Kinerja Rantai Pasok Dan Nilai Tambah Dengan Internalisasi Aspek Lingkungan Pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging

KINERJA RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH DENGAN
INTERNALISASI ASPEK LINGKUNGAN PADA
AGROINDUSTRI AYAM RAS PEDAGING

NURHAYATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Kinerja Rantai Pasok
dan Nilai Tambah Dengan Internalisasi Aspek Lingkungan Pada Agroindustri
Ayam Ras Pedaging adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016

Nurhayati
NIM F361100191

RINGKASAN
NURHAYATI. Kinerja Rantai Pasok dan Nilai Tambah dengan Internalisasi
Aspek Lingkungan pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging. Dibimbing oleh
MARIMIN, TAUFIK DJATNA dan IDAT GALIH PERMANA.
Agroindustri ayam ras pedaging merupakan bagian dari sub sektor
peternakan yang berperan penting dalam penyediaan kebutuhan pangan.
Kontribusi daging ayam dalam pola konsumsi protein hewani masyarakat terus
meningkat. Kemajuan teknologi pakan dan genetika juga turut menunjang
perkembangan agroindustri perunggasan khususnya ayam ras pedaging.
Kemampuan dalam penyediaan lapangan kerja bagi lebih dari 2.5 juta penduduk
menjadikan agroindustri ayam ras pedaging berperan dalam perekonomian makro.
Rantai pasok ayam ras pedaging merupakan sistem yang komplek dan melibatkan
beberapa pelaku usaha yang terdiri dari perusahaan pembibitan, perusahaan
pakan, budidaya atau usaha ternak, industri obat-obatan dan Rumah Pemotongan

Ayam (RPA).
Disamping pertumbuhannya yang cepat, agrindustri ini juga dihadapkan
pada berbagai tantangan. Sektor peternakan termasuk industri ayam ras pedaging
menyumbang berbagai permasalahan lingkungan seperti eutrifikasi, asidifikasi,
potensi pemanasan global, ekotoksisitas dan lainnya. Hal ini menjadi tantangan
bagi pelaku rantai pasok untuk menerapkan aktivitas usaha yang mengurangi
dampak lingkungan dalam aktivitasnya.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengukur kinerja dan nilai tambah
rantai pasok dengan internalisasi aspek lingkungan, serta merumuskan alternatif
mitigasi risiko pada agroindustri ayam ras pedaging. Pengukuran kinerja
dilakukan dengan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA) untuk menghitung
dampak lingkungan sepanjang rantai pasok. Valuasi dampak lingkungan menjadi
nilai mata uang dilakukan dengan metode stepwise2006. Pengukuran nilai tambah
dilakukan dengan metode Hayami untuk mendapatkan nilai tambah pada setiap
pelaku rantai pasok. Perumusan alternatif mitigasi risiko dilakukan dengan
mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang terjadi pada agroindustri ayam ras
pedaging menggunakan teknik Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan
teknik US Millitary Standar 882C. Perumusan alternatif mitigasi risiko
menggunakan Intepretative Structural Modeling (ISM) melalui strukturisasi tiga
elemen kunci yakni elemen tujuan pengembangan, elemen kendala pengembangan

dan elemen kebutuhan pengembangan. Hasil strukturisasi elemen kunci ini akan
dijadikan dasar pengembangan kelembagaan untuk mitigasi risiko.
Hasil pengukuran kinerja rantai pasok dari sisi dampak lingkungan yang
ditimbulkan menunjukkan bahwa aktivitas rantai pasok pada tingkat peternak
menyebabkan dampak lingkungan yang terbesar dibandingkan RPA dan industri
olahan, berbanding lurus dengan biaya lingkungan yang timbul akibat aktivitas
sepanjang rantai pasok. Pengukuran nilai tambah dengan memperhitungkan
dampak lingkungan sebagai biaya menunjukkan bahwa nilai tambah pada
peternak bernilai negatif. Hal ini disebabkan karena biaya lingkungan pada tingkat
peternak lebih besar dibandingkan nilai yang dihasilkan. Analisis risiko
menunjukkan bahwa terdapat risiko yang bersifat catastrophic dan kritis untuk
segera ditangani. Risiko-risiko tersebut adalah fluktuasi harga jual pada tingkat

peternak dan dampak lingkungan serta penurunan dan pencemaran kualitas karkas
pada tingkat RPA. Alternatif mitigasi yang direkomendasikan melalui instrumen
kelembagaan adalah dengan peraturan pemerintah untuk pembentukan lembaga
RPA secara kolektif bagi peternak dengan skala usaha yang kecil dan kewajiban
bagi perusahaan inti untuk memiliki RPA. Hal ini diharapkan dapat menciptakan
stabilisasi harga disaat pasokan berlebih dan juga mengurangi RPA tanpa ijin
(illegal) yang menyebabkan banyaknya beredar karkas yang tidak hiegienis.


Kata kunci: ayam ras pedaging, LCA, pengukuran kinerja, nilai tambah, mitigasi
risiko, rantai pasok

SUMMARY
NURHAYATI. Supply Chain Performance and Value Added with Internalization
Environmental aspect on Broiler Agroindustry. Supervised by MARIMIN,
TAUFIK DJATNA and IDAT GALIH PERMANA.
Broiler agroindustry is a part of the livestock sub sector that contributes
significantly in provision of high quality food for the society. Contribution of
poultry meat into national meat consumption growth increasingly. Advanced in
feed technology and genetic engineering have increasing influenced the growth of
industry. However, report of the United Nation Food and Agricultural
Organization blamed the livestock industry including broiler supply chain caused
serious environmental impacts, especially in climate change, water and air
pollution, land degradation, and biodiversity loss.
Broiler supply chain involving many bussiness actors such us breeding
farms, feed mills, broiler growers, slaughterhouses, processing industry,
pharmaceutical and poultry equipment. These are a complex system. Currently,
there are increasing recognition in developing more sustainable food and

agricultural products. For that reasons, green supply chain management play an
important role.
The main objective of this research were to measure performance and value
added of broiler agroindustry supply chain with internalization of environmental
aspects as well as to analyze the risk and formulated alternative of risk mitigation
on broiler agroindustry. Performance measurement is conducted by Life Cycle
Assessment (LCA) approach to calculate the environmental impact throughout the
supply chain. Valuation of environmental impacts into currency value is done by
stepwise2006 methods. Added value measurement is conducted by Hayami
method to get value added at each supply chain actors. Alternative formulation of
risk mitigation is conducted by identifying and analyzing the risks that occur in
the broiler agroindustry using Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) and US
Millitary engineering Standard 882C techniques. Formulation of risk mitigation
alternatives using Intepretative Structural Modeling (ISM) through structuring of
the three key elements i.e. development goals element, development constraints
elements and development needs element. Results of key element structuring will
be used as basis for the institutional development of risk mitigation.
This reseach showed that green supply chain performance of the farming
activity cause highest environmental impact among the other supply chain’s
nodes. This coused higher environmental threatment cost. The green value added

of the broiler supply was developed by considering the environmental cost into
the formula. Green value added of farmer activity was negative. This indicated
that the environmental impact generate from value creation process was more than
the value obtained. Risk analysis shows that there are risks that are catastrophic
and critical to be addressed. The risks were, fluctuated in selling prices at the farm
level and environmental impacts and pollution as well as a decrease in carcass
quality at a rate of slaughterhouse. Alternative of risk mitigation recommended by
an institutional instrument with government regulations for establishment of
collective slaughterhouse for farmers with small-scale enterprises and liability of
the core to have slaughterhouse. It is expected to create price stability while also

reducing the excess supply and slaughterhouse unauthorized (illegal) which
caused the number of outstanding carcass not hyegienic.
Keywords: broiler, LCA, performance measurement, risk mitigation, supply
chain, value added

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KINERJA RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH DENGAN
INTERNALISASI ASPEK LINGKUNGAN PADA
AGROINDUSTRI AYAM RAS PEDAGING

NURHAYATI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Penguji pada Ujian Tertutup: Prof Dr Ir Sukardi, MM
Dr Ir Saptana, MSi

Anggota Luar Komisi pada Sidang Promosi: Prof Dr Ir Sukardi, MM
Dr Ir Saptana, MSi

Judul Disertasi

:

Nama
NIM

:
:

Kinerja Rantai Pasok dan Nilai Tambah dengan Internalisasi
Aspek Lingkungan pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging

Nurhayati
F361100191

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Marimin, MSc
Ketua

Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi
Anggota

Dr Ir Idat Galih Permana, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Mahfud, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian Tertutup : 26 Januari 2016
Tanggal Sidang Promosi: 4 Februari 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis diberi kekuatan dan kemudahan dalam
menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Kinerja Rantai Pasok dan Nilai Tambah
Dengan Internalisasi Aspek Lingkungan Pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging
ini berhasil diselesaikan.
Penghargaan, terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada
Bapak Prof Dr Ir Marimin, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing, atas arahan,
bimbingan, dukungan dan teladan kebaikan yang sangat berarti selama penulis

menjalani proses pembimbingan, Bapak Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi dan
Bapak Dr Ir Idat Galih Permana, MSc atas curahan waktu, bimbingan, arahan dan
saran yang telah diberikan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan
disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir
Sukardi, MM dan Dr Ir Saptana, MSi yang telah bersedia sebagai penguji luar
komisi pada ujian tertutup dan sidang promosi doktor.
Terima kasih juga disampaikan pada narasumber ahli yang telah
berkontribusi dan bersedia dimintai pendapat keahliannya dalam penelitian ini,
selanjutnya khususnya kepada rekan-rekan angkatan 2010 TIP, kakak dan adik
kelas Program Studi TIP, rekan-rekan kelompok bimbingan Prof Dr Ir Marimin,
khususnya Sdri. Yuliana Kaneu Teniwut, STP, MSi dan ibu Sri Martini dari
Lab.TSI dan kelompok bimbingan Bpk Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi atas
bantuan dan kebersamaan khususnya Azrifirwan, STP, MEng.
Terima kasih juga disampaikan pada Rektor Universitas Andalas atas
kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan studi doktor. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi atas Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS) yang diberikan.
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Ketua Program Studi Teknologi
Industri Pertanian dibawah pimpinan Prof. Dr. Ir. Machfud, MS. Dan staf
sekretariat Ibu Nurjannah dan Bpk. Chandra yang telah membantu kelancaran
administrasi selama pelaksanan studi
Terima kasih kepada Rektor Universitas Andalas dan Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Andalas atas kesempatan yang diberikan untuk
melaksanakan studi doktor. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas Beasiswa
Program Pasca Sarjana (BPPS) yang diberikan. Ketua Program Studi Teknologi
Industri Pertanian, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Ucapan terima kasih juga disampaikan pada pimpinan RPA Jambu Raya
Bapak Asep Saiful, Bapak Darwin (SDM), Ibu Novi (Farm Manager), Bapak
Ngatno dan Bapak Nanang (PPL Damar Satu), Bapak Harry (bagian marinasi),
Bapak Agus (bagian RPA) yang telah memberikan kesempatan untuk penelitian
dan banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan tugas
belajar dari Univeristas Andalas : Rusdimansyah, SPt, MSi, Dr Simel Sowmen,
SPt MP, Ida Indrayani, SPt MSi, Hilda Susanti, SPt MSi, Imana Martaguri, SPt,
MSi, Riesi Sriagutlia, SPt, MP, Yetmaneli, SPt MP dan Kusnadidi Subekti, SPt,
MSi atas berbagai bantuan dan kebersamaan yang diberikan dari awal perkuliahan
sampai selesainya studi ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan pada seluruh keluarga terutama kedua
orang tua H. Lukman dan Ibunda Hj Animar Naim, dan adik-adik semuanya,
Pamanda Ir. H. Lukman Naim yang selalu memberikan dukungan moril dan
materi, kedua mertua, (Alm) Sazli Abbas dan Sahida Sazli. Kepada suami tercinta
Ivan Muftialdi, SE MM yang telah memberikan kesempatan, dukungan yang tak
terbatas serta doa yang tidak henti dipanjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini dan anak-anak ku tersayang: Muhammad Faiz Haitsam,
Ghaida Hauna Khairunnisa dan Faiza Alila Khairunnisa atas pengertian yang
diberikan selama ini serta kepada seluruh keluarga besar yang telah memberikan
semangat dan doa agar studi doktoral ini dapat diselesaikan.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat. Amin ya Rabbal alamin.
Bogor, Februari 2016

Nurhayati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR ISTILAH
xii
1 PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
Ruang Lingkup
3
Kebaruan Penelitian
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
3
Manajemen Rantai Pasok
3
Kinerja Rantai Pasok
5
Nilai Tambah
6
Eksternalitas
8
Pengkajian siklus hidup (Life Cycle Assessment-LCA)
8
Manajemen Risiko Rantai Pasok
10
Kelembagaan
13
Prosedur Analisis Data
14
3. METODOLOGI
14
Kerangka Pemikiran
14
Tahapan Penelitian
15
Kinerja Rantai Pasok dengan Internalisasi pada Agroindustri Ayam Ras
Pedaging
18
Nilai Tambah dengan internalisasi dampak lingkungan pada Rantai Pasok
Agroindustri Ayam Ras Pedaging
19
Manajemen Risiko Rantai Pasok pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging 20
Jenis dan Teknik Pengambilan Data
23
4. ANALISIS SITUASIONAL
22
Agroindustri Pakan
22
Agrondustri Ayam Ras Pedaging
23
Rumah Pemotongan Ayam (RPA)
26
Deskriptif Rantai Pasok Agroindustri Ayam Ras Pedaging
27
5. KINERJA RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH DENGAN
INTERNALISASI ASPEK LINGKUNGAN PADA AGROINDUSTRI AYAM
RAS PEDAGING
37
Abstrak
37
Pendahuluan
37
Metode Penelitian
40
Hasil dan Pembahasan
44
Simpulan dan Saran
49

6. ANALISIS DAN MITIGASI RISIKO RANTAI PASOK HIJAU PADA
AGROINDUSTRI AYAM RAS PEDAGING
Abstrak
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Metodologi
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
7. PEMBAHASAN UMUM
Risiko Rantai Pasok Hijau pada Agrondustri Ayam Pedaging
Analisis Komparatif Agroindustri Ayam Ras Pedaging
Implikasi Manajerial
8. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

50
50
50
51
53
55
67
68
69
70
71
73
73
74
75
103

DAFTAR TABEL
1 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami
2 Kebutuhan pelaku sistem rantai pasok agroindustri ayam ras
pedaging
3 Aktivitas dan data yang diamati dalam persedian siklus hidup
4 Tujuan, data, metode pengumpulan data dan teknik analisis data
5 Produksi Daging Nasional Tahun 2011-2015* (000 ton)
6 Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2011-2015* (000
ekor)
7 Produksi daging nasional tahun 2007 – 2011 (ton)
8 Penggunaan jagung lokal
9 Inventori data untuk analisis dampak lingkungan dengan
pendekatan LCA
10 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami
11 Rataan parameter kunci keberhasilan usaha peternakan ayam ras
pedaging
12 Dampak lingkungan peternakan dengan satuan fungsional 20 000
ekor
13 Dampak lingkungan pada RPA dengan satuan fungsional 20 000
ekor
14 Dampak lingkungan pada industri pengolahan
15 Hasil valuasi dampak lingkungan dengan satuan fungsional 20
000 ekor
16 Nilai Tambah dan nilai tambah hijau pada setiap pelaku rantai
pasok
17 Hasil identifikasi risiko pada rantai pasok industri ayam ras
pedaging
18 Jenis risiko yang teridentifikasi pada RPA
19 Identifikasi risiko pada industri pengolahan
20 Konsekuensi derajat keparahan risiko pada rantai pasok
21 Hasil akusisi pendapat pakar dalam penilaian tingkat paparan
risiko pada peternak
22 Akusisi pendapat pakar untuk menilai derajat keparahan risiko
pada RPA
23 Akuisisi pendapat pakar untuk penilaian dampak risiko pada
industri ayam olahan
24 Agregasi kriteria untuk derajat keparahan risiko pada peternak
25 Agregasi kriteria untuk RPA
26 Hasil agregasi pakar untuk menilai derajat keparahan risiko pada
peternak
27 Hasil agregasi pakar untuk penilaian derajat keparahan risiko
pada RPA
28 Agregasi kriteria untuk risiko industri ayam olahan
29 Agregasi pakar untuk penilaian derajat keparahan risiko pada
industri ayam olahan
30 Probabilitas risiko dan indeks probabilitas

7
17
19
21
24
24
25
26
41
42
45
46
46
47
48
48
57
57
58
59
59
60
60
61
61
61
62
62
62
63

31 Nilai probabilitas dan indeks probabilitas risiko pada rantai pasok
ayam ras pedaging
32 Hasil penilaian risiko pada rantai pasok industri ayam ras
pedaging

63
64

DAFTAR GAMBAR
1 Rantai pasok sederhana (Vorst et al. 2007)
2 Tahapan LCA
3 Kerangka pemikiran
4 Sistem dan batasan kajian Life Cycle Assessment pada
agroindustri ayam ras pedaging
5 Tahapan perhitungan nilai tambah pada rantai pasok agroindustri
ayam ras pedaging
6 Tahapan proses manajemen risiko rantai pasok (Tummala dan
Schoenherr 2011)
7 Tahapan penyusunan sub model kelembagaan rantai pasok ayam
ras pedaging
8 Struktur rantai pasok industri ayam ras pedaging
9 Proses bisnis pada perusahaan unit pengamatan penelitian
10 Batasan sistem kajian LCA untuk menilai kinerja rantai pasok
hijau pada industri ayam ras pedaging
11 Struktur rantai pasok pada perusahaan
12 Struktur rantai pasok industri ayam ras pedaging
13 Strukturisasi sub-elemen tujuan pengembangan kelembagaan
rantai pasok
14 Strukturisasi kebutuhan pengembangan kelembagaan rantai pasok
Strukturisasi sub-elemen kendala pengembangan kelembagaan
rantai pasok

4
8
15
18
20
21
22
35
36
41
44
55
65
65
66

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Kuisioner yang digunakan pada penelitian ini
81
Produksi daging nasional, populasi ternak ungags, dan kunsumsi daging
nasional
95
Perhitungan Beban Energi
97
Data Input LCA
98
Hierarki, diagram, dan matrik elemen ISM
100

DAFTAR ISTILAH
Istilah
Agroindustri

Asidifikasi

Broiler

Dampak

DOC (Day old
chicken)

Eco-toxicity

Eutrofikasi

FAO

FCR (feed
conversion ratio)

Deskripsi
Kegiatan yang memanfaatkan
hasil pertanian sebagai bahan
baku, merancang, dan
menyediakan peralatan serta jasa
untuk kegiatan tersebut
Pengasaman dianggap sebagai
efek regional. Pengasaman
disebabkan oleh rilis proton dalam
ekosistem darat atau air.
acidifying yang zat hanya
berkontribusi terhadap
pengasaman jika anion tersebut
tercuci dari sistem
Istilah yang digunakan untuk
ayam yang dipelihara dengan
tujuan untuk penggemukan atau
pedaging
Pengaruh kuat yang dapat
mendatangkan akibat (baik positif
ataupun negatif)
Anak ayam yang berumur di
bawah 10 hari yang digunakan
sebagai bibit untuk ternak ayam
ras pedaging
Kemampuan agen kimia atau fisik
memiliki efek buruk pada
lingkungan dan organisme hidup
di dalamnya, seperti ikan, satwa
liar, serangga, tanaman dan
mikroorganisme
Respon ekosistem terhadap
penambahan nutrisi buatan atau
alami, terutama fosfat, melalui
deterjen, pupuk, atau limbah,
untuk sistem akuatik
Food and Agriculture, lembaga
dibawa PBB yang membidangi
bidang pangan dan pertanian
ukuran efisiensi ternak dalam
mengkonversi massa pakan
terhadap pertambahan berat badan
atau diartikan juga sebagai
banyaknya pakan yang
dibutuhkan untuk mendapatkan

Referensi
(Soekartawi 2000)

(Stranddorf,
Hoffmann, Schmidt
2005)

KBBI Online 2016

(Schindler dan
Vallentyne 2004)

Global Warming

Karkas

LCA (Life Cycle
Assassment)

Marinasi

Model
Mortalitas

Nilai Tambah

RPA (Rumah
pemotongan
ayam)

setiap kilogram (Kg) berat hidup
ayam.
Mengacu pada perubahan keadaan
iklim yang dapat diidentifikasi
(misalnya, menggunakan uji
statistik) oleh perubahan dalam
rata-rata dan / atau variabilitas
sifat-sifatnya, dan yang
berlangsung selama jangka waktu
yang panjang, biasanya dekade
Bagian tubuh ternak yang telah
disembelih, dibersihkan, dibuang
kepala, kaki dan organ dalamnya.
Alat untuk menilai potensi
dampak lingkungan dan sumber
daya yang digunakan di seluruh
siklus hidup produk, yaitu, dari
akuisisi bahan baku, melalui
produksi dan fase penggunaan
sampai ke pengelolaan sampah
Proses perendaman makanan di
dalam cairan yang telah dibumbui
(biasanya asam) sebelum dimasak
Representasi dari sistem nyata
Ukuran atau persentase jumlah
kematian (umumnya,) pada suatu
populasi.
Kegiatan atau langkah-langkah
dalam proses yang menambah
atau mengubah suatu produk atau
jasa
Tempat yang digunakan yang
memenuhi persyaratan teknis dan
higienis tertentu serta digunakan
sebagai tempat memotong ayam
untuk kebutuhan konsumsi
masyarakat

(IPCC Fourth
Assesment Report:
Climate Change 2007)

(ISO 2006)

Kamus Bisnis Online
2016

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agroindustri ayam ras pedaging memiliki peran penting dalam pasokan
pangan sumber protein. Kontribusi daging ayam terhadap pola konsumsi protein
hewani masyarakat terus meningkat. Data BPS (2013) menunjukkan bahwa
kntribusi daging ayam dalam pola konsumsi protein hewani asal ternak mencapai
62.4%. Dominannya proporsi konsumsi daging ayam, disebabkan karena
ketersediaannya yang mudah didapat, harga yang relatif terjangkau, kesadaran
konsumsi masyarakat yang makin baik, peningkatan pendapatan dan sifatnya yang
dapat diterima oleh semua lapisan dan segmen masyarakat Indonesia.
FAO (2008) menyatakan bahwa agroindustri ayam ras pedaging
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Di Indonesia, tingginya pertumbuhan
agroindustri ayam ras pedaging dapat dilihat dari peningkatan jumlah populasi
ayam ras pedaging, statistik industri menunjukkan bahwa jumlah populasi ayam
ras pedaging pada tahun 2009 adalah sebesar 1.3 milyar ekor, jauh meningkat dari
populasi awal introduksi ayam ini di tahun 1980-an yang hanya berjumlah 250
000 ekor (Livestock review 2011).
Agroindustri ayam ras pedaging melibatkan banyak pihak yang saling
terkait, yang meliputi perusahaan pembibitan, pabrik pakan ternak, usaha
budidaya ayam ras pedaging, Rumah Pemotongan Ayam (RPA) dan agroindustri
pengolahan berbahan baku daging ayam. Dalam rantai pasok masing-masing
berperan dalam menyediakan bahan baku atau setengah jadi bagi tahapan
berikutnya. Hal ini dipandang sebagai suatu kesatuan sistem rantai pasok.
Berlebihnya tingkat produksi pembibitan dan budidaya menyebabkan
seringkali terjadi kelebihan pasokan yang membuat membuat harga menjadi
tertekan. Hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertumbuhan antara sektor hulu
dalam hal ini usaha pembibitan, pakan ternak dan budidaya dengan sektor hilir
yaitu RPA dan industri olahan berbahan dasar daging ayam. Menurut Ditjennak
(2013) saat ini penjualan daging ayam ras sebagian besar masih dalam bentuk
karkas yang dijual dipasar tradisional. Pengembangan produk bernilai tambah
diharapkan menjadi jalan keluar bagi kelebihan produksi komoditas pertanian yang
bersifat musiman. Nilai tambah dapat ditingkatkan melalui budidaya komoditas
khusus, perubahan bentuk produk, perbaikan pengemasan produk, perubahan cara
pemasaran atau mengembangkan unit usaha baru (Born dan Bachman 2006).
Kajian nilai tambah merupakan aspek yang penting dalam rantai pasok
termasuk rantai pasok pertanian. Beberapa penelitian nilai tambah produk
pertanian dilakukan oleh Marimin et al. (2010) tentang nilai tambah dan kinerja
pada rantai pasok komoditas produk edamame. Astuti (2012) meneliti tentang nilai
tambah pada rantai pasok buah manggis. Meskipun beberapa penelitian tentang
komoditas ayam ras pedaging telah dilakukan, namun kajian nilai tambah pada
rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging belum ada dilakukan.
Banyak usaha pembibitan dan budidaya berimbas pada dampak
lingkungan seperti pencemaran air, tanah dan udara yang dirasakan langsung
maupun tidak langsung oleh masyarakat. Beberapa keluhan disampaikan oleh
masyarakat pada instansi terkait mengenai dampak lingkungan akibat limbah

2
perusahaan pembibitan yang tidak ditangani dengan baik dan mencemari areal
persawahan warga (Poultry Indonesia, 2015). Masalah bau dari kandang sering
menjadi persoalan bagi usaha budidaya ayam ras pedaging , karena dikeluhkan
oleh masyarakat sekitar kandang karena menganggu kenyamanan, meskipun usaha
peternakan lebih dulu berdiri dan sudah mendapatkan ijin dari pihak terkait.
RPA merupakan bagian dari rantai pasok ayam ras pedaging yang
aktifitasnya melakukan pemotongan ayam hidup menjadi karkas, pada tahapan ini
banyak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Sebagian besar proses
pemotongan dilakukan tanpa mengikuti standar hieginitas yang ditetapkan.
Penanganan limbah RPA tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Limbah RPA
merupakan limbah cair dan padat yang dapat mencemari lingkungan dan
kesehatan serta mencemari karkas yang dihasilkan. Abubakar dan Budinuryanto
2003 menyatakan bahwa 83.33 % masih dilakukan di RPA yang tidak berijin dan
tidak menerapkan standar kesehatan masyarakat veteriner serta tidak melakukan
pengolahan limbah.
Mengetahui dampak lingkungan dari suatu rantai pasok, merupakan salah
satu bentuk pengukuran kinerja rantai pasok hijau. Hervani dan Helm (2005)
menyatakan bahwa salah satu tujuan rantai pasok hijau adalah meminimalkan
dampak lingkungan sepanjang rantai pasok. Sedangkan pengukuran kinerja
rantai pasok dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan rantai pasok tersebut.
Hal ini merupakan tantangan bagi agroindustri ayam ras pedaging yang
dihadapkan pada berbagai risiko baik bersumber dari internal maupun eksternal.
Risiko tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap pencapaian tujuan rantai
pasok dan mengurangi nilai tambah sepanjang rantai pasok (Bogataj dan Bogataj
2007). Sehingga menjadi alasan untuk menjadikan manajemen risiko adalah hal
yang penting dalam rantai pasok, terutama juga untuk produk pertanian.
Beberapa kajian yang meneliti tentang aspek manajemen risiko rantai pasok
dalam bidang agroindustri dapat dilihat pada Hadiguna (2010), Suharjito (2011)
dan Saputera (2012).
Daya saing rantai pasok merupakan resultante kinerja dari integrasi semua
pelaku yang ada sepanjang rantai pasok. Dengan demikian proses interaksi dan
kolaborasi setiap anggota rantai pasok menjadi faktor penting dalam mencapai
kinerja rantai pasok. Peningkatan daya saing dapat dilakukan melalui perbaikan
kinerja infrastruktur dan juga kelembagaan, khususnya dalam agroindustri ayam
ras pedaging sebagaimana disampaikan dalam Daryanto (2016).
Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang ingin dijawab
adalah:
1. Bagaimanakah kinerja rantai pasok dengan internalisasi aspek lingkungan
pada agroindustri ayam ras pedaging;
2. Bagaimana nilai tambah rantai pasok dengan internalisasi aspek
lingkungan pada agroindustri ayam ras pedaging;
3. Bagaimana analisis risiko dan rumusan mitigasi rantai pasok pada
agroindustri ayam ras pedaging; dan
4. Bagaimanakah model kelembagaan pada agroindustri ayam ras pedaging.

3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menginternalisasi aspek lingkungan pada rantai pasok agroindustri ayam
ras pedaging;
2. Mengukur kinerja dan nilai tambah rantai pasok agroindustri ayam ras
pedaging dengan internalisasi aspek lingkungan;
3. Mengetahui risiko dan rumusan mitigasi risiko rantai pasok agroindustri
ayam ras pedaging dengan internalisasi aspek lingkungan;
4. Merumuskan model kelembagaan yang mendukung pengembangan rantai
pasok agroindustri ayam ras pedaging dengan internalisasi aspek
lingkungan.

Ruang Lingkup
Untuk memfokuskan bahasan, ruang lingkup penelitian dibatasi menjadi:
1. Tingkatan rantai pasok yang dikaji pada penelitian ini dibatasi mulai dari
tingkatan budidaya hingga tingkatan pengolahan hilir primer, yaitu produk
pangan olahan berbahan dasar daging ayam;
2. Lokasi penelitian untuk pengambilan data utama penelitian adalah di
wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, dengan pertimbangan wilayah ini
memiliki populasi ayam ras pedaging yang besar dan mempunyai
tingkatan rantai pasok yang lengkap.

Kebaruan Penelitian
Kebaruan penelitian ini adalah: (1) internalisasi aspek lingkungan pada
rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging (2) informasi kinerja, nilai tambah
rantai pasok agroindustri, risiko dan mitigasi risiko rantai pasok ayam ras
pedaging dengan internalisasi aspek lingkungan. (3) informasi kelembagaan dan
informasi biaya eksternalitas lingkungan pada rantai pasok agroindustri ayam ras
pedaging.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Rantai Pasok
Istilah sistem rantai pasok selalu erat kaitannya dengan sistem logistik dan
sistem persediaan. Kedua sistem ini sering kali dipertukarkan, sedangkan sistem
persediaan adalah bagian integral dari sistem rantai pasok dan logistik. Meixell
dan Gargeya (2005) menyatakan bahwa logistik adalah sekumpulan sumberdaya
seperti modal, tenaga kerja dan informasi yang dalam penggunaannya dijabarkan
pada proses penerimaan, penanganan, penyimpanan dan pengiriman. Defenisi ini
telah mencakup proses transportasi dan distribusi. Simchi-Levi et al. (2000)
berpendapat bahwa logistik merupakan bagian proses rantai pasok yaitu dalam hal

4
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan secara efektif dan efisien aliran
bahan baku, informasi dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen.
Beberapa ahli pada bidang manajemen rantai pasok telah mendefenisikan
istilah manajemen rantai pasok, diantaranya Vorst et al. (2007) menyatakan
bahwa manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan,
koordinasi seluruh proses dan aktivitas bisnis untuk menyampaikannya kepihak
konsumen untuk memenuhi kepentingan-kepentingan dari pihak yang terlibat
pada sistem tersebut. Simchi-Levi et al. (2000) mendefenisikan manajemen rantai
pasok sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk mengkoordinasikan
beberapa pelaku usaha yang terdiri dari para pemasok, pabrik, gudang, distribusi
sehingga barang-barang yang diproduksi sampai ke pihak konsumen secara efektif
dan efisien.
Christoper (1998) menyatakan bahwa manajemen pantai pasok sebagai
manajemen hubungan dari hulu hingga hilir (pemasok hingga konsumen) dalam
rangka menyampaikan suatu nilai (entitas) secara efektif dan efisien. Secara
keseluruhan manajemen rantai pasok tidak hanya berorientasi kepada urusan
internal perusahaan, tetapi juga mencakup urusan eksternal yang menyangkut
hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner yang dimanifestasikan ke dalam
bentuk kolaborasi dan koordinasi yang saling menguntungkan, dengan kata lain
bahwa semangat pada manajemen rantai pasok adalah tidak dibenarkan adanya
saling mengorbankan kepentingan tiap individu perusahaan yang terlibat (Thomas
dan Griffin 1996; Pujawan 2005).
Manajemen rantai pasok (SCM) adalah pengelolaan jaringan fasilitas yang
memproduksi bahan baku, mengubahnya menjadi produk antara hingga produk
akhir, dan menyampaikannya kepada konsumen melalui sistem distribusi untuk
memenuhi kepuasan konsumen dan memenangkan persaingan (Awad dan Nasar
2010; Cuthbertson 2011; Habib 2010; Jain et al. 2010; Shukla et al. 2011). SCM
juga meliputi koordinasi dan kolaborasi dengan saluran mitra baik pemasok,
perantara, pihak ketiga penyedia jasa dan pelanggan (Mentzer et al. 2001; Mentzer
dan Gundlach 2010). Ilustrasi rantai pasok sederhana disajikan pada Gambar 1.

Penanganan
pascapanen

Pengolahan

Bahan baku

Distribusi dan
logistik

Konsumsi
Aliran barang
Aliran informasi dan dana

Gambar 1 Rantai pasok sederhana (Vorst et al. 2007)
Manajemen rantai pasok hijau merupakan pengembangan kajian dari
manajemen rantai pasok konvesional. Srivastava (2007) menyatakan bahwa
manajemen rantai pasok hijau merupakan integrasi antara konsep manajemen
rantai pasok dan manajemen lingkungan. Dengan demikian pembahasan tentang

5
manajemen rantai pasok hijau tidak dapat dipisahkan dari konsep manajemen
rantai pasok dan manajemen lingkungan.

Kinerja Rantai Pasok
Kebrhasilan rantai pasok dapat dilihat dari kinerjanya. Chopra dan Meidle
(2007) mendefinisikan kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara
keseluruhan rantai pasok tersebut . Sementara Vorst et al. (2007) kinerja rantai
pasok adalah kemampuan rantai pasok tersebut untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dengan mempertimbangkan indikator kinerja kunci yang sesuai pada
waktu dan biaya tertentu.
Sharma dan Bhagwat (2007) menyatakan bahwa kinerja rantai pasok dapat
dilihat dari aspek-aspek beikut :
1. Prosedur dan rencana pemesanan
Indikator ini digunakan untuk mengukur kinerja kegiatan yang terkait dengan
pemesana. Beberapa indikator tersebut adalah metode pemasukan pemasukan
pemesanan , lead time pemesanan, dan urutan pemesanan.
2. Kerjasama rantai pasok dan yang terkait dengannya
Indikator ini digunakan untuk menilai tingkat koordinasi diantara anggota
rantai pasok . Beberapa kriteria untuk indikator ini adalah tingkatan dan
pembagian informasi, biaya inisiatif pembeli dan pedagang, perluasan
kerjasama dalam perbaikan kualitas, serta perluasan pendampingan salam
usaha penyelasaian masalah..
3. Tingkat produksi
Kategori kinerja ini terdiri dari produk dan pelayanan, penggunaan kapasitas
serta efektifitas teknik penjadwalan.
4. Ukuran yang terkait dengan pengiriman
Kategori ini dirancang untuk evaluasi kinerja pengiriman dan biaya distribusi.
5. Pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen
Ukuran ini bertujuan untuk mengintegrasikan spesifikasi konsumen dalam
perancangan, menetapkan dimensi kualitas, serta sebagai umpan balikuntuk
proses pengendalian. Ukuran ini terdiri dari fleksibelitas produk/pelayanan,
ketepatan waktu, dan pelayanan setelah transaksi.
6. Keuangan dan biaya logistik
Indikator ini digunakan untuk menilai kineja finansial dan non-finansial rantai
pasok, seperti biaya asset, pengembalian modal serta biaya persediaa n total.
Gunasekaran et al.(2001) mengkasifikasikan kinerja rantai pasok pada
dimensi strategis, taktis dan operasional. Selain itu juga dapat digunakan untuk
menilai kinerja dari sisi finansial dan non finansial sehingga metode pembiayaan
berdasarkan analisis kegiatan dapat dilaksanakan.
Karaketristik produk pertanian menyebabkan pengukuran kinerja rantai
pasok pertanian memerlukan pendekatan yang berbeda. Aramyan et al. (2006)
mengidentfkasi karaketristik produk pertanian yang spesifik yaitu : (1) daya dan
produk yang singkat dan mudah rusak (2) proses produksi yang memakan waktu
(3) bersifat musiman; (4) sifat-sifat seperti bau, rasa dan sebagainya; (5)
memerlukan perlakuan khusus dalam transportasi dan penyimpanan.;(6) issue

6
keamanan produk dan (7) faktor-faktor alami yang mempengaruhi kualitas dan
jumlah produksi yang dihasilkan.
Aramyan et al. (2006) menyebutkan bahwa terdapat beberapa metode dalam
mengukur kinerja rantai pasok, beberapa teknik terbaik yang telah dikembangkan
dalam mengukur kinerja diantaranya adalah SCOR, Balance Scorecard (BSC),
Multicriteria Analisys, Data Envelopment Analisys (DEA), Actifity Based Costing
(ABC), Economic Value Added dan Life Cycle Analysis (LCA).
Sementara itu Supply Chain Operation Reference (SCOR) menetapkan 2
jenis atribut kinerja yaitu :
1. Kinerja terkait dengan pelanggan yang terdiri dari :
a. Reliabilitas, yaitu kinerja rantai pasok dalam mengirim produk yang benar
ke tempat, waktu dan kondisi dan pengemasan, kuantitas, dokumentasi
serta pelanggan yang tepat
b. Responsiveness, yaitu kecepatan rantai pasok memberikan produk kepada
pelanggan
c. Agility, yaitu kemampuan rantai pasok dalam menanggapi perubahan pasar
untuk memperoleh dan mempertahankan keunggulan bersaingnya.
2. Kinerja yang terkait dengan internal yang terdiri :
a. Biaya, yaitu biaya yang terkaot dengan pengoperasian rantai pasok
b. Pengelolaan asset, yaitu keefektifan organisasi dalam mengelola aset untuk
medukung pemenuhan permintaan. Termasuk pengelolaan modal kerja dan
modal tetap
Beberapa penelitian yang dilakukan terkait dengan pengukuran kinerja rantai
pasok khususnya kinerja rantai pasok pertanian telah dilakukan oleh Bunte (2006),
Arymyan et al. (2006) Marimin et al.(2010), dan Astuti (2012).
Nilai Tambah
Setiap pelaku dalam rantai pasok berkontribusi dalam memberikan nilai
tambah bagi rantai paso (Ritchie dan Briendley 2002). Nilai tambah merupakan
faktor yang penting dalam agroindustri yang berdaya saing. Nilai tambah dapat
dilihat dari perbedaan nilai output dan input atau dengan melihat kontribusi tenaga
kerja dan kontribusi modal (Simatupang 1989; Simatupang dan Purwoto 1990).
Coltrain et al. (2000) mendefinisikan nilai tambah sebagai pertambahan nilai yang
dihasilkan akibat adanya proses pengolahan lebih lanjut pada suatu komoditas.
Sudiyono (2001) mendefinisikan nilai tambah sebagai pengembangan nilai
yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Nilai
tambah juga dinyatakan sebagai besarnya nilai diperoleh dari pengurangan bahan
baku dan bahan input lainnya terhadap poduk yang dihasilkan termasuk tenaga
kerja (Marimin et al. 2010).
Terkait dengan nilai tambah dalam rantai pasok telah dilakukan oleh Gurãu
(2004), Bates et al (2006), Gloy dan Stephenson (2006), Marimin et al. (2010) dan
Hidayat et al. (2012). Astuti (2012). Namun pengukuran nilai tambah tersebut
belum memperhitungkan aspek lingkungan.
Hayami (1987) mengembangkan suatu konsep dan pendekatan dalam
menghitung nilai tambah, konsep ini banyak diadopsi untuk menghitung nilai

7
tambah beberapa komoditas pertanian yang sifatnya semusim. Secara formulasi
nilai tambah dapat dinyatakan seperti pada Persamaan 1.
Nilai tambah = f [K, B , T, U, H, h, L]

(1)

dimana:
K
B
T
U
H
h
L

=
=
=
=
=
=
=

Kapasitas produksi
Bahan Baku yang digunakan
Tenaga Kerja yang digunakan
Upah tenaga kerja
Harga output
harga bahan baku
Nilai input lain

Tahapan perhitungan nialai tambah dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13

14

Variabel
Output, Input, Harga
Output (Kg)
Bahan baku (Kg)
Tenaga kerjalangsung (HOK)
Faktor konversi
Koofisien
tenaga
kerja
langsung
(HOK/Kg)
Harga Output (Rp/Kg)
Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK)
Penerimaan dan keuntungan
Harga bahan baku (Rp/Kg)
Harga input lain (Rp/Kg)
Nilai output (Rp/Kg)
a. Nilai tambah (Rp/Kg)
b. Rasio nilai tambah (%)
a. Pendapatan tenaga kerja langsung
(Rp/Kg)
b. Pangsa tenaga kerja langsung (%)
a. Keuntungan (Rp/Kg)
b. Tingkat keuntungan (%)
Balas jasa pemilik faktor produski
Marjin (Rp/Kg)
a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%)
b. Sumbangan input lain (%)
c. Keuntungan perusahaan (%)

Sumber: Marimin et al. (2010)

Nilai
(1)
(2)
(3)
(4) = (1) / (2)
(5) = (3) / (2)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10) =(4) X (6)
(11a) = (10) – (8) – (9)
(11b) = (11a)/10 x 100
(12a) = (5) x (7)
(12b) = (12a)/(11a)x 100
(13a) = (11a) – (12a)
(13b) = (13a) /(10)x 100
(14) =(10) X (8)
(14a) = (12a) /(14)x 100
(14b) = (9) /(14)x 100
(14c) = (13a) /(14)x 100

8

Perhitungan nilai tambah untuk rantai pasok pertanian dilakukan oleh
Marimin et al. (2010) menghitung nilai tambah pada rantai pasok tanaman
holtikulura, yaitu produk edamame. Astuti (2012) menghitung nilai tambah pada
rantai pasok buah manggis dengan menggunakan pendekatan Hayami.
Selanjutnya, perhitungan nilai tambah pada rantai pasok minyak kelapa sawit,
dilakukan oleh Hidayat (2012). Pada penelitian ini nilai tambah dihitung dengan
menggunakan pendekatan Hayami yang telah dimodifikasi.
Eksternalitas
Eksternalitas adalah efek dari suatu aktifitas ekonomi yang dilakukan suatu
pihak terhadap pihak lain (Rosen 1988). Sementara itu, Nguyen (2012)
menyatakan bahwa salah satu bentuk eksternalitas biaya eksternal. Biaya eksternal
mengacu pada biaya lingkungan, dimana Bickel and Friedrich (2005) menyatakan
biaya eksternal sebagai biaya yang ditimbulkan karena adanya kerusakan
terhadap manusia, sumber daya dan ekosistem. Biasanya eksternalitas ini tidak
dihitung sebagai biaya dalam proses produksi suatu barang (Nguyen et al. 2012).
Beberapa kajian tentang eksternalitas Nguyen dan Ghewala (2008); Wang et al.
(2010) dan Nguyen et al. (2012).
Pengkajian siklus hidup (Life Cycle Assessment-LCA)
Pengkajian siklus hidup atau yang dikenal dengan LCA adalah suatu
pendekatan yang digunakan untuk mengkaji dampak lingkungan yang ditimbulkan
suatu produk atau jasa, mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi,
penggunaan hingga pengelolaan limbahnya (ISO 14044 2006; Finveden et al
2009). Terdapat empat tahapan dalam LCA yaitu: (1) penentuan tujuan dan ruang
lingkup; (2) inventori siklus hidup; (3) pengkajian dampak siklus hidup dan (4)
interpretasi (Gambar 2). Dengan pendekatan LCA ini setiap entitas yang terlibat
sepanjang rantai pasok akan diidentifikasi dalam hal produk yang dihasilkan,
proses yang dilalui, aktivitas transportasi yang terjadi, energi yang digunakan serta
emisi yang dihasilkan (Indrasti dan Fauzi 2009).
4

1

Tujuan dan
ruang lingkup

2

Analisis
persediaan

3

Analisis
dampak

Interpretasi

Gambar 2 Tahapan LCA

9

1. Tahapan penentuan tujuan dan ruang lingkup
Definisi dan ruang lingkup suatu kajian LCA harus dibuat secara transaparan,
obejktif dan Mudah dimengerti (Indrasti dan Fauzi 2009). Tahapan ini
meliputi alasan untuk apa studi LCA tersebut dilakukan, penentuan unit fungsi,
serta batasan sistem.
Penentuan Unit Fungsional
Evaluasi suatu proses produk harus selalu dilaksanakan sehubungan dengan
alternatif. Unit fungsi merupakan standar pengukuran yang dilakukan, dimana
hasil dari kajian LCA nantinya merupakan gabungan dari input, output dari
suatu produk sepanjang siklus hidupnya pada setiap satuan unit fungsi
(Finnveden et al. 2009)
Dalam kajian LCA untuk sistem pertanian terdapat 3 (tiga) dasar perhitungan
unit fungsional yaitu: (1) fungsional unit atas dasar massa (misalnya per kg
produk yang dihasilkan ), fungsional unit atas dasar area (hektar lahan atau
per tahun) dan fungsional unit atas dasar kualitas massa (misalnya per gram
protein)
Batasan Sistem. Batasan sistem perlu ditetapkan untuk membatasi unit-unit
proses apa saja yang akan dimasukkan dalam LCA. Hal ini harus konsisten
dengan tujuan kajian yang sudah ditetapkan (ISO 14044 2006).
2. Analisis persediaan siklus hidup (life cycle inventory)
Adalah tahap identifikasi terhadap seluruh data input dan output terkait sistem
yang dikaji. Dari identifikasi tersebut didapat data-data yang dibutuhkan untuk
mencapai tujaun kajian yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu penilain
dampak dengan menggunakan pendekatan LCA akan sangat ditentukan oleh
data yang dikumpulkan.
3. Analisis dampak
Terdapat beberapa dampak yang dinilai dalam suatu kajian LCA, diantaranya
adalah :
Potensi Pemanasan Global. Dampak ini adalah peningkatan suhu bumi yang
diakibatkan oleh pelepasan gas seperti CO2, Metan dan Nitrogenoksida.
Penggunaan Energi. Mengacu kepada kandungan emerge bahan bakar produk
utama yang diperlukan untuk memproduksi atau menghasilkan kuantitas yang
dapat dipakai atau energi akhir. Biasanya dikelompokkan menjadi sumber
energi yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui.
Potensi Sumber Ozon. Adalah hasil dari emisi zat seperti baahan pelarut
organic, nitrogen dan nitrogen oksida (NOx).
Potensi Pengasaman. Merupakan dampak terjadinya pengasaman tanah yang
akan menyebabkan berbegai gangguan yang terhadap tanaman, diakibatkan
berbagai emisi zat seperti nitrogen oksida (NOx), dan sulfur oksida (SO2).
Udara Beracun. Dampak yang berakibat pada kesehatan manusia dan hewan
melalui unsur udara yang beracun yang akan terhirup melalui campuran
organic dan nitrogen oksida (NOx)
Air Beracun. Dampak berupa kerusakan pada tanaman dan hewan di dalam air
melalui unsure beracun seperti nitrit dan minyak.

10
Eutrofikasi. Gangguan pada kandungan nutrisi dari badan air dan tanah dengan
unsure yang merupakan sumber nutrisi tanaman, terdiri dari nitrat, fosfat,
amonium dan lainnya
Manajemen Risiko Rantai Pasok
Risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai kerusakan yang dikaji
dengan kemungkinan terjadinya disebabkan oleh suatu kejadian dalam sebuah
perusahaan, dalam rantai pasok atau lingkungannya menimbulkan pengaruh
negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari satu perusahaan dalam rantai pasok
(Kersten et al. 2007). Dari definisi tersebut dapat diketahui dua dimensi yang
diperlukan untuk mengkaji risiko yakni kemungkinan terjadinya dan penyebab
kerusakan.
Kombinasi dari dimensi ini sangat bergantung pada tingkah laku individu
terhadap risiko. Oleh karena itu sangat berguna bagi pengkaji risiko praktis untuk
menggunakan suatu matrik representasi kedua dimensi kemungkinan dan
dampaknya. Bagian kedua dari difinisi tersebut berkaitan dengan perbedaan dari
risiko rantai pasok dan risiko bisnis umumnya. Oleh karena itu jangkauan risiko
yang diperkenalkan yang membedakan antara risiko rantai pasok dengan risiko
secara umum. Risiko rantai pasok merupakan risiko yang hanya berpengaruh pada
paling sedikit dua perusahaan dalam rantai pasok. Akan tetapi, tidak dikaitkan
apakah sebuah perusahaan dipengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung
oleh risiko rantai pasok. Jika perusahaan melewatkannya sendiri, kebanyakan
risiko internal pada mitra rantai pasoknya, mitra tersebut terpengaruh secara tidak
langsung oleh risiko ini, dimana berkonsekuensi terjadinya kerusakan. Pengaruh
ini tidak terbatas pada satu tingkat pada rantai pasok. Bahkan perusahaan yang
hanya terpengaruh secara tidak langsung menyebarkan risiko ini pada anggota lain
selanjutnya dalam jaringannya. Perusahaan biasanya tidak dapat menangani risiko
rantai pasok tak langsung karena asal usul dari risiko ini diluar dari jangkauan
penglihatannya. Fenomena ini yang menyebabkan meningkatnya portofolio risiko
rantai pasok disebut dalam literature sebagai penyebab terjadinya kerusakan atau
vulnerability (Suharjito 2011).
Tang (2006) mendifinisikan manajemen risiko rantai pasok sebagai suatu
suatu tindakan yang terkoordinasi diantara seluruh untuk satu tujuan yaitu
keuntungan dan keberlanjutan bisnis. Secara umum manajemen risiko rantai pasok
terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko
(Hallikas et al. 2004). Manajemen risiko rantai pasok merupakan hal mendasar
dalam kegiatan rantai pasok yang bertujuan untuk menghindari atau setidaknya
mengurangi dampak risiko terhadap suatu kegiatan bisnis.
Menurut Hallikas et al. (2004), proses manajemen risiko yang umum
terjadi pada suatu perusahaan terdiri dari empat kegiatan utama, yaitu identifikasi
risiko, pengkajian risiko, pengambilan keputusan dan implementasi pada kegiatan
manajemen resiko serta pengawasan risiko.
1. Identifikasi risiko
Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar
risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Melalui identifikasi risiko
pengambil keputusan risiko dapat memahami tentang kejadian atau fenomena
yang menyebabkan ketidakpastian yang akan terjadi agar dapat mengendalikan

11
risiko secara proaktif. Risiko yang bersifat potensial harus diidentifikasi, jika tidak
akan menimbulkan kesalahan arah dalam manajemen resiko yang mengakibatkan
tidak tepatnya strategi penanggulangan.
2. Pengkajian risiko
Pengkajian risiko meliputi pengukuran risiko rantai pasok secara
kualitatif dan kuantitatif, yaitu mengukur besarnya dampak kerugian yang akan
muncul baik kerugian sosial atau ekonomi dan probabilitas terjadinya risiko
tersebut. Dua metode pengukuran risiko adalah metode pengukuran berdasar
pendapat pakar dan bersifat subjektif, sedangkan metode pengukuran statistik
bersifat lebih objektif. Pengukuran risiko secara statistik berdasarkan pada nilai
rata-rata, tingkat simpangan, tingkat probabilitas, koefisien risiko dan skala risiko.
Penilaian tersebut menghasilkan suatu nilai ukuran Value at Risk (VaR), Inventory
at Risk (IaR) dan Demand at Risk (DaR).
3. Keputusan dan implementasi tindakan manajemen risiko
Tahap ini adalah untuk memilih metode manajemen yang akan digunakan
untuk mencegah atau mengurangi risiko yang akan terjadi baik secara parsial
ataupun menyeluruh, sehingga mampu meminimalkan dampak terhadap risiko
rantai pasok. Metode yang digunakan dalam menanggulangi resiko menurut (Culp
et al. 2001; IRM 2003; Chapman 2006) adalah:
a. Menghindari risiko
Metode ini merupakan cara paling sederhana dalam menghindari
resiko dengan cara tidak mengambil tindakan yang akan berpotensi
terjadinya risiko tersebut.
b. Mitigasi atau eliminasi risiko
Mitigasi merupakan metode yang mengurangi kemungkinan
terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang
dihasilkan oleh suatu risiko.
c. Pengalihan risiko
Memindahkan risiko kepada pihak lain umumnya melalui suatu
asuransi dengan membayar premi yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya risiko tersebut. Selain itu dapat juga dilakukan melalui kontrak
dengan menyediakan kompensasi terhadap seluruh pelaku yang terpengaruh
oleh risiko dan melalui hedging.
d. Penyerapan dan pengumpulan risiko
Ketika risiko tidak dapat dieliminasi dialihkan ataupun dihindari
maka risiko tersebut harus diserap dan dianggap bagian penting dari
aktivitas. Risiko sebaiknya tidak menjadi beban bagi satu aktor saja,
melainkan sebaiknya dapat dikumpulkan ataupun dibagi dengan seluruh
anggota rantai pasok.
4. Pengawasan risiko
Status risiko dapat berubah-ubah sesuai kondisi, sehingga faktor-faktor
risiko harus dimonitor untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih
dan mengidentifikasi adanya risiko baru maupun berubah dari kemungkinan
dan konsekuensinya. Ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan
sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
Sumber risiko dalam