Kapasitas Konsumsi Larva dan Imago Epilachna vigintioctopunctata (Fab.) (Coleoptera: Coccinellidae) pada Inang Terung (Solanum melongena) dan Tomat (Lycopersicum esculentum).

(1)

KAPASITAS KONSUMSI LARVA DAN IMAGO

Epilachna

vigintioctopunctata

(Fab.) (COLEOPTERA: COCCINELLIDAE)

PADA INANG TERUNG (

Solanum melongena

) DAN TOMAT

(

Lycopersicum esculentum

)

YUKE NUR APRILIANTI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

ABSTRAK

YUKE NUR APRILIANTI. Kapasitas Konsumsi Larva dan Imago Epilachna vigintioctopunctata (Fab.) (Coleoptera: Coccinellidae) pada Inang Terung (Solanum melongena) dan Tomat (Lycopersicum esculentum). Dibimbing oleh ENDANG SRI RATNA.

Kumbang hadda Epilachna vigintioctopunctata merupakan hama penting tanaman famili Solanaceae. Kerusakan tanaman sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi daun pada setiap inangnya. Penelitian ini bertujuan membandingkan kemampuan makan E. vigintioctopunctata pada inang terung dan tomat serta pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan larva, ukuran tubuh dan lama stadia instar serta mengamati perilaku bertengger saat makan. Setiap daun pakan diambil

dari tanaman inang berumur dua bulan diujikan terhadap seekor larva E. vigintioctopunctata. Luasan areal kerusakan daun pakan dan panjang tubuh

larva diukur setiap hari hingga imago mati. Perubahan instar dan posisi bertengger serangga pada permukaan daun juga diamati. Rata-rata instar IV dan imago mengkonsumsi pakan terbanyak pada terung, yaitu 190.5 dan 190.8 mm2/hari nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tomat, yaitu 76.40 dan 127.1 mm2/hari. Total luas kerusakan daun selama 17.2 hari periode makan larva dan imago sebesar 2069.1 mm2/ekor pada terung dan 1067.3 mm2/ekor pada tomat. Konsumsi pakan terung memperpendek periode pupa dan memperpanjang lama hidup imago masing-masing menjadi 4 dan 9 hari. Konsumsi pakan yang tinggi oleh larva instar III menghasilkan ukuran larva instar IV yang hampir sama, namun konsumsi lanjut menghasilkan ukuran pupa lebih panjang dan imago lebih pendek pada terung dibandingkan tomat. Laju pertumbuhan tubuh larva 0.5-0.7 mm/hari lebih tinggi pada terung dibandingkan dengan 0.1-0.3 mm/hari pada tomat. Imago cenderung berada di permukaan atas daun, sedangkan larva berada di permukaan bawah daun, baik pada pakan terung maupun tomat. Pada umumnya, E. vigintioctopunctata lebih merusak daun terung dibandingkan daun tomat.

Kata kunci: Epilachna vigintioctopunctata, konsumsi pakan, Solanum melongena, Lycopersicum esculentum, perilaku makan.


(3)

ABSTRACT

YUKE NUR APRILIANTI. The Consumption Capacity of Epilachna vigintioctopunctata (Fab.) (Coleoptera: Coccinellidae) Larvae and Adult on Eggplant (Solanum melongena) and Tomato (Lycopersicum esculentum) Host Plants. Supervised by ENDANG SRI RATNA.

The hadda beetle of Epilachna vigintioctopunctata is an important pest on Solanaceae plants. Crops devoliation are strongly influenced by food consumption pattern on each host plant. The aim of this study is to compare the consumption of E. vigintioctopunctata on eggplant and tomato leaves and its influenced on the acceleration of larval growth rate, the body size, the length of each instars periods, and standing position of the beetles during eating. Each tested leaf was taken from two-month-old host plants and fed to newly hatched instars larvae. The daily leaf areal consumed and the body lengths of insect were measured until the adult died. The changing of instars morph and the position of insect on the leaf surface were also observed. The average rate of food consumption by fourth instar larvae and adult were significantly higher on eggplants 190.5 and 190.8 mm2/days compared with tomatoes 76.40 and 127.1 mm2/days, respectively. The total areas of

damaging leaf within 17.2 days during larval and adult feeding stage were 2069.1 mm2/insect on eggplants and 1067.3 mm2/insect on tomatoes. Food

consumption on the eggplant shortened the length of the pupal period and increased the longevity of adult to become 4 and 9 days, respectively. Highly food consumption by the third instar larvae almost produced the same size of the next fourth instar, further consumption caused the lengthened of pupal size and the shortened of adult on the eggplant compared with tomato. The growth rate of larval body size was 0.5-0.7 mm/day on eggplants significantly higher than tomatoes was 0.1-0.3 mm/day. The adult beetles tend to stay on the upper surface, while the larvae prefer on the lower surface of both eggplant and tomato leaves. In general, E. vigintioctopunctata devastated more on the eggplant than tomato leaves.

Key words: Epilachna vigintioctopunctata, food consumption, Solanum melongena, Lycopersicum esculentum, feeding behaviour.


(4)

KAPASITAS KONSUMSI LARVA DAN IMAGO

Epilachna

vigintioctopunctata

(Fab.) (COLEOPTERA: COCCINELLIDAE)

PADA INANG TERUNG (

Solanum melongena

) DAN TOMAT

(

Lycopersicum esculentum

)

YUKE NUR APRILIANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Kapasitas Konsumsi Larva dan Imago Epilachna vigintioctopunctata (Fab.) (Coleoptera: Coccinellidae) pada Inang Terung (Solanum melongena) dan Tomat (Lycopersicum esculentum).

Nama : Yuke Nur Aprilianti

NIM : A34080071

Disetujui oleh

Endang Sri Ratna Ph.D. Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih M.Si. Ketua Departemen


(6)

PRAKATA

Pujis syukur ke hadlirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan taufik, rahmah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan dengan membawa pancaran cahaya pengetahuan dan kebenaran, sehingga pada detik ini kami masih mampu mengarungi hidup dan kehidupan yang berlandaskan iman dan islam.

Seiring dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan tanpa batas kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk serta motivasi dalam proses penyusunan skripsi, antara lain:

1. Endang Sri Ratna Ph.D., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keihklasan berbagi ilmu pengetahuan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Supramana M.Si. dan Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat M.Si. selaku dosen penguji tamu dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan masukan serta saran.

3. Kepala Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga IPB Bogor, Ir. Djoko Prijono M.Agr.Sc. yang telah memfasilitasi kelancaran proses penelitian.

4. Ayah dan Ibunda tercinta terimakasih sebesar-besarnya atas setiap tetes keringat dan air mata yang tercurahkan semata-mata hanya untuk keberhasilan anaknya, serta keluarga besar yang telah memberikan motivasi, do’a serta dukungannya sampai skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Agus Sudrajat, bapak Dede Sukaryana, bapak Saodik, bapak Karto

yang telah membantu dalam kelancaran penyediaan tempat, bahan penelitian dan pustaka skripsi.

6. Rekan kerja di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Eka Chandra Lina, M.Si., Herma Amalia, M.Si., Anita Widyawati, SP., Yunian Asih Andriyarini, SP., Miranti Christi Arifin, SP., Rizky Irawan, SP., Yan Yanuar, SP., Dian Fitria, SP., Elsa Dwi Juliana SP. sebagai teman sharing dan berbagi informasi dalam proses penelitian.

7. Kepada seluruh teman seperjuangan mahasiswa angkatan 45 Departemen Proteksi Tanaman IPB Bogor. Semua musim pasti berlalu kita pasti dapat menuai hasil terbaik dengan kejujuran dan semangat yang tinggi.

Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain dari do’a, dan rasa syukur semoga apa yang telah diberikan menjadi amal yang diterima di sisi Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Amin.

Bogor, Februari 2013 Yuke Nur Aprilianti


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

BAHAN DAN METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Perbanyakan Tanaman Pakan 5

Perbanyakan Kumbang E. vigintioctopunctata 5 Uji Perilaku Makan E. vigintioctopunctata pada Terung dan Tomat 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Tingkat Kemampuan Makan E. vigintioctopunctata pada inang

Terung (S. melongena) dan Tomat (L. esculentum) 8 Laju Pertumbuhan Larva Perlakuan Pakan Terung dan Tomat 11 Preferensi Kumbang Bertengger Saat Makan pada Pakan Terung dan

Tomat 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 19


(8)

DAFTAR TABEL

1 Konsumsi pakan harian E. vigintioctopunctata pada inang terung dan

tomat 9

2 Tingkat kerusakan daun selama stadia perkembangan pradewasa dan

imago E. vigintioctopunctata 11

3 Ukuran tubuh dan laju pertumbuhan larva dan imago E. vigintioctopunctata terhadap inang terung dan tomat. 12

DAFTAR GAMBAR

1 Rerata konsumsi harian sepanjang hidup E. vigintioctopunctata pada

inang terung dan tomat. 9

2 Persentase posisi bertengger kumbang E. vigintioctopunctata saat makan

pada pakan terung dan tomat. 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji T (α = 0.05) terhadap konsumsi pakan harian larva dan imago E. vigintiocopunctata pada inang terung dan tomat. 21 2 Hasil uji T (α = 0.05) terhadap jumlah luas kerusakan daun selama hidup

kumbang E. vigintioctopunctata pada inang terung dan tomat. 21 3 Hasil uji T (α = 0.05) terhadap Laju pertambahan ukuran panjang tubuh

pada inang terung dan tomat. 22

4 Posisi bertengger kumbang E. vigintioctopunctata saat makan pada inang

terung dan tomat. 22

5 Laju pertumbuhan instar kumbang E. vigintioctopunctata pada inang

terung. 23 6 Laju pertumbuhan instar kumbang E. vigintioctopunctata pada inang


(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Coleoptera merupakan kelompok ordo serangga dengan jumlah spesies terbesar dan banyak di antara anggotanya sebagai perusak tanaman (Richards et al. 1997). Genus Epilachna diketahui hidup pada inang famili Cucurbitaceae, Solanaceae, dan Leguminaceae di daerah tropik dan semitropik (Kalshoven 1981; CAB International 2007; Richards 1983). Beberapa anggota spesies dari genus ini merusak tanaman budidaya seperti spesies Epilachna vigintioctopunctata pada

terung (Solanum melongena), tomat (Lycopersicum esculentum), dan kentang (S. tuberossum), E. dodecastigma pada kentang, E. septima pada paria

(Momordica charantia), dan E. varivestis pada kacang tunggak (Phaseolus spp.) dan kedelai (Glycine max) (Alam 1969, Aldred et al. 1980; Kalshoven 1981; Rajagopal dan Trivedi 1989; Katakura et al. 2001, Azwana dan Hasyim 2004).

Kumbang Epilachna sp. aktif makan pada pagi dan sore hari, kemudian terjadi penurunan makan dengan cepat pada waktu tengah hari dan setelah tengah

malam (Tilavov 1981; Abdullah dan Abdullah 2009). Di lapang, kumbang E. indica memiliki aktivitas makan 34%, berjalan 47%, terbang 1%, dan kawin

18% pada inang leunca S. nigrum. Kumbang aktif terbang namun perpindahannya bergerak lambat. Di lapang, kerusakan yang diakibatkan oleh larva maupun imago E. vigintioctopunctata berupa kehilangan bagian daun tanaman kentang dapat mencapai 80%, sehingga menyebabkan kerugian hasil panen 10-20%, sedangkan kerusakan oleh E. septima mencapai 10-35% pada paria.

E. vigintioctopunctata merupakan salah satu anggota spesies penting dari famili Coccinellidae, subfamili Epilachninae genus Epilachna. Persebaran kumbang ini meliputi daerah Jepang hingga ke Asia Tenggara dan Australia. Tubuh berukuran 5-8 mm, berbentuk cembung di bagian dorsal dan rata di bagian ventral dengan kepala sebagian tersembunyi di bawah pronotum. Elitra berwarna coklat kekuningan yang permukaannya ditutupi oleh rambut-rambut halus pendek (Fabricius 2000). Elitra kumbang ini memiliki variasi spot berwarna hitam berjumlah antara 12 dan 28, namun forma yang umum ditemukan adalah 26 spot. Elitra tersebut pada awalnya berwarna kuning merata saat pupa berganti kulit menjadi imago, selanjutnya spot hitam muncul dan berkembang kurang lebih 6-12 jam kemudian.

Di India, kumbang E. vigintioctopunctata dilaporkan menimbulkan kerusakan cukup serius pada tanaman golongan Solanaceae, namun hama ini dapat juga ditemukan pada tanaman Cucurbitaceae (Alam 1969). Di Indonesia, larva dapat hidup memakan tanaman cucurbit namun pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan siklus hidupnya (Richards 1983). Di Pakistan, kumbang dapat ditemukan di semua tempat dan jenis tanaman inang tumbuh dengan tingkat kepadatan populasi yang bervariasi (Naz et al. 2012).

Populasi kumbang E. vigintioctopunctata di beberapa daerah di India mulai banyak ditemukan bulan April hingga pertengahan bulan Oktober dan populasi tertinggi tercatat selama pertengahan bulan September. Fluktuasi populasi hama ini bergantung pada siklus hidup dan fekunditi kumbang yang dipengaruhi oleh


(10)

26.7 hari terjadi pada bulan Juni hingga Juli dan siklus terpanjang 33.5 hari pada bulan September, namun fekunditas telur tertinggi ditemukan pada bulan Maret hingga April. Suhu maksimum, minimum, dan kelembaban relatif saat populasi tertinggi berturut-turut yaitu 27.6±0.9 ºC, 19.6±0.5 ºC dan 75.5±13.4 %. Suhu dan kelembaban tinggi yang terjadi selama bulan Juli hingga September dapat memperpendek siklus hidup dan meningkatkan fekunditas, sehingga mempercepat perbanyakan generasi hama dan menghasilkan tingkat populasi tertinggi. Hal ini mengakibatkan kerugian hasil yang berarti selama periode tersebut (Gosh dan Senapati 2001). Di Indonesia, umumnya kumbang meletakkan telur pada bulan November, dan kerusakan tanaman mulai tampak pada akhir bulan Desember hingga pertengahan Januari apabila tidak terjadi banyak hujan lebat berturut-turut selama periode tersebut. Populasi generasi berikutnya biasanya rendah dan terjadi peningkatan kembali saat musin hujan telah berlalu sekitar bulan Mei sampai Juni. Populasi kumbang muncul kembali dalam jumlah banyak pada akhir bulan Juli dan peledakan populasi sering terjadi pada bulan Juli dan Agustus (Nakamura et al. 1988; Kalshoven 1981).

Populasi hama juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Populasi kumbang Epilachna biasanya rendah di awal musim hujan akibat serangga kekurangan makanan pada musim sebelumnya yaitu saat kemarau. Saat musim hujan tiba, makanan cukup tersedia, sehingga populasinya meningkat dan serangan kumbang ini menimbulkan kerusakan tanaman cukup berarti (Kalshoven 1981; Abbas et al. 1988). Iklim kering dan musim kemarau dapat menyebabkan perubahan dan penurunan kualitas tumbuhan, sehingga menimbulkan perubahan perilaku kumbang (Cammell and Knight 1992). Menurut Kahono (2006), pada musim kemarau, kumbang E. vigintioctopunctata berperilaku makan yang tidak lazim yaitu membuat lubang pada buah terung sampai kedalaman ± 1.5 cm dan beberapa individu tinggal di dalam buah pada siang hari, yaitu sekitar pukul 14:00.

Kesesuaian inang serangga juga bergantung pada seleksi makan dan perilaku makan serangga. Spesifisitas tanaman inang meluas pada genus Epilachna sp. Tingkat konsumsi larva pada pemberian pakan daun tanaman inang tertentu dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti faktor fisik dan fisiologi tanaman serta rangsangan bahan kimia yang terkandung di dalam jaringan tanaman inang (Jones et al. 1981). Menurut Chapman dan Bernays (1989), seleksi tanaman inang diperankan oleh adanya asosiasi peranan bahan kimia pada permukaan daun dan kesesuaian tanaman yang memberikan proses pembelajaran bagi serangga fitofag, walaupun pada kasus tertentu menunjukkan bahwa asosiasi tersebut merupakan respon bawaan pada serangga. Kahono (2006) menyatakan bahwa di daerah beriklim tropis kering, E. vigintioctopunctata melakukan seleksi terhadap jenis inangnya di alam. Sebagian besar jenis tumbuhan inang yang dipilih kumbang ini adalah herba berumur 1.5 tahun. Pemilihan inang juga dipengaruhi oleh perubahan komposisi tanaman dan musim. Menurut Vickery dan Vickery (1981) senyawa kimia volatil yang tersebar di udara sekitar tanaman inang diduga membawa informasi sebagai atraktan bagi serangga yang akan mendekati tanaman tersebut. Pemilihan ini melibatkan proses sistem syaraf pusat yang sesuai dengan memori internal dari serangga tersebut (Dethier et al. 1960; Schoonhoven et al. 2005). Senyawa tanin banyak terkandung di dalam tanaman yang umumnya bersifat sebagai penolak makan bagi serangga pemakan


(11)

tumbuhan. Kadar senyawa tanin dalam tanaman usia muda lebih banyak dibandingkan pada tanaman tua (Nurliana 2006). Richards dan Filewood (1990) menyatakan bahwa preferensi makan E. vigintioctopunctata tidak hanya dipengaruhi oleh bau dan rasa tanaman yang berasal dari kandungan senyawa kimia sekunder tanaman, melainkan ketebalan daun termasuk lapisan jaringan parenchymatous, proporsi serat kasar jaringan tanaman, serta kadar air daun yang komposisinya dipengaruhi oleh variasi umur tanaman inang. Jumlah trikhoma daun diduga mempengaruhi preferensi makan serangga. Menurut Leite et al. (2011) rendahnya kerapatan jumlah trikhoma daun terung dapat menarik serangga Bemisia tabaci, Hortensia similis, Epitrix sp. untuk berkunjung lebih banyak yang diduga merupakan habitat yang disukai oleh serangga tersebut.

Bahan pakan diperlukan serangga untuk hidup, beraktivitas, tumbuh, berkembang dan meneruskan keturunannya. Kualitas dan kuantitas nutrisi pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan juga reproduksi serangga (Maurice and Kumar 2012; Scriber and Slansky 1981). Sebagai contoh serangga pada fase larva instar awal membutuhkan kandungan nitrogen yang tinggi dibandingkan instar akhir (Chapman 1998). Pada serangga holometabola, protein dalam bentuk spesifik disintesis oleh sel badan lemak selama instar akhir dan disimpan dalam bentuk cadangan makanan pada fase pupa yang tidak melakukan aktivitas makan. Protein tersebut dimetabolisme kembali dan diakumulasikan dalam hemolimfa sebagai sumber asam amino yang diperlukan dalam proses metamorphosis menjadi imago (Gullans dan Cranston 2000). Pada fase imago, terutama betina membutuhkan sumber protein dalam jumlah relatif banyak untuk pertumbuhan organ reproduksi, perkembangan dan pematangan telur. Keberhasilan proses metamorphosis maupun reproduksi tersebut ditunjang oleh keberhasilan kinerja hormon juvenile dan ekdison yang pembentukannya juga dipengaruhi kualitas maupun kuantitas nutrisi pakan (Nation 2001).

Komposisi dan kualitas nutrisi yang terkandung di dalam setiap tanaman pakan serangga seringkali bervariasi, karena di dalam pembentukannya dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan (Behmer 2006). Oleh karena itu, setiap individu spesies termasuk kumbang E. vigintioctopunctata memiliki kemampuan tertentu untuk mendapatkan nutrisinya melalui perilaku makan. Perilaku makan ini dapat berimbas pada tingkat kerusakan tanaman, sehingga menurunkan produksi tanaman budi daya dan berpotensi menjadi hama. Perilaku makan juga berpengaruh terhadap perkembangan biologi serta reproduksi kumbang yang secara tidak langsung menentukan kecepatan pertumbuhan serta fluktuasi populasinya di lapangan. Kesesuaian inang melalui perbandingan perilaku makan larva dan imago E. vigintioctopunctata terhadap laju kerusakan tanaman pada inang tanaman terung dan tomat belum pernah dilaporkan sehingga perlu diteliti.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kemampuan makan E. vigintioctopunctata pada inang terung dan tomat serta pengaruhnya terhadap

laju pertumbuhan larva, ukuran tubuh dan lama stadia instar serta mengamati perilaku bertengger saat makan.

Manfaat Penelitian

Informasi hasil penelitian tentang tingkat kemampuan makan, posisi saat makan, serta laju pertumbuhan larva E. vigintioctopunctata diharapkan dapat


(12)

membantu meramalkan potensi kerusakan daun tanaman yang ditimbulkan oleh E. vigintioctopunctata pada dua jenis inang yang berbeda. Informasi ini

bermanfaat dalam membantu pengendalian serangan hama E. vigintioctopunctata secara dini oleh petani di lapang.


(13)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), dari Juni sampai September 2012.

Perbanyakan Tanaman Pakan

Benih tomat varietas ‘Karina’ dan terung varietas ‘mustang’ disemai pada masing-masing nampan berisi media tanam. Setiap bibit berumur kira-kira 10 -14 hari yang telah memiliki 3-4 helai daun dipindahkan ke dalam polybag plastik berukuran 30 x 30 cm dan dipelihara tanpa pemberian pestisida di laboratorium. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari. Daun yang berasal dari tanaman yang sudah berumur dua bulan digunakan sebagai pakan uji. Sebagian tanaman terung tambahan diambil dari pertanaman petani di lapang dari bibit yang sudah berumur ± 3 bulan. Bibit terung tersebut dipindahkan ke polybag dan dipelihara di laboratorioum. Pemeliharaan tanaman terung maupun tomat meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma, dan pengendalian hama cara mekanis dilakukan sebaik-baiknya untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman dalam mencukupi stok sediaan daun pakan maupun daun perlakuan.

Perbanyakan Kumbang E. vigintioctopunctata

Kumbang uji E. vigintioctopunctata yang digunakan pada percobaan ini adalah generasi F1 hasil perbanyakan di laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga IPB. Pemeliharaan awal dilakukan dengan mengoleksi imago dari lahan pertanaman terung petani di lapang di sekitar kampus IPB. Pasangan imago betina dan jantan yang sedang berkopulasi pada tanaman terung dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium. Setiap pasangan kumbang tersebut dipindahkan ke dalam kurungan plastik berbentuk silinder dan berventilasi, berdiameter 8 cm dan tinggi 10 cm yang dilengkapi daun terung sebagai pakan sekaligus media peletakkan telur. Pasangan kumbang ini dipelihara selama 24 jam di dalam kurungan untuk mendapatkan telur yang berumur seragam. Telur yang diletakkan dalam waktu bersamaan tersebut dikumpulkan, kemudian imago dipasangkan kembali dengan mengganti daun baru. Pengambilan telur tersebut diulang setiap hari sampai diperoleh jumlah larva uji yang cukup. Pemeliharaan kumbang di laboratorium dilakukan pada suhu berkisar antara 26-28 °C dan kelembaban nisbi ruangan berkisar antara 85-87%. Telur yang diletakkan dalam waktu bersamaan dikelompokkan berdasarkan hari pemanenan, kemudian dipelihara hingga menetas menjadi larva. Sediaan larva tersebut siap digunakan untuk bahan pengujian.


(14)

Uji Perilaku Makan E. vigintioctopunctata pada Terung dan Tomat

Pengujian perilaku makan kumbang pada percobaan ini meliputi kemampuan makan kumbang selama stadia larva dan imago, pengaruh perlakuan pakan terhadap laju pertumbuhan serangga, dan preferensi kumbang bertengger saat makan.

Setiap larva instar awal E. vigintioctopunctata berasal dari telur yang baru menetas dipindahkan ke dalam kurungan plastik silinder berukuran sama seperti di atas. Larva tersebut masing-masing diberi perlakuan pakan sehelai daun terung dan 3-4 helai daun tomat, lalu dibiarkan selama 24 jam. Setiap perlakuan diulang 10 kali dan diberi label. Setiap daun perlakuan yang telah digerigiti oleh serangga diambil dari kurungan, kemudian diberi label dan digantikan dengan daun baru. Penggantian daun dilakukan setiap hari mulai larva instar awal hingga terbentuk pupa. Pupa dibiarkan melekat pada daun tanpa dilakukan penggantian daun hingga berganti kulit menjadi imago. Perlakuan pakan dilanjutkan saat imago baru eklosi hingga imago mati dengan cara yang sama seperti di atas. Selanjutnya, luasan batas lubang sisa gerigitan larva maupun imago pada setiap helaian daun perlakuan diukur dengan menggunakan kertas milimeter blok. Pengamatan kerusakan daun ini dihitung setiap hari mulai hari pertama pengukuran daun hingga imago mati. Di dalam perlakuan yang sama pada percobaan ini dilakukan serial pengamatan waktu pergantian kulit dan metamorfosis, sehingga periode perkembangan instar pradewasa dan imago terukur.

Konsumsi harian setiap individu larva maupun imago dinyatakan dengan

rumus:

KH = Σ LKDH

n

Keterangan:

KH = Konsumsi harian (mm2/ekor)

LKDH = Luas kerusakan daun harian (mm2/hari)

n = Jumlah individu kumbang yang mengonsumsi daun setiap hari (ekor)

Total kapasitas konsumsi makan kumbang selama hidup larva dan imago dihitung dengan rumus sebagai berikut:

TK = Σ [(LKDLn+ ...+ LKDLn+1) + LKDI] Keterangan:

TK = Total konsumsi pakan (mm2/ekor)

LKDLn = Luasan kerusakan daun selama periode larva LKDI = Luasan kerusakan daun selama periode imago

Laju pertumbuhan larva diamati dengan mengukur dan mencatat panjang tubuh larva setiap hari. Pengukuran awal tubuh larva instar 1 dilakukan pada hari pertama ditetaskan dari telur. Pengukuran tubuh selanjutnya dilakukan setiap hari dengan memisahkan larva saat penggantian pakan. Pengukuran tubuh ini dilakukan dibawah kaca pembesar dengan menggunakan penggaris. Larva yang sudah diukur dipindahkan kembali kedalam wadah perlakuan yang sudah berisi


(15)

daun pakan baru. Pertumbuhan serangga diamati dengan mengukur panjang tubuh larva setiap hari hingga terbentuk imago (Lampiran 5 dan 6).

Laju pertumbuhan instar serangga dihitung dengan cara:

An - A(n-1) B(n-1) Keterangan:

Cn = Laju pertambahan ukuran tubuh instar ke-n (mm/hari) An = Panjang tubuh larva instar ken (mm)

An-1 = Panjang ukuran tubuh instar ken-1 (mm) Bn-1 = Lama stadia instar ken-1 (hari)

Bersamaan dengan pengamatan tingkat konsumsi makan, maka perilaku serangga bertengger saat makan baik yang berada di permukaan atas maupun di bawah perlakuan daun di catat. Persentase preferensi bertengger kumbang pada setiap stadia larva dan imago dihitung dengan rumus:

n

T

Keterangan:

PK = persentase posisi kumbang bertengger (%)

n = jumlah individu kumbang yang berada di permukaan atas atau bawah daun (ekor)

T = jumlah total individu kumbang (ekor)

Cn  = 


(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kemampuan Makan E. vigintioctopunctata pada inang Terung (S. melongena) dan Tomat (L. esculentum)

Kemampuan serangga mengkonsumsi pakan daun terung dan tomat selama perkembangan dan pertumbuhan kumbang E. vigintioctopunctata ditunjukkan pada Gambar 1. Pada instar awal, yaitu larva instar 1 yang baru keluar dari telur, kerusakan daun masih rendah, semakin lama meningkat dengan bertambahnya fase pertumbuhan larva hingga instar IV. Kegiatan makan berhenti pada fase prapupa dan pupa, kemudian imago yang baru eklosi memulai aktivitas makan kembali hingga imago mati. Pada setiap fase larva dan juga imago terdapat puncak konsumsi per hari per serangga pada terung dan tomat, berturut-turut yaitu instar I pada hari ke-1 sebesar 26.3 dan 14.2 mm2, instar II pada hari 2 dan ke-3 sebesar ke-39.8 dan 24.7 mm2, instar III pada hari ke-2 dan ke-5 sebesar 92.1 dan 101.8 mm2, instar IV pada hari ke-3 dan ke-4 sebesar 318.9 dan 132 mm2, dan puncak konsumsi fase imago pada hari ke-3 sebesar 286.4 dan 136 mm2. Penurunan konsumsi larva memberikan ciri khas terjadi setiap kali menjelang memasuki proses ganti kulit untuk memasuki instar berikutnya. Berkurangnya aktivitas makan ini diduga berkaitan dengan penurunan volume hemolimfa untuk keperluan proses ganti kulit (Chapman 1998). Hemolimfa berisi nutrisi, mineral, logam dan juga air. Cairan hemolimfa dalam tubuh serangga berfungsi sebagai cadangan simpanan air untuk menjaga tingkat kadar air dalam jaringan stabil. Air tersebut akan berpindah kedalam sistem pencernaan saat penyusunan kutikula baru yang akan menggantikan kutikula lama (Chapman 1998).

Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa perlakuan pakan daun terung menyebabkan pergantian kulit larva E. vigintioctopunctata relatif lebih cepat dibandingkan dengan daun tomat, sehingga lama stadia larva dan prapupa menjadi lebih singkat. Dengan demikian terjadi kecenderungan bahwa terung merupakan inang yang relatif lebih baik bagi perkembangan dan pertumbuhan larva E. vigintioctopunctata. Perilaku makan pada fase larva ini selanjutnya merefleksikan waktu perkembangan pupa yang lebih pendek dan stadium imago lebih panjang, yaitu 4 dan 9 hari pada daun terung dibandingkan 6 dan 5 hari pada daun tomat. Lama stadia larva ini diduga berkaitan dengan banyaknya pakan yang dikonsumsi. Kebutuhan pakan yang dikonsumsi kumbang di dalam setiap tahap pertumbuhan serta penyelesaian masa hidupnya dinyatakan dengan dengan luasan kerusakan daun pakan yang dikonsumsi oleh setiap individu instar per hari. Rata-rata konsumsi harian kumbang E. vigintioctopunctata pada instar awal umumnya masih rendah baik pada pakan daun terung maupun tomat sebesar 20.4 dan 12.67 mm2 dan makin lama bertambah seiring dengan pertambahan instar (Tabel 1 dan Lampiran 1). Konsumsi pakan nyata tertinggi dicapai oleh larva

instar IV baik pada daun terung maupun tomat sebesar 190.5 dan 76.4 mm2 dibandingkan instar sebelumnya yaitu instar I hingga III. Apabila dibandingkan dengan imago, perilaku konsumsi larva instar IV ini tidak berbeda nyata pada daun terung, yaitu sebesar 190.8 mm2, namun berbeda nyata pada daun tomat sebesar 112.3 mm2. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas makan larva tertinggi nyata dijumpai pada larva instar akhir dan imago. Namun secara umum, tingkat kemampuan makan


(17)

Gambar 1 Rerata konsumsi harian sepanjang hidup E. vigintioctopunctata pada inang terung dan tomat.

Tabel 1 Konsumsi pakan harian E. vigintioctopunctata pada inang terung dan tomat

Fase serangga Luas kerusakan daun (mm 2

/ekor/hari) a nb Terung nb Tomat Larva instar I 20 20.40aA 21 12.67aB Larva instar II 26 26.85aA 25 16.48aB Larva instar III 30 66.47aA 31 32.35aB Larva instar IV 41 190.51bA 52 76.40bB

Imago 41 190.83bA 24 127.12cB

a

Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α=0.05) dan angka rerata yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf nyata (α=0.05).

b

n = jumlah seranggga yang melakukan aktivitas makan (ekor).

kumbang pada setiap tahapan instar cenderung lebih besar pada daun terung dibandingkan daun tomat, walaupun hal ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Tingkat konsumsi larva instar IV E. vigintioctopunctata yang tinggi pada terung diduga diperlukan untuk menghasilkan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sediaan cadangan makanan dalam memasuki fase pupa yang berumur pendek dan menjelang fase peneluran imago yang lebih panjang. Pada pupa, cadangan makanan digunakan sebagai sumber energi dan bahan pembentuk tubuh yang diperlukan untuk proses morfogenesis saat metamorfosis menjadi imago (Nation 2001). Begitu pula, imago betina umumnya membutuhkan protein untuk perkembangan alat reproduksi serta pematangan telur. Namun, menurut Hossain et al. (2009), tanaman inang tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada tingkat penetasan telur. Menurut Jones et al. (1981), nutrisi bahan kimia tanaman bukan satu-satunya kebutuhan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga. Faktor fisik dan fisiologi tanaman


(18)

serta bahan kimia yang terkandung di dalam jaringan tanaman inang dapat merangsang pola perilaku makan serangga. Menurut Richards dan Filewood (1990) menyatakan bahwa preferensi makanan E. vigintioctopunctata dipengaruhi oleh bau, rasa, dan usia dari tanaman inang dan juga oleh ketebalan daun, proporsi serat kasar, jaringan parenchymatous dan kadar air. Alomon pada tanaman seperti komponen alkaloid glikosida merupakan senyawa penolak makan atau antifeedant yang dihasilkan oleh individu spesies tanaman yang mempengaruhi perilaku atau fisiologi dari individu spesies herbivora tertentu (McFarlane 1985). Kandungan senyawa alomon yang relatif lebih kecil pada daun terung, diduga mendorong kecenderungan lebih banyak makan dibandingkan pada daun tomat. Daun tomat mengandung senyawa glikoalkaloid, disebut tomatin sebesar 3500 mg/kg bobot

kering, sedangkan daun terung mengandung senyawa solasodin sebesar 0-1000 mg/kg bobot kering (Barceloux 2008). Pada daun muda, kandungan

senyawa tomatin, solasodin lebih kaya dibandingkan daun tua dan senyawa tersebut akan meningkat seiring dengan pertambahan usia tanaman (Hottesman et

al. 2005). Jumlah trikoma daun diduga mempengaruhi perilaku makan E. vigintioctopunctata. Menurut Leite et al. (2011), kerapatan jumlah trikoma

daun terung rata-rata 5 trikoma/mm2 lebih sedikit dibandingkan dengan tomat 19 buah trikoma/mm2.

Konsumsi pakan harian mempengaruhi jumlah konsumsi pakan pada setiap instar dan pada akhirnya mempengaruhi total jumlah konsumsi selama hidup kumbang E. vigintioctopunctata. Pemberian pakan daun terung dan daun tomat menghasilkan variasi kerusakan tanaman, periode makan dalam setiap stadia instar. Tabel 2 dan Lampiran 2 menunjukkan bahwa total kerusakan daun terendah terjadi saat larva instar I, kemudian meningkat secara bertahap dan mencapai tertinggi saat larva instar IV. Tidak ada kerusakan pada periode prapupa dan pupa, kemudian aktivitas makan dimulai kembali saat imago dan menghasilkan kerusakan pakan tertinggi dari seluruh stadia yang ada. Jumlah total luas daun yang dimakan oleh larva instar I dan II tidak berbeda nyata antara terung dan tomat yang dicapai pada periode makan yang sama yaitu 2.1-3 hari. Berbeda halnya pada instar III, kerusakan daun pada terung nyata lebih tinggi dibandingkan tomat pada periode makan yang sama yaitu 3-3.1 hari. Kerusakan daun oleh larva instar IV meningkat kembali yang jumlahnya sangat nyata tiga kali lebih besar, yaitu 781 mm2 pada terung dengan periode makan yang relatif lebih pendek dibandingkan tomat, yaitu 397.3 mm2. Dari seluruh stadia ditunjukkan bahwa kerusakan paling tinggi oleh imago terjadi pada terung yang juga nyata dua kali lebih tinggi, yaitu 978 mm2 dengan periode makan yang lebih lama dibandingkan kerusakan pada tomat, yaitu 508.5 mm2. Perbandingan jumlah total kerusakan daun selama satu periode hidup lebih tinggi pada pakan terung dibandingkan tomat berturut-turut, yaitu 2069.1 dan 1067.3 mm2/serangga dengan periode makan yang sama yaitu 17.2 hari. Kontribusi kerusakan terbesar terjadi pada periode larva instar IV dan imago. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan tanaman terbesar terjadi pada pakan terung yang lebih diperankan oleh kedua instar tersebut. Keadaan ini hampir sama dengan pernyataan yang diuraikan Patel dan Purohit (2000), bahwa pakan terung dan tomat tidak mempengaruhi periode larva dan pupa E. vigintioctopunctata. Larva tumbuh lebih cepat pada terung dibandingkan tomat, serta lama hidup imago lebih panjang pada terung dibandingkan tomat.


(19)

Tabel 2 Tingkat kerusakan daun selama stadia perkembangan pradewasa dan imago E. vigintioctopunctata

Fase Serangga

Jenis pakana

Terung Tomat nb LKDc PMd LSe nb LKDc PMd LSe

Larva instar I 10 40.8aA 2.4 2.9ab 10 26.6aA 2.1 3.3bc Larva instar II 10 69.8aA 2.6 3.0ab 10 47.3aA 2.8 3.6bc Larva instar III 10 199.4bA 3.0 3.0ab 10 87.6bB 3.1 3.5bc Larva instar IV 10 781.1cA 4.1 5.4cd 10 397.3cB 5.2 6.1d Prapupa 10 0 0 1.6a 10 0 0 1.1a Pupa 9 0 0 4.1bc 6 0 0 5.0d Imago 8 978 dA 5.1 5.7d 6 508.5cB 4.0 2.3c

TKf 2069.1 17.2 1067.3 17.2

a

Angka rerata yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji duncan pada taraf nyata (α=0.05) dan angka rerata yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T (α=0.05). b

n = jumlah ulangan seranggga yang melakukan aktivitas makan (ekor). c

LKD = rata-rata luasan daun yang dimakan selama stadia instar (mm2/ekor/stadia). d

PM = Periode makan dalam setiap stadia (hari). e

LS= lama stadia serangga (hari). f

TK = Total konsumsi (mm2/ekor).

Pada Tabel 2 juga ditunjukkan bahwa keberhasilan hidup dari larva menjadi imago relatif lebih tinggi pada pakan daun terung dibandingkan tomat berturut-turut mencapai 80% dan 60%, sedangkan peluang keberhasilan dari larva menjadi pupa pada pakan terung dan tomat berturt-turut yaitu 90% dan 60% Menurut Gullans dan Cranston (2000), selama fase pupa serangga, penyimpanan protein dalam bentuk spesifik disintesis oleh sel lemak selama instar akhir pada serangga holometabola dan terakumulasi dalam darah serangga untuk digunakan selama bermetamorfosis sebagai sumber asam amino untuk mensintesis protein selama fase pupa karena pada fase pupa tidak dalam aktivitas makan. Menurut Gosh dan Senapati (2001) lama siklus hidup dipengaruhi variasi lama stadia larva dan imago yang keduanya dipengaruhi oleh kesesuaian inang, jenis pakan, kualitas dan kuantitas tanaman inang.

Laju Pertumbuhan Larva Perlakuan Pakan Terung dan Tomat

Pada umumnya, larva E. vigintioctopunctata yang diberi pakan daun terung cenderung menghasilkan instar yang berukuran tubuh lebih besar dengan laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan larva yang diberi pakan daun tomat (Tabel 3). Perbedaan ukuran tubuh pada larva instar III dan pupa tampak

nyata lebih besar yaitu 4.82 dan 5.94 mm pada pakan terung dibandingkan 4.03 dan 5.17 mm pada tomat, sedangkan laju pertumbuhan ukuran tubuh nyata

lebih tinggi terjadi pada larva instar II dan III sebesar 0.50-0.53 mm/hari lebih besar pada terung dibandingkan 0.11-0.13 mm/hari pada tomat. Hal ini menunjukkan bahwa berat larva yang lebih cepat terbentuk dipengaruhi oleh laju pertumbuhan yang lebih cepat pada terung dibandingkan tomat yang semuanya


(20)

didukung oleh nutrisi pada daun terung yang lebih disukai larva (Tabel 2). Bahan metabolit sekunder tanaman dapat mengganggu perilaku, pertumbuhan dan perkembangan serangga (Schoonhoven et al. 2005). Perbedaan kandungan bahan metabolit solasodin yang rendah terkandung pada tanaman terung dibandingkan

tomatin yang tinggi pada tomat diduga berpengaruh terhadap ukuran tubuh larva E. vigintioctopunctata yang terukur pada percobaan ini (Barceloux 2008). Kedua

bahan metabolit ini merupakan bahan antifeedant pada serangga.

Kejadian tingginya pertambahan ukuran serta percepatan pertumbuhan larva ini diduga dipengaruhi oleh besaran tingkat konsumsi pakan yang tinggi dengan periode makan serta lama stadia instar yang lebih pendek pada pakan daun terung dibandingkan dengan pakan daun tomat (Tabel 2 dan 3 serta Lampiran 3). Menurut Jervis (2003), besaran ukuran tubuh tidak berkorelasi dengan lama hidup serangga. Walaupun demikian, Patel dan Purohit (2000) menyatakan bahwa pemberian pakan terung menghasilkan berat larva E. vigintioctopunctata lebih cepat terbentuk daripada tomat, sehingga menyebabkan percepatan stadium larva yang dicapai lebih singkat. Keadaan yang berbeda pada percobaan ini, tingkat konsumsi makan pada pakan terung yang nyata lebih besar pada periode larva instar III tidak menghasilkan perbedaan ukuran tubuh dan peningkatan laju pertumbuhan yang signifikan pada instar IV (Tabel 2 dan 3). Dalam hal ini diduga terjadi ketidak efisienan larva dalam mencerna pakan yang digunakan untuk pertumbuhannya. Menurut Tusar (2013), konsumsi pakan yang tinggi dengan efisiensi kecernaan pakan yang rendah terjadi pada pakan daun terung dibandingkan daun tomat. Pemberian pakan daun terung pada larva menghasilkan ukuran tubuh imago yang lebih kecil, sebesar 6 mm dibandingkan daun tomat, sebesar 6.8 mm. Hal ini diduga bahwa ukuran imago sangat dipengaruhi oleh seks kelamin yang terbentuk.

Tabel 3 Ukuran tubuh dan laju pertumbuhan larva dan imago E. vigintioctopuncta terhadap inang terung dan tomat.

Fase Serangga

Rata – rata panjang tubuha (mm) Laju pertumbuhan instar a (mm/hari)

Terung Tomat Terung Tomat

Instar I 1.66±0.13aB 1.90±0.18aA 0 0 Instar II 2.87±1.24bA 2.14±0.83aA 0.66aA 0.13aB Instar III 4.82±0.64cA 4.03±0.93bB 0.50aA 0.11aB Instar IV 6.85±0.46dA 6.09±1.43cA 0.53aA 0.25aA Pupa 5.94±0.19dA 5.17±0.41cB 0 0 Imago 6.00±0.00dB 6.83±0.41dA 0.05bA 0.30aA a

Angka rerata yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf nyata (α=0.05) dan angka rerata yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α=0.05).

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah imago jantan yang terbentuk dari larva yang diberi pakan daun tomat 50% relatif lebih besar dibandingkan daun terung hanya 10%. Serangga betina pada umumnya lebih besar dibandingkan serangga jantan (Chapman 1998).


(21)

Preferensi Kumbang Bertengger Saat Makan pada Pakan Terung dan Tomat

Pada saat pengamatan, baik larva maupun imago E. vigintioctopunctata umumnya bertengger pada permukaan daun pakan (75%), tetapi ada juga yang sedang tidak makan dan berada pada wadah pemeliharaan di luar pakan (22.4%) (Tabel 3 dan Lampiran 4). Perilaku kumbang ini diamati pada pagi hari yaitu pukul 08.00 WIB, sesuai dengan periode aktivitas makan kumbang yang umum terjadi di lapang. Kecenderungan kumbang berada di permukaan daun diduga dipengaruhi oleh keterbatasan gerak di dalam kurungan sehingga intensitas perilaku makan lebih intensif dibandingkan aktivitas pergerakannya. Abdullah dan Abdullah (2009), melaporkan hasil percobaan di lapang bahwa imago kumbang E. indica pada inang S. nigrum melakukan aktivitas makan 34%, berjalan 47%, terbang 1%, dan kawin 18%.

Pada percobaan ini, larva instar awal yaitu instar I cenderung lebih menyukai bertengger di bagian permukaan atas daun baik pada terung maupun tomat, yaitu rata-rata sebesar 57%. Sebaliknya, larva instar I, II, dan III lebih menyukai bertengger di permukaan bawah daun, berturut-turut sebesar 72%, 75%, dan 88%. Keberadaan larva instar I di permukaan atas daun diduga karena larva langsung makan dan tidak beranjak jauh bergerak dari habitat telur tempat larva ditetaskan. Pergerakan larva pada instar berikutnya lebih aktif, sehingga larva berpindah dari posisi semula ke permukaan bawah daun. Stadium imago umumnya sangat aktif bergerak, hampir 100% imago memiliki kecenderungan untuk hinggap di permukaan atas daun. Prodhan (1990) menyatakan bahwa larva membatasi serangan pada permukaan bawah daun, sedangkan imago biasanya memakan permukaan atas daun. Menurut Dunn (2000), kerapatan jumlah trikoma dan panjang trikoma daun yang berbeda antara permukaan atas dan bawah daun pada daun Ulmus lamelosa, dan Ulmus macrocarpa berpengaruh terhadap penghambatan perilaku makan untuk imago kumbang japanese beetle (Popilia japonica). Berdasarkan hasil pengamatan gejala yang disebabkan oleh kumbang ini khas berupa menyisakan tulang daun skeleton. Gejala skeletonish yang khas menjadi ciri bahwa larva serangga memakan di atas atau di permukaan bawah daun (Cranshaw 2004).

Gambar 2 Persentase posisi bertengger kumbang E.vigintioctopunctata saat makan pada pakan terung dan tomat.


(22)

SIMPULAN DAN SARAN

E. vigintioctopunctata mengkonsumsi pakan daun terung lebih tinggi dibandingkan tomat. Luas kerusakan daun terung yang ditimbulkan oleh seekor kumbang selama periode larva dan imago mencapai dua kali lipat kerusakan daun tomat. Puncak aktivitas konsumsi umumnya terjadi satu hari setelah berganti kulit. Konsumsi pakan terung meningkatkan laju pertumbuhan larva, memperpendek periode pupa, dan memperpanjang lama hidup imago. Secara umum banyaknya pakan yang dikonsumsi tidak berpengaruh terhadap besaran ukuran tubuh. Saat makan, baik pada terung maupun tomat, imago cenderung bertengger di permukaan atas daun dan larva bertengger di permukaan bawah daun.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, bahwa pada daun tomat ada dugaan kemungkinan terjadi efisiensi makan serangga yang lebih tinggi pada inang tomat dibandigkan terung sehingga perlu di uji lanjut mengenai efisiensi makan terhadap kedua pakan terhadap semua stadia kumbang. Pengamatan kemampuan konsumsi larva dan imago serangga tahap semi lapang dan di lapang perlu di uji untuk mngetahui secara pasti besarnya kerusakan di lapang serta pengaruh insektisida dan juga musuh alaminya pada inang yang berbeda.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

[CABI] Central for Agricultural and Bioscience International. 2007. Crop Protection Compendium [CD-ROM].Wallingford (US): CAB International.

Alam MZ. 1969. Insect pests of vegetables and their control in East Pakistan. [report]. Dhaka (IN): Agriculture Information Service, Department of Agriculture. 146 hlm.

Abbas I, Nakamura K, Katakura H, Sasaji H. 1988. Geographic variation of elytral spot patterns in the phytophagus ladybird, Epilachna vigintioctopunctata (Coleoptera: Coccinellidae) in the province of Sumatera Barat, Indonesia. ResPop Ecol. 30(1):43-56.

Abdullah F, Abdullah F. 2009. The behaviour and feeding preference of the 12- spotted beetle Epilachna indica (Coleoptera: Cocinellidae) towards the black nightshade Solanum nigrum. J Ent. 6(4):176-187.

Aldred JM, Shepard M, Holmes PT. 1980. A Stochastic model of parasitism of the mexican bean beetle, Epilachna varivestis Mulsant. (Coleoptera: Coccinellidae), in soybean by Pediobius foveolatus (Crawford) (Hymenoptera: Eulophidae). Res Pop Ecol. 21(2):286-689.

Azwana, Hasyim A. 2004. Studi biologi Epilachna septima pada tanaman paria (Momordica charantia). Penelitian Ilmu Pertanian. 2(2): 15-23.

Barceolux DG. 2008. Medical Toxicology of Natural Substance: Food Fungi. [Internet].http://www.google.co.id/search?tbm=bks&hl=id&q=solasodine+c ontent+in+Solanum+melongena+leaf&btnG. [20 januari 2013]

Behmer ST. 2006. Insect Dietary Needs: Plants as Food for Insect. Department of Entomology. Texas (US) A & M University Texas(US): College Station. Cammell ME, JD Knight. 1992. Effect of climate change on the population

dynamic of crops pests. Adv in Ecol Res. 22: 117-162.

Chapman RF. 1998. The Insects: Structure and Function. Ed ke-4. Australia (AUS): Cambridge University Press.

Chapman RF, EA Bernays. 1989. Insect behavior at the leaf surface and learning as aspects of host plant selection. Cellular and Molecular Life Sciences 45(3): 215-222.

Cranshaw W. 2004. Garden Insect of North America: The Ultimate Guide to Backyard.Hlm20.[internet]http://books.google.co.id/books?id=sOvwKvkXc ooC&pg=PA20&dq=reason+of+insect+feeding+habits+on+upper+surface &hl=en&sa=X&ei=W_8aUbWcCYHSrQeMjYGYCA&redir_esc=y#v=one page&q=reason%20of%20insect%20feeding%20habits%20on%20upper%2 0surface&f=false. [13 Februari 2013]

Dethier VG, Browne BL, Smith CN. 1960. The designation of chemicals in terms of the responses they elicit from insects. J Econ Ent. 53:134 – 136.


(24)

Dunn CP. 2000. The Elm Breeding Conservation and Disease Managemet: Insect Resistance of Elm Genotypees. Halaman 144-145.[internet] http://books.google.co.id/books?id=zN9Hi7YcwC&printsec=frontcover&dq

=the+elm+breeding+conservation&hl=en&sa=X&ei=pQAbUf-ZOdDQrQek2oG4BQ&redir_esc=y [12 Februari 2013]

Fabricius. 2000. Epilachna vigintioctopunctata Arthropod. [Internet] [abstract]. http://ecoport.org/ep?Arthropod=19265&entityType=AR****&entityDispla yCategory=full. [21 October 2012]

Gullans PJ, Cranston PS. 2000. The Insect an Outline of Entomology. Ed ke-2. Oxford (GB): Blackwell science.

Ghosh SK, Senapati SK. 2001. Biology and seasonal fluctuation of Henosepilachna vigintioctopunctata Fabr. on brinjal under terai region of west Bengal. Indian J Agric Res. 35 (3):149 - 154

Hossain MS, Khan AB, Haque MA, Mannan MA, Dash CK. 2009. Effect of different host plants on growth and development of epilachna beetle. Bangladesh J Agric Res. 34(3) : 403-410.

Hottesman K, Masrton A. 2005. Saponins. [internet]. http://www.google.co.id/search?tbm=bks&hl=id&q=Tomatine+content+in+ Lycopersicon+esculentum+leaf&btnG= [20 januari 2013].

Jones CG, Hoggard MP, Blum MS. 1981. Pattern and process in insect feeding behaviour: a quantitative analysis of the Mexican bean beetle, Epilachna varivestis. Ent Expt AppI. 30(3): 254-264.

Jervis MA. 2003. Insect as Natural Enemies: Practice Perspective. Hlm 112 [internet].http://books.google.co.id/books?id=RsVt_inIAJUC&pg=PA112& dq=effect+feeding+to+bodysize+of+insect+beetle&hl=en&sa=X&ei=NQ8b UcHcC8vJrAfy0oHAAQ&sqi=2&ved=0CDgQ6AEwAQ#v=onepage&q=ef fect%20feeding%20to%20bodysize%20of%20insect%20beetle&f=false [13 Februari 2013]

Kahono S. 2006. Adaptive Response of an Herbivorous Ladybird beetle Henospeilachna vigintioctopunctata (Fabricius) (Coleoptera: Coccinellidae: Epilachninae) and its host plant to dry season of tropical dry climate of Pasuruan and Malang, East Java. Berita biologi 8(3): 193-199.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Katakura H, Nakano S, Kahono S, Abbas I, Nakamura K. 2001. Epilachninae ladybirds beetles (Colleoptera:Coccinellidae) of Sumatera and Java. Tropics 10(3), 325-352.

Leite GLD, Picanco M, Zanuncio JC, Moreira MD, Jham GN. 2011. Hosting capacity of horticultural plants for insect pest. Chilean J Agric Res. 71(3):383-389.


(25)

McFarlane JE. 1985. Nutrition and digestive organs. Di dalam: Fundamentals of Insect Physiology. Blum MS, Whiley J, Son. Editor. New york. hlm 59-89. Maurice N, Kumar A. 2012. Oviposition of Epilachna vigintioctopunctata (Fab.)

on a wild weed, Coccinia grandis (Linnaeus) (Cucurbitales: Cucurbitaceae). J Agric Ext Rural Dev. 4(2):41-45.

Nation JL. 2001. Insect Physiology and Biochemistry. Boca Raton (FL). CRC Press, Inc.

Nakamura K, Abbas I, Hasyim A. 1988. Population dynamics of the phytophagus lady beetle, Epilachna vigintioctopunctata, in an Eggplant filed in Sumatera. Res Popul Ecol. 30: 25-41.

Nurliana DR. 2006. Perbandingan kadar tanin pada daun tua dan daun muda belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l.) dengan metode spektrofotometri visibel. [internet]. http://etd.library.ums.ac.id/go.php?id=jtptumsgdls12007-dwiriskanu4738&node=1125&start=96. [14 Desember 2012].

Naz F, Inayatullah M, Rafi MA. 2012. Henosepilachna vigintioctopunctata (Fab.) Epilachninae; Coccinellidae); Its Taxonomy, Distribution and Host Plants In Pakistan.Sarhad J Agric. 28(3): 421-427 .

Patel KN, Purohit MS. 2000. Host preference of epilachna beetle Henosepilachna vigintioctopunctata (Fabr.). Gujarat Agric Univ Res J. 25(2): 94-95. [abstract].[Internet]. http:///www.cabdirect.org/abstracts/20023111953.html. [12 Februari 2013].

Prodhan S, Jotwani MG, Prakash S. 1990. Comparative toxicity of insecticides to the grub and adult of Epilachna vigintioctopunctata (Fab.) (Coleoptera: Coccinellidae). Indian J Ent. 24(4): 223.

Rajagopal D, Trivedi TP. 1989. Status biology and management of epilachna beetle, Epilachna vigintioctopunctata Fab. (Coleoptera: Coccinellidae) on potato in India. Trop Pest Manag. 35(4): 410-413.

Richards OW, Davies RG. 1997. Imm’s General Textbook of Entomology. Volume 2: Clasification and Biology. 10th Ed. London (UK): Chapman Hall. Richard AM, Filewood LW. 1990. Feeding behaviour and food preferences of the pest species comprising the Epilachna vigintioctopunctata Fab. Complex (Coleoptera: Coccinellidae). J Appl Ent . 110(5): 501-515.

Richards AM. 2009. Feeding behaviour and food preferences of the pest species comprising the Epilachna vigintioctopunctata (F.) complex (Coleoptera: Coccinellidae). J Appl Ent. 110(5): 501-515.

Richards, AM. 1983. The Epilachna vigintioctopunctata Complex (Coleoptera: Coccinellidae). Inter J Ent. 25(1): 11-41.

Schoohoven et al.. 2005. Insect – Plant Biology. Oxford (GB): University Press. Scriber JM, Slansky F. 1981. The nutritional ecology of immature arthropods.


(26)

Tilavov TT. 1981. The daily and seasonal feeding rhythm of the adult of the cucumber beetle, Epilachna chrysomelina (Fab.) (Coleoptera: Coccinellidae). Uzbekskei Biologiceskii Zhurnal. 8(5): 40-61.

Tusar HM. 2013. Host acceptance and food efficiency by Epilachna vigintioctopunctata on several hosts plants [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Vickery ML. and Vickery B. 1981. Secondary plant metabolism. London(UK): The Macmillan press.


(27)

(28)

(29)

Lampiran 1 Hasil uji T (α = 0.05) terhadap konsumsi pakan harian larva dan imago E. vigintiocopunctata pada inang terung dan tomat.

a Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji Duncan (α=0.05) dan angka rerata yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf nyata (α=0.05).

b n = jumlah kumbang yang melakukan aktivitas makan (ekor).

Lampiran 2 Hasil uji T (α = 0.05) terhadap jumlah luas kerusakan daun selama hidup kumbang E. vigintioctopunctata pada inang terung dan tomat.

Fase Serangga

Jenis pakana

t

hit F hit

Terung Tomat nb LKDc PMd LSe nb LKDc PMd LSe

Larva instar I 10 40.8aA 2.4 2.9ab 10 26.6aA 2.1 3.3bc 1.228 0.106 Larva instar II 10 69.8aA 2.6 3.0ab 10 47.3aA 2.8 3.6bc 1.238 0.116 Larva instar III 10 199.4bA 3 3.0ab 10 87.6bB 3.1 3.5bc 3.333 0.001 Larva instar IV 10 781.1cA 4.1 5.4cd 10 397.3cB 5.2 6.1d 4.154 0.000

Prapupa 10 0 0 1.6a 10 0 0 1.1a 0 0

Pupa 9 0 0 4.1 bc 6 0 0 5.0d 0 0

Imago 8 978.0dA 5.1 5.7 d 6 508.5cB 4.0 2.3c 4.154 0.000

TKf 2069.1 17.2 1067.3 17.2

Fase serangga Luas kerusakan daun (mm

2

/ekor/hari) a

nb Terung nb Tomat

t

hit F hit

Larva instar I 20 20.40bA 21 12.67cB 1.8109 0.038

Larva instar II 26 26.85bA 25 16.48cB 1.9973 0.026

Larva instar III 30 66.47 bA 31 32.35cB 3.2542 0.000

Larva instar IV 41 190.51aA 52 76.40 bB 5.2519 4.909

Imago 41 190.83aA 24 127.12aB 2.3288 0.011


(30)

 

Lampiran 3 Hasil uji T (α = 0.05) terhadap Laju pertambahan ukuran panjang tubuh pada inang terung dan tomat. Fase

Serangga Laju pertambahan ukuran tubuh a

(mm/hari) Rata-rata ukuran panjang tubuha (mm)

n Terung n Tomat

t

hit F hit n Terung n Tomat

t

hit

F hit Instar I 0 0 0 0 0 0 10 1.66±0.13aB 10 1.90±0.18aA 2.401 0.013 Instar II 10 0.66aA 10 0.13 aB 3.96425 0.000 10 2.87±1.24bA 10 2.09±1.21aA -1.416 0.086 Instar III 10 0.50aA 10 0.11 aB 2.4177 0.013 10 4.82±0.64cA 10 4.03±0.93bB -2.190 0.020 Instar IV 10 0.53aA 10 0.25 aA 1.5768 0.066 10 6.85±0.46dA 10 6.09±1.43cA 2.084 0.144 Pupa 0 0 10 0 0 0 9 5.94±0.19dA 6 5.17±0.41cB -5.208 6.624 Imago 8 0.05bA 6 0.30aA - 3.354 0.002 8 6.00±0.00dB 6 6.83±0.41dA 5.000 0.020 a

Angka rerata yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf nyata (α=0.05) dan angka rerata yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) (α=0.05).

n

jumlah kumbang yang hidup.

Lampiran 4 Posisi bertengger kumbang E. vigintioctopunctata saat makan pada inang terung dan tomat.

Fase Serangga

Jumlah kumbang bertengger (ekor)

Terung Tomat Di luar daun Di bawah daun Di atas daun Di luar daun Di bawah daun Di atas daun

instar 1 5 16 19 3 12 18

instar 2 6 14 7 8 14 4

instar 3 11 22 6 4 17 7

instar 4 6 10 0 17 19 6

Pupa 0 36 0 30 0 0


(31)

Lampiran 5 Laju pertumbuhan instar kumbang E. vigintioctopunctata pada inang terung.

Lampiran 6 Laju pertumbuhan instar kumbang E. vigintioctopunctata pada inang tomat.

L1= larva instar 1, L2= Larva instar 2, L3= Larva instar 3, L4= Larva instar 4, IMG= Imago. Ulangan

Rata-rata panjang tubuh (mm) Periode instar (hari) Laju pertambahan ukuran tubuh (mm/hari)

L1 L2 L3 L4 PUPA IMG L1 L2 L3 L4 PUPA IMG LI-L2 L2-L3 L3-L4

L4-PUPA

PUPA-IMG

1 2.2 4.7 6.5 7.2 6.0 6.0 3 3 2 4 5 0 1.00 0.667 1 0 0.25

2 1.7 3.0 5.0 6.8 6.0 7.0 3 3 3 4 5 6 0.33 1 0 0.25 0.2

3 1.5 2.7 4.7 7.0 6.0 6.0 2 3 3 4 3 9 0.50 0.667 0.667 0 0

4 1.5 2.7 4.7 6.5 6.0 6.0 2 3 3 5 3 9 0.50 0.667 0.667 0 0

5 1.5 2.7 4.7 7.17 6.0 6.0 2 3 3 4 5 7 0.50 0.667 0.667 0 0

6 1.5 2.7 4.7 7.17 6.0 6.0 2 3 3 4 4 8 1.00 0.33 0.33 0 0

7 1.5 3.0 4.7 7.17 6.0 6.0 2 3 3 4 3 9 1.00 0.33 0.33 0 0

8 1.5 3.0 4.7 6.5 6.0 6.0 2 3 3 5 5 2 1.00 0.33 0.33 0.2 0

9 1.7 2.7 4.7 6.5 0 0 2 3 3 3 0 0 0.00 0 0 0 0

10 2.0 4.3 4.0 6.0 5.4 6.0 4 3 3 4 5 7 0.75 0.33 0.33 0 0.2

Ulangan

Rata-rata panjang tubuh (mm) Periode instar (hari) Laju pertambahan ukuran tubuh (mm/hari)

L1 L2 L3 L4 PUPA IMG L1 L2 L3 L4 PUPA IMG LI-L2 L2-L3 L3-L4

L4-PUPA

PUPA-IMG

1 1.8 1.0 4.0 6.5 5.0 0 4 3 3 5 0 0 0.00 0 0 0 0

2 1.7 3.0 4.7 6.43 5.0 7.0 3 3 3 6 5 5 0.67 0 0.33 0.167 0,4

3 2.0 2.7 4.5 6.0 6.0 6.0 3 3 4 5 5 5 0.00 0.33 0.5 0.2 0

4 2.0 2.0 2.0 6.0 5.0 0 3 2 3 5 0 0 0.00 -1 0 0 0

5 2.0 3.7 5.0 6.4 5.0 7.0 3 4 3 5 5 5 .033 0.25 0.33 0.2 0,2

6 2.0 2.0 4.0 7.2 5.0 7.0 3 3 4 5 5 3 0.00 0.33 0.5 0 0,4

7 2.0 1.0 4.0 6.5 0 0 4 3 3 5 0 0 0.00 0 -0.667 0 0

8 1.5 2.0 3.0 3.0 0 0 3 3 3 5 5 0 0.33 0.33 0 -0.6 0

9 2.0 2.0 4.2 7.17 5.0 7.0 3 3 4 5 5 3 0.00 0.33 1 -0.4 0,4

10 2.0 2.0 5.0 6.43 5.0 7.0 3 4 4 5 5 3 0.00 0.5 0.25 0 0,4


(32)

(33)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 7 April 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Yudi Prayoga dan Ibu Ika Kartika. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah lanjutan menengah atas di SMAN 1 Subang pada tahun 2008.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Penelusuran Minat Dan Bakat IPB (PMDK). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai anggota dan penggurus organisasi daerah Forum Kulawarga Subang (FOKUS) periode 2008-2009, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Cabang Bulutangkis Departement Proteksi Tanaman (2011-20012), Anggota Klub Fotografi CAPUNG Departemen Proteksi Tanaman (periode 2010-2011), Anggota Vokal Group Faperta IPB (2012), serta terlibat dalam kepanitian pada beberapa kegiatan kampus diantaranya Panitia Green Competition (2009), Pengisi Acara NPV (2011) dan Juara II Lomba Vokal Group Faperta tingkat IPB, dll. Penulis juga melakukan kegiatan magang di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang-Bandung Jawa Barat selama 2 bulan (2011). Selain itu Penulis juga mendapatkan beasiswa BBM IPB (2011-2012).


(1)

(2)

Lampiran 1 Hasil uji T (α = 0.05) terhadap konsumsi pakan harian larva dan imago E. vigintiocopunctata pada inang terung dan tomat.

a Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji Duncan (α=0.05) dan angka rerata yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf nyata (α=0.05).

b n = jumlah kumbang yang melakukan aktivitas makan (ekor).

Lampiran 2 Hasil uji T (α = 0.05) terhadap jumlah luas kerusakan daun selama hidup kumbang E. vigintioctopunctata pada inang terung dan tomat.

Fase Serangga

Jenis pakana

t

hit F hit

Terung Tomat nb LKDc PMd LSe nb LKDc PMd LSe

Larva instar I 10 40.8aA 2.4 2.9ab 10 26.6aA 2.1 3.3bc 1.228 0.106 Larva instar II 10 69.8aA 2.6 3.0ab 10 47.3aA 2.8 3.6bc 1.238 0.116 Larva instar III 10 199.4bA 3 3.0ab 10 87.6bB 3.1 3.5bc 3.333 0.001 Larva instar IV 10 781.1cA 4.1 5.4cd 10 397.3cB 5.2 6.1d 4.154 0.000 Prapupa 10 0 0 1.6a 10 0 0 1.1a 0 0 Pupa 9 0 0 4.1 bc 6 0 0 5.0d 0 0

Imago 8 978.0dA 5.1 5.7 d 6 508.5cB 4.0 2.3c 4.154 0.000

TKf 2069.1 17.2 1067.3 17.2

Fase serangga Luas kerusakan daun (mm 2

/ekor/hari) a

nb Terung nb Tomat

t

hit F hit

Larva instar I 20 20.40bA 21 12.67cB 1.8109 0.038

Larva instar II 26 26.85bA 25 16.48cB 1.9973 0.026

Larva instar III 30 66.47 bA 31 32.35cB 3.2542 0.000

Larva instar IV 41 190.51aA 52 76.40 bB 5.2519 4.909

Imago 41 190.83aA 24 127.12aB 2.3288 0.011


(3)

 

Lampiran 3 Hasil uji T (α = 0.05) terhadap Laju pertambahan ukuran panjang tubuh pada inang terung dan tomat. Fase

Serangga Laju pertambahan ukuran tubuh a

(mm/hari) Rata-rata ukuran panjang tubuha (mm)

n Terung n Tomat

t

hit F hit n Terung n Tomat

t

hit

F hit Instar I 0 0 0 0 0 0 10 1.66±0.13aB 10 1.90±0.18aA 2.401 0.013 Instar II 10 0.66aA 10 0.13 aB 3.96425 0.000 10 2.87±1.24bA 10 2.09±1.21aA -1.416 0.086 Instar III 10 0.50aA 10 0.11 aB 2.4177 0.013 10 4.82±0.64cA 10 4.03±0.93bB -2.190 0.020 Instar IV 10 0.53aA 10 0.25 aA 1.5768 0.066 10 6.85±0.46dA 10 6.09±1.43cA 2.084 0.144 Pupa 0 0 10 0 0 0 9 5.94±0.19dA 6 5.17±0.41cB -5.208 6.624 Imago 8 0.05bA 6 0.30aA - 3.354 0.002 8 6.00±0.00dB 6 6.83±0.41dA 5.000 0.020

a

Angka rerata yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf nyata (α=0.05) dan angka rerata yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) (α=0.05).

n

jumlah kumbang yang hidup.

Lampiran 4 Posisi bertengger kumbang E. vigintioctopunctata saat makan pada inang terung dan tomat.

Fase Serangga

Jumlah kumbang bertengger (ekor)

Terung Tomat Di luar daun Di bawah daun Di atas daun Di luar daun Di bawah daun Di atas daun

instar 1 5 16 19 3 12 18

instar 2 6 14 7 8 14 4

instar 3 11 22 6 4 17 7

instar 4 6 10 0 17 19 6

Pupa 0 36 0 30 0 0


(4)

Lampiran 5 Laju pertumbuhan instar kumbang E. vigintioctopunctata pada inang terung.

Lampiran 6 Laju pertumbuhan instar kumbang E. vigintioctopunctata pada inang tomat.

L1= larva instar 1, L2= Larva instar 2, L3= Larva instar 3, L4= Larva instar 4, IMG= Imago.

Ulangan

Rata-rata panjang tubuh (mm) Periode instar (hari) Laju pertambahan ukuran tubuh (mm/hari)

L1 L2 L3 L4 PUPA IMG L1 L2 L3 L4 PUPA IMG LI-L2 L2-L3 L3-L4

L4-PUPA

PUPA-IMG

1 2.2 4.7 6.5 7.2 6.0 6.0 3 3 2 4 5 0 1.00 0.667 1 0 0.25

2 1.7 3.0 5.0 6.8 6.0 7.0 3 3 3 4 5 6 0.33 1 0 0.25 0.2

3 1.5 2.7 4.7 7.0 6.0 6.0 2 3 3 4 3 9 0.50 0.667 0.667 0 0

4 1.5 2.7 4.7 6.5 6.0 6.0 2 3 3 5 3 9 0.50 0.667 0.667 0 0

5 1.5 2.7 4.7 7.17 6.0 6.0 2 3 3 4 5 7 0.50 0.667 0.667 0 0

6 1.5 2.7 4.7 7.17 6.0 6.0 2 3 3 4 4 8 1.00 0.33 0.33 0 0

7 1.5 3.0 4.7 7.17 6.0 6.0 2 3 3 4 3 9 1.00 0.33 0.33 0 0

8 1.5 3.0 4.7 6.5 6.0 6.0 2 3 3 5 5 2 1.00 0.33 0.33 0.2 0

9 1.7 2.7 4.7 6.5 0 0 2 3 3 3 0 0 0.00 0 0 0 0

10 2.0 4.3 4.0 6.0 5.4 6.0 4 3 3 4 5 7 0.75 0.33 0.33 0 0.2

Ulangan

Rata-rata panjang tubuh (mm) Periode instar (hari) Laju pertambahan ukuran tubuh (mm/hari)

L1 L2 L3 L4 PUPA IMG L1 L2 L3 L4 PUPA IMG LI-L2 L2-L3 L3-L4

L4-PUPA

PUPA-IMG

1 1.8 1.0 4.0 6.5 5.0 0 4 3 3 5 0 0 0.00 0 0 0 0

2 1.7 3.0 4.7 6.43 5.0 7.0 3 3 3 6 5 5 0.67 0 0.33 0.167 0,4

3 2.0 2.7 4.5 6.0 6.0 6.0 3 3 4 5 5 5 0.00 0.33 0.5 0.2 0

4 2.0 2.0 2.0 6.0 5.0 0 3 2 3 5 0 0 0.00 -1 0 0 0

5 2.0 3.7 5.0 6.4 5.0 7.0 3 4 3 5 5 5 .033 0.25 0.33 0.2 0,2

6 2.0 2.0 4.0 7.2 5.0 7.0 3 3 4 5 5 3 0.00 0.33 0.5 0 0,4

7 2.0 1.0 4.0 6.5 0 0 4 3 3 5 0 0 0.00 0 -0.667 0 0

8 1.5 2.0 3.0 3.0 0 0 3 3 3 5 5 0 0.33 0.33 0 -0.6 0

9 2.0 2.0 4.2 7.17 5.0 7.0 3 3 4 5 5 3 0.00 0.33 1 -0.4 0,4

10 2.0 2.0 5.0 6.43 5.0 7.0 3 4 4 5 5 3 0.00 0.5 0.25 0 0,4


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 7 April 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Yudi Prayoga dan Ibu Ika Kartika. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah lanjutan menengah atas di SMAN 1 Subang pada tahun 2008.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Penelusuran Minat Dan Bakat IPB (PMDK). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai anggota dan penggurus organisasi daerah Forum Kulawarga Subang (FOKUS) periode 2008-2009, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Cabang Bulutangkis Departement Proteksi Tanaman (2011-20012), Anggota Klub Fotografi CAPUNG Departemen Proteksi Tanaman (periode 2010-2011), Anggota Vokal Group Faperta IPB (2012), serta terlibat dalam kepanitian pada beberapa kegiatan kampus diantaranya Panitia Green Competition (2009), Pengisi Acara NPV (2011) dan Juara II Lomba Vokal Group Faperta tingkat IPB, dll. Penulis juga melakukan kegiatan magang di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang-Bandung Jawa Barat selama 2 bulan (2011). Selain itu Penulis juga mendapatkan beasiswa BBM IPB (2011-2012).