menyebabkan terjadinya gaya gerak magnet di sekitar lilitan yang dapat menimbulkan fluks magnet bolak-balik dalam inti yang terhubung dengan kumparan
sekunder. Akibat adanya fluks magnet bersama, pada ujung-ujung lilitan sekunder terjadi ggl gaya gerak listrik induksi sekunder, sehingga jika lilitan sekunder
dihubungkan dengan beban maka pada lilitan sekunder muncul arus listrik bolak- balik yang menghasilkan tegangan sekunder. Berdasarkan induksi elektromagnet dari
hukum Faraday, besarnya ggl induksi pada suatu lintasan yang tertutup adalah sebanding dengan laju perubahan fluks yang menembus lintasan Serway dan Jewett,
2010. Dalam Zuhal 1995, berdasarkan penggunaan transformator dalam bidang
tenaga listrik dapat dibedakan sebagai berikut: 1.
Transformator penaik tegangan step up atau disebut transformator daya, untuk menaikkan tegangan pembangkit menjadi tegangan transmisi.
2. Transformator penurun tegangan step down yang disebut transformator
distribusi, untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi. 3.
Transformator instrumen, untuk pengukuran yang terdiri dari transformator tegangan dan transformator arus, digunakan untuk menurunkan tegangan dan arus
agar dapat masuk ke meter-meter pengukuran.
2.2 Minyak Transformator
Minyak transformator adalah minyak mineral yang diperoleh melalui pemurnian minyak mentah. Minyak isolasi transformator berbasis minyak mineral, merupakan
salah satu media yang banyak digunakan karena kemampuannya dalam menyerap dan mereduksi panas dalam transformator yang sangat baik. Selain berasal dari minyak
mineral, minyak transformator juga dapat pula terbuat dari minyak organik, seperti minyak transformator piranol dan silikon Ansar, 2010. Pada dasarnya menurut
Riswiyanto 2009, komposisi minyak mineral terdiri dari molekul hidrokarbon yang diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama yaitu hidrokarbon parafinik,
hidrokarbon naftenik, dan hidrokarbon aromatik, sebagian kecil terdiri dari senyawa sulfur, oksigen, nitrogen dan logam Heathcote, 2007.
1. Hidrokarbon parafinik
Parafin merupakan senyawa hidrokarbon jenuh yang dapat berupa rantai lurus atau bercabang. Parafin disebut juga sebagai senyawa rantai terbuka atau senyawa
alifatik dengan rumus empiris
2 n
2 n
H C
. Sifat dari parafin adalah bersifat nonpolar, dan dapat mengalami pembakaran dengan menghasilkan karbon
dioksida dan air Fessenden dan Fessenden, 1986. Berikut merupakan struktur kimia senyawa parafin:
Gambar 2.2 Struktur kimia senyawa parafin Sumber: Yuliastuti, 2010
2. Hidrokarbon naftenik
Senyawa naftena digolongkan sebagai senyawa hidrokarbon yang mempunyai rantai tertutup atau struktur berbentuk cincin. Senyawa ini juga disebut sebagai
senyawa alisiklik dengan rumus empiris
n 2
n
H C
. Naftena merupakan senyawa yang tidak reaktif, dan bersifat nonpolar Fessenden dan Fessenden, 1986. Berikut
adalah struktur kimia senyawa naftena: H
H H
H H
H H
H C
C C
C
Gambar 2.3 Struktur kimia senyawa naftena Sumber: Yuliastuti, 2010
3. Hidrokarbon Aromatik
Hidrokarbon aromatik merupakan senyawa hidrokarbon yang dikelompokkan berdasarkan bau. Benzena adalah senyawa aromatik yang paling sederhana, yang
mempunyai rumus empiris
6 6
H C
. Seperti hidrokarbon alifatik dan alisiklik, benzena bersifat nonpolar Fessenden dan Fessenden, 1986. Berikut adalah
struktur kimia senyawa aromatik:
Gambar 2.4 Struktur kimia senyawa aromatik Sumber: Yuliastuti, 2010
2.3 Fungsi Minyak Transformator