Identifikasi Bakteri Asal Saluran Pernafasan Atas (Blowhole) Lumba-lumba Hidung Botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) di Kawasan Konservasi Pantai Cahaya Kendal Jawa Tengah

IDENTIFIKASI BAKTERI ASAL SALURAN PERNAFASAN ATAS
(Blowhole) LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL INDO-PASIFIK
(Tursiops aduncus) DI KAWASAN KONSERVASI PANTAI CAHAYA
KENDAL JAWA TENGAH

ELOK PUSPITA RINI
B04080190

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Identifikasi
Bakteri Asal Saluran Pernafasan Atas (Blowhole) Lumba-lumba Hidung
Botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) di Kawasan Konservasi Pantai Cahaya
Kendal Jawa Tengahadalah karya saya sendiri dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada Perguruan Tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, November 2012

Elok Puspita Rini
B04080190

ABSTRACT
ELOK PUSPITA RINI. Identification of Upper Respiratory Tract (Blowhole)
Bacteria in Bottlenose Dolphin (Tursiops aduncus). Under supervision of
AGUSTIN INDRAWATI and TITIEK SUNARTATIE.
Recently years, dolphin conservations more active to do in Indonesia. The
population of dolphin has declined because of illegal hunting. The concerned
problems of dolphin conservations are health management which related with
infectious diseases. The knowledge of microorganisms associated with dolphin is
still limited, particularly which is bacteria in upper respiratory tract. The aim of
this research was to identify the type of bacteria in upper respiratory tract of
indo-pacific bottlenose dolphin (Tursiops aduncus). Swab sampling from the
upper respiratory tract (blowhole) of 11 dolphins was cultured in selective media.

This research found 15 types of bacteria in the upper respiratory tract such as
Actinobacillus sp., Pseudomonas sp., Moraxella sp., Bacillus sp., Staphylococcus
aureus, Staphylococcus epidermidis, Proteus sp., Citrobacter sp., Salmonella sp.,
Serratia sp., Klebsiella sp., Pasteurella sp., Edwardsiella tarda, Alcaligenes
faecalis, and Yersinia sp. The frequent bacteria that found in dolphin upper
respiratory tract are Actinobacillus sp., Pseudomonas sp., Moraxella sp., and
Bacillus sp. Some bacterias, such as Pseudomonas sp., Staphylococcus aureus.,
Staphylococcus epidermidis, Salmonellasp., Klebsiella sp., Proteus sp.,
Pasteurella sp., and Edwardsiella tarda are potentially patogen for dolphins.
Keywords: Bottlenose dolphin¸ Tursiops aduncus, blowhole, upper respiratory
tract bacteria.

RINGKASAN
ELOK PUSPITA RINI. Identifikasi Bakteri Asal Saluran Pernafasan Atas
(Blowhole) Lumba-lumba Hidung Botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) di
Kawasan Konservasi Pantai Cahaya Kendal Jawa Tengah. Dibimbing oleh
AGUSTIN INDRAWATI dan TITIEK SUNARTATIE.
Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (Tursiops aduncus) yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari perairan laut Indonesia yang
dipelihara di kawasan konservasi lumba-lumba Pantai Cahaya Kendal Jawa

Tengah. Sampel swab blowhole diambil dari 11 ekor lumba-lumba yang dalam
keadaan sehat tanpa menunjukkan gejala klinis sakit. Dari seluruh sampel swab
blowhole yang diperiksa berhasil diisolasi 67 isolat bakteri. Bakteri yang berhasil
diidentifikasi sebanyak 46 isolat dan sisanya sebanyak 21 isolat tidak dapat
teridentifikasi. Isolat yang tidak teridentifikasi ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain adanya pertumbuhan bakteri pencemar yang merusak biakan isolat,
pertumbuhan cendawan pengganggu, dan keterbatasan media untuk uji lanjutan.
Hasil identifikasi 46 isolat tersebut didapatkan 15 jenis bakteri pada
saluran pernafasan atas T. aduncus, yang terdiri dari 12 jenis bakteri Gram negatif
dan 3 jenis bakteri Gram positif. Bakteri Gram negatif yang berhasil diidentifikasi
yaitu, Actinobacillus sp., Pseudomonas sp., Moraxella sp., Citrobacter sp.,
Salmonella sp., Serratia sp., Klebsiella sp., Proteus sp, Pasteurella sp.,
Edwardsiella tarda, Alcaligenes faecalis, dan Yersinia sp. Bakteri Gram positif
yang berhasil diidentifikasi yaitu, Bacillus sp., Staphylococcus aureus, dan
Staphylococcus epidermidis. Bakteri yang paling banyak ditemukan pada
penelitian ini adalah Actinobacillus sp.
Jenis bakteri seperti Actinobacillus sp., Pseudomonas sp., Moraxella sp.,
Staphylococcus sp., Proteus sp., Citrobacter sp., Salmonella sp., Serratia sp.,
Klebsiella sp., Pasteurella sp., dan Edwardsiella sp. merupakan jenis-jenis bakteri
yang dapat ditemukan di kulit, sistem respirasi, sistem digesti, sistem urogenital,

dan sistem retikuloendotelial mamalia laut (Higgins 2000) termasuk lumbalumba. Morris et al. (2011) juga melaporkan bahwa jenis Bacillus sp. merupakan
jenis bakteri yang umum ditemukan pada blowhole dan lambung lumba-lumba
hidung botol atlantis (T. truncatus) di perairan laut tenggara Amerika Serikat.
Kelompok Enterobacteriaceae merupakan bakteri Gram negatif yang sering
ditemukan pada berbagai jaringan tubuh Pinnipidae, yaitu mencapai 75% dari
total bakteri Gram negatif yang ditemukan (Thornton 1995). Keberadaan
Enterobacteriaceae pada Pinnipidae ini juga mungkin ditemukan pada mamalia
laut seperti lumba-lumba. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dunn et al.
(2001) dan Foster et al. (1999) keberadaan bakteri-bakteri patogen seperti
Pseudomonas sp., Staphylococcus sp., dan Salmonella sp. pada saluran pernafasan
lumba-lumba berpotensi untuk terjadinya pneumonia. Streitfeld et al. (1976) juga

menyebutkan bahwa S. aureus merupakan mikroflora normal di dalam tubuh
T. truncatus yang hidup liar.
Dalam penelitian ini kondisi lumba-lumba yang digunakan untuk sampel
swab blowhole dalam kondisi sehat, walaupun dari hasil identifikasi swab
blowhole tersebut ditemukan 15 jenis bakteri yang beberapa diantaranya
kemungkinan bersifat patogen. Hasil identifikasi yang dilakukan dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa bakteri-bakteri yang berhasil diidentifikasi merupakan
bakteri-bakteri yang umum ditemukan di dalam saluran pernafasan lumba-lumba,

termasuk jenis T.aduncus di Indonesia. Keberadaan bakteri-bakteri patogen di
dalam saluran pernafasan lumba-lumba yang berpotensi menyebabkan pneumonia
perlu menjadi perhatian khusus dalam upaya pencegahan dan penanganan
penyakit. Upaya ini bertujuan untuk mendukung kesuksesan usaha konservasi
T. aduncus di Indonesia.
Kata kunci: Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik, Tursiops aduncus, blowhole.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan karya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

IDENTIFIKASI BAKTERI ASAL SALURAN PERNAFASAN ATAS
(Blowhole) LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL INDO-PASIFIK
(Tursiops aduncus) DI KAWASAN KONSERVASI PANTAI CAHAYA

KENDAL JAWA TENGAH

ELOK PUSPITA RINI
B04080190

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
NIM
Program Studi


: Identifikasi Bakteri Asal Saluran Pernafasan Atas
(Blowhole) Lumba-lumba Hidung Botol Indo-Pasifik
(Tursiops aduncus) di Kawasan Konservasi Pantai Cahaya
Kendal Jawa Tengah
: Elok Puspita Rini
: B04080190
: Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Menyetujui,
Pembimbing 1

Pembimbing 2

Dr. drh. Agustin Indrawati, M. Biomed
19650815 199103 2 001

drh. Titiek Sunartatie, MS
19620806 198703 2 001


Mengetahui,
Wakil Dekan FKH IPB

drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet
19630810 198803 1 004

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Identifikasi Bakteri Asal Saluran Pernafasan Atas
(Blowhole) Lumba-lumba Hidung Botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) di
Kawasan Konservasi Pantai Cahaya Kendal Jawa Tengah. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan.
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat dan ketulusan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa, mama, dan adik tersayang (Fifi dan Ridwan) serta keluarga atas kasih
sayang, doa, semangat, motivasi, dan nasihat yang membangun penulis.

2. Dr. drh. Agustin Indrawati, M.Biomed dan drh. Titiek Sunartatie, MS selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik,
saran, motivasi, waktu, dan pemikiran selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
3. PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI) Pantai Cahaya Kendal Jawa Tengah atas
kesediaan dan izin untuk melakukan penelitian.
4. Dr. drh Setyo Widodo selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan
dan motivasi selama di FKH IPB.
5. Andika Pandu Wibisono atas kasih sayang, perhatian, masukan, doa, dan
semangat kepada penulis.
6. Tim lumba-lumba (Marlina dan Hana) atas kerjasama, semangat, motivasi,
dan kebersamaan selama penelitian.
7. Sahabat dan saudara Bateng 23 (Teh Ayu, Teh Laras, Ambar, Anita, Lusi,
Winda, Duti, Anggun, dan Nindi) atas semangat dan keceriaan.
8. Rahmah, Desray, Babang, dan Arca atas bantuan selama penelitian.
9. drh. Usamah Afiff, M.Sc., dosen laboratorium bakteriologi atas ilmu dan
bimbingannya serta Pak Ismet dan Mbak Selyn laboran dan teknisi
bakteriologi atas bantuan selama penelitian.
10. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah membukakan
gerbang pengetahuan bagi penulis.

11. Teman-teman Avenzoar FKH 45, HIMPRO HKSA, IMAKAHI Cabang FKH
IPB, Civitas Akademika FKH IPB atas kebersamaan dan suasana
kekeluargaan yang telah kita lalui selama masa pendidikan di IPB.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan di
dalamnya. Terima kasih untuk kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor,

November 2012
Elok Puspita Rini

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1989 di Magetan, Jawa Timur.
Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Sutoyo Supardi
dan Sumarsih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 02 Klegen
Madiun pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama
di SMPN 01 Madiun. Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan pendidikan
menengah atas di SMAN 01 Madiun. Pada tahun yang sama penulis berhasil lolos
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima
sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan di IPB penulis pernah menjadi reporter buletin
Vetzone BEM FKH Kabinet Katalis, divisi keuangan IMAKAHI (2009-2010),
Sekretaris II Himpro HKSA (2009-2010), Sekretaris umum Himpro HKSA (20102011), dan BPH Himpro HKSA (2011-2012). Penulis juga aktif dalam berbagai
kepanitiaan, seperti Pelatihan Manajemen Satwa Akuatik (PMSA), Pet Care Day
(PCD), dan Seminar Nasional IMAKAHI.
Pada tahun 2011, penulis melakukan Pengabdian Masyarakat (Pengmas)
di Klaten Jawa Tengah. Pada tahun 2012 makalah ilmiah penulis berhasil lolos
seleksi dalam Karya Ilmiah Veteriner Nasional (KIVNAS) yang ke-12 di
Yogyakarta.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
I.1 Latar Belakang ........................................................................................1
I.2 Tujuan Penelitian ....................................................................................3
I.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
II.1 Lumba-lumba Hidung Botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) .............4
II.2 Bakteri ...................................................................................................7
II.3 Bakteri pada Tursiops aduncus..............................................................9
II.3.1 Aeromonas hydrophila ..........................................................10
II.3.2 Vibrio alginolyticus...............................................................11
II.3.3 Mycobacterium spp ...............................................................12
II.3.4 Nocardia ...............................................................................14
II.3.5 Staphylococcus aureus ..........................................................15
BAB III BAHAN DAN METODE ........................................................................17
III.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................17
III.2 Materi Penelitian ................................................................................17
III.3 Metode Penelitian ...............................................................................17
III.3.1 Pengambilan Sampel ...........................................................17
III.3.2 Isolasi Bakteri ......................................................................18
III.3.3 Pemurnian Bakteri dan Pewarnaan Gram............................18
III.3.4 Identifikasi Bakteri Gram Negatif .......................................19
III.3.5 Identifikasi Bakteri Gram Positif.........................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................26
IV.1 Hasil ...................................................................................................26
IV.2 Pembahasan ........................................................................................28
Actinobacillus sp. ...........................................................................30
Pseudomonas sp. ............................................................................32
Moraxella sp. ..................................................................................34
Bacillus sp. .....................................................................................36
Staphylococcus sp.. .........................................................................37
Citrobacter sp .................................................................................39
Salmonella sp..................................................................................41
Serratia sp. .....................................................................................43
Klebsiella sp. ..................................................................................44
Proteus sp. ......................................................................................45

Pasteurella sp .................................................................................46
Edwardsiella tarda . .......................................................................48
Alcaligenes faecalis ........................................................................50
Yersinia sp. .....................................................................................51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................53
V.1 Simpulan ..............................................................................................53
V.2 Saran ....................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................54
LAMPIRAN ...........................................................................................................58

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Bakteri pada sistem pernafasan lumba-lumba hidung botol .................................9
2 Karakteristik biokimiawi A. hydrophila..............................................................11
3 Karakteristik biokimiawi V. alginolyticus ..........................................................12
4 Kelompok Mycobacterium spp. patogen pada hewan ........................................13
5 Karakteristik biokimiawi Mycobacterium spp. ...................................................14
6 Karakteristik biokimiawi Nocardia spp. .............................................................14
7 Karakteristik biokimiawi S. aureus .....................................................................15
8 Hasil identifikasi bakteri pada saluran pernafasan atas T. aduncus ....................27
9 Persentase bakteri pada saluran pernafasan atas T. aduncus...............................27

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Distribusi T. aduncus ...........................................................................................5
2 Gambar morfologi T. aduncus.............................................................................6
3 Perbandingan kapasitas maksimum paru-paru dan jumlah total udara yang
dapat dihirup oleh kuda, manusia, singa laut, berang-berang laut, lumba-lumba
pantai (pelabuhan), lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus), paus
hidung botol, dan paus sirip.. ..............................................................................7
4 Koloni A. hydrophila pada media agar darah ....................................................10
5 Koloni A. hydrophila pada media MacConkey agar .........................................11
6 Hemolisis pada agar darah oleh S. aureus. ........................................................16
7 Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif. ................................................20
8 Diagram alir identifikasi bakteri Gram positif ..................................................25
9 Diagram alir identifikasi bakteri famili Micrococcaceae ..................................25
10 Morfologi Actinobacillus sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X ..................................................................................................................31
11 Morfologi Pseudomonas sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X ..................................................................................................................33
12 Morfologi Moraxella sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X ..................................................................................................................35
13 Morfologi Bacillus sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100X ...36
14 Morfologi S. aureus dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100X .......38
15 Morfologi S. epidermidis dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X ..................................................................................................................39
16 Morfologi Citrobacter sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X ..................................................................................................................40
17 Morfologi Salmonella sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X. .................................................................................................................42
18 Morfologi Serratia sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100X ...43
19 Morfologi Klebsiella sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X ..................................................................................................................44
20 Morfologi Proteus sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100X ....46
21 Morfologi Pasteurella sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X ..................................................................................................................47
22 Morfologi Edwardsiella tarda dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X ..................................................................................................................49
23 Morfologi Alcaligenes faecalis dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif
100X. .................................................................................................................50
24 Morfologi Yersinia sp. dengan pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100X ...52

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Morfologi Koloni Bakteri pada Media Blood Agar (BA) dan MacConkey Agar
(MCA) ...............................................................................................................59
2 Hasil Identifikasi Bakteri Saluran Pernafasan Atas Lumba-lumba Hidung Botol
Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) .......................................................................62

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Perairan laut di Indonesia terkenal dengan keindahan laut dan potensi
kekayaan sumber hayati yang beraneka ragam. Salah satu sumber hayati yang
melimpah tersebut adalah banyaknya berbagai jenis ikan dan beberapa jenis
mamalia laut. Mamalia laut merupakan salah satu anggota kelas mamalia yang
telah beradaptasi untuk hidup di dalam air. Mamalia laut terdiri dari ordo Cetacea
(paus, lumba-lumba besar, Porpoise atau lumba-lumba kecil), subordo Pinnipedia
(anjing laut, singa laut, dan beruang laut) dan ordo Sirenia (dugong (duyung) dan
Manatees). Semua anggota mamalia laut tersebut termasuk ke dalam satwa langka
yang dilindungi di seluruh dunia.
Lumba-lumba tergolong mamalia laut yang cerdas, memiliki empati, dan
rasa sosial yang tinggi terhadap kelompoknya maupun pada manusia. Terdapat
lebih dari 40 jenis lumba-lumba di dunia yang terbagi dalam 17 genus. Contoh
lumba-lumba dari beberapa genus, diantaranya lumba-lumba moncong panjang
dan moncong pendek dari genus Delphinus. Genus Tursiops terdiri dari lumbalumba hidung botol atlantis dan indo-pasifik. Northern dan southern rightwhale
dolphin dari genus Lissodelphis. Genus Stenella terdiri dari atlantic spotted
dolphin, clymene dolphin, spinner dolphin, pantropical spotted dolphin, dan
lumba-lumba belang. Pesut dari genus Oracella dan lain sebagainya. Lumbalumba hidung botol indo-pasifik (Tursiops aduncus) merupakan salah satu jenis
mamalia laut yang dapat ditemukan di perairan laut Indonesia. Lumba-lumba ini
sering digunakan dalam pentas satwa dan sering muncul dalam tayangan televisi
maupun iklan-iklan (Priyono 2008). Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, sonar yang dihasilkan oleh lumba-lumba juga dapat dimanfaatkan
sebagai terapi alternatif penderita autis.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam dan Ekosistem, serta Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, T. aduncus merupakan salah
satu fauna yang perlu dilindungi keberadaannya. Berdasarkan konvensi

2

internasional yang mengatur perdagangan tumbuhan dan satwa liar, Convention
on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES),
T. aduncus dikategorikan ke dalam Appendix II yaitu daftar nama spesies yang
tidak terancam kepunahan. Status T. aduncus ini mungkin saja berubah menjadi
terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.
Persatuan organisasi konservasi dunia atau International Union for Conservation
of Nature (IUCN) menyatakan bahwa status populasi lumba-lumba di Indonesia
adalah dalam keadaan terancam (threatened) yang dikategorikan dalam red list.
Beberapa tahun belakangan ini perhatian dunia tertuju pada penyebaran
dan kelestarian Cetacea. Hal ini dikarenakan populasi Cetacea yang sudah
semakin menurun akibat adanya penangkapan ilegal dan kerusakan lingkungan.
Salah satu kelompok Cetacea yang mengalami penurunan jumlah populasi di
Indonesia adalah T. aduncus. Penurunan jumlah populasi T. aduncus disebabkan
oleh beberapa hal di antaranya kerusakan lingkungan, lalu lintas perairan, dan
penangkapan tidak sengaja oleh jaring nelayan.
Berkaitan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan potensi
Indonesia sebagai negara kepulauan serta status populasi T. aduncus di Indonesia
yang terancam punah menurut IUCN, maka diperlukan pengelolaan dan upaya
konservasi terhadap T. aduncus sehingga populasi lumba-lumba tersebut dapat
tetap terjaga. Salah satu informasi yang diperlukan agar upaya konservasi
terhadap T. aduncus berhasil antara lain mengenai manajemen kesehatan satwa
yang berkaitan dengan penyakit dan agen-agen penyebabnya. Penelitian tentang
keberadaan bakteri, virus, protozoa, atau cendawan sebagai mikroflora normal
maupun mikroorganisme patogen pada T. aduncus belum banyak dilakukan di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan masih sedikitnya informasi yang
berhubungan dengan masalah penyakit yang disebabkan oleh agen-agen infeksius
pada T. aduncus. Identifikasi bakteri di saluran pernafasan T. aduncus merupakan
salah satu usaha untuk membantu melakukan pencegahan dan pengobatan
penyakit yang lebih efektif pada T. aduncus, khususnya untuk lumba-lumba di
kawasan konservasi. Oleh karena itu diperlukan penelitian terkait hal tersebut
untuk mendukung keberhasilan upaya konservasi T. aduncus di Indonesia.

3

I.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis bakteri yang terdapat
pada saluran pernapasan atas (blowhole) T. aduncus, sehingga dapat diketahui
jenis-jenis bakteri yang berpotensi sebagai patogen pada T. aduncus.

I.3. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi tentang jenis-jenis bakteri yang terdapat pada
saluran pernafasan atas (blowhole) T. aduncus, baik berupa flora normal ataupun
bakteri patogen, sehingga mampu mendukung pelaksanaan upaya konservasi
lumba-lumba di Indonesia dan di kawasan konservasi lumba-lumba Pantai Cahaya
Kendal Jawa Tengah khususnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Lumba-lumba Hidung Botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus)
Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus) pada awalnya
dikenal dengan nama Delphinus aduncus. Kata Tursiops diambil dari gabungan
bahasa Yunani tursio yang artinya lumba-lumba dan ops yang berarti rupa atau
berbentuk, sedangkan aduncus berasal dari bahasa latin yang berarti bengkok
(rahang bawah sedikit membengkok ke belakang) (Perrin et al. 2001).
Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik dapat diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Cetacea

Famili

: Delphinidae

Genus

: Tursiops

Spesies

: Tursiops aduncus
Status taksonomi atau klasifikasi dari T. aduncus masih diragukan sampai

sekitar tahun 2000. Wang et al. (2000) membuktikan bahwa terdapat perbedaan
morfologi dari lumba-lumba hidung botol genus Tursiops, yaitu antara lumbalumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus) dengan lumba-lumba hidung botol
atlantis (T. truncatus) yang merupakan kerabat dekatnya. Berdasarkan studi yang
dilakukan Wang et al. (2000) tersebut dapat diketahui bahwa T. aduncus
cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan T. truncatus,
yaitu dengan panjang tubuh lebih kurang 2,5-2,7 m dan bobot badan 200 kg,
namun secara lebih detail T. aduncus memiliki moncong yang lebih panjang dan
totol atau bercak hitam pada bagian ventral tubuhnya. Salah satu faktor yang
menyebabkan keraguan status taksonomi dari Tursiops adalah distribusi dari
populasinya yang luas dan adaptasi lokal populasi dengan lingkungan perairan
yang berbeda (Gambar 1) (Perrin et al. 2001).

5

Hipotesis distribusi
Distribusi yang tercatat

Distribusi spesies yang telah beradaptasi

?

Distribusi yang belum pasti

Gambar 1 Distribusi T. aduncus(Perrin et al. 2001).
Badan T. aduncus berbentuk streamline karena terdapat lapisan lemak atau
blubber yang berfungsi untuk memperhalus bentuk badannya. Kulit yang halus
juga memberikan kontribusi yang besar pada T. aduncus untuk membantu
mengurangi hambatan saat berenang. T. aduncus tidak memiliki leher, sehingga
kepalanya menyatu sempurna dengan badan. Begitu halnya dengan telinga bagian
luar, T. aduncus hanya memiliki lubang kecil di sisi lateral kepalanya yang
dilapisi lilin. Bagian mata tampak lebih menonjol ke arah lateral saat dilihat dari
atas. Secara umum T. aduncus memiliki proporsi sirip dorsal (dorsal fin) dan sirip
ventral (flipper) yang lebih besar dibandingkan T. truncatus bila dilihat dari
ukuran tubuhnya yang lebih kecil (Perrin et al. 2001). Bentuk sirip ventral
(flipper) yang kaku disebabkan karena adanya kerangka kaki depan dan jari-jari
seperti pada mamalia lain, namun kerangka ini hanya dapat digerakkan pada
bagian bahu saja, sehingga tidak dapat digerakkan sebebas kaki depan mamalia.
Sirip ekor T. aduncus mengarah horizontal tidak seperti sirip ekor ikan hiu dan
ikan lainnya yang mengarah vertikal, sehingga bentuk sirip ekor dapat dipakai
T. aduncus sebagai kekuatan untuk berenang dan dibantu dengan otot-otot badan
yang kuat. Organ reproduksi primer dan sekunder T. aduncus berada dalam suatu

6

kantong yang disembunyikan di dalam tubuhnya. Gambaran morfologi T. aduncus
ditunjukkan pada Gambar 2.

ANS anus; AOR aorta; BLD vesica urinaria; BLO blowhole; DIA diafragma; EYE mata; HAR ,
jantung; KID ginjal; LIV hati; LUN paru-paru; MEL melon (otak); REC rektum; SPL limpa;
STM lambung depan; TRA trakea; TRS septum transversal; TYR tyroid

Gambar 2 Gambar morfologi T. aduncus(Rommel& Reynolds2000).
Ordo Cetacea adalah jenis mamalia laut yang paling sempurna beradaptasi
di lingkungan laut di antara jenis mamalia laut lainnya. Hal ini dapat terlihat pada
letak lubang pernafasan atau biasa disebut blowhole yang terletak di atas kepala.
Kelompok mamalia laut lain selain Cetacea memiliki lubang pernafasan di antara
mata dan mulut. Letak blowhole yang di atas kepala ini memungkinkan
T. aduncus untuk mengambil udara di permukaan air dengan hanya memunculkan
sebagian bagian dorsal tubuhnya tanpa harus berhenti berenang.
Penggunaan oksigen dalam paru-paru T.

aduncus

lebih efisien

dibandingkan mamalia darat (Gambar 3). Pada saat bernafas, satu kali ekspirasi
T. aduncus mampu mengeluarkan lebih dari 90% udara di dalam paru-paru selama
kurang dari satu detik. Hal ini dapat terjadi karena jumlah kapiler paru-paru
T. aduncus mampu menyerap 50% oksigen dalam satu kali siklus nafas
dibandingkan mamalia darat yang hanya mampu menyerap oksigen 20%
(Butler & Jones 1997). Besarnya kapasitas paru-paru ini memungkinkan
T. aduncus untuk menyerap banyak oksigen di udara. Hal ini dapat juga
meningkatkan resiko masuknya agen infeksius seperti bakteri, virus, dan
cendawan melalui lubang pernafasan atau blowhole ke dalam saluran pernafasan
T. aduncus.

7

Kapasitas maksimum paru-paru per 100 kg BB
Jumlah udara yang dihirup dalam satu kali nafas sempurna per 100 kg BB

Gambar 3 Perbandingan kapasitas maksimum paru-paru dan jumlah total udara
yang dapat dihirup oleh kuda, manusia, singa laut, berang-berang laut,
lumba-lumba pantai (dermaga), lumba-lumba hidung botol indopasifik (T. aduncus), paus hidung botol, dan paus sirip (Slijper 1976).
II.2 Bakteri
Bakteri adalah sel prokariot yang tidak memiliki membran inti, bersifat
uniseluler, dan memiliki organel sel yang sederhana. Reproduksi bakteri
dilakukan secara aseksual melalui pembelahan biner sederhana. Sel-sel bakteri
memiliki bentuk dasar yang khas, seperti batang, bulat, dan spiral serta bentuk
modifikasi lain dari bentuk-bentuk dasar tersebut. Bakteri dapat dijumpai di
manapun dan di berbagai lingkungan hidup. Bakteri ada di dalam tanah, di
lingkungan akuatik baik di aliran air sungai ataupun perairan laut serta di
atmosfer. Keadaan lingkungan tempat hidup bakteri menentukan ciri-ciri dari
suatu populasi bakteri (Pelczar & Chan 1986).
Bakteri memiliki bentuk dan ukuran sel yang beragam, yaitu sekitar 0,51,0 µm dan panjang 1,5-2,5 µm. Sel-sel bakteri dapat berbentuk seperti elips,

8

bola, batang (silindris) atau spiral (heliks). Masing-masing ciri ini penting dalam
mencirikan morfologi suatu spesies (Pelczar & Chan 1986).
Sel bakteri yang berbentuk bulat seperti bola atau elips dinamakan kokus.
Ada beberapa susunan atau penataan bakteri bentuk kokus yang khas bergantung
pada spesiesnya, misalnya penataan bergerombol seperti buah anggur pada genus
Staphylococcus, penataan berantai pada genus Streptococcus, dan penataan seperti
bentuk kubus atau disebut sarkina pada genus Sarcina (Pelczar & Chan 1986).
Sel bakteri berbentuk silindris atau seperti batang dinamakan basil. Ada
banyak perbedaan dalam ukuran panjang dan lebar di antara berbagai jenis bakteri
bentuk basil. Ujung beberapa bakteri basil tampak seperti persegi, bundar,
meruncing atau lancip seperti ujung cerutu. Kadang bakteri basil saling melekat
antara ujung yang satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk pola seperti
rantai atau disebut streptobasil (Pelczar & Chan 1986).
Bakteri berbentuk spiral atau spirulum banyak ditemukan sebagai
individu-individu sel yang tidak saling melekat atau soliter seperti pada genus
spirocheta ataupun melengkung seperti membentuk koma pada genus Vibrio
(Pelczar & Chan 1986).
Bakteri memiliki susunan sel yang sederhana dibandingkan dengan
cendawan dan protozoa. Bakteri memiliki lapisan pelindung luar yang disebut
dinding sel. Dinding sel ini bersifat kaku karena mengandung peptidoglikan
sehingga mampu memberikan bentuk pada sel bakteri. Pada beberapa bakteri
yang bersifat motil di bagian luar dinding sel dapat ditemukan flagel dan fimbriae.
Flagel adalah filamen tipis seperti rambut yang berfungsi sebagai alat gerak
bakteri. Fimbriae adalah filamen kecil, pendek, dan jumlahnya lebih banyak
dibandingkan flagel yang berfungsi sebagai alat pelekatan ke sel inang
(Pelczar & Chan 1986).
Pada bagian dalam dinding sel terdapat membran semipermeabel yang
disebut sebagai membran sitoplasma dan mesosom. Mesosom adalah membran
sitoplasma yang mengalami invaginasi atau melipat ke arah dalam. Secara umum
organel-organel sel yang terdapat di dalam sitoplasma sel bakteri sangat
sederhana. Organel-organel sel yang terdapat dalam sel bakteri yaitu bahan inti
dan ribosom. Berbeda dengan kelompok sel eukariot, bahan inti dari bakteri tidak

9

dilapisi dengan membran inti, sehingga bahan inti atau DNA sel bakteri berada di
dekat pusat sel dan terikat pada sistem mesosom. Beberapa jenis bakteri tertentu
mampu menghasilkan spora baik eksospora maupun endospora. Spora ini
berfungsi sebagai alat reproduksi vegetatif pada kondisi lingkungan tempat hidup
yang buruk (Pelczar & Chan 1986).

II.3 Bakteri pada Tursiops aduncus
Mikroorganisme seperti bakteri, cendawan, protozoa ataupun virus banyak
ditemukan di lingkungan hidup baik di dalam tanah, lingkungan akuatik aliran
sungai ataupun perairan laut dan di atmosfer atau udara. Mikroorganisme ini juga
dapat ditemukan di dalam tubuh hewan ataupun manusia baik berupa flora normal
ataupun bersifat patogen. Sebagian besar agen infeksius ini dapat beresiko
menyebabkan penyakit baik bersifat lokal ataupun sistemik saat sistem pertahanan
tubuh inangnya menurun (Tellez et al, 2010).
Beberapa jenis bakteri dan cendawan mungkin saat ini sudah menjadi flora
normal pada beberapa mamalia laut termasuk T. aduncus. Keterbatasan data
rekam medik tentang penyakit, manifestasi klinis, dan lesio secara makroskopis
dan mikroskopis dari agen infeksius pada T. aduncus menyulitkan untuk
melakukan identifikasi penyakit yang muncul. Tahapan awal yang dilakukan
untuk menginvestigasi kejadian penyakit adalah mengidentifikasi jenis agen-agen
infeksius yang menginfeksi. Infeksi dari agen-agen tersebut menyebar secara luas
mulai dari jaringan integumen (kulit), sistem pernafasan, pencernaan, urogenital,
dan retikuloendotelial (Higgins 2000).
Berikut disajikan data bakteri yang berhasil diidentifikasi dari sistem
pernafasan lumba-lumba hidung botol pada Tabel 1.
Tabel 1 Bakteri pada sistem pernafasan lumba-lumba hidung botol
Nama Bakteri
Aeromonas hydrophila
Vibrio alginolyticus
Mycobacterium spp.
Nocardia asteroides
Nocardia brasiliensis
Nocardia caviae
Staphylococcus aureus

Sumber: Higgins (2000).

Spesies
Lumba-lumba hidung botol
Lumba-lumba hidung botol
Lumba-lumba hidung botol atlantis (T. truncatus)
Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus)
Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus)
Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus)
Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus)

10

II.3.1 Aeromonas hydrophila
Aeromonas adalah bakteri yang banyak ditemukan di tanah, air, dan
tempat pembuangan air. Bakteri ini hidup sebagai saprofit dengan menguraikan
materi organik yang ada di sekitar lingkungan hidupnya, walaupun ada beberapa
jenis yang bersifat parasit pada ikan, reptil, dan hewan lainnya. Jumlah
Aeromonas di lingkungan dapat bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah
bahan organik di lingkungan tempat hidupnya.
Aeromonas hydrophila adalah flora normal yang biasa ditemukan di
perairan yang terdapat ikan, seperti di kolam dan di tank air kolam. A. hydrophila
adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang lurus dengan ukuran sel berkisar
antara 0,5-0,8 x 3,0-4,0 µm. Bakteri Gram negatif ini bersifat anaerob fakultatif,
katalase positif, motil dengan flagella bersifat polar serta mampu memfermentasi
glukosa menjadi asam dan gas. A. hydrophila dapat tumbuh baik dalam media
biakan agar darah dan agar MacConkey pada suhu 37 °C. Bakteri ini bersifat
oportunistik dan dapat menyebabkan penyakit pada ikan dan reptil apabila sistem
imun inangnya menurun (Quinn et al. 2004)
Identifikasi penyakit yang disebabkan oleh A. hydrophila sedikit sulit,
karena sampel yang diambil dari hasil swab ataupun kerokan jaringan yang
diduga terinfeksi harus mendapat penanganan khusus dengan tetap menjaga
kemurnian bakteri yang diambil dan menghindari kontaminasi pada media. Media
selektif yang digunakan untuk mengisolasi A. hydrophila adalah agar darah
dengan penambahan antibiotik ampicilin 10 mg/L. Secara makroskopis
A. hydrophila pada agar darah adalah koloni besar dengan ukuran antara 2-3 mm,
datar, berwarna keabu-abuan, bersifat β hemolisis, dan memiliki bau khas busuk
(Gambar 4). Pada media agar MacConkey, koloni A. hydrophila tampak pucat
karena tidak memfermentasi laktosa (Gambar 5) (Quinn et al. 2004).

Gambar 4 Koloni A. hydrophila pada media agar darah (Quinn et al. 2004).

11

Gambar 5 Koloni A. hydrophila pada media agar MacConkey (Quinn et al. 2004).
Aeromonas hydrophila adalah bakteri Gram negatif yang bersifat motil
serta mampu memproduksi asam dan gas dari hasil fermentasi glukosa, namun
kurang reaktif terhadap fermentasi gula-gula lain seperti inositol dan maltosa.
Berikut disajikan karakteristik biokimiawi A. hydrophila pada Tabel 2.
Tabel 2 Karakteristik biokimiawi A. hydrophila
Karakteristik Biokimia
β hemolisis pada agar darah
Motilitas
Indol
Reduksi nitrat
Urea
Arginin dekarboksilase
Oksidase
Katalase
Glukosa (gas)
Manitol
Maltosa
Sukrosa
Laktosa

A. hydrophila
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Bervariasi

Sumber: Quinn et al. (2004).

II.3.2 Vibrio alginolyticus
Vibrio alginolyticus adalah bakteri Gram negatif berbentuk koma dengan
ukuran sel berkisar antara 0,5-0,8 x 3,0-4,0 µm. Bakteri ini bersifat anaerob
fakultatif, katalase positif, motil dengan flagela bersifat polar serta mampu
memfermentasi glukosa dan menghasilkan asam tanpa gas (Quinn et al. 2004).
V. alginolyticus membutuhkan NaCl konsentrasi tinggi untuk pertumbuhannya,
yaitu sekitar 6-8%. Kelompok bakteri Vibrio memiliki kemiripan dengan
kelompok bakteri Aeromonas, yang membedakan di antara keduanya adalah
kemampuan bakteri Vibrio dalam menghidrolisis asam amino arginin termasuk
V. alginolyticus.

12

Berbeda dengan jenis bakteri Vibrio lainnya yang biasa ditemukan pada
saluran pencernaan, V. alginolyticus ditemukan pada saluran pernafasan atau
blowhole lumba-lumba, walaupun pernah juga ditemukan pada feses hewan laut,
seperti singa laut dan berang-berang laut (Barrow et al. 1993). V. alginolyticus
memiliki antigen H dan O (Sakazaki et al. 1968). Karakteristik biokimia dari
V. alginolyticusdapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik biokimiawi V. alginolyticus
Karakteristik Biokimia
Tumbuh pada suhu 37 °C
Motilitas
Reduksi nitrat
Arginin dekarboksilase
Oksidase
Glukosa (gas)
Indol
VP
Sukrosa

V. alginolyticus
+
+
+
+
+
+
+/-

Sumber: Barrow et al. (1993).

II.3.3 Mycobacterium spp.
Mycobacterium spp. adalah bakteri Gram positif berbentuk batang kecil
dengan panjang sel bervariasi antara 0,2-0,6 x 1,0-10,0 µm. Bakteri Gram positif
ini tidak motil, tidak berspora, bersifat aerobik, dan oksidatif. Beberapa spesies
Mycobacterium dapat memproduksi pigmen karotenoid (berwarna kekuningan)
dan bersifat patogen pada hewan. Spesies Mycobacterium ini disebut sebagai
kelompok Runyon, terdiri dari skotokromogen yang mampu memproduksi
pigmen karotenoid saat diinkubasi di tempat gelap ataupun terang dan
fotokromogen yang hanya mampu memproduksi pigmen pada kondisi terang
(Quinn et al. 2004).
Berdasarkan

kecepatan

pertumbuhannya,

Mycobacterium

spp.

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama adalah
kelompok pertumbuhan lambat yang terdiri dari Mycobacterium golongan
tuberkulosis, fotokromogen, skotokromogen, dan nonkromogen. Kelompok ini
rata-rata membutuhkan waktu lebih dari 7 hari untuk tumbuh. Kelompok kedua
adalah kelompok pertumbuhan cepat yang membutuhkan waktu pertumbuhan

13

kurang dari 7 hari dan sering terdapat pada sistem pencernaan hewan
(Quinn et al. 2004).
Mycobacterium spp. yang bersifat patogen dapat ditemukan pada beberapa
jaringan atau organ tubuh hewan, misalnya discharge saluran pernafasan, feses,
susu, urine, dan semen. Spesies Mycobacterium yang sering menyebabkan
penyakit pada hewan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kelompok Mycobacterium spp. patogen pada hewan
Spesies

Inang
Pertumbuhan lambat

Kelompok tuberculosis
M. tuberculosis
M. bovis
M. microti
Kelompok fotokromogens
M. kansasii
M. simiae
M. marinum
Kelompok skotokromogen
M. scrofulaceum
Kelompok nonkromogen
M. avium
M. intracellulare
M. ulcerans
M. xenopi
M. chelonae
M. fortuitum
M. phlei
M. smegmatis
M. paratuberculosis
M. lepraemurium

Anjing, burung kenari dan burung Psittacine
Sebagian besar mamalia
Kelinci, marmut, dan anak sapi
Keledai, babi, dan sapi
Monyet
Ikan laut, mamalia laut, dan amfibi
Babi hutan, babi lokal, sapi, dan kerbau
Unggas, burung liar, kuda, dan babi
Unggas, burung liar, sapi, primata, dan babi
Kucing
Kucing dan babi
Pertumbuhan cepat
Ikan, kura-kura, sapi, kucing, dan babi
Sapi, kucing, anjing, dan babi
Kucing
Sapi dan kucing
Kelompok lain
Sapi, domba, kambing, dan ruminansia lain
Kucing dan rodensia

Sumber: Quinn et al. (2004).
Pembiakan Mycobacterium spp. sulit untuk dilakukan karena pertumbuhan
koloni bakterinya yang lambat, sehingga rentan terhadap kontaminasi bakteri lain
dan membutuhkan perlakuan khusus. Identifikasi genus Mycobacterium dapat
dilakukan melalui pengamatan langsung secara mikroskopis dengan pewarnaan
tahan asam Ziehl-Neelsen atau dengan bantuan penyinaran UV yang mampu
menghasilkan efek fluoroscent pada kelompok Mycobacterium berpigmen. Koloni
bakteri Mycobacterium spp. yang tampak dalam pewarnaan Ziehl-Neelsen adalah
merah, menandakan bahwa bakteri ini tahan terhadap asam. Media pertumbuhan
yang biasa digunakan untuk membiakkan Mycobacterium spp. adalah LowensteinJensen dan Stonebrinks yang berbahan dasar telur. Dapat juga digunakan media

14

selektif Malachite Green untuk M. tuberculosis dan M. avium serta beberapa
jenis Mycobacterium lain yang membutuhkan gliserol untuk pertumbuhan.
Karakteristik biokimiawi dari Mycobacterium spp. terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik biokimiawi Mycobacterium spp.
Karakteristik Biokimia
Tipe pertumbuhan
Morfologi koloni pada
media dengan gliserol
Reduksi nitrat
Urea
Arginin dekarboksilase
Oksidase

M. tuberculosis
Eugonik
Tidak rata, keras,
mengkilat, dan
tidak mudah pecah
3-8 minggu
+
+
+

M. bovis
Disgonik
Kecil, basahmengkilat, dan
mudah pecah
3-8 minggu
+

M. avium
Eugonik
Keputihan,
berlendir, dan
mudah pecah
2-6 minggu
+
-

Sumber: Quinn et al. (2004).

II.3.4 Nocardia
Nocardia adalah bakteri kokoid Gram positif yang biasa ditemukan di
saluran pernafasan atau blowhole T. aduncus. Nocardia sebenarnya adalah bakteri
yang hidup di tanah dan dapat menginfeksi inang, namun bakteri ini juga dapat
hidup di udara. Kemampuan hidup bakteri ini di udara memungkinkannya untuk
ditemukan di saluran pernafasan T. aduncus (Barrow et al. 1993).
Tabel 6 Karakteristik biokimiawi Nocardia spp.
Karakteristik
Biokimia
Hidup di udara
Spora
Motilitas
Katalase
Oksidase
Glukosa (asam)
Maltosa
Manitol
Tahan asam
Urea

N. asteroides

N. brasiliensis

N. caviae

+
+
+
Bervariasi
+

+
+
+
Bervariasi
+
Bervariasi
+

+
+
+
+
Bervariasi
+

Sumber: Barrow et al. (1993).
Dinding

sel

Nocardia

juga

mengandung

lipid

seperti

halnya

Mycobacterium, namun kandungan lipid ini tidak sekuat dinding sel
Mycobacterium yang tahan asam. Nocardia tidak tahan asam ataupun bereaksi
lemah terhadap asam dengan memberikan warna biru sampai keunguan saat
diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Nocardia adalah kelompok bakteri
yang tidak bespora, tidak motil, dan aerob fakultatif. Ada beberapa jenis Nocardia

15

yang bersifat patogen pada mamalia laut, khususya pada lumba-lumba hidung
botol, seperti N. asteroides dan N. brasiliensis. Berikut karakteristik biokimiawi
dari Nocardia disajikan pada Tabel 6.

II.3.5 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif berbentuk kokus
dengan susunan bergerombol seperti buah anggur dengan diameter rata-rata
1,0 µm. Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif, katalase positif, oksidase negatif,
koagulase positif, dan tidak motil serta bersifat patogen pada hewan dan manusia.
Bakteri Gram positif ini tidak dapat tumbuh pada media agar MacConkey, namun
dapat tumbuh dengan baik pada media agar darah dan nutrient agar. Jenis
Staphylococcus patogen lain selain S. aureus adalah S. intermedius, dan S. hyicus,
sedangkan S. epidermidis dan S. saprophyticus bersifat komensal di lingkungan.
Tingkat patogenitas dari Staphylococcus berkaitan dengan enzim koagulase yang
dihasilkan. Berikut karakteristik biokimia S. aureus yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Karakteristik biokimiawi S. aureus
Karakteristik Biokimia
Hemolisis pada agar darah
Uji koagulase
Tumbuh pada media MSA
Motilitas
Urea
Alkalin Fosfatase
Oksidase
Katalase
Maltosa

S. aureus
+
+
+
Bervariasi
+
+
+

Sumber: (Quinn et al. 2004).
Staphylococcus dapat menginfeksi berbagai jenis mamalia, dengan spesies
yang spesifik untuk masing-masing individu mamalia. Koloni dari Staphylococcus
dapat ditemukan pada saluran pernafasan (blowhole) pada lumba-lumba, kulit,
membran mukosa, dan saluran pencernaan. Staphylococcus dapat menghasilkan
toksin dan enzim yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan, misalnya
enterotoksin, Toxic Shock Syndrome (TSS), alfa toksin dan lain sebagainya.
Media pertumbuhan yang biasa digunakan untuk membiakkan S. aureus
adalah agar darah. Koloni S. aureus yang tumbuh pada media agar darah memiliki
warna koloni kuning, namun koloni S. aureus dari anjing tidak menunjukkan

16

pembentukan warna kuning. Kemampuan S. aureus menghemolisis sel darah
merah domba pada media agar darah dapat digunakan untuk mengidentifikasi
bakteri ini (Gambar 6).

Gambar 6 Hemolisis pada agar darah oleh S. aureus (Quinn et al. 2004).

BAB III
BAHAN DAN METODE
III.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012 di kawasan
konservasi lumba-lumba Pantai Cahaya, Weleri, Kendal, Jawa Tengah dan
Laboratorium Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB).
III.2 Materi Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel swab blowhole T. aduncus,
media untuk membiakkan sampel, seperti brain heart infusion broth (BHIB),
triptic soy agar (TSA), agar darah (blood agar), dan MacConkey agar (MCA),
media untuk pengujian secara biokimiawi, seperti triple sugar iron agar (TSIA),
media semisolid indol, Simmon’s citrate agar, kaldu Methyl Red-Voges Proskauer
(MR-VP), kaldu gula-gula (glukosa, sukrosa, laktosa, manitol, maltosa), manitol
salt agar (MSA), zat warna Gram (kristal violet, lugol, aseton alkohol, safranin),
zat warna Ziehl Neelsen (karbol fuksin, asam alkohol, biru metilen), akuades,
hidrogen peroksida 3% (H2O2 3%), KOH 3%, dan alkohol 70%. Alat-alat yang
digunakan meliputi mikroskop, pembakar Bunsen, ose, gelas objek, gelas
penutup, inkubator, digital camera eyed pieces, dan lemari es.
III.3 Metode Penelitian
III.3.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada 11 ekor T. aduncus dengan
melakukan 2 kali swab blowhole menggunakan cotton bud. Cotton bud
dimasukkan ke dalam blowhole saat lumba-lumba sedang ekspirasi, yaitu saat
blowhole terbuka. Cotton bud hasil swab blowhole yang pertama (B) kemudian
dimasukkan ke dalam media BHIB untuk menjaga agar sampel swab tidak kering
dan sebagai media penyubur. Cotton bud hasil swab blowhole yang kedua (B1)
langsung digoreskan pada media agar darah dan MCA untuk isolasi bakteri, lalu
diinkubasi pada suhu ruang. Sampel-sampel dalam BHIB dan yang telah

18

dibiakkan pada media agar darah dan MCA, kemudian dibawa ke Laboratorium
Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medik FKH IPB untuk diidentifikasi.
III.3.2 Isolasi Bakteri
Seluruh sampel swab dalam medium BHIB (sampel B) kemudian
dibiakkan pada media agar darah dan MCA untuk dilakukan isolasi bakteri.
Bakteri Gram negatif diharapkan mampu tumbuh pada media MCA, sedangkan
bakteri Gram positif dan beberapa bakteri Gram negatif yang tidak dapat tumbuh
pada media MCA, seperti genus Neisseria dap