Kombinasi Minyak Jagung (Oleum Maydis) Dan Minyak Jarak (Oleum Ricini) Sebagai Bahan Dasar Lipstik
KOMBINASI MINYAK JAGUNG (Oleum maydis) DAN
MINYAK JARAK (Oleum ricini) SEBAGAI BAHAN
DASAR LIPSTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk
memperolegelarmasi pada Fakultas Farmi
OLEH:
SURIAWATI
NIM 101524057
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
KOMBINASI MINYAK JAGUNG (Oleum maydis) DAN
MINYAK JARAK (oleum ricini) SEBAGAI BAHAN
DASAR LIPSTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
SURIAWATI
NIM 101524057
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
PENGESAHAN SKRIPSI
KOMBINASI MINYAK JAGUNG (Oleum maydis) DAN
MINYAK JARAK (Oleum ricini) SEBAGAI BAHAN
DASAR LIPSTIK
OLEH:
SURIAWATI
NIM 101524057
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal : 30 Agustus 2012
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195807101986012001
Pembimbing II, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 195011171980022001
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195406081983031005
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001
Medan, Oktober 2012 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
(4)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Kombinasi
minyak jagung (oleum maydis) dan minyak jarak (oleum ricini) sebagai bahan
dasar lipstik”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada
Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan. Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., dan Ibu Dra.
Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan
skripsi ini. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S.,
Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah
mendidik selama perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada
terhingga kepada Ayahanda Ngatimin dan Ibunda tercinta Mujiarsih, yang tiada
hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, juga kepada
(5)
2010 yang selalu setia memberi doa, dorongan, dan motivasi selama penulis
melakukan penelitian.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaannya. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan kefarmasian.
Medan, 30 Agustus 2012 Penulis
Suriawati
(6)
Kombinasi Minyak Jagung (Oleum maydis) Dan Minyak Jarak (Oleum ricini) Sebagai Bahan Dasar Lipstik
Abstrak
Minyak jagung (Oleum maydis) merupakan minyak yang diperoleh dengan cara mengestrak bagian lembaga dari biji jagung. Minyak jagung kaya akan kalori yaitu sekitar 250 kalori/100 gram, merupakan minyak goreng yang stabil (tahan
terhadap ketengikan) karena adanya α-tokoferol yang terlarut dalam minyak, selain itu minyak jagung mengandung asam lemak esensial (Omega 3 dan Omega 6), serta vitamin E.
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas, memiliki viscositas yang sangat tinggi dapat menunda pengendapan pigmen yang tidak larut saat pencetakan dan hanya dalam jumlah kecil digunakan untuk pembuatan kosmetik. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan sediaan lipstik dengan mengombinasikan minyak jarak (Oleum ricini) dan minyak jagung (Oleum maydis) untuk mengetahui apakah sediaan lipstik yang dibuat stabil selama penyimpanan dan tidak menyebabkan iritasi.
Formulasi sediaan lipstik terdiri dari komponen yaitu cera alba, lanolin, vaselin alba, Carnauba wax, setil alkohol, minyak mawar (Oleum rosae), butil hidroksitoluen, nipagin, carmin, dimana penambahan minyak jarak (Oleum ricini) dan minyak jagung (Oleum maydis) dengan berbagai perbandingan yaitu 100, 70:30, 60:40, 50:50, 30:70, 40:60, 100. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan mutu sediaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau penyimpanan selama 60 hari pada suhu kamar, uji oles, dan pemeriksaan pH, serta uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic test ).
Formulasi sediaan lipstik menggunakan kombinasi minyak jarak (Oleum ricini) dan minyak jagung (Oleum maydis) menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat stabil selama penyimpanan 60 hari, homogen, titik lebur 59oC, memiliki kekuatan lipstik 104 – 105 gram, mudah dioleskan dengan warna yang merata, memiliki pH 5,5 dan tidak menyebabkan iritasi.
(7)
Combination of Corn Oil (Oleum maydis) AndCastor Oil (Oleum ricini) as Lipstick Basic Compound
Abstrack
Seed Corn oil (Oleum maydis) was oil that obtained by extracting the corn seed. Corn oil was rich of colories, which was about 250 calories/100 grams, was a stable oil (resistant to rancidity) because of α-tocopherols are dissolved in oil, other than that corn oil contains essential fatty acids (Omega 3 and Omega 6), and vitamin E.
Castor oil was a fatty oil that obtained from cold-pressed pleed seed of Ricinus communis L. Having a very high viscosity, it can delay the insoluble pigment molting, and used only in small quantities for making cosmetics. This reseaceh was conducted to formulation of lipstick by combining castor oil and seed corn oil to determine whether the dosage of lipstick was made stable in storage and had not cause irritation.
Lipstick formulation consist of components such as cera alba, lanolin, vaselin alba, carnauba wax, cetyl alcohol, rose oil (Oleum rosae), butyl hidroxytoluene, nipagin, carmine, in addition of castor oil and seed corn oil with concentration varieted from 100. 70:30. 60:40. 50:50. 40:60. 30:70. 100. Evaluation of product included physical quality inspection such as homogenitas test, melting point, breaking point, stability test of shape alteration, color and odor during the storage for 60 days at room temperature, smear test, pH test, also irritation test and hedonic test.
Formulation of lipstick using the combination of castor oil and seed corn oil showed that the product was stable for 60 days, homogeneous, melting point was 59oC, breaking point was 104 -105 grams, easily applied with uniform color, pH was 5.5, had not cause irritation so it is safe to use.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
(9)
2.1 Uraian Tumbuhan ... 5
2.1.1 Habitat Tumbuhan ... 5
2.1.2 Morfologi Tumbuhan ... 5
3.1.3 Kandungan Kimia Jagung ... 5
2.2 Kosmetik ... 6
2.2.1 Kosmetik perawatan Dan Pemeliharaan Kulit ... 7
2.2.2 Kosmetik Dekoratif ... 7
2.3 Bibir ... 8
2.4 Lipstik ... 9
2.4.1 Komponen Utama Dalam Sediaan Lipstik ... 10
2.4.2 Zat Tambahan Dalam Sediaan Lipstik ... 12
2.5 Evaluasi Lipstik ... 13
2.5.1 Pemeriksaan Titik Lebur Lipstik ... 13
2.5.2 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik ... 13
2.5.3 Uji Oles ... 13
2.5.4 Penentuan pH Sediaan ... 14
2.5.5 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan ... 14
(10)
2.7 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
3.1 Alat Dan Bahan ... 17
3.1.1 Alat ... 17
3.1.2 Bahan ... 17
3.2 Pembuataan Lipstik ... 17
3.2.1 Formula ... 17
3.2.2 Formula Modifikasi ... 19
3.3 Prosedur Pembuatan Lipstik ... 19
3.4 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 20
3.4.1 Pemeriksaan Homogenitas ... 20
3.4.2 Pemeriksaan Titik Lebur Lipstik ... 20
3.4.3 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik ... 21
3.4.4 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan ... 21
3.4.5 Uji Oles ... 21
3.4.6 Pemeriksaan pH Sediaan ... 21
3.5 Uji Iritasi Dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 22
(11)
3.5.2 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 23
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
4.1 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 24
4.1.1 Homogenitas Sediaan ... 24
4.1.2 Titik Lebur Lipstik ... 24
4.1.3 Kekuatan Lipstik ... 25
4.1.4 Stabilitas Sediaan ... 25
4.1.5 Uji Oles ... 27
4.1.6 Pemeriksaan pH ... 27
4.2 Hasil Uji Iritasi Dan Uji Kesukaan (Hedonic test) ... 28
4.2.1 Hasil Uji Iritasi ... 28
4.2.2 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
5.1 Kesimpulan ... 32
5.2 Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Kimia Biji Jagung Utuh ... 6
Tabel 3.1 Modifikasi Sediaan Lipstik Dalam Berbagai Perbandingan Minyak Jagung (Oleum maydis) Dan Minyak Jarak (Oleum ricini) ... 19
Tabel 4.1 Data Pemeriksaan titik lebur ... 24
Tabel 4.2 Data Pemeriksaan Kekuatan Lipstik ... 25
Tabel 4.3 Data Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna dan Bau Sediaan ... 26
Tabel 4.4 Data Pengukuran pH Sediaan ... 28
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Iritasi ... 29
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 35
Lampiran 2. Perhitungan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 36
Lampiran 3. Gambar Sediaan Lipstik ... 44
Lampiran 4. Gambar Minyak Jagung (Oleum maydis) ... 45
Lampiran 5. Gambar Zat Warna carmin ... 46
Lampiran 6. Gambar Uji Oles ... 47
(14)
Kombinasi Minyak Jagung (Oleum maydis) Dan Minyak Jarak (Oleum ricini) Sebagai Bahan Dasar Lipstik
Abstrak
Minyak jagung (Oleum maydis) merupakan minyak yang diperoleh dengan cara mengestrak bagian lembaga dari biji jagung. Minyak jagung kaya akan kalori yaitu sekitar 250 kalori/100 gram, merupakan minyak goreng yang stabil (tahan
terhadap ketengikan) karena adanya α-tokoferol yang terlarut dalam minyak, selain itu minyak jagung mengandung asam lemak esensial (Omega 3 dan Omega 6), serta vitamin E.
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas, memiliki viscositas yang sangat tinggi dapat menunda pengendapan pigmen yang tidak larut saat pencetakan dan hanya dalam jumlah kecil digunakan untuk pembuatan kosmetik. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan sediaan lipstik dengan mengombinasikan minyak jarak (Oleum ricini) dan minyak jagung (Oleum maydis) untuk mengetahui apakah sediaan lipstik yang dibuat stabil selama penyimpanan dan tidak menyebabkan iritasi.
Formulasi sediaan lipstik terdiri dari komponen yaitu cera alba, lanolin, vaselin alba, Carnauba wax, setil alkohol, minyak mawar (Oleum rosae), butil hidroksitoluen, nipagin, carmin, dimana penambahan minyak jarak (Oleum ricini) dan minyak jagung (Oleum maydis) dengan berbagai perbandingan yaitu 100, 70:30, 60:40, 50:50, 30:70, 40:60, 100. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan mutu sediaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau penyimpanan selama 60 hari pada suhu kamar, uji oles, dan pemeriksaan pH, serta uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic test ).
Formulasi sediaan lipstik menggunakan kombinasi minyak jarak (Oleum ricini) dan minyak jagung (Oleum maydis) menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat stabil selama penyimpanan 60 hari, homogen, titik lebur 59oC, memiliki kekuatan lipstik 104 – 105 gram, mudah dioleskan dengan warna yang merata, memiliki pH 5,5 dan tidak menyebabkan iritasi.
(15)
Combination of Corn Oil (Oleum maydis) AndCastor Oil (Oleum ricini) as Lipstick Basic Compound
Abstrack
Seed Corn oil (Oleum maydis) was oil that obtained by extracting the corn seed. Corn oil was rich of colories, which was about 250 calories/100 grams, was a stable oil (resistant to rancidity) because of α-tocopherols are dissolved in oil, other than that corn oil contains essential fatty acids (Omega 3 and Omega 6), and vitamin E.
Castor oil was a fatty oil that obtained from cold-pressed pleed seed of Ricinus communis L. Having a very high viscosity, it can delay the insoluble pigment molting, and used only in small quantities for making cosmetics. This reseaceh was conducted to formulation of lipstick by combining castor oil and seed corn oil to determine whether the dosage of lipstick was made stable in storage and had not cause irritation.
Lipstick formulation consist of components such as cera alba, lanolin, vaselin alba, carnauba wax, cetyl alcohol, rose oil (Oleum rosae), butyl hidroxytoluene, nipagin, carmine, in addition of castor oil and seed corn oil with concentration varieted from 100. 70:30. 60:40. 50:50. 40:60. 30:70. 100. Evaluation of product included physical quality inspection such as homogenitas test, melting point, breaking point, stability test of shape alteration, color and odor during the storage for 60 days at room temperature, smear test, pH test, also irritation test and hedonic test.
Formulation of lipstick using the combination of castor oil and seed corn oil showed that the product was stable for 60 days, homogeneous, melting point was 59oC, breaking point was 104 -105 grams, easily applied with uniform color, pH was 5.5, had not cause irritation so it is safe to use.
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai
secara besar-besaran pada abad ke-20. Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk
kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha, sekarang kosmetik
dibuat tidak hanya dari bahan alam, tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud
meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat
(stick) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Fungsinya adalah untuk
memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan
ekspresi wajah yang sehat dan menarik (Ditjen POM, 1985).
Formula lipstik terdiri dari basis lipstik, zat warna lipstik, dan zat tambahan
lipstik. Basis lipstik terdiri dari minyak, lilin, dan lemak padat. Sedangkan zat
warna lipstik terdiri dari staining-dye (zat warna lekat) dan pigmen. Adapun zat
tambahan lipstik adalah pengharum, antioksidan, dan pengawet/anti bakteri.
Lipstik dibagi menjadi 2 tipe, yaitu lipstik berminyak (creamy type lipstick) dan
(17)
Minyak merupakan salah satu komponen dalam basis lipstik yang berfungsi
untuk melarutkan atau mendispersikan zat warna, zat warna yang digunakan
carmin. Carmin diperoleh dengan cara mengekstraksi cochineal, merupakan
pigmen yang stabil terhadap cahaya dan oksidasi, warna merah cerah diperoleh
dari asam carminic yang terdapat pada cochineal (Marmion, 1935).
Salah satu jenis minyak yang digunakan sebagai bahan dasar lipstik adalah
minyak jarak. Minyak jarak merupakan minyak yang memiliki viskositas tinggi
dan mempunyai kemampuan melarutkan zat warna dengan baik. Minyak jarak
merupakan satu komponen penting dalam pembuatan lipstik. viskositasnya yang
tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari pigmen
yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersa pigmen yang tidak larut
pada saat pencetakan pigmen benar-benar merata (Ditjen POM, 1979).
Minyak jarak mempunyai sifat sangat beracun di samping kandungan asam
lemak esensialnya yang sangat rendah dan hanya dalam jumlah kecil digunakan
untuk kosmetik (Ketaren, 2008).
Dengan adanya kekurangan minyak jarak tersebut perlu adanya kombinasi
basis lipstik dari minyak nabati lain, seperti minyak jagung. Minyak jagung
(Oleum maydis) merupakan minyak yang diperoleh dengan mengekstrak bagian
lembaga biji jagung. Penggunaan minyak jagung (Oleum maydis) tidak hanya
untuk keperluan memasak, tetapi dapat juga digunakan sebagai bahan kosmetik,
misalnya untuk pelembab kulit dan lip balm (Khusnul, 2012).
Kandungan vitamin E yang tinggi dan asam lemak dalam minyak jagung
(Oleum maydis) merupakan antioksidan yang baik untuk kesehatan dan
(18)
untuk mengkombinasikan minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak jarak
(Oleum ricini) untuk melarutkan zat warna pada sediaan lipstik.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak jarak
(Oleum ricini) dapat digunakan sebagai bahan dasar sediaan lipstik.
2. Apakah sediaan lipstik dengan kombinasi minyak jagung (Oleum maydis)
dan minyak jarak (Oleum ricini) stabil dalam penyimpanan pada suhu
kamar.
3. Apakah sediaan lipstik dengan kombinasi minyak jagung (Oleum maydis)
dan minyak jarak (Oleum ricini) menyebabkan iritasi saat digunakan.
4. Brapakah kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak jarak
(Oleum ricini) menghasilkan sediaan lipstik yang baik.
1.3 Hipotesa
Hipotesa pada penelitian ini adalah:
1. Kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak jarak
(Oleum ricini) dapat digunakan sebagai bahan dasar sediaan lipstik.
2. Sediaan lipstik dengan kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan
minyak jarak (Oleum ricini), stabil dalam penyimpanan suhu kamar.
3. Sediaan lipstik dengan kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan
minyak jarak (Oleum ricini) tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.
4. Kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak jarak (Oleum
(19)
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuat formula lipstik dengan kombinasi minyak jagung (Oleum
maydis) dan minyak jarak (Oleum ricini) digunakan sebagai bahan dasar
sediaan lipstik.
2. Untuk mengetahui kestabilan sediaan lipstik dengan kombinasi minyak
jagung (Oleum maydis) dan minyak jarak (Oleum ricini) dalam
penyimpanan pada suhu kamar.
3. Untuk mengetahui sediaan lipstik dengan kombinasi minyak jagung
(Oleum maydis) dan minyak jarak (Oleum ricini) tidak menyebabkan
iritasi saat digunakan.
4. Untuk mengetahui kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak
jarak (Oleum ricini) menghasilkan sediaan lipstik yang baik.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa minyak jagung (Oleum maydis) dapat digunakan sebagai bahan
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat tumbuhan
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman tropis dan salah satu tanaman
pangan dunia terpenting selain gandum dan padi. Di Amerika Serikat jagung
digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak jagung dan sirup, sedangkan di
Indonesia (Madura dan Nusa Tenggara) penduduknya menggunakan jagung
sebagai makanan pokok (Ketaren, 2008).
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan, hampir seluruh bagian
tanaman dapat dimanfaatkan antara lain; daun dan tongkolnya sebagai pakan
ternak, biji jagung sebagai sumber minyak, endospermium dibuat tepung jagung
dan sebagai bahan baku industri (Aulia, 2010)
2.1.2 Morfologi tumbuhan
Tanaman jagung merupakan suku rumput-rumputan (graminae) dengan
jenis akar serabut, memiliki batang dengan tinggi 1-3 meter tidak bercabang
berbentuk silindris terdiri dari buku dan ruas, Daun tumbuh pada setiap buku
berhadapan satu sama lain, memiliki bunga jantan dan bunga betina, tongkol
jagung tumbuh diantara batang dan pelepah daun, tongkol merupakan tempat
menempelnya biji jagung (Subekti, dkk., 2010).
(21)
Menurut Suarni dan Widowati, (2007) biji jagung utuh memiliki empat
bagian yaitu kulit ari, tip cap, endosperma dan lembaga, dimana masing-masing
bagian memiliki kandungan kimia yang berbeda, dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2.1 Kandungan kimia biji jagung utuh
komponen Biji utuh Kulit ari Tip cap Endosperma Lembaga
Protein (%) 3,7 3,7 9,1 8,0 18,4
Lemak (%) 1,0 1,0 3,8 0,8 33,2
Serat Kasar(%) 86,7 86,7 - 2,7 8,8
Abu (%) 0,8 0,8 1,6 0,3 10,5
Pati (%) 71,3 71,3 5,3 87,6 8,3
Gula (%) 0,34 0, 34 1,6 0,62 10,8 Selain itu jagung juga mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan vitamin E.
2.2 Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.
Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Namun, sekarang kosmetik tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga dari bahan buatan untuk maksud meningkatkan
kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga
mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih kosmetik
(22)
digunakan serta stabil terhadap pengaruh oksidasi dan pengaruh luar lainnya
(Mitsui, 1997).
2.2.1 Kosmetik perawatan dan pemeliharaan kulit
Tujuan penggunaan kosmetik ini adalah untuk merawat kelembutan,
kelenturan dan kebersihan kulit, serta untuk menjaga kerusakan yang disebabkan
oleh pengaruh dari luar seperti panas, dingin, sinar matahari, angin. Kosmetik
perawatan kulit terdiri atas kosmetik pembersih (cleansing), kosmetik pelembab
(moisturizing), kosmetik pelindung (protecting) dan kosmetik penipis ( thinning).
Contoh dari kosmetik perawatan kulit adalah pencukur, pembersih, astringen,
toner, pelembab, masker, krim malam dan bahan untuk mandi
(Wasitaatmadja, 1997).
2.2.2 Kosmetik dekoratif
Kosmetik dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang
dirias dan tidak dimaksud untuk diserap kedalam kulit serta merubah secara
permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan
aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim,
tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum.
Berdasarkan bagian tubuh yang diriasi, kosmetik dekoratif dibagi
menjadi: 1) kosmetik rias kulit (wajah); 2) kosmetik rias bibir; 3) kosmetik rias
rambut; 4) kosmetik rias mata; 5) kosmetik rias kuku (Wasitaatmadja, 1997).
Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan psikologi dari pada
(23)
Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain:
a. Warna yang menarik
b. Bau yang harum menyenangkan
c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
e. Tidak merusak atau menggangu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya.
Pembagian kosmetik dekoratif:
a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye
shadow, dan lain-lain.
b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang
lama baru luntur. Misalnya: kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting
rambut, dan lain-lain (Tranggono dan Latifah , 2007).
2.3 Bibir
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan
jagatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium
mendorong papilla dengan aliran darah yang banyak dibawah permukaan kulit.
Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir
sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah.
Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir
bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat
akan cendrung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat
padanya mudah berpenetrasi ke statum germinativum. Karena ketipisan lapisan
(24)
mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka bibir menunjukkan sifat lebih
peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam
memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama dalam hal
memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud
pembuatan sediaan itu (Ditjen POM, 1985).
Warna merah pada bibir disebabkan warna darah yang mengalir di dalam
pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih
jelas karena pada bibir tidak ditemukan lapisan kulit paling luar, yaitu satratum
corneum (lapisan tanduk). Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu
bibir jadi lebih mudah luka dan mengalami pendarahan. Disamping itu, karena
kulitnya yang tipis, saraf yang mengurus sensasi pada bibir menjadi lebih sensitif
(Wibowo, 2005).
Kosmetik rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan
bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak,
misalnya ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetik rias bibir, yaitu lipstik, krim
bibir (lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip liner) , dan lip
sealer (Wasitaatmadja, 1997).
2.4 Lipstik
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik
yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi
antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap
(25)
lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai biasanya berkisar antara 55-75oC
(Ditjen POM, 1985).
Dari segi kualitas, lipstik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:
1. Tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan pada bibir
2. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan
3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu
4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan
perubahan wujud.
5. Tidak lengket
6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna (Mitsui, 1997)
2.4.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik
Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin ,
lemak dan zat warna (Balsam, 1972).
1. Minyak
Minyak adalah salah satu komponen dalam basis lipstik yang berfungsi
untuk melarutkan atau mendispersikan zat warna (Wilkinson, 1982).
Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral
dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik
karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan
melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak merupakan salah satu
komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang
tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari
pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen
(26)
2. Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang
ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50oC dan
mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi
juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan
serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,
candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol.
Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras
karena memiliki titik lebur yang tinggu yaitu 85oC. Biasa digunakan dalam
jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik.
3. Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
meningkatkan kekuatan lipstik dan dapat mengurangi efek berkeringat dan
pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik
adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan
sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa
digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak
nabati terhidrogenasi dan lain-lain.
4. Zat warna
Zat warna dalam listik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan
pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi
(27)
tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing-
masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur
dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang
diinginkan. Pigmen-pigmen yang diigunakan dalam lipstik dapat berupa
lake dari barium atau kalsium, akan tetapi lake dari stronsium juga sering
digunakan karena menghasilkan warna yang tahan lama dan jernih. Untuk
menghasilkan warna yang agak pudar (muda), pigmen putih seperti
titanium dioksida dan zink oksida harus ditambahkan.
2.4.2 Zat tambahan dalam sediaan lipstik
Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula
lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi
kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik,
tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain
dalam formula lipstik. Zat tambah yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet
dan parfum.
1. Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain
yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah
antioksidan yang paling sering digunakan (Poucher, 2000).
2. Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh didalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi
ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi
(28)
Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.
Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben
(Poucher, 2000).
3. Parfum
Parfum perlu ditambahkan dalam formula lipstik untuk menutupi bau dari
minyak dan lilin yang terdapat dalam basis dan bau lain yang tidak enak
yang timbul setelah lipstik digunakan atau disimpan (Wilkinson, 1982).
Parfum yang berasal dari minyak tumbuhan (bunga) adalah yang paling
banyak digunakan (Balsam, 1972).
2.5 Evaluasi Lipstik
2.5.1 Pemeriksaan titik lebur lipstik
Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode
drop point. Metode melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan metode
drop point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode melting
point adalah 60℃ atau lebih, sedangkan untuk metode drop point adalah diatas 50℃ (Balsam, 1972).
2.5.2 Pemeriksaan kekuatan lipstik
Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik
diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban
yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur
dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik
patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma, dkk., 2011).
(29)
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit
punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan
perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita
menggunakan lipstik (Keithler, 1956).
2.5.4 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
(Rawlins, 2003).
2.5.5 Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari
sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan
pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari
ke-30 (Vishwakarma, dkk., 2011).
2.6 Uji Tempel (Patch test)
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit
atau tidak (Ditjen POM, 1985).
Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi
tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut
iritasi sekunder. Tanda-tanda reaksi kulit yang ditimbulkan yaitu hiperemia,
eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian bersifat lokal pada
(30)
Panel uji tempel meliputi manusia sehat dan penderita. Manusia sehat yang
dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia diantara 20-30 tahun, berbadan
sehat jasmani dan rohani dan menyatakan kesediaannya dijadikan panel uji tempel
(Ditjen POM, 1985).
Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi
untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel
adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku dan bagian kulit di belakang
telinga (Ditjen POM, 1985).
Teknik uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada
luas tertentu lokasi lekatan, biarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam, amati
reaksi kulit yang terjadi. Reaksi kulit akibat iritan primer terjadi antara beberapa
menit hingga satu jam setelah pelekatan (Ditjen POM, 1985).
Prosedur uji tempel preventif adalah prosedur uji tempel yang dilakukan
sebelum penggunaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka
terhadap sediaan ini atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji
tempel terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam, daerah lokasi
lekatan di belakang telinga atau bahu. Pengamatannya reaksi kulit positif atau
negatif (Ditjen POM, 1985).
2.7 Uji Kesukaan (Hedonic test)
Uji Kesukaan (Hedonic test) adalah metode uji yang digunakan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar
penilaian. Jumlah minimal panelis standar dalam satu kali pengujian adalah 6
orang, sedangkan untuk panelis non standar adalah 30 orang. Menurut Badan
(31)
1. Tertarik terhadap uji organoleptik sensori dan mau berpatisipasi
2. Konsisten dalam mengambil keputusan
3. Berbadan sehat
Penilaian sampel yang diuji berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Jumlah
tingkat kesukaan bervariasi. Penilaian dapat diubah dalam bentuk angka dan
selanjutnya dapat dianalisis secara statistik untuk penarikan kesimpulan
(32)
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Penelitian meliputi
pembuatan formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap
sediaan, dan uji kesukaan (Hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Alat- alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, oven,
penangas air, pH meter (Hanna), kaca objek, cawan penguap, pencetak
supositoria, pipet tetes, dan rool up lipstick.
3.1.2 Bahan
Bahan kimia yang digunakan antara lain: aquades, oleum ricini, minyak
jagung (oleum maydis), cera alba, vaselin alba, setil alkohol, carnauba wax,
lanolin, oleum rosae, dan nipagin, BHT (Butil hidroksitoluen) dan carmin.
3.2 Pembuatan Lipstik 3.2.1 Formula
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipstik dalam penelitian
dengan komposisi sebagai berikut (Young, 1974):
R/ Cera alba 36,0 Lanolin 8,0 Vaselin alba 36,0 Setil alkohol 6,0 Oleum ricini 8,0
(33)
Carnauba wax 5,0
Pewarna secukupnya Parfum secukupnya Nipagin secukupnya
Berdasarkan formula di atas dilakukan modifikasi formula basis lipstik
dengan mengkombinasikan minyak jarak dan minyak jagung dalam berbagai
perbandingan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan basis lipstik yang baik
dengan menggunakan kombinasi minyak jarak dan minyak jagung baik dalam
tekstur, konsistensi dan kemampuan melarutkan zat warna. Zat warna yang
digunakan dalam formula adalah carmin dengan konsentrasi 2%.
3.2.2 Formula modifikasi
Setelah melakukan orientasi dilaboratorium, hasil yang terbaik untuk
sediaan lipstik adalah sebagai berikut:
R/ Cera alba 36,85 Lanolin 8,0 Vaselin alba 36,85 Setil alkohol 6,0 Oleum ricini x Oleum maydis y Carnauba wax 2,0
Carmin 2%
Oleum rosae 0,1 Nipagin 0,1
BHT 0,1
Keterangan: x = Oleum ricini
y = Oleum maydis (minyak jagung)
Berdasarkan orientasi di atas formula lipstik yang baik dengan
menambahkan cera alba dan vaselin alba, mengurangi carnauba wax karena
sediaan lipstik berdasarkan formula Anne Young terlalu keras dan tidak mudah
(34)
BHT digunakan sebagai antioksidan sebanyak 0,0075-0,1%
(Rowe, dkk., 2009). Dalam penelitian ini digunakan 0,1%.
Tabel 3.1 Modifikasi formulasi sediaan lipstik dalam berbagai perbandingan minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak jarak (Oleum ricini)
Komposisi
Sediaan (%)
1 2 3 4 5 6 7
Cera alba 36,85 36,85 36,85 36,85 36,85 36,85 36,85
Lanolin 8 8 8 8 8 8 8
Vaselin 36,85 36,85 36,85 36,85 36,85 36,85 36,85
Setil alkohol 6 6 6 6 6 6 6
Carnauba wax 2 2 2 2 2 2 2
Oleum ricini 8 5,6 4,8 4 3,2 2,4 0 Oleum maydis 0 2,4 3,2 4 4,8 5,6 8
Carmin 2 2 2 2 2 2 2
Oleum rosae 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 BHT 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dengan menggunakan minyak jarak 100
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70: 30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60: 40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40: 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30: 70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakan minyak jagung 100
3.3. Prosedur Pembuatan Lipstik
Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
Ditimbang Oleum ricini dan Oleum maydis (minyak jagung)
masing-masing lalu dicampurkan. Campuran minyak ini ditambah carmin sambil diaduk
(35)
vaselin alba, dan setil alkohol, dimasukkan dalam cawan penguap, kemudian
dilebur di atas penangas air (campuran B). Kemudian campuran A dan campuran
B diaduk hingga homogen, lalu ditambahkan nipagin, BHT dan parfum
(Oleum rosae ). Selagi cair dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai
membeku. Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan
dalam wadah (rool up lipstick).
3.4 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik.
Pemeriksaan mutu fisik meliputi: pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan
lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan
bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles dan pemeriksaan pH.
3.4.1 Pemeriksaan homogenitas
Masing-masing sediaan lipstik diperiksa homogenitasnya dengan cara
mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang transparan. Sediaan harus
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar
(Ditjen POM, 1979).
3.4.2 Pemeriksaan titik lebur lipstik
Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang
mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38oC. Tetapi karena harus
memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama
suhu daerah tropis, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, biasanya berkisar antara
55-75 oC (Ditjen POM, 1985).
Cara kerja: Sediaan lipstik diambil 0,5 inci dari pangkal lipstik, kemudiaan
(36)
penguap yang berisi sediaan lipstik dimasukkan ke dalam oven. Diatur kenaikan
suhu tiap 10 menitnya 5 oC (Vishwakarma, dkk., 2011).
3.4.3 Pemeriksaan kekuatan lipstik
Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik
diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban
yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah berangsur-angsur dengan
nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik patah
merupakan nilai breaking point (Vishwakarma, dkk, 2011).
3.4.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan
Sediaan lipstik (7 sediaan) yang telah dibuat disimpan pada suhu kamar
selama 8 minggu dengan pemeriksaan setiap 5 hari. Diamati perubahan fisiknya
meliputi penampilan fisik, aroma, tekstur, dan warna.
3.4.5 Uji oles
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada
kulit punggung tangan, kemudian mengamati warna yang menempel dengan
perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya menggunakan
lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang
menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali
pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya
oles yang tidak baik jika warna menempel sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan
dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit
pungung tangan dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956).
3.4.6 Penentuan pH sediaan
(37)
Carannya:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquades, lalu
dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1
g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml aquades, lalu dipanaskan. Setelah suhu
larutan normal, Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan
alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter
merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.5 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic test)
Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan, kemudiaan
dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic test) terhadap sediaan.
3.5.1 Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lipstik yang dibuat dengan maksud
untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit
atau tidak.
Teknik yang digunakan pada uji ini adalah uji pada bagian belakang
telinga terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan
mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu
(2,5 x 2,5 cm), lokasi lekatan dibelakang telinga atau lengan bawah bagian dalam
dilakukan senbanyak 2-3 kali selama tiga hari berturut-turut, biarkan terbuka
selama lebih kurang 24 jam, amati reaksi kulit yang terjadi. Reaksi yang diamati
adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau edema (Ditjen POM, 1985).
(38)
Uji kesukaan atau hedonic test dilakukan untuk mengetahui kesukaan
panelis terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara
visual terhadap 30 orang panelis (Soekarto, 1981).
Setiap panelis diminta untuk mengoleskan masing-masing sediaan lipstik
yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter pengamatan pada uji
kesukaan adalah kemudahan pengolesan lipstik, homogenitas dan intensitas warna
lipstik saat dioleskan. Panelis memberikan penilaian dengan mengisi kuesioner
(39)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1 Homogenitas sediaan
Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan
lipstik tidak memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar pada saat sediaan
dioleskan pada kulit punggung tangan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang
dibuat mempunyai susunan yang homogen.
4.1.2 Titik lebur lipstik
Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan
lipstik dengan kombinasi minyak jarak dan minyak jagung melebur pada suhu
59oC. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur yang
baik yaitu berada di antara 55 – 75oC (Ditjen POM, 1985). Hasil uji titik lebur
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Data pemeriksaan titik lebur
Sediaan Titik Lebur (˚C )
1 59
2 59
3 59
4 59
5 59
6 59
7 59
Keterangan:
(40)
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70: 30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60: 40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40: 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30: 70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakan minyak jagung 100
4.1.3 Kekuatan lipstik
Berdasarkan hasil pemeriksaan kekuatan lipstik diketahui bahwa sediaan
lipstik patah pada penambahan beban 104 -105 gram. Hal ini menunjukkan bahwa
sediaan yang dibuat memiliki kekuatan yang baik. Kesimpulan ini diambil
berdasarkan perbandingan antara berat beban yang digunakan pada sediaan lipstik
dengan kombinasi minyak jarak dan minyak jagung dengan berat beban yang
digunakan pada sediaan lipstik yang beredar di pasaran yaitu lipstik Fanbo® yang
patah pada penambahan beban 99 gram. Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik dapat
dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Data pemeriksaan kekuatan lipstik
Sediaan Penambahan berat (gram) + Alat
Pembanding 99
1 105
2 105
3 105
4 105
5 104
6 104
7 104
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dengan menggunakan minyak jarak 100
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70: 30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60:40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40: 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30: 70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakan minyak jagung 100
(41)
Hasil uji stabilitas sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan
yang dibuat tetap setabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 60 hari
pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik meliputi
perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan bentuk,
didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan lipstik yang dibuat memiliki bentuk dan
konsistensi yang baik, yaitu tidak keluar minyak dan tidak meleleh pada
penyimpanan suhu kamar. Hasil pengamatan terhadap warna didapatkan bahwa
seluruh sediaan lipstik yang dibuat tidak menunjukkan adanya perubahan warna.
Bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan lipstik adalah bau khas dari parfum yang
digunakan yaitu Oleum rosae. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan
selama 60 hari pengamatan pada suhu kamar. Hasil uji stabilitas lipstik dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau sediaan
pengamatan sediaan
lama pengamatan (hari)
1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
bentuk
1 b b b b b b b b b b b b b 2 b b b b b b b b b b b b b 3 b b b b b b b b b b b b b 4 b b b b b b b b b b b b b 5 b b b b b b b b b b b b b 6 b b b b b b b b b b b b b 7 b b b b b b b b b b b b b
warna
1 m m m m m m m m m m m m m 2 m m m m m m m m m m m m m 3 m m m m m m m m m m m m m 4 m m m m m m m m m m m m m 5 m m m m m m m m m m m m m 6 m m m m m m m m m m m m m 7 m m m m m m m m m m m m m
bau
1 bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk 2 bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk 3 bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk 4 bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk 5 bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk
(42)
6 bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk 7 bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk bk
Keterangan: b : baik
m : merah
bk : bau khas Oleum rosae
4.1.5 Uji oles
Sediaan lipstik menghasilkan warna yang baik jika sediaan memberikan
warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung
tangan. Berdasarkan uji oles diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan
pengolesan yang sangat baik adalah sediaan 7 yaitu lipstik dengan menggunakan
minyak jagung (Oleum maydis).
Sediaan 1 memberikan warna yang baik tetapi agak sukar dioleskan.
Sediaan 2 dan 3 memberikan warna yang baik, homogen dan lebih mudah
dioleskan dari pada sediaan 1.
Sediaan 4 memberikan warna yang baik dan homogen dan lebih mudah
dioleskan dari pada sediaan 3. Sedangkan untuk sediaan 5 dan 6 memberikan
warna yang baik, homogen, dan teksturnya lebih lembut dibandingkan sediaan 4.
Sediaan lipstik dengan perbandingan konsentrasi minyak jagung
(Oleum maydis) yang lebih tinggi dibanding konsentrasi minyak jarak (Oleum
ricini) memiliki tekstur, warna dan homogenitas yang bagus. Minyak jagung
(Oleum maydis) tanpa kombinasi lebih bagus dibanding dengan sediaan yang
kombinasi.
4.1.6 Pemeriksaan pH
Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang
menggunakan kombinasi minyak jarak dan minyak jagung memiliki pH 5,5. pH
(43)
menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat cukup aman dan tidak
menyebabkan iritasi pada bibir. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang
mengenai kulit, semakin sulit kulit menetralisasinya dan kulit dapat menjadi
kering, pecah-pecah, sensitif dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu pH
kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu
antara 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji pengukuran pH sediaan
dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan
Sediaan pH
1 5,5
2 5,5
3 5,5
4 5,5
5 5,5
6 5,5
7 5,5
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dengan menggunakan minyak jarak 100
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70:30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60:40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50:50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40: 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30:70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakan minyak jagung 100
4.2 Hasil Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic test) 4.2.1 Hasil uji iritasi
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang
dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lipstik pada kulit lengan bawah
bagian dalam selama tiga hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis
tidak menujukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu
(44)
dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat aman untuk digunakan
(Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5
berikut ini.
Tabel 4.5 Data uji iritasi
Panelis Reaksi yang diamati
Sediaan 1 Sediaan 4 Sediaan 7
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
10 0 0 0
Keterangan:
1. Tidak ada reaksi 0
2. Eritema +
3. Eritema dan papula ++ 4. Eritema, papula dan vesikula +++
5. Edema dan vesikula ++++ (Ditjen POM, 1985).
4.2.2 Hasil uji kesukaan (Hedonic test)
Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) pada Tabel 4.6
ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari
hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%.
Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan
yaitu:
− Sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 1,37 – 2,03. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 1,37 dan dibulatkan menjadi 1
(45)
− Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 1,74– 2,40. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 1,74 dan dibulatkan menjadi 2
(kurang suka).
− Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 2,22 – 3,18. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,22 dan dibulatkan menjadi 2
(kurang suka).
− Sediaan 4 memiliki interval nilai kesukaan 2,70 – 3,50. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,70 dan dibulatkan menjadi 3
(cukup suka).
− Sediaan 5 memiliki interval nilai kesukaan 3,12 – 3,94. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,12 dan dibulatkan menjadi 3
(cukup suka).
− Sediaan 6 memiliki interval nilai kesukaan 3,23 – 4,17. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,23 dan dibulatkan menjadi 3
(cukup suka).
− Sediaan 7 memiliki interval nilai kesukaan 3,93 – 4,73. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,93 dan dibulatkan menjadi 4
(suka). Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:
Keterangan: 5 (sangat suka) 4 (suka)
3 (cukup suka) 2 (kurang suka) 1 (tidak suka)
(46)
Tabel 4.6 Data nilai uji kesukaan (Hedonic test)
Panelis Sediaan
1 2 3 4 5 6 7
1 2 2 1 2 5 1 4
2 3 4 1 1 5 5 3
3 1 1 2 5 2 4 5
4 2 1 5 2 2 1 5
5 1 1 2 1 3 5 5
6 2 2 2 5 3 3 3
7 2 1 2 5 4 4 4
8 1 3 5 2 3 2 5
9 3 1 4 5 2 3 4
10 1 3 1 4 5 1 5
11 2 2 1 2 3 4 3
12 1 2 5 2 1 3 5
13 2 1 4 2 2 3 5
14 2 3 4 4 4 4 4
15 1 2 2 1 5 5 2
16 3 1 2 1 4 5 5
17 1 2 3 5 5 5 5
18 1 2 4 1 5 5 4
19 2 3 1 3 3 4 5
20 2 2 1 3 4 5 4
21 1 1 3 4 3 5 5
22 1 2 1 4 3 5 4
23 2 1 4 4 3 4 5
24 2 2 2 5 3 3 5
25 1 3 2 4 4 4 5
26 2 3 4 3 4 5 5
27 1 3 4 1 4 2 4
28 2 1 4 3 5 4 5
29 1 4 3 5 2 5 5
30 3 3 2 4 5 2 2
Total 51 62 81 93 106 111 130
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dengan menggunakan minyak jarak 100
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70: 30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60: 40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40: 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30: 70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakan minyak jagung
(47)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
1. Formula lipstik dengan kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan
minyak jarak (Oleum ricini) dapat digunakan sebagai bahan dasar sediaan
lipstik.
2. Sediaan lipstik dengan kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan
minyak jarak (Oleum ricini) stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar
selama 60 hari.
3. Sediaan lipstik dengan kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan
minyak jarak (Oleum ricini) tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.
4. Kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak jarak
(Oleum ricini) 40:60 dan 30:70 menghasilkan sediaan lipstik yang baik.
5.2Saran
Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai formulasi
sediaan lipstik dengan menggunakan minyak jagung (Oleum maydis) dari hasil
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, S. (2010). Pedoman bertanam jagung. Cetakan Pertama. Bandung: Nuansa Aulia. Hal: 1, 24.
.
Badan Standar nasional. (2006). Petunjuk Organoleptik dan atau Senrori. Diakses tanggal 16 Februari 2012. http://www. Scribd .com/doc/ 65447618/SNI -01-2346-2006.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. London: Jhon Willy and Son, Inc. Hal. 64, 371-375, 388.
Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetic Science and Tecnology. New York: Marcel Dekker, Inc. Hal. 670-671.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 83, 86, 195-197.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 459.
Ketaren, S. (2008). Pengantar Minyak dan Lemak Pangan. Edisi Pertama. Jakarta: UI Press. Hal. 250 – 259.
Keithler, W. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York: Drug and Cosmetic Industry. Hal. 153-155.
Khusnul. (2012). Penggunaan Minyak Jagung Untuk kosmetik. http://www. Klipingku.com. Diakses tanggal 03 Juni 2012.
Marmion, D. (1935). Handbook Of Colorants. Edisi Ketiga New York: Pharmaceutical Press. Hal. 128, 129.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsveir Science. Hal. 3, 13, 121, 386.
Poucher, J. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi kesepuluh. London: Kluwer Academic Publisher. Hal. 210.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal. 355.
Rowe, C.R., Paul, J.S., dan Marian, E. Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Ke enam. Washington: Pharmaceutical Press. Hal. 742.
Subekti, A.N., Syafrudin., Efendi, R., dan Sunarti, S. (2010). Morfologi Tanaman
Jagung Dan Pertumbuhan Jagung.
(49)
Suarni dan Widowati, S. (2007). Struktur, Komposisi dan Komposisi Jagung. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Bogor. Hal. 413.
Soekarto. (1981). Penilaian Organoleptik Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press. Hal. 45.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama. Hal. 3, 6-8, 11, 19-20, 90.
Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K., dan Joshi, H. (2011). Formulation And Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug Discovery. 1 (1): 18-19.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal. 26, 28, 122, 124.
Wibowo, D.S. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo. Hal. 165. Wilkinson, J.B. (1982). Harry’s Cosmetology. Edisi ketujuh. London: George
Godwin. Hal. 321, 322, 325.
Young, A. (1974). Pratical Cosmetic Science. London: Mills & Boon Limited. Hal. 86.
(50)
Lampiran 1. Kuesioner uji kesukaan (Hedonic test)
KOMBINASI MINYAK JAGUNG (Oleum maydis) DAN MINYAK JARAK (Oleum ricini) SEBAGAI BAHAN DASAR LIPSTIK
Nama :
Usia :
Berdasarkan kemudahan pengolesan lipstik, homogenitas dan intensitas warna lipstik
saat dioleskan, berikanlah penilaian terhadap tujuh sediaan uji berikut ini.
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dengan menggunakan minyak jarak 100
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70 : 30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60 : 40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50 : 50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40 : 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30 : 70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakna minyak jagung 100
Nilai skor : 5 (sangat suka)
4 (suka)
3 (cukup suka)
2 (kurang suka)
(51)
Lampiran 2: Perhitungan uji kesukaan (Hedonic test)
Utuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap panelis digunakan
rumus sebagai berikut:
• P( X −(1,96.S/ n)< µ < (X −(1,96.5/ n)= 95% •
n X
X i
n
i =1
=
∑
•
n X xi S
n i
2
2 =
∑
( − )• 2
S S = Keterangan :
n = banyak panelis
S2 = keragaman nilai kesukaan
1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95%
(52)
Lampiran 2 (lanjutan) Sediaan 1 • n X X i n
i =1
=
∑
30 2 .... 2 1 32+ + + + +
= 7 , 1 30 51 = = • n X xi S n i 2
2 =
∑
( − )30 ) 7 , 1 2 ....( ) 7 , 1 1 ( ) 7 , 1 3 ( ) 7 , 1 2
( − 2 + − 2 + − 2 + − 2 = 30 4 , 26 = 94 , 0 = • 2 S S = 88 , 0 = S 94 , 0 = S
• P( X −(1,96.S/ n)< µ < (X −(1,96.S/ n)
(
P 1,7−(1,96.0,94/ 30)< µ < (1,7−(1,96.0,94/ 30)
(
P 1,7−0,33)< µ < (1,7+0,33) (
(53)
Lampiran 2 (lanjutan) Sediaan 2 • n X X i n
i =1
=
∑
30 2 .... 1 1 1 42+ + + + + +
= 07 , 2 30 62= = • n X xi S n i 2
2 =
∑
( − )30 ) 07 , 2 2 ....( ) 07 , 2 1 ( ) 07 , 2 4 ( ) 07 , 2 2
( − 2 + − 2 + − 2 + − 2
= 30 73 , 25 = 86 , 0 = • 2 S S = 86 , 0 = S 93 , 0 = S
• P( X −(1,96.S/ n)< µ < (X −(1,96.S/ n)
(
P 2,07−(1,96.0,93/ 30)< µ < (2,07−(1,96.0,93/ 30)
(
P 2.07−0,33)< µ < (2,07+0,33) (
(54)
Lampiran 2 (lanjutan) Sediaan 3 • n X X i n
i =1
=
∑
30 2 .... 2 5 2 11+ + + + + +
= 70 , 2 30 81= = • n X xi S n i 2
2 =
∑
( − )30 ) 07 , 2 2 ....( ) 70 , 2 5 ( ) 70 , 2 2 ( ) 70 , 2 1 ( ) 70 , 2 1
( − 2 + − 2 + − 2 − + − 2
= 30 81 , 53 = 78 , 1 = • 2 S S = 78 , 1 = S 33 , 1 = S
• P( X −(1,96.S/ n)< µ < (X −(1,96.S/ n)
(
P 2,70−(1,96.1,33/ 30)< µ < (2,70+(1,96.1.33/ 30)
(
P 2,70−0,48)< µ < (2,70+0,48) (
(55)
Lampiran 2 (lanjutan) Sediaan 4 • n X X i n
i =1
=
∑
30 5 .... 1 2 5 12+ + + + + +
= 10 , 3 30 93 = = • n X xi S n i 2
2 =
∑
( − )30 ) 10 . 3 5 ....( ) 10 , 3 1 ( ) 10 . 3 5 ( ) 10 . 3 1 ( ) 10 . 3 2
( − 2 + − 2 + − 2 − + − 2
= 30 3 , 38 = 28 , 1 = • 2 S S = 28 , 1 = S 13 , 1 = S
• P( X −(1,96.S/ n)< µ < (X −(1,96.S/ n)
(
P 3.10−(1,96.1,33/ 30)< µ < (3,10+(1,96.1.33/ 30)
(
P 3,10−0,40)< µ < (3,10+0,40) (
(56)
Lampiran 2 (lanjutan) Sediaan 5 • n X X i n
i =1
=
∑
30 3 .... 3 2 2 55+ + + + + +
= 53 , 3 30 106 = = • n X xi S n i 2
2 =
∑
( − )30 ) 53 , 3 3 ....( ) 53 , 3 3 ( ) 53 . 3 2 ( ) 53 , 3 5 ( ) 53 , 3 5
( − 2 + − 2 + − 2 − + − 2
= 30 22 , 41 = 37 , 1 = • 2 S S = 37 , 1 = S 17 , 1 = S
• P( X −(1,96.S/ n)< µ < (X −(1,96.S/ n)
(
P 3.53−(1,96.1,17/ 30)< µ < (3,53+(1,96.1.17/ 30)
(
P 3,53−0,41)< µ < (3,53+0,41) (
(57)
Lampiran 2 (lanjutan) Sediaan 6 • n X X i n
i =1
=
∑
30 3 .... 5 1 4 51+ + + + + +
= 7 , 3 30 111= = • n X xi S n i 2
2 =
∑
( − )30 ) 7 , 3 3 ....( ) 7 , 3 5 ( ) 7 , 3 4 ( ) 7 , 3 5 ( ) 7 , 3 1
( − 2 + − 2 + − 2 + − 2 + − 2
= 30 99 , 53 = 8 , 1 = • 2 S S = 37 , 1 = S 17 , 1 = S
• P( X −(1,96.S/ n)< µ < (X −(1,96.S/ n)
(
P 3.7−(1,96.1,37/ 30)< µ < (3,7+(1,96.1.37/ 30)
(
P 3,7−0,47)< µ < (3,7+0,47) (
(58)
Lampiran 2 (lanjutan) Sediaan 7 • n X X i n
i =1
=
∑
30 3 .... 5 5 34+ + + + +
= 33 , 4 30 130 = = • n X xi S n i 2
2 =
∑
( − )30 ) 33 , 4 3 ....( ) 33 , 4 5 ( ) 33 , 4 5 ( ) 33 , 4 3 ( ) 33 , 4 _ 4
( 2 + − 2 + − 2 + − 2 + − 2
= 30 43 , 36 = 21 , 1 = • 2 S S = 21 , 1 = S 1 , 1 = S
• P( X −(1,96.S/ n)< µ < (X −(1,96.S/ n)
(
P 4,33−(1,96.1,1/ 30)< µ < (4,37+(1,96.1.1/ 30)
(
P 4,33−0,4)< µ < (4,33−04) (
(59)
Lampiran3.Gambar sediaan lipstik
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dengan menggunakan minyak jarak 100
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70: 30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60: 40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40: 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30: 70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakan minyak jagung 100
Sediaan 8: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 (Tanpa Pewarna Carmin).
(60)
Lampiran 4. Gambar minyak jagung (Oleum maydis)
(61)
Lampiran 5. Gambar zat pewarna carmin
Zat warna carmin dalam wadah
(62)
Lampiran 6. Gambar uji oles
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dengan menggunakan minyak jarak 100
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70: 30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60: 40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40: 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30: 70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakan minyak jagung 100
(63)
Lampiran 7. Gambar uji homogenitas
(1)
Lampiran 2 (lanjutan) Sediaan 7 • n X X i n i =1 =
∑
30 3 .... 5 5 34+ + + + +
= 33 , 4 30 130 = = • n X xi S n i 2
2 =
∑
( − )30 ) 33 , 4 3 ....( ) 33 , 4 5 ( ) 33 , 4 5 ( ) 33 , 4 3 ( ) 33 , 4 _ 4
( 2 + − 2 + − 2 + − 2 + − 2
= 30 43 , 36 = 21 , 1 = • 2 S S = 21 , 1 = S 1 , 1 = S
• P( X −(1,96.S/ n)< µ < (X −(1,96.S/ n)
(
P 4,33−(1,96.1,1/ 30)< µ < (4,37+(1,96.1.1/ 30) (
P 4,33−0,4)< µ < (4,33−04) (
(2)
Lampiran3.Gambar sediaan lipstik
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dengan menggunakan minyak jarak 100
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70: 30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60: 40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40: 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30: 70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakan minyak jagung 100
Sediaan 8: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 (Tanpa Pewarna Carmin).
(3)
Lampiran 4. Gambar minyak jagung (Oleum maydis)
(4)
Lampiran 5. Gambar zat pewarna carmin
Zat warna carmin dalam wadah
(5)
Lampiran 6. Gambar uji oles
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan:
Sediaan 1: Formula dengan menggunakan minyak jarak 100
Sediaan 2: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 70: 30 Sediaan 3: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 60: 40 Sediaan 4: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 50: 50 Sediaan 5: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 40: 60 Sediaan 6: Formula dengan perbandingan minyak jarak dan minyak jagung 30: 70 Sediaan 7: Formula dengan menggunakan minyak jagung 100
(6)
Lampiran 7. Gambar uji homogenitas