Perancangan Pembuatan Mesin Tepung Tapioka Dengan Kapasitas 7 Kg Per Jam
KARYA AKHIR
PERANCANGAN PEMBUATAN
MESIN TEPUNG TAPIOKA DENGAN
KAPASITAS 7 KG PER JAM
OLEH :
KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI
SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI
PROGRAM DIPLOMA – IV FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
BAMBANG WAHYUDI
035202009
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat
rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya
Akhir ini dengan judul “PERANCANGAN PEMBUATAN MESIN TEPUNG
TAPIOKA DENGAN KAPASITAS 7 KG PER JAM ”.
Penyusunan laporan Karya Akhir ini dilakukan guna untuk menyelesaikan
Studi di Program Studi Teknologi Mekanik Industri Universitas Sumatera Utara,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan.
Dalam kegiatan penulis untuk menyelesaikan Karya Akhir ini, penulis telah banyak mendapat bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir.H. Mulfi Hazwi, Msc, sebagai Dosen Pembimbing penulis.
2. Bapak Dr.Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Program Studi Teknologi
Mekanik Industri Program Diploma-IV, FT-USU.
3. Bapak dan Mama’ tercinta yang senantiasa memberikan dukungan semangat
dan materi serta mendoakan penulis.
4. Seluruh Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.
5. Pegawai Departemen Teknik Mesin kak Is, kak Sonta, bang Syawal, bang
Izhar Fauzi, bang Yono, bang Rustam dan bang Marlon.
6. Rekan mahasiswa stambuk ’02, ’03 dan 04, Arwindren.SST,Rohancen
Damanik. SST, Zuherry Saragih, Mario.SST, M.Irfrans Syahputra.SST, dan
serta rekan-rekan stambuk yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu
(3)
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna adanya, karena
masih banyak kekurangan baik dari segi ilmu maupun susunan bahasanya. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan
laporan ini.
Akhir kata bantuan dan budi baik yang telah penulis dapatkan, menghaturkan
terima kasih dan hanya Allah S.W.T, yang dapat memberikan limpahan berkat yang
setimpal. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis
sendiri tentunya.
Medan, Agustus 2009
Penulis
BAMBANG WAHYUDI Nim: 035202009
(4)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... ... vi
DAFTAR TABEL ... ... vii
DAFTAR SIMBOL...viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... ... 1
1.2 Alasan Pemilihan judul ... ... 2
1.3 Tujuan ... ... 3
1.4 Manfaat ... ... 3
1.5 Metode Pengujian... ... 4
1.6 Batasan Masalah... ... 4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Bahan Baku ... ... 5
2.2 Pembuatan Tepung Singkong (Tapioka) ... ... 7
2.3 Proses Pembuatan Tepung Tapioka ... ... 8
2.4 Tahapan-Tahapan Dalam Perancangan ... .….. 10
2.5 Bagian Utama Mesin ... ... 12
2.6 Dasar Perencanaan Elemen Mesin ... .….. 16
2.6.1 Perencanaan Daya Motor ... .….. 16
(5)
2.6.2.1 Macam-Macam Poros...……….……… 17
2.6.2.2 Bahan Poros….……….. 18
2.6.2.3 Poros pada Screw Press……….…….19
2.6.2.4 Panjang Screw Press ... ….23
2.6.3 Perencanaan Sabuk Dan Puli ... ….23
2.6.4 Perencanaan Bantalan ... ….24
2.6.5 Baut ... ….26
BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Pengujian ... ... 29
3.2 Pengujian Alat ... ... 29
3.3 Uji Spesifikasi ... …... 30
3.4 Perangkaian Komponen ... …... 30
3.5 Prinsip Kerja Mesin ... …... 31
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN ELEMEN MESIN DAN PERAWATAN MESIN 4.1 Daya Motor Penggerak ... ... 32
4.2 Sistem transmisi sabuk dan puli...32
4.3 Analisa Perbandingan Puli... 34
4.4 Poros ... ... 35
4.41 Analisa kekuatan poros pada motor penggerak ... ... 35
4.4.2 Analisa kekuatan poros pada Screw Press... . ... 35
4.4.3 Screw Press ... ... 36
4.4.4 Tegangan-Tegangan yang terjadi pada Screw Press ... ... 36
(6)
4.6 Maintenance ... ... 39
4.6.1 Pengertian dan tujuan utama perawatan ... .….. 39
4.6.2 Perawatan bagian-bagian utama mesin ... .….. 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...42
5.2 Saran ... ... 43
DAFTAR PUSTAKA...44 LAMPIRAN
(7)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Alir Pembuatan Tepung Tapioka ... .... 9
Gambar 2.2 Bagian utama mesin ... .... 12
Gambar 2.3 Kerangka mesin ... .... 13
Gambar 2.4 Corong masuk ... .... 14
Gambar 2.5 Poros dan Screw Press... .... 14
Gambar 2.6 Piringan penumbuk berputar dan piringan penumbuk diam ... .... 15
Gambar 2.7 Saringan ... .... 16
Gambar 2.8 Corong keluar ... .... 16
Gambar 2.9 Poros pada screw press ... .... 19
Gambar 2.10 Jenis-jenis bantalan gelinding ... .... 25
Gambar 2.11 Sket bantalan... 25
(8)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan unsur-unsur gizi dan kalori dalam singkong ….………..6
Tabel 2.2 Hasil produksi dan keunggulan beberapa varietas singkong………... 7
Tabel 2.3 Bahan dan Alat untuk pembuatan tepung Tapioka………...8
Tabel 2.4 JIS G 3123 Batang baja karbon difinis dingin……….19
Tabel 2.5 Baja karbon JIS G 4051………..……….20
Tabel 2.6 Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan………21
(9)
DAFTAR SIMBOL
LAMBANG KETERANGAN SATUAN
A Luas ( m2)
a Percepatan ( m/s2)
Q Kapasitas ( kg )
P Daya ( kW )
B
σ Kekuatan tarik ( kg /mm2
)
a
τ Tegangan geser izin ( kg /mm2
)
D,d Diameter ( mm )
N Putaran ( rpm)
d
P Daya perencana (kW)
τ Tegangan geser ( kg /mm2)
T Torsi (kg.mm)
ω Kecepatan sudut ( rad/s )
ρ Massa jenis (kg /m3)
η efisiensi -
Mt
3
Momen geser bantalan ( N.mm )
V Volume ( m )
(10)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kurang lebih dari tujuh puluh persen penduduk Indonesia bermata pencaharian
dari sektor pertanian. Oleh karena itu kegiatan pertanian haruslah menjadi
kebanggaan kita, sebab dari dunia pertanian itulah produksi yang menghidupi
sebagian besar bangsa ini berasal. Kegiatan dalam sektor pertanian merupakan salah
satu kekuatan ekonomi kita. Karena jumlah penduduk kita terus bertambah dan
kebutuhan pangan senantiasa meningkat secara terus menerus, menjadi tuntutan
untuk terus meningkat produksi pertanian.
Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untuk
mengatasi ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya dengan
mengolah umbi-umbian menjadi bahan awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan
lama disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai dan lain-lainnya.
Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah
kebutuhan bahan pangan.
Berdasarkan harian Republika terbitan tanggal 17 January 2005 Indonesia
merupakan negara pengimpor tepung terbesar di Asia Tenggara. Untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku tepung dalam pembuatan mie instan, roti, dan pangan lainnya,
Indonesia harus mengimpor sekitar 4 juta ton tepung setiap tahunnya.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pangan yang berbahan baku tepung,
maka kebutuhan tepung setiap tahunnya akan meningkat. Meningkatnya kebutuhan
tepung tersebut berdampak semakin besarnya volume impor tepung setiap tahunnya,
(11)
Dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku tepung didalam negeri, supaya
menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya alam hayati melalui penelitian dan
pengembangan didalam negeri harus dilakukan terus-menerus. Hal tersebut sangat
dilakukan karena sekitar 16,7 persen dari sumber daya hayati dunia terdapat di
Indonesia. Dari ribuan spesies yang ada, diperkirakan baru 6.000 jenis yang
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.
Dengan demikian, berarti masih banyak potensi sumber daya hayati yang belum
dimanfaatkan. Seandainya saja sumber daya yang berlimpah tersebut dapat
dimanfaatkan dengan cara pengolahan yang terprogram, tentu akan memberikan
kontribusi yang besar bagi pembangunan ketahanan pangan di Tanah Air, termasuk
untuk memenuhi kebutuhan tepung didalam negeri.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku tepung didalam negeri, berbagai
upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tepung tersebut, diantaranya dengan
menciptakan mesin yang efektif serta berdaya guna dalam pembuatan tepung. Ini
kiranya dapat berupaya dalam menciptakan produksi tepung yang sangat mudah.
Oleh karena itu perancangan ini mengambil judul “ Perancangan Pembuatan Mesin
Tepung Tapioka ”
1.2. Alasan Pemilihan Judul
Kebutuhan akan bahan makanan dan penyediaan sumber gizi terus meningkat
dari tahun ketahun, dalam hal ini singkong. Para petani dituntut untuk mampu
menghasilkan produksi yang semaksimal mungkin, namun teknologi yang dimiliki
(12)
Dari kekurangan-kekurangan itulah maka dirancang mesin tepung tapioka yang
bertujuan untuk membantu dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh
seorang petani dalam mengolah hasil pertaniannya.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum dari perancangan mesin tepung tapioka adalah :
1. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang diperoleh selama duduk dibangku kuliah.
2. Dapat merancang suatu alat untuk para petani singkong dalam mengolah hasil
panennya menjadi tepung tapioka.
3. Ikut berpartisipasi dalam menyumbangkan ide yang berbasis teknologi tepat
guna.
4. Untuk memperluas wawasan petani singkong yang ingin membuka usaha
menjadi produsen tepung tapioka.
1.3.2. Tujuan khusus dari perancangan mesin tepung tapioka adalah :
Untuk mengetahui cara merancang komponen-komponen mesin dan
effisiensi, daya, putaran dan kapasitas alat pembuat tepung tapioka yang telah
dirancang yaitu termasuk fungsi, dan mekanisme kerja mesin.
1.4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari perancangan mesin pembuat tepung tapioka adalah :
1. Para petani dapat terbantu dalam pengolahan hasil panen singkong mereka
secara optimal.
2. Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang
(13)
3. Bagi rekan-rekan mahasiswa yang ingin membahas dan meningkatkan
rancangan mesin ini.
1.5. Metode Pengujian
Untuk memperoleh data guna penyusunan laporan ini, metode yang penulis
lakukan antara lain adalah :
1. Mengadakan studi literatur diperpustakaan.
2. Mencari hal-hal yang berhubungan dengan perancangan mesin dimedia
internet.
3. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan pihak-pihak yang
memahami tentang perancangan mesin tepung tapioka.
4. Melakukan studi lapangan dengan melihat dan mengganti mesin-mesin
rancangan lain yang telah ada.
1.6. Batasan masalah
Dalam penulisan karya akhir ini, pembahasan dibatasi sebagai berikut :
1. Pengujian alat
2. Kinerja sistem transmisi
3. Uji Spesifikasi, dan
(14)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengenalan Bahan Baku
Singkong (Manihot Utilisima) disebut juga ubi kayu atau ketela pohon
(Najiati,Sri dan Danarti,1999). Mengenai asal tanaman singkong tersebut, ada
beberapa ahli botani yang menyatakan bahwa tanaman singkong berasal dari amerika
beriklim tropis. Namun, seorang ahli botani Rusia, Nikolai Ivanovick Vavilov,
memastikan bahwa tanaman singkong tersebut berasal dari Brazil (Conceicac, A.J.
dan C.V. Sampaio, 1993).
Singkong masuk ke Indonesia pada tahun 1852 melalui kebun raya Bogor, dan
kemudian tersebar keseluruh wilayah nusantara pada saat Indonesia dilanda
kekurangan pangan, yaitu sekitar tahun 1914-1918. Dengan demikian singkong
menduduki posisi sebagai makanan pokok ketiga, setelah padi dan jagung (Najiati,Sri
dan Danarti,1999).
Hasil panen utama dari tanaman singkong adalah umbinya. Umbi singkong
merupakan tempat untuk meyimpan persedian cadangan makanan. Pada umumnya,
umbi singkong berbentuk bulat panjang yang makin keujung ukurannya makin kecil.
Pada dasarnya, umbi singkong terdiri atas tiga lapisan yang meliputi yaitu :
1. Lapisan kulit luar
Merupakan lapisan kulit yang tipis; yang mudah robek, berwarna coklat,
dan coklat abu-abu.
2. Lapisan kulit dalam
Merupakan suatu lapisan kulit yang memiliki ketebalan antara 1 mm-3
(15)
3. Lapisan bagian daging : bagian yang memiliki persentasi terbesar dari
singkong.
Dari unsur penelitian diketahui bahwa kandungan unsur-unsur gizi dalam
singkong, relatif tinggi (lihat Tabel 2.1 dibawah ini). Oleh karena itu, masyarakat
harus tahu lebih banyak mengenai singkong maupun komposisi kandungan gizi yang
terkandung didalammya adalah :
Tabel 2.1. Kandungan Unsur-unsur Gizi dan Kalori dalam Singkong No. Nama Unsur Kadar Gizi / 100 gr Bahan
1. Energi 146 kal
2. Karbohidrat 34,7 gr
3. Protein 1,2 gr
4. Lemak 0,3 gr
5. Mineral 1,3 gr
6. Zat Besi 0,007 mg
7. Kalsium 0,003 mg
8. Fosfor 0,004 mg
9. Vitamin B 0,006 mg
10. Vitamin C 0,003 mg
11. Air 62,5 gr
Sumber ; Daftar Analisis Bahan Makanan, Fak. Kedokteran UI, Jakarta; 1992.
Dalam rangka mencari varietas unggul, puluhan bibit singkong unggul telah
didatangkan dari berbagai negara lain (Wargiono. J.Diane M.Barret. 1987). Beberapa
sifat unggul singkong yang diharapkan antara lain adalah :
1. Produksi singkong harus lebih dari 30 ton / ha.
2. Kadar karbohidrat atau pati antara 35 % sampai 40 %.
3. Umur panen pendek ( kurang dari 8 bulan, sudah dapat dipanen ).
4. Tahan terhadap hama dan penyakit.
(16)
Catatan; Sebagai bahan industri, singkong yang memiliki kadar HCN lebih tinggi dari
100 mg/kg, masih dapat diterima karena derajat keputihannya jauh lebih tinggi.
Berkaitan dengan hasil produksi usaha industri pembuatan tepung tapioka, telah
dipilih sebanyak 7 (tujuh) varietas singkong yang memiliki keunggulan dalam hal
kandungan karbohidrat atau patinya (lihat Tabel 2.2 dibawah ini).
Tabel 2.2. Hasil Produksi dan Kunggulan Beberapa Varietas Singkong No. Varietas Hasil Produksi
/ Ha ( Ton )
Kadar Pati ( % )
Kadar HCN / kg ( mg )
Rasa
1. Adira I 20 – 35 45,2 27,5 Enak
2. Adira II 20 – 35 40,8 123,7 Pahit
3. Malang I 52,4 – 59,6 32 – 36 — —
4. Malang II 31,5 32 – 36 — —
5. Basiorao 30 31,2 80 Agak pahit
6. Bogor 40 30,9 100 Pahit
7. Malang 20 30 – 37 30 Enak
Sumber : Departemen Pertanian,, Jakarta ; 1992.
2.2. Pembuatan Tepung Singkong ( Tapioka )
Untuk memperoleh tepung tapioka yang berkualitas tinggi sebaiknya dipilih
singkong dari jenis yang baik dan tidak mempunyai rasa yang pahit. Disamping itu,
singkong yang akan diproses sebaiknya singkong yang dicabut pada hari itu juga atau
dalam masih keadaan yang segar. Singkong yang disimpan selama dua hari atau
terlalu lama, akan menyebabkan terjadi perubahan warna menjadi hitam akibat kerja
enzim polifenolase yang terdapat dalam lendir daging ketela, yang mengakibatkan
sarinya akan berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut, singkong diolah untuk
(17)
Tabel 2.3. Bahan dan Alat untuk Pembuatan Tepung Tapioka
No. BAHAN DAN ALAT JUMLAH
A. Bahan
1. Singkong 300 kg
B. Alat
1. Pisau 2 pasang
2. Nyiru atau widig ( untuk penjemuran ) 50 -100 buah
3. Kayu untuk bak 25 papan
4. Bambu untuk penglari 10 buah
5. Slang plastik / pipa pralon Secukupnya
6. Kain saringan 3 pasang
7. Rak bambu ( alas penjemuran ) 50 – 100 buah
8. Ember plastik 10 buah
Sumber: Handoyo; Sumadji Eko; Membuat tepung Tapioka; Jakarta; Bharata Karya Aksara;1985.
2.3. Proses Pembuatan Tepung Tapioka 1. Pengupasan Kulit Singkong
Daging singkong dipisahkan dari kulit dengan cara pengupasan. Selama proses
pengupasan kulit singkong dilakukan sortasi bahan baku dengan pemilihan singkong
yang bagus. Singkong yang jelek terlebih dahulu dipisahkan dan yang tidak diikutkan
pada proses berikutnya.
2. Pencucian
Dilakukan dengan cara meremas-remas singkong didalam bak yang berisi air
bersih, untuk memisahkan kotoran yang menempel pada daging singkong.
3. Pengirisan
Daging singkong yang sudah dibersihkan dengan air, selanjutnya diletakkan
(18)
4. Pengeringan
Singkong yang telah diiris kemudian dikeringkan dengan menggunakan sinar
matahari dengan cara menjemur singkong pada suhu ± 40 ºC, dalam napam atau widig yang diletakkan diatas rak-rak bambu selama 1-2 hari (tergantung dari cuaca).
Tepung tapioka yang dihasilkan sebaiknya mengandung kadar air ± 15-19 % (Wargiono.J. Diane M. Barret. 1987). Untuk mengetahui Bagan alir Proses
Pembuatan tepung Tapioka (dapat diperlihatkan pada gambar 2.1.)
Gambar 2.1. Bagan Alir Pembuatan Tepung Tapioka. Penggilingan
Tepung Tapioka Singkong
Dikupas
Dicuci
Diiris
Pengeringan
Kulit singkong dibuang
Limbah padat dibuang
(19)
2.4. Tahapan-Tahapan Dalam Perancangan
Hasil pertama dari sebuah rancangan mesin tidaklah pernah sempurna.
Langkah demi langkah harus dijalani sebelum hasil yang ideal tercapai. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pengembangan lanjut sebuah rancangan mesin mencapai
taraf tertentu adalah : hambatan yang timbul, cara mengatasi efek samping yang tidak
terduga, kemampuan untuk memenuhi tuntutan pemakaian dan kemampuan untuk
mengatasi saringan, hal mana akan memperlancar pengembangan itu sendiri.
Dalam mendisain tidak mungkin mengingat semua pokok-pokok utama secara
serentak. Secara bertahap mengumpulkan pokok-pokok utama dan
pengalaman-pengalaman. Menurut G. Neimann ada beberapa tahapan dalam perancangan, yaitu :
1. Mula pertama, tugas disain yang bagaimanakah harus dipenuhi ? Faktor-faktor
utama apa yang sangat menentukan untuk konstruksi ? Bahan-bahan, jumlah
produk, cara produksi, bahan setengah jadi manakah yang patut
dipertimbangkan.
2. Menentukan ukuran-ukuran utama dengan perhitungan kasar.
3. Menentukan alternatif-alternatif dengan sketsa tangan.
4. Memilih bahan. Bahan-bahan umumnya yang mudah didapat dipasaran seperti
baja karbon diprioritaskan pemakaiannya.
5. Bagaimana memproduksi. Konstruksi dan cara pembuatan elemen-elemen
tergantung dari jumlah produk yang akan dihasilkan.
6. Mengamati disain secara teliti. Setelah menyelesaikan disain berskala,
konstruksi diuji berdasarkan pokok-pokok utama yang menentukan dengan cara
yang teliti. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
(20)
b. Mengubah konstruksi sebuah disain sebelum diproduksi adalah jauh lebih
menghemat waktu bila dibandingkan dengan perubahan-perubahan yang
dilakukan waktu atau setelah produksi berjalan.
c. Hasil konstruksi yang matang biasanya dicapai setelah dilakukan
bermacam-macam disain dan perbaikan-perbaikan.
d. Konstruksi yang terbaik merupakan hasil kompromi dari berbagai ragam
tuntutan para pemakai.
7. Merencanakan sebuah elemen; gambar kerja bengkel (workshop blue print).
Pokok-pokok utama yang harus diperhatikan dalam meneliti gambar kerja
adalah sebagai berikut :
a. Ukuran: apakah elemen tersebut lengkap dan jelas ukurannya ? Apakah
ukuran-ukuran tersebut sudah termasuk bagian yang terpotong dalam
proses pembuatan ?
b. Toleransi dan simbol pengerjaan
c. Nama bahan dan jumlah produk
d. Apakah disain ini mengikuti standar dan norma yang berlaku ?
e. Keterangan mengenai metode-metode khusus pengerasan (hardening),
celup dingin (quenching), pelapisan permukaan, semprot pasir (sand blastin)
dan sebagainya yang akan dialami elemen-elemen tersebut.
8. Gambar lengkap dan daftar elemen. Setelah semua ukuran-ukuran elemen
(21)
2.5. Bagian Utama Mesin
Rancangan mesin tepung tapioka yang dimaksudkan adalah rancangan bagian
utama mesin, rancangan bentuk dan dimensi yang ditetapkan berdasarkan beberapa
pertimbangan diantaranya kemudahan dalam pengoperasian, bahan teknik yang
tersedia dan kekuatan bahan yang digunakan (dapat diperlihatkan pada gambar 2.2.)
Gambar 2.2 Bagian Utama Mesin Keterangan : 1. Kerangka Mesin
2. Corong keluar
3. Pisau penumbuk berputar 4. Bantalan
5. Rumah Pisau penumbuk berputar 6. Rumah Screw Press
7. Corong Masuk 8. puli 2"
9. Screw Press 10. Sabuk A 45 11. Motor penggerak 12. puli 4"
(22)
Bagian utama mesin adalah bagian yang sangat penting dalam mendukung
fungsi mesin. Hal ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Kerangka Mesin
Kerangka mesin terbuat dari besi siku, kerangka mesin berfungsi sebagai
tempat dudukan mesin dan bagian lain yang diatasnya. Jika kerangka sebuah
mesin tidak kuat kemungkinan besar akan mempengaruhi kinerja mesin, maka
dalam perancangan mesin tepung tapioka ini kerangka mesin yang dipakai
terbuat dari besi siku 30 x 30, dengan ketebalan 2 mm.
Kerangka Mesin
Gambar 2.3. Kerangka Mesin
2. Corong Masuk
Corong masuk digunakan sebagai tempat masukkan bahan baku. Berfungsi
sebagai pengarah bahan baku agar tepat jatuh pada rumah screw press diantar
menuju kepiringan penumbuk. Dalam memasukan singkong kedalam corong
masuk sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk menghindari penumpukan
(23)
kinerja mesin. Corong masuk terbuat dari besi plat dengan ketebalan 2 mm
yang terletak pada bagian puncak mesin.
Corong Masuk
Gambar 2.4. Corong Masuk
3. Poros Dan Screw Press
Untuk menggerakkan dan mentransmisikan daya biasanya digunakan poros.
Didalam merencanakan poros ada beberapa kriteria yang harus dimiliki poros
diantaranya poros harus tahan terhadap puntiran, lenturan dan lendutan. Screw
Press digunakan untuk mengepress singkong kering dan mengantar menuju
piringan penumbuk agar lebih padat ketika didalam penggilingan menjadi
tepung tapioka.
Poros
(24)
4. Piringan Penumbuk
Didalam penggilingan tepung tapioka ini direncanakan menggunakan piringan
penumbuk. Didalam piringan penumbuk ini diletakkan pisau-pisau penumbuk.
Pada piringan penumbuk ini terdapat dua piringan penumbuk yaitu : Piringan
pertama adalah piringan penumbuk yang diam terletak pada tutup mesin
terdiri atas 4 buah pisau penumbuk. Pada piringan kedua terdiri atas 4 buah
pisau penumbuk berputar. Bagian ini yang berputar menumbuk bahan baku
singkong. Pisau berputar pada lintasannya masing-masing.
Pisau penumbuk berputar
Gambar 2.6. piringan penumbuk berputar dan piringan penumbuk diam
5. Saringan
Pada rumah piringan penumbuk dipasang saringan dengan ukuran 25 mm x
125 mm secara keseluruhan oleh saringan kasa. Saringan mempunyai tingkat
kerenggangan tertentu, semakin tipis jarak saringan kasa maka akan
menentukan kehalusan produk yang dihasilkan. Tujuan utama dari saringan
ini adalah untuk menyaring bahan baku singkong, apabila bahan baku yang
ditumbuk sudah menjadi butiran-butiran tepung yang halus akan keluar
melalui saringan ini, namun apabila bahan baku dalam keadaan tidak halus
(25)
Gambar 2.7. Saringan
6. Corong Keluar
Setelah tertumbuk halus maka butiran-butiran tepung tapioka tersebut akan
keluar melalui corong pengeluaran. Corong pengeluaran terbuat dari besi plat
dengan ketebalan 2 mm.
Gambar 2.8. Corong keluar
2.6. Dasar Perencanaan Elemen Mesin 2.6.1. Perencanaan Daya Motor
Untuk menghitung daya motor terlebih dahulu mendefinisikan daya yaitu :
Daya =
waktu kerja usaha
(26)
Atau P=
60 n . 2.
T. π ( R.S.Khurmi,Machine Design,hal:12 )
Dimana : P = Daya yang diperlukan ( watt )
T = Torsi (N.m )
ω
=Kecepatan sudut ( rad / s ) n = Putaran motor (rpm )
Maka daya rencana : Pd = P. f ( Sularso, Elemen Mesin, hal:7 ) c
Dimana : Pd = Daya rencana ( Watt )
P = Daya yang diperlukan (Watt )
=
c
f Faktor koreksi
2.6.2. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama
dalam transmisi dipegang oleh poros.
2.6.2.1. Macam -Macam Poros
Poros untuk meneruskan daya yang diklasifikasikan menurut pembebanannya
adalah sebagai berikut :
1. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling roda gigi, puli sabuk atau
(27)
2. Poros Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
3. Poros Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut
gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan
oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
2.6.2.2. Bahan Poros
Poros untuk umumnya biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
dan difinis, baja karbon konstruksi (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot
yang di- “ kill ” ( baja yang dideoksidasikan dengan ferosilikon dan dicor ; kadar
karbon terjamin) (JIS G3123). Meskipun demikian bahan ini kelurusannya agak
kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang
misalnya bila diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa didalam terasnya. Tetapi
penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya
bertambah besar. Untuk mengetahui jenis baja karbon yang sering dipakai untuk
(28)
Tabel 2.4. JIS G3123 Batang baja karbon difinis dingin ( sering dipakai Untuk poros )
Sumber: (sularso;Elemen Mesin; hal:330 )
2.6.2.3. Poros pada screw press
Didalam perancangan mesin tepung tapioka ini bahan poros yang dipakai
adalah dengan menggunakan bahan S50C, karena jenis ini digunakan untuk
konstruksi umum, dengan kekuatan tarik (σB)62 Kg/ mm². Dapat diperlihatkan Pada tabel 2.5 menjelaskan macam-macam jenis baja karbon cor.
Untuk mengetahui bentuk Poros pada Srew press terdapat pada gambar 2.9
(29)
Dimana :
di = diameter screw
ds = diameter poros
p = jarak antara screw
α = sudut kemiringan screw
Tabel 2.5. Baja karbon JIS G 4051
Sumber: (Sularso; elemen mesn;, hal: 330)
Poros berfungsi untuk memutar piringan penumbuk. Untuk itu poros harus direncanakan mampu untuk menahan beban-beban yang dialami oleh poros tersebut.
Diameter poros harus juga diperhitungkan terhadap beban-beban yang akan dialami
poros. Maka perencanaan diameter poros dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan-persamaan sebagai berikut :
3 .
. 16
s d
T
π τ =
Supaya konstruksi aman maka τizin(τa)≥τtimbul (kg/mm2
3 .
. 16
s a
d T
π τ ≥
(30)
3 1 . . 16 ≥ a s T d τ π 3 1 . 1 , 5 ≥ a s T d τ Dimana : ds
a
τ
= Diameter poros (mm)
T = Torsi (kg.mm)
= Tegangan izin (kg/mm2
P fc
Pd = .
)
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak (kW), maka berbagai
faktor keamanan bisa diambil, sehingga koreksi pertama bisa diambil kecil. Jika
faktor koreksi adalah fc, maka daya perencana adalah :
Dimana Pd = Daya perencana (kW)
Harga fc dapat dilihat tabel 2.6. dibawah ini
Tabel 2.6. Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan
Sumber: (Sularso;Elemen Mesin; Hal: 7)
Untuk menghitung Torsi T (kg.mm) dapat dihitung dari daya perencana (kW) adalah
sebagai berikut :
ω Pd T = n Pd T π 2 1000 60 102× × ×
=
T= 9,74. 105 1
n Pd
( Sularso, Elemen Mesin, hal: 7 )
Daya yang Akan Ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
(31)
Dimana : T = Momen Puntir rencana ( kg.mm) Pd = Daya rencana (watt )
1
n = Putaran motor ( rpm)
Tegangan geser yang diizinkan :
2 1
/Sf xSf B
a σ
τ = ( Sularso, Elemen Mesin, hal: 8 )
Dimana : τa = Tegangan geser izin ( kg/mm² )
B
σ = Kekuatan tarik ( kg/mm² )
1
Sf = Faktor keamanan untuk baja karbon, yaitu 6,0
2
Sf = Faktor keamanan untuk baja karbon dengan alur pasak
dengan harga 1,3-3,0
Dari persamaan diatas diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros :
3 / 1 5 1 , 5
= K C T
d t b
a
τ
Dimana : d5 = Diameter poros ( mm ) =
t
K Faktor koreksi untuk momen puntir :
= 1,0 (jika beban halus)
= 1,0 - 1,5 (Jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan) = 1,5 - 3,0 (Jika beban dikenakan dengan kejutan) =
b
C Faktor lenturan
= 1,2 - 2,3 (jika tidak ada beban lentur maka Cb = 1) T = Momen punter.
(32)
2.6.2.4 Panjang Srew Press
Panjang screw press adalah sama dengan panjang lintasan. Bila diameter screw press sudah direncanakan, maka jarak antara puncak screw press dapat dihitung
dengan sudut kemiringan screw press (α), dengan persamaan :
d
p=0,8. ( Spivakopsky,1969)
Dan untuk tinggi sisir ulir
p h= 12 3
Dimana : h = Tinggi sisir ulir [m]
p = Pitch [m]
2.6.3. Perencanaan Sabuk Dan Puli
Sabuk digunakan untuk mentransmisikan daya motor kebagian poros.
Pemilihan sabuk dan puli dilakukan agar tidak terjadinya kehilangan gaya-gaya yang
ditransmisikan. Untuk mengetahui diameter puli digunakan rumus:
p p D d N N = 2 1
( Sularso,Elemen Mesin, hal:166 )
Dimana : N1 =Putaran porospenggerak (rpm) N2 =Putaran porosyangdigerakkan
( )
rpm(mm) penggerak puli Diameter = p d
Dp =Diameter porosyangdigerakkan(mm)
Untuk menghitung panjang keliling sabuk digunakan :
(
)
2) (
4 1 2
2 p p Dp dp
C D
d C
(33)
Jarak sumbu poros adalah :
C =
8
) (
8 2
2
p
p d
D b
b+ − −
Dimana :
b = 2L -3,14
(
Dp +dp)
( Sularso,Elemen Mesin, hal:170 ) keterangan : L = Panjang keliling sabuk (mm)C = Jarak sumbu poros (mm)
2.6.4. Perencanaan Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak balik dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang
umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya.
A. Klasifikasi Bantalan
Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan Luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros
dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan perantara pelapisan pelumas.
b. Bantalan Gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding
(34)
2. Atas dasar arah beban terhadap poros
a. Bantalan Radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak
lurus sumbu poros.
b. Bantalan Radial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan Gelinding Khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
Bantalan yang digunakan untuk mesin tepung beras ini adalah bantalan
gelinding. Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari segi gesekan gelinding
yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. Terdapat pada gambar 2.10.
Gambar 2.10. Jenis-jenis bantalan gelinding
3. Gambar sket dari bantalan
(35)
Bantalan berfungsi sebagai dudukan poros dan untuk mendukung poros
akibat gaya tegangan sabuk dan beban yang diberikan terhadap poros. Beban radial
bantalan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
=
e
F x. V. Fr + y.Fa (Joseph E.Shigley, Perencanaan Teknik Mesin, hal: 58 ) Ket : Fe = Beban radial ekivalen ( N )
=
r
F Beban radial yang bekerja ( N ) =
a
F Beban aksial yang bekerja ( N )
V = Faktor rotasi
X = Faktor radial
Y = Faktor aksial
Maka beban nominal dinamis spesifik ( C ) dapat dihitung dengan rumus:
C =W
k L 1/
6
10
( R.S. Khurmi, Machine Design, hal: 909) Dimana : C = Beban nominal dinamis spesifik
L = Umur bantalan
W = Ekivalen beban dinamik
K = 3, untuk bantalan peluru
10/3, untuk bantalan rol
2.6.5. Baut
Baut berfungsi sebagai pengikat untuk dudukan rumah screw press dan
dudukan pada motor penggerak tetapi selain itu berfungsi juga untuk pengikat poros
terhadap puli. Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm) dan diameter poros
(36)
) 2 / (ds
T
F=
Tegangan geser yang ditimbulkan adalah :
2 4 / d F k × = π τ
Dimana : τk = Tegangan geser yang terjadi (kg/mm
2 2 1 fk fk b ka S S × = σ τ )
d = Diameter luar baut (mm)
Tegangan geser izin didapat dengan :
Dimana : Sfk1 = Faktor keamanan (umumnya diambil 6)
Sfk2 2 4 / d F ka × ≥π τ
= Faktor keamanan
= 1,0-1,5 (jika beban dikenakan perlahan-lahan)
= 1,5-3,0 (jika beban dikenakan tumbukan ringan)
= 2,0-5,0 (jika beban dikenakan secara tiba-tiba dengan
tumbukan berat)
Dari tegangan geser izin, panjang pasak yang diperlukan dapat diperoleh dengan :
Gaya keliling F (kg) yang sama seperti diatas dikenakan pada luas permukaan
samping pasak. Maka tekanan permukaannya adalah :
1 t d F P × =
Dimana : P = Tekanan permukaan (kg/mm2)
(37)
dari harga tekanan permukaan yang di izinkan, panjang pasak yang diperlukan
dapat dihitung dengan :
1
t d
F Pa
× =
Dimana : Pa = Tekanan permukaan izin (kg/mm2
Tabel 2.7. Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir )
Harga Pa dapat dilihat tabel 2.7. dibawah ini
Bahan Tekanan permukaan yang diizinkan
Pa (kg/mm2)
Ulir luar Ulir dalam Untuk pengikat Untuk
penggerak
Baja liat Baja liat atau perunggu 3 1
Baja keras Baja liat atau perunggu 4 1,3
Baja keras Besi cor 1,5 0,5
(38)
BAB III
PROSEDUR PENGUJIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Pengujian
Pengujian dilakukan ditempat pembuatan alat yaitu dibengkel las Jl. Mangaan 8
Link. 17 mabar-Medan.
3.2. Pengujian Alat
Dalam uji fungsi, bagian utama yang akan diuji yaitu sistem transmisi yang telah
dibuat. Cara pengujian adalah :
1. Memastikan baut pengikat puli dalam sistem transmisi terpasang dengan baik.
2. Memastikan puli dan sabuk terpasang dengan baik untuk menghindari slip.
3. Menghidupkan motor listrik .
4. Mengamati kerja listrik, poros, puli, bantalan, sabuk V, dan melihat apakah
semua komponen tersebut bekerja dengan baik.
5. Mengamati dan lihat dengan teliti putaran pulinya terjadi slip atau
6. Menghitung kapasitas singkong yang dihasilkan mesin permenit, perjam dan
seterusnya.
sliding.
7. Bila semua komponen bekerja dengan baik dan sistem transmisi bisa bekerja
(39)
3.3. Uji Spesifikasi
Uji spesifikasi dilakukan untuk mengetahui dimensi alat, komponen yang
dipakai, bahan yang dipakai, kekuatan bahan dan hasil yang dicapai oleh sistem
pembuatan tepung tapioka tersebut. Cara pengujian, yaitu :
1. Mengukur dan mencatat seluruh bagian alat dan dicocokkan dengan gambar
kerjanya.
2. Mencatat semua komponen yang dipakai, baik yang dibuat sendiri maupun
komponen jadi yang dibeli beserta bahan komponen tersebut.
3. Mencatat proses perancangan, proses pembuatan dan proses perakitan
komponen menjadi mesin pembuat tepung tapioka.
4. Membuat kesimpulan pengujian spesifikasi sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.
3.4. Perangkaian Komponen
Perangkaian komponen ini dimaksud sebagai komponen transmisi yang
meliputi puli dan sabuk. Puli dengan diameter 4 inchi dipasang pada poros motor
penggerak, kemudian diikat dengan baut. Puli dengan diameter 2 inchi dipasang pada
poros screw press diikat dengan menggunakan baut. Menghubungkan komponen
yang telah dirangkai pada dudukannya masing-masing dan dihubungkan dengan
(40)
Gambar 3.1. Perangkaian komponen
3.5. Prinsip Kerja Mesin
Pada mesin tepung tapioka ini menggunakan piringan penumbuk untuk
menghaluskan bahan baku (singkong) menjadi tepung tapioka yang diinginkan.
Prinsip kerja dari mesin ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap pertama bahan baku singkong dimasukkan kecorong pemasukkan.
2. Didalam corong pemasukan dilakukan pemasukan bahan baku secara
bertahap, masuk kedalam screw press dan selanjutnya bahan baku diantar
kepiringan penumbuk. Hal ini perlu dilakukan karena untuk menghindari
penumpukan bahan baku pada saluran pemasukan sehingga mengakibatkan
berkurangnya tingkat efisiensi serta terganggunya kinerja mesin.
3. Selanjutnya bahan baku singkong masuk kedalam saluran piringan penumbuk. Didalam piringan penumbuk bahan baku akan berputar dan akan tertumbuk oleh pisau penumbuk yang berputar.
4. Selanjutnya saringan akan menyaring bahan baku yang telah tertumbuk.
5. Setelah proses penyaringan, tepung keluar dari corong keluar dan ditampung
(41)
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN ELEMEN MESIN DAN PERAWATAN MESIN
4.1. Daya Motor Penggerak
Motor merupakan pusat dari gerakan dalam keseluruhan sistem, maka dari
pada itu harus diperhatikan dan diperhitungkan dengan teliti dan benar agar sistem
yang kita rancang dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.
Diketahui daya elektro motor = 373 Watt
Diketahui putaran elektro motor = 1400 rpm
Maka untuk perhitungan torsi didapat :
5 , 259 1400 373 , 0 10 74 ,
9 × 5 =
=
T kg.mm
Untuk perhitungan daya motor adalah sebagai berikut :
P = 60 n . π 2. T. = 259,5 60 1400 3,14. . 2 = 60 52 , 2250
= 373 (Watt ) = 0,373 kWH
4.2. Sistem Transmisi Sabuk Dan Puli
Sistem transmisi pada mesin pembuat tepung tapioka adalah dengan puli,
dengan putaran motor 1400 rpm. Data-data pada mesin yang dirancang :
1. puli motor penggerak Ø 4’’ ( 101,6 mm)
(42)
Dengan mengabaikan slip pada sabuk maka jumlah putaran pada
masing-masing puli adalah sebagai berikut :
2 1 1 d d x n
n= ( Khurmi,1980.hal 675 )
Dimana : d = diameter puli penggerak 1
n = putaran puli penggerak 1
d = diameter puli yang digerakkan 2
n = putaran puli yang digerakkan 2
Putaran puli pada screw press adalah :
2 1 1 2 d d x n n =
= 1400 × 8 , 50 6 , 101
= 2800 rpm
Diameter puli diatas merupakan (dk) diameter luar puli, maka untuk menentukan
diameter nominal puli (dp) adalah :
8 , 39 11 8 , 50 1
1 =dk −t = − =
dp mm 6 , 90 11 6 , 101
2 = − =
dp mm
Kecepatan linear sabuk dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
916 , 2 1000 60 1400 8 , 39 = × × × =π
v m/s
Jarak poros rencana diambil 2 kali diameter puli besar, maka
6 , 79 8 , 39
2× =
=
rencana
C mm
Panjang sabuk rencana (L) dapat dihitung sebagai berikut :
66 , 2666 ) 6 , 101 8 , 39 ( 6 , 79 4 1 ) 6 , 101 8 , 39 ( 2 6 , 79
2 − 2 =
× + + + × = π L mm
(43)
Dari tabel lampiran 1 dapat dipilih panjang sabuk standart adalah 105 inchi,
maka jarak sumbu poros dapat dihitung sebagai berikut :
21 , 593 8 ) 6 , 101 8 , 39 ( 8 87 , 7556 87 ,
7556 2 2
= − + + = C mm
Dimana untuk b=2×2666,66−3,14(39,8+101,6)=7556,87 mm Menurut Sularso, Elemen Mesin
C dp Dp
L− − ≥
2 , 2 126,26
8 , 39 6 , 101 66 ,
2666 − − ≥ , baik
2
dk Dk
C > + , 126,26 baik
4.3. Analisa Perbandingan Puli
Dari data-data diatas diperoleh perbandingan puli 2" diporos screw press dan 4"
keporos motor penggerak menghasilkan tepung tapioka sebanyak 7 kg perjam,
dengan putaran puli pada screw press dan pisau berputar untuk menghancurkan
singkong adalah sebesar 2800 rpm.
Sedangkan untuk perbandingan puli 3" diporos screw press dan 4" keporos
motor penggerak menghasilkan tepung tapioka sebanyak 5 kg perjam, dalam hal ini
putaran puli pada screw press dan pisau berputar menghancurkan singkong adalah
sebesar 1820 rpm.
Putaran puli pada screw press adalah :
2 1 1 2 d d x n n =
= 1400 ×
2 . 76 6 , 101
(44)
4.4. Poros
4.4.1. Analisa Kekuatan Poros Pada Motor
Poros pada motor penggerak berdiameter 20 mm. Bahan poros diperkirakan dari
baja karbon S30C dengan kekuatan tarik (σB) = 48 kg/mm2, maka σa adalah :
4 2 6
48 2
1× = × = = Sf Sf B a σ
σ kg/mm2, τa =0,5×4=2 kg/mm
5 , 259 1400 373 , 0 10 74 ,
9 × 5 =
=
T
2
Torsi (kg.mm) adalah :
kg.mm
Tegangan geser yang timbul :
165 , 0 20 5 , 259 1 , 5 . 1 , 5 3 3 = × = = s d T τ kg/mm τ τ >a
2
Jadi dapat dikatakan bahwa konstruksi aman karena
4.4.2. Analisa Kekuatan Poros Pada Screw Press
Poros screw press berdiameter 25 mm. Bahan poros diperkirakan dari baja karbon S50C dengan kekuatan tarik (σB) = 62 kg/mm2, maka σa adalah :
16 , 5 2 6 62 2
1× = × = = Sf Sf B a σ
σ kg/mm2,τa =0,5×5,16=2,58kg/mm
5 , 259 1400 373 , 0 10 74 ,
9 × 5 =
=
T
2
Torsi (kg.mm) adalah :
kg.mm
Tegangan geser yang timbul :
847 , 0 25 5 , 259 1 , 5 . 1 , 5 3 3 = × = = s d T τ kg/mm τ τ >a
2
(45)
4.4.3. Screw Press
Panjang screw press adalah sama dengan panjang lintasan. Bila diameter screw
press sudah direncanakan 32 mm = 0,032 m, maka jarak antara puncak screw press
dapat dihitung dengan sudut kemiringan screw press (α), dengan persamaan :
d
p=0,8. ( Spivakopsky,1969)
P = 0,8 x 0,032=0,0256 m = 2,56 mm
Dan untuk tinggi sisir ulir
p h= 12 3
Dimana : h = Tinggi sisir ulir [m]
p = Pitch [m]
940 , 0 40 , 9 56 , 2 3 2 /
1 × = =
= mm
h m
4.4.4. Tegangan- Tegangan Yang Terjadi Pada Screw Press Kecepatan dorong (v) muatan dapat dihitung sebagai berikut :
3 10 9 , 5 6000 1400 0256 , 0 6000 − = =
= pxn x x
v m/s
Untuk berat muatan permeter (q) dapat dihitung sebagai berikut :
2 , 15 10 9 , 5 6 , 3 7 6 ,
3 = 3 =
= −
x x v
q
q kg/m
Maka gaya dorong screw press adalah :
f I q F s . . =
Dimana : f = Koefesien gesek (diambil 0,6)
1 6 , 0 254 , 0 7 =
= x x
s
(46)
4.5. Bantalan
Dalam mesin ini bantalan yang digunakan adalah bantalan gelinding. Bantalan
gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang sangat kecil bila
dibandingkan dengan bantalan luncur.
Bila diketahui gaya radial dari poros sebesar 529,7 (N). Maka momen geser
bantalan dapat ditentukan sebagai berikut :
) 2 / .( .f D F
Mt =
Dimana : M = Momen geser bantalan ( N.mm). t
F = Gaya radial ( N )
f = Koefisien geser bantalan = 0,0015 untuk bola bantalan tunggal
D = Diameter poros (mm)
Maka :
t
M = 529,7. 0,0015. ( 14/2 ) t
M = 5,56 (N.mm)
Akibat gaya gesek yang timbul maka akan menyebabkan sebagian daya akan turut
hilang. Maka besar daya yang hilang adalah :
loss
P = Mt.N.(2π/60)
Dimana : Ploss = Daya hilang (Watt)
t
M = Momen geser bantalan (N.mm)
N = Putaran poros (rpm) Maka : Ploss = 5,56 .1400.
(
2.π/60)
loss
P = 814,7 (Watt)
Beban ekivalen yang dialami pada bantalan adalah :
a r
e X.F Y.F
(47)
Dimana : F = Beban radial ekivalen (N) e
X = Faktor radial = 0,6
r
F = Beban radial yang bekerja (N) Y = Faktor aksial = 0,5
a
F = Beban aksial yang bekerja (N)
Bila beban aksial (Fa), maka :
Fa = K Fr . 47 , 0 Fa = 5 , 1 7 , 592 . 47 , 0
Fa = 185,71 (N)
Jadi beban ekivalen yang dialami pada bantalan adalah :
e
F = 0,6. 592,7 + 0,5 .185,71
e
F = 66135,04 (N)
Bila diasumsikan kehandalan bantalan yang bekerja sebesar 95 % dengan
pemakaian direncanakan selama 1800 jam, maka dapat ditentukan umur bantalan
yang digunakan sebesar :
R = exp
− 17 , 1 10 84 , 6 L L
Dimana : R = Kehandalan Bantalan ( R = 0,95) L = Umur bantalan yang direncanakan
10
L = Umur penilaian bantalan
Maka :
0,95 = exp
− 17 , 1 10 84 , 6 1800 L
(48)
10
L =
17 , 1
051293294 ,
0
7 , 678
10
L = 3332,34 jam
Maka umur bantalan yang dapat dipergunakan sebesar 3332,34 jam.
4.6. Maintenance
4.6.1. Pengertian Dan Tujuan Utama Perawatan
Untuk dapat mencapai jumlah produksi yang maksimum maka perlu sekali
dibutuhkan kesiapan mesin yang digunakan seoptimal mungkin. Agar mesin dapat
siap pakai dan tidak mengganggu dalam sistem produksi maka diperlukan suatu cara
yang disebut pemeliharaan. Suatu mesin tidak mungkin tidak mengalami kerusakan,
tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan kegiatan perawatan.
Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memelihara dan menjaga setiap komponen-komponen mesin atau peralatan agar
dapat tahan lama sehingga dapat mencapai hasil produksi yang maksimum.
Tujuan utama sistem perawatan adalah sebagai berikut :
1. Agar mesin ataupun peralatan yang digunakan dalam keadaan siap pakai
secara optimal untuk menjamin kelancaran proses kerja mesin.
2. Untuk memperpanjang usia dari pada mesin.
3. Untuk menjamin keselamatan operator dalam menggunakan mesin atau
peralatan.
4. Untuk mengetahui kerusakan mesin sedini mungkin sehingga dapat mencegah
kerusakan yang lebih fatal.
Perawatan yang dilakukan terhadap mesin pembuat tepung tapioka ini dapat
(49)
1. Perawatan secara rutin
Perawatan dilakukan secara terus menerus, misalnya setiap hari atau setelah
selesai menggunakan/memakai mesin. Pada mesin ini kegiatan perawatan
secara rutin yang dilakukan adalah pembersihan dan pelumasan pada bagian
yang berputar.
2. Perawatan secara periodik
Perawatan secara periodik adalah kegiatan yang dilakukan dalam jangka
waktu tertentu. Misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, dan setahun sekali.
Pada mesin ini, kegiatan perawatan secara periodik adalah tegangan sabuk,
poros pisau penumbuk. Sehingga mesin tepung tapioka ini dapat bekerja
secara optimal.
4.6.2. Perawatan Bagian-Bagian Utama Mesin
Perawatan utama yang dilakukan pada bagian-bagian utama mesin adalah
sebagai berikut :
1. Puli dan Sabuk
Bagian yang memerlukan perawatan pada puli adalah memeriksa
kekencangan baut pengikat puli, mengecek secara visual kesejajaran antara
puli. Periksa tegangan sabuk serta kerusakan yang terjadi pada sabuk, apabila
sabuk sudah rusak sebaiknya diganti dan apabila tegangan sabuk kendor maka
harus dikencangkan kembali.
2. Poros
Untuk poros, kegiatan perawatan yang dilakukan adalah memeriksa
(50)
3. Bantalan/Bearing
Lakukan pengecekan pada bantalan, jika bantalan sudah aus harus diganti
walaupun belum mencapai umur jam kerja.
Hal yang sangat penting terhadap perawatan bantalan adalah mengenai
pelumasan, karena pelumasan pada bantalan untuk mengurangi gesekan dan
tingkat keausan antara elemen gelinding dan rumah bantalan, mereduksi panas
yang terjadi akibat gesekan, dan mencegah korosi.
Cara pelumasan yang dipakai disini dengan pelumasan grease/gemuk. Pada
bantalan ini dianjurkan dengan cara manual karena konstruksinya lebih
sederhana dan semua gemuk yang bermutu baik dapat memperpanjang umur
bantalan. Pemberian gemuk dilakukan dengan mengisi bagian dalam bantalan
(51)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Bedasarkan perhitungan dan perencanaan yang dilakukan maka hasil
kesimpulanya sebagai berikut :
1. Spesifikasi Perencanaan
a. Material yang digunakan Singkong
b. Kapasitas mesin 7 kg / jam
c. Sistem transmisi Sabuk dan Puli
2. Konstruksi alat
a. Daya motor 1/2 Hp
b. Putaran motor penggerak 1400 rpm
c. Putaran poros screw press 2800 rpm
3. Sistem transmisi
a. Sistem transmisi Sabuk dan Puli
b. Ukuran puli 2" diporos screw press dan 4" Keporos motor penggerak
c. Panjang sabuk 105 inchi
4. Poros dan bantalan
a. Diameter poros screw press 25 mm
(52)
5. Hasil Uji Coba Analisa Perbandingan Puli 3 Inchi dan 4 Inchi
Dari data-data diatas diperoleh perbandingan puli 2 inchi diporos screw press
dan 4 inchi keporos motor penggerak dengan sistem transmisi panjang sabuk 105
inchi dapat menghasilkan tepung tapioka sebanyak 7 kg perjam, dengan putaran puli
pada screw press dan pisau putar untuk menghancurkan singkong adalah sebesar
2800 rpm.
Sedangkan untuk perbandingan puli 3 inchi diporos screw press dan 4 inchi
keporos motor penggerak dengan sistem transmisi panjang sabuk 106 inchi
menghasilkan tepung tapioka sebanyak 5 kg perjam, dalam hal ini putaran puli pada
screw press dan pisau putar menghancurkan singkong adalah sebesar 1820 rpm.
5.2. Saran
1. Lakukan inspeksi mesin sebelum dan sesudah pengoperasiannya.
2. Saat awal menghidupkan mesin diharapkan tidak diberikan beban.
3. Memperhitungkan kekuatan mesin dan komponen mesin untuk memastikan
mesin bekerja dalam keadaan maksimal.
4. Sewaktu mengadakan pembersihan, pembongkaran serta pemasangan komponen
(53)
DAFTAR PUSTAKA
Khurmi, R.S dan Gupta, JK. A Text Book of Machine Design. New Delhi Eurasia
Publishing House (prt) Ltd. 1980.
Lembaga Ilmu Pengetahuan. 2000. Pusat dukumentasi dan informasi ilmiah.
Niemenn, G, 1994. Elemen Mesin. Surabaya: Erlangga.
Najiati, Sri dan Danarti, Budidaya Tanaman Palawija. Gramedia: Jakarta, 1999.
Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita: Jakarta, 1994.
Shygley, Joseph E; 1986; Perencanaan Teknik Mesin jilid 1 & 2; Jakarta; Erlangga.
Sitinjak. K, Dkk, 1995. Teknologi Pasca Panen. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Teknologi Tepat Guna. Menteri riset dan teknologi.
Diakses tanggal 07 mei 2005.
Wargiono. J., Diane M. Barret, Budidaya Ubi Kayu. Seri pembangunan pedesaan.
Gramedia: Jakarta, 1987.
(1)
10 L =
17 , 1 051293294 , 0 7 , 678 10
L = 3332,34 jam
Maka umur bantalan yang dapat dipergunakan sebesar 3332,34 jam.
4.6. Maintenance
4.6.1. Pengertian Dan Tujuan Utama Perawatan
Untuk dapat mencapai jumlah produksi yang maksimum maka perlu sekali dibutuhkan kesiapan mesin yang digunakan seoptimal mungkin. Agar mesin dapat siap pakai dan tidak mengganggu dalam sistem produksi maka diperlukan suatu cara yang disebut pemeliharaan. Suatu mesin tidak mungkin tidak mengalami kerusakan, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan kegiatan perawatan.
Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk memelihara dan menjaga setiap komponen-komponen mesin atau peralatan agar dapat tahan lama sehingga dapat mencapai hasil produksi yang maksimum.
Tujuan utama sistem perawatan adalah sebagai berikut :
1. Agar mesin ataupun peralatan yang digunakan dalam keadaan siap pakai
secara optimal untuk menjamin kelancaran proses kerja mesin. 2. Untuk memperpanjang usia dari pada mesin.
3. Untuk menjamin keselamatan operator dalam menggunakan mesin atau
peralatan.
4. Untuk mengetahui kerusakan mesin sedini mungkin sehingga dapat mencegah
kerusakan yang lebih fatal.
Perawatan yang dilakukan terhadap mesin pembuat tepung tapioka ini dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
(2)
1. Perawatan secara rutin
Perawatan dilakukan secara terus menerus, misalnya setiap hari atau setelah selesai menggunakan/memakai mesin. Pada mesin ini kegiatan perawatan secara rutin yang dilakukan adalah pembersihan dan pelumasan pada bagian yang berputar.
2. Perawatan secara periodik
Perawatan secara periodik adalah kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, dan setahun sekali. Pada mesin ini, kegiatan perawatan secara periodik adalah tegangan sabuk, poros pisau penumbuk. Sehingga mesin tepung tapioka ini dapat bekerja secara optimal.
4.6.2. Perawatan Bagian-Bagian Utama Mesin
Perawatan utama yang dilakukan pada bagian-bagian utama mesin adalah sebagai berikut :
1. Puli dan Sabuk
Bagian yang memerlukan perawatan pada puli adalah memeriksa kekencangan baut pengikat puli, mengecek secara visual kesejajaran antara puli. Periksa tegangan sabuk serta kerusakan yang terjadi pada sabuk, apabila sabuk sudah rusak sebaiknya diganti dan apabila tegangan sabuk kendor maka harus dikencangkan kembali.
2. Poros
Untuk poros, kegiatan perawatan yang dilakukan adalah memeriksa keseimbangan terhadap bearing (bantalan).
(3)
3. Bantalan/Bearing
Lakukan pengecekan pada bantalan, jika bantalan sudah aus harus diganti walaupun belum mencapai umur jam kerja.
Hal yang sangat penting terhadap perawatan bantalan adalah mengenai pelumasan, karena pelumasan pada bantalan untuk mengurangi gesekan dan tingkat keausan antara elemen gelinding dan rumah bantalan, mereduksi panas yang terjadi akibat gesekan, dan mencegah korosi.
Cara pelumasan yang dipakai disini dengan pelumasan grease/gemuk. Pada bantalan ini dianjurkan dengan cara manual karena konstruksinya lebih sederhana dan semua gemuk yang bermutu baik dapat memperpanjang umur bantalan. Pemberian gemuk dilakukan dengan mengisi bagian dalam bantalan secukupnya.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Bedasarkan perhitungan dan perencanaan yang dilakukan maka hasil kesimpulanya sebagai berikut :
1. Spesifikasi Perencanaan
a. Material yang digunakan Singkong
b. Kapasitas mesin 7 kg / jam
c. Sistem transmisi Sabuk dan Puli
2. Konstruksi alat
a. Daya motor 1/2 Hp
b. Putaran motor penggerak 1400 rpm
c. Putaran poros screw press 2800 rpm
3. Sistem transmisi
a. Sistem transmisi Sabuk dan Puli
b. Ukuran puli 2" diporos screw press dan
4" Keporos motor penggerak
c. Panjang sabuk 105 inchi
4. Poros dan bantalan
a. Diameter poros screw press 25 mm
b. Bantalan poros Bantalan gelinding No. 6205
(5)
5. Hasil Uji Coba Analisa Perbandingan Puli 3 Inchi dan 4 Inchi
Dari data-data diatas diperoleh perbandingan puli 2 inchi diporos screw press dan 4 inchi keporos motor penggerak dengan sistem transmisi panjang sabuk 105 inchi dapat menghasilkan tepung tapioka sebanyak 7 kg perjam, dengan putaran puli pada screw press dan pisau putar untuk menghancurkan singkong adalah sebesar 2800 rpm.
Sedangkan untuk perbandingan puli 3 inchi diporos screw press dan 4 inchi keporos motor penggerak dengan sistem transmisi panjang sabuk 106 inchi menghasilkan tepung tapioka sebanyak 5 kg perjam, dalam hal ini putaran puli pada screw press dan pisau putar menghancurkan singkong adalah sebesar 1820 rpm.
5.2. Saran
1. Lakukan inspeksi mesin sebelum dan sesudah pengoperasiannya. 2. Saat awal menghidupkan mesin diharapkan tidak diberikan beban.
3. Memperhitungkan kekuatan mesin dan komponen mesin untuk memastikan
mesin bekerja dalam keadaan maksimal.
4. Sewaktu mengadakan pembersihan, pembongkaran serta pemasangan komponen mesin ini, pastikan motor terbebas dari arus listrik.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Khurmi, R.S dan Gupta, JK. A Text Book of Machine Design. New Delhi Eurasia Publishing House (prt) Ltd. 1980.
Lembaga Ilmu Pengetahuan. 2000. Pusat dukumentasi dan informasi ilmiah.
Niemenn, G, 1994. Elemen Mesin. Surabaya: Erlangga.
Najiati, Sri dan Danarti, Budidaya Tanaman Palawija. Gramedia: Jakarta, 1999.
Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita: Jakarta, 1994.
Shygley, Joseph E; 1986; Perencanaan Teknik Mesin jilid 1 & 2; Jakarta; Erlangga. Sitinjak. K, Dkk, 1995. Teknologi Pasca Panen. Medan: Universitas Sumatera Utara. Teknologi Tepat Guna. Menteri riset dan teknologi.
Diakses tanggal 07 mei 2005.
Wargiono. J., Diane M. Barret, Budidaya Ubi Kayu. Seri pembangunan pedesaan. Gramedia: Jakarta, 1987.