Kristalisasi Likopen Dari Buah Tomat (Lycopersicon esculentum) Menggunakan Antisolvent

(1)

KRISTALIS

(Lycoper

DEVIAN

SKRIPSI INI D

PERSYA

DE

UNIVE

ALISASI LIKOPEN DARI BUAH T

persicon esculentum)

MENGGUNAK

ANTISOLVENT

SKRIPSI

Oleh

ANA CHRISTIANTY STEFANIA SIN

110405065

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI

SYARATAN MENJADI SARJANA TEKN

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

AGUSTUS 2015

TOMAT

UNAKAN

SINAGA

PI SEBAGIAN

TEKNIK

IA

ARA


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan Skripsi dengan judul “Kristalisasi Likopen Dari Buah Tomat

(Lycopersicon esculentum) Menggunakan Antisolvent”berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada dunia industri tentang meningkatkan nilai ekonomis dari buah tomat. Hal ini dikaji dari segi pemanfaatan likopen yang terkandung dalam buah tomat yang dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk kesehatan. Di mana likopen ini diperoleh dengan kemurnian yang sangat tinggi dengan menggunakan antisolvent yang lebih bersifat ekonomis.

Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Zuhrina Masyithah, ST, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu dan arahan dalam pelaksanaan dan penyelesaian penulisan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Renita Manurung, M.T selaku Koordinator Penelitian Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Eng. Ir. Irvan, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Eng. Rondang Tambun, ST, MT selaku Dosen penguji I yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan dalam penyusunan dan pelaksanaan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Seri Maulina, MSChE, Ph. D selaku dosen penguji II yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan dalam pelaksanaan dan penyusunan


(5)

6. Orang tua tercinta, Drs. Jaminta Sinaga, AK, MM dan K.Sitohang yang telah banyak membantu penulis baik dari segi material maupun non material dalam penulisan skripsi ini.

7. Abang saya, Ronald Sinaga, ST, dr. Rudi Hermanto Sinaga, dan Bernardo Sinaga yang selalu memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.

8. Sola Fide Gavra Tarigan selaku partner penelitian penulis yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Teman saya, Mutiara Valentina dan Ekelesia Nainggolan yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman satu angkatan 2011.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2015 Penulis


(6)

DEDIKASI

Penulis mendedikasikan skripsi ini kepada: 1. Kedua orang tua penulis

2. Ketiga abang penulis 3. Keluarga

4. Teman Sejawat 5. Para Dosen dan Guru


(7)

Nama: Deviana Christianty Stefania Sinaga NIM: 110405065

Tempat/Tgl. Lahir: Medan, 28 Juni 1993 Nama orang tua: Drs. Jaminta Sinaga, Ak, MM

K. Sitohang Alamat orang tua:

Jalan Ngumban Surbakti Gg. Bahagia No.35 Medan 20132

Asal Sekolah

• SD Santo Antonius II Medan, tahun 1999-2005

• SMP Swasta Santo Thomas 1 Medan, tahun 2005-2008

• SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan, tahun 2008-2011 Beasiswa yang pernah diperoleh :

1. Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2013 Pengalaman Organisasi/ Kerja:

1. English Club Faculty of Engineering 2011-2012, sebagai anggota 2. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia tahun 2014-2015, sebagai anggota

Penelitian dan Pengembangan

3. Kegiatan Muda Katolik (KMK) tahun 2012-sekarang, sebagai anggota Prestasi akademik/ non akademik yang pernah dicapai:

1. Juara III Main Catur di SMP Swasta Santo Thomas I Medan tahun 2007 2. Juara II Lomba Pidato di SMA Swasta Santo Thomas I Medan tahun 2009 3. Juara II Lomba Catur PORSITEK HIMATEK 2015


(8)

ABSTRAK

Likopen merupakan suatu senyawa karotenoid yang bersifat antioksidan dan memiliki pigmen merah yang terdapat pada jaringan tumbuhan seperti tomat. Likopen dapat dijadikan sebagai suatu senyawa yang ampuh terhadap kesehatan tubuh melalui produk olahan tomat. Kajian tentang pemanfaatan likopen ini telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan umpan dengan pelarut campuran (F/S) serta penambahan metanol pada ekstraksi likopen dari buah tomat menggunakan pelarut campuran heksana:etil asetat (1:1) dilanjutkan dengan kristalisasi antisolvent. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah jus buah tomat lewat matang dengan volum 150 ml. Ekstrak likopen diperoleh melalui metode ekstraksi pada suhu 70 oC dan kecepatan pengadukan 7 rpm. Metode lainnya adalah kristalisasi dengan penambahan metanol sebagai antisolvent pada ekstrak likopen dalam kondisi supersaturated.Adapun variabel berubah dari penelitian ini adalah perbandingan umpan dan pelarut (F/S) yaitu 1:2; 1:2,5; 1:3; 1:3,5; 1:4 dan 1:4,5 dan volume metanol sebagai antisolvent yaitu 50 ml, 100 ml, 150 ml dan 200 ml. Dari hasil penelitian pengaruh perbandingan umpan dan pelarut terhadap rendemen likopen terekstrak, diperoleh pada kondisi optimum 1:4 dengan volume antisolvent 200 ml. Sedangkan pengaruh penambahan metanol sebagai antisolvent dan agen presipitasi maksimum yang terbaik terjadi pada volume 200 ml. Analisa gugus fungsi dengan menggunakan spektroskopiFourier Transform Infrared (FT-IR) terdeteksi gugus C=C pada panjang gelombang 1519,91 cm-1, gugus CH2 terdeteksi

pada panjang gelombang 1446,61 cm-1, gugus R-CH=CH-R terdeteksi pada panjang gelombang 979,84 cm-1. Sedangkan gugus C-C serta C-CH terdeteksi pada panjang gelombang 1138 dan 1373,32 cm-1.


(9)

ABSTRACT

Lycopene is a carotenoid compounds which as an antioxidants and has a red pigment found in plant tissues such as tomatoes. Lycopene could be made into potential compound to health of human body through processed tomato products. Studies on the utilization of lycopene had been conducted to determine the effect of comparison feed and solvent (F/S) and the addition of methanol for extraction of lycopene from tomatoes using mixture solvent of hexane:ethyl acetate (1:1) followed by crystallization antisolvent. In this research, ripe tomatoes juice was used with volume 150 ml. Lycopene extract was obtained through extraction method at temperature of 70 °C and the stirring speed 7 rpm. The other method was by the addition of methanol as antisolvent for crystallization. As for changing variable in this study were a comparison of feed and solvent (F/S) 1:2; 1:2.5; 1:3; 1:3.5; 1:4 and 1:4,5, and the volume of methanol as antisolvent were 50 ml, 100 ml, 150 ml and 200 ml. The results of this research about influence of feed and solvent to lycopene yield extracted obtained at the optimum condition 1:4 with a volume of 200 ml antisolvent. Whereas the influence about addition of methanol as antisolvent as an agent of precipitation and maximum condition occurs on volume of 200 ml. Wavelength analysis of C=C linkage with Fourier Transform Infrared (FT-IR) detected at wavenumber 1519,91 cm-1, CH2 linkage detected at wavenumber 1446,61

cm-1, R-CH=CH-R linkage detected at wavenumber 979,84 cm-1. While, C-C and C-CH linkage detected at wavenumber 1138 and 1373,32 cm-1.

Keywords: antisolvent, extraction, crystallization, lycopene, supersaturated, tomato


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

PENGESAHAN ii

PRAKATA iii

DEDIKASI v

RIWAYAT HIDUP PENULIS vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 PERUMUSAN MASALAH 5

1.3 TUJUAN PENELITIAN 5

1.4 MANFAAT PENELITIAN 5

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 TOMAT (Lycopersicon esculentum) 7

2.2 LIKOPEN DARI BUAH TOMAT (Lycopersicon esculentum) 8

2.2.1 Sifat Fisika Likopen 11

2.2.2 Sifat Kimia Likopen 12

2.3 EKSTRAKSI 12

2.3.1 Ekstraksi Cair- Cair 13

2.3.2 Ekstraksi Padat- Cair 14

2.3.3 Ekstraksi Fluida Superkritik (SFE) 16 2.3.4 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi 17

2.4 SOLVEN YANG DIGUNAKAN 18


(11)

2.5 TEKNIK ISOLASI DAN PEMURNIAN 20

2.5.1 Teknik Filtrasi 20

2.6 TEKNIK REKRISTALISASI 20

2.7 KRISTALISASI ANTI-SOLVENT 21

2.8 METODE ANALISA 22

2.8.1 Spektroskopi FTIR (Fouried Transform Infrared) 22

2.9 ANALISA BIAYA 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 25

3.2 BAHAN 25

3.3 PERALATAN PENELITIAN 25

3.4 PROSEDUR PERCOBAAN 26

3.4.1 Persiapan Bahan Baku 26

3.4.2 Ekstraksi 26

3.4.3 KristalisasiAntisolvent 26

3.5 FLOWCHART PENELITIAN 27

3.5.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku 27

3.5.2 Flowchart Ekstraksi 28

3.5.3 Flowchart KristalisasiAntisolvent 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 30

4.1 PEMBAHASAN 30

4.1.1 Hasil Analisis FTIR Likopen pada Perbandingan (F/S)

1:4 dengan Volume Antisolvent 200 ml 30 4.1.2 Pengaruh Perbandingan Umpan dan Pelarut Campuran

Heksana dan Etil Asetat (1:1) (v/v) terhadap Rendemen

Kristal Likopen (µg/110 gr) 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 38

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN A DATA HASIL PENELITIAN 44

LA.1 DATA HASIL PENELITIAN 44

LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN 45


(12)

PELARUT HEKSANA:ETIL ASETAT (1:1) 45

LB.2 PERHITUNGAN RENDEMEN LIKOPEN (µg/110 gr) 46

LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN 51

LC.1 RANGKAIAN PROSES EKSTRAKSI 51

LC.2 EKSTRAK YANG DIPEROLEH PADA PROSES EKSTRAKSI

SEBELUM PENAMBAHAN ANTISOLVENT 51

LC.3 PROSES PENCUCIAN DAN PEMISAHAN EKSTRAK

MENGGUNAKAN AQUADEST 52

LC.4 HASIL ESKTRAK SETELAH PENAMBAHAN ANTISOLVENT 52 LC.5 PROSES PENGKRISTALAN YANG DIPEROLEH SETELAH

PENAMBAHAN ANTISOLVENT 53

LC.6 PENYARINGAN KRISTAL YANG DIPEROLEH 53

LC.7 HASIL KRISTAL YANG DIPEROLEH DARI PENYARINGAN 54

LAMPIRAN D HASIL ANALISIS 55

LD.1 HASIL ANALISIS FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED)


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Kimia dari Likopen 9

Gambar 2.2 Struktur IsomerTransdanCis dari Likopen 10 Gambar 2.3 Diagram Alir Proses EkstraksiCounter Current-multistage 14 Gambar 2.4 Perpindahan Massa dari Permukaan Padatan ke Badan Cairan 15

Gambar 3.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku 27

Gambar 3.2 Flowchart Ekstraksi 28

Gambar 3.3 Flowchart KristalisasiAntisolvent 29

Gambar 4.1 Struktur Kimia Likopen 30

Gambar 4.2 Karakteristik FTIR (Fourier Transform Infra Red) Likopen Pada Perbandingan Umpan dan Pelarut (F/S) 1:4 dengan

Volume Antisolvent 200 ml 31

Gambar 4.3 Grafik perbandingan Umpan dan Pelarut (v/v) terhadap

Rendemen Likopen Terekstrak 33

Gambar LB.1 Rangkaian Proses Ekstraksi 51

Gambar LB.2 Hasil Ekstrak yang Diperoleh dari Proses Ekstraksi 51 Gambar LB.3 Proses Pencucian dan Pemisahan Ekstrak Menggunakan

Aquadest pada Corong Pemisah 52 Gambar LB.4 Hasil Ekstrak yang Diperoleh Setelah Penambahan Antisolvent 52 Gambar LB.5 Proses Pengkristalan yang Diperoleh Setelah Penambahan

Antisolvent 53

Gambar LB.6 Penyaringan Kristal yang Dilakukan Setelah terjadi

Pembentukan Kristal 53


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu 3

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Tomat Segar (Matang)

Tiap 180 gram Bahan 8

Tabel 2.2 Sifat Fisika Likopen 12

Tabel 2.3 Keterangan Jumlah Bahan Baku untuk Mengekstraksi Likopen

Dari Buah Tomat Menggunakan pelarut Heksana dan Etil Asetat 23 Tabel 2.4 Keterangan Jumlah Bahan Baku untuk Proses Kristalisasi Likopen

dari Ekstrak Buah Tomat Menggunakan Antisolvent Metanol 24 Tabel 4.1 Hasil Analisis Karakteristik (Fourier Transform Infra Red) Likopen

pada Perbandingan Umpan dan Pelarut (F/S) 1:4 dengan


(15)

ABSTRAK

Likopen merupakan suatu senyawa karotenoid yang bersifat antioksidan dan memiliki pigmen merah yang terdapat pada jaringan tumbuhan seperti tomat. Likopen dapat dijadikan sebagai suatu senyawa yang ampuh terhadap kesehatan tubuh melalui produk olahan tomat. Kajian tentang pemanfaatan likopen ini telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan umpan dengan pelarut campuran (F/S) serta penambahan metanol pada ekstraksi likopen dari buah tomat menggunakan pelarut campuran heksana:etil asetat (1:1) dilanjutkan dengan kristalisasi antisolvent. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah jus buah tomat lewat matang dengan volum 150 ml. Ekstrak likopen diperoleh melalui metode ekstraksi pada suhu 70 oC dan kecepatan pengadukan 7 rpm. Metode lainnya adalah kristalisasi dengan penambahan metanol sebagai antisolvent pada ekstrak likopen dalam kondisi supersaturated.Adapun variabel berubah dari penelitian ini adalah perbandingan umpan dan pelarut (F/S) yaitu 1:2; 1:2,5; 1:3; 1:3,5; 1:4 dan 1:4,5 dan volume metanol sebagai antisolvent yaitu 50 ml, 100 ml, 150 ml dan 200 ml. Dari hasil penelitian pengaruh perbandingan umpan dan pelarut terhadap rendemen likopen terekstrak, diperoleh pada kondisi optimum 1:4 dengan volume antisolvent 200 ml. Sedangkan pengaruh penambahan metanol sebagai antisolvent dan agen presipitasi maksimum yang terbaik terjadi pada volume 200 ml. Analisa gugus fungsi dengan menggunakan spektroskopiFourier Transform Infrared (FT-IR) terdeteksi gugus C=C pada panjang gelombang 1519,91 cm-1, gugus CH2 terdeteksi

pada panjang gelombang 1446,61 cm-1, gugus R-CH=CH-R terdeteksi pada panjang gelombang 979,84 cm-1. Sedangkan gugus C-C serta C-CH terdeteksi pada panjang gelombang 1138 dan 1373,32 cm-1.


(16)

ABSTRACT

Lycopene is a carotenoid compounds which as an antioxidants and has a red pigment found in plant tissues such as tomatoes. Lycopene could be made into potential compound to health of human body through processed tomato products. Studies on the utilization of lycopene had been conducted to determine the effect of comparison feed and solvent (F/S) and the addition of methanol for extraction of lycopene from tomatoes using mixture solvent of hexane:ethyl acetate (1:1) followed by crystallization antisolvent. In this research, ripe tomatoes juice was used with volume 150 ml. Lycopene extract was obtained through extraction method at temperature of 70 °C and the stirring speed 7 rpm. The other method was by the addition of methanol as antisolvent for crystallization. As for changing variable in this study were a comparison of feed and solvent (F/S) 1:2; 1:2.5; 1:3; 1:3.5; 1:4 and 1:4,5, and the volume of methanol as antisolvent were 50 ml, 100 ml, 150 ml and 200 ml. The results of this research about influence of feed and solvent to lycopene yield extracted obtained at the optimum condition 1:4 with a volume of 200 ml antisolvent. Whereas the influence about addition of methanol as antisolvent as an agent of precipitation and maximum condition occurs on volume of 200 ml. Wavelength analysis of C=C linkage with Fourier Transform Infrared (FT-IR) detected at wavenumber 1519,91 cm-1, CH2 linkage detected at wavenumber 1446,61

cm-1, R-CH=CH-R linkage detected at wavenumber 979,84 cm-1. While, C-C and C-CH linkage detected at wavenumber 1138 and 1373,32 cm-1.

Keywords: antisolvent, extraction, crystallization, lycopene, supersaturated, tomato


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan salah satu sayuran yang sudah mendunia, termasuk di Indonesia. Di China, dengan luas area 5 juta ha mampu menghasilkan 129 juta ton atau lebih dari 25% dari luas tanaman tomat di dunia. Di benua Asia dan Afrika dengan luas area 79% dari seluruh tanaman tomat di dunia mampu menghasilkan 65% kebutuhan tomat [1]. Sedangkan di Indonesia, produksi buah tomat mencapai 626.872 ton dengan luas panen sebesar 52.719 ha di tahun 2004 dan semakin meningkat sebesar 893.504 ton di tahun 2014 [2].

Tomat mengandung vitamin A dan C yang cukup tinggi [3]. Selain itu, tomat memiliki kandungan likopen yang tinggi, yang dapat diekstrak untuk digunakan pada produk- produk kesehatan [4]. Selama proses pematangan, kandungan likopen pada buah meningkat dengan tajam [5]. Secara kimiawi, likopen merupakan senyawa yang larut pelarut organik seperti n-heksana dan etil asetat. Selain itu, likopen merupakan karoten hidrokarbon tetraterpenik asiklik dengan 13 ikatan rangkap karbon-karbon diantaranya 11 ikatan rangkap terkonjugasi. Dengan adanya tingkat konjugasi yang tinggi ini menghasilkan sifat antioksidan yang kuat bagi molekul sehingga membuat likopen menjadi salah satu antioksidan paling ampuh [6].

Di kalangan masyarakat umum, buah tomat hanya dijadikan sebagai sayur tanpa adanya pemanfaatan lebih mengingat kandungan gizi dalam tomat memiliki nilai jual yang jauh lebih baik dan bernilai ekonomis [7]. Misalnya, pembuatan tepung tomat yang dapat dijadikan sebagai sumber makanan alternatif mengingat gizi yang dikandungnya cukup lengkap. Likopen merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tubuh manusia yaitu sebagai penyedia provitamin dan aktivitas antioksidan [8]. Asupan makanan dari tomat dan produk tomat yang mengandung likopen juga telah terbukti mampu mengurangi risiko penyakit kronis seperti kanker, dan kardiovaskular [4]. Efek yang menguntungkan ini telah dikaitkan dengan aktivitas antioksidan dari tomat berbasis produk [5].

Berbagai metode yang berbeda telah dikembangkan dalam ekstraksi likopen dari buah tomat seperti ekstraksi dengan pelarut konvensional dan ekstraksi dengan fluida


(18)

superkritik (SFE). Adapun ekstraksi likopen ini dilakukan pemurnian dengan penambahan antisolvent dalam proses kristalisasi sehingga mengindikasikan tingkat pemulihan likopen yang cukup tinggi [9].

Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa campuran pelarut mengindikasikan yield ekstraksi terbesar dan optimum dibandingkan dengan satu jenis pelarut. Oleh karena itu, pada penelitian dilakukan dengan pelarut konvensional berupa pelarut campuran yakni heksana dan etil asetat untuk meningkatkan yield ekstraksi dengan metode kristalisasiantisolvent.

Hasil akhir suatu reaksi kemungkinan masih mengandung pelarut, reagen yang berlebihan maupun produk yang diinginkan bercampur dengan hasil reaksi lain yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, dibutuhkan pemurnian terhadap produk yang diinginkan. Pemurnian inilah yang disebut dengan metode kristalisasi [4].

Pada metode kristalisasi ini dapat menggunakan antisolvent yang mampu meningkatkan pemulihan likopen dari suatu proses yang mempengaruhi laju nukleasi dan pertumbuhan kristal dari senyawa mengkristal. Proses ini dapat dilakukan pada kondisi suhu ruangan [10]. Endapan yang terbentuk dapat dipisahkan dengan filtrasi,

decanting dan sentrifugasi (Giulietti dan Andre, 2010). Adapun rangkuman berdasarkan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut :


(19)

No. Peneliti Judul Bahan Baku dan Pelarut Metode Hasil Penelitian 1. [11] Lin dan

Chen

Determination of Carotenoids in Tomato

Juice by Liquid Chromatography

Buah Tomat Segar Matang Pelarut:

Heksana : Etanol (4:3), Aseton : Heksana (3:5), Etil Asetat : Heksana (1:1), etil asetat (100%)dan

Campuran Pelarut (Etanol : Aseton : Heksana

(2:1:3))

Ekstraksi cair-cair

Hasil Yield Ekstraksi :

• Etanol : Heksana (4:3): 121,66 µg/g

• Aseton : Heksana (3:5) :71,74 µg/g

• Etanol : Aseton : Heksana (2:1:3): 96,13 µg/g

• Etil asetat : Heksana (1:1) :77,88 µg/g

• Etil asetat (100%) : 82,62 µg/g

2. [12 ]Maulida dan Naufal,

2013

Ekstraksi Antioksidan (Likopen) dari Buah

Tomat dengan Menggunakan Solven Campuran, n- Heksana,

Aseton dan Etanol.

Buah Tomat Segar Pelarut: (Heksana : Aseton :

Etanol (2 : 1 : 1))

Ekstraksi Cair -Cair

Hasil Yield Ekstraksi:

• Pengaruh Perbandingan f/s terhadap Kadar Likopen bahwa pada perbandingan f/s 1 : 4 adalah yang terbaik.

• Pengaruh Kenaikan Suhu Terhadap Kadar Total Likopen bahwa kondisi suhu ekstraksi yang baik pada suhu 70 ºC.


(20)

• Pengaruh Perubahan Waktu Terhadap Kadar Total Likopen bahwa waktu ekstraksi yang paling optimum adalah 90 menit dengan likopen yang terekstrak sebesar 40, 15 %

3. [9] Rohet al., 2013

A Simple Method For The Isolation of Lycopene

From Lycopersicum Esculentum.

Buah Tomat Segar Pelarut:

Heksana, Etil Asetat dan Etanol.

Ekstraksi Sokhlet dan Metode

Anti-Solvent

Hasil yield ekstraksi:

• Etil Asetat : 4,39 ± 0,27 mg/g

• Heksana : 3,38 ± 0,38 mg/g

• Etanol : 1,25 ± 0,29 mg/g 4. [13] Strati dan

Vassiliki, 2008

Process Optimization for Recovery of Caretenoids

fromTomato Waste

Limbah Tomat (tomato waste)

Pelarut: Etanol, Heksana, Etil Asetat, Aseton, Heksana :

Etanol (50:50), Heksana :Aseton(50:50) dan

Heksana: Etil Asetat (50:50)

Ekstraksi Padat Cair (Leaching)

Hasil yield ekstraksi likopen

• Etanol : 70±3%

• Heksana : 97±2%

• Etil Asetat: 82±4%

• Aseton : 84±3%

• Heksana : Ethanol (50:50) : 84,4±4%

• Heksana : Aseton (50:50) : 85±3%

• Heksana : Etil Asetat (50:50) : 95±3%


(21)

Proses ekstraksi dipengaruhi oleh suhu, waktu reaksi, perbandingan umpan dengan pelarut, dan ukuran partikel (mesh) [14]. Untuk itu, pada penelitian ini, perbandingan umpan dan pelarut (F/S) dipilih sebagai variabel pengamatan.

Di samping itu, berdasarkan penelitian sebelumnya, pemurnian hasil ekstraksi menggunakan metode kristalisasi yakni penambahan sejumlah antisolvent masih jarang digunakan. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, akan dilakukan ekstraksi buah tomat (Lycopersicon esculentum)yang telah matang dan hampir membusuk sekaligus menerapkan metode antisolvent untuk memperoleh kondisi optimum atau kandungan ekstrak likopen yang tinggi mengingat peranan likopen yang cukup tinggi di dunia industri sekarang ini.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh perbandingan umpan dengan pelarut campuran heksana dan etil asetat (F/S) pada ekstraksi likopen dari buah tomat terhadap rendemen likopen yang terekstrak.

2. Bagaimana pengaruh penambahan metanol sebagai antisolventterhadap pada tahap kristalisasi likopen terhadap rendemen likopen yang terekstrak.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan umpan terhadap pelarut (F/S) serta penambahan metanol pada ekstraksi likopen dari buah tomat menggunakan pelarut campuran heksana : etil asetat (1:1), dilanjutkan dengan kristalisasiantisolvent.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Untuk meningkatkan nilai ekonomis dari buah tomat (Lycopersicon esculentum).

2. Untuk meningkatkan rendemen dari ekstraksi likopen dengan menggunakan metode kristalisasiantisolvent.


(22)

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penelitian ini memiliki ruang lingkup atau batasan sebagai berikut: 1. Sampel yang digunakan adalah buah tomat lewat matang.

2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi cair-cair dilanjutkan dengan kristalisasi menggunakan metanol sebagaiantisolvent.

3. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel tetap:

Volume jus tomat : 150 ml

Suhu ekstraksi : 70 ºC

Rasio volume campuran heksana : etil asetat : 1:1

Kecepatanstirrer : 7 rpm

Variabel berubah:

− Perbandingan umpan dan pelarut (F/S) 1:2, 1: 2,5 ; 1:3 ; 1:3,5 ; 1:4 ; 1:4,5

− Volume metanol : 50 ml, 100 ml, 150 ml dan 200 ml 4. Parameter pengujian adalah :

Fourier Transform InfraRed (FTIR) guna untuk mengetahui kualitas dari sampel serta menentukan jumlah komponen dalam campuran.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TOMAT(Lycopersicon Esculentum)

Buah tomat termasuk komoditi hortikultura yang sangat mudah rusak, baik yang disebabkan oleh kerusakan mekanis dan fisiologi lanjut maupun kerusakan yang disebabkan oleh mikrobiologi (pembusukan). Dengan sifatnya tersebut, jumlah buah tomat yang rusak pada proses pemasaran terutama di pasar-pasar tradisional di daerah perkotaan mencapai 30 sampai 40 %. Buah tomat yang telah mengalami kerusakan dibuang karena tidak layak jual dan dinyatakan sebagai buah tomat afkiran. Dengan mengacu kepada jumlah buah tomat yang rusak selama pemasaran, maka perlu ada upaya pemanfaatan tomat rusak (tomat afkiran) menjadi produk yang bernilai ekonomi [15].

Konsumsi terhadap buah tomat segar dan olahan buah tomat, dapat mengurangi risiko berbagai penyakit kanker dan jantung. Efek yang menguntungkan ini telah dikaitkan dengan aktivitas antioksidan dari tomat berbasis produk[6].

Di antara lebih dari 600 karotenoid pada tanaman, hanya sekitar 14 yang ditemukan dalam jaringan manusia. Tomat dan produk tomat berkontribusi sembilan dari 14 karotenoid dan merupakan sumber utama likopen, neurosporene, gamma-karoten, phytoene, dan phytofluene [16].

Adapun tomat hampir selalu ada dalam makanan karena mempunyai rasa yang khas yaitu agak masam dan mengandung gizi dan vitamin. Selain itu tomat juga dapat mempercantik penampilan makanan dengan adanya pigmen yang terkandung di dalamnya. Tomat mengandung vitamin A dan C yang sangat diperlukan bagi kesehatan organ penglihatan, sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan, reproduksi, dan berkhasiat sebagai antioksidan. Di samping itu tomat juga mengandung sejumlah mineral yang dibutuhkan tubuh seperti kalium, fosfat dan kalsium. Buah tomat selain dapat di konsumsi secara langsung, juga dapat didiversifikasi menjadi berbagai macam bentuk seperti jus tomat, saos tomat, dan pasta tomat. Salah satu olahan tomat yang paling populer adalah pasta tomat. Pasta tomat merupakan produk yang berfungsi sebagai bahan baku


(24)

pembuatan produk pangan berupa aneka saos. Buah tomat dijadikan salah satu bahan baku untuk pembuatan pasta karena kandungan antioksidannya yang terdapat pada buah tomat sangat baik bagi tubuh kita. Antioksidan yang sering diperoleh dari asupan makanan banyak mengandung vitamin C, vitamin E, betakaroten, senyawa fenolat dan senyawa karotenoid [17].

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Tomat Segar (Matang) Tiap 180 Gram Bahan [12]

Nutrien Jumlah Kebutuhan per

Hari (%)

Kepadatan Nutrisi

Vitamin C 34,38 mg 57,3 27,3

Vitamin A 1121,40 IU 22,4 10,7

Vitamin K 14,22 mcg 18,8 8,5

Molybdenum 9,00 mcg 12,0 5,7

Kalium 399,6 mg 11,4 5,4

Mangan 0,19 mg 9,5 4,5

Serat 1,98 g 7,9 3,8

Kromium 9,00 mcg 7,5 3,6

Vitamin B1 (thiamine) 0,11 mg 7,3 3,5

Vitamin B6 (pyridoxine) 0,14 mg 7,0 3,3

Folat 27,00 mg 6,8 3,2

Tembaga 0,13 mg 6,5 3,1

Vitamin B3 (niacin) 1,13 mg 5,6 2,7

Vitamin B2 (riboflavin) 0,09 mg 5,3 2,5

Magnesium 19,80 mg 5,0 2,4

Besi 0,81 mg 4,5 2,1

Vitamin B5 (as. Pantotenat) 0,44 mg 4,4 2,1

Phospor 43,20 mg 4,3 2,1

Vitamin E 0,68 mg 3,4 1,6

Tryptophan 0,01 g 3,1 1,5

Protein 1,53 g 3,1 1,5

2.2 LIKOPEN DARI BUAH TOMAT(LYCOPERSICON ESCULENTUM) Likopen tersedia pada berbagai macam sayur - sayuran dan buah - buahan. Seperti pada tomat yang diproses menjadi suatu sumber yang kaya. Likopen dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker dan hati koroner. Likopen juga telah ditemukan efektif dalam pengobatan penyakit mata, infertilitas laki-laki, peradangan, dan osteoporosis [18].

Perlindungan efektif ini telah terdistribusi ke dalam suatu karetenoid dimana merupakan salah satu kandungan terbanyak dalam buah tomat.Karotenoid adalah


(25)

(26)

(27)

ini tidak mampu menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang tinggi sehingga likopen yang teroksidasi akan menghasilkan zat yang berwarna pucat atau tidak berwarna. Elektron dalam ikatan rangkap akan menyerap energi dalam jumlah besar untuk menjadi ikatan jenuh, sehingga energi dari radikal bebas yang merupakan sumber penyakit dan penuaan dini dapat dinetralisir oleh likopen [12]. 2.2.1 Sifat Fisika Likopen

Karotenoid secara luas didistribusikan dalam buah-buahan dan sayuran, dan lebih dari 600 karotenoid, terutama cis-trans isomer, telah ditandai dalam produk nabati yang digunakan manusia. Secara kimiawi, karotenoid dapat dibagi menjadi dua kelompok utama spesies karotenoid di kelas pertama adalah karotenoid hidrokarbon tak jenuh tinggi seperti likopen, α-kareteniod, β-karoten, γ-karoten [20].

Sifat likopen sebagai antioksidan dapat dikembangkan dengan dua cara. Pertama, melalui pemeriksaan efek perlindungan likopen melawan kerusakan oksidatif hingga molekul biologis seperti, DNA, lipid dan protein dalam sel. Sebagai contoh, likopen telah dibuktikan secara efektif dalam melindungi dari kerusakan oksidatif. Cara lainnya adalah melalui kemampuan likopen dalam menanggulangi radikal bebas secara langsung. Likopen merupakan quencher

oksigen paling efektif dan reaksi langsung antara likopen dan sejumlah radikal lainnya dari Nitrogen dioksida, thiol, dan sulfonil telah dibuktikan [22] .

Sifat fisik likopen diuraikan dalam Tabel 2.2. Dalam buah tomat matang, likopen berbentuk memanjang, jarum seperti kristal yang memberikan warna merah cerah khas buah tomat matang. Likopen lebih mudah larut dalam kloroform, benzena, dan pelarut organik selain dalam air.


(28)

Tabel 2.2 Sifat Fisika Likopen [20] Sifat Fisika Likopen 1. Rumus Molekul C40H56

2. Berat Molekul 536,85 Da 3. Titik Beku 172-175 ºC

4. Bentuk Kristal Jarum panjang merah dari campuran karbon disulfide dan etanol

5. Bentuk Bubuk Gelap bewarna merah kecoklatan

6. Kelarutan Dapat larut pada kloroform, heksana, benzene dan karbon disulfide, aseton, petroleum eter.

Tidak larut pada air, etanol dan methanol 7. Sensitivitas Cahaya, oksigen, suhu tinggi dan asam 2.2.2 Sifat Kimia Likopen

Likopen merupakan hidrokarbon poliena, sebuah asiklik rantai terbuka karotenoid tak jenuh yang memiliki 13 ikatan rangkap, di mana 11 diantaranya terkonjugasi ikatan ganda diatur dalam susunan yang linear, memiliki rumus molekul C40H56. Dua kelompok metil sentral berada dalam posisi 1,6, sedangkan

kelompok metil yang tersisa berada di 1,5 posisi relatif satu sama lain. Serangkaian ikatan ganda terkonjugasi merupakan chromatophore dari suatu variabel. Warna dan aktivitas antioksidan likopen adalah konsekuensi dari struktur unik, sistem diperpanjang ikatan ganda terkonjugasi. Likopen memperlihatkan warna merah delima untuk struktur poliena yang ekstensif terkonjugasi. Di alam, likopen ada dalam semua bentuk trans dan tujuh obligasi ini dapat berisomerisasi dari bentuk mono-trans atau bentuk poly-cis di bawah pengaruh panas, cahaya maupun reaksi kimia [20].

2.3 EKSTRAKSI

Ekstraksi adalah proses pemisahan kelarutan zat terlarut (solute) dalam campuran dengan pelarutnya (solvent). Tujuan ekstraksi adalah untuk mengeluarkan zat yang diinginkan dari suatu campuran dan memisahkan zat yang tidak diinginkan dari campuran tersebut. Proses ekstraksi ada 2 macam yaitu ekstraksi padat- cair(leaching)dan ekstraksi cair - cair.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi [23] : 1. Ukuran partikel.


(29)

3. Suhu operasi 4. Pengadukan

Prinsip dasar dari ekstraksi ini meliputi pengontakan dari sebuah larutan dengan pelarut lain dimana tidak saling melarut. Pelarut juga memiliki kemampuan melarut dengan spesifik zat terlarut yang terdapat pada larutan. Dua fasa terbentuk setelah penambahan pelarut, menyebabkan perbedaan densitas atau berat jenis. Pelarut dipilih sehingga zat terlarut dalam larutan memiliki afinitas terhadap pelarut. Oleh karena itu, perpindahan massa zat terlarut pada larutan menuju pelarut terjadi.

Berikut beberapa design variabel yang harus ditetapkan pada proses ekstraksi [24]:

1. Suhu operasi 2. Tekanan operasi 3. Laju alir umpan

•Komposisi

•Suhu aliran yang masuk

•Tekanan aliran yang masuk 2.3.1 Ekstraksi Cair- Cair

Proses pemisahan secara ekstraksi dilakukan jika campuran yang akan dipisahkan berupa larutan homogen (cair - cair) dimana titik didih komponen yang satu dengan komponen yang lain yang terdapat dalam campuran hampir sama atau berdekatan. Pada proses pemisahan secara ekstraksi, face cairan II segera terbentuk setelah sejumlah massa solven ditambahkan kedalam campuran (cairan I) yang akan dipisahkan. Sebelum campuran dua fase dipisahkan meenjadi produk ekstrak dan produk rafinat, suatu uasah harus dilakukan dengan mempertahankan kontak antara face cairan I dengan fase cairan II sedemikian hingga pada suhu dan tekanan tertentu campuran dua fase berada dalam kesetimbangan. Jika antara solven dan diluen tidak saling melarutkan, maka sistem tersebut dikenal sebagai ekstraksiInsoluble Liquid.


(30)

(31)

(32)

Untuk meningkatkan kelarutan dan meminimalkan keterbatasan transfer massa, desain unit leaching harus mempertimbangkan efek dari ukuran partikel, pelarut, suhu, dan agitasi [29].

2.3.3 Ekstraksi Fluida Superkritik (SFE)

Ekstraksi fluida super kritik menggunakan CO2 (karbon dioksida sebagai

pelarut, dimana dalam hal ini ekstraksi fluida superkritik teknik pemisahan yang baru dan relative. Teknik ini dapat digunakan sebagai cara analisis yang efisien atau persiapan dari berbagai kandungan material yang berguna pada tumbuhan. Ekstraksi dari bahan ini merupakan dasar yang baik bagi produk baru di bidang farmasi dan komposisi pada fungsional makanan. Pada beberapa decade ini, fluida super krtik (SFE) telah menerima perhatian khusus di bidang ekstraksi bahan padat dan fraksinasi dari campuran cair. Ekstraksi fluida superkritis menggunakan karbon dioksida (SC-CO2) adalah metode isolasi sangat cocok untuk isolasi

komponen berharga dari bahan tanaman. Sebuah ekstrak tumbuhan alami, bebas dari perubahan kimia yang disebabkan oleh panas dan air, dan tanpa residu pelarut dan artefak lainnya dapat diperoleh dengan metode ini. Selain itu, metode konvensional biasanya dilakukan pada suhu tinggi, yang dapat bertanggung jawab atas kehancuran zat yang berharga. SFE merupakan teknologi pemisahan yang menggunakan fluida superkritik sebagai pelarut. Setiap fluida dikaraterisasi dengan critical point, dimana hal ini didefinisikan pada kondisi suhu kritis dan tekanan kritis. Fluida tidak bisa dicairkan di atas suhu kritis terlepas dari tekanan yang diterapkan, tetapi dapat mencapai densitas dekat dengan keadaan cair

Superkritis CO2 (SC-CO2) juga menarik karena difusivitas tinggi dan

kekuatan pelarut mudah tunable. Keuntungan lain adalah bahwa CO2 adalah gas

pada suhu kamar dan tekanan biasa, yang membuat pemulihan analit sangat sederhana dan memberikan analit bebas pelarut. Hal yang penting juga untuk persiapan sampel dari produk alami adalah kemampuan SFE menggunakan CO2

dioperasika pada temperature rendah menggunakan medium non-oksidan yang memungkinkan ekstraksi senyawa termal labil atau mudah teroksidasi. Selain itu, CO2superkritis memiliki nol tegangan permukaan, yang memungkinkan penetrasi


(33)

rupa sehingga senyawa dapat diekstraksi dari matriks di salah satu set kondisi dan kemudian dipisahkan dari CO2 superkritis dalam operasi hilir di bawah

seperangkat sedikit berbeda dari kondisi. Beberapa keuntungan lain dari CO2

superkritis yang tersedia dalam kemurnian tinggi dengan biaya yang relatif rendah, dapat dengan mudah dihilangkan dari matriks setelah proses, dan dapat dengan mudah dipisahkan dari senyawa yang diekstrak [30].

2.3.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi

Faktor yang mempengaruhi ekstraksi berkaitan erat dengan laju perpindahan massa. Hal-hal yang mempengaruhi laju perpindahan massa adalah sebagai berikut [29]:

1. Penyiapan bahan sebelum ekstraksi

Untuk memudahkan proses ekstraksi perlu dilakukan penyiapan bahan baku yang meliputi pengeringan bahan dan penggilingan. Sebelum di ekstraksi bahan harus dikeringkan dahulu untuk mengurangi kadar airnya dan disimpan pada tempat yang kering agar terjaga kelembabannya. Dengan pengeringan yang sempurna akan dihasilkan ekstrak yang memiliki kemurnian yang tinggi.

2. Ukuran Partikel Padatan

Ukuran padatan yang besar, difusi zat terlarut dari dalam padatan ke permukaan padatan lebih besar daripada difusi dari permukaan padatan ke badan cairan. Sebaliknya pada ukuran padatan yang kecil difusi zat terlarut dari dalam padatan ke permukaan padatan lebih kecil daripada difusi dari permukaan padatan ke badan cairan. Kadar zat terlarut dalam pelarut makin lama semakin besar sampai keadaan setimbang. Untuk butir padatan yang cukup kecil dapat diambil asumsi bahwa konsentrasi zat terlarut dalam padatan selalu homogen.

3. Pelarut

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut, yaitu : a. Sifat pelarut yang terdiri dari selektivitas, koefisien, densitas, tegangan

antar permukaan, kemudahan pengambilan kembali pelarut, keaktifan secara kimia.


(34)

b. Jumlah pelarut

Semakin banyak jumlah pelarut semakin banyak pula jumlah produk yang akan diperoleh, hal ini dikarenakan :

 Distribusi partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga memperluas permukaan kontak.

 Perbedaan konsentrasi solute dalam pelarut dan padatan semakin besar.

4. Perlakuan Hidrodinamik (Pengadukan)

Pengadukan merupakan hal yang berpengaruh dalam ekstraksi. Semakin bertambah kecepatan pengadukan maka semakin banyak pula zat terekstraksi yang didapat. Namun kecepatan pengadukan yang terlalu cepat dapat menyebabkan kandungan dari bahan tersebut rusak.

5. Waktu Operasi

Waktu ekstraksi merupakan hal yang berpengaruh dalam ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak pula zat terekstraksi yang didapat. Namun waktu yang terlalu lama menyebabkan biaya operasi semakin tinggi. Dengan mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi proses ekstraksi dan memberikan perlakuan yang dapat menunjang proses ekstraksi, maka akan didapatkan hasil ekstraksi secara maksimal.

2.4 SOLVEN YANG DIGUNAKAN

Solven yang digunakan pada penelitian ini adalah heksana dan etil asetat (1:1).

2.4.1 Heksana

n-Heksana merupakan senyawa kimia yang dipelajari secara detail melalui langkah - langkah dari kondisi suhu, kalori dan sifat akustik pada fasa cair dan fasa uap [31].

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alifatik yang sangat mudah menguap dengan rumus kimia C6H14. n- Heksana merupakan konstituen dalam

fraksi paraffin dari minyak mentah dan gas alam dan juga digunakan sebagai reagen pada industri kimia dan laboratorium. Heksana merupakan produk industri yang terdiri dari campuran hidrokarbon dengan 6 atom karbon dan memiliki


(35)

isomer 2-metil pentana dan 3- metil pentana.n- Heksana merupakan jenis pelarut non polar [32].

Karakteristik n - heksana :

1. Nama Kimia : n-heksana

2. Nama lain :hexane, hexyl hydride

3. Rumus molekul : C6H14

4. Struktur Kimia : CH3CH2CH2CH2CH2CH3

5. Berat molekul : 86,18 kg/mol

6. Warna : berwarna

7. Melting point : - 95oC

8. Densitas : 0,6603 pada 20 °C 9. Boiling point : 69 ( P = 1 atm) 10.Flash Point : -22 ºC

11.Spesific gravity : 0,659

12. Kelarutan dalam air : tidak larut , 9,5 mg / L

13. Pelarut organik : Larut pada alkohol, kloroform, eter

Berbagai jenis nilai komersial n-heksana yang tersedia, dan konstituen selain n-heksana biasanya merupakan bagian yang disengaja dari proses pembuatan campuran komersial ini. Dimana ditujukan secara khusus untuk ekstraksi minyak atau penggunaan pada laboratorium. Kemurnian produk-n heksana yang diperoleh mungkin berada di kisaran 95-99% n-heksana; untuk berbagai penggunaan di mana kemurnian tidak begitu penting, campuran n-heksana komersial (di kisaran 20-80% dari n-heksana) mungkin mengandung sejumlah kecil bahan kimia seperti aseton, metal etil keton, diklorometana dan triklorometana, senyawa aromatis lainnya dan berbagai petroleum hidrokarbon [32].

2.4.2 Etil Asetat

Etil asetat merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Penggunaan bahan ini biasa digunakan sebagai bahan mentah atau pelarut untuk melukis, bahan kulit maupun industri farmasi [33].

Adapun sifat fisika dan kimia dari Aseton adalah [33]: 1. Rumus molekul : C4H8O2


(36)

2. Berat molekul : 88,1 gr/mol

3. Tekanan uap : 93,7-94,5 mm Hg pada 25 ºC 4. Koefisien partisi : 0,73

5. Kelarutan dalam air : 8,08 x 104mg/1000 gr pada 20 ºC 2.5 TEKNIK ISOLASI DAN PEMURNIAN

Isolasi pada hasil akhir suatu reaksi membutuhkan kemurnian akan produk yang dihasilkan. Dimana, hasil reaksi dalam campuran tersebut mungkin saja masih mengandung pelarut, reagen yang berlebihan ataupun kemungkinan produk yang diinginkan bercampur dengan hasil reaksi lain yang tidak diinginkan.

Adapun beberapa teknik yang berhubungan dengan isolasi dan pemurnian sebagai berikut:

2.5.1 Teknik Filtrasi

Filtrasi terhadap suatu campuran setelah reaksi berlangsung merupakan hal yang penting karena dapat mengisolasi produk yang berada dalam bentuk padatan dari pelarutnya maupun dapat memisahkan zat pengotor dan reaktan yang tidak larut dari produk hasil reaksi yang masih berada dalam larutan [4].

2.6 TEKNIK REKRISTALISASI

Senyawa organik yang berbentuk padat yang diisolasi dari suatu hasil reaksi organik jarang yang sudah berada dalam bentuk murni. Pemurnian dari senyawa tersebut umumnya efektif dengan cara kristalisasi menggunakan pelarut maupun campuran pelarut yang sesuai.

Proses rekristalisasi terdiri dari :

1. Melarutkan senyawa yang belum murni ke dalam pelarut yang sesuai dengan temperature titik didihnya.

2. Menyaring larutan panas sehingga zat pengotor tidak larut akan terpisah.

3. Mendinginkan filtrat panas tersebut, hal ini akan membuat zat yang tadinya terlarut akan mengkristal.

4. Pemisahan kristal dari supernatant kemudian dikeringkan.

Contoh pelarut umum yang digunakan untuk teknik kristalisasi adalah methanol, etanol, aseton, etil asetat, asam asetat glasiaal, kloroform, dietil eterm


(37)

Jika kristalisasi tidak terbentuk selama pendinginan filtrat dalam waktu cukup lama maka larutan harus dibuat lewat jenuh [34].

2.7 KRISTALISASI ANTI-SOLVENT

Kristalisasi anti-solvent merupakan metode pemisahan dan pemurnian yang efektif. Metode ini menghasilkan kristal dari larutan dan mengendalikan sifat-sifat kristal seperti ukuran partikel dan bentuk morfologinya. Penggunaan anti-solvent dalam proses kristalisasi ini mengurangi kelarutan suatu zat terlarut dalam larutan dan membentuk kristal secara cepat. Sifat fisika dan kimia anti-solvent dapat mengubah laju pencampuran dengan larutan dan dengan demikian mempengaruhi laju nukleasi dan pertumbuhan kristal dari senyawa mengkristal. Selain itu, parameter eksperimen kristalisasi sangat mempengaruhi mekanisme pembentukan partikel dan mengatur bentuk ukuran kristal dan distribusinya. Umumnya, anti-solvent meliputi pengstabil hidrofilik seperti surfaktan yang diabsorbsi pada permukaan kristal untuk menghambat pertumbuhan kristal [10].

Pembentukan fasa padat pada proses kristalisasi terjadi pada 2 langkah. Pertama, penampilan struktur transisi antara fasa padatan dan fluida atau nukleasi. Nukleat terjadi pada dua tahap yaitu primer dan sekunder. Yang kedua, pertumbuhan strukturnya menjadi partikel padat yaitu kristal. Konsentrasi larutan harus lebih besar dibanding konsentrasi keseimbangan pada suhu kelarutan sehingga menjadi nukleasi dan pertumbuhan kristal terjadi. Perbedaan antara konsentrasi actual dan konsentrasi keseimbangan disebut supersaturation dan merupakan gaya dorong proses kristalisasi. Supersaturation dapat dihasilkan pada system melalui pendinginan, penguapan pelarut dan perubahan medium dengan menambahkan antisolvent yang mengurangi kelarutan zat terlarut pada system resultan atau pengubahan zat terlarut melalui reaksi kimia menghasilkan zat lain dengan kelarutan yang lebih rendah. Proses lainnya yang terjadi seperti aglomerasi dan kerusakan partikel partikel yang mempengaruhi distribusi ukuran produk akhir (kristal) [35].

Adapun keuntungan kristalisasi antisolvent ini adalah proses dapat dilakukan pada temperature mendekati suhu ruangan. Hal ini sangat nyaman untuk zat yang sensitive pada panas. Selain itu, proses ini membutuhkan energi yang rendah dibandingkan proses penguapan pelarut. Bagaimanapun, campuran


(38)

pelarut anti-solvent harus dipisahkan sehingga dapat digunakan kembali. Keuntungan lain dari kristalisasi anti-solvent adalah bahwa perubahan komposisi pelarut dapat mendukung satu struktur kristal dalam kasus-kasus di mana zat terlarut dapat mengkristal dalam dua atau lebih fase kristal. Proses kristalisasi anti-solvent ini biasa dilakukan pada kristalisasi pada gula seperti laktosa, fruktosa [35].

2.8 METODE ANALISA

Adapun metode analisa yang digunakan untuk penelitian ini di antaranya adalah :

2.8.1 Spektroskopi FTIR (Fourier Transform InfraRed)

Absorpsi sinar ultraviolet dan cahaya tampak akan mengakibatkan tereksitasinya elektron. Sedangkan absorpsi radiasi inframerah, energinya tidak cukup untuk mengeksitasi elektron, namun menyebabkan peningkatan amplitudo getaran (vibrasi) atom-atom pada suatu molekul [36].

Hal yang sangat unik pada penyerapan radiasi. gelombang elektromagnetik adalah bahwa suatu senyawa menyerap radiasi dengan panjang gelombang tertentu bergantung pada struktur senyawa tersebut. Absorpsi khas inilah yang mendorong pengembangan metode spektroskopi, baik spektroskopi atomik maupun molekuler yang telah memberikan sumbangan besar bagi dunia ilmu pengetahuan terutama dalam usaha pemahaman mengenai susunan materi dan unsur-unsur penyusunnya. Salah satu metode spektroskopi yang sangat populer adalah metode spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared), yaitu metode spektroskopi inframerah yang dilengkapi dengan transformasi Fourier untuk analisis hasil spektrumnya. Metode spektroskopi yang digunakan adalah metode absorpsi, yaitu metode spektroskopi yang didasarkan atas perbedaan penyerapan radiasi inframerah. Absorbsi inframerah oleh suatu materi dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat, yaitu kesesuaian antara frekuensi radiasi inframerah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel dan perubahan momen dipol selama bervibrasi [37].


(39)

2.9 ANALISA BIAYA

Analisa biaya dilakukan untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan melalui penelitian ini bersifat ekonomis. Bahan-bahan yang digunakan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bahan untuk ekstraksi dan bahan baku untuk kristalisasi.

Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi yaitu pelarut berupa heksana atau etil asetat dan jus tomat. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kadar likopen tertinggi diperoleh dengan menggunakan perbandingan Umpan dan Pelarut (F/S) 1:4, maka untuk perhitungan analisa biaya ini dilakukan perhitungan dengan menggunakan jumlah umpan (jus tomat) yaitu 150 ml dan jumlah pelarut 600 ml. Dimana untuk memperoleh 150 ml jus tomat dilakukan penghalusan 110 gram tomat. Diasumsikan bahwa dilakukan recycle pada penggunaan pelarut dan antisolvent hingga tidak dapat digunakan kembali hingga penggunaan tomat sebesar 110 kg tomat.

Berikut ini adalah tabel jumlah bahan baku yang digunakan untuk mengekstraksi likopen dari buah tomat :

Tabel 2.3 Keterangan Jumlah Bahan Baku untuk Mengekstraksi Likopen dari Buah Tomat Menggunakan Pelarut Heksana dan Etil Asetat

Bahan Kuantitas Harga/satuan

(Rp)

Harga (Rp)

Heksana Teknis 300 ml Rp 20.000/L 6.000,00

Etil Asetat Teknis 300 ml Rp 20.000/L 6.000,00

Tomat 110 kg 2.000,00/kg 220.000,00

Total Rp 232.000,00

Bahan baku untuk proses kristalisasi adalah antisolvent berupa metanol sebanyak 200 ml. Rendemen kristal likopen yang diperoleh dengan penggunaan antisolvent metanol teknis, maka dilakukan perhitungan analisa biaya untuk metanol teknis sebagai antisolvent.

Berikut ini adalah tabel jumlah bahan baku yang digunakan untuk proses kristalisasi likopen dari ekstrak buah tomat :


(40)

Tabel 2.4 Keterangan Jumlah Bahan Baku untuk Proses Kristalisasi Likopen dari Ekstrak Buah Tomat Menggunakan Antisolvent Metanol

Bahan Kuantitas Harga/satuan (Rp) Harga (Rp)

Metanol 200 ml 15.000,00/L 3.000,00

Total Rp 3.000,00

Dari Tabel 2.3 dan 2.4 diperoleh total biaya bahan baku untuk ekstraksi dan kristalisasi likopen dari buah tomat adalah Rp Rp 232.000,00 + Rp 3.000,00 = Rp 235.000,00. Diasumsikan bahwa dari 110 kg buah tomat akan menghasilkan 3,345 gram likopen, sehingga harga 1 gram likopen = Rp 235.000,00/3,345 gram = Rp 70.254,11/gram = Rp 70.254.000,00.

Harga pasaran 1 kg likopen bernilai US$ 6000 dengan nilai tukar dolar terhadap rupiah US$ 1 = Rp. 13.800,00 maka harga 1 kg likopen adalah Rp 82.800.000,00. Sehingga penelitian ini bernilai ekonomis.


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 6 bulan.

3.2 BAHAN

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain: 1. Jus buah tomat matang

2. Heksana 3. Etil asetat 4. Metanol

5. Aquadest

3.3 PERALATAN PENELITIAN

1. Pisau

2. Beaker glass

3. Blender 4. Gelas ukur 5. Labu leher tiga 6. Refluks kondensor 7. Statif dan klem 8. Termometer 9. Neraca analitik 10. Corong pemisah 11. Corong gelas 12. Gabus

13. Kertas saring Whatman No.1 14. Hot Plate


(42)

3.4 PROSEDUR PERCOBAAN 3.4.1 Persiapan Bahan Baku

Buah tomat dicuci dengan air beberapa kali hingga bersih. Kemudian, buah tomat yang sudah bersih dipotong-potong. Buah tomat yang telah dipotong kemudian diblender hingga halus hingga menjadi jus tomat. Setelah itu, buah tomat yang telah diblender hingga halus disimpan pada suhu dingin sampai digunakan.

3.4.2 Ekstraksi

Sebanyak 150 ml sampel jus tomat ditimbang. Jus tomat yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu leher tiga diikuti dengan penambahan pelarut berupa heksana : etil asetat (1:1) dengan perbandingan umpan dan pelarut (1:2). Setelahnya, sampel bersama pelarut kemudian diekstraksi menggunakan metode ekstraksi cair-cair selama 3 jam. Setelah 3 jam, ekstrak dan rafinat kemudian ditampung ke dalam beaker glass kemudian dicuci dengan aquadest untuk proses pencucian. Ekstrak dan rafinat kemudian dipisahkan dengan corong pemisah. Kemudian, ekstrak yang diperoleh dicuci dengan aquadest hingga bersih lalu didiamkan selama 15 menit untuk mengikat pengotornya. Kemudian diambil lapisan non polar (lapisan atas) lalu dipisahkan dengan lapisan polar (lapisan bawah) dengan corong pemisah. Lapisan non polar tersebut kemudian ditampung ke dalam beaker glass. Apabila masih ada variasi lain, prosedur tersebut diulang kembali.

3.4.3 KristalisasiAntisolvent

Ekstrak yang telah dipisahkan dari rafinatnya kemudian ditambahkan

antisolventdengan variasi 50 ml, 100 ml, 150 ml dan 200 ml. Setelah beberapa lama, kristal yang telah terbentuk kemudian disaring dengan kertas saring. Kristal yang telah diperoleh ditunggu hingga kering lalu ditimbang. Kemudian, kristal yang telah ditimbang kemudian disimpan pada suhu dingin sampai dianalisis. Apabila masih ada variasi lain, maka prosedur di atas diulang kembali.


(43)

3.5 FLOWCHART PENELITIAN 3.5.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku

Gambar 3.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku Mulai

Buah tomat dicuci dengan air hingga bersih

Buah tomat yang telah dipotong kemudian diblender hingga menjadi jus tomat

Disimpan pada suhu dingin hingga digunakan

Selesai


(44)

3.5.2 Flowchart Ekstraksi

Mulai

Ditimbang 150 ml sampel

Ke dalam labu leher tiga kemudian juga ditambahkan pelarut campuran (heksana : etil

asetat) dengan perbandingan umpan : pelarut (1:1) pada temperatur 70oC kemudian

diekstraksi selama 3 jam

Hasil ekstraksi ditampung padabeaker glass, kemudian tambahkan

aquadestuntuk proses pencucian.

Apakah masih ada variasi lain?

Selesai

Sampel kemudian di tampung dalam labu leher tiga

Ekstrak dan rafinat kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pemisah

Ekstrak yang diperoleh kemudian dicuci denganaquadesthingga bersih untuk menghilangkan pengotornya lalu didiamkan selama 15 menit

Ambil lapisan non polar (lapisan atas) dan pisahkan dengan lapisan polar (lapisan bawah) dengan corong pemisah

Ya


(45)

3.5.3 Proses KristalisasiAntisolvent

Gambar 3.3 Flowchart Kristalisasi denganAntisolvent

Selesai

Ekstrak yang telah dipisahkan ditambahkan metanol sebagai antisolvent dengan variasi 50 ml, 100

ml, 150 ml dan 200 ml

Apakah masih ada variasi lain?

Mulai

Kristal yang diperoleh dari penambahan antisolvent kemudian disaring dengan kertas saring

Ditunggu hingga kering lalu ditimbang

Kristal yang telah ditimbang disimpan pada suhu dingin sampai dianalisis

Ya


(46)

(47)

(48)

Tabel 4.2 Hasil Analisis Karakteristik(Fourier Transform Infra Red) Likopen pada Perbandingan Umpan dan Pelarut (F/S)1:4 dengan Volume Antisolvent: 200 ml

Berdasarkan Gugus Fungsinya

Gugus Fungsi

Panjang Gelombang (cm-1) Kamilet al

(2011) [38]

Bunghez et al

(2011) [39]

Likopen Hasil Analisis Regang cincin aromatis

(C=C)

1510 1519,91

Symmetrical of CH2 lycopene

1444 1446,61

StrecthingOH 3450 3421,72

CH2assymetrical 2856 2831,5-2877,79

R-CH=CH-R likopen 960 979,84

C-Hbending 1477-1400 1446,1

C-C dan C-C-HStretching 1400-1100 1138, 1373,32

C-Ostretching 1170 -1115 1138

V(C-O-C) 900-1200 910,4; 979,84;1076,28

Tabel 4.2 menunjukkan hasil analisis gugus fungsi pada kristal likopen dari ekstrak tomat melalui performa spektroskopi FTIR yang menunjukkan bahwa likopen memiliki ikatan rangkap C=C pada panjang gelombang 1519,91 cm-1. Terdapat gugus fungsi simetrikal CH2likopen pada panjang gelombang 1446,61

cm-1. Pada gugus rentang OH terjadi pada panjang gelombang 3421,72 cm-1yang memungkinkan uap air terikut kepada likopen. Gugus R-CH-CH-R pada likopen memiliki serapan panjang gelombang sebesar 979,84 cm-1. Sedangkan gugus bengkok C-H pada likopen terletak pada panjang gelombang 1446,1. Pada gugus regangan C-C dan C-C-H masing-masing terjadi pada panjang gelombang 1138 dan 1373,32 cm-1. Untuk gugus regangan C-O memiliki panjang gelombang 1138 cm-1 dan untuk getaran regang C-O-C memiliki wilayah dengan panjang gelombang 910,4 - 1076,28 cm-1 yang mengindikasikan bahwa terdapat residu pelarut maupun senyawa lain yang terikut bersama likopen. Ikatan absorpsi yang kuat dan luas terhadap air ditunjukkan pada panjang gelombang 3776,62- 3699,47 cm-1.

Berdasarkan perbandingan demikian dapat disimpulkan bahwa likopen yang telah dianalisis sesuai dengan standar berdasarkan penelitian terdahulu.


(49)

4.1.2 Pengaruh Perbandingan Umpan dan Pelarut Campuran Heksana dan Etil Asetat (1:1) (v/v) terhadap Rendemen Kristal Likopen (g/110 gr)

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh pengaruh perbandingan pelarut dan umpan (v/v) terhadap rendemen likopen yang terekstrak dengan adanya

penambahan metanol sebagai antisolvent dalam berbagai variasi volum. Hal ini dapat digambarkan melalui grafik Gambar 4.3 sebagai berikut :

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Umpan dan Pelarut (v/v) Terhadap

Rendemen Kristal Likopen (g/110 gr)

Gambar 4.3 menunjukkan hubungan perbandingan umpan dan pelarut heksana dan etil asetat (1:1) (v/v) terhadap rendemen kristal likopen melalui suatu

pemurnian dengan penambahan metanol sebagai antisolvent dengan variasi volum sebanyak 50 ml, 100 ml, 150 ml dan 200 ml.

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat pelarut campuran heksana dan etil asetat meningkatkan kelarutan karotenoid non polar yaitu likopen dalam meningkatkan yield dan rendemen likopen. Pada perbandingan (F/S) 1:2; 1:2,5; 1:3 dan 1:3,5 terjadi peningkatan rendemen kristal likopen. Terlihat bahwa semakin banyak jumlah pelarut, maka kontak zat terlarut dengan pelarut akan semakin besar dan rendemen ekstrak yang diperoleh akan semakin tinggi. Hal ini

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

1:2 1:2,5 1:3 1:3,5 1:4 1:4,5

L

ik

o

pen

(

g

/1

1

0

g

r)

Perbandigan (F/S)

Volume antisolvent = 50 ml Volume antisolvent= 100ml Volume antisolvent= 150 ml Volume antisolvent= 200 ml


(50)

disebabkan oleh terjadinya gradien perpindahan massa (driving force) zat terlarut dari suatu padatan ke badan cairan (pelarut) dengan baik [40].

Pada proses ekstraksi dengan perbandingan 1:2 dan 1:2,5, diperoleh rendemen likopen terendah. Hal ini disebabkan jumlah pelarut relatif sedikit lebih besar dibandingkan jumlah umpan (bahan baku) sehingga solute yang terlarut dalam larutan tidak terdistribusi dengan baik ke dalam solven. Dalam hal ini, proses ekstraksi belum berjalan secara maksimal yang menyebabkan solven cepat jenuh terhadap solute yang ada. Sementara pada variabel perbandingan 1:3 dan 1:3,5 dengan pelarut cenderung lebih banyak dibandingkan umpan akan diperoleh rendemen likopen terekstrak yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan likopen (solute) yang terkandung dalam jus tomat terpenetrasi dengan baik ke dalam pelarut akibat luasnya permukaan kontak yang terjadi antara likopen yang terkandung di dalam jus tomat terhadap pelarut.

Adapun pada variabel perbandingan 1:4 diperoleh kadar kristal likopen optimum selama proses ekstraksi dan kristalisasi pada berbagai perbandingan volume metanol sebagai antisolvent 50 ml, 100 ml, 150 ml, dan 200 ml. Menurut USDA National Nutrient Data Base [41], bahwa kadar likopen yang terdapat pada buah tomat adalah 3041 g/100 gram. Sedangkan massa 150 ml jus tomat adalah 110 gram. Sehingga kandungan likopen per 110 gram tomat adalah 3345,1 g. Adapun rendemen kristal likopen yang diperoleh pada kondisi optimum ini sebesar 1930; 1970; 2090 dan 2550 g/110 gram. Hasil ini menggambarkan bahwa jumlah bahan (jus tomat) telah sesuai dan sebanding dengan jumlah pelarutnya sehingga kontak yang terjadi antara pelarut (solvent) dengan likopen terjadi dengan sangat baik. Dengan penambahan jumlah pelarut yang sebanding ini, maka akan menyebabkan renggangnya molekul padatan sehingga likopen yang diinginkan terpenetrasi dengan baik ke dalam badan cairan. Hal ini telah sesuai dengan teori, bahwa jumlah pelarut yang lebih besar akan mengekstrak zat terlarut lebih banyak dengan konsekuensi adanya larutan umpan (feed solution)

yang terikut ketika pemisahannya [42].

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Maulida dan Naufal [12] menggunakan tiga pelarut campuran diperoleh kandungan likopen sebesar 4510


(51)

etanol) memiliki efisiensi yang lebih baik dibanding dua pelarut campuran (heksana dan etil asetat) dengan metode yang sama.

Sedangkan pada variabel perbandingan 1:4,5, rendemen kristal likopen mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini dapat diakibatkan karena jumlah pelarut yang terlalu banyak dan tidak efisien menyebabkan kontak yang kurang baik antara pelarut dengan solut. Selain itu, jumlah pelarut yang terlalu banyak akan menyebabkan impuritis yang ikut terlarut akan menyebabkan perubahan komponen dari bahan yang diekstrak. Impuritis yang terlalu banyak merupakan salah satu faktor penghambat proses kristalisasi dengan antisolvent.

Adapun sejumlah impuritis yang berpengaruh terhadap kemurnian likopen ini adalah residu pelarut yang terikut bersama likopen serta sejumlah logam dan arsenik yang menurunkan nilai rendemen kristal likopen tersebut.

Dalam penelitian ini, digunakan pelarut etil asetat yang memiliki koefisien distribusi sebesar 0,9 dan n-heksana sebesar 0,01 [43]. Hal ini mengungkapkan bahwa pelarut campuran heksana dan etil asetat dapat meningkatkan rendemen ekstraksi. Sehingga, campuran heksana (non polar) dan etil asetat (semi polar) mengabsorbsi secara mudah likopen (non polar) dari jaringan tumbuhan.

Sedangkan, metanol yang digunakan sebagai antisolvent dalam penelitian ini, juga bertindak sebagai agen presipitasi. Dengan mempertimbangkan metanol yang memiliki koefisien dielektrik yang cukup besar, maka metanol dijadikan sebagai antisolvent yang baik dibandingkan pelarut lainnya. Selain itu, metanol juga memiliki nilai koefisien partisi yang tinggi dalam melarutkan beta karoten dan trigliserida. Namun, metanol menunjukkan koefisien partisi yang rendah untuk mengendapkan likopen dalam larutan [9]. Hasil penelitian telah sesuai teori, dimana menurut Wang, et al (2013) [44], dengan semakin meningkatnya penambahan rantai panjang alkil alkohol, maka akan mengurangi kelarutan likopen dalam larutan membentuk kristal padatan murni.

Pengkristalan ini merupakan proses pemurnian suatu zat terlarut (diinginkan) menjadi suatu kristal dengan ukuran homogen maupun heterogen. Pengkristalan ini terjadi apabila konsentrasi antisolvent lebih besar dibandingkan konsentrasi zat terlarut yang diinginkan dalam kondisi kesetimbangan. Dengan


(52)

memperhatikan faktor bahwa pelarut yang bersifat volatil (mudah menguap) maka akan mempercepat proses pengkristalan pada kondisi supersaturated.

Gambar 4.3 juga menunjukkan hubungan volume metanol (ml) sebagai

antisolvent pada proses kristalisasi terhadap rendemen kristal likopen (g/110 gr).

Dapat dilihat bahwa, dengan semakin bertambahnya volume metanol sebagai antisolvent kristalisasi maka akan meningkatkan rendemen kristal likopen.

Pada perbandingan 1:2; 1:2,5; 1:3; 1:3,5 dengan variasi penambahan metanol sebagai antisolvent 50 ml, 100 ml, 150 ml dan 200 ml diperoleh peningkatan rendemen kristal likopen. Dan pada perbandingan 1:4 dengan volume metanol sebagai antisolvent sebesar 50 ml, 100 ml, 150 ml dan 200 ml diperoleh peningkatan rendemen likopen yang paling tinggi sebesar 1930; 1970; 2090 dan 2550 g/110 gr sampel melalui penambahan metanol sebagai

antisolvent. Dimana, menurut USDA National Nutrient Data Base [41], bahwa kadar likopen yang terdapat pada buah tomat adalah 3041 g/100 gram. Hal ini menggambarkan bahwa, rendemen likopen terekstrak sesuai dengan kandungan likopen pada teori meskipun kadar likopen yang diperoleh belum maksimum yang dikarenakan jenis pelarut dan kondisi operasi. Sedangkan pada perbandingan 1:4,5 juga terjadi peningkatan rendemen kristal likopen dengan berbagai variasi volum antisolvent.

Yang menjadi titik ukur terhadap penelitian ini adalah rasio pelarut terhadap volume antisolvent sebagai suatu parameter terpenting dalam pembentukan kristal. Dengan penambahan antisolvent yang dilakukan dengan berbagai variasi volum terhadap ekstrak likopen yang diperoleh maka akan diperoleh kemurnian yang lebih tinggi melalui proses kristalisasi menjadi kristal dalam bentuk partikel mikro maupun nano.

Hasil penelitian ini telah sesuai dengan teori yang dilakukan oleh Zhang et al (2009) [45] dimana dengan penambahan antisolvent yang cukup besar maka akan meningkatkan rasio pengendapan zat terlarut yang terekstrak dengan baik akibat efek dilusi dan peningkatan ikatan molekul pelarut melalui ikatan hidrogen. Hal tersebut akan mempercepat laju nukleasi dan pembentukan kristal dengan konsentrasi zat terlarut yang akan semakin rendah. Dengan semakin


(53)

bertambahnya rantai panjang alkil alkohol, maka akan membentuk kristal yang lebih banyak pada waktu tertentu.

Parameter yang proses kristalisasi ini merupakan suatu gaya paksa (driving force) yakni potensial kimia antara larutan dan fasa padatan yang dilakukan pada keadaan supersaturated yaitu pendinginan, penguapan, dan penambahan

antisolvent. Selain itu, dengan adanya penambahan alkohol yang memiliki kepolaran yang lebih baik dalam karoten akan mengurangi kelarutan likopen dalam larutan sehingga membentuk kristal padatan murni.

Adapun pemilihan metanol sebagai antisolvent pada tahap kristalisasi adalah sifat kepolarannya yang lebih polar dengan nilai koefisien dielektrik yang cukup besar dibandingkan antisolvent lainnya [46]. Menurut Sriamornsak dan Kanokprorn [47], semakin banyak jumlah metanol sebagai antisolvent ditambahkan ke dalam larutan, maka laju pembentukan inti tinggi. Sehingga jumlah kristal yang diperoleh akan semakin banyak dan terbentuk berupa partikel-partikel koloid selama pengendapan berlangsung sehingga akan mempermudah pemisahan antara zat terlarut dan larutannya.

Dalam penelitian ini, kondisi supersaturated dilakukan dengan cara pemanasan, pendinginan dan penambahan antisolvent yang mempengaruhi laju pembentukan kristal dan ukuran kristal yang diperoleh.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya penambahan antisolvent akan semakin meningkatkan rendemen likopen yang terekstrak. Dan hal tersebut terjadi pada jumlah volume antisolvent yang maksimal sebesar 200 ml dengan rendemen kristal likopen sebesar 2550 g/110 gram.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Dengan adanya peningkatan rasio pelarut terhadap umpan, maka meningkatkan rendemen likopen yang terekstrak. Pada perbandingan umpan (feed) dan pelarut (solvent) campuran heksana dan etil asetat (F/S) (1:4) merupakan kondisi optimum yang diperoleh terhadap rendemen likopen yang terkestrak. Nilai rendemen likopen yang terekstrak pada perbandingan tersebut dengan penambahan volume antisolvent 50 ml, 100 ml, 150 ml dan 200 ml berturut-turut adalah 1930, 1970, 2090 dan 2550 g/110 gram sampel.

2. Dengan bertambahnya volume metanol sebagai antisolvent ke dalam suatu larutan akan mengurangi kelarutan likopen sehingga mempercepat pertumbuhan dan ukuran kristal serta meningkatkan jumlah rendemen likopen yang terekstrak. Dalam hal ini, kondisi terbaik terhadap pembentukan kristal tersebut diperoleh dengan penambahan metanol sebagai antisolvent sebanyak 200 ml.

5.2 SARAN

Adapun saran yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Sebaiknya dilakukan pengamatan terhadap parameter lain yaitu nilai absorbansi dan yield terhadap kristal likopen yang terbentuk.

2. Sebaiknya dilakukan pengamatan karakteristik lain seperti laju pertumbuhan dan ukuran kristal yang terbentuk melalui suatu model pendekatan.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Srinivasan R S, “Teknik Produksi Tomat Ramah Lingkungan”, AVRDC- The World Vegetable Center, Shanhua, Taiwan, 2010.

[2] Wulan Prasasti Dwi, “Strategi Pengendalian Penyakit Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum

L.)”, Makalah Seminar Umum. Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014.

[3] Elmi Kamsiati, “Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat (Licopersicon

esculentum mill) dengan Metode Foam Mat Drying”, Jurnal Teknologi Pertanian. 7(2). 113-119, 2006.

[4] Utami Fadilah Nurul, Isolasi dan Purifikasi Likopen dari Buah Tomat dan

Semangka”, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Program Ekstensi Farmasi Universitas Indonesia, Depok, 2012.

[5] Sanjiv Agarwal Akkinappally Venketeshwer Rao, “Tomato Lycopene and Its Role in Human Health and Chronic Diseases”, Faculty of Medicine. University of Toronto, Toronto, 2000.

[6] Antonio Zuorro, Marcello Fidaleo, dan Roberto Lavecchia, “Enzyme

-assisted Extraction of Lycopene From Tomato Processing Waste”,

Enzyme and Microbial Technology, 567-573, 2013.

[7] Siswo Sumardiono, Mohamad Basry dan Rony Pasonang Sihombing,

“Albright’s Analisis Sifat- Sifat Psikokimia Buah Tomat (Lycopersicon Esculentum) Jenis Tomat Apel Guna Peningkatan Nilai Fungsi Buah

Tomat Sebagai Komoditi Pangan Lokal”, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.

[8] Aghel N, Ramezani Z dan Amir Fakhrian S, “Isolation and Quantification

of Lycopene From Tomato Cultivater in Dezfoul, Iran”, Jundishapur Journal of Natural Pharmaceutical Products, 6(1), 9-15, 2011. [9] Myong Roh, Kyun, Min Hee Jeon, Jin Nam Moon, Woi Sook Moon, Sun

Mee Park dan Jae Suk Choi, “A Simple Method For The Isolation of Lycopene from Lycopersicon Esculentum”, Botanical Sciences, 91 (2), Halaman 187-192, 2013.

[10] Abhijit Lonare A dan Sanjaykumar R Patel, “Anti-solvent Crystalization

of Poorly Water Soluble Drugs”, International Journal of Chemical Engineering and Application, 4(5), 337-341, 2013.


(56)

[11] Lin C.H dan B.H Chen, “ Determination of Carotenoids in Tomato Juice by Liquid Chromatography”, Journal of Chrmatography A, 103-109, 2003.

[12] Dewi Maulida dan Naufal Zulkarnaen, “Ekstraksi Antioksidan (likopen) dari Buah Tomat dengan Menggunakan Solven Campuran

n-heksana, Aseton, dan Etanol”, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.

[13] Irini Strati F dan Vassiliki Oreopoulou, “Process Optimisation for

Recovery of Carotenoids from Tomato Waste”, Laboratory of Food

Chemistry and Technology, School of Chemical Engineering, National Technical University of Athens. 747-752, 2011.

[14] A Prima Kristijarti dan Ariestya Arlene, “Isolasi Zat Warna Ungu pada

Ipomoea batatas Poir dengan Pelarut Air”, Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Katolik Prahayangan, Bandung, 2012.

[15] Nurhaeni Mappiratu, Ila Israwaty, “Pemanfaatan Tomat Afkiran untuk

Produksi Likopen”, Media Litbang Sulawesi Tengah III. No. (1).

ISSN:1979-5971. 64-69, 2010.

[16] Edward Giovannucci, Eric B. Rimm, Yan Liu, Meir J Stampfer dan

Walter C Willet, “A Prospective Study of Tomato Products Lycopene and Prostate Cancer Risk”, Journal of The National Cancer Institue, 94(5), 391-398, 2002.

[17] Kusoro Nurhayati SIadi dan Harjono, “Pengaruh Konsentrasi Natrium

Benzoat dan Lama Penyimpanan pada Kadar Fenolat Total Pasta

Tomat”, Indonesian Journal of Chemical Science. 1(2), 2012.

[18] V Selvan Kalai, Vijayakumar, K Suresh Kumar, Gyanedra dan Nath

Singh, “Lycopene’s Effects on Health and Diseases”, A Comprehensive Review Of Literature. 3(3), 2011.

[19] Rahul Ranveer C, Samsher N. Patil, dan Akshya L. Sahoo, “Effect of Different Parameters On Enzyme-assisted Extraction of Lycopene from Tomato Processing Waste”, Food and Bioproducts Processing 91, 370-375, 2013.

[20] John Shi dan Marc Le Maquer, “Lycopene in Tomatoes : Chemical and

Physical Properties Affected By Food Processing”, Critical Reviews in Food Science and Nutrition. Southern Crop Protection and Food Research Center Agriculture and Agri-Food, Canada, 2000.


(57)

[21] Gregory Chasse A, Melody L.Mak, Eugen Deretey, Imre Farkas, Ladislaus L. Torday, Julius G. Papp, Dittakavi S.R Sarma, Anita Agarwal, Sujatha Chakravarthi, Sanjiv Agarwal, A.Venket Rao, “An

Ab Initio Computational Study On Selected Lycopene Isomers”,

Journal of Molecular Structure (Theochem) 571, 27 – 37, 2001.

[22] Yu Wenli, Zhao Yaping, Xue Zhen, jin Hui dan Wang Dapu, “The Antioxidant Properties of Lycopene Concentrate from Tomato Paste”, School of Chemistry and Chemical Technology, Universitas Shanghai Jiao Tong, Shanghai, 2011.

[23] Suprihatin, “Production Process of Liquid Fertilizer From Banana

Trunk”, Jurnal Teknik Kimia. 5(2). 429-433, 2011.

[24] Andreas Linninger dan Akhil Jain, “Liquid Liquid Extract”, CHE-396 Senior Design, 2008.

[25] Jack D Lawand dan Terry A Todd, “Liquid Liquid Extraction

Equipment”, Idaho National Laboratory, 2008.

[26] Z Simeonov dan V Koleva, “Solid Liquid Extraction of Tannins from

Geranium Sanguineum L”, Experimental Kinetic And Modelling,

University of Chemical Technology and Metallurgy, Bulgaria, 2012. [27] Imelda Fajriati, Malawati Rizkiyan dan Muzakky, “Studi Ekstraksi

Padat Cair Menggunakan Pelarut HF dan HNO3 pada Penentuan Logam

Cr dan Cu dalam Sampel Sedimen Sungai di Sekitar Calon PLTN

Muria”, Jurnal Ilmu Dasar, 12(1), Halaman: 13-22, 2011.

[28] Alfonsina Torimtubum, Abat Amelenan dan Lilis Triyowati Andriani,

“Optimasi Laju Perpindahan Masa pada Proses Ekstraksi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugena Uniflora) Secara Btach Menggunakan

Pelarut Etanol”, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia,

Universitas Brawijaya, Malang, 2014.

[29] Lawrence K Wang, Yung-Tse Hung dan Nazih K Shammal, “Advanced Physichoshemical Treatment Process”, Handbook of Enviromental Engineering. Volume 4. Humana Press Inc : New Jersey, 2006.

[30] Bhoomika A Domadia dan N.R Vaghela, “Supercritical Fluid Extraction of Lycopene from Tomato using CO2 as a solvent : A

review”, Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 5(4), 188-191, 2013.

[31] Grigoryev B. A, Y.L Rastorguyev, A.A Gerasimov, D.S Kurumov dan

S.A Plotnikov, “Thermodynamic Properties of n-Hexane”,


(58)

[32] Hassan El-Kashef, “Molecular Properties of Hexane”, Journal of Modern Optics, 46(9), 1999.

[33] Hazardous Substance Fact Sheet, “Ethyl Acetat”, New Jersey Department of Health and Senior Service, 2002.

[34] Nurul Haq Fauziah, “Purifikasi dan Karakteristik Likopen dari Hasil Fermentasi Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-169”, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Farmasi. Universitas Indonesia, Depok, 2012.

[35] Marco Giulietti dan Andre Bernardo, “Crystallization by Antisolvent

Addition and cooling”, Chemical Engineering Departement, Federal

University of Sao Carlos UFS Car, Brazil, 2010.

[36] Fessenden, “Kimia Organik”, Jilid 1.Edisi Ketiga. Penerbit : Erlangga, Jakarta, 1997.

[37] Chatwal G, “Spectroscopy Atomic and Molecule”, Himalaya Publishing House: Bombay, 1985.

[38] Bunghez I R, M. Raduly, S. Doncea, I. Aksahin dan R.M Ion.,

“Lycopene Determination in Tomatoes By Different Spectral Techniques (Uv Vis, FTIR and HPLC)”, Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures. 6(3). 1349-1356, 2011.

[39] Kamil Mohle M, Gamal F, Mohamed dan Mohamed S Shaheen,

“Fourier Transformer Infrared Spectroscopy for Quality Assurance of Tomato Products”, Journal of American Science, 7(6), 559-572, 2011. [40] Usman M R , S.N. Hussain, H.M Asghar, H. Sattar dan A. Ijaz,

“Liquid-liquid Extraction of Acetic Acid From An Aqueous Solution

Using A laboratory Scale Sonicator”, Journal of Quality and Technology Management, 7(2), Hal 115-121, 2011.

[41] USDA National Nutrient Data Base, “Full Report (All Nutrients)

11530, Tomatoes, Red, Ripe, Cooked”, Halaman 2, 2015.

[42] Angela Caunii, George Pribac, Ioana Grozea, Dorin Gaitin dan Ionel

Samfira, “Design of optimal solvent for extraction of bio-active ingredients from six varieties of Medicago Sativa”, Chemistry Central Journal, 6(1), 123, 2012.

[43] Efsa, “Scientific Opinion of the Panel on Food Additives, Flavourings,

Processing Aids and Materials in Contact with Food”, European Food


(59)

[44] Wang In-Chun, Min-Jeong Lee, Sang-Jun Sim, woo-Sik Kim, Nan-hee

Chun dan Guang J.Choi, “Antisolvent co crystallization of carbamazepine and saccharin”, International Journal of Pharmaceutics,

450(2), 311-322, 2013.

[45] Zhang Ying, Shili Zheng, Hao Du, Hongbin Xu, Shaona Wang dan Yi

Zhang, “Improved Precipitation of Gibbsite from Sodium Aluminate by Adding Methanol”, Hidrometallurgy, 98(1), 38-44, 2009.

[46] Nicole Stieger dan Wila Liebenberg, “Recrystallization of Active

Pharmaceutical Ingredients”, North West University. Unit for Drug

Research and Development : South America, 2007.

[47] Sriamornsak Pornsak dan Kanokporn Burapapadh, “Characterization of recrystallized itraconazole prepared by coolong and Anti solvent

crystallization”, Asian Journal of Pharmaceutical Sciences, 10(3), 230-238, 2015.


(60)

LAMPIRAN A

DATA HASIL PENELITIAN

LA.1 Data Hasil Penelitian

Tabel LA.1 Data Hasil Penelitian No. Perbandingan

Umpan dan Pelarut (F/S) Volume Antisolvent (Metanol) (ml) Likopen Terekstrak (g/110 gr sampel)

I 1:2

50 ml

930

1:2,5 1220

1:3 1680

1:3,5 1730

1:4 1930

1:4,5 1870

II

1:2

100 ml

980

1:2,5 1530

1:3 1740

1:3,5 1830

1:4 1970

1:4,5 1900

III

1:2

150 ml

1050

1:2,5 1620

1:3 1810

1:3,5 2020

1:4 2090

1:4,5 2050

IV

1:2

200 ml

1180

1:2,5 1760

1:3 1850

1:3,5 2350

1:4 2550


(61)

LAMPIRAN B

CONTOH PERHITUNGAN

LB.1 MEMBUAT LARUTAN UMPAN DALAM CAMPURAN PELARUT HEKSANA : ETIL ASETAT (1:1)

a. Membuat larutan perbandingan Umpan terhadap Solvent (1:2) Vsampel = 150 ml

Vsolven = 2 x 150 ml = 300 ml Vheksana = ½ x 300 ml = 150 ml Vetilasetat = ½ x 300 ml = 150 ml

b. Membuat larutan perbandingan Umpan terhadap Solvent (1:2,5) Vsampel = 150 ml

Vsolven = 2,5 x 150 ml = 325 ml Vheksana = ½ x 325 ml = 162,5 ml Vetilasetat = ½ x 325 ml = 162,5 ml

c. Membuat larutan perbandingan Umpan terhadap Solvent (1:3) Vsampel = 150 ml

Vsolven = 3 x 150 ml = 450 ml Vheksana = ½ x 450 ml = 225 ml Vetilasetat = ½ x 450 ml = 225 ml

d. Membuat larutan perbandingan Umpan terhadap Solvent (1:3,5) Vsampel = 150 ml

Vsolven = 3,5 x 150 ml = 525 ml Vheksana = ½ x 525 ml = 262,5 ml Vetilasetat = ½ x 525 ml = 262,5 ml

e. Membuat larutan perbandingan Umpan terhadap Solvent (1:4) Vsampel = 150 ml

Vsolven = 4 x 150 ml = 600 ml Vheksana = ½ x 600 ml = 300 ml Vetilasetat = ½ x 600 ml = 300 ml


(62)

f. Membuat larutan perbandingan Umpan terhadap Solvent (1:4,5) Vsampel = 150 ml

Vsolven = 4 x 150 ml = 675 ml Vheksana = ½ x 675 ml = 337,5 ml Vetilasetat = ½ x 675 ml = 337,5 ml

LB.2 PERHITUNGAN RENDEMEN LIKOPEN YANG TEREKSTRAK (mg/110 g)

Rendemen dihitung dalam persen yang menyatakan jumlah pasta yang terdapat di dalam bahan berdasarkan berat basah.Rendemen likopen yang terekstrak pada proses ekstraksi dihitung menggunakan persamaan : Volume antisolvent (metanol) 50 ml

- Pada perbandingan 1 : 2

% 0,84 % 100 x gr 110 gr 0,93 % 100 x gr) (110 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 2,5

% 10 , 1 % 100 x gr 110 gr 22 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 3

% 52 , 1 % 100 x gr 110 gr 680 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   


(63)

- Pada perbandingan 1 : 3,5 % 57 , 1 % 100 x gr 110 gr 73 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 4

% 75 , 1 % 100 x gr 110 gr 93 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

Volume Antisolvent (methanol) 100 ml - Pada perbandingan 1 : 2

% 89 , 0 % 100 x gr 110 gr 980 , 0 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 2,5

% 39 , 1 % 100 x gr 110 gr 53 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 3

% 58 , 1 % 100 x gr 110 gr 74 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   


(64)

- Pada perbandingan 1 : 3,5 % 83 , 1 % 100 x gr 110 gr 02 , 2 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 4

% 79 , 1 % 100 x gr 110 gr 97 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 4,5

% 72 , 1 % 100 x gr 110 gr 90 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

Volume Antisolvent (metanol) 150 ml - Pada perbandingan 1 : 2

% 95 , 0 % 100 x gr 110 gr 05 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 2,5

% 47 , 1 % 100 x gr 110 gr 62 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   


(1)

- Pada perbandingan 1 : 3 % 64 , 1 % 100 x gr 110 gr 81 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 3,5

% 83 , 1 % 100 x gr 110 gr 02 , 2 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 4

% 90 , 1 % 100 x gr 110 gr 09 , 2 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 4,5

% 86 , 1 % 100 x gr 110 gr 05 , 2 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

Volume Antisolvent (methanol) 200 ml - Pada perbandingan 1 : 2

% 07 , 1 % 100 x gr 110 gr 18 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   


(2)

50 - Pada perbandingan 1 : 2,5

% 6 , 1 % 100 x gr 110 gr 76 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 3

% 68 , 1 % 100 x gr 110 gr 85 , 1 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 3,5

% 13 , 2 % 100 x gr 110 gr 35 , 2 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 4

% 31 , 2 % 100 x gr 110 gr 55 , 2 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   

- Pada perbandingan 1 : 4,5

% 09 , 2 % 100 x gr 110 gr 30 , 2 % 100 x gr) (100 Sampel Berat (gr) Likopen Berat Likopen Rendemen   


(3)

LAMPIRAN C

DOKUMENTASI PENELITIAN

LC.1 RANGKAIAN PROSES EKSTRAKSI

Gambar LC.1 Rangkaian Proses Ekstraksi

LC.2 EKSTRAK YANG DIPEROLEH PADA PROSES EKSTRAKSI SEBELUM PENAMBAHAN ANTISOLVENT


(4)

52

LC.3 PROSES PENCUCIAN DAN PEMISAHAN EKSTRAK MENGGUNAKAN AQUADEST

Gambar LC.3 Proses Pencucian dan Pemisahan Ekstrak Menggunakan Aquadest pada Corong Pemisah

LC.4 HASIL EKSTRAK YANG DIPEROLEH SETELAH PENAMBAHAN ANTISOLVENT

Gambar LC.4 Hasil Ekstrak yang Diperoleh Setelah Penambahan Antisolvent


(5)

(6)

54

LC.7 HASIL KRISTAL YANG DIPEROLEH DARI PROSES PENYARINGAN

Gambar LC.7 Proses Penyaringan Likopen yang Diperoleh dalam Bentuk Kristal