Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus : PT. Sewu Segar Nusantara)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENENTUAN METRIK
PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK
PEPAYA CALINA
(Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara)

FATIH RIZQIAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nilai Tambah
dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi
Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013

Fatih Rizqiah
H24090013

ABSTRAK
FATIH RIZQIAH. Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai
Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara) Dibimbing oleh ALIM
SETIAWAN.
Pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California memiliki
keunggulan seperti daging yang lebih tebal, kulit yang lebih halus, dan rasa lebih manis.
Namun dalam perjalanannya rantai pasoknya, pepaya Calina mengalami kerusakan sebesar
20% yang diakibatkan kesalahan pada saat proses pengiriman maupun distribusi. Oleh karena
itu diperlukan manajemen rantai pasok untuk meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan
kinerja, sehingga diperlukan sebuah pengukuran nilai tambah dan penentuan metrik
pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
kondisi rantai pasok pepaya Calina dengan pendekatan Asian Productivity Organization

(APO), menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasokan
komoditas pepaya Calina, dan mendesain metrik pengukur kinerja anggota rantai pasokan.
Rantai pasok pepaya Calina ini menghadapi berbagai hambatan dalam pengoptimalan
kinerjanya yakni petani yang sering mengalami kesulitan modal, biaya transportasi yang
tinggi, lahan yang sering mengalami kekeringan sepanjang bulan Juli sampai September,
tingginya turn over staff di perusahaan, penanganan pasca panen yang belum maksimal,
adanya petani yang tidak memenuhi komitmen disebabkan belum adanya ikatan kontrak
antara petani dengan perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan rekomendasi-rekomendasi
seperti perluasan pasar, koreksi manajemen SDM, dan optimalisasi peran kelembagaan.
Metode Hayami dan Analytic Network Process (ANP) merupakan metode yang
digunakan untuk menghitung nilai tambah dan mendesain metrik pengukuran kinerja rantai
pasok pepaya Calina. Nilai keuntungan yang diraih oleh mitra tani sebesar 57,74%.
Sementara perusahaan mendapatkan nilai tambah sejumlah 50,7% untuk Sunpride dan pangsa
pasar tenaga kerja langsungnya sebesar 16%. Untuk Sunfresh perusahaan menghasilkan nilai
tambah sebesar 55,56% dengan pangsa pasar tenaga kerja langsungnya sejumlah 73,84%.
Sedangkan bagi ritel dan pasar tradisional, nilai keuntungan yang diperoleh sebesar 36% dan
16,56%. Pangsa pasar tenaga kerja langsung yang dihasilkan oleh pasar tradisional adalah
20,13%. Dalam penentuan metrik pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan ANP,
indikator yang dirasa paling berpengaruh oleh para pakar untuk menentukan sustainable
supply chain adalah kualitas (0,274). Hal ini disebabkan kualitas mampu menentukan harga,

menghantarkan kepuasan kepada konsumen dan dalam jangka panjang mampu menciptakan
keloyalan konsumen. Oleh karena itu tidak heran, jika petani menjadi pihak yang paling
berpengaruh di dalam rantai pasok (0,287) sebab merupakan penentu kualitas dan kuantitas
utama produk pepaya Calina di dalam rantai pasok secara keseluruhan yang berujung pada
keuntungan ekonomi rantai pasok kedepannya.
Kata Kunci : Analytical Network Process (ANP), Metode Hayami, Rantai Pasok

ABSTRACT
FATIH RIZQIAH. Analysis of Value Added and Determination of Measurement Metrics
Calina Papaya Supply Chain (Case Study in PT. Sewu Segar Nusantara) Supervised by Alim
SETIAWAN.
Calina papaya or better known as California papaya has advantages such as thicker
papaya flesh, smoother skin, and sweeter taste. However, along the entire supply chain,
Calina Papaya suffered 20% damage as a result of errors during the process of delivery and
distribution. Therefore it needs supply chain management to improve value-added and
performance of supply chain, so it requires measurement and determination of the valueadded supply chain performance measurement metrics Calina papaya. The purpose of this
study was to analyze the condition of the supply chain approach papaya Calina with Asian
Productivity Organization (APO), analyzing the value-added generated by each member of
the Calina papaya supply chain, and designing metrics measure the performance of supply
chain members. Hayami method and Analytic Network Process (ANP) is a method used to

calculate value-added design and determine supply chain performance measurement metrics
Calina papaya. Value of the benefits achieved by farmers is 57,74%. While some companies
get more value for Sunpride 50,7% and 55.56% for Sunfresh. As for retail and traditional
markets, the value of the benefits is 36% and 16,56%. In determining metrics of supply chain
performance measurement using ANP quality (0,274) is considered the most influential
indicator by experts to determine sustainable supply chain. This is due to ability of quality to
set the price, delivering satisfaction to consumers and creating long-term customer loyalty.
Therefore no wonder, if the farmer became the most influential party in the supply chain
(0.287) because it is the major determinant of the quality and quantity of products papaya
Calina in the overall supply chain leading to future economic benefits supply chain.
Keywords: Analytical Network Process (ANP), Hayami Methods, Supply Chain

ABSTRAK
FATIH RIZQIAH. Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran
Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara)
Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN.
Pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California memiliki
keunggulan seperti daging yang lebih tebal, kulit yang lebih halus, dan rasa lebih
manis. Namun dalam perjalanannya rantai pasoknya, pepaya Calina mengalami
kerusakan sebesar 20% yang diakibatkan kesalahan pada saat proses pengiriman

maupun distribusi. Oleh karena itu diperlukan manajemen rantai pasok untuk
meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan kinerja, sehingga diperlukan
sebuah pengukuran nilai tambah dan penentuan metrik pengukuran kinerja rantai
pasok pepaya Calina ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi rantai
pasok pepaya Calina dengan pendekatan Asian Productivity Organization (APO),
menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai
pasokan komoditas pepaya Calina, dan mendesain metrik pengukur kinerja
anggota rantai pasokan. Metode Hayami dan Analytic Network Process (ANP)
merupakan metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah dan
mendesain metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina. Nilai
keuntungan yang diraih oleh mitra tani sebesar 57,74%. Sementara perusahaan
mendapatkan nilai tambah sejumlah 50,7% untuk Sunpride dan 55,56% untuk
Sunfresh. Sedangkan bagi ritel dan pasar tradisional, nilai keuntungan yang
diperoleh sebesar 36% dan 16,56%. Dalam penentuan metrik pengukuran kinerja
rantai pasok menggunakan ANP, indikator yang dirasa paling berpengaruh oleh
para pakar untuk menentukan sustainable supply chain adalah kualitas (0,274).
Hal ini disebabkan kualitas mampu menentukan harga, menghantarkan kepuasan
kepada konsumen dan dalam jangka panjang mampu menciptakan keloyalan
konsumen. Oleh karena itu tidak heran, jika petani menjadi pihak yang paling
berpengaruh di dalam rantai pasok (0,287) sebab merupakan penentu kualitas dan

kuantitas utama produk pepaya Calina di dalam rantai pasok secara keseluruhan
yang berujung pada keuntungan ekonomi rantai pasok kedepannya.
Kata Kunci : ANP, Metode Hayami, Rantai Pasok

ABSTRACT
FATIH RIZQIAH. Analysis of Value Added and Determination of Measurement
Metrics Calina Papaya Supply Chain (Case Study in PT. Sewu Segar Nusantara)
Supervised by Alim SETIAWAN.
Calina papaya or better known as California papaya has advantages such
as thicker papaya flesh, smoother skin, and sweeter taste. However, along the
entire supply chain, Calina Papaya suffered 20% damage as a result of errors
during the process of delivery and distribution. Therefore it needs supply chain
management to improve value-added and performance of supply chain, so it
requires measurement and determination of the value-added supply chain

performance measurement metrics Calina papaya. The purpose of this study was
to analyze the condition of the supply chain approach papaya Calina with Asian
Productivity Organization (APO), analyzing the value-added generated by each
member of the Calina papaya supply chain, and designing metrics measure the
performance of supply chain members. Hayami method and Analytic Network

Process (ANP) is a method used to calculate value-added design and determine
supply chain performance measurement metrics Calina papaya. Value of the
benefits achieved by farmers is 57,74%. While some companies get more value
for Sunpride 50,7% and 55.56% for Sunfresh. As for retail and traditional markets,
the value of the benefits is 36% and 16,56%. In determining metrics of supply
chain performance measurement using ANP quality (0,274) is considered the most
influential indicator by experts to determine sustainable supply chain. This is due
to ability of quality to set the price, delivering satisfaction to consumers and
creating long-term customer loyalty. Therefore no wonder, if the farmer became
the most influential party in the supply chain (0.287) because it is the major
determinant of the quality and quantity of products papaya Calina in the overall
supply chain leading to future economic benefits supply chain.
Keywords: ANP, Hayami Methods, Supply Chain

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENENTUAN METRIK
PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK
PEPAYA CALINA
(Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara)

FATIH RIZQIAH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ekonomi dan Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja
Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus : PT. Sewu Segar
Nusantara)
Nama
: Fatih Rizqiah
NIM
: H24090013


Disetujui oleh

Alim Setiawan S, STP, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M. Munandar M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
―Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai
Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus PT. Sewu Segar Nusantara)‖. Diharapkan
dengan penelitian ini dapat memberikan panduan mengenai cara peningkatan
kinerja rantai pasok dan penerapan sustainable supply chain management ke
depannya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alim Setiawan S, STP,
MSi selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu
Sulina, Pak Hanifah Husni, Pak Rama Adha yang telah bersedia menjadi pakar
untuk dimintai pendapatnya serta berbagai pihak yang telah membantu selama
mengumpulkan data. Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ibunda H. Ir. Euis Fatimah, Ayahanda Drs. H. Asep H. Djoehana, seluruh
keluarga besar, sahabat-sahabat Meteor, Tepu, dan SESC (Sharia Economics
Student Club).
Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga
dalam penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan, maka kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2013

Fatih Rizqiah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiv

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

3

METODE PENELITIAN

3

Kerangka Pemikiran

3

Lokasi dan Waktu Penelitian

3

Jenis dan Sumber Data

4

Metode Pengambilan Sampel

4

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

4

Analisis Deskriptif

4

Analytical Network Process

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Gambaran Umum Rantai Pasokan

7

Analisis Nilai Tambah

18

Penentuan Metrik Kinerja Rantai Pasok

22

SIMPULAN DAN SARAN

28

UCAPAN TERIMA KASIH

29

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

53

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan nilai ekspor komoditas buah
2 Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami
3 Anggota rantai pasok pepaya Calina
4 Spesifikasi grade pepaya Calina
5 Kriteria-Kriteria Pemilihan Mitra
6 Aktivitas Pelaku Rantai Pasok
7 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunpride di tingkat PT. SSN
8 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat PT. SSN
9 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat pasar tradisional
10 Distribusi Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunpride
11 Rasio Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunpride
12 Distribusi Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunfresh
13 Rasio Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunfresh
14 Daftar UMK 2013
15 Mitra tani dalam rantai pasokan
16 Implikasi Manajerial

1
6
7
9
12
14
18
19
20
20
20
21
21
26
27
28

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Kerangka analisis manajemen rantai pasokan
3 Supermatriks dari hierarki
4 Model rantai pasokan pepaya Calina
5 Model aliran komoditas dan finansial rantai pasok pepaya Calina
6 Transisi dari tahap negosiasi hingga kolaborasi
7 Tahapan Proses Trust Building
8 Kerangka Umum ANP
9 Prioritas Klaster Dimensi
10 Prioritas Klaster Aktor
11 Prioritas Klaster Indikator Kinerja

4
5
6
7
8
12
17
23
23
24
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Pasar Tujuan Produk PT. SSN
Implikasi rekomendasi
Tabel Perhitungan nilai keuntungan mitra tani pepaya Calina
Kuesioner Penelitian

33
34
36
37

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa memiliki potensi
untuk ditanami buah tropika. Pepaya (Carica papaya L.) sebagai buah dengan
pertumbuhan ekspor tertinggi di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan
lebih baik kedepannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan nilai ekspor komoditas buah
Komoditas
Pepaya
Pisang
Semangka
Belimbing
Durian

2007
15.346
856.127
232.160
104
6.455

2008
567
988.914
471.082
190
84.130

2009
125.569
341.037
281.122
86
16.239

2010
102.951
48.305
25.783
182
14.849

2011
514.670
1.011.593
142.937
1.026
-

Rata-rata
Pertumbuhan
5583%
465%
107%
190%
254%

Sumber: Data Ekspor Impor BPS diolah Dirjen Holtikultura (2013)
Pepaya merupakan komoditas buah tropika utama. Pepaya sering dinamakan
sebagai the health fruit of angels karena rasanya dikatakan sebagai rasa surga dan
bermanfaat untuk kesehatan. Indonesia termasuk dalam lima besar negara produsen
utama buah pepaya di dunia. Besarnya produksi tersebut terutama karena lahan dan
iklim tropika yang sangat cocok untuk pepaya tumbuh dan berbuah secara optimal
(Shobir 2009).
Pepaya banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat yang lengkap serta
pH buah yang tidak masam. Hal inilah yang menyebabkan pepaya dapat
dikonsumsi semua usia tanpa takut berpengaruh pada kemasaman lambung. Seiring
dengan perkembangan zaman, selera konsumen terhadap pepayapun berubah.
Dahulu disebabkan banyaknya anggota pada sebuah keluarga inti menyebabkan
pepaya besar lebih diminati oleh masyarakat. Namun, dewasa ini dengan semakin
kecilnya keluarga inti menyebabkan konsumen lebih memilih untuk membeli
pepaya dengan ukuran kecil sampai sedang (Shobir 2009).
IPB sebagai universitas yang berfokus pada pertanian melakukan penelitian
untuk menghasilkan pepaya sesuai dengan selera pasar, sehingga ditemukanlah
jenis produk pepaya unggul berukuran sedang yang diberi kode IPB-9 dan disebut
Pepaya Calina. Pepaya Calina—atau lebih terkenal dengan sebutan pepaya
California di pasaran ini—memiliki keunggulan berupa dagingyang lebih tebal,
kulit yang lebih halus, rasa lebih manis. Hal inilahyang membuat pepaya Calina
menjadi favorit di kelasnya (Shobir 2009).
Meskipun memiliki karakteristik buah yang unggul, pepaya Calina masih
kurang mampu bersaing disebabkan menurut ketua asosiasi pepaya jawa barat
dalam rantai pasok (pengiriman atau distribusi) pepaya sering mengalami kecacatan
produk sebesar kurang lebih 20% sehingga distributor dengan petani harus
melakukan kontrak perjanjian agar petani tidak merugi.
Salah satu strategi untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan
manajemen rantai pasokan. Secara umum strategi ini dapat dijabarkan berupa suatu
cara untuk membuat distribusi produk menjadi lebih efektif dan juga meningkatkan
nilai tambah dari anggota rantai pasokan tersebut (Porter, Linde 1985). Kegiatan

manajemen rantai pasok merupakan bagian kegiatan dari rantai nilai (value chain)
sehingga perbaikan manajemen rantai pasok akan berimplikasi positif pada rantai
nilai tambah. Rantai nilai yang efektif akan memicu keunggulan nilai (value
advantage) dan keunggulan produksi (productivity advantage) yang pada akhirnya
meningkatkan keunggulan kompetitif (Simchi-Levi et al. 2000).
Vorst (2005) telah melakukan pengembangan manajemen rantai pasokan
pada produk pangan hasil pertanian dengan mengacu pada kerangka pengembangan
Asian Productivity Organization (APO). Aspek kajian ini disusun secara terstruktur
yang meliputi sasaran rantai pasokan, struktur rantai pasokan, sumber daya,
manajemen rantai, proses bisnis rantai, dan performa rantai pasokan.
Sebagai konsekuensi, sistem pengukuran kinerja sangat diperlukan sebagai
pendekatan dalam rangka mengoptimalisasi jaringan rantai pasokan. Oleh karena
itu perlu dibuat desain indikator kinerja rantai pasokan pepaya Calina yang optimal
untuk masing-masing rantai pasokan tergantung strategi kompetisi dan karakteristik
pasar, produk dan produksi. Desain metrik pengukuran kinerja yang bertujuan
untuk pengukuran kinerja yang mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja,
dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan
operasional (Vorst 2005).
Penerapan kerangka sustainable supply chain management diharapkan
mampu mengoptimalkan kinerja rantai pasok disebabkan kelangsungan dan daya
saing sebuah organisasi dalam jangka panjang tidak hanya bisa dievaluasi dengan
ukuran finansial semata. Investor, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan
yang lain semakin ingin meningkatkan kinerja evaluasi dengan melibatkan aspek
keberlangsungan—kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi organisasi (Yakovieva,
Sarkis 2009).
Namun dalam rangka mengukur kinerja rantai pasok berkelanjutan tersebut
dibutuhkan indikator-indikator tertentu yang ditentukan dari pendapat-pendapat
pakar dan jurnal yang ada. Oleh karena itu dibutuhkan desain metrik pengukuran
kinerja meliputi penciptaan nilai tambah dan dimensi keberlangsungan rantai
pasokan tersebut ke depannya. Adapun alat yang bisa digunakan untuk mengukur
kinerja tersebut adalah metode Hayami dan ANP. Dengan begitu diharapkan
kinerja rantai pasok dapat mengalami perbaikan menjadi lebih baik lagi ke
depannya.

Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah (1)
Bagaimana kondisi rantai pasok pepaya Calina? (2) Berapa nilai tambah yang
dihasilkan oleh setiap anggota rantai pasok pepaya Calina? (3) Bagaimana desain
metrik yang digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok pepaya Calina?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kondisi rantai pasokan pepaya
Calina, (2) Menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada

rantai pasokan komoditas pepaya Calina, (3) Menentukan desain metrik
pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kondisi kerangka rantai pasok
pepaya Calina yang diterapkan pada processor. Petani yang dijadikan objek
penelitian ini berada di daerah Jawa Barat, yaitu Jasinga, Banjar Negara, Pasir
Mukti, dan Tasikmalaya. Studi ini menekankan pada penentuan metrik kinerja
rantai pasok Pepaya Calina yang didasarkan pada sustainable supply chain.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California memiliki
keunggulan seperti dagingyang lebih tebal, kulit yang lebih halus, dan rasa lebih
manis. Namun dalam perjalanannya rantai pasoknya, pepaya Calina mengalami
kerusakan sebesar 20% yang diakibatkan kesalahan pada saat proses pengiriman
maupun distribusi. Oleh karena itu dibutuhkan penerapan sustainable supply
chainyang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok pepaya
Calinaini, namun juga menjaga keberlangsungan rantai pasok tersebut ke depannya.
Adapun sustainable supply chain merupakan rantai pasok yang berkelanjutan yang
merupakan pengelolaan aliran material dan informasi serta kerjasama antara pelaku
sepanjang rantai pasokan untuk memenuhi target dari semua tiga dimensi
pembangunan berkelanjutan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial masyarakat
(Seuring, Müller 2008a).
Agar perusahaan dapat menerapkan sustainable supply chain management
dengan baik, maka dibutuhkan evaluasi kinerja dengan analisis deskriptif model
APO, analisis nilai tambah dengan metode Hayami, dan pengukuran kinerja dengan
ANP dengan indikator hasil brainstorming jurnal dan pendapat pakar rantai pasok
pepaya Calina ini.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian diadakan selama lima bulan, yaitu dari bulan Februari sampai
bulan Juni 2013. Pengambilan data dilakukan di PT. Sewu Segar Nusantara, di
Jalan Telesonic Dalam (Jalan Gatot Subroto KM 8), Desa Kadujaya, Kecamatan
Curug, Tangerang, Banten.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari proses wawancara dan pembagian kuesioner kepada
para pakar di bidang pepaya baik itu local sourcing area yang mengurusi petani,
supervisor yang mengurusi pemasaran, dan manajer processing perusahaan,
sementara data sekunder didapat dari dirjen hortikultura dan perusahaan.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang tepat merupakan salah satu teknik dalam penelitian.
Karena sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang diambil untuk mewakili
gambaran populasi sebenarnya. Pengambilan sampel menggunakan teknik non
probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan
yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel,
sehingga penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive
sampling juga digunakan untuk pemilihan pakar yang dilibatkan dalam penelitian.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pakar adalah
jabatan dan pengalaman pakar dalam bidang yang digelutinya.

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Analisis Deskriptif
Model rantai pasok pepaya Calina dibahas secara deskriptif menggunakan
metode pengembangan rantai pasok produk hortikultura yang dicanangkan oleh
Asia Productivity Organization (APO), Jepang. Metode pengembangan tersebut
mengikuti kerangka proses yang telah dimodifikasi (Vorst 2005). Adapun kerangka
proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2 Kerangka analisis manajemen rantai pasokan (Vorst 2005).

Analytical Network Process
Metode Analytical Network Process (ANP) digunakan untuk menghitung
bobot kinerja rantai pasok dengan memerhatikan tingkat ketergantungan antar
kelompok atau cluster. Metode Analytic Network Process (ANP) merupakan
pendekatan kualitatif non parametrik non bayesian untuk proses pengambilan
keputusan dengan kerangka kerja umum tanpa membuat asumsi-asumsi (Ascarya
2006).
Metode ANP dikembangkan oleh Saaty (2001) dari konsep analytical hierarchy
process (AHP) dengan mereduksi asumsi independensi antar kriteria dan sub kriteria
yang dibangun menjadi sebuah aspek yang perlu diperhitungkan keterkaitannya.
Adapun tahapan dalam pengolahan ANP yaitu dengan mengkonstruksi model,
lalu membandingkan antar elemen-elemen dan kelompok-kelompok terpilih sesuai
dengan kriteria control. Setelah semua perbandingan berpasangan selesai dibuat, maka
vektor bobot prioritas (w) dihitung dengan rumus:
Aw =

max w..................................................(1)

dimana max adalah eigen value terbesar pada matriks A dan w adalah eigen
vector. Indeks Konsistensi/Consistency Index (CI) dan Consistency Ratio (CR) dari
matriks perbandingan berpasangan dapat dihitung dengan rumus :

...........................................(2)

Jika CI < 0,1 maka penilaian dianggap konsisten.
Angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner masing-masing responden
berupa pendapat mengenai interaksi saling ketergantungan antar elemen pada masingmasing cluster diturunkan menjadi suatu supermatriks.

Secara umum hubungan kepentingan antar elemen di dalam jaringan dengan
elemen lain di dalam jaringan dapat digambarkan mengikuti supermatriks pada
Gambar 3.

Gambar 3 Supermatriks dari hierarki (Saaty 2001)
Komponen dari sub-matriks dalam W adalah merupakan skala rasio yang
diturunkan dari pembandingan pasangan yang dilakukan pada elemen di dalam cluster
itu sendiri sesuai dengan pengaruhnya pada setiap elemen pada cluster yang lain (outer
dependence) atau elemen-elemen dalam cluster yang sama (inner dependence).
Hasilnya yang berupa unweighted supermatrix kemudian ditransformasikan menjadi
suatu matriks yang penjumlahan dalam kolom menghasilkan angka satu (unity) untuk
mendapatkan supermatriks stokastik. Bobot yang diperoleh digunakan untuk
membobot elemen-elemen pada blok-blok kolom (cluster) yang sesuai dari
supermatriks, yang akan menghasilkan weighted supermatrix yang juga stokastik.
Serta dilakukan analisis nilai tambah pengolahan pepaya Calina dengan
menggunakan metode hayami (Tabel 2)

Tabel 2 Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami
Variabel
Nilai
Output, Input, dan Harga
Output (Kg)
(1)
Bahan Baku (Kg)
(2)
Tenaga Kerja Langsung (HOK)
(3)
Faktor Konversi
(4) = (1)/(2)
Koefisien Tenaga Kerja Langsung (HOK/Kg)
(5) = (3)/(2)
Harga Output (Rp/Kg)
(6)
Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK)
(7)
Penerimaan dan Keuntungan
Harga Bahan Baku (Rp/Kg)
(8)
Harga Input Lain (Rp/Kg)
(9)
Nilai Output (Rp/Kg)
(10) = (4)x(6)
Nilai Tambah (Rp/Kg)
(11a) = (10)-(8)-(9)
Rasio Nilai Tambah (%)
(11b) = (11a)/(10)x100
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg)
(12a) = (5)x(7)
Pangsa Tenaga Kerja Langsung (%)
(12b) = (12a)/(11a)x100
Keuntungan (Rp/Kg)
(13a) = (11a)-(12a)
Tingkat Keuntungan (%)
(13b) = (13a)/(10)x100
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
Marjin (Rp/Kg)
(14) = (10)-(8)
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%)
(14a) = (12a)/(14)x100
Sumbangan Input Lain (%)
(14b) = (9)/(14)x100
Keuntungan Perusahaan (%)
(14c) = (13a)/(14)x100
Sumber : Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok (Marimin 2010)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Rantai Pasokan
Struktur Rantai Pasokan
1. Anggota Rantai Pasokan
Model rantai pasokan pepaya Calina yang dijadikan objek penelitian ini adalah
sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 4 berikut.
Ritel
Petani

PT. SSN

Konsumen
Pasar tradisional

Gambar 4 Model rantai pasokan pepaya Calina
Petani sebagai pelaku pertama dari rantai pasok ini menanggung penuh tugas
budidaya mulai dari pembibitan sampai pemanenan. Walaupun demikian,
perencanaan tanamnya dilakukan oleh perusahaan dengan melihat informasi yang
diperoleh dari pasar. Setelah pepaya Calina dipanen, buah tersebut dikirimkan ke
perusahaan untuk diolah seperti diberikan nilai tambah berupa sortasi, grading,
pemeraman, label, serta penyimpanan. Setelah itu perusahaan mengirimkan
produknya sesuai spesifikasinya ke pasar tujuan baik itu ritel ataupun pasar
tradisional. Untuk lebih jelasnya aktivitas rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 3
berikut.
Tabel 3 Anggota rantai pasok pepaya Calina
Tingkat
Supplier

Anggota
Mitra tani

Proses
Pembudidayaan, penjualan

Processor

PT. Sewu
Segar
Nusantara

Pembelian,
pemeraman,
penyimpanan,
penjualan,
pengiriman, pengemasan

Pasar

Ritel
Pasar
tradisional

Pembelian, penjualan

Aktivitas
Melakukan
penanaman
pepaya
Calina, penjualan ke processor
Melakukan pembelian dari mitra tani,
memberikan nilai tambah, menjual
dan mengirimnya ke pasar tujuan
sesuai spesifikasi produk
Melakukan pembelian pepaya Calina
dari PT. SSN dan menjual ke
konsumen akhir

2. Pola Aliran Dalam Rantai Pasokan
Menurut Pujawan (2010), pada suatu rantai pasokan biasanya ada tiga macam
aliran yang harus dikelola. Pertama aliran barang yang mengalir darihulu
(upstream) ke hilir (downstream). Kedua aliran uang (finansial) yangmengalir dari
hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau
sebaliknya. Struktur rantai pasokan pada komoditas pepaya Calina terdiri atas
petani, perusahaan, ritel, pasar tradisional, dan konsumen akhir.

Aliran barang rantai pasok petani pepaya Calina dapat ditunjukkan pada Gambar
5 berikut. Aliran komoditas rantai pasok pepaya Calina dimulai dari petani sebagai
produsen. Petani akan mengirimkan semua hasil panennya ke perusahaan. Sebelum
dikirim ke perusahaan, pepaya Calina hasil panen dikumpulkan dulu di packing
house untuk dibungkus dengan koran. Kemudian setelah dikirim ke perusahaan,
perusahaan akan memberikan berbagai perlakuan berupa pemeraman, penyortiran,
penggradingan, dan pelabelan kepada pepaya Calina agar mampu diterima oleh
pasar yang ditargetkan. Merek Sunpride untuk ritel dan merek Sunfresh untuk pasar
tradisional.
Aliran uang pada rantai pasokan pepaya Calina terjadi dari konsumen ke ritel
dan pasar tradisional kemudian keperusahaan dan berakhir di petani. Ritel
membayar secara kredit kepada perusahaan dalam jangka waktu sebulan. Awalnya
petani menerima pembayaran dari perusahaan secara tunai saat pepaya Calina
berpindah tangan, namun disebabkan banyaknya petani yang dirampok dalam
perjalanan mengirimkan hasil panennya, maka perusahaan memberikan
pembayaran melalui transfer seminggu kemudian.

Gambar 5 Model aliran komoditas dan finansial rantai pasok pepaya Calina
Aliran komunikasi di dalam rantai pasok pepaya Calina terjadi melalui telepon.
Informasi yang beredar di dalam rantai pasok ini seputar perencanaan. Sementara
informasi mengenai spesifikasi dan teknologi untuk produk masih terbatas
lingkupnya pada setiap pelaku rantai pasok. Harga yang dipatok untuk produk
pepaya Calina dalam rantai pasok ini diperoleh melalui tawar menawar antara
petani dan perusahaan dengan melihat pasokan serta permintaan di pasar karena
petani tidak ingin dikenakan kontrak forward.
3. Entitas Rantai Pasokan Pepaya Calina
Entitas rantai pasokan Pepaya Calina terdiri atas produk, pasar, pemangku
kepentingan, situasi persaingan dan keunggulan kompetitif serta mitra-tani.
Penjabaran masing-masing entitas rantai pasokan sebagai berikut :
a. Produk
Produk yang diperdagangkan dalam rantai pasok ini adalah pepaya Calina.
Pepaya Calina merupakan buah topis yang tidak mengenal musim. Akan tetapi,
dibutuhkan ketinggian yang tepat dan perairan yang baik untuk menghasilkan
produk pepaya Calina yang berkualitas. Adapun produk pepaya yang berada
dalam rantai pasok ini didapat dari berbagai daerah meliputi Tasik, Kebumen,
Jasinga, Cilacap, dan Pasir Mukti. Namun karena produktivitas serta potensi
pepaya Calina di daerah Jawa Barat lebih tinggi, maka penelitian ini hanya

berfokus pada Tasik, Jasinga, Cilacap, dan Pasir Mukti saja. Adapun kualitas
produk pepaya Calina dalam rantai pasok ini dikelompokkan menjadi dua seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Spesifikasi grade pepaya Calina
Kualitas
Spesifikasi
Grade A

Grade B



Daging
matang merah
oranye
Kulit kuning
merata

 Bentuk proporsional
 Kadar maksimal
bruising dan sunburn
5%
 Kelainan bentuk
 Kadar maksimal
bruising dan sunburn
20%

Bobot
(Kg)

Harga Beli
(Rp/Kg)

Harga
Jual
(Rp/Kg)

0,7-1

2500

8000

1,1-1,7

2500

6500

Sumber : PT. Sewu Segar Nusantara
b. Pasar
Produk Pepaya Calina dalam rantai pasok ini ditujukan untuk berbagai
segmen mulai dari pasar tradisional sampai ritel di sekitar Jawa dan Bali. Hal ini
disebabkan kualitas pepaya Calina yang sering bervariasi tergantung musim. Di
kala musim kemarau, buah menjadi lebih kecil dibandingkan di musim
penghujan, sedangkan di musim penghujan buah menjadi kurang manis
dibandingkan di musim kemarau oleh karena itu diperlukan berbagai macam
pasar untuk menampung buah yang kualitasnya bervariasi tersebut. Adapun
pasar tujuan produk pepaya Calina rantai pasok ini dapat dilihat pada Lampiran
1.
Apalagi dengan semakin hari semakin banyaknya petani yang menanam
pepaya Calina menjadikan pepaya Calina sebagai buah yang tidak lagi eksklusif
bagi kalangan menengah ke atas saja. Oleh karena itu pasokan di pasar menjadi
membludak, sehingga dibutuhkan pasar yang lebih luas untuk memasarkannya.
Adapun jumlah pepaya Calina yang ditargetkan untuk dipasarkan oleh rantai
pasok ini adalah sekitar 15 sampai 18 ton perminggu.
c. Pemangku Kepentingan
Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok pepaya Calina atau yang disebut
juga dengan stakeholder pada dasarnya termasuk ke dalam anggota rantai
pasokan baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Setiap pelaku dalam
rantai pasokan pasti menginginkan keuntungan dalam proses bisnisnya. Oleh
karena itu dibutuhkan kerja sama antara satu pihak dengan pihak yang lain.
Perusahan melakukan perencanaan tanam dan pendekatan teknis, personal, serta
pasar kepada petani. Petani juga harus berusaha untuk menghasilkan buah yang
berkualitas dengan volume yang sesuai. Sedangkan ritel atau pasar tradisional
bertugas untuk menjual produk pepaya Calina kepada konsumen akhir dengan
mengadakan promosi seperti diskon dan tester buah potong.
d. Situasi Persaingan dan Keunggulan Kompetitif
Persaingan di tingkat petani terjadi disebabkan banyaknya petani yang
menanam pepaya Calina. Adapun jenis petani yang menanam pepaya Calina
terdiri atas dua macam petani yakni petani perseorangan dan petani gapoktan.
Rata-rata petani perseorangan memiliki luas lahan minimal seluas 0,5 Ha. Petani

gapoktan lebih memiliki keunggulan disebabkan jumlah panen yang dihasilkan
dapat menutupi biaya pengiriman ke perusahaan. Sedangkan petani
perseorangan harus membeli pepaya Calina dari petani lain terlebih dahulu
sebelum mengirimkannya ke perusahaan untuk mencapai skala ekonomi.
Sementara di tingkat perusahaan-perusahaan menghadapi banyak perusahaan
dalam bisnis pepaya Calina seperti PT. Mulia Raya/Green, PD. Alam Megah,
Caraka Farm, Tresma, PT. Boga Tani, Puri Subagja Jatim, Gege Raja Buah,
Ibana, PT. Lentera, Havana Buah, dan CV Alam Agro Mandiri. Untuk
memenangkan persaingan tersebut strategi bisnis PT. SSN tahun 2011
difokuskan pada usaha peningkatan pendapatan (revenue) sebesar 60% dari
tahun 2010. Demi mendukung usaha tersebut, perusahaan menargetkan untuk
dapat menekan harga beli buah dari petani (cost of fruits) yang saat ini dirasa
masih terlalu tinggi. Cara yang dilakukan adalah dengan membeli langsung ke
petani tanpa melalui pengepul dan koordinator sehingga harga beli bisa lebih
murah. Cara tersebut bisa dilakukan dengan baik, jika perusahaan membeli
semua hasil panen petani dengan sistem grading. Sebelumnya perusahaan hanya
membeli hasil panen dengan grading kualitas A saja yaitu untuk dijual di pasar
modern, namun sekarang perusahaan akan membeli seluruh hasil. Strategi ini
membutuhkan saluran pemasaran baru untuk bisa menyerap hasil panen dengan
kualitas B. Saluran pemasaran baru yang dimaksud adalah pasar tradisional.
Selain itu perusahaan juga berusaha untuk menjaga kualitas produknya dengan
penanganan pasca panen yang baik serta menempatkan sales promotion girl
pada ritel untuk mengawasi kondisi pasar secara langsung. Perusahaan juga
berusaha memaksimalkan penjualan pepaya Calina melalui program
pembangunan Sunpride Island agar merek Sunpridenya yang sudah dikenal
khalayak melalui produk pisang Cavendishnya mampu memperluas
penjualannya hingga produk pepaya Calina.
e. Kemitraan
Kemitraan dalam rantai pasok ini meliputi petani dengan perusahaan dan
perusahaan dengan pasar baik itu ritel maupun pasar tradisional. Perusahaan
sebagai penghubung bertugas untuk mencari petani pepaya Calina yang
potensial untuk dijadikan mitra. Salah satu bentuk kemitraannya adalah dengan
memberikan bantuan untuk pembangunan packing house dan dana untuk
perbaikan lahan petani jika terjadi bencana. Karena tidak menggunakan sistem
kontrak untuk mengikat kerja samanya dengan petani, maka bagian kemitraan
harus melakukan pendekatan personal, teknis, dan pasar agar petani mau terus
menerus memasok hasil panennya ke perusahaan. Petani dibayar perusahaan
secara transfer maksimal seminggu kemudian. Untuk kemitraan antara
perusahaan dan ritel diikat dengan kontrak meliputi sistem pembayaran dan
kualitas produk.
Permasalahan yang sering dialami perusahaan dalam soal kemitraan adalah
dua yaitu petani yang tidak memenuhi komitmen dan resiko kekurangan pasokan.
Yang dimaksud dengan petani yang tidak memenuhi komitmen adalah adanya
petani yang tadinya berperan sebagai mitra kemudian setelah mengetahui
informasi mengenai spesifikasi dan teknologi pemeraman perusahaan
memutuskan hubungan kerja secara sepihak dan memasarkan sendiri pepaya
Calinanya ke ritel. Sementara mengenai kekurangan pasokan disebabkan adanya

musim kering periode Juli sampai September yang membuat pasokan pepaya
menjadi minim selama bulan Januari sampai Maret.
Sasaran Rantai
1. Sasaran Pasar
Untuk memenangkan persaingan, perusahaan selaku processor berusaha
meningkatkan pendapatannya dengan tidak hanya menyasar ritel, namun juga
membidik peluang yang terdapat pada pasar tradisional. Merek untuk ritel adalah
Sunpride sedangkan merek yang ditujukan bagi pasar tradisional adalah Sunfresh.
Perusahaan memasarkan pepaya Calina dengan cara berbeda di ritel dan pasar
tradisional. Di ritel, pepaya Calina dipasarkan dengan cara menempatkan sales
promotion girl serta pencicipan buah potong. Sementara di pasar tradisional
menggunakan sistem pembelian terputus atau titip beli.
2. Sasaran Pengembangan
Petani perlu meningkatkan produktivitas panennya dengan menciptakan sistem
perairan yang lebih baik lagi. Disebabkan lahan yang sekarang sering mengalami
kekeringan di bulan Juli sampai September sehingga menimbulkan minimnya
pasokan dari buah Januari sampai Maret. Bila petani tidak mampu, maka
perusahaan harus mencari lumbung-lumbung penghasil pepaya Calina baru untuk
memenuhi permintaan yang ada.
Selanjutnya perusahaan membutuhkan gudang baru untuk menyimpan pepaya
Calinanya. Karena selama ini, penyimpanan pepaya Calina perusahaan disatukan
dengan buah lain yang membuat suhu penyimpanan disesuaikan dengan suhu buah
lain yaitu 0oC. Padahal, menurut Silalahi (2007) pepaya Calina sebaiknya disimpan
dalam suhu 10o C karena itu mampu memperpanjang umur penyimpanan menjadi
tiga minggu dan memperbaiki kualitasnya.
3. Pengembangan Kemitraan
Pola pengembangan kemitraan dengan petani dalam rantai pasok ini berawal
dari proses negosiasi, kemudian dilanjutkan dengan kerjasama, koordinasi, dan
yang terakhir kolaborasi. Tahapan pengembangan kemitraan tersebut dijelaskan
pada Gambar 6. Pada tahap negosiasi, petani mendiskusikan harga dan kuantitas
dengan perusahaan yang akan dibeli hasil panennya. Setelah dicapai kesepakatan
harga barulah perusahaan melakukan transaksi jual beli dengan petani tersebut.
Setelah dilakukan pembelian berulang kali, maka perusahaan mampu membedakan
petani yang dapat dipercaya dengan yang tidak. Biasanya untuk petani yang
tepercaya, perusahaan berani meminjamkan kratnya untuk distribusi. Pada tahap ini
baru terjalin kerja sama karena petani tidak terikat dengan perusahaan. Hubungan
antara petani dan perusahaan baru mencapai tahap ini.
Oleh karena itu, perusahaan perlu meningkatkan hubungan ke tahap koordinasi
dan kolaborasi. Adapun tahap koordinasi adalah tahap dimana semua informasi di
dalam rantai pasok terdistribusi dengan baik. Sedangkan tahap kolaborasi terjadi
saat ada transfer teknologi dan standar produksi di dalam rantai pasok. Hal ini baru
akan terjadi bila ada kepastian kontrak karena petani sudah terikat dengan
perusahaan yang pada akhirnya akan menimbulkan kepercayaan untuk membagi
informasi secara utuh dan menyeluruh kepada sesama pelaku dalam rantai pasokan.

Gambar 6 Transisi dari tahap negosiasi hingga kolaborasi
(Speckman, et. al 1998)

Manajemen Rantai Pasokan
1. Struktur Manajemen
Petani sebagai produsen mengatur sepenuhnya urusan budidaya. Perusahaan
sebagai processor mengatur pemasaran produk pepaya Calina petani ke ritel dan
pasar tradisional. Kemudian ritel dan pasar tradisional akan menjual produk rantai
pasok ini ke konsumen akhir.
Meski begitu, rantai pasok ini belum menggunakan sistem manajemen yang baik
seperti sistem informasi dan komunikasi yang otomatis yang menyulitkan proses
kinerja rantai pasok disebabkan diwajibkannya kehadiran pejabat yang berwenang
di tempat. Sehingga, manajemen dilakukan secara alami tanpa ada strategi khusus
selain menjual sebanyak-banyaknya dengan harga yang terjangkau.
a. Pemilihan Mitra
Tabel 5 Kriteria-kriteria pemilihan mitra
Petani
1. Memproduksi pepaya Calina yang
sesuai dengan spesifikasi
2. Mampu memasok secara kontinu
3. Sanggup mengirim produk sesuai
jadwal
Ritel
1. Memiliki performa penjualan baik
2. Menaati kontrak
3. Terletak di lokasi strategis
4. Memiliki fasilitas penjualan baik

1.
2.
3.
1.

Perusahaan
Membayar langsung kepada
petani
Mampu mensuplai produk pepaya
Calina ke ritel secara kontinu
Menjaga kualitas produknya
Pasar Tradisional
Lokasi strategis

Rantai pasok ditujukan untuk meningkatkan nilai dan kepuasan kepada
konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan kriteria-kriteria tertentu dalam pemilihan
pelaku rantai pasok pepaya Calina. Adapun kriteria-kriteria tersebut ditunjukkan
pada Tabel 5.
Namun dalam kenyataannya, kriteria ini tidak harus dipatuhi semuanya. Oleh
karena itu, kriteria ini disesuaikan dengan keadaan agar semua pihak dapat
memenuhi tugasnya dengan optimal.
2. Kesepakataran Kontraktual

Dalam rantai pasok ini, perusahaan tidak menerapkan kontrak untuk mitra tani.
Perusahaan lebih menggunakan pendekatan personal, teknis, dan pasar kepada
petani. Hal ini disebabkan waktu dulu perusahaan pernah memberikan pinjaman
modal untuk mitra tani, namun bukannya untung, perusahaan malah menanggung
hutang sampai dua milyar. Oleh karena itu, perusahaan lebih suka memberikan
bantuan non materi seperti cara pemanenan dan pengangkutan yang baik, pengujian
kadar pestisida, dan akses pasar. Meski tidak terdapat kontrak, perusahaan tetap
menetapkan target 20 ton pepaya Calina perminggu pada petani yang baru bisa
dipenuhi rata-rata sekitar 15 sampai 18 ton perminggu.
Untuk ritel, perusahaan memberlakukan kontrak berupa kesepakatan cara
pembayaran dan kualitas pepaya Calina tersebut. Sistem pembayaran dilakukan
secara kredit setelah satu bulan barang disetor ke ritel. Sedangkan untuk pasar
tradisional, pembeli bisa membeli langsung tanpa perlu diadakan kontrak terlebih
dahulu.
3. Sistem Transaksi
Pepaya Calina diangkut terlebih dahulu ke packing house untuk dikemas dengan
koran. Perusahaan membeli pepaya dari mitra tani dengan harga kurang lebih 2500
rupiah. Pembayaran petani semula dilakukan secara tunai saat barang sampai dari
packing house petani ke perusahaan oleh truk engkel, namun dalam perjalanannya
petani sering dirampok, sehingga sistem pembayaranpun dilakukan lewat transfer
maksimal seminggu setelah barang diantar ke perusahaan.
4. Dukungan Pemerintah
Petani yang berada dalam rantai pasok pepaya Calina perusahaan terbagi
menjadi dua jenis, yaitu petani perseorangan dan petani gapoktan. Petani
perseorangan berasal dari Pasir Mukti sementara yang lain berupa petani gapoktan.
Untuk pepaya, pemerintah tidak memberikan bantuan karena pepaya merupakan
buah yang tidak mengenal musim tidak seperti melon, dan lain lain. Namun hal itu
menjadi pengecualian untuk kabupaten jasinga yang memiliki penyuluh-penyuluh
yang akan mendampingi dan memberikan pelajaran dan informasi, program
tersebut dikenal oleh para penyuluh dengan SLPTT (Sekolah Lapang Pengolahan
Tanaman Terpadu). Program berikutnya yaitu pepaya pada Kabupaten Jasinga,
termasuk dalam komoditi binaan unggulan berdasarkan SK Direktorat Jenderal
Hotikultura No. 511/Kpts/PD.310/9/20065

Sumber Daya Rantai Pasokan
1. Sumber Daya Fisik
Sumber daya fisik rantai pasokan pepaya Calina meliputi lahan pertanian,
kondisi jalan transportasi, sarana dan prasarana pengangkutan. Jalan sering menjadi
faktor dominan dalam aliran barang di rantai pasok. Kualitas jalan yang tidak prima
di Jasinga menyebabkan lebam pada pepaya Calina sebesar 20 sampai 30%. Selain
itu karena sistem irigasi yang belum optimal, maka produktivitas pepaya Calina
dalam rantai pasok ini belum mencapai potensinya yang seharusnya.
2. Sumber Daya Teknologi
Tidak ada teknologi khusus yang dipakai dalam pembudidayaan pepaya Calina.
Hal ini disebabkan karena biaya untuk teknologi drip atau tetes ini tidak tertutupi
oleh penjualan, sehingga petani merugi dan teknologi itupun tidak dilanjutkan lebih

jauh. Adapun teknologi yang digunakan hanya sebatas pengujian kadar pestisida
oleh PT. Sucofindo demi keamanan konsumen dan pematangan dengan pemeraman
menggunakan metode ethrel.
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang bekerja sebagai petani rata-rata jumlahnya ada 6
orang perdaerah produksi. Pendidikan pekerja tersebut rata-rata lulusan SMP. Jam
kerja petani tidak tentu sesuai dengan tahapan proses pembudidayaan yang sedang
dijalankan. Sementara tenaga kerja langsung yang bekerja di perusahaan memiliki
jam kerja harian berdasarkan sistem shift setiap harinya. Dengan masing-masing
shiftnya sepanjang 8 jam. Sistem rekrutmen pegawai di tingkat petani dan
perusahaan sama sama menggunakan sistem borongan. Pegawai petani berasal dari
daerah sekeliling lahan sementara pegawai perusahaan berasal dari yayasan di
sekitar perusahaan berada. Upah untuk petani diberikan 30.000 rupiah pertahapan
produksi sementara untuk pegawai di kantor diberikan upah sejumlah 80.000 rupiah
perhari.
4. Mitra-tani
Tabel 6 Aktivitas pelaku rantai pasok
Tanda X apabila
diselesaikan sebelum
pembayaran
Pembibitan
Produksi
Sortasi/Seleksi Mutu
Pengemasan
Pemberian label/Merek
Transportasi
ke
Pembeli
QualityControl
Pemberian kredit (hari)

Loss

Dilakukan oleh
Petani

PT.
SSN

Ritel/Pasar
Tradisional

%Volume Loss

Nilai

X
X
X
X
X
X
X

X
30-90

PT. SSN relatif
kecil
Petani ke PT.
SSN ± 20%
Relatif kecil

Rp 4500000

Rp.9000000

Mitra tani maupun mitra perusahaan serta mitra pasar yang berada di dalam
rantai pasok ini sudah diseleksi melalui kriteria-kriteria tertentu. Meski begitu,
produk dalam rantai pasok ini masih sering mengalami kerusakan. Hal tersebut
dapat ditunjukkan pada Tabel 6 di atas.
5. Sumber Daya Permodalan
Permodalan untuk urusan budidaya ditanggung oleh mitra tani. Disebabkan
sektor pertanian masih menjadi sektor yang rawan untuk dibiayai oleh Bank.
Perusahaan baru akan membantu permodalan bilamana petani dilanda bencana
seperti angin puting beliung. Untuk ritel, saat ritel ingin membuka cabang baru
maka modalnya diambil 20% dari setiap pemasok barang ke ritel tersebut termasuk
pepaya.
Proses Bisnis Rantai Pasokan
1. Pola Distribusi
Pola distribusi yang dianut rantai pasok ini adalah distributor storage with
package carrier delivery yaitu produk dikirim ke konsumen akhir melalui jasa kurir
atau perusahaan ekspedisi. Persediaan disimpan di gudang distributor atau ritel

sebagai perantara. Produk didistribusikan dari packing house petani ke perusahaan
lalu ke ritel/pasar tradisional. Bagi merek Sunpride yang harganya sekitar Rp 8000
dipasok ke ritel, sementara merek Sunfresh yang harganya Rp 6500 dipasarkan ke
pasar tradisional. Ini diterapkan dengan pengiriman produk sesuai skala ekonomi
untuk mengefisiensikan biaya transportasi. Hal penting yang perlu diperhatikan
dalam distribusi pepaya Calina adalah masalah biaya (efisiensi) dan daya tahan
produk yang pendek (perishable product). Setelah dipanen maka pepaya Calina
hanya dapat bertahan kurang lebih seminggu bila tanpa pendinginan. Peran
distributor sangat penting untuk dapat mendistribusikan pepaya Calina dengan
efisien dan kualitas baik dalam waktu yang relatif singkat.
2. Pendukung Anggota Rantai Pasokan
i) Penyuluhan
Perusahaan memberikan penyuluhan berupa cara pemanenan dan cara
pengangkutan yang baik kepada petani. Selain itu perusahaan juga membantu
pembangunan packing house petani dan meminjamkan krat guna pengangkutan
buah dari mitra tani ke perusahaan.
ii) Distribusi Informasi Pasar
Distribusi informasi pasar di rantai pasok pepaya Calina terjadi dengan baik.
Karena harga tidak ditentukan berdasarkan harga di kontrak, melainkan
ditetapkan berdasarkan keadaan saat itu dan tawar menawar antara petani dan
perusahaan.
3. Perencanaan Kolaboratif
Perencanaanyang dilakukan dalam rantai pasok ini meliputi kerjasama, kesatuan,
dan penyelarasan informasi. Perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan
budidaya. Dengan mengetahui informasi pasar dari ritel, perusahaan sebagai
penghubung melakukan perencanaan budidaya kepada petani. Hal ini bertujuan
agar pasokan pepaya Calina selalu tersedia di sepanjang tahun dengan cara
penanaman dan pemanenan bergilir. Selain itu perencanaan kolaboratif juga
mencegah terjadinya efek bullwhip akibat adanya peramalan yang salah.
4. Penelitian Kolaboratif
Mitra tani menggunakan sebagian bibit yang diproduksi oleh PKBT (Pusat
Kajian Buah Tropika) untuk menghasilkan pepaya varian yang lebih unggul ke
depannya. Apalagi dengan semakin banyaknya petani yang membudidayakan
pepaya Calina menyebabkan buah ini tidak lagi menjadi