Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus,Ehrenberg 1833) Di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal

(1)

ABSTRAK

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI.Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, EHRENBERG 1833) di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah. Dibimbing oleh HERU SETIJANTOdan AGUSTIN INDRAWATI

Lumba-lumba hidung botol terdiri atas dua spesies yang serupa yaitu Tursiops truncatus dan Tursiops aduncus.Data morfologi eksteriorT.aduncus belum banyak diketahui sehingga sulit dibedakan dengan T. truncatus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui morfologi eksterior dan menambah data morfologi T.aduncus. Penelitian ini dilakukan di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing, Rowosari, Kendal, Jawa Tengah. Hasil rata-rata pengukuran enam lumba-lumba hidung botol dengan perbandingan empat jantan dan dua betina yaitu TBL (total body length) 210.56.74 cm, SEY (snout-eye length) 21.14.07 cm, RL (rostrumlength) 11.81.17 cm, RW (rostrum width) 7.51.51 cm, MWF (maximal width of the flipper) 13.31.21 cm,TW (tail width) 53.82.92 cm, CB (circle of body) 1104.9 cm, DFL (dorsal flipper length) 31.35.6 cm. Analisis data menggunakan penjabaran deskriptif dibantu metode statistik sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran T.aduncus lebih kecil dibandingkan dengan T.truncatus sedangkan ratio antara RL dan TBL T. aduncuslebih besar daripada T. truncatus. Pengukuran juga menunjukkan tidak ada perbedaan ukuran antara jantan dan betina padaT.aduncus.

Kata kunci : lumba-lumba hidung botol, Tursiops aduncus, Tursiops truncatus, morfologieksterior, morfometri


(2)

ABSTRACT

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI. Morphometric Study of Bottlenose Dolphins (Tursiops Aduncus, Ehrenberg 1833) in the Conservation Pond of PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Central Java. Under direction of HERU SETIJANTO andAGUSTIN INDRAWATI

Bottlenose dolphin is composed of two similar species, Tursiops truncatus and Tursiops aduncus. The purpose of this research is to study the external morphology of T. aduncus. This research was conducted in the conservation pond of PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing, Rowosari, Kendal. Four male and two female bottlenose dolphins were used in this research. The average measurements are: TBL (total body length) 210.56.74 cm, SEY (snout-eye length) 21.14.07 cm, RL (rostrum length) 11.81.17 cm, RW (rostrum width) 7.51.51 cm, MWF (maximal width of the flipper) 13.31.21 cm, TW (tail width) 53.82.92 cm, CB (circle of body) 1104.9 cm, and DFL (dorsal flipper length) 31.35.6 cm. The results showed that the size of T. aduncus is smaller compared to T. truncatus while the RL and TBL ratio is greater in T. aduncus. Measurements result indicates that there is no difference between male and female T. aduncus.

Keywords: Bottlenose dolphin,external morphology, morphometric measurement, Tursiops aduncus, Tursiops truncatus


(3)

RINGKASAN

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI. Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, Ehrenberg 1833) di Kolam Konservasi PT. Werst Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah. Dibimbing oleh HERU SETIJANTO dan AGUSTIN INDRAWATI.

Perairan laut Indonesia yang luas memiliki potensi sumberdaya hayati yang beranekaragam.Salah satu keanekaragaman tersebut adalah mamalia laut.Mamalia laut termasuk dalam kelas Mamalia, yang sudah beradaptasi untuk hidup di dalam air.Mamalia dengan ordo Cetacea memiliki 80 spesies mamalia laut yang tersebar di seluruh perairan dunia, beberapa spesies bahkan ditemukan di perairan tawar dan di danau.Spesies yang termasuk dalam ordo Cetacea meliputi paus dan lumba-lumba.Di Indonesia terdapat sedikitnya sepuluh jenis lumba-lumba (Priyono 2008).

Lumba-lumba yang paling banyak jumlahnya dan paling mudah ditemui adalah lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.).Lumba-lumba hidung botol (Tursiopssp.) merupakan hewan kosmopolit yang tersebar luas di daerah pantai dengan temperatur yang hangat dan merupakan cetacean yang paling dikenal diantara cetacean lainnya (Goodall et al. 2011).Lumba-lumba hidung botol bisa dikatakan cetacean yang paling dikenal manusia karena habitat di daerah pesisir, memiliki sifat yang jinak, rasa keingintahuan yang tinggi, dan kemampuan beradaptasi.Kemampuannya ini menyebabkan lumba-lumba hidung botol dapat bertahan hidup dalam penangkaran.Lumba-lumba hidung botol yang sering berada dalam penangkaran adalah T. truncatusdan T. aduncus.

Karakteristik anatomi eksterior dapat digunakan untuk membedakan dua spesies lumba-lumba hidung botol tersebut.Beberapa studi menggunakan ekstremitas (moncong, flipper, dan sirip dorsal) sebagai salah satu ciri identifikasi.T. truncatus terlihat lebih besar dibandingkan T. aduncus secara proporsional di area yang sama (Hale et al. 2000). Menurut Gao et al. (1995) perbedaan kedua spesies hanya dapat terlihat pada ukuran lumba-lumba hidung botol dewasa. Data populasi T. aduncus belum diketahui dengan pasti berbeda dengan T. truncatus yang data populasinya sudah banyak diketahui.Pengenalan terhadap kedua spesies ini khususnya T. aduncus, diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai keranekaragaman lumba-lumba hidung botol terutama di Indonesia sehingga diharapkan dapat terus menjaga kelestarian alam terutama lumba-lumba hidung botol.

Penelitian ini merupakan studi morfometri yang bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai morfologi eksterior dari T. aduncus.

Penelitian ini dilakukan di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing, Rowosari, Kendal, Jawa Tengah. Hasil rata-rata pengukuran enam lumba-lumba hidung botol dengan perbandingan empat jantan dan dua betina yaitu TBL (total body length) 210.56.74 cm, SEY (snout-eye length) 21.14.07 cm, RL (rostrumlength) 11.81.17 cm, RW (rostrum width) 7.51.51 cm, MWF (maximal width of the flipper) 13.31.21 cm, TW (tail width) 53.82.92 cm, CB (circle of body) 1104.9 cm, DFL (dorsal flipper length) 31.35.6 cm. Analisis data menggunakan penjabaran deskriptifkemudian


(4)

data hasil pengukuran dipresentasikan dalam bentuk regresi linear sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran T.aduncus lebih kecil dibandingkan dengan T.truncatus sedangkan ratio antara RL dan TBL T. aduncuslebih besar daripada T. truncatus.Pengukuran juga menunjukkan tidak ada perbedaan ukuran antara jantan dan betina padaT.aduncus.

Kata kunci : lumba-lumba hidung botol, Tursiops aduncus, Tursiops truncatus, morfometri, morfologi eksterior


(5)

STUDI MORFOMETRI LUMBA

(

Tursiops aduncus,

DI KOLAM KONSERVASI PT.

KENDAL

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

STUDI MORFOMETRI LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL

Tursiops aduncus,

EHRENBERG 1833)

DI KOLAM KONSERVASI PT. WERSUT SEGUNI NDONESIA

KENDAL JAWA TENGAH

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

HIDUNG BOTOL

WERSUT SEGUNI NDONESIA


(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, Ehrenberg 1833) di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah adalah karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, September 2012 Yohana Ayu Sawitri Kusumastuti B04080188


(7)

ABSTRAK

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI.Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, EHRENBERG 1833) di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah. Dibimbing oleh HERU SETIJANTOdan AGUSTIN INDRAWATI

Lumba-lumba hidung botol terdiri atas dua spesies yang serupa yaitu Tursiops truncatus dan Tursiops aduncus.Data morfologi eksteriorT.aduncus belum banyak diketahui sehingga sulit dibedakan dengan T. truncatus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui morfologi eksterior dan menambah data morfologi T.aduncus. Penelitian ini dilakukan di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing, Rowosari, Kendal, Jawa Tengah. Hasil rata-rata pengukuran enam lumba-lumba hidung botol dengan perbandingan empat jantan dan dua betina yaitu TBL (total body length) 210.56.74 cm, SEY (snout-eye length) 21.14.07 cm, RL (rostrumlength) 11.81.17 cm, RW (rostrum width) 7.51.51 cm, MWF (maximal width of the flipper) 13.31.21 cm,TW (tail width) 53.82.92 cm, CB (circle of body) 1104.9 cm, DFL (dorsal flipper length) 31.35.6 cm. Analisis data menggunakan penjabaran deskriptif dibantu metode statistik sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran T.aduncus lebih kecil dibandingkan dengan T.truncatus sedangkan ratio antara RL dan TBL T. aduncuslebih besar daripada T. truncatus. Pengukuran juga menunjukkan tidak ada perbedaan ukuran antara jantan dan betina padaT.aduncus.

Kata kunci : lumba-lumba hidung botol, Tursiops aduncus, Tursiops truncatus, morfologieksterior, morfometri


(8)

ABSTRACT

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI. Morphometric Study of Bottlenose Dolphins (Tursiops Aduncus, Ehrenberg 1833) in the Conservation Pond of PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Central Java. Under direction of HERU SETIJANTO andAGUSTIN INDRAWATI

Bottlenose dolphin is composed of two similar species, Tursiops truncatus and Tursiops aduncus. The purpose of this research is to study the external morphology of T. aduncus. This research was conducted in the conservation pond of PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing, Rowosari, Kendal. Four male and two female bottlenose dolphins were used in this research. The average measurements are: TBL (total body length) 210.56.74 cm, SEY (snout-eye length) 21.14.07 cm, RL (rostrum length) 11.81.17 cm, RW (rostrum width) 7.51.51 cm, MWF (maximal width of the flipper) 13.31.21 cm, TW (tail width) 53.82.92 cm, CB (circle of body) 1104.9 cm, and DFL (dorsal flipper length) 31.35.6 cm. The results showed that the size of T. aduncus is smaller compared to T. truncatus while the RL and TBL ratio is greater in T. aduncus. Measurements result indicates that there is no difference between male and female T. aduncus.

Keywords: Bottlenose dolphin,external morphology, morphometric measurement, Tursiops aduncus, Tursiops truncatus


(9)

RINGKASAN

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI. Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, Ehrenberg 1833) di Kolam Konservasi PT. Werst Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah. Dibimbing oleh HERU SETIJANTO dan AGUSTIN INDRAWATI.

Perairan laut Indonesia yang luas memiliki potensi sumberdaya hayati yang beranekaragam.Salah satu keanekaragaman tersebut adalah mamalia laut.Mamalia laut termasuk dalam kelas Mamalia, yang sudah beradaptasi untuk hidup di dalam air.Mamalia dengan ordo Cetacea memiliki 80 spesies mamalia laut yang tersebar di seluruh perairan dunia, beberapa spesies bahkan ditemukan di perairan tawar dan di danau.Spesies yang termasuk dalam ordo Cetacea meliputi paus dan lumba-lumba.Di Indonesia terdapat sedikitnya sepuluh jenis lumba-lumba (Priyono 2008).

Lumba-lumba yang paling banyak jumlahnya dan paling mudah ditemui adalah lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.).Lumba-lumba hidung botol (Tursiopssp.) merupakan hewan kosmopolit yang tersebar luas di daerah pantai dengan temperatur yang hangat dan merupakan cetacean yang paling dikenal diantara cetacean lainnya (Goodall et al. 2011).Lumba-lumba hidung botol bisa dikatakan cetacean yang paling dikenal manusia karena habitat di daerah pesisir, memiliki sifat yang jinak, rasa keingintahuan yang tinggi, dan kemampuan beradaptasi.Kemampuannya ini menyebabkan lumba-lumba hidung botol dapat bertahan hidup dalam penangkaran.Lumba-lumba hidung botol yang sering berada dalam penangkaran adalah T. truncatusdan T. aduncus.

Karakteristik anatomi eksterior dapat digunakan untuk membedakan dua spesies lumba-lumba hidung botol tersebut.Beberapa studi menggunakan ekstremitas (moncong, flipper, dan sirip dorsal) sebagai salah satu ciri identifikasi.T. truncatus terlihat lebih besar dibandingkan T. aduncus secara proporsional di area yang sama (Hale et al. 2000). Menurut Gao et al. (1995) perbedaan kedua spesies hanya dapat terlihat pada ukuran lumba-lumba hidung botol dewasa. Data populasi T. aduncus belum diketahui dengan pasti berbeda dengan T. truncatus yang data populasinya sudah banyak diketahui.Pengenalan terhadap kedua spesies ini khususnya T. aduncus, diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai keranekaragaman lumba-lumba hidung botol terutama di Indonesia sehingga diharapkan dapat terus menjaga kelestarian alam terutama lumba-lumba hidung botol.

Penelitian ini merupakan studi morfometri yang bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai morfologi eksterior dari T. aduncus.

Penelitian ini dilakukan di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing, Rowosari, Kendal, Jawa Tengah. Hasil rata-rata pengukuran enam lumba-lumba hidung botol dengan perbandingan empat jantan dan dua betina yaitu TBL (total body length) 210.56.74 cm, SEY (snout-eye length) 21.14.07 cm, RL (rostrumlength) 11.81.17 cm, RW (rostrum width) 7.51.51 cm, MWF (maximal width of the flipper) 13.31.21 cm, TW (tail width) 53.82.92 cm, CB (circle of body) 1104.9 cm, DFL (dorsal flipper length) 31.35.6 cm. Analisis data menggunakan penjabaran deskriptifkemudian


(10)

data hasil pengukuran dipresentasikan dalam bentuk regresi linear sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran T.aduncus lebih kecil dibandingkan dengan T.truncatus sedangkan ratio antara RL dan TBL T. aduncuslebih besar daripada T. truncatus.Pengukuran juga menunjukkan tidak ada perbedaan ukuran antara jantan dan betina padaT.aduncus.

Kata kunci : lumba-lumba hidung botol, Tursiops aduncus, Tursiops truncatus, morfometri, morfologi eksterior


(11)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencatumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(12)

STUDI MORFOMETRI LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL

(

Tursiops aduncus,

EHRENBERG 1833)

DI KOLAM KONSERVASI PT. WERSUT SEGUNI NDONESIA

KENDAL JAWA TENGAH

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(13)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus,Ehrenberg 1833) Di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal

Nama : Yohana Ayu Sawitri Kusumastuti NRP : B04080188

Program Studi : Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Pembimbing I

Dr. drh. Heru Setijanto,PAVet (K) NIP 19581016 198601 1 002

Pembimbing II

Dr. drh.Agustin Indrawati.M.Biomed NIP 19650815 199103 2 001

Mengetahui,

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Drh. Agus Setiyono,MS,PhD,APVet NIP 19630810 198803 1 004


(14)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, Ehrenberg 1833)di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah; disusun berdasarkan hasil penelitian pada bulan Februari 2012 dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. drh. Heru Setijanto, PAVet (K) dan Dr.drh. Agustin Indrawati, M. Biomed.masing-masing selaku dosen pembimbing pertama dan kedua yang telah memberikan banyak arahan, saran, serta bimbingan selama menyelesaikan penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

2. Dr. drh. Umi Cahyaningsih, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat, motivasi, dan bimbingan moral selama penulis menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

3. Drh. Retno Wulansari, M.S, Ph.D sebagai dosen penguji luar yang telah memberikan masukan dan saran.

4. PT. Wersut Seguni Indonesia atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian ini berlangsung.

5. Elok Puspita Rini, Marlina Indah, dan Irena Titin Kartika yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung.

6. Kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, Mbak Stasia, Mas Frans, Ruth, Guido, Mbak Aldine, Mas Puguh, Rinjani,Monica, Taro, Moli, Dowie, Puci, dan Belang yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan semangat kepada penulis yang tiada henti. Karena mereka semangat penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.


(15)

7. Drh. IGA Rangga Wiradharma atas doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat selama penyelesaian skripsi ini yang selalu meluangkan waktunya dan memberikan semangat kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat terbaik Lynn, Moncor, Novra, Irin, Rio, Monik, Arca, Titus, Pu, Mpi, Melisa, Septi atas semangat dan dukungannya.

9. Keluarga besar Himpunan Minat Profesi Satwaliar dan Chelonia.

10. Beasiswa PPA yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan sarjana.

11. Teman-teman Avenzoar 45 atas kekompakan, kebersamaan, dukungan, serta persahabatan dalam menggapai cita-cita di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis.Namun demikian, penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, September 2012


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Desember 1989.Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Gerardus Agus Wibawanto dan Ibu Agnes Henny Budi Pangastuti, S.Pd.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD Tarakanita 5 Jakarta, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMP Tarakanita 4 Jakarta. Penulis lulus dari SMA Kolese Loyola pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN dan diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan setelah satu tahun melalui Tingkat Persiapan Bersama (TPB).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan.Tahun 2010 penulis aktif sebagai anggota dan Sekretaris II Himpunan Profesi Satwa Liar dan anggota seni Steril. Tahun 2011 penulis terpilih sebagai wakil ketua Himpunan Profesi Satwaliar dan pada tahun yang sama terpilih sebagai ketua divisi informasi dan komunikasi seni Steril.

Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran Hewan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Studi Morfometri Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus, Ehrenberg 1833) di Kolam Konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal, Jawa Tengah.


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

Manfaat... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Pengertian umum cetacean... 3

Lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.)... 3

Tursiops aduncus... 6

Tursiops truncatus ... 7

Metode Pengukuran ... 8

MATERI DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Hewan Percobaan ... 10

Alat Penelitian ... 10

Pengukuran Hewan Coba ... 10

Analisis Data ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

SIMPULAN DAN SARAN ... 19


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Statistik morfologi eksterior dari lumba-lumba hidung botol

di Perairan China (Tursiops aduncus, n=17; T. truncatus, n=40)

(Wang et al.2000) ... 5 2 Klasifikasi umur lumba-lumba berdasarkan total

panjang badan standar (Laetherwood dan Reeves 1990) ... 6 3 Hasil pengukuran lumba-lumba hidung botol di kolam

konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal ... 15

4 Ukuran rata-rata jantan (n=4) dan betina (n=2) Tursiops


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Persebaran lumba-lumba hidung botol di dunia (IUCN 2009)... 1 2 Bagian kepala (a) Tursiops aduncus, (b) Tursiops truncatus,

spothitam pada bagian ventral. (Wang et al.2000)... 4 3 Gigi Tursiopssp. dilihat dari sisi lateral (FAO dan UNEP 1994). ... 5 4 Karakteristik morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol

dariPerairan China (Wang et al.2000)... 9 5 Proses pengukuran untuk mengambil data ... 11 6 Proses mendaratkan lumba-lumba hidung botol dari

kolam konservasi... 13 7 Morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol di


(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perairan laut Indonesia yang luas memiliki potensi sumberdaya hayati yang beranekaragam.Salah satu keanekaragaman tersebut adalah mamalia laut.Mamalia laut termasuk dalam kelas Mamalia, yang sudah beradaptasi untuk hidup di dalam air.Mamalia dengan ordo Cetacea memiliki 80 spesies mamalia laut yang tersebar di seluruh perairan dunia, beberapa spesies bahkan ditemukan di perairan tawar dan di danau.Spesies yang termasuk dalam ordo Cetacea meliputi paus dan lumba-lumba.Di Indonesia terdapat sedikitnya sepuluh jenis lumba-lumba (Priyono 2008).

Lumba-lumba yang paling banyak jumlahnya dan paling mudah ditemui adalah lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.).Lumba-lumba hidung botol memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungannya. Kemampuannya ini menyebabkan lumba-lumba hidung botol dapat bertahanhidup dalam penangkaran. Lumba-lumba hidung botol yang sering berada dalam penangkaran adalah Tursiops truncatusdan Tursiops aduncus.

Lumba-lumba hidung botol, Tursiops sp., secara intensif dipelajari dalam berbagai disiplin ilmu yang berbeda baik dalam penangkaran maupun di habitat aslinya (Stephen 2011).Tursiopstruncatus memiliki persebaran habitat yang luas, di laut dengan temperatur rendah hingga laut tropis di seluruh dunia sedangkan persebaran habitat T. aduncus dapat ditemui di laut tropis dengan temperatur hangat (Gambar 1).

Gambar 1 Persebaran lumba-lumba hidung botol di dunia (Sumber :IUCN 2009). Keterangan : (a). Tursiops aduncus,(b). Tursiops truncatus.


(21)

2 Tidak diragukan lagi Tursiops sp. inilah yang paling dimengerti dari lumba-lumba hidung botol lainnya.Banyak yang beranggapan bahwa hanya ada satu spesies dari lumba-lumba hidung botol yaitu T. truncatus. Sedangkan yang lain berpendapat ada dua spesies lumba-lumba hidung botol yaitu T. gillidan T. truncatus yang kemudian dibagi menjadi dua subspecies yaitu T. truncatus truncatusdan T. truncatus aduncus(Rice & Scheffer 1968). Pengenalan terhadap kedua spesies ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai keanekaragaman lumba-lumba hidung botol terutama di Indonesia sehingga diharapkan dapat terus menjaga kelestarian alam terutama lumba-lumba hidung botol.

Tujuan

Penelitian ini merupakan studi morfometri yang bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai morfologi eksterior dari T. aduncus.

Manfaat

Mendapat data morfologi T. aduncussecara lengkap serta memperkaya data morfologi lumba-lumba hidung botol di Indonesia.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian umum cetacean

Cetacean merupakan istilah golongan mamalia laut yang masuk kedalam ordo Cetacea.Ordo Cetacea mempunyai dua sub-ordo yaitu Mysticeti dan Odontoceti, ordo Mysticeti termasuk didalamnya adalah paus baleen, dan sub-ordo Odontoceti termasuk didalamnya paus bergigi dan lumba-lumba (FAO & UNEP 1994).

Kata cetacean berasal dari bahasa Latin cetusartinya hewan laut besar dan bahasa Yunani ketos artinya monster laut. Cetacean termasuk hewan berdarah panas, memiliki temperatur tubuh sama dengan manusia, bernapas dengan paru-paru, kaki depan dimodifikasi menjadi flipper atau sirip ventral, kaki belakang absen, mata dan telinga kecil, tulang kepala terbentuk dengan lubang hidung/ nostril dibagian dorsal kepala dengan satu blowhole (FAO & UNEP 1994), dan ekor yang disebut fluke (Webber & Thurman 1991). Berbeda dengan ikan pada umumnya, cetacean mendorong tubuhnya dengan menggerakkan ekornya secara perlahan, dengan gerakan naik dan turun (Leach 2009).

Menurut FAO & UNEP (1994) semua cetacean memiliki bentuk tubuh yang hampir sama menyerupai torpedo (streamline), sirip ventral (flipper) seperti dayung pipih, tengkorak yang memanjang, lubang di dorsal nasal (blowhole), lapisan blubber, organ reproduksi internal, derivat tulang dalam bentuk ekor (fluke) dan sirip dorsal, dan rambut. Walaupun anatomi eksteriorcetacean menyerupai ikan tetapi anatomi internal seperti pada mamalia di daratan.Sirip ventral/flipper merupakan bagian tulang lengan dan tangan yang tereduksi.Tulang pelvis rudimenter dan kaki belakang absen.

Lumba-lumba hidung botol (Tursiopssp.)

Lumba-lumba hidung botol (Tursiopssp.) merupakan hewan kosmopolit yang tersebar luas di daerah pantai dengan temperatur yang hangat dan merupakan cetacean yang paling dikenal diantara cetacean lainnya (Goodall et al. 2011).Lumba-lumba hidung botol bisa dikatakan cetacean yang paling dikenal manusia karena habitat di daerah pesisir, memiliki sifat yang jinak, kemampuan beradaptasi, dan rasa keingintahuan yang tinggi. Lumba-lumba hidung botol


(23)

4

memiliki ukuran tubuh yang besar, kuat, dan moncong yang relatif panjang. Terdapat dua tipe lumba-lumba hidung botol yaitu T. truncatus dan T. aduncus.Tursiops aduncus biasa ditemukan di daerah pantai dan T.truncatus di daerah laut dalam (Hale et al. 2000).Warna kulit abu-abu terang hingga gelap dengan variasi putih dibagian perut dan kadang memiliki spot hitam di daerah ventral. Spot hitam pada bagian ventral pada T. aduncus dewasa dan hilang pada T. truncatus (Wang et al. 2000; Hale et al.2000; Goodall et al.2011) merupakan ciri yang mencolok untuk membedakan kedua spesies tersebut. Terdapat garis hitam memanjang dari mata sampai ke flipper.

Van Bree dalam Kurihara & Oda (2006) membedakan Tursiops sp. (T. tuncatus dan T. aduncus) di pantai Afrika Barat berdasarkan panjang rostrum.Begitu pula menurut Wang et al. (2000), untuk membedakan antara dua spesies serupa dikelompok lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.) terutama di Perairan Cina dan Indonesia, panjang rostrum merupakan pengukuran yang absolut.Perbedaan panjang rostrum ini dapat dilihat di Gambar 2.Berikut adalah hasil statistik sederhana yang dilakukan oleh Wangberdasarkan karakteristik eksteriorT.aduncusdan T. truncatus.

Gambar 2 Bagian Kepala (a) Tursiops aduncus, (b) Tursiops truncatus, spothitam pada bagian ventral (Wang et al.2000).


(24)

5

Tabel 1 Statistik morfologi eksteriordari lumba-lumba hidung botol di Perairan China (T. aduncus, n=17; T. truncatus, n=40)(Wang et al.2000)

Keterangan :a spesimen T. aduncusterbesar yang dilaporkan di Pulau Penghu Ukuran tubuh lumba-lumba hidung botol dewasa 1,9-3,8 m dengan jantan lebih besar dari betina. Bayi lumba-lumba hidung botol panjangnya sekitar 1-1,3 m. Klasifikasi umur lumba-lumba hidung botol dapat juga dilihat dari total panjang tubuh (Tabel 2).Lumba-lumba hidung botol memiliki 18-26 pasang gigi masing-masing rahang (Gambar 3).Pada lumba-lumba yang sudah tua, beberapa gigi bisa tanggal bahkan tidak ada gigi lagi.Gigi bisa dijadikan identifikasi umur dari lumba-lumba hidung botol.

Karakter T. aduncus T. truncatus

Rata-rata (cm) SD (cm) Selang (cm) Rata-rata (cm) SD (cm) Selang (cm)

Total body length(TBL) 224.7 28.08

140.0-268.0a 247.1 25.67 191.0-295.5 Snout-eye length(SEY) 33.2 3.26 22.5-36.0 33.5 3.04 29.0-39.0 Snout to anterior

insertion of flipper

52.7 4.87 36.0-58.0 54.1 4.57 45.0-62.8 Rostrum length(RL) 13.4 1.44 8.8-15.5 9.6 1.25 7.0—12.0 Rostrum width(RW) 8.2 0.98 6.0-10.0 8.7 0.92 7.0-11.4 Maximum width of

flipper 14.4 2.00 9.3-18.0 13.9 1.36 10.8-17.0 Anterior lengh of flipper 37.6 4.13 25.3-45.0 38.3 3.52 30.0-44.0 Posterior length of

flipper 28.3 3.49 18.8-34.5 27.9 2.77 20.5-33.0

RL/TBL (%) 6.0 0.34 5.3-6.7 3.9 0.53 2.6-5.0

RL/SEY (%) 40.3 1.78 37.1-43.3 28.8 3.36 19.9-36.2


(25)

6

Tabel 2 Klasifikasi umur lumba-lumba berdasarkan total panjang badan standar (Laetherwood & Reeves 1990)

Kelas Umur (tahun) Panjang Badan (cm)

Infant 1 < 170

Juvenile 1-6 170-210

Subadult, betina Jantan 6-12 6-13 210-235 210-247 Adult, betina Jantan >12 >13 >235 >247 Tursiops aduncus

Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System tahun 2004a, lumba-lumba hidung botol memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Cetacea Subordo : Odonticeti Famili : Delphinidae Genus : Tursiops

Spesies : Tursiops aduncus(Ehrenberg,1833)

Menurut Wells & Scott (2005), T. aduncus cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan T. truncatus. Tursiops aduncus juga memiliki rostrum yang lebih panjang dan bercak hitam di bagian ventral pada saat dewasa kelamin dibandingkan dengan T. truncatus.

Tursiops aduncus diketahui sebagai lumba-lumba hidung botol yang habitatnya di daerah pantai dengan kedalaman mencapai 30 m dengan kondisi air yang hangat.Spesies ini bisa ditemukan pada kedalaman 1 m, dimana mereka dapat berinteraksi dengan manusia dan memakan ikan yang sudah mati (Ross & Cockcroft 1990).


(26)

7

Tursiops truncatus

Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System tahun 2004b, lumba-lumba hidung botol memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Cetacea Subordo : Odonticeti Famili : Delphinidae Genus : Tursiops

Spesies : Tursiops truncatus(Montagu,1821)

Tursiops truncatusmemiliki beberapa nama sesuai dengan tempat ditemukannya seperti black porpoise(oleh nelayan tuna),afalina (Rusia), taisiyo bandö iruka (Jepang). Menurut Laetherwood et al. (1988), T. truncatusdi lautan Pasifik memiliki panjang mencapai 3-4 m dengan jantan lebih besar daripada betina diumur yang sama dan saat lahir mencapai 1-1.3 m. Tursiops truncatusini paling dikenal oleh masyarakat karena spesies ini yang paling umum berada di tempat hiburan ataupun kolam konservasi. Spesies ini juga memiliki rostrum yang relatif pendek.

Lumba-lumba hidung botol merupakan hewan berkelompok.Tursiops truncatus dapat ditemukan berkelompok lebih dari lima puluh hingga ribuan. Ditemukan di lautan dalam dan dapat beradaptasi dengan temperatur air yang lebih dingin. Karakteristik reproduksi T. truncatusdi lautan Pasifik banyak diketahui melalui reproduksi lumba-lumba hidung botol di lautan Atlantik, panjang betina dewasa 2.2 -2.4 m dan jantan dewasa 2.5-2.6 m. Siklus reproduksi terjadi dua kali setahun pada musim kemarau dan musim gugur, dengan kebuntingan selama setahun dan masa laktasi mencapai 12-18 bulan. Tursiops truncatusmemiliki kebiasaanuntuk muncul di permukaan dan melakukan akrobatik seperti jatuh dengan punggung terlebih dahulu. Berdiri dengan kekuatan ekor dan pandai melakukan gerakan surfing(Laetherwood et al.1988).Tursiops truncatusdi lautan sulit dibedakan dengan beberapa lumba-lumba lainnya seperti


(27)

8

lumba-lumba Risso dari kejauhan, lumba-lumba rough-toothedterutama di daerah lepas pantai lautan subtropis dan tropis, serta lumba-lumba spottedmuda.

Metode Pengukuran

Pengukuran merupakan salah satu metode identifikasi suatu spesies.Perbedaan diagnostik pada mitokondria DNA dan karakteristik skeletal pada lumba-lumba hidung botol dapat digunakan untuk memperkuat identifikasi.(Wang et al. 2000).Pengambilan DNA spesimen dan pengukuran di lapangan tidak mudah dilakukan karena kita harus meminimalisasi kontak dengan lumba-lumba hidung botol tersebut.Karakteristik eksterior dapat digunakan untuk membedakan dua spesies lumba-lumba hidung botol tersebut.Beberapa studi menggunakan ekstremitas (moncong, flipper, dan sirip dorsal) sebagai salah satu ciri identifikasi.Tursiops truncatus terlihat lebih besar dibandingkan T. aduncus secara proporsional di area yang sama (Hale et al. 2000). Menurut Gao et al. (1995) perbedaan kedua spesies hanya dapat terlihat pada ukuran lumba-lumba hidung botol dewasa. Pengamatan yang dilakukan pada lumba-lumba hidung botol di laut lepas sehingga tidak memungkinkan untuk membedakan antara yang remaja dan dewasa bila terlihat individual.

Lumba-lumba hidung botol memiliki karakteristik anatomi yang khas sehingga pengukuran relatif mudah dilakukan terutama pada lumba-lumba hidung botol dalam penangkaran. Pengukuran pada lumba-lumba hidung botol dilakukan dengan mengukur total panjang badan, panjang rostrum, panjang flipper, lebar badan, panjang badan, dan berat badan total. Pengukuran berat badan digunakan untuk mengkorelasikan antara berat badan dan total panjang badan dengan umur lumba-lumba hidung botol tersebut. Secara garis besar, pengukuran dapat dilakukan seperti pada Gambar 4, tetapi di lapangan pengukuran secara spesifik sulit dilakukan tergantung pada kondisi lumba-lumbahidung botol saat itu.

Walaupun banyak variasi pada lumba-lumba hidung botol, peneliti biasanya hanya mengenali satu spesies yaitu Tursiops truncatus (Wang et al. 2000).Hasil penelitian Wang et al. (2000) menunjukkan bahwa lumba-lumba di Indonesia mengarah pada T. aduncus yang berbeda dengan yang berada di perairan Cina.


(28)

9 Gambar 4 Karakteristik morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol dari Perairan

China; TBL: total body length, SEY: snout-eye length, SAF: distance from snout to anterior insertion of flipper, RL: rostrum length, RW: rostrum width, MWF: maximum width of flipper, ALF: anterior length of flipper, PLF: posterior length of flipper.( Sumber : Wang et al. 2000)


(29)

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 Februari sampai dengan 10 Februari 2012 di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing Rowosari, Kendal, Jawa Tengah.

Hewan Coba

Penelitian ini menggunakan enam lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) yang berada dalam kolam penangkaran.Pemilihan lumba-lumba hidung botol ditentukan berdasarkan kemudahan lumba-lumba hidung botol tersebut untuk melakukan trik mendarat di tepi kolam.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran yaitu meteran dengan dua ukuran panjang yaitu dua meter dan tiga puluh meter. Meteran dua meter untuk mengukur moncong, flipper, sirip dorsal, dan lingkar tubuh digunakan sedangkan meteran tiga puluh meter untuk mengukur total panjang tubuh lumba-lumba hidung botol.

Pengukuran Hewan Coba

Lumba-lumba hidung botol diberi pakan oleh keeper kemudian diberikan aba-aba trik mendarat di tepi kolam.Lumba-lumba hidung botol yang sudah berhasil mendarat di tepi kolam kemudian dipegang dari moncong sampai ekor.Pengukuran dilakukan dengan cepat dan seteliti mungkin dengan meletakkan meteran pada bagian tubuh yang akan diukur sesuai dengan Gambar 4 yaitu pengukuran dilakukan dilakukan pada TBL (total body length), SEY (snout-eye length),RL (rostrum length), RW (rostrum width), MWF (maximal width of the flipper), TW (tail width), CB (circle of body), and DFL (dorsal flipper length).Pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5.Setelah pengukuran, data ditulis kedalam tabel pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan penjabaran secara deskriptif mengenai T. aduncusdan membedakannya dengan T. truncatus.Data hasil


(30)

11

pengukuran dipresentasikan dalam bentuk regresi linear sederhana. Menghubungkan antara data-data yang diperoleh seperti perbandingan antara total panjang tubuh (TBL) dengan lebar tubuh (CB), total panjang tubuh (TBL) dengan lebar ekor (TW), dan total panjang tubuh (TBL) dengan panjang rostrum (RL) sehingga terlihat keterkaitan antara data-data tersebut.

Gambar 5 Proses pengukuran untuk mengambil data. Keterangan: (a): TBL (total body length), (b): RL (rostrum length), (c): DFL (dorsal flipper length).


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Taksonomi lumba-lumba hidung botol telah lama menjadi perdebatan (Vermeulan & Cammareri 2008; Goodall et al.2011).Sampai saat ini dua spesies Tursiopssp. yang dikenal adalah T. truncatus(common bottlenose dolphin) dan T. aduncus (Indo-Pasific bottlenose dolphin).Kedua spesies lumba-lumba hidung botol ini pada umumnya banyak ditemui di lautan, tetapi peneliti biasa mengelompokkankedalam satu spesies yaitu T. truncatus (Wang et al. 2000).Tursiops sp. merupakan satwa liar yang sampai saat ini masih dapat kita lihat di habitat aslinya. Berdasarkan status konservasinya dalam International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource(IUCN) tahun 2004, T. aduncus termasuk golongan Data Deficient (DD) yaitu kategori spesies yang ketersediaan datanya belum cukup atau kurang dalam penentuan status konservasi dan T. truncatus termasuk golonganLeast Concern (LC) yaitu kategori spesies yang data populasinya sudah dievaluasi, tetapi tidak memenuhi syarat untuk status konservasi berikutnya. Status tersebut menandakan jumlah populasi Tursiops sp.di habitat yang belum diketahui dengan pasti.Dalam kenyataannya, lumba-lumba hidung botol ini jumlahnya terus berkurang karena adanya perburuan liar sehingga keberadaan lumba-lumba hidung botol harus terus dilestarikan.Hal tersebut juga mempengaruhi penggunaan lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.) untuk penelitian yang mengacu pada prinsip 3R (Reduction, Refinement, dan Replacement) (Croce 1991).

Reduction dimaksudkan mengurangi jumlah penggunaan satwa dalam proses penelitian, refinement dimaksudkan memperbaiki metode dalam proses penelitian untuk mengurangi tingkat kesakitan pada satwa, dan replacemet dimaksudkan mengganti satwa yang digunakan. Penelitian ini mencoba menerapkan penggunaan prinsip reductionyaitu penggunaan lumba-lumba hidung botol sejumlah enam ekor yang dianggap dapat mewakili data morfologi dan refinement method dalam pengambilan data yaitu menggunakan metode mendaratkan lumba-lumba dengan menggunakan trik mendarat sehingga tidak menyebabkan perlukaan pada lumba-lumba hidung botol.


(32)

13

Proses mendaratkan lumba-lumba hidung botol dengan trik dapat dilihat pada Gambar 6.

Jumlah lumba-lumba hidung botol di tempat penangkaran ini mencapai dua puluh ekor.Enam lumba-lumba hidung botol dipilih secara acak berdasarkan kemudahan dalam mendaratkan di tepi kolam.Secara umum lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi terlihat sehat dengan morfologi yang baik (tidak cacat) dan aktif bergerak. Morfologi eksterior yang terlihat di kolam: tubuh kuat, kokoh, mengkilat, dan keseluruhan tubuh berwarna abu-abu tua dengan abdomen abu-abu muda, tonjolan kepala yang khas, flipper yang kokoh, mata yang bulat tanpa kelopak mata serta mengeluarkan lendir, garis abu-abu tua yang membentang dari mata sampai bagian kepala depan, ekor tebal dan kuat dengan tepi berbentuk cekung, pigmentasi (spot) pada bagian ventral dengan corak yang berbeda tiap Gambar 6 Proses mendaratkan lumba-lumba hidung botol dari kolam konservasi;


(33)

14

individu, serta sirip dorsal segitiga yang tegak lurus dengan tubuh berbentuk cekung. Hal tersebut sesuai dengan yang dilaporkan oleh Kim et al. (2010).Morfologi eksterior dari lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi dapat dilihat pada Gambar 7.

.

Gambar 7 Morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal. Keterangan: (a): keseluruhan tubuh lumba-lumba hidung botol, (b): flipper yang kokoh, (c): tonjolan kepala yang khas, (d): mata yang kecil dan garis abu-abu tua yang membentang dari mata sampai bagian kepala depan, (e): ekor yang kuat,tebal,tepi cekung, (f): spothitam di bagian ventral

Dari data yang diperoleh (Tabel 3) diperkirakan kisaran umur lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi adalah delapan sampai sembilan tahun. Lumba-lumba hidung botol di penangkaran atau kolam konservasi biasa digolongkan kedalam kelas adult dengan perkiraan umur diatas 10 tahun bila


(34)

16

diambil dari alam (Hale et al. 2000). Berdasarkan klasifikasi umur lumba-lumba hidung botol oleh Laetherwood &Reeves (1990), lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia digolongkan kedalam kelas subadult dimana panjang tubuh jantan mencapai 200-220 cm dan betina mencapai 210-214 cm.

Hasil pengukuran di kolam konservasi tersebut tidak berbeda jauh dengan data pengukuran Wang et al. (2000), yang menunjukkan bahwa pengukuran dilakukan sesuai dengan ketentuan pengukuran morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol.

Lumba-lumba hidung botol jantan terpanjang di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia yaitu 220 cm.Panjang maksimal T. aduncus jantan bisa mencapai 247 cm. Panjang ini dipengaruhi oleh perairan daerah lumba-lumba hidung botol tersebut hidup. T. aduncus di perairan tropis berukuran lebih kecil dibandingkan T. aduncus di perairan subtropis (Hale et al.2000).Dengan data itu pula, dapat dikatakan enam lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia merupakan spesies T. aduncus perairan tropis dan memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingan dengan T. truncatus di Perairan China.

Rata-rata TBL (total body length) (Tabel 4) dari empat jantan adalah 209.78.4 cm dan dua betina adalah 2122.8 cm. Pada hasil ini betina mempunyai rata-rata panjang tubuh yang relatif lebih besar daripada jantan namun relatif tidak jauh berbeda. Tidak jauh perbedaan panjang tubuh berdasarkan jenis kelamin pada Tursiops aduncussesuai dengan Goodall et al. (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan ukuran tubuh secara nyata antara jantan dan betina serta terlihat pada hasil pengukuran panjang rata-rata Tursiops aduncus jantan 229.5 cm dan betina 228.5 cm di Perairan Australia Timur (Hale et al. 2000). Berbeda dengan Tursiops truncatus jantan lebih besar daripada betina.Selain TBL, data rata-rata pengukuran lain seperti SEY (snout-eye length), RL (rostrum length), RW (rostrum width), dan MWF (maximal width of flipper) antara jantan dan betina relatif tidak berbeda.Tidak juga terlihat perbedaan jauh dengan referensi.


(35)

17

Tabel 4 Perhitungan ukuran rata-rata jantan (n=4) dan betina (n=2) Tursiops aduncusdi kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia

Keterangan : TBL: Total body length; SEY: Snout-eye length; RL: Dorsal rostrum length ;RW: Rostrum width; MWF: Maximum width of flipper

Pengukuran ratio rata-rata rostrum length (RL)/total body length (TBL) adalah 5.6 dan rostrum length (RL)/snout-eye length (SEY) adalah 55.8. Perbandingan ini menunjukkan T. aduncus memiliki ratio RL/TBL dan RL/SEY lebih besar dibandingkan T. truncatusyaitu RL/TBL 3.9 dan RL/SEY 28.8 (Wang et al. 2000).Terlihat bahwa rostrum T. aduncuslebih panjang dibandingkan T. truncatus.

Berdasarkan uji regresi linear sederhana untuk mendapatkan korelasi antar komponen-komponen pengukuran tersebut terlihat adanya korelasi positif antara TBL dan CB, semakin panjang TBL maka semakin besar CB, begitupula dengan TBL dan TW;SEY dan RL. Namun terjadi korelasi negatif antara TBL dan RL yaitu pertambahan panjang TBL tidak diikuti pertambahan panjang RL.Hubungan korelasi data-data ini diharapkan dapat membantu proses identifikasi morfologi lumba-lumba hidung botol pada penelitian lain misalnya penentuan umur dan spesies Tursiopssp.

Tursiops aduncus mempunyai spot hitam di bagian ventral tubuh merupakan pigmentasi yang khas. Pada T. aduncus dewasa akan ditemukan pigmentasi/spot hitam pada daerah ventral yang semakin tua semakin banyak sehingga dapat digunakan untuk menduga umur lumba-lumba hidung botol. Sebagian besar lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi ini memiliki pigmentasi daerah ventral, beberapa diantaranya tidak ditemukan pigmentasi tersebut.Absennya pigmentasi pada lumba-lumba hidung botol ini mengarah pada lumba-lumba hidung botol berumur muda atau tergolong T. truncatus.Namun diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pigmentasi dan tingkah laku lumba-lumba hidung botol sebagai indikator identifikasi (Wang et al.2000).

Jenis Kelamin

Ukuran (rata-rata SD) (cm) Ratio

TBL SEY RL RW MWF RL : TBL RL : SEY

Jantan 209.7 8.4 24 4.7 12.5 0.5 7.2 1.9 12.7 0.9

5.6 55.8

Betina 212 2.8 20.5 0.7 10.5 0.7 8 0 14.5 0.7

Referensi (Wang et al.2000)


(36)

18

Pada penelitian ini, terlihat bahwa tiga dari lumba-lumba hidung botol yang diukur, terlihat tidak memiliki gigi (gigi tanggal) dan tiga yang lainnya memiliki gigi pada perkiraan umur yang sama. Perbedaan mengenai gigi tanggal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor penyebab tanggal gigi.


(37)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Ukuran T. aduncusdi kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia lebih kecil daripada T. truncatusdi Perairan China.

2. Tursiops aduncus di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia tergolong lumba-lumba hidung botol kelas subadultberdasarkan TBL. 3. Tidak ada perbedaan antara jantan dan betina padaT. aduncus.

4. Tursiops aduncus memiliki ratio panjang rostrum berbanding panjang tubuh lebih besar daripada T. truncatus.

5. Terdapat korelasi positif antar nilai TBL dan CB, TBL dan TW, SEY dan RL.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi.

2. Melakukan morfometri anatomi eksterior di kolam konservasi lumba-lumba hidung botol di daerah lain untuk menambah data lumba-lumba-lumba-lumba hidung botol di Indonesia.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Croce. 1991. ‘Alternative’ medical research?.http://www.dlrm.org/about.htm. [06 Juni 2012].

[FAO & UNEP] Food and Agriculture Organization of The United Nations & United Nations Environment Programme.1994. FAO Spesies Identification Guide Marine Mammals of The World. Italia : FAO & UNEP.

Fleetham D. 2011.Dolphin tail.http://fineartamerica.com/featured/dolphin-tail-dave-fleetham.html. [6 Agustus 2012]

Gao A,Wang Y, Zhou K. 1995. Geographical variation in morphology of bottlenose dolphins (Tursiopssp.) in Chinese water.J Aquat Mamm 21:121-135.

Goodall RNP, Marchesi MC, Pimper LE, Dellabianca N, Benegas LG, Torres MA, Riccialdelli L. 2011. Southernmost records od bottlenose dolphins, Tursiops truncatus. Polar Biol 34:1085-1090.

Hale PT, Barreto AS, Ross GJB. 2000. Comparative morphology and distribution of the aduncus and truncatus forms of bottlenose dolphin Tursiops in the Indian and Western Pacific Oceans. J Aquat Mamm 26(3):101-110.

[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2004a. Tursiops aduncus (Ehrenberg,1833). [terhubung berkala]. http://itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_valu e=612596.html [21 Mei 2012].

[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2004b. Tursiops truncatus (Montagu,1821). [terhubung berkala]. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search _value=180426 [06 Agustus 2012].

[IUCN] International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource. 2004. Tursiops truncatus (Montagu, 1821). [terhubung berkala]. http://www.cms.int/reports/small_cetaceans/data/t_aduncus/t_aduncus.htm [04 Agustus 2012].

[IUCN] International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource. 2009. Tursiops aduncus (Ehrenberg,1833). [terhubung berkala]. http://www.cms.int/reports/small_cetaceans/data/t_aduncus/t_aduncus.htm [04 Agustus 2012].

Kim HW, Choi SG, Kim ZG, An YR, Moon DY.2010. First record of the Indo-Pacific bottlenose dolphin, Tursiops aduncusin Korean waters. J Anim Cells Syst 14(3):213-219.


(39)

21

Kurihara N, Oda S. 2006. Cranial variation and taxonomic revision of bottlenose dolphins (Tursiops spp.) from Japanese waters. J Aquat Mamm 32(3):289-300.

Laetherwod S, Reeves RR, Perrin WF, Evans WE. 1988. Whales, Doplhins, and Porpoises of The Easter North Pacific and Adjacent Arctic Waters A Guide to Their Identification. USA : Dover Publication.

Laetherwood S, Reeves RR. 1990. The Bottlenose Dolphins. San Diego : Academic Press.

Leach L. 2009. The effect of tail flukes on the swimming pattern of Atlantic bottlenose dolphins.http://digitalcommons.uri.edu/srhonosprog/134/. [06 Juni 2012].

Rice DW, Scheffer VB. 1968. A List of The Marine Mammals of The World. US : Fish and Wildlife Service.

Ross GJB, Cockcroft VG. 1990. Comments in Australian bottlenose dolphins and the taxonomic status of Tursiops aduncus(Ehrenberg, 1832). Di dalam :Leatherwood S dan Reeves RR, editor. The Bottlenose Dolphin. San Diego : Academic Press. hlm 101-128.

Stephen M. 2011. A new dolphin species, the Burrunan Dolphin Tursiops australissp.nov., endemik to Southern Australian coastal waters. PLoS ONE 6(9): 24047

Priyono A.2008. Mengenal Jenis Lumba-Lumba di Indonesia. Volume ke-12, Suara Satwa. Malang: Profauna.

Vermeulan E, Cammareri A. 2008. Variation in external morphology of resident bottlenose dolphins in Bahia San Antonio, Patagonia, Argentina. J Mar Mamm Their Ecol 2(2).

Wang JY, Chou LS, White BN. 2000. Differences in the external morphology of two sympatric species of the bottlenose dolphins genus. J Mamm 81(4):1157-1167

Webber HH, Thurman HV. 1991. Marine Biology. New York : Harper Collins Publisher.

Wells RS, Scott MD. 2005. Bottlenose dolphins Tursiops truncatus (Montagu,1821). Di dalam : Ridgway SH dan Horrison SR, editor. Handbook of Marine Mammals.Ed ke-6. San Diego : Academic Press. hlm 137-180.


(40)

15

Tabel 3 Hasil pengukuran lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal

Keterangan : (-): tidak ada ; (): ada; (++): sedang,tersebar jarang; (+++): banyak,tersebar merata; TBL: Total body length; SEY: Snout-eye length;RL: Dorsal rostrum length;RW: Rostrum width; MWF: Maximum width of flipper; TW: Tail width;CB: Circle of body ; DFL: Dorsal flipper length

No Nama Sex Perkiraan

Umur

Gigi Ukuran Tubuh (cm) Ventral

spot

TBL SEY RL RW MWF TW CB DFL

1 Ragil Jantan 8 - 200 21 12 6 12 52 104 30 ++

2 Brahma Jantan 9 - 207 22 13 6 13 51 110 33 +++

3 Kumbara Jantan 9 - 212 21 12 10 14 55 110 33 +++

4 Homblo Jantan 9  220 22 13 7 12 58 118 35 +++

5 Ozawa Betina 8  210 20 11 8 15 51 106 34 ++

6 Apni Betina 8  214 21 10 8 14 56 112 33 ++

Rata-rata 210.5 21.1 11.8 7.5 13.3 53.8 110 31.3


(41)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perairan laut Indonesia yang luas memiliki potensi sumberdaya hayati yang beranekaragam.Salah satu keanekaragaman tersebut adalah mamalia laut.Mamalia laut termasuk dalam kelas Mamalia, yang sudah beradaptasi untuk hidup di dalam air.Mamalia dengan ordo Cetacea memiliki 80 spesies mamalia laut yang tersebar di seluruh perairan dunia, beberapa spesies bahkan ditemukan di perairan tawar dan di danau.Spesies yang termasuk dalam ordo Cetacea meliputi paus dan lumba-lumba.Di Indonesia terdapat sedikitnya sepuluh jenis lumba-lumba (Priyono 2008).

Lumba-lumba yang paling banyak jumlahnya dan paling mudah ditemui adalah lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.).Lumba-lumba hidung botol memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungannya. Kemampuannya ini menyebabkan lumba-lumba hidung botol dapat bertahanhidup dalam penangkaran. Lumba-lumba hidung botol yang sering berada dalam penangkaran adalah Tursiops truncatusdan Tursiops aduncus.

Lumba-lumba hidung botol, Tursiops sp., secara intensif dipelajari dalam berbagai disiplin ilmu yang berbeda baik dalam penangkaran maupun di habitat aslinya (Stephen 2011).Tursiopstruncatus memiliki persebaran habitat yang luas, di laut dengan temperatur rendah hingga laut tropis di seluruh dunia sedangkan persebaran habitat T. aduncus dapat ditemui di laut tropis dengan temperatur hangat (Gambar 1).

Gambar 1 Persebaran lumba-lumba hidung botol di dunia (Sumber :IUCN 2009). Keterangan : (a). Tursiops aduncus,(b). Tursiops truncatus.


(42)

2 Tidak diragukan lagi Tursiops sp. inilah yang paling dimengerti dari lumba-lumba hidung botol lainnya.Banyak yang beranggapan bahwa hanya ada satu spesies dari lumba-lumba hidung botol yaitu T. truncatus. Sedangkan yang lain berpendapat ada dua spesies lumba-lumba hidung botol yaitu T. gillidan T. truncatus yang kemudian dibagi menjadi dua subspecies yaitu T. truncatus truncatusdan T. truncatus aduncus(Rice & Scheffer 1968). Pengenalan terhadap kedua spesies ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai keanekaragaman lumba-lumba hidung botol terutama di Indonesia sehingga diharapkan dapat terus menjaga kelestarian alam terutama lumba-lumba hidung botol.

Tujuan

Penelitian ini merupakan studi morfometri yang bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai morfologi eksterior dari T. aduncus.

Manfaat

Mendapat data morfologi T. aduncussecara lengkap serta memperkaya data morfologi lumba-lumba hidung botol di Indonesia.


(43)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian umum cetacean

Cetacean merupakan istilah golongan mamalia laut yang masuk kedalam ordo Cetacea.Ordo Cetacea mempunyai dua sub-ordo yaitu Mysticeti dan Odontoceti, ordo Mysticeti termasuk didalamnya adalah paus baleen, dan sub-ordo Odontoceti termasuk didalamnya paus bergigi dan lumba-lumba (FAO & UNEP 1994).

Kata cetacean berasal dari bahasa Latin cetusartinya hewan laut besar dan bahasa Yunani ketos artinya monster laut. Cetacean termasuk hewan berdarah panas, memiliki temperatur tubuh sama dengan manusia, bernapas dengan paru-paru, kaki depan dimodifikasi menjadi flipper atau sirip ventral, kaki belakang absen, mata dan telinga kecil, tulang kepala terbentuk dengan lubang hidung/ nostril dibagian dorsal kepala dengan satu blowhole (FAO & UNEP 1994), dan ekor yang disebut fluke (Webber & Thurman 1991). Berbeda dengan ikan pada umumnya, cetacean mendorong tubuhnya dengan menggerakkan ekornya secara perlahan, dengan gerakan naik dan turun (Leach 2009).

Menurut FAO & UNEP (1994) semua cetacean memiliki bentuk tubuh yang hampir sama menyerupai torpedo (streamline), sirip ventral (flipper) seperti dayung pipih, tengkorak yang memanjang, lubang di dorsal nasal (blowhole), lapisan blubber, organ reproduksi internal, derivat tulang dalam bentuk ekor (fluke) dan sirip dorsal, dan rambut. Walaupun anatomi eksteriorcetacean menyerupai ikan tetapi anatomi internal seperti pada mamalia di daratan.Sirip ventral/flipper merupakan bagian tulang lengan dan tangan yang tereduksi.Tulang pelvis rudimenter dan kaki belakang absen.

Lumba-lumba hidung botol (Tursiopssp.)

Lumba-lumba hidung botol (Tursiopssp.) merupakan hewan kosmopolit yang tersebar luas di daerah pantai dengan temperatur yang hangat dan merupakan cetacean yang paling dikenal diantara cetacean lainnya (Goodall et al. 2011).Lumba-lumba hidung botol bisa dikatakan cetacean yang paling dikenal manusia karena habitat di daerah pesisir, memiliki sifat yang jinak, kemampuan beradaptasi, dan rasa keingintahuan yang tinggi. Lumba-lumba hidung botol


(44)

4

memiliki ukuran tubuh yang besar, kuat, dan moncong yang relatif panjang. Terdapat dua tipe lumba-lumba hidung botol yaitu T. truncatus dan T. aduncus.Tursiops aduncus biasa ditemukan di daerah pantai dan T.truncatus di daerah laut dalam (Hale et al. 2000).Warna kulit abu-abu terang hingga gelap dengan variasi putih dibagian perut dan kadang memiliki spot hitam di daerah ventral. Spot hitam pada bagian ventral pada T. aduncus dewasa dan hilang pada T. truncatus (Wang et al. 2000; Hale et al.2000; Goodall et al.2011) merupakan ciri yang mencolok untuk membedakan kedua spesies tersebut. Terdapat garis hitam memanjang dari mata sampai ke flipper.

Van Bree dalam Kurihara & Oda (2006) membedakan Tursiops sp. (T. tuncatus dan T. aduncus) di pantai Afrika Barat berdasarkan panjang rostrum.Begitu pula menurut Wang et al. (2000), untuk membedakan antara dua spesies serupa dikelompok lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.) terutama di Perairan Cina dan Indonesia, panjang rostrum merupakan pengukuran yang absolut.Perbedaan panjang rostrum ini dapat dilihat di Gambar 2.Berikut adalah hasil statistik sederhana yang dilakukan oleh Wangberdasarkan karakteristik eksteriorT.aduncusdan T. truncatus.

Gambar 2 Bagian Kepala (a) Tursiops aduncus, (b) Tursiops truncatus, spothitam pada bagian ventral (Wang et al.2000).


(45)

5

Tabel 1 Statistik morfologi eksteriordari lumba-lumba hidung botol di Perairan China (T. aduncus, n=17; T. truncatus, n=40)(Wang et al.2000)

Keterangan :a spesimen T. aduncusterbesar yang dilaporkan di Pulau Penghu Ukuran tubuh lumba-lumba hidung botol dewasa 1,9-3,8 m dengan jantan lebih besar dari betina. Bayi lumba-lumba hidung botol panjangnya sekitar 1-1,3 m. Klasifikasi umur lumba-lumba hidung botol dapat juga dilihat dari total panjang tubuh (Tabel 2).Lumba-lumba hidung botol memiliki 18-26 pasang gigi masing-masing rahang (Gambar 3).Pada lumba-lumba yang sudah tua, beberapa gigi bisa tanggal bahkan tidak ada gigi lagi.Gigi bisa dijadikan identifikasi umur dari lumba-lumba hidung botol.

Karakter T. aduncus T. truncatus

Rata-rata (cm) SD (cm) Selang (cm) Rata-rata (cm) SD (cm) Selang (cm)

Total body length(TBL) 224.7 28.08

140.0-268.0a 247.1 25.67 191.0-295.5 Snout-eye length(SEY) 33.2 3.26 22.5-36.0 33.5 3.04 29.0-39.0 Snout to anterior

insertion of flipper

52.7 4.87 36.0-58.0 54.1 4.57 45.0-62.8 Rostrum length(RL) 13.4 1.44 8.8-15.5 9.6 1.25 7.0—12.0 Rostrum width(RW) 8.2 0.98 6.0-10.0 8.7 0.92 7.0-11.4 Maximum width of

flipper 14.4 2.00 9.3-18.0 13.9 1.36 10.8-17.0 Anterior lengh of flipper 37.6 4.13 25.3-45.0 38.3 3.52 30.0-44.0 Posterior length of

flipper 28.3 3.49 18.8-34.5 27.9 2.77 20.5-33.0

RL/TBL (%) 6.0 0.34 5.3-6.7 3.9 0.53 2.6-5.0

RL/SEY (%) 40.3 1.78 37.1-43.3 28.8 3.36 19.9-36.2


(46)

6

Tabel 2 Klasifikasi umur lumba-lumba berdasarkan total panjang badan standar (Laetherwood & Reeves 1990)

Kelas Umur (tahun) Panjang Badan (cm)

Infant 1 < 170

Juvenile 1-6 170-210

Subadult, betina Jantan 6-12 6-13 210-235 210-247 Adult, betina Jantan >12 >13 >235 >247 Tursiops aduncus

Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System tahun 2004a, lumba-lumba hidung botol memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Cetacea Subordo : Odonticeti Famili : Delphinidae Genus : Tursiops

Spesies : Tursiops aduncus(Ehrenberg,1833)

Menurut Wells & Scott (2005), T. aduncus cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan T. truncatus. Tursiops aduncus juga memiliki rostrum yang lebih panjang dan bercak hitam di bagian ventral pada saat dewasa kelamin dibandingkan dengan T. truncatus.

Tursiops aduncus diketahui sebagai lumba-lumba hidung botol yang habitatnya di daerah pantai dengan kedalaman mencapai 30 m dengan kondisi air yang hangat.Spesies ini bisa ditemukan pada kedalaman 1 m, dimana mereka dapat berinteraksi dengan manusia dan memakan ikan yang sudah mati (Ross & Cockcroft 1990).


(47)

7

Tursiops truncatus

Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System tahun 2004b, lumba-lumba hidung botol memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Cetacea Subordo : Odonticeti Famili : Delphinidae Genus : Tursiops

Spesies : Tursiops truncatus(Montagu,1821)

Tursiops truncatusmemiliki beberapa nama sesuai dengan tempat ditemukannya seperti black porpoise(oleh nelayan tuna),afalina (Rusia), taisiyo bandö iruka (Jepang). Menurut Laetherwood et al. (1988), T. truncatusdi lautan Pasifik memiliki panjang mencapai 3-4 m dengan jantan lebih besar daripada betina diumur yang sama dan saat lahir mencapai 1-1.3 m. Tursiops truncatusini paling dikenal oleh masyarakat karena spesies ini yang paling umum berada di tempat hiburan ataupun kolam konservasi. Spesies ini juga memiliki rostrum yang relatif pendek.

Lumba-lumba hidung botol merupakan hewan berkelompok.Tursiops truncatus dapat ditemukan berkelompok lebih dari lima puluh hingga ribuan. Ditemukan di lautan dalam dan dapat beradaptasi dengan temperatur air yang lebih dingin. Karakteristik reproduksi T. truncatusdi lautan Pasifik banyak diketahui melalui reproduksi lumba-lumba hidung botol di lautan Atlantik, panjang betina dewasa 2.2 -2.4 m dan jantan dewasa 2.5-2.6 m. Siklus reproduksi terjadi dua kali setahun pada musim kemarau dan musim gugur, dengan kebuntingan selama setahun dan masa laktasi mencapai 12-18 bulan. Tursiops truncatusmemiliki kebiasaanuntuk muncul di permukaan dan melakukan akrobatik seperti jatuh dengan punggung terlebih dahulu. Berdiri dengan kekuatan ekor dan pandai melakukan gerakan surfing(Laetherwood et al.1988).Tursiops truncatusdi lautan sulit dibedakan dengan beberapa lumba-lumba lainnya seperti


(48)

8

lumba-lumba Risso dari kejauhan, lumba-lumba rough-toothedterutama di daerah lepas pantai lautan subtropis dan tropis, serta lumba-lumba spottedmuda.

Metode Pengukuran

Pengukuran merupakan salah satu metode identifikasi suatu spesies.Perbedaan diagnostik pada mitokondria DNA dan karakteristik skeletal pada lumba-lumba hidung botol dapat digunakan untuk memperkuat identifikasi.(Wang et al. 2000).Pengambilan DNA spesimen dan pengukuran di lapangan tidak mudah dilakukan karena kita harus meminimalisasi kontak dengan lumba-lumba hidung botol tersebut.Karakteristik eksterior dapat digunakan untuk membedakan dua spesies lumba-lumba hidung botol tersebut.Beberapa studi menggunakan ekstremitas (moncong, flipper, dan sirip dorsal) sebagai salah satu ciri identifikasi.Tursiops truncatus terlihat lebih besar dibandingkan T. aduncus secara proporsional di area yang sama (Hale et al. 2000). Menurut Gao et al. (1995) perbedaan kedua spesies hanya dapat terlihat pada ukuran lumba-lumba hidung botol dewasa. Pengamatan yang dilakukan pada lumba-lumba hidung botol di laut lepas sehingga tidak memungkinkan untuk membedakan antara yang remaja dan dewasa bila terlihat individual.

Lumba-lumba hidung botol memiliki karakteristik anatomi yang khas sehingga pengukuran relatif mudah dilakukan terutama pada lumba-lumba hidung botol dalam penangkaran. Pengukuran pada lumba-lumba hidung botol dilakukan dengan mengukur total panjang badan, panjang rostrum, panjang flipper, lebar badan, panjang badan, dan berat badan total. Pengukuran berat badan digunakan untuk mengkorelasikan antara berat badan dan total panjang badan dengan umur lumba-lumba hidung botol tersebut. Secara garis besar, pengukuran dapat dilakukan seperti pada Gambar 4, tetapi di lapangan pengukuran secara spesifik sulit dilakukan tergantung pada kondisi lumba-lumbahidung botol saat itu.

Walaupun banyak variasi pada lumba-lumba hidung botol, peneliti biasanya hanya mengenali satu spesies yaitu Tursiops truncatus (Wang et al. 2000).Hasil penelitian Wang et al. (2000) menunjukkan bahwa lumba-lumba di Indonesia mengarah pada T. aduncus yang berbeda dengan yang berada di perairan Cina.


(49)

9 Gambar 4 Karakteristik morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol dari Perairan

China; TBL: total body length, SEY: snout-eye length, SAF: distance from snout to anterior insertion of flipper, RL: rostrum length, RW: rostrum width, MWF: maximum width of flipper, ALF: anterior length of flipper, PLF: posterior length of flipper.( Sumber : Wang et al. 2000)


(50)

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 Februari sampai dengan 10 Februari 2012 di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya Klampok Sendang Sekucing Rowosari, Kendal, Jawa Tengah.

Hewan Coba

Penelitian ini menggunakan enam lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) yang berada dalam kolam penangkaran.Pemilihan lumba-lumba hidung botol ditentukan berdasarkan kemudahan lumba-lumba hidung botol tersebut untuk melakukan trik mendarat di tepi kolam.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran yaitu meteran dengan dua ukuran panjang yaitu dua meter dan tiga puluh meter. Meteran dua meter untuk mengukur moncong, flipper, sirip dorsal, dan lingkar tubuh digunakan sedangkan meteran tiga puluh meter untuk mengukur total panjang tubuh lumba-lumba hidung botol.

Pengukuran Hewan Coba

Lumba-lumba hidung botol diberi pakan oleh keeper kemudian diberikan aba-aba trik mendarat di tepi kolam.Lumba-lumba hidung botol yang sudah berhasil mendarat di tepi kolam kemudian dipegang dari moncong sampai ekor.Pengukuran dilakukan dengan cepat dan seteliti mungkin dengan meletakkan meteran pada bagian tubuh yang akan diukur sesuai dengan Gambar 4 yaitu pengukuran dilakukan dilakukan pada TBL (total body length), SEY (snout-eye length),RL (rostrum length), RW (rostrum width), MWF (maximal width of the flipper), TW (tail width), CB (circle of body), and DFL (dorsal flipper length).Pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5.Setelah pengukuran, data ditulis kedalam tabel pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan penjabaran secara deskriptif mengenai T. aduncusdan membedakannya dengan T. truncatus.Data hasil


(51)

11

pengukuran dipresentasikan dalam bentuk regresi linear sederhana. Menghubungkan antara data-data yang diperoleh seperti perbandingan antara total panjang tubuh (TBL) dengan lebar tubuh (CB), total panjang tubuh (TBL) dengan lebar ekor (TW), dan total panjang tubuh (TBL) dengan panjang rostrum (RL) sehingga terlihat keterkaitan antara data-data tersebut.

Gambar 5 Proses pengukuran untuk mengambil data. Keterangan: (a): TBL (total body length), (b): RL (rostrum length), (c): DFL (dorsal flipper length).


(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Taksonomi lumba-lumba hidung botol telah lama menjadi perdebatan (Vermeulan & Cammareri 2008; Goodall et al.2011).Sampai saat ini dua spesies Tursiopssp. yang dikenal adalah T. truncatus(common bottlenose dolphin) dan T. aduncus (Indo-Pasific bottlenose dolphin).Kedua spesies lumba-lumba hidung botol ini pada umumnya banyak ditemui di lautan, tetapi peneliti biasa mengelompokkankedalam satu spesies yaitu T. truncatus (Wang et al. 2000).Tursiops sp. merupakan satwa liar yang sampai saat ini masih dapat kita lihat di habitat aslinya. Berdasarkan status konservasinya dalam International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource(IUCN) tahun 2004, T. aduncus termasuk golongan Data Deficient (DD) yaitu kategori spesies yang ketersediaan datanya belum cukup atau kurang dalam penentuan status konservasi dan T. truncatus termasuk golonganLeast Concern (LC) yaitu kategori spesies yang data populasinya sudah dievaluasi, tetapi tidak memenuhi syarat untuk status konservasi berikutnya. Status tersebut menandakan jumlah populasi Tursiops sp.di habitat yang belum diketahui dengan pasti.Dalam kenyataannya, lumba-lumba hidung botol ini jumlahnya terus berkurang karena adanya perburuan liar sehingga keberadaan lumba-lumba hidung botol harus terus dilestarikan.Hal tersebut juga mempengaruhi penggunaan lumba-lumba hidung botol (Tursiops sp.) untuk penelitian yang mengacu pada prinsip 3R (Reduction, Refinement, dan Replacement) (Croce 1991).

Reduction dimaksudkan mengurangi jumlah penggunaan satwa dalam proses penelitian, refinement dimaksudkan memperbaiki metode dalam proses penelitian untuk mengurangi tingkat kesakitan pada satwa, dan replacemet dimaksudkan mengganti satwa yang digunakan. Penelitian ini mencoba menerapkan penggunaan prinsip reductionyaitu penggunaan lumba-lumba hidung botol sejumlah enam ekor yang dianggap dapat mewakili data morfologi dan refinement method dalam pengambilan data yaitu menggunakan metode mendaratkan lumba-lumba dengan menggunakan trik mendarat sehingga tidak menyebabkan perlukaan pada lumba-lumba hidung botol.


(53)

13

Proses mendaratkan lumba-lumba hidung botol dengan trik dapat dilihat pada Gambar 6.

Jumlah lumba-lumba hidung botol di tempat penangkaran ini mencapai dua puluh ekor.Enam lumba-lumba hidung botol dipilih secara acak berdasarkan kemudahan dalam mendaratkan di tepi kolam.Secara umum lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi terlihat sehat dengan morfologi yang baik (tidak cacat) dan aktif bergerak. Morfologi eksterior yang terlihat di kolam: tubuh kuat, kokoh, mengkilat, dan keseluruhan tubuh berwarna abu-abu tua dengan abdomen abu-abu muda, tonjolan kepala yang khas, flipper yang kokoh, mata yang bulat tanpa kelopak mata serta mengeluarkan lendir, garis abu-abu tua yang membentang dari mata sampai bagian kepala depan, ekor tebal dan kuat dengan tepi berbentuk cekung, pigmentasi (spot) pada bagian ventral dengan corak yang berbeda tiap Gambar 6 Proses mendaratkan lumba-lumba hidung botol dari kolam konservasi;


(54)

14

individu, serta sirip dorsal segitiga yang tegak lurus dengan tubuh berbentuk cekung. Hal tersebut sesuai dengan yang dilaporkan oleh Kim et al. (2010).Morfologi eksterior dari lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi dapat dilihat pada Gambar 7.

.

Gambar 7 Morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal. Keterangan: (a): keseluruhan tubuh lumba-lumba hidung botol, (b): flipper yang kokoh, (c): tonjolan kepala yang khas, (d): mata yang kecil dan garis abu-abu tua yang membentang dari mata sampai bagian kepala depan, (e): ekor yang kuat,tebal,tepi cekung, (f): spothitam di bagian ventral

Dari data yang diperoleh (Tabel 3) diperkirakan kisaran umur lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi adalah delapan sampai sembilan tahun. Lumba-lumba hidung botol di penangkaran atau kolam konservasi biasa digolongkan kedalam kelas adult dengan perkiraan umur diatas 10 tahun bila


(55)

16

diambil dari alam (Hale et al. 2000). Berdasarkan klasifikasi umur lumba-lumba hidung botol oleh Laetherwood &Reeves (1990), lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia digolongkan kedalam kelas subadult dimana panjang tubuh jantan mencapai 200-220 cm dan betina mencapai 210-214 cm.

Hasil pengukuran di kolam konservasi tersebut tidak berbeda jauh dengan data pengukuran Wang et al. (2000), yang menunjukkan bahwa pengukuran dilakukan sesuai dengan ketentuan pengukuran morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol.

Lumba-lumba hidung botol jantan terpanjang di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia yaitu 220 cm.Panjang maksimal T. aduncus jantan bisa mencapai 247 cm. Panjang ini dipengaruhi oleh perairan daerah lumba-lumba hidung botol tersebut hidup. T. aduncus di perairan tropis berukuran lebih kecil dibandingkan T. aduncus di perairan subtropis (Hale et al.2000).Dengan data itu pula, dapat dikatakan enam lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia merupakan spesies T. aduncus perairan tropis dan memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingan dengan T. truncatus di Perairan China.

Rata-rata TBL (total body length) (Tabel 4) dari empat jantan adalah 209.78.4 cm dan dua betina adalah 2122.8 cm. Pada hasil ini betina mempunyai rata-rata panjang tubuh yang relatif lebih besar daripada jantan namun relatif tidak jauh berbeda. Tidak jauh perbedaan panjang tubuh berdasarkan jenis kelamin pada Tursiops aduncussesuai dengan Goodall et al. (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan ukuran tubuh secara nyata antara jantan dan betina serta terlihat pada hasil pengukuran panjang rata-rata Tursiops aduncus jantan 229.5 cm dan betina 228.5 cm di Perairan Australia Timur (Hale et al. 2000). Berbeda dengan Tursiops truncatus jantan lebih besar daripada betina.Selain TBL, data rata-rata pengukuran lain seperti SEY (snout-eye length), RL (rostrum length), RW (rostrum width), dan MWF (maximal width of flipper) antara jantan dan betina relatif tidak berbeda.Tidak juga terlihat perbedaan jauh dengan referensi.


(1)

18 Pada penelitian ini, terlihat bahwa tiga dari lumba-lumba hidung botol yang diukur, terlihat tidak memiliki gigi (gigi tanggal) dan tiga yang lainnya memiliki gigi pada perkiraan umur yang sama. Perbedaan mengenai gigi tanggal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor penyebab tanggal gigi.


(2)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Ukuran T. aduncusdi kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia lebih kecil daripada T. truncatusdi Perairan China.

2. Tursiops aduncus di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia tergolong lumba-lumba hidung botol kelas subadultberdasarkan TBL. 3. Tidak ada perbedaan antara jantan dan betina padaT. aduncus.

4. Tursiops aduncus memiliki ratio panjang rostrum berbanding panjang tubuh lebih besar daripada T. truncatus.

5. Terdapat korelasi positif antar nilai TBL dan CB, TBL dan TW, SEY dan RL.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi morfologi eksterior lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi.

2. Melakukan morfometri anatomi eksterior di kolam konservasi lumba-lumba hidung botol di daerah lain untuk menambah data lumba-lumba-lumba-lumba hidung botol di Indonesia.


(3)

STUDI MORFOMETRI LUMBA

(

Tursiops aduncus,

DI KOLAM KONSERVASI PT.

KENDAL

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

STUDI MORFOMETRI LUMBA-LUMBA HIDUNG BOTOL

Tursiops aduncus,

EHRENBERG 1833)

DI KOLAM KONSERVASI PT. WERSUT SEGUNI NDONESIA

KENDAL JAWA TENGAH

YOHANA AYU SAWITRI KUSUMASTUTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

HIDUNG BOTOL

WERSUT SEGUNI NDONESIA


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Croce. 1991. ‘Alternative’ medical research?.http://www.dlrm.org/about.htm. [06 Juni 2012].

[FAO & UNEP] Food and Agriculture Organization of The United Nations & United Nations Environment Programme.1994. FAO Spesies Identification Guide Marine Mammals of The World. Italia : FAO & UNEP.

Fleetham D. 2011.Dolphin tail.http://fineartamerica.com/featured/dolphin-tail-dave-fleetham.html. [6 Agustus 2012]

Gao A,Wang Y, Zhou K. 1995. Geographical variation in morphology of bottlenose dolphins (Tursiopssp.) in Chinese water.J Aquat Mamm 21:121-135.

Goodall RNP, Marchesi MC, Pimper LE, Dellabianca N, Benegas LG, Torres MA, Riccialdelli L. 2011. Southernmost records od bottlenose dolphins, Tursiops truncatus. Polar Biol 34:1085-1090.

Hale PT, Barreto AS, Ross GJB. 2000. Comparative morphology and distribution of the aduncus and truncatus forms of bottlenose dolphin Tursiops in the Indian and Western Pacific Oceans. J Aquat Mamm 26(3):101-110.

[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2004a. Tursiops aduncus

(Ehrenberg,1833). [terhubung berkala].

http://itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_valu e=612596.html [21 Mei 2012].

[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2004b. Tursiops truncatus

(Montagu,1821). [terhubung berkala].

http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search _value=180426 [06 Agustus 2012].

[IUCN] International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource. 2004. Tursiops truncatus (Montagu, 1821). [terhubung berkala]. http://www.cms.int/reports/small_cetaceans/data/t_aduncus/t_aduncus.htm [04 Agustus 2012].

[IUCN] International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource. 2009. Tursiops aduncus (Ehrenberg,1833). [terhubung berkala]. http://www.cms.int/reports/small_cetaceans/data/t_aduncus/t_aduncus.htm [04 Agustus 2012].

Kim HW, Choi SG, Kim ZG, An YR, Moon DY.2010. First record of the Indo-Pacific bottlenose dolphin, Tursiops aduncusin Korean waters. J Anim


(5)

21 Kurihara N, Oda S. 2006. Cranial variation and taxonomic revision of bottlenose

dolphins (Tursiops spp.) from Japanese waters. J Aquat Mamm 32(3):289-300.

Laetherwod S, Reeves RR, Perrin WF, Evans WE. 1988. Whales, Doplhins, and Porpoises of The Easter North Pacific and Adjacent Arctic Waters A Guide to Their Identification. USA : Dover Publication.

Laetherwood S, Reeves RR. 1990. The Bottlenose Dolphins. San Diego : Academic Press.

Leach L. 2009. The effect of tail flukes on the swimming pattern of Atlantic bottlenose dolphins.http://digitalcommons.uri.edu/srhonosprog/134/. [06 Juni 2012].

Rice DW, Scheffer VB. 1968. A List of The Marine Mammals of The World. US : Fish and Wildlife Service.

Ross GJB, Cockcroft VG. 1990. Comments in Australian bottlenose dolphins and the taxonomic status of Tursiops aduncus(Ehrenberg, 1832). Di dalam :Leatherwood S dan Reeves RR, editor. The Bottlenose Dolphin. San Diego : Academic Press. hlm 101-128.

Stephen M. 2011. A new dolphin species, the Burrunan Dolphin Tursiops australissp.nov., endemik to Southern Australian coastal waters. PLoS ONE 6(9): 24047

Priyono A.2008. Mengenal Jenis Lumba-Lumba di Indonesia. Volume ke-12, Suara Satwa. Malang: Profauna.

Vermeulan E, Cammareri A. 2008. Variation in external morphology of resident bottlenose dolphins in Bahia San Antonio, Patagonia, Argentina. J Mar Mamm Their Ecol 2(2).

Wang JY, Chou LS, White BN. 2000. Differences in the external morphology of two sympatric species of the bottlenose dolphins genus. J Mamm 81(4):1157-1167

Webber HH, Thurman HV. 1991. Marine Biology. New York : Harper Collins Publisher.

Wells RS, Scott MD. 2005. Bottlenose dolphins Tursiops truncatus (Montagu,1821). Di dalam : Ridgway SH dan Horrison SR, editor. Handbook of Marine Mammals.Ed ke-6. San Diego : Academic Press. hlm 137-180.


(6)

Tabel 3 Hasil pengukuran lumba-lumba hidung botol di kolam konservasi PT. Wersut Seguni Indonesia, Kendal

Keterangan : (-): tidak ada ; (): ada; (++): sedang,tersebar jarang; (+++): banyak,tersebar merata; TBL: Total body length; SEY: Snout-eye length;RL: Dorsal rostrum length;RW: Rostrum width; MWF: Maximum width of flipper; TW: Tail width;CB: Circle of body ; DFL: Dorsal flipper length

No Nama Sex Perkiraan Umur

Gigi Ukuran Tubuh (cm) Ventral

spot

TBL SEY RL RW MWF TW CB DFL

1 Ragil Jantan 8 - 200 21 12 6 12 52 104 30 ++

2 Brahma Jantan 9 - 207 22 13 6 13 51 110 33 +++

3 Kumbara Jantan 9 - 212 21 12 10 14 55 110 33 +++

4 Homblo Jantan 9  220 22 13 7 12 58 118 35 +++

5 Ozawa Betina 8  210 20 11 8 15 51 106 34 ++

6 Apni Betina 8  214 21 10 8 14 56 112 33 ++

Rata-rata 210.5 21.1 11.8 7.5 13.3 53.8 110 31.3