampiran 5 dan 6. Panjang stek dari masing-masing jumlah mata tunas pada tiap
varietas tertera pada Tabel 3.
Table 3. Panjang Stek pada Setiap Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Berdasarkan Jumlah Mata Tunas per Stek
Varietas
Adira-1
Adira-4
UJ-5
Malang-4

Jumlah Mata Tunas
4
6
8
10
………………………cm……….……………….…..
4.17
6.17
8.23
11.17
7.33
11.5
17.67
22.83
6.17
8.83
11.57
14.5
6
9.67
13.17
17.17

Penanaman
Penanaman dilakukan secara vertikal dengan jarak tanam 1 m x 1 m. Satu
petak percobaan terdiri dari 20 tanaman ubi kayu. Penyulaman tanaman dilakukan
pada saat 4 minggu setelah tanam (MST).

Pemupukan
Tanaman dipupuk dengan Urea, SP-36, dan KCl, dengan dosis masingmasing 200, 150, dan 150 Kg/ha (Suwarto, 2005). SP-36 diberikan seluruhnya

12

saat penanaman, Urea diberikan 1/3 saat tanam dan 2/3 saat tanaman berumur 1
bulan setelah tanam (BST), sedangkan KCl diberikan seluruhnya pada umur 2
BST. Pemupukan diaplikasikan dengan cara ditugal. Pada pemupukan Urea tahap
pertama (bersama SP-36) penugalan dilakukan di sebelah barat dan timur
tanaman, sedangkan pada pemupukan Urea tahap kedua penugalan dilakukan di
sebelah utara dan selatan tanaman. Pada pemupukan KCl penugalan dilakukan di
sebelah timur, barat, selatan, dan utara tanaman.

Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan terdiri dari pengendalian gulma, yang
dilakukan secara mekanis dengan mencabut dan membabat gulma yang tumbuh di
dalam petakan dan sekitar tanaman. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
pengendalian gulma dan pada 4 MST dipertahankan 2 tunas terbaik.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan mulai 1 MST sampai tanaman berumur 16 MST
terhadap beberapa peubah berikut ini:
1. Persentase pertumbuhan di lapang (daya tumbuh)
Persentase pertumbuhan di lapang diamati dengan cara menghitung jumlah
tanaman yang tumbuh di lapang, dibagi dengan jumlah tanaman yang ditanam.
Pengamatan ini dilakukan setiap minggu

mulai 1 MST sampai tanaman

berumur 4 MST.
2. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi
setiap 2 minggu mulai 2 MST sampai dengan 16 MST.
3. Diameter batang
Diameter batang diamati dengan mengukur lingkar batang pada ketinggian 10
cm dari tempat munculnya/pangkal batang setiap 2 minggu mulai 2 MST
sampai dengan 16 MST.

13

4. Jumlah tunas per stek
Diamati dengan menghitung jumlah tunas yang muncul/tumbuh pada tiap stek
setiap minggu mulai 1 MST sampai tanaman berumur 4 MST.
5. Pertumbuhan umbi
Diamati dengan menghitung jumlah umbi (8 MST dan 16 MST), panjang
umbi terpanjang dan diameter umbi terbesar (16 MST), serta bobot basah
umbi (16 MST).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit
bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu
luasan lahan, bibit yang dibutuhkan banyak. Penelitian ini dilakukan sebagai
upaya penghematan bahan tanam (bibit) ubi kayu sehingga upaya peningkatan
produksi ubi kayu dapat tercapai dan dapat menjamin kontinyuitas upaya tersebut.
Tetapi upaya penghematan ini harus tetap dapat menghasilkan pertumbuhan dan
produksi ubi kayu yang baik. Diduga kendala dalam penggunaan stek pendek
yaitu kehilangan air dan kandungan cadangan bahan makanan akan lebih cepat
daripada stek yang lebih panjang. Selain itu jika dibandingkan dengan stek
panjang dengan jumlah mata tunas yang lebih banyak, tunas yang tumbuh pada
stek pendek akan lebih sedikit karena bakal tunas pada stek tersebut juga lebih
sedikit sehingga memberikan pilihan yang lebih sedikit pada seleksi dua tunas
terbaik (penunasan), disamping memiliki keunggulan dalam efisiensi penggunaan
tenaga kerja untuk penunasan dan diperkirakan dapat memenuhi upaya
penghematan bibit ubi kayu melalui peningkatan rasio perbanyakan.
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 4) menunjukan bahwa daya tumbuh
tidak dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas per stek serta interaksinya
pada 1-4 MST. Jumlah tunas dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas per
stek pada 1-4 MST, sedangkan interaksi antar perlakuan tersebut terjadi pada 2-4
MST. Tinggi batang dipengaruhi oleh varietas pada 2-16 MST, jumlah mata tunas
stek pada 2-12 MST, dan interaksinya pada 2-10 MST. Diameter batang
dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas stek pada 2-16 MST, serta
interaksinya pada 2-6 MST. Jumlah umbi pada 8-16 MST hanya dipengaruhi oleh
varietas, sedangkan jumlah mata tunas stek dan interaksi antar perlakuan tidak
berpengaruh nyata. Begitu juga pada bobot basah umbi, diameter umbi terbesar,
dan panjang umbi terpanjang (saat 16 MST) hanya dipengaruhi oleh varietas,
sedangkan jumlah mata tunas stek dan interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh
nyata. Hasil analisis atau sidik ragam secara lengkap tertera pada Lampiran 7
sampai 14.

15

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pada Peubah Pertumbuhan dan
Komponen Hasil Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.).
Umur
(MST)

Varietas
(V)

Jumlah Mata Tunas
(P)

V*P

Daya Tumbuh

1
2
3
4

tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn

2.011
0.722
0.000
0.722

Jumlah Tunas
per Tanaman

1
2
3
4

**
**
**
**

**
**
**
**

tn
**
*
**

14.835
13.065
14.635
14.117

Tinggi Batang

2
4
6
8
10
12
14
16

**
**
**
**
**
**
*
*

**
**
**
**
**
*
tn
tn

*
**
*
*
*
tn
tn
tn

18.139
10.032
11.480
9.431
11.134
12.592
10.536
9.990

2
4
6

**
**
**

**
**
**

*
*
*

9.581
10.645
9.027

8
10
12
14

**
**
**
**

**
**
*
*

tn
tn
tn
tn

7.292
7.138
7.234
5.717

16

**

**

tn

4.838

8

**

tn

tn

8.203

Peubah

Diameter Batang

Jumlah Umbi

KK (%)

16

**

tn

tn

15.429

Bobot Basah Umbi

16

**

tn

tn

20.040

Diameter Umbi

16

**

tn

tn

9.763

Panjang Umbi

16

*

tn

tn

Keterangan:

*

**

berbeda nyata pada taraf 5 %,
berbeda sangat nyata pada taraf 1 %,
berbeda nyata pada taraf 5 %. KK = Koefisien Keragaman.

22.047
tn

tidak

Daya Tumbuh
Varietas dan jumlah mata tunas stek tidak berpengaruh nyata terhadap
daya tumbuh pada 1 sampai 4 MST (Tabel 4 dan Tabel 5) dan tidak terdapat
interaksi antar perlakuan tersebut. Rata-rata daya tumbuh tanaman ubi kayu pada
masing-masing perlakuan lebih dari 99 %.

16

Tabel 5. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Persentase
Daya Tumbuh Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Perlakuan

Varietas

Adira-1
Adira-4
UJ-5
Malang-4

Rata-rata
Jumlah Mata Tunas
per Stek
Rata-rata

4
6
8
10

1
99.17
98.75
99.58
100
99.38
98.33
99.58
100
99.58
99.37

Umur (MST)
2
3
100
100
100
100
99.58
100
100
100
99.90
100.00
99.58
100
100
100
100
100
100
100
99.90
100.00

4
100
100
100
99.58
99.90
99.58
100
100
100
99.90

Daya tumbuh pada 1, 2, 3, dan 4 MST setiap varietas menunjukkan nilai
yang tidak berbeda jauh. Hanya pada saat 3 MST nilai daya tumbuh mencapai
rata-rata 100%, sedangkan daya tumbuh pada 1 MST memiliki rata-rata 99.38%,
pada 2 dan 4 MST memiliki rata-rata 99.90 %. Secara umum varietas Adira-1 dan
Adira-4 mulai mencapai daya tumbuh 100 % pada 2 MST, sedangkan UJ-5 pada 3
MST. Varietas Malang-4 mencapai daya tumbuh 100 % sejak 1 MST, namun
mengalami penurunan daya tumbuh pada 4 MST.

Kematian stek di lapang

(Lampiran 15) disebabkan oleh tingginya curah hujan sehingga stek menjadi
busuk. Selain itu kematian stek juga disebabkan oleh adanya serangan rayap.
Daya tumbuh pada stek dengan 4 mata tunas terlihat sedikit fluktuatif
bahkan terjadi penurunan pada 4 MST, hal ini disebabkan oleh panjang stek 4
mata tunas lebih pendek daripada stek lainnya. Sinthuprama (1980) menyatakan
bahwa stek yang lebih pendek mempunyai persentase daya tumbuh yang lebih
kecil. Menurut Effendi (2002) stek yang lebih pendek mempunyai persentase
kemampuan tumbuh yang lebih kecil dibanding dengan stek yang lebih panjang
karena kehilangan bahan makanan akan lebih cepat. Tetapi melihat rata-rata daya
tumbuh lebih dari 99 %, sebenarnya dapat dikatakan bahwa setiap stek memiliki
kandungan cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya. Stek 6 dan 10
mata tunas mencapai daya tumbuh 100 % mulai 2 MST, sedangkan stek 8 mata
tunas sejak 1 MST telah mencapai daya tumbuh 100 %.

17

Jumlah Tunas
Varietas dan jumlah mata tunas stek berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah tunas pada 1 sampai 4 MST (Tabel 4 dan Tabel 6). Varietas Malang-4
memiliki jumlah tunas paling banyak pada 1-3 MST, namun pada 4 MST jumlah
tunas terbanyak terdapat pada varietas Adira-1. Secara umum jumlah tunas pada
setiap varietas cenderung menurun kecuali pada varietas Adira-1 mengalami
peningkatan pada 4 MST. Hal ini diduga karena adanya perbedaan distribusi
bahan makanan pada setiap tunas serta daya tahan terhadap lingkungan
tumbuhnya. Tunas yang memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap lingkungan
tumbuhnya akan tumbuh lebih baik dan memungkinkan untuk seleksi tunas
terbaik.
Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Jumlah Tunas
Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Perlakuan

1
5.1b
4.7b
5.2b
6.1a
5.3
3.3d
4.7c
6.1b
7.0a
5.3

Adira-1
Adira-4
UJ-5
Malang-4

Varietas
Rata-rata
Jumlah Mata Tunas
per Stek

4
6
8
10

Rata-rata

Umur (MST)
2
3
5.7a
4.8a
4.8b
4.1b
4.4b
3.8b
6.1a
5.0a
5.3
4.4
3.6c
4.8a
4.7b
4.1b
6.1a
3.8b
6.6a
5.0a
5.3
4.4

4
5.2a
3.6b
3.6b
5.0a
4.4
3.1c
4.1b
5.0a
5.1a
4.3

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama
menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %.

Jumlah tunas pada perlakuan jumlah mata tunas per stek secara umum
memiliki kecenderungan yang sama yaitu mengalami penurunan walaupun pada
stek 4 mata tunas mengalami kenaikan jumlah tunas pada 2-3 MST, tetapi pada 4
MST kembali menurun dan jumlahnya lebih sedikit daripada stek lainnya. Stek
dengan 10 mata tunas menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak
dibandingkan

dengan

perlakuan

jumlah

mata

tunas

lainnya,

hal

ini

didugadisebabkan oleh bakal tunas pada stek dengan 10 mata tunas lebih banyak.

18

Semakin banyak jumlah mata tunas stek, maka jumlah tunas yang dihasilkan akan
lebih banyak pula dan akan memberikan pilihan lebih banyak untuk melakukan
seleksi tunas terbaik.
Interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas per stek terjadi pada 2, 3,
dan 4 MST (Tabel 7). Pada varietas Adira-1 dan Malang-4, penggunaan stek
pendek (4 mata tunas) akan menghemat penggunaan tenaga kerja untuk
melakukan penunasan (seleksi tunas terbaik) menjadi 1/3 kali penggunaan stek
panjang.
Tabel 7. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap
Jumlah Tunas Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Umur (MST)

Jumlah Mata Tunas per Stek

VARIETAS
4
Adira-1

2

Adira-4

4.0efgh

2.8defg

10
7.0b

7.1b

2.90h

3.8fgh

6.5bc

5.9bcd

5.0def

4.0efgh

4.9defg

3.6gh

5.2ced

6.9b

8.6a

Adira-1

3.9defgh

4.4bcdef

5.2abcd

5.8ab

Adira-4

2.9h

3.0gh

5.2abcd

5.2abcd

UJ-5

3.3fgh

4.3cdefg

3.6efgh

4.0defgh

Malang-4

3.2fgh

4.9bcde

5.5abc

6.3a

3.4e

4.9bcd

6.4a

6.0ab

Adira-1
4

8

3.8fgh

UJ-5
Malang-4

3

6

Adira-4

2.8e

2.8e

4.9bcd

3.9de

UJ-5

3.1e

3.9de

3.3e

3.9de

Malang-4

3.2e

4.8cd

5.2bc

6.6a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada umur
yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %.

Saat 2 MST interaksi yang menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu
antara perlakuan varietas Malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (8.6 tunas),
sedangkan interaksi yang mengasilkan jumlah tunas paling sedikit yaitu antara
perlakuan Adira-1 dan perlakuan 6 mata tunas stek (2.8 tunas). Saat 3 MST yang
menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu interaksi antara perlakuan varietas
malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (6.3 tunas), sedangkan interaksi yang
menghasilkan jumlah tunas paling sedikit yaitu antara perlakuan Adira-4 dan
perlakuan 4 mata tunas stek (2.9 tunas). Pada saat 4 MST yang menghasilkan
jumlah tunas terbanyak yaitu interaksi antara perlakuan varietas malang-4 dan
perlakuan 10 mata tunas stek (6.6 tunas), sedangkan interaksi yang menghasilkan

19

jumlah tunas paling sedikit yaitu antara perlakuan Adira-4 dan perlakuan 4 mata
tunas stek (2.8 tunas) serta perlakuan Adira-4 dan perlakuan 6 mata tunas stek (2.8
tunas).
Hasil analisis regresi jumlah mata tunas stek terhadap jumlah tunas per
stek bibit ubi kayu (Gambar 1) menunjukan bahwa semakin banyak jumlah mata
tunas stek maka akan semakin banyak pula jumlah tunas per stek. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya hal ini terjadi karena semakin banyak jumlah mata tunas
per stek bibit ubi kayu maka akan semakin banyak pula bakal tunas pada stek
tersebut.

Jumlah Tunas per Stek

4.5

y = 0.155x + 2.29
R² = 0.642

4.0

3.5

3.0

2.5
4

6

8

10

Jumlah Mata Tunas per Stek
Gambar 1. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Jumlah Tunas Ubi
Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada 4 MST
Tinggi Batang
Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi batang pada 2 sampai
12 MST dan berpengaruh nyata pada 14 MST sampai 16 MST. Sedangkan jumlah
mata tunas stek berpengaruh sangat nyata pada saat 2 MST sampai 12 MST,
namun tidak berpengaruh nyata pada saat 14 MST dan 16 MST (Tabel 4 dan
Tabel 8).

20

Varietas Adira-4 merupakan varietas yang tertinggi dibandingkan dengan
varietas lainnya, kecuali pada 1 MST varietas tertinggi cenderung terdapat pada
varietas UJ-5 (Gambar 2 dan Tabel 8) hal ini disebabkan oleh jarak antar mata
tunas pada varietas Adira-4 lebih renggang daripada varietas lainnya (panjang
setiap steknya lebih panjang). Secara keseluruhan pada 2-6 MST varietas yang
memiliki tinggi terendah cenderung terdapat pada varietas Malang-4, namun
mulai 8 MST tinggi batang terendah cenderung terdapat pada varietas Adira-1.
Jarak antar mata tunas pada varietas Adira-1 lebih rapat dibandingkan dengan
varietas lainnya sehingga stek (bahan tanam) pada varietas tersebut lebih pendek.
Stek yang lebih panjang mungkin menghasilkan batang lebih panjang dan daun
lebih banyak dari pada stek yang lebih pendek (Toro and Atlee, 1980). Selain itu
pengaruh varietas juga disebabkan adanya pengaruh faktor genetik masing-masing
varietas.
140

Tinggi Batang (cm)

120
100
80

Adira-1
Adira-4

60

UJ-5

40

Malang-4

20
0
2

4

6

8

10

12

14

16

Umur (MST)
Gambar 2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz.)
Tinggi stek 4 mata tunas lebih kecil dibandingkan dengan stek lainnya
(Tabel 8 dan Gambar 3). Stek dengan mata tunas lebih banyak (lebih panjang)
memungkinkan mata tunas yang tertanam lebih banyak pula daripada stek dengan
mata tunas lebih sedikit dan mungkin menghasilkan batang lebih panjang dan

21

daun lebih banyak (Toro and Atlee, 1980). Diduga dengan lebih banyak mata
tunas yang tertanam

maka akar yang dihasilkan akan lebih banyak dan

berkorelasi positif dengan penyerapan hara oleh stek tersebut (hara yang terserap
akan lebih banyak). Hal ini juga terjadi karena adanya kemungkinan stek 4 mata
tunas memiliki cadangan makanan yang relatif s