Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo

PERANAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA PADA ASPEK
EKONOMI DAN AKSES TERHADAP LAHAN DI DESA
TAJUG, PONOROGO

YANITHA RAHMASARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MAYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Industri
Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug,
Ponorogo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Yanitha Rahmasari
NIM I34090015

4

ABSTRAK
YANITHA RAHMASARI. Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek
Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo. Dibimbing oleh
HERU PURWANDARI.
Industri tepung tapioka merupakan industri yang berkembang pada bidang
pertanian. Industri tersebut mengolah singkong menjadi tepung tapioka.
Keberadaan industri tepung tapioka memberikan pengaruh terhadap masyarakat
sekitar, khususnya memberikan perekonomian yang lebih tinggi bagi
rumahtangga masyarakat pada sektor industri dibandingkan dengan rumahtangga

masyarakat pada sektor non-industri. Selain berpengaruh pada tingkat ekonomi
rumahtangga masyarakat, adanya industri ini juga memberikan peluang usaha
baru bagi masyarakat. Tingkat ekonomi yang berbeda setelah masuknya industri
juga memberikan pengaruh pada akses terhadap bangunan dan lahan bagi
masyarakat.
Kata kunci: ekonomi, hak akses, industri tepung tapioka

ABSTRACT
YANITHA RAHMASARI. The Role of Tapioca Starch Industry Economic
Aspects and Access to Land in Rural tajug, Ponorogo. Supervised By HERU
PURWANDARI.
Starch industry is a growing industry in the field of agriculture. The industry is
processing of cassava into starch. The presence of starch industry influence the
community and its surrounding, particularly giving the higher level of economy
for households in the public sector compared to the public household in nonindustrial sectors. Not only giving an effect on the level of the household
economy, the industry also provides new business opportunities for the
community. A Different economic levels that created after the entry of the
industry is also an impact to the access on buildings and land for the people.
Key words: economic, acess right, tapioka starch industry


PERANAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA PADA ASPEK
EKONOMI DAN AKSES TERHADAP LAHAN DI DESA
TAJUG, PONOROGO

YANITHA RAHMASARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

-

.- -


Judul Skripsi
Nama
NIM

Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan
Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo
Yanitha Rahmasari
134090015

Disetujui oleh

Heru Purwandari, SP, M Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


19

JUL 2 13

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan
Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo
: Yanitha Rahmasari
: I34090015

Disetujui oleh

Heru Purwandari, SP, M Si
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah
industri, dengan judul Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan
Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo. Skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih dan rasa hormat yang mendalam penulis ucapkan kepada Ibu
Heru Purwandari, SP, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak masukan, dukungan, dan selalu sabar membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
keluarga tercinta, ayahanda Djoko Muryanto, ibunda Ninik Tri Soewitaningsih,

teman terdekat Bella Ardikara Ramadhan yang telah memberikan doa, kasih
sayang, serta dukungan yang besar kepada penulis. Tidak lupa kepada teman satu
bimbingan, Firda Emiria Utami dan Alfiana Rachmawati yang telah banyak
membantu, memberikan kritik dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman tersayang dan seperjuangan
Dini Dwiyanti, Adia Yuniarti, Siti Khatidjah, Nina Lucellia, Suci Ariyanti, serta
seluruh teman-teman KPM 46 dan KPM 45 yang telah bersedia menjadi teman
berdiskusi dan bertukar opini yang secara sukarela menemani penulis dalam suka
dan duka saat menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak yang telah membacanya.

Bogor, Agustus 2013
Yanitha Rahmasari
NIM I34090015

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL


xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian


4

Manfaat Penelitian

4

PENDEKATAN TEORITIS

5

Tinjauan Pustaka

5

Kerangka Pemikiran

9

Hipotesis Penelitian


10

Definisi Konseptual

11

Definisi Operasional

11

PENDEKATAN LAPANGAN

13

Metode Penelitian

13

Lokasi dan Waktu Penelitian


13

Teknik Pengumpulan Data

14

Teknik Pengolahan Data dan Analisa data

15

GAMBARAN UMUM

17

Gambaran Umum Desa Tajug

17

Kondisi Geografis dan Infrastruktur Desa Tajug

17

Kependudukan Desa Tajug

18

Tata Guna Lahan di Desa Tajug

20

Karakteristik Responden

21

INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA TAJUG

23

Sejarah Berdirinya Industri Tepung Tapioka

23

Peranan Industri Bagi Komunitas Lokal

23

xii

PERANAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA PADA ASPEK EKONOMI
MASYARAKAT DI DESA TAJUG

25

Pendapatan Sektor Industri dan Non-Industri

25

Tingkat Peralihan Mata Pencaharian

26

Tingkat Ekonomi Desa Tajug, Ponorogo

30

TINGKAT EKONOMI DAN PENGARUHNYA PADA PEMBENTUKAN
AKSES SUMBERDAYA

31

Akses Terhadap Bangunan

31

Hubungan Tingkat Ekonomi dan Hak Akses Terhadap Bangunan

32

Akses Terhadap Lahan Sawah

32

Hubungan Tingkat Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan Sawah

33

SIMPULAN DAN SARAN

37

Simpulan

37

Saran

38

DAFTAR PUSTAKA

39

RIWAYAT HIDUP

56

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Status kepemilikan sumberdaya
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dari sektor
industri dan non industri di Desa Tajug
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dari sektor
industri dan non industri di Desa Tajug
Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2012
Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa
Tajug tahun 2012
Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa
Tajug tahun 2012
Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Tajug tahun 2012
Jumlah dan persentase karakteristik responden menurut jenis pendidikan
dan usia responden di Desa Tajug
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan di Desa
Tajug
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat peralihan mata
pencaharian di Desa Tajug
Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pekerjaan yang
dimiliki di Desa Tajug
Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan utama di Desa
Tajug
Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan sampingan di
Desa Tajug
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat ekonomi di Desa
Tajug
Jumlah dan persentase tingkat akses responden pada sektor industri dan
non-industri terhadap bangunan di Desa Tajug
Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat ekonomi responden
industri non-industri terhadap hak akses bangunan di Desa Tajug
Jumlah dan persentase tingkat akses responden pada sektor industri dan
non-industri terhadap lahan sawah di Desa Tajug
Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat ekonomi masyarakat
industri dan non-industri terhadap hak akses sawah
Jumlah dan persentase responden menurut pendistribusian lahan sawah
Desa Tajug

9
15
15
18
19
19
20
21
25
27
28
28
29
30
31
32
33
34
di
35

DAFTAR GAMBAR
1

Bagan kerangka analisis peranan industri tepung tapioka terhadap
struktur ekonomi dan akses terhadap lahan masyarakat pedesaan.

10

xii

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Jadwal pelaksanaan penelitian
Kuesioner
Panduan pertanyaan wawancara mendalam
Peta Desa Tajug, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo
Kerangka sampling rumah tangga industri
Uji statistik rank spearman
Dokumentasi

41
42
49
50
51
54
55

PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan akan dibahas mengenai alasan yang mendasari
penelitian ini. Pemikiran tersebut dijelaskan melalui latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang yang disusun
menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta
yang mendukung terhadap peranan indutsri tepung tapioka pada aspek ekonomi
dan hak akses terhadap lahan di desa. Kemudian permasalahan umum dijabarkan
menjadi permasalahan-permasalahan khusus yang ditulis dalam perumusan
masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan terhadap
permasalahan-permasalahan dalam penelitian. Sementara kegunaan penelitian
merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini dilakukan.
Latar Belakang
Pembangunan dalam suatu negara berkembang selalu didasarkan pada
pembangunan ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya alam. Indonesia memiliki
berbagai macam sumberdaya alam yang bisa dimanfaatkan. Menurut Macklin
(2009), pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk
meningkatkan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertumbuhan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi negara. Pemanfaatan sumberdaya alam yang
efisien dalam suatu negara akan diikuti dengan pembangunan negara yang
semakin modern.
Kondisi modern ini jelas mempengaruhi kepribadian masyarakat dan
lingkungannya. Dalam pembangunannya, sebagai upaya dalam mencapai tahap
negara yang modern, Indonesia harus terlebih dahulu melalui tahap tinggal landas.
Tahapan ini merupakan perpindahan dari sektor primer yaitu pertanian, menjadi
sektor sekunder yaitu industri. Perkembangan industri terjadi dalam berbagai
aspek kehidupan manusia salah satunya pada aspek sosial ekonomi dan akses
terhadap lahan. Berger dalam Endang Sutrisna (2008), salah satu usaha guna
mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri.
Sektor ini diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan
seimbang yaitu struktur ekonomi dengan titik berat industri yang maju didukung
oleh sektor pertanian yang tangguh. Dengan pemahaman tersebut berarti
industrialisasi merupakan satu fase dari keseluruhan pembangunan ekonomi.
Seperti yang dinyatakan oleh Sunarjan (1991), bahwa pembangunan
nasional yang telah dilakukan oleh Indonesia berusaha meningkatkan laju
pertumbuhan di sektor industri, sehingga diharapkan akan ada keseimbangan
antara sektor pertanian dan sektor industri. Umumnya telah diketahui bahwa
ekonomi pedesaan di Indonesia, khususnya Jawa, didasarkan pada usaha
pertanian. Tetapi dari data hasil penelitian1 menunjukkan bahwa dalam separuh
jumlah desa yang diteliti ternyata sektor non pertanian memberikan sumbangan
lebih dari 50% dari total pendapatan. Di Sentul, produktivitas lahannya rendah
1

Penelitian ini dituliskan dalam buku Ranah Studi Agraria: Penguasaan Lahan dan Hubungan
Agraris

2

dan banyak penduduk menjadi tukang becak, kuli, serta buruh perusahaan
genteng. Melihat sumbangan pendapatan kegiatan non pertanian lebih besar dari
sektor pertanian sangat cocok apabila keberadaan industri juga meningkatkan
kondisi ekonomi masyarakat.
Harapan pemerintah semenjak adanya industri adalah pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat, ketersediaan sarana infrastruktur, peningkatan kualitas SDM, pemicu
sektor informal, dan sampai pada mencegah arus urbanisasi penduduk ke kota
karena permasalahan kepadatan penduduk di kota-kota besar. Menurut Kristanto
(2004), industralisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat
modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi
peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi
sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara
maju. Namun, hal ini tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi, banyak industri
di daerah pedesaan yang tidak memberikan peningkatan terhadap kesempatan
kerja masyarakat sekitar, karena tenaga kerja yang diserap harus memiliki
pendidikan tinggi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Annastasia
(2011), menurut responden yang berstatus sebagai penduduk asli, kesempatan
kerja di wilayah kampung tangsi dirasa sangat sulit karena persaingan kerja
dengan masyarakat pendatang. Sehingga, kesempatan kerja hanya dirasakan oleh
masyarakat pendatang. Munculnya industri juga menghantarkan modernisasi
khususnya didaerah pedesaan. Menurut Schoorl (1980), dalam bidang ekonomi
modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar, dimana produksi
barang-barang konsumsi dan barang-barang sarana produksi diadakan secara
massal.
Menurut Yustika (2000) dalam Umi Darojah, sejarah telah mencatat
bahwa industrialisasi di Indonesia pada akhirnya juga menggeser aktivitas
ekonomi masyarakat, yang semula bertumpu kepada sektor pertanian untuk
kemudian bersandar kepada sektor industri. Kebijakan pemerintah yang terus
mendorong untuk mengembangkan sektor industri (termasuk industri kecil) ini
telah menyebabkan kesempatan kerja di sektor industri kecil semakin lama juga
semakin terbuka. Industrialisasi yang dijalankan harus bertumpu dan berkaitan
dengan sektor pertanian, sehingga jika sektor industri sudah tumbuh pesat tidak
lantas mematikan sektor pertanian yang menjadi tumpuan hidup masyarakatnya.
Dalam penelitiannya, Gandi (2011) menyatakan bahwa setelah adanya industri
ketersebaran pekerjaan lebih ke bidang non pertanian seperti bidang perdagangan,
jasa transportasi, penyedia akomodasi/makanan dan minuman. Namun berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Muray (2011), masuknya industri batu bata
tidak menyebabkan mata pencaharian di sektor pertanian mati, melainkan masih
ada masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani walaupun lahan yang
digarap masyarakat bukanlah lahan milik sendiri.
Keberadaan industri dianggap memberikan dampak positif maupun negatif
terhadap masyarakat sekitar. Menurut Saeni R (2004), industrialisasi yang pada
hakekatnya adalah modernisasi, juga membawa dampak dibidang kependudukan
yaitu terjadinya urbanisasi, perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dengan
demikian, pembangunan industri yang terus menerus akan berimplikasi pada
berkurangnya lahan masyarakat sekitar industri dan perubahan ekonomi
masyarakat. Kondisi seperti digambarkan di atas juga menyebabkan kebutuhan

3

lahan semakin meningkat baik untuk keperluan industri maupun untuk
pemukiman baru akibat banyaknya pendatang. Kenyataan ini menyebabkan
penduduk asli yang umumnya petani semakin terpinggirkan dan sebagian besar
beralih mata pencaharian.
Implikasi lain yang akan terjadi adalah akses akan lahan yang akan
berubah, karena migrasi yang terjadi, sehingga memberikan kesempatan bagi
penduduk pendatang untuk masuk ke desa baru yang secara tidak langsung akan
ikut merubah hak akses terhadap lahan karena kebutuhan masyarakat akan lahan
sebagai pemenuh kebutuhan hidupnya juga semakin meningkat. Penelitian
Annastasia (2011) juga menyebutkan bahwa setelah adanya industri di Desa
Sukadanau, masyarakat pendatang lebih banyak daripada masyarakat asli yang
mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal juga semakin banyak. Peningkatan
kebutuhan tempat tinggal dan pembangunan untuk berusaha di sektor non industri
juga berimplikasi pada perbedaan akses tiap masyarakat terhadap lahan sebagai
sarana penunjang hidup. Menurut Ostrom dan Schlager (1996) dalam Satria
(2009), akses seseorang dalam sumberdaya alam ditentukan oleh hak
kepemilikannya. Sehingga dalam setiap orang memiliki hak akses yang berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Tantri (2007), masuknya industri di daerah
Cilacap salah satunya di area kelautan, mengakibatkan nelayan memiliki akses
yang berbeda terhadap area penangkapan dan berimplikasi pada hasil
penangkapan setiap nelayan yang juga berbeda.
Keberadaan industri salah satunya berada di Desa Tajug, Kecamatan
Siman, Kabupaten Ponorogo. Di Desa ini terdapat industri yang mengolah
singkong menjadi tepung tapioka. Secara geografis industri ini terletak di
pinggiran kota Ponorogo dengan luas wilayah sebesar 137.85 Ha dengan jumlah
penduduk sebayak 2 776 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 1 356
jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1 420 jiwa. Secara administratif,
Desa Tajug terbagi atas 5 Rukun Warga (RW) dan 14 Rukun Tetangga (RT).
Industri tepung tapioka yang berdiri sejak tahun 1994 ini telah menyerap tenaga
kerja tetap dari masyarakat sejumlah 208 jiwa. Tenaga kerja ini bekerja dalam
bidang produksi, office boy, tenaga begging, dan tenaga sift. Industri seluas 12 ha
ini adalah industri terbesar dan satu-satunya yang berada di Kabupaten Ponorogo,
Jawa Timur.
Keberadaan industri yang ditengah tengah masyarakat desa yang sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani dirasa akan memberikan pengaruh
terhadap masyarakat dibidang ekonomi dan hak akses terhadap lahan masyarakat.
Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama
penelitian yakni bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan akses
terhadap sumberdaya alam setelah adanya pengembangan industri di desa.

4

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas terdapat hubungan
antara peran industri tepung tapioka terhadap ekonomi dan hak akses masyarakat
terhadap tanah di Desa Tajug, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang
dapat diangkat dalam topik penelitian mengenai Peranan Industri Tepung
Tapioka terhadap Ekonomi dan Akses Lahan di Pedesaan, sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan industri tepung tapioka terhadap ekonomi masyarakat di
Desa Tajug?
2. Bagaimana hubungan ekonomi masyarakat akibat industri tepung tapioka
dengan akses terhadap lahan pada masyarakat di Desa Tajug?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah
beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan
penelitian tersebut, yaitu:
1. Menganalisis peranan industri tepung tapioka terhadap ekonomi masyarakat di
DesaTajug.
2. Menganalisis hubungan ekonomi masyarakat akibat industri tepung tapioka
dengan akses terhadap lahan pada masyarakat di Desa Tajug.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peran
industri tepung tapioka terhadap aspek ekonomi dan akses lahan di pedesaan.
Penelitian ini juga berguna untuk:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
kajian untuk penelitian selanjutnya struktur ekonomi dan akses terhadap lahan
akibat industri pedesan.
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat
mengenai pembangunan di pedesaan, khususnya mengenai industrialisasi
pedesaan.
3. Bagi pemerintah, sebagai masukan dalam merumuskan pedoman dan kebijakan
untuk pembangunan khususnya mengenai industri di pedesaan.
4. Bagi industri, sebagai gambaran mengenai keadaan industrialisasi di pedesaan
sehingga para pihak yang berkecimpung di industri dapat dijadikan basis
perencanaan maupun tindakan dalam membangun industri di pedesaan.

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Bagian ini akan menjelaskan mengenai acuan-acuan yang melandasi
pemikiran terhadap permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari
laporan hasil penelitian, baik cetak maupun elektronik. Acuan tersebut memuat
antara lain konsep industrialisasi, dampak industri terhadap sosial ekonomi, dan
hak akses terhadap sumberdaya alam.
Industri dan Industrialisasi
Makin berkembangnya masyarakat dan maraknya program pembangunan
pedesaan akan membawa konsekuensi dan pesatnya perubahan-perubahan pada
masyarakat pedesaan. Salah satu strategi pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah adalah melalui pendekatan industrialisasi. Sehingga melalui
industrialisasi ini perubahan-perubahan kehidupan masyarakat diharapkan akan
terjadi (Purwanto 2003). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian
industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan
sarana dan peralatan. Menurut Kristanto (2004), industralisasi menempati posisi
sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang
memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang
belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama
di negara-negara maju. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Rpublik
Indonesia tentang Industrialisasi Nomor 24 Tahun 2009, Industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Sehingga industri dirasa akan memberi kontribusi terhadap keberlangsungan
sosial ekonomi masyarakat di sekitar industri.
Menurut Supardi (2003), strategi pembangunan perekonomian yang
banyak dilakukan oleh negara berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakatnya yaitu dengan mengembangkan industri-industri di berbagai
wilayah. Industri yang banyak berkembang di Indonesia dapat diklasifikasikan
kedalam berbagai bidang seperti dibawah ini beserta dampak yang
ditimbulkannya.
1. Industri Pertanian
Pembangunan pertanian yang ditunjukkan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian yaitu dengan mengadakan pembaharuan dalam proses
pengelolaannya dari penggunaan alat-alat tradisional ke penggunaan teknologi
modern. Produk yang ditingkatkan ini memberikan keuntungan pada
lingkungan melalui perbaikan lahan dan teknik pengolahan air, atau melalui
frekuensi penggunaan lahan. Tetapi dalam hal ini, dapat pula menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan sebagai akibat dari penggunaan teknoogi
modern untuk meningkatkan produksi tersebut pada lingkungan, baik yang
bersifat sementara maupun permanen. Dengan adanya komplikasi ekologi yang
sering menyertai peningkatan hasil produksi, amak setiap pengaruh posistif
dari peningkatan produksi tidak pula mengabaikan kemungkinan timbulnya
hal-hal negatif.

6

2. Industri Pertambangan
Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan baku
mentah yang berasal dari hasil pertambangan. Menurut jenis yang
dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertambangan minyak dan
gas bumi, logam-logam mineral, bahan organik dan lain-lain.
Pencemaran lingkungan sebagai akibat dari pengelolaan pertambangan
umunya disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik, dan faktor biologis.
Pencemaran ini biasanya lebih terjadi.
3. Industri Manufaktur
Bertambahnya penduduk dengan cepat mengakibatkan tekanan pada
sektor penyedian fasilitas tenaga kerja yang tidak mungkin dapat
ditampung di sektor pertanian. Maka untuk perluasan kesempatan kerja,
sektor industri manufaktur perlu ditingkatkan baik secara kualitas
maupun kuantitas. Industri manufaktur yang banyak dilakuakan di
kawasan yang mudah dijangkau, industri ini banyak membawa akibat
rusaknya lingkungan hidup. Selain peningkatan produksi akan
menambah perekonomian negara dan masyarakat yang bekerja di industri
manufaktur, tetapi pada pengelolaannya banyak menimbulkan dampak
negatif pada masyarakat yang hidup disekitarnya.
4. Industri Pariwisata
Pembangunan pariwisata merupakan salah satu pembangunan yang
perlu dikembangkan karena dari sektor ini dapat meningkatkan
penerimaan devisa negara, memperluas lapangan kerja serta
memperkenalkan kebudayaan bangsa dan lahan air. Penanaman modal di
bidang pariwisata ini secara finansial akan menguntungkan bagi
penyenggara dan secara langsung lebih menyejahterahkan masyarakat
disekeliling objek pariwisata.
Selain dikelompokkan menurut berbagai bidang, Biro Pusat Statististik
juga mengkategorikan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang
dipergunakan. Kategori tersebut yaitu : (1) Industri besar dengan jumlah pekerja
100 orang atau lebih; (2) industri sedang dengan jumlah pekerja 20-99 orang; (3)
industri kecil yang mempekerjakan 5-19 orang; dan (4) industri kerajinan rumah
tangg dengan jumlah pekerja kurang dari 5 orang.
Menurut Supardi (2003), dalam masyarakat dampak terjadi pada suatu
proyek pembangunan manusia sifatnya kompleks dan tidak sama untuk semua
tempat. Dampak positif untuk suatu tempat dapat menjadi negatif untuk tempat
lain. Selain itu juga dikenal apa yang disebut dampak langsung atau dampak tidak
langsung, sebagai contoh misalnya akibat banyaknya proyek pembangunan
industri dapat meningkatkan pendapatan, perubahan hubungan antar manusia
seperti perpindahan mata pencaharian, perpindahan tempat pemukiman, mobilitas,
dan sebagainya. Berbagai gambaran tersebut memberi gambaran bahwa
keberadaan industri menimbulkan dampak saling kait-mengait. Satu pihak
menilai adanya industri berdampak positif dan dilain pihak ternyata berdampak
negatif. Dampak ini akan dirasa negatif apabila merugikan masyarakat sekitar dan
akan berdampak positif apabila menguntungkan masyarakat.
Berkembangnya industri di pedesaan tidak terlepas dengan alasan yang
menganggap bahwa industri lebih penting untuk dikembangkan terutama
dibandingkan dengan bidang pertanian, industri pedesaan dapat berfungsi sebagai

7

alat pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini industrialisasi pedesaan melalui
mekanisme pasar dapat mengakumulasi dan mengalihkan modal dari sektor
pertanian ke sektor industri. Industrialisasi dapat pula meningkatkan penyerapan
angkatan kerja yang senantiasa bertambah di pedesaan2. Indusrialisasi pedesaan
menampilkan peranan penting dalam pembentukan organisasi sosial yang bersifat
industrial. Industrialisasi pedesaan juga berfungsi meningkatkan kesejahteraan
sosial ekonomi, dan hal ini dapat diukur antara lain dari segi pendapatan dan
lapangan kerja baru. Secara sempit industrialisasi pedesaan bertujuan
menganekaragamkan peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.
Menurut Gandi (2011), industri yang didirikan di pedesaan sering kali untuk
mendapatkan tenaga kerja murah, menghindari protes dan sekaligus karena
diletakkan di pedesaan oleh peraturan pemerintah. Sehingga pedesaan mempunyai
daya tarik tertentu (lahan, pasar, bahan baku, tenaga kerja, atau bahkan
keterbelakangan masyarakatnya) bagi pembangunan industri. Dikemukakan lebih
lanjut bahwa transformasi masyarakat dari tradisional ke taraf lebih modern
diharapkan dapat dilakukan melalui proses modernisasi terutama dalam
pembangunan ekonomi. Langkah ke arah lebih modern ini dapat dilakukan
melalui perubahan pranata ekonomi masyarakat dari yang bersifat agraris menjadi
masyarakat yang berciri industri.
Dampak Industrialisasi terhadap Sosial Ekonomi
Selain dapat meningkatkan produksi barang-barang dan meningkatkan
nilai harga barang yang telah diolah, industrialisasi diperkirakan dapat juga
mengatasi masalah kesempatan kerja yang semakin sedikit. Sunarjan (1991)
menyatakan bahwa kehadiran industri menyebabkan perubahan-perubahan dalam
sosial-ekonomi seperti perubahan pemanfaatan lahan, perubahan profesi dan
perubahan pendapatan penduduk. Muchtadi dalam Dirgantoro (2001)
menjabarkan sumber pendapatan adalah seluruh pendapatan yang berasal dari
anggota rumah tangga dalam satu unit rumah tangga yang lazimnya berada dalam
satu rumah. Dewi et al. (2003) mendefinisikan pendapatan total rumah tangga
petani hutan rakyat merupakan pendapatan yang diterima oleh petani pengelola
hutan rakyat, yaitu hasil dari usaha hutan rakyat ditambah hasil dari usaha selain
hutan rakyat dikurangi pengeluaran total yang dikeluarkan oleh petani hutan
rakyat. Adapun Rahardjo dalam Gandi (2011) menyatakan bahwa proses
industrialisasi berpengaruh lebih yaitu membawa gejala ekonomi, berupa
perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi
(akumulasi dan konsentrasi modal, persaingan ekonomi, gejala sosial berupa
demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya gaya
hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan
pragmatis.
Menurut Purwanto (2003) pembangunan industri di pedesaan akan
membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi,
terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan
berusaha di bidang non pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa masuknya
indusrialisasi di pedesaan juga membuka peluang bagi peningkatan ekonomi
2

Definisi dan penjelasan mengenai industrialisasi pedesaan ini merupakan hasil simposium
industrialisasi pedesaan yang dilakukan pada tahun 1990 di Institut Pertanian Bogor, yang
disunting oleh Mangara Tambunan dan Sayogyo.

8

masyarakat. Masyarakat di sekitar pabrik dapat memanfaatkan peluang kerja yang
terbuka dengan memasuki bidang-bidang pekerjaan yang ditawarkan oleh pabrik,
dan para pemilik modal dapat memanfaatkan berbagai peluang usaha untuk
mengakomodasi kebutuhan pembangunan pabrik dan kebutuhan para migran
pekerja yang tinggal di sekitar kawasan industri seperti menyediakan jasa tempat
pemondokan, transportasi ojek atau mendirikan toko dan warung untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja pabrik. Perubahan lingkungan dengan nilai atau
pandangan hidup masyarakat mempengaruhi bentuk pencarian nafkahnya,
pembangunan industri telah mendorong usaha seperti toko, warung dan tempat
pemondokan dan uaha transportasi ojek.
Anggapan bahwa industri mempunyai peranan penting dalam mengangkat
perekonomian masyarakat didukung oleh pernyataan Hasmanto (2011) yang
menyatakan bahwa adanya pembangunan industri maka akan memicu dan
mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya, seperti sektor jasa dan sektor
pertanian. Sektor jasa juga berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut,
misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran
dan perdagangan, periklanan, dan transportasi yang kesemuanya akan mendukung
lajunya pertumbuhan industri, berarti keadaan tersebut akan mengakibatkan
meluasnya kesempatan kerja yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan
permintaan masyarakat (daya beli). Selain dalam hal ekonomi, hadirnya industri
juga akan berpengaruh pada munculnya pemukiman baru guna menampung
tenaga kerja untuk industri yang akan menimbulkan sektor kegiatan baru didaerah
sekitarnya.
Hak Akses Terhadap Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam memiliki potensi untuk dimiliki oleh semua orang.
Setiap orang memiliki akses yang berbeda-beda dalam memanfaatkannya.
Menurut Ostrom dan Schlanger dalam Satria (2009), terdapat empat tipe hak
dalam pengelolaan sumberdaya alam, yaitu:
1. Hak akses (access right) adalah hak untuk memasuk wilayah sumberdaya yang
memiliki batas-batas yang jelas untuk menikmati manfaat non ekstraktif.
2. Hak pemanfaatan (withdrawal right) adalah hak untuk memanfaatkan
sumberdaya.
3. Hak pengelolaan (management right) adalah hak untuk turut serta dalam
pengelolaan sumberdaya.
4. Hak eksklusi (exclusion right) adalah hak untuk menentukan siapa yang boleh
memiliki hak akses dan bagaimana hak tersebut dialihkan ke pihak lain; dan
5. Hak pengalihan (alienation right) adalah hak untuk menjual atau menyewakan
sebagian atau seluruh hak kolektif tersebut di atas.
Dalam hak-hak pengelolaan sumberdaya alam di atas terdapat aktor yang
dapat memiliki hak-hak tersebut. Pengelompokan aktor dapat dilihat pada Tabel 1.

9

Tabel 1 Status kepemilikan sumberdaya
Hak milik

Pemilik
(Owner)

Pemilik
(Proprietor)

Penuntut
(Claimant)

Akses (Acces)
Pemanfaatan
(Withdrawal)
Pengelolaan
(Management)
Eksklusi
(Exclusion)
Pengalihan
(Alienation)

X
X

X
X

X
X

X

X

X

X

X

Pemakai
sah
(Authorized
user)
X
X

Pemasuk
sah
(Authorized
entrant)
X

X

ᵃSumber: Ostrom dan Schlager (1996) dalam Satria (2009)

Tabel 1 menunjukkan pihak yang hanya mendapat akses, maka statusnya
hanyalah sebagai authorized entrant. Sementara itu, pihak yang memiliki hak ases
dan hak pemanfaatan dikategorikan sebagai authorized usher. Adapun pihak yang
memiliki hak akses, hak pemanfaatan, hingga hak pengelolaan, maka dapat
dikategorikan sebagai claimant. Pihak yang memiliki ketiga hak tersebut termasuk
hak ekslusi, statusnya disebut propietor, dan bila memiliki semua hak tersebut
beserta hak pengalihannya maka disebut sebagai owner. Status tersebut bersifat
dinamis dan dapat berubah ubah setiap waktu.
Dalam kebanyakan kasus masyarakat industri, lembaga yang mendukung
tentang gugatan hak kepemilikan biasanya adalah negara (hukum negara). Namun,
ini bukan satu-satunya sumber hak milik, terutama dalam hal lahan. Selain
peraturan perundang-undangan, sebagian besar masyarakat dan agama telah
menyusun berbagai bentuk hak dan aturan yang berkaitan dengan penggunaan dan
tata cara pemanfaatan
Kerangka Pemikiran
Industri merupakan kegiatan mengolah barang setengah jadi menjadi
barang yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Perkembangan industri
yang kurang lebih telah 31 tahun pada akhirnya telah merambah daerah pedesaan.
Adanya industri yang masuk desa merupakan pintu bagi desa untuk beralih mata
pencaharian dari sektor pertanian menjadi sektor non pertanian. Dalam
pembangunannya industri membutuhkan lahan untuk mengembangkan industri
tersebut. Pembangunan yang terus menerus akan berimplikasi pada lahan
produktif yang berada di sekitar industri. Keadaan ini memberikan perubahan
terhadap ketersediaan lahan sebelum adanya industri dan setelah adanya industri
di daerah tersebut. Kebutuhan pengembangan industri untuk memperluas lokasi
produksinya baik sebagai sarana pergudangan maupun produksi sangat tinggi.
Maka terjadilah perubahan pemilikan lahan yang diperoleh dari para penduduk
asli pemilik lahan tersebut. Jual beli lahan pun tidak bisa dihindari. Selain itu,
bentuk tindakan masyarakat atas dampak industri terutama karena kesempatan
kerja industri yang meningkat dengan meningkatkan tingkat pendidikan. Hal ini

10

dilakukan karena untuk di industri biasanya menerapkan standar tingkat
pendidikan.
Selain itu adanya industri juga memberikan dampak pada desa-desa
dimana industri itu berada. Salah satu hal yang dapat diamati adalah aspek
ekonomi masyarakat. Keberadaan industri secara tidak langsung juga memberi
pengaruh terhadap mata pencaharian. Dalam hal ini, masyarakat lebih tertarik
untuk bekerja pada sektor industri dikarenakan pendapatan masyarakat akan
dirasa akan lebih stabil dibanding dalam sektor pertanian. Hal lain yang akan
dirasakan berubah adalah terbukanya akses usaha, karena kebutuhan pekerja dari
sektor non-industri dalam hal pemukiman, rumah makan, toko, ataupun hal yang
lain. Industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi mempunyai
tujuan pokok untuk meningkatkan ekonomi masyarakat disekitarnya. Perubahan
profesi dari bidang pertanian ke industri dan non industri menyebabkan pula pada
perubahan pendapatan. Perubahan ekonomi yang terdiri dari perubahan tingkat
pendapatan, peralihan mata pencaharian, dan terbukanya peluang usaha juga
secara tidak langsung memberikan implikasi terhadap penggunaan hak akses
masyarakat terhadap lahan. Hal ini disebabkan karena pembangunan selain di
sektor industri secara terus menerus meningkat.
Pada penelitian ini, terdapat variabel yang diuji secara kualitatif dan
kuantitatif. Variabel yang diuji secara kuantitatif adalah tingkat ekonomi
ditunjukkan dengan tingkat pendapatan, peralihan mata pencaharian dari sektor
pertanian ke industri, dan terbukanya peluang usaha yang akan berhubungan
dengan hak akses terhadap sumberdaya alam khususnya lahan.

Industri Tepung Tapioka

Keterangan :
Hubungan

Tingkat Ekonomi
1. Tingkat Pendapatan
2. Tingkat Peralihan Mata Pencaharian
3. Tingkat terbukanya akses usaha

Tingkat akses terhadap lahan

Gambar 2 Bagan kerangka analisis peranan industri tepung tapioka terhadap aspek
ekonomi dan akses terhadap lahan masyarakat pedesaan.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat disusun hipotesis yaitu :
1. Terdapat hubungan antara adanya industri dengan tingkat ekonomi masyarakat.
2. Terdapat hubungan antara tingkat ekonomi masyarakat setelah adanya industri
dengan tingkat akses terhadap lahan.

11

Definisi Konseptual
1. Industri Pedesaan adalah masuknya industri atau bangunan di wilayah
pedesaan sebagai tempat pengolahan barang mentah/ setengah jadi menjadi
barang yang bernilai ekonomis lebih tinggi.
2. Industri tepung tapioka adalah industri pengolahan hasil pertanian (singkong)
menjadi tepung tapioka sebagai campuran bahan makanan.
Definisi Operasional
Untuk mengarahkan pengumpulan, pengelolaan, dan analisis data dalam
penelitian dirumuskan sejumlah definisi operasional sebagai berikut:
1. Tingkat ekonomi adalah jumlah total skor perhitungan dari dimensi variabel
(tingkat pendapatan, tingkat peralihan mata pencaharian, dan tingkat
terbukanya akses usaha) yang akan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah.
Nilai tinggi dari masing-masing dimensi variabel akan diberi skor 2 dan nilai
rendah dari masing-masing dimensi variabel akan diberi skor 1. Tingkat
ekonomi akan dikategorikan rendah jika skor total dimensi variabel bernilai 3-4
dan tingkat ekonomi dikategorikan tinggi apabila skor total dimensi variabel
bernilai 5-6.
2. Tingkat pendapatan adalah total pendapatan yang diterima oleh responden dari
hasil pekerjaan di sektor industri ataupun sektor non-industri dan ditambah dari
sektor pertanian ataupun sektor non-industri. Tingkat pendapatan disesuaikan
dengan kondisi lapang dan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. Tingkat
pendapatan diukur dengan:
1. Rendah (skor 1)
: Pendapatan antara Rp500 000-Rp1 500 000
2. Tinggi (skor 2)
: Pendapatan > Rp1 500 000
3. Tingkat peralihan mata pencaharian adalah besarnya tingkat peralihan mata
pencaharian dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Peralihan mata
pencaharian akan diukur dengan skala ordinal dan akan dikategorikan menjadi
tinggi dan rendah. Tingkat peralihan mata pencaharian diukur dengan:
1. Rendah (skor 1)
: Tidak ada perubahan ke sektor industri.
2. Tinggi (skor 2)
: Ada perubahan menjadi sektor industri.
4. Tingkat terbukanya akses usaha adalah banyaknya kesempatan bekerja bagi
masyarakat untuk melakukan usaha selain dari sektor industri. Misalnya
mendirikan toko, warung, rumah makan, pondokan ataupun mendirikan rumah,
dan jasa transportasi. Tingkat terbukanya akses usaha akan dikategorikan
menjadi tinggi dan rendah. Tingkat terbukanya akses usaha diukur dengan:
1. Rendah (skor 1)
: Jika hanya memiliki satu bentuk usaha
2. Tinggi (skor 2)
: Jika memiliki lebih dari satu bentuk usaha
3. Tingkat akses terhadap lahan adalah tingkat akses masyarakat dari sektor
industri dan non-industri terhadap lahan, akses tersebut bisa berupa
pemanfaatan, pengelolaan, eksklusif, dan pengalihan. Tingkat akses terhadap
lahan akan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah sesuai kondisi lapang dan
disesuaikan dengan teori Bundle Of Right dari Ostrom. Tingkat akses terhadap
lahan dapat diukur dengan menghitung setiap pertanyaan Ya dan Tidak, dan
skor untuk jawaban Ya = 1 dan Tidak = 0.

12

13

PENDEKATAN LAPANGAN
Pendekatan lapangan menggambarkan mengenai pendekatan penelitian
yang digunakan di lapangan. Pendekatan lapangan meliputi pendekatan penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan
dan analisis data. Pendekatan penelitian merupakan pendekatan yang dilakukan
dalam melakukan penelitian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lokasi dan
waktu penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan waktu yang
diperlukan untuk penelitian mulai penyusunan proposal hingga laporan penelitian.
Teknik pengumpulan data merupakan pendekatan yang digunakan dalam
menggali data dan informasi baik melalui kuesioner ataupun wawancara
terstruktur kepada responden dan informan. Teknik pengolahan dan analisis data
merupakan pendekatan untuk menggambarkan cara pengolahan data yang
diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan
hipotesis yang diajukan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didukung
dengan pendekatan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan
penelitian survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
kemudian peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok (Singarimbun, 1989). Penelitian menggunakan metode survai dapat
menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesa yang
sudah dirancang peneliti. Hubungan kausal yang dapat diuji dari hipotesa meliputi
hubungan adanya peranan industri tepung tapioka terhadap ekonomi masyarakat,
dan hubungan ekonomi masyarakat terhadap hak akses lahan masyarakat yang
berupa sawah dan bangunan. Pengujian hipotesa di atas diharapkan mampu
menjawab keterkaitan antara peranan tingkat ekonomi masyarakat dengan hak
akes terhadap lahan dari pemilihan metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan penelitian survai dikarenakan metode ini dapat menjelaskan tujuan
dari penelitian melalui generalisasi objek penelitian untuk populasi masyarakat
yang tidak sedikit.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Tajug, Kecamatan Siman, Kabupaten
Ponorogo. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Desa Tajug merupakan salah satu desa yang terkena
pengaruh langsung dari keberadaan industri di Desa Tajug. Penelitian ini
dilaksanakan pada periode bulan Maret-April 2013. Kegiatan penelitian meliputi
pengambilan data lapangan baik primer maupun sekunder, mengetahui
karakteristik masyarakat desa, menyebar beberapa panduan pertanyaan dan
kuesioner, dan dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data, penulisan draft
skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian (lihat lampiran 1).

14

Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Semua data
yang diperoleh nantinya akan didokumentasikan dalam bentuk catatan harian agar
tidak terjadi distorsi informasi. Data primer dan data sekunder saling mendukung
satu sama lain untuk menyempurnakan hasil penelitian. Semua metode yang
digunakan bertujuan agar data yang diperoleh benar-benar akurat sehingga
memudahkan peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan:
a. Kuesioner yaitu suatu instrumen penelitian dalam metode survey. Data-data
yang dikumpulkan berupa data karakteristik responden dan rumahtangga,
tingkat pendapatan, peralihan mata pencaharian, dan terbukanya akses usaha.
b. Wawancara mendalam yang dilakukan dengan bantuan panduan pertanyaan.
Data yang dikumpulkan mengenai peranan industri tepung tapioka.
c. Observasi langsung yang dilakukan untuk memperoleh gambaran keadaan desa
dan industri, serta kebutuhan dokumentasi.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari kajian pustaka dan analisis
literatur-literatur yang terkait dengan kondisi desa, peta lokasi penelitian, keadaan
industri, data jumlah penduduk dan dokumen-dokumen tertulis lainnya.
Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan panduan pertanyaan
(Lampiran 3) kepada informan maupun responden. Informan yang akan dipilih
adalah kepala desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang mengetahui situasisituasi di sekitar desa.
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga di sekitar industri
khususnya di Desa Tajug, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo. Populasi
sasaran dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang terkena pengaruh
langsung dari adanya industri. Unit analisis dalam penelitian ini adalah
rumahtangga dengan unit sasaran adalah anggota rumahtangga yang bekerja pada
sektor industri atau sektor non industri. Populasi dari sektor industri adalah
seluruh kepala keluarga yang bekerja pada industri tepung tapioka yang berjumlah
208 jiwa. Pengambilan sampel pada masyarakat industri dilakukan dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Sedangkan responden dari sektor
non industri adalah kepala keluarga yang tinggal di Rukun Warga (RW) yang
paling dekat dengan kegiatan industri, yaitu RW 02. Lokasi tersebut dipilih secara
purposive dengan pertimbangan letak RW 02 yang paling dekat dengan industri
tepung tapioka sehingga diharapkan pengaruh industri tepung tapioka dirasakan
langsung oleh masyarakat di RW tersebut, hal lain yang menjadi pertimbangan
adalah dikarenakan populasi kepala keluarga di desa tersebut sangat besar yaitu
810 kepala keluarga dengan jumlah masyarakat sebesar 2 776 jiwa dan tidak
memungkinkan untuk membuat kerangka sampling, maka dipilih dengan metode
multistage random sampling yaitu 3 RT yang menjadi fokus utama penelitian
yaitu RT 01/02, RT 02/02, dan RT 03/02.
Informasi dan data penelitian diperoleh melalui responden dan informan.
Responden adalah pihak yang memberikan keterangan mengenai dirinya dan
keluarganya. Sedangkan informan adalah pihak yang memberikan keterangan dan
informasi mengenai situasi-situasi yang terjadi di sekitarnya. Dalam pendekatan
kuantitatif, sebelumnya populasi dibagi ke dalam subpopulasi berdasarkan tipe
sumber mata pencahariannya yaitu pekerja industri dan non industri sehinggan

15

satuan elementer dalam masing-masing subpopulasi menjadi homogen. Hal ini
bertujuan untuk menjawab tujuan dari penelitian yaitu membandingkan tingkat
ekonomi masyarakat yang bekerja dari sektor dan sektor non industri. Dari
subpopulasi akan diambil sample sebanyak 35 responden (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dari sektor
industri dan non industri di Desa Tajug
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Bidang Pekerjaan
Industri
Non-Industri
Jumlah
%
Jumlah
%
35
100
25
71.4
0
0
10
28.6
35
100
35
100

Jumlah

(%)

60
10
70

85.7
14.3
100

Masing-masing subpopulasi yang telah diambil merupakan hasil dari teknik
penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan bantuan
program aplikasi Microsoft Excel. Pemilihan jumlah responden ini dikarenakan
untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data dan pertimbangan biaya serta
waktu. Pertimbangan lain yang menjadi alasan adalah besarnya sampel akan
mencukupi presisi rencana analisa yang akan dilakukan.

Teknik Pengolahan Data dan Analisa data
Unit penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat di Dea Tajug,
Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang bekerja pada sektor
industri dan sektor non-industri. Sedangkan unit analisisnya adalah rumah tangga.
Data yang dikumpulkan melalui survey lapangan akan dientry ke dalam Microsoft
Excel 2007. Pengolahan dan analisis data statistik deskriptif berupa persentase,
total skor, dan tabulasi silang. Kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji
statistik tabulasi silang dan didukung dengan uji statistik korelasi Rank Spearman
yang menggunakan SPSS for Windows versi 16.0 untuk mengetahui hubungan
ekonomi terhadap hak akses terhadap lahan berupa bangunan dan sawah.
Data kualitatif akan diolah melalui 3 tahap analisis data kualitatif, yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan
untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, mengeliminasi data-data yang
tidak diperlukan, sehingga dapat langsung menjawab perumusan masalah.
Kemudian data akan disajikan dengan bentuk teks naratif, matriks, tabel, atau
bagan setelah itu ditarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil
analisis antar variabel yang konsisten.
Pengujian variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi tabulasi silang
dan didukung dengan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan yang
nyata antar variabel dengan data berbentuk data ordinal. Uji korelasi Rank
Spearman digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel
independen dan variabel dependen) yang ada penelitian ini, yaitu menguji
hubungan antara tingkat ekonomi masyarakat industri dan non industri terhadap

16

akses lahan. Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negative (-).
Korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang
diuji, yang berarti semakin tinggi variabel bebas (variabel independen) maka
semakin tinggi pula variabel terikat (variabel dependen). Sementara itu, korelasi
negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah, yang berarti jika variabel bebas
tinggi maka variabel terikat menjadi rendah. Klasifikasi keeratan hubungan
dijelaskan oleh Guilford (dalam Rakhmat, 1997) yaitu (1) 0 – 0.199
:
hubungan sangat lemah/sangat renda; (2) 0.200 – 0.399 : hubungan lemah/rendah;
(3) 0.400 – 0.599 : hubungan yang sedang/cukup berarti; (4) 0.600 – 0.799 :
hubungan yang nyata; (5) 0.800 – 1.000 : hubungan sangat tinggi/sangat kuat,
dapat diandalkan
Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5
persen atau pada taraf nyata α 0.05, yang berarti memiliki tingkat kepercayaan 95
persen. Nilai probabilitas (P) yang diperoleh dari hasil pengujian dibandingkan
dengan taraf nyata untuk menentukan hubungan apakah hubungan antara variabel
nyata atau tidak. Bila nilai P lebih kecil dari taraf nyata α 0.05 maka hipotesis
diterima, terdapat hubungan nyata, dan nilai koefisien korelasi γs digunakan untuk
melihat keeratan hubungan antara dua variabel. Sebaliknya bila nilai P lebih besar
dari taraf nyata α 0.05 maka hipotesis tidak diterima, yang berarti tidak terdapat
hubunagn nyata dan nilai koefisien korelasi γs diabaikan. Data ini selanjutnya
akan dikuatkan dengan hasil wa