Kinetika Produksi Gas dan Kecernaan in Vitro Pakan dengan Penambahan Mineral Organik Hasil Inokulasi dengan Saccharomyces cerevisiae dan Suplementasi Hijauan Bertanin
RINGKASAN
GUMILANG KHAIRULLI. D24080387. 2012. Kinetika Produksi Gas dan
Kecernaan in Vitro Pakan dengan Penambahan Mineral Organik Hasil
Inokulasi dengan Saccharomyces cerevisiae dan Suplementasi Hijauan Bertanin.
Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
: Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt. M.Sc.
: Dr. Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti, M.Si.
Ahmad Sofyan, S.Pt. M.Sc.
Mineral merupakan salah satu nutrien yang berperan penting dalam proses
fisiologis ternak untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Pemberian
suplemen mineral melalui pakan ternak tidak hanya mencegah terjadinya defisiensi,
tapi juga dapat menunjang produksi dan kesehatan ternak yang optimal.
Suplementasi mineral organik yang mudah diserap oleh tubuh menjadi salah satu
solusi penting untuk mengatasi ketidakcukupan ketersediaan mineral yang terdapat
dalam tanaman hijauan atau rumput-rumputan alam untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis ternak.
Penelitian ini dilakukan untuk mengamati pengaruh pemberian mineral mikro
organik, hijauan sumber tanin dan kombinasinya terhadap produksi gas dan
kecernaan in vitro.
Penelitian ini menggunakan rumput raja (Pennisetum hybrid) sebagai kontrol,
daun mimba (Azadirachta indica) sebagai hijauan sumber tanin dan monensin
sebagai antibiotik. Pakan yang digunakan adalah gaplek yang disuplementasi mineral
organik (hasil fermentasi dengan inokulum Saccharomyces cerevisiae) dan gaplek
yang disuplementasi mineral anorganik. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Peubah
yang diamati adalah kualitas fisik pakan fermentasi, kecernaan in vitro, jumlah
protozoa, produksi amonia (NH3), konsentrasi gas metana (CH4), produksi asam
lemak terbang (VFA) dan produksi gas. Perlakuan yang diujikan adalah P (P.
hybrid), PO (P. hybrid + min. organik 3%), POA (P. hybrid + min. organik 3% + A.
indica 2%), PM (P. hybrid + min. anorganik 3%), PMA (P. hybrid + min. anorganik
3% + A. indica 2%), PA (P. hybrid + A. indica 2%), PMO (P. hybrid + monensin 40
ppm).
Suplementasi mineral anorganik (PM) menurunkan kecernaan bahan kering
dari 63,95% menjadi 32,14 % (P
GUMILANG KHAIRULLI. D24080387. 2012. Kinetika Produksi Gas dan
Kecernaan in Vitro Pakan dengan Penambahan Mineral Organik Hasil
Inokulasi dengan Saccharomyces cerevisiae dan Suplementasi Hijauan Bertanin.
Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
: Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt. M.Sc.
: Dr. Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti, M.Si.
Ahmad Sofyan, S.Pt. M.Sc.
Mineral merupakan salah satu nutrien yang berperan penting dalam proses
fisiologis ternak untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Pemberian
suplemen mineral melalui pakan ternak tidak hanya mencegah terjadinya defisiensi,
tapi juga dapat menunjang produksi dan kesehatan ternak yang optimal.
Suplementasi mineral organik yang mudah diserap oleh tubuh menjadi salah satu
solusi penting untuk mengatasi ketidakcukupan ketersediaan mineral yang terdapat
dalam tanaman hijauan atau rumput-rumputan alam untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis ternak.
Penelitian ini dilakukan untuk mengamati pengaruh pemberian mineral mikro
organik, hijauan sumber tanin dan kombinasinya terhadap produksi gas dan
kecernaan in vitro.
Penelitian ini menggunakan rumput raja (Pennisetum hybrid) sebagai kontrol,
daun mimba (Azadirachta indica) sebagai hijauan sumber tanin dan monensin
sebagai antibiotik. Pakan yang digunakan adalah gaplek yang disuplementasi mineral
organik (hasil fermentasi dengan inokulum Saccharomyces cerevisiae) dan gaplek
yang disuplementasi mineral anorganik. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Peubah
yang diamati adalah kualitas fisik pakan fermentasi, kecernaan in vitro, jumlah
protozoa, produksi amonia (NH3), konsentrasi gas metana (CH4), produksi asam
lemak terbang (VFA) dan produksi gas. Perlakuan yang diujikan adalah P (P.
hybrid), PO (P. hybrid + min. organik 3%), POA (P. hybrid + min. organik 3% + A.
indica 2%), PM (P. hybrid + min. anorganik 3%), PMA (P. hybrid + min. anorganik
3% + A. indica 2%), PA (P. hybrid + A. indica 2%), PMO (P. hybrid + monensin 40
ppm).
Suplementasi mineral anorganik (PM) menurunkan kecernaan bahan kering
dari 63,95% menjadi 32,14 % (P