Identifikasi Sistem Pengolahan Sampah Organik Dan Anorganik Dengan Pemodelan Black Box Diagram (Studi Kasus Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara)

(1)

DIAGRAM

Studi Kasus Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI

EFERIYUS GEA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

IDENTIFIKASI SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK

DAN ANORGANIK DENGAN PEMODELAN BLACK BOX

DIAGRAM Studi Kasus Lingkungan Kampus Universitas

Sumatera Utara

SKRIPSI

Oleh

EFERIYUS GEA

040308036/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana

Di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(3)

IDENTIFIKASI SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK

DAN ANORGANIK DENGAN PEMODELAN BLACK BOX

DIAGRAM Studi Kasus Lingkungan Kampus Universitas

Sumatera Utara

SKRIPSI

Oleh

EFERIYUS GEA

040308036/TEKNIK PERTANIAN

Disetujui oleh,

Komisi Pembimbing

(Ir. Saipul B Daulay, M.Si) (Ir. Edi Susanto, M.Si) Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(4)

ABSTRACT

This case study was conducted because of the condition of USU area that was not reach the minimum criteria of a beautiful and conducive academic area for encouraging an academic activity. The aim of this research was to identify dominant factors which required in system of processing of inorganic and organic garbage in USU area which then could be interpreted into black box diagram. System approach method was use in this research which started with identification of a number of requirements until we knew the problem in a holistic perspective. The problems which happened in system of processing of inorganic and organic garbage in USU area, were consist of some dominant factors, such as : system of garbage processing, identification of system of garbage processing, environment awareness mindset, volume of garbage per unit of time, characteristic of garbage, and resources of manpower. Based on data and characteristics of garbage identification, the appropriate technology for processing of garbage in USU area was composting. More information can be seen in the black box diagram.

Key word : system, system identification, inorganic and organic garbage.

ABSTRAK

Studi kasus ini dilakukan karena melihat kondisi lingkungan kampus USU belum memenuhi kriteria minimal sebagai lingkungan akademik yang asri dan kondusif untuk mendukung kegiatan akademik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi faktor-faktor dominan yang dibutuhkan dalam sistem pengolahan sampah organik dan anorganik di lingkungan kampus USU untuk selanjutnya diinterpretasikan ke dalam diagram kotak hitam. Penelitian ini menggunakan metodologi pendekatan sistem yang dimulai dengan identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga kita dapat melihat permasalahan dengan perspektif secara menyeluruh. Permasalahan yang terjadi pada sistem pengelolaan sampah organik dan anorganik di lingkungan kampus USU meliputi beberapa faktor-faktor dominan yaitu sistem pengelolaan sampah, identifikasi sistem pengolahan sampah, pola pikir sadar lingkungan, volume sampah per satuan waktu, karakteristik sampah, dan sumber daya tenaga kerja. Berdasarkan observasi data dan identifikasi karakteristik sampah, maka teknologi yang tepat untuk mengolah sampah di lingkungan kampus USU adalah pengomposan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram kotak hitam.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun skripsi ini berjudul “Identifikasi Sistem Terhadap Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Dengan Pemodelan Black Box Diagram

Studi Kasus Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara” yang

merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Ir. Edi Susanto, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak yang belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi pihak membutuhkan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2009


(6)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Batasan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Sampah ... 6

Penggolongan Sampah ... 7

Sampah Berdasarkan Sifat ... 7

Sampah Berdasarkan Komposisi ... 9

Dampak Sampah Terhadap Lingkungan ... 9

Karakteristik dan Komposisi Sampah ... 12

Pengolahan Sampah ... 15

Pembakaran (Inceneration) ... 15

Penumpukan (Dumping) ... 16

Penimbunan Berlapis (Sanitary Landfill) ... 16

Pengomposan (Composting) ... 16

Daur Ulang ... 22

Konsep Sistem ... 24

Pendekatan Sistem ... 28

Metodologi Pendekatan Sistem ... 29

Analisis Kebutuhan ... 30

Identifikasi Sistem ... 30

Model Diagram Kotak Hitam (Black Box Diagram) ... 31

METODOLOGI PENELITIAN ... 35

Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

Bahan dan Alat ... 35

Bahan Penelitian ... 35

Alat Penelitian ... 35

Metode Penelitian ... 36

Prosedur Penelitian ... 36

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara ... 38

Stakeholders Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik di Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara ... 42


(7)

Analisis Kebutuhan Sistem Pengolahan Sampah Organik dan

Anorganik di Lingkungan Kampus USU ... 43

Perumusan Masalah ... 44

Sistem Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kampus USU ... 44

Identifikasi Sistem Pengolahan Sampah di Lingkungan Kampus USU 50 Volume Sampah per Satuan Waktu ... 53

Karakteristik Sampah ... 55

Sumber Daya Tenaga Kerja ... 58

Sadar Lingkungan ... 60

Merumuskan Tujuan Sistem ... 61

Identifikasi Output Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik ... 63

Aspek Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik ... 64

Interpretasi Model Diagram Kotak Hitam (Black Box Diagram) ... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

Kesimpulan ... 73

Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(8)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Komposisi dan karakteristik sampah rata-rata ... 13

2. Umur degradibilitas beberapa komponen sampah ... 14

3. Tingkat degradibilitas komponen bahan sampah ... 14

4. Kondisi optimal untuk mempercepat proses pengomposan ... 17

5. Jenis limbah organik yang cocok untuk bahan kompos ... 18

6. Perbandingan pengomposan aerob dan anaerob ... 19

7. Imbangan C/N dari berbagai sumber bahan organik ... 20

8. Perbedaan kompos (pupuk organik) dan pupuk anorganik ... 22

9. Produk recycling dari sumber sampah kertas ... 23

10. Uraian komponen sistem ... 34

11. Lokasi Penyebaran Tumpukan Sampah di Lingkungan FP USU ... 47

12. Lokasi Penyebaran Tumpukan Sampah di Lingkungan FMIPA USU ... 47

13. Lokasi Penyebaran Tumpukan Sampah di Lingkungan FT USU ... 48

14. Volume Sampah Rata-rata per Minggu di Lingkungan Kampus Fakultas Pertanian, Fakultas MIPA dan Fakultas Teknik ... 54

15. Komposisi Sampah di Lingkungan Kampus Fakultas Pertanian ... 55

16. Komposisi Sampah di Lingkungan Kampus Fakultas MIPA ... 56

17. Komposisi Sampah di Lingkungan Kampus Fakultas Teknik ... 57


(9)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Bagan Pembagian Sampah ... 8

2. Berbagai Alternatif Perubahan Sistem ... 26

3. Diagram Kotak Hitam (Black Box Diagram) ... 33

4. Persentase waktu aktivitas mahasiswa USU ... 46

5. Kondisi Lingkungan Kampus USU ... 46

6. Kondisi Fasilitas Kebersihan di Lingkungan Kampus USU ... 50

7. Teknologi Pengolahan Sampah di Lingkungan Kampus USU ... 51

8. Pengolahan Sampah Secara Inceneration ... 52

9. Perbandingan Volume Sampah Rata-rata per Minggu per Tumpukan Sampah ... 54

10. Perbandingan Komposisi Sampah di Lingkungan Kampus Fakultas Pertanian ... 56

11. Perbandingan Komposisi Sampah di Lingkungan Kampus Fakultas MIPA ... 56

12. Perbandingan Komposisi Sampah di Lingkungan Kampus Fakultas Teknik ... 57

13. Pembuangan Sampah di Tempat Sampah ... 60

14. Pandangan Terhadap Sampah ... 61

15. Pola Penanganan Sampah Selama Ini ... 62

16. Pola Penanganan Sampah Terpadu ... 63

17. Diagram Kotak Hitam Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Di Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara ... 72


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Flowchart Penelitian ... 78

2. Identifikasi Sampah ... 79

3. Dokumentasi Titik-titik Sampah ... 83

4. Form Wawancara ... 86

5. Kuisioner Penelitian ... 88


(11)

ABSTRACT

This case study was conducted because of the condition of USU area that was not reach the minimum criteria of a beautiful and conducive academic area for encouraging an academic activity. The aim of this research was to identify dominant factors which required in system of processing of inorganic and organic garbage in USU area which then could be interpreted into black box diagram. System approach method was use in this research which started with identification of a number of requirements until we knew the problem in a holistic perspective. The problems which happened in system of processing of inorganic and organic garbage in USU area, were consist of some dominant factors, such as : system of garbage processing, identification of system of garbage processing, environment awareness mindset, volume of garbage per unit of time, characteristic of garbage, and resources of manpower. Based on data and characteristics of garbage identification, the appropriate technology for processing of garbage in USU area was composting. More information can be seen in the black box diagram.

Key word : system, system identification, inorganic and organic garbage.

ABSTRAK

Studi kasus ini dilakukan karena melihat kondisi lingkungan kampus USU belum memenuhi kriteria minimal sebagai lingkungan akademik yang asri dan kondusif untuk mendukung kegiatan akademik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi faktor-faktor dominan yang dibutuhkan dalam sistem pengolahan sampah organik dan anorganik di lingkungan kampus USU untuk selanjutnya diinterpretasikan ke dalam diagram kotak hitam. Penelitian ini menggunakan metodologi pendekatan sistem yang dimulai dengan identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga kita dapat melihat permasalahan dengan perspektif secara menyeluruh. Permasalahan yang terjadi pada sistem pengelolaan sampah organik dan anorganik di lingkungan kampus USU meliputi beberapa faktor-faktor dominan yaitu sistem pengelolaan sampah, identifikasi sistem pengolahan sampah, pola pikir sadar lingkungan, volume sampah per satuan waktu, karakteristik sampah, dan sumber daya tenaga kerja. Berdasarkan observasi data dan identifikasi karakteristik sampah, maka teknologi yang tepat untuk mengolah sampah di lingkungan kampus USU adalah pengomposan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram kotak hitam.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang masih terus berkembang dan berproses, tidak terkecuali di lingkungan akademik sekalipun. Tingginya aktivitas manusia sangat berpengaruh terhadap lingkungan di mana dia berada, bahkan dampak negatif yang ditimbulkannya tidak sebanding dengan dampak positif yang dihasilkan jika pengetahuan terhadap lingkungan masih sangat minim.

Permasalahan mendasar yang ditimbulkan oleh manusia sebagai akibat dari tingginya aktivitas adalah sampah. Volume sampah akan berbanding lurus dengan aktivitas manusia yang jika tidak dikelola dengan baik dan benar sangat berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan yang kompleks dan serius, antara lain : 1) pencemaran air oleh lindi (leachate) yang keluar dari tumpukan sampah dan mengalir menuju badan perairan ataupun meresap ke dalam tanah; 2) pencemaran udara karena adanya gas metana (CH4) yaitu salah

satu jenis gas rumah kaca yang keluar dari tempat penimbunan akhir sampah akibat proses penguraian bahan organik secara anaerobik; 3) sampah merupakan habitat bagi berkembangnya bakteri patogen tertentu seperti Salmonella typhosa, Vibrio cholera, Shigella dysentriae, dan lain-lain yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia; 4) menurunkan nilai estetika lingkungan; dan 5) mengurangi kenyamanan lingkungan (Amurwaraharja, 2006).

Dewasa ini sampah telah menjadi suatu dilema di lingkungan kampus USU, kenaikan timbulan sampah akibat tingginya aktivitas di lingkungan tersebut


(13)

jauh melebihi ketersediaan fasilitas dan sarana pengelolaan sampah yang ada dan pada kenyataannya sistem pengelolaan sampah di lingkungan kampus USU tidak berjalan secara efektif mengingat sistem yang diterapkan masih bersifat campuran dan tidak terpadu yaitu dengan melakukan pembakaran sebagai cara pemusnahan sampah dan sebagian besar lagi digunakan metode tumpukan (open dumping) tanpa ada tujuan pemusnahan yang jelas sehingga mengakibatkan penumpukan sampah di mana-mana dan tentunya menimbulkan permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas.

Jika hal tersebut tidak diperhatikan maka dampak yang timbul dari aktivitas manusia itu yang paling menonjol diantaranya adalah masalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (12) menegaskan bahwa : “Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan/ atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya” (Djatmiko, dkk, 2000).

Paradigma baru yang didukung oleh sumber daya manusia, peran serta masyarakat, visi kewirausahaan, kemampuan manajemen operasional, investasi modal serta disokong oleh perkembangan teknologi telah mengubah pola pandang manusia terhadap sampah. Dengan melihat karakteristik serta komposisinya, sampah dapat berpotensi memberikan nilai ekonomi, sebagai contoh apabila sampah diolah menjadi kompos atau bahan daur ulang.


(14)

Sebagaimana telah dijelaskan, pola pengelolaan persampahan yang selama ini dilaksanakan di lingkungan kampus USU, hendaknya dikembangkan lagi dengan memasukkan pilihan pemrosesan dan pengelolaan sampah untuk menjadikannya sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan sehingga sampah yang akan dibuang ke lokasi timbunan akhir pun dapat diminimalkan.

Pada kenyataannya sistem pengelolaan sampah yang nantinya akan diterapkan tentu sangat kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah menyesuaikan karakteristik sampah yang terdapat di lingkungan kampus USU terhadap karakteristik teknologi yang akan diterapkan. Faktor-faktor yang akan diidentifikasi dalam karakteristik sampah yaitu komposisi sampah dominan yang terdapat di lingkungan kampus USU, jumlah produksi sampah dalam sehari serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi karakteristik tersebut.

Dalam menganalisis sistem pengelolaan sampah ini, identifikasi tidak semata dilakukan pada penyesuaian karakteristik sampah terhadap teknologinya saja akan tetapi terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi sistem ini secara keseluruhan seperti aspek lingkungan dan aspek sosial masyarakat yang juga perlu dicermati. Selain itu, dalam analisis ini juga akan melibatkan pendapat dan informasi yang digali dari seluruh stakeholder sistem dengan demikian analisis pengolahan sampah ini dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan cara mengkaji seluruh variabel terkait dalam sistem tersebut.

Penelitian ini mencoba menggunakan metode pendekatan sistem dalam menentukan sistem pengolahan sampah, sehingga seluruh variabel terkait dapat dikaji secara bersamaan dan dapat diketahui perannya dalam sistem sehingga


(15)

dapat diperoleh keputusan yang tepat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul. Tunas (2007) menyatakan bahwa pendekatan sistem melibatkan pengguna berbagai teknik untuk mempelajari berbagai macam masalah (sebagai suatu sistem), secara lebih menyeluruh (holistic) daripada bagian demi bagian secara terisolasi. Melalui pendekatan kesisteman akan dapat diidentifikasi faktor-faktor dominan dalam masalah sampah ini sehingga perencanaan sistem ini nantinya dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang dibutuhkan dalam sistem pengolahan sampah organik dan anorganik di lingkungan kampus USU yang selanjutnya diinterpretasikan ke dalam diagram kotak hitam (Black Box Diagram).

Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya memfokuskan pada kegiatan pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh bagian kebersihan Universitas Sumatera Utara terhadap sampah yang dihasilkan mahasiswa, dosen, pegawai dan masyarakat sekitarnya dimulai dari timbulnya sampah tersebut sampai penanganannya secara efektif dan efisien.

Kelompok mahasiswa, dosen dan pegawai disubkelompokkan ke dalam 13 sub kelompok, yaitu : Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Sastra, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi, Fakultas Psikologi dan


(16)

Pascasarjana. Sedangkan kelompok masyarakat sekitarnya disubkelompokkan ke dalam 2 sub kelompok, yaitu pedagang yang menetap di dalam lingkungan kampus USU dan pedagang yang tidak menetap di lingkungan kampus USU.

Pada penelitian ini mahasiswa, dosen, pegawai dan masyarakat sekitar dipandang sebagai produsen sampah dan sampah yang dimaksud adalah seluruh jenis sampah yang dihasilkan oleh produsen sekitar baik sampah organik, anorganik maupun limbah berbahaya yang artinya penelitian ini memfokuskan terhadap komposisi sampah yang dihasilkan.

Penelitian ditekankan kepada analisis pemanfaatan sampah menjadi energi terbarukan, sesuai dengan jenis sampah yang dihasilkan oleh produsen di lingkungan kampus USU. Dengan demikian penelitian ini juga fokus terhadap analisis teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan secara intensif nantinya.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan kajian bagi pihak yang membutuhkan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang kebersihan lingkungan kampus USU sebagai pertimbangan untuk merumuskan kebijakan dalam pengelolaan sampah, khususnya mengenai pengadaan pengolahan sampah untuk mereduksi jumlah sampah yang akan dibuang ke lokasi akhir penimbunan sampah.


(17)

Sampah

Sampah sebagai limbah dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan dari kegiatan manusia. Dengan demikian, sampah dapat berasal dari kegiatan industri, pertambangan, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, rumah tangga, perdagangan, dan kegiatan manusia lainnya (Mohammad, 2007). Sedangkan definisi lain dikemukakan oleh Hadiwijoto (1983) dalam Amurwaraharja (2006), sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam.

Pengertian sampah di atas yaitu dapat diartikan sebagai limbah pada sisa aktivitas manusia, tidak terpakai yang dapat bersifat membahayakan kesehatan lingkungan dan harus dibuang atau dikelola dari lingkungan. Di lain pihak terdapat pengertian bahwa sampah merupakan potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah sebagai produk daur ulang maupun produk baru (Sudrajat, 2006).


(18)

Penggolongan Sampah

Penggolongan sampah sangat penting sekali diketahui, selain untuk mengetahui macam-macam sampah dan sifatnya juga sebagai dasar penanganan dan pemanfaatannya (Amurwaraharja, 2006).

1. Sampah Bersadarkan Sifat

Murtadho dan Gumbira (1988) dalam Amurwaraharja (2006), membedakan sampah atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah ini memiliki sifat mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki rantai karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik, dan lain-lain.

Jika diurai lebih rinci, sampah dapat dibagi sebagai berikut : 1. Human Erecta

Yaitu sampah yang dihasilkan dari buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia sebagai hasil pencernaan misalnya, tinja (faces) dan air seni (urine).

2. Sewage

Yaitu sampah yang berasal dari limbah buangan rumah tangga maupun pabrik seperti limbah dapur dan bekas cucian yang pada umumnya langsung dialirkan ke dalam got tanpa proses penyaringan.


(19)

3. Refuse

Sampah jenis ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu garbage

(sampah lapuk) dan rubbish (sampah tidak lapuk dan sampah tidak mudah lapuk). Sampah lapuk ialah sampah sisa-sisa pengolahan rumah tangga atau hasil sampingan kegiatan pasar bahan makanan, seperti sayur-mayur. Sementara itu sampah tidak lapuk merupakan jenis sampah yang tidak dapat lapuk sama sekali seperti mika, kaca, plastik. Sampah tidak mudah lapuk merupakan sampah yang sangat sulit terurai, tetapi bisa hancur secara alami dalam jangka waktu lama. Sampah jenis ini ada yang dapat terbakar (kertas dan kayu) dan tidak terbakar (kaleng dan kawat).

Gambar 1. Bagan Pembagian Sampah (Tim Penulis PS, 2008)

Sampah (Refuse)

Sampah lapuk (Garbage)

Contoh : sayuran dan makanan sisa

Sampah tidak lapuk dan tidak mudah lapuk (Rubbish) Sampah tidak lapuk

Contoh : plastik, kaca, mika

Sampah tidak mudah lapuk

Sampah yang bisa terbakar Contoh : kertas, kayu

Sampah yang tidak bisa terbakar Contoh : kaleng, kawat


(20)

4. Industrial waste

Pada umumnya dihasilkan dalam jumlah skala pasar dan merupakan bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses industri (Tim Penulis PS, 2008)

2. Sampah Berdasarkan Komposisi

Pada satu jenis kegiatan manusia mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang sama, sehingga komponen-komponen penyusunnya juga akan sama. Misalnya sampah yang hanya terdiri dari kertas, logam atau daun-daun saja dan apabila memungkinkan sampah-sampah tersebut tercampur dengan bahan-bahan lain, maka sebagian besar komponennya dapat dibedakan menjadi dua macam :

- Sampah yang seragam adalah hasil dari kegiatan industri dan pada umumnya komposisi sampahnya seragam. Sampah dari kantor dan pusat pendidikan sering hanya terdiri dari kertas, karton, dan kertas karbon termasuk dalam golongan sampah yang seragam.

- Sampah yang tidak seragam atau campuran, misalnya sampah yang berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum (Yamin, 1992).

Dampak Sampah Terhadap Lingkungan

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Dampak yang ditimbulkan sampah antara lain :


(21)

1. Pencemaran lingkungan

Sampah dari berbagai sumber dapat mencemari lingkungan, baik lingkungan darat, udara maupun perairan. Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang mata).

Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau yang tidak sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2) nitrogen-monoksida

(NO), gas belerang, amoniak dan asap di udara. Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang bersifat karsinogen, artinya dapat menimbulkan kanker, berhati-hatilah dalam membakar sampah.

2. Penyebab penyakit

Tempat-tempat penumpukan sampah merupakan lingkungan yang baik bagi hewan penyebar penyakit misalnya : lalat, nyamuk, tikus, dan bakteri patogen (penyebab penyakit). Adanya hewan-hewan penyebar penyakit tersebut mudah tersebar dan menjalar ke lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit itu misalnya kolera, disentri, tipus, diare, dan malaria.

3. Penyumbatan saluran air dan banjir

Sampah jalanan dan rumah tangga sering bertaburan dan jika turun hujan akan terbawa ke got/sungai, akibatnya sungai tersumbat dan timbul banjir. Selanjutnya banjir dapat menyebarkan penyakit, banyak got di musim hujan


(22)

menjadi mampet karena penduduk membuang sampah disembarang tempat. Kebiasaan membuang sampah di sungai dihilangkan.

4. Dampak sosial terhadap masyarakat 1. Kerukunan

Permasalahan sampah dapat berkaitan dengan nilai kerukunan, atau sebaliknya justru dapat menambah kerukunan. Orang yang sering membuang sampah di sekitar tempat tinggalnya dan mencemari ligkungan dapat menimbulkan ketidaksenangan tetangganya. Hal yang demikian ini dapat menimbulkan keretakan hubungan antara tetangga. Kondisi yang demikian perlu diubah agar terjadi hal yang sebaliknya, yakni dapat semakin meningkatkan kerukunan.

2. Kesanggupan

Setiap warga hendaknya memiliki kesanggupan untuk menempatkan sampah pada tempatnya, memisahkan sampah yang terurai dan yang tidak teruai, menjaga kebersihan lingkungannya, dan tidak membuang sampah yang tergolong bahan beracun dan berbahaya (B3) ke sembarangan tempat. Pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang sulit dilakukan, juga bukan merupakan pekerjaan yang mustahil untuk dilakukan. Maka yang dipentingkan adalah kesadaran dan kesanggupan.

5. Dampak sampah terhadap keadaan sosial ekonomi

- Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat ; bau yang tidak sedap


(23)

dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

- Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

- Pengelolaan sampah tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan-pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak mau kerja, rendahnya produktivitas) (Anonim, 2007).

Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro (2000) menyatakan bahwa pembuangan sampah padat oleh penduduk menimbulkan masalah pengumpulan sampah, pengangkatannya, dan pembuangannya ke tempat pembuangan sampah terakhir. Usaha tersebut dijalankan untuk mencegah terjadinya pencemaran tanah permukaan. Sedangkan pencemaran tanah permukaan menimbulkan penurunan nilai tanah dan bangunan di daerah tersebut, karena orang menjadi enggan untuk tinggal di tempat yang selalu berbau atau berasap setiap hari.

Karakteristik dan Komposisi Sampah

Karakteristik dan komposisi sampah merupakan hal yang terpenting untuk dipelajari sebelum memilih teknologi pengolahan sampah, oleh karena itu perlu sekali untuk mengetahui karakteristik serta komposisi sampah. Definisi karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat fisis, kimiawi dan biologisnya. Apabila ditinjau secara fisis, adalah sukar untuk merinci sifat-sifat sampah, terutama sampah yang berbentuk padatan selalu tidak homogen. Lain pula halnya dengan sampah yang berbentuk cairan lebih mudah diadakan


(24)

identifikasi sifat-sifat fisisnya. Demikian pula apabila dilakukan peninjauan secara biologis. Sedemikian jauh masih sedikit literatur yang mendukung mengenai sifat-sifat fisis dan biologis sampah, baik padatan maupun cairan.

Yamin (1992), menyatakan bahwa kebanyakan sampah adalah heterogen dan terdiri dari berbagai macam bahan, misalnya logam, gelas, kertas atau karton, karet, daun dan sebagainya. Perbedaan komposisi komponen-komponen penyusunnya ini memberikan karakteristik sampah di suatu daerah. Meskipun demikian hal yang paling menyolok secara umum yaitu komponen yang paling banyak terdapat dalam sampah adalah sisa-sisa tumbuhan. Di beberapa kota jumlah sisa tumbuh-tumbuhan di dalam sampah hampir mencapai 80%, kemudian disusul oleh plastik dan sisa-sisa kain dan kertas. Hal ini mungkin disebabkan sampah paling banyak berasal dari pasar, seperti sisa-sisa sayuran, buah, daun pembungkus, plastik, kertas dan karton yang paling banyak sekali digunakan. Komponen-komponen lain seperti logam, kaca, karet, jumlahnya boleh dikatakan sangat sedikit.

Tabel 1. Komposisi dan karakteristik sampah rata-rata

No Komponen % Kadar Air (%) Nilai Kalor (Kkal/kg)

1 Organik 73.98 47.08 674.57

2 Kertas 10.18 4.97 235.55

3 Kaca 1.75 - -

4 Plastik 7.86 2.28 555.46

5 Logam 2.04 - -

6 Kayu 0.98 0.32 38.28

7 Kain 1.57 0.63 42.64

8 Karet 0.55 0.02 7.46

9 Baterai 0.29 - -

10 Lain-lain 0.86 - -

Total 100 55.3 1553.96

Sumber : Studi Komposisi dan Karakteristik BPPT, 1994.

Di lain pihak, tidak semua jenis sampah yang apabila dibuang ke alam akan mudah hancur. Diperlukan waktu berbulan-bulan atau bahkan puluhan tahun


(25)

agar dapat terurai. Akibatnya jika volume sampah yang dihasilkan warga banyak dan lama hancur, maka akan dibutuhkan lahan yang luas untuk lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah (Some, 2007).

Tabel 2. Umur degradibilitas beberapa komponen sampah

No Jenis Sampah Umur Degradibilitas

1 Kertas 2,5 bulan

2 Kardus 5 bulan

3 Kulit jeruk 6 bulan

4 Busa sabun (Deterjen) 20-25 tahun

5 Sepatu kulit 20-40 tahun

6 Kain nilon 30-40 tahun

7 Plastik 50-80 tahun

8 Aluminium 90-100 tahun

9 Streofom Tidak dapat terurai

Sumber : Some, 2007.

Sampah Organik mampu terurai secara alami di alam dengan bantuan mikroba. Selain sampah organik, beberapa bahan anorganik dapat juga terurai secara alami walaupun dalam kurun waktu yang cukup lama. Proses ini disebabkan oleh tingkat penguraian atau degradibilitas tiap bahan berbeda. Berikut urutan tingkat kemudahan sampah dalam penguraiannya (Tim Penulis PS, 2008).

Tabel 3. Tingkat degradibilitas komponen bahan sampah

No Komponen Sampah Degradibilitas (%)

1 Selulosa dari kertas karbon 90

2 Hemiselulosa 70

3 Karbohidrat 70

4 Selulosa dari kertas bungkus 50

5 Bambu 50

6 Lemak 50

7 Protein 50

8 Ranting 5

9 Lagnin 0

10 Plastik 0


(26)

Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan untuk memperkecil atau menghasilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan (Azwar, 1990). Sedangkan Hutagalung (2007) menyatakan bahwa tujuan suatu sistem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi sampah tersebut menjadi bahan yang berguna secara efisien dan ekonomis. Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah diperlukan adanya informasi tentang karakteristik sampah, karakter teknologi konversi yang ada, karakter pasar dari produk pengolahan, implikasi lingkungan dan sistem serta persyaratan lingkungan (Hutagalung, 2007) sedangkan Bebassari (2008) dalam BPPT (2006) menyatakan bahwa teknologi harus dilihat utuh sebagian dari sistem jika ingin mengolah sampah, oleh karena itu dalam memilih berbagai teknologi konversi sampah kita harus menyesuaikan dengan kondisi setempat, komposisi serta karakteristik sampahnya.

Pembakaran (Inceneration)

Pengelolaan sampah dengan sistem pembakaran adalah dengan pembuangan sampah di TPA, kemudian dibakar. Pembakaran sampah tidak dilakukan di tempat terbuka, tetapi di tempat tertutup dengan mesin dan peralatan yang khusus dirancang untuk pembakaran sampah. Sistem ini memang lebih praktis, tetapi memerlukan biaya besar untuk pembangunan, operasional, dan pemeliharaan mesin dan peralatan lain. Sistem ini tidak mengganggu lingkungan, seperti sumber penyakit dan bau, tetapi dapat mengakibatkan meningkatnya pencemaran udara berupa buangan asap (emisi) dari mesin pembakar (Manik, 2003).


(27)

Penumpukan (Dumping)

Sistem dumping ialah pembuangan sampah dengan penumpukan di atas tanah terbuka. Dengan cara ini, TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpuk begitu saja, tanpa adanya perlakuan. Sistem dumping memang dapat menekan biaya, tetapi sudah jarang dilakukan karena manyarakat sekitarnya sangat terganggu. Cara ini berpengaruh buruk terhadap lingkungan, berupa sumber penyakit, tempat binatang bersarang, sampah berserakan terbawa aliran permukaan atau masuk ke perairan umum, dan menimbulkan bau (Manik, 2003).

Penimbunan Berlapis (Sanitary Landfill)

Pengelolaan sampah dengan cara sanitary landfill adalah pembuangan sampah di TPA yang diikuti dengan penimbunan sampah dengan tanah. Sampah ditimbun secara berlapis sehingga tidak ada sampah yang tampak di permukaan tanah. Sistem sanitary landfill memberikan dampak positif, antara lain sampah tidak berserakan, tidak menimbulkan bau, tidak menjadi sumber penyakit, serta meninggikan tempat rendah (TPA) sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain (Manik, 2003).

Pengomposan (Composting)

Kompos adalah hasil dekomposisi parsial/tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh populasi berbagai macam mikroba dalam konsisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik (Crawford 2003).

Pengelolaan sampah dengan cara pengomposan merupakan pemanfaatan sampah organik manjadi bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan, sampah


(28)

harus dipilah-pilah sehingga sampah organik dan anorganik terpisah. Masing-masing sampah anorganik seperti beling atau kaca, kaleng, potongan besi, dan sebagainya, dikumpulkan dan dijual ke pedagang pengumpul, dan selanjutnya didaur ulang (Manik, 2003).

Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan stabilitas bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan terkendali atau terkontrol dengan hasil akhir berupa humus atau kompos. Proses ini melibatkan sejumlah mikroorganisme tanah termasuk bakteri, jamur, protozoa, actynomicetes, nematoda, cacing tanah dan serangga (Simamora dan Salundik, 2006).

Tabel 4. Kondisi optimal untuk mempercepat proses pengomposan

Kondisi Kondisi yang bisa diterima Ideal

Rasio C/N 20 : 1 s/d 40 : 1 25-35 : 1

Kelembaban 40 - 65% 45 - 62% berat

Konsentrasi oksigen tersedia > 5% > 10%

Ukuran Partikel 1 inchi Bervariasi

Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu yd

pH 5.5 - 9.0 6.5 - 8.0

Suhu 43 – 660C 54 - 600C

Sumber : Ryak, 1992 dalam Crawford, 2003.

Tidak semua jenis sampah bisa dijadikan bahan dalam pembuatan kompos. Jenis yang dipakai adalah sampah organik yang mudah sekali membusuk (Tim Penulis PS, 2008). Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos adalah sebagai berikut : sampah sayur baru, sisa sayur basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur dan sampah buah tetapi tidak termasuk kulit buah yang keras (Anonim, 2009).

Bermacam-macam proses pematangan kompos harus terlaksana sehingga mikroorganisme yang aktif dalam proses biologi pengomposan akan berkembang pada kondisi lingkungan yang optimal. Beberapa kondisi yang perlu diperhatikan


(29)

adalah nisbah hara dan kandungan air bahan dasar kompos, dapat diperbaiki melalui pencampuran berbagai jenis limbah. Beberapa karakteristik bahan organik yaitu :

Tabel 5. Jenis limbah organik yang cocok untuk bahan kompos

Jenis Limbah Struktur Kelembaban Kemungkinan

Percampuran (%)

Abu bakaran Buruk Terlalu kering TA

Tinja Buruk Terlalu basah Maks. 30

Kotoran ternak segar Buruk Baik-sedang Maks. 30

Limbah pekarangan Baik Baik-sedang Maks. 100

Limbah sayuran Buruk Terlalu basah TA

Rumput Buruk Terlalu basah Maks. 50

Kulit kayu Baik Terlalu kering TA

Limbah kulit kopi Buruk-sedang Baik TA

Limbah dapur Buruk Terlalu basah Maks. 50

Daun Sedang Terlalu kering Maks. 80

Kulit buah Buruk Terlalu kering Maks. 30

Kertas Baik Terlalu kering Maks. 60

Kayu Baik Terlalu kering TA

Kotoran sapi Sedang Sedang TA

Serbuk gergaji Baik Terlalu kering TA

Jerami Baik Terlalu kering Maks. 50

Tembakau Sedang Terlalu kering Maks. 50

Sumber : Sutanto, R., 2002. TA = Belum ada kesepakatan Kualifikasi pengomposan antara lain dapat dikelompokkan atas dasar :

1. Ketersediaan oksigen

- Pengomposan aerob, apabila dalam prosesnya menggunakan oksigen.

- Pengomposan anaerob, apabila dalam prosesnya tidak memerlukan adanya oksigen.


(30)

2. Kondisi suhu

- Suhu mesofilik, apabila berlangsung pada suhu normal, biasanya terjadi proses anaerob.

- Suhu termofilik, apabila berlangsung di atas 400C, biasanya terjadi pada proses aerob.

3. Teknologi yang digunakan

- Pengomposan tradisional (alamiah) seperti dengan cara windrow.

- Pengomposan yang dipercepat (high rate), bersasaran mengkondisikan dengan rekayasa lingkungan proses yang mengoptimalkan kerja mikroorganisme, seperti pengaturan pH,

supply udara, kelembaban, suhu dan pencampuran bahan.

Pengomposan aerobik lebih banyak dilakukan karena tidak menimbulkan bau, waktu pengomposan lebih cepat, temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing, sehingga kompos yang dihasilkan lebih higienis (Damanhuri dan Padmi, 2007).

Adapun perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6. Perbandingan pengomposan aerob dan anaerob

No Karakteristik Aerob Anaerob

1 Reaksi pembentukannya

Eksotermis, butuh energi luar, dihasilkan panas

Endotermis, tidak butuh energi luar, dihasilkan biogas sebagai sumber energi

2 Produk akhir Humus, CO2, H2O Lumpur, CO2, CH4

3 Reduksi volume Lebih dari 50% Lebih dari 50%

4 Waktu proses 20-30 hari 20-40 hari

5 Tujuan utama Reduksi volume Produksi energi

6 Tujuan sampingan Produksi kompos Stabilisasi buangan

7 Estetika Tidak menimbulkan bau Menimbulkan bau


(31)

Imbangan C/N bahan baku kompos merupakan faktor terpenting dalam laju pengomposan. Proses pengomposan akan berjalan baik jika imbangan C/N bahan organik yang dikomposkan sekitar 25 – 35. Setiap bahan organik memiliki imbangan C/N yang berbeda. Imbangan C/N limbah ternak umumnya lebih rendah dibandingkan dengan C/N tanaman. Karena itu penggunaannya sebagai bahan baku kompos harus dicampur dengan bahan organik yang memiliki imbangan C/N tinggi dapat menghasilkan imbangan C/N yang optimal (Simamora dan Salundik, 2006). Perbedaan imbangan C/N berbagai jenis bahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Imbangan C/N dari berbagai sumber bahan organik

No Jenis Bahan Organik Imbangan C/N

1 Urine Ternak 0,8

2 Kotoran Ayam 5,6

3 Kotoran Sapi 15,8

4 Kotoran Babi 11,4

5 Kotoran Manusia 6-10

6 Darah 3

7 Tepung Tulang 8

8 Urine Manusia 0,8

9 Enceng Gondok 17,6

10 Jerami Gandum 80-130

11 Jerami Padi 80-130

12 Ampas Tebu 110-120

13 Jerami Jagung 50-60

14 Sesbania sp. 17,9

15 Serbuk Gergaji 500

16 Sisa Sayuran 11-27

Sumber : Gaur A.C., 1983 dalam Simamora dan Salundik, 2006.

Dalam proses pengomposan zat hara yang dikandungnya akan tergantung pada karakteristik bahan baku yang digunakan. Oleh karena sampah kota karakteristiknya sangat heterogen dan fluktuatif maka kualitasnya akan mengikuti karakteristik sampah yang digunakan sebagai bahan kompos setiap saat (Damanhuri dan Padmi, 2007).


(32)

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu:

1. Aspek ekonomi :

- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah. - Mengurangi volume atau ukuran limbah.

- Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya. 2. Aspek lingkungan :

- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah. - Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan. 3. Aspek bagi tanah atau tanaman :

- Meningkatkan kesuburan tanah.

- Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.

- Meningkatkan kapasitas serap air tanah (Wikipedia, 2007).

Kompos terutama digunakan untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan bahan organik tanah. Namun, karena dalam penggunaannya kurang praktis, kotor dan jumlahnya harus banyak maka umumnya petani lebih memilih pupuk anorganik (kimia) yang lebih praktis. Tetapi karena terbentur dengan harga yang tinggi, sekarang petani lebih memilih kompos untuk memupuk tanamannya (Indriani, 2001).

Secara ringkas, berikut ini adalah beberapa perbedaan kompos (pupuk organik) dibandingkan dengan pupuk anorganik (kimia) yaitu :


(33)

Tabel 8. Perbedaan kompos (pupuk organik) dan pupuk anorganik

Kompos (Pupuk Organik) Pupuk Anorganik (Kimia)

Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, tetapi dalam jumlah sedikit

Hanya mengandung beberapa unsur hara saja, tetapi dalam jumlah banyak

Memperbaiki struktur (menggemburkan) tanah dan meningkatkan bahan organik

Tidak memperbaiki struktur tanah, bahkan penggunaan jangka panjang mengakibatkan tanah mengeras

Harga relatif murah Harga relatif mahal

Menambah daya serap air Tidak

Memperbaiki kehidupan Tidak

Dapat dibuat sendiri Dibuat oleh pabrik

Sumber : Indriani, 2001.

Daur Ulang

Daur ulang adalah satu strategi pengolahan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk atau material bekas pakai (Wikipedia, 2007). Komponen sampah yang mempunyai nilai tinggi untuk dimafaatkan kembali adalah sampah kertas, logam dan gelas (BPPT, 2006).

Pusat Pengolahan Sampah (PPS) ITB melakukan pengolahan sampah berdasarkan jenis sampahnya yaitu organik dan anorganik. Sampah anorganik yang punya nilai ekonomi seperti plastik, botol air minum dan kemasan makanan, dipisahkan tersendiri untuk dijual ke tempat pengumpulan dan kemudian diolah di pabrik daur ulang, sedangkan sampah seperti kertas dan plastik yang tidak bernilai ekonomi diolah menggunakan unit insinerasi dengan yang dibakar (Indreswari, 2008).

Beberapa pemanfaatan sampah kering yang dapat dihasilkan dari pengolahan sampah untuk didaur ulang dan mempunyai nilai ekonomis antara lain:


(34)

1. Sampah plastik

Sampah plastik sebagian besar dapat diolah baik menjadi :

a. Produk baru ; alat rumah tangga seperti ember, bak, tali plastik. b. Digunakan kembali seperti pembungkus, pot tanaman, tempat

bumbu.

c. Sebagai bahan industri daur ulang seperti pellet, biji plastik. 2. Sampah kertas

Pada umumnya jenis kertas bekas serta produk daur ulang yang dapat dihasilkan dari pengolahan sampah untuk daur ulang dan mempunyai nilai ekonomis antara lain seperti tabel berikut :

Tabel 9. Produk recycling dari sumber sampah kertas

No Jenis Kertas Bekas Sumber Produk Recycling

1 Kertas komputer dan kertas tulis Perkantoran, percetakan dan sekolah

Kertas komputer, kertas tulis dan art paper

2 Kantong kraft Pabrik, pasar dan

pertokoan

Kertas kraft dan art paper

3 Karton dan box Pabrik, pertokoan

dan pasar

Karton dan art paper

4 Koran, majalah dan buku Perkantoran, pasar

dan rumah tangga

Kertas koran dan art paper

5 Kertas bekas campuran Rumah tangga,

perkantoran dan pertokoan

Kertas tissue, kertas tulis kualitas rendah dan art paper

6 Kertas pembungkus makanan Pertokoan, rumah

tangga dan perkantoran

Tidak dapat didaur ulang

7 Kertas tissue Rumah tangga,

perkantoran, rumah makan dan pertokoan

Kertas tissue (tetapi sangat jarang yang dapat didaur ulang kembali)


(35)

3. Logam

Logam yang dihasilkan dari sampah kota dapat dimanfaatkan antara lain :

a. Digunakan seperti kaleng susu.

b. Dijadikan produk baru seperti tutup botol kecap dan mainan. c. Sebagai bahan tambahan bahan baku industri seperti industri

logam. 4. Bahan lain

Bahan lain seperti gelas, karet mempunyai persentase yang cukup kecil dalam komponen sampah kecuali pada kasus tertentu. Oleh karena itu dalam skala kecil tidak ekonomis untuk diolah (Anonim, 2008).

Konsep Sistem

Suwarto (2006) menyatakan Suatu sistem didefinisikan sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Namun tidak semua kumpulan dan gugus bagian dapat disebut suatu sistem kalau tidak memenuhi syarat adanya kesatuan (unity), hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna.

Definisi sistem sebagai suatu entitas merupakan serangkaian dari bagian-bagian yang saling berkaitan dan membentuk suatu bagian-bagian yang kompleks tetapi utuh (Tunas, 2007).


(36)

Manetsch dan Park (1997) dalam Kholil (2005) secara definisi mengartikan sistem sebagai suatu gugus dari elemen-elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai satu tujuan atau gugus tujuan. Sedangkan Gerald (1981), Lucas (1987), Kumarotomo (1998) dan Eriyatno (1999) dalam Kholil (2005) lebih menitikberatkan pada prosedur, yang pada intinya sistem merupakan suatu jaringan yang terdiri dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan terorganisasi untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran dan tujuan tertentu. Prosedur artinya suatu tata aturan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa (who) yang mengerjakan, kapan (when) suatu tugas dikerjakan dan bagaimana (how).

Fandeli (2001) menyatakan bahwa dalam suatu sistem di alam terdapat dinamika perkembangan. Dinamika perkembangan ini dapat terjadi secara alami tetapi dapat pula terjadi karena pengaruh adanya kegiatan atau aktivitas manusia. Ada 3 model perubahan sistem alternatif yaitu sebagai tercantum di bawah ini :

1. Model tidak ada perubahan (No Change). Pada pengamatan jangka panjang hampir tidak dapat diketemukan tetapi dalam jangka pendek dapat diketemukan model ini.

2. Model ada perubahan yang disebut “One for One Changeover”. Model alternatif kedua ini perubahannya sangat sederhana. Model bentuk pertama berubah menjadi bentuk kedua.

3. Model ada perubahan yang disebut “Parallel Changeover”. Suatu sistem lingkungan yang berubah karena sesuatu sebab tetapi


(37)

perubahannya tidak hanya menjadi satu sistem tetapi menjadi beberapa sistem.

Ketiga bentuk alternatif perubahan tersebut dapat dilihat seperti skema berikut ini :

=

=

=

Gambar 2. Berbagai Alternatif Perubahan Sistem

Leod dalam Turban (1993) dalam Kholil (2005) membagi sistem ke dalam subsistem-subsistem (komponen), batasan (boundary), lingkungan luar sistem (environment), penghubung (interface), masukan (input), proses (process), keluaran (output), sasaran (objective), dan tujuan (goal). Elemen dari suatu sistem adalah unsur (entity) yang mempunyai tujuan atau realitas fisik, setiap elemen mengandung suatu atribut yang dapat berupa nilai bilangan, formula intensitas, ataupun suatu keberadaan fisik seperti, mesin, organisasi dan lainnya (Eriyatno, 2003).

Parallel Changeover Sistem

A

Sistem A’

Sistem Baru B

Sistem Baru B’

No Change Sistem

A

Sistem A

One for One Changeover Sistem

A

Sistem Baru B


(38)

Tunas (2007) menyatakan bahwa karakteristik bagi sistem terdiri atas : 1. Karakteristik purpose behavior : suatu sistem pasti memiliki alasan akan

keberadaannya atau mempunyai tujuan (output) tertentu oleh karena itu tujuan atau outputnya harus diketahui dengan jelas.

2. Karakteristik keseluruhan (Wholism) : suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur dan fungsi, hanya dapat bekerja secara secara optimal bila mereka secara keseluruhan dapat bekerja secara terpadu.

3. Karakteristik openess : bahwa interaksi dengan lingkungan merupakan sifat dasar dari semua sistem terbuka.

4. Karakteristik transformation : efektivitas dan efisiensi suatu sistem diukur dari sejauh mana proses dari sistem itu dapat mentrasformasikan inputnya menjadi output yang diharapkan.

5. Karakteristik interlatedness : keterkaitan antar unsur yang ada di dalam sistem dan keterkaitannya dengan sistem lain harus diperhatikan dengan seksama.

6. Karakteristik control mechanism : maksud dari karakteristik ini bahwa agar sistem dapat bertahan dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya maka sistem tersebut memerlukan sebuah feedback yang terus-menerus, guna mengetahui sejauh mana penyimpangan terhadap output sistem yang dikeluarkan.


(39)

Pendekatan Sistem

Pendekatan adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan sistem terhadap suatu masalah adalah untuk menangani masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut (Tunas, 2007).

Sedangkan Eriyatno (2003) menyatakan bahwa pedoman terhadap pendekatan sistem yaitu merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi yang dianggap efektif. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan sistem, harus diawali dengan cara berpikir sistemik. Berpikir sistemik adalah cara pandang terhadap terhadap suatu kejadian dengan memikirkan seluruh interaksi antar unsur atau variabel dalam batas lingkungan tertentu (Muhammadi, 2001 dalam Kholil, 2005). Sehingga melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan perspektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan perpektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan menentukan di mana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya (Tunas, 2007).

Di samping itu dapat dikatakan bahwa pemanfaatan daripada cara pendekatan sistem berarti bahwa komponen-komponen dari pada sistem tersebut


(40)

dialokasi serta diintegrasi dengan cara demikian rupa hingga dapat mengoptimalisasi efektifitas menyeluruh dari pada sistem itu. Artinya: penerapan cara pendekatan sistem membantu kita mencapai suatu efek sinergitis dimana tindakan-tindakan berbagai bagian yang berbeda dari sistem tersebut jika dipersatukan akan lebih besar dibandingkan denganjumlah-jumlah daripada bagian yang beraneka ragam (Tampubolon dan Silaban, 2004).

Metodologi Pendekatan Sistem

Pada hakikatnya pendekatan sistem dapat dipakai untuk memecahkan masalah : perancangan sistem baru, evaluasi sistem yang berjalan atau yang telah ada dan perbaikan atau penyempurnaan sistem yang telah ada.

Gigch dalam Tunas (2007) menyebutkan langkah-langkah yang diperlukan dalam merancang suatu sistem yang baru adalah :

1. Tahap pembuatan kebijakan atau pra perencanaan a. Merumuskan problema yang dihadapi.

b. Memahami persepsi atau pandangan dari klien dan perencana, hal ini mencakup asumsi, premis (fakta dan sistem nilai yang berlaku) dan pendekatan yang digunakan.

c. Penentuan tujuan sistem.

d. Mencari dan menemukan alternatif-alternatif yang potensial. 2. Tahap evaluasi

a. Mengidentifikasi output, atribut, kriteria, skala pengukuran dan model serta data yang diperlukan.


(41)

b. Evaluasi alternatif, dengan menggunakan model dan mengukur

output.

c. Proses pemilihan alternatif.

3. Tahap implementasi dari alternatif yang dipilih (Tunas, 2007).

Langkah satu dan dua umumnya dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal sebagai analisa sistem (Eriyatno, 2003).

Analisis Kebutuhan

Whitten, dkk (2004) dalam Maulidiana (2008) menyatakan bahwa jika kita mengasumsikan sebuah sistem, maka akan terdapat para pelaku sistem atau

stakeholder. Dimensi stakeholder menunjukkan mereka yang mempunyai kepentingan dengan sistem informasi yang sedang dievaluasi. Dalam analisis kebutuhan, masing-masing stakeholder ini akan dianalisis sehingga didapat secara rinci faktor-faktor apa saja yang dibutuhkan pengguna sistem.

Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem, yang menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang pengambil keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003).

Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Tunas (2007) dalam Maulidiana (2008) menyatakan bahwa pada dasarnya definisi sistem akan


(42)

bergantung pada latar belakang cara pandang orang yang mencoba mendefinisikannya. Menurut industri sistem dipandang sebagai proses pemasukan (input) yang ditransformasikan menjadi keluaran tertentu (output).

Proses pada tahap ini, sistem dilihat seperti sebuah “Black Box”. Dalam meninjau suatu perihal untuk menyusun diagram kotak hitam perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu 1) peubah

input, 2) peubah output, 3) parameter-parameter yang membatasi struktur sistem (Eriyatno, 2003).

Model Diagram Kotak Hitam (Black Box Diagram)

Dalam rangka melakukan pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan sistem diperlukan model-model sistem yang tepat. Semakin cocok model yang dipilih semakin efektif pula langkah-langkah pemecahan yang diambil dan pada akhirnya akan menghasilkan solusi yang sesuai dengan apa yang diharapkan (Tunas, 2007).

Model Black Box merupakan model yang paling mudah untuk mengidentifikasi dalam suatu sistem di alam. Caranya yaitu mencari ciri-ciri yang universal dari semua penyusun sistem yang dipelajari. Adapun ciri-ciri sistem ini adalah sebagai berikut :

1. Keluaran merupakan ukuran performance dari suatu sistem sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Keluaran akan merupakan masukan dari sistem atau sub sistem lainnya. Keluaran dapat digolongkan keluaran yang dikehendaki (desired output) yakni yang merupakan respon dari tujuan sistem dan keluaran yang tidak dikehendaki


(43)

(undesired output) yang merupakan hasil sampingan berupa dampak negatif dari proses sistem pembangunan yang dilaksanakan.

2. Masukan merupakan variabel yang diperlukan agar sistem dapat menjalankan fungsinya. Sebagaimana halnya keluaran, maka masukan ada yang terkontrol dan ada yang tidak. Masukan lingkungan akan mempengaruhi sistem tetapi dia hanya sedikit sekali dipengaruhi oleh sistem. Masukan yang demikian merupakan masukan yang tidak terkontrol atau uncontrolled input.

3. Bidang batas (boundary), merupakan batas antara sisten satu dengan sistem lainnya. Karena begitu rumitnya hubungan antar sistem, seringkali sulit diketemukan bidang batasnya. Kajian lingkungan sangat penting menentukan batas sistem ini. Bidang batas ini perlu diketemukan, dan bila sukar paling tidak harus dapat diidentifikasi dalam daerah tempat sistem tersebut bekerja.

4. Kontrol atau manajemen yaitu suatu komponen dalam sistem yang diusahakan pada kondisi operasional yang spesifik agar tujuan dapat dipenuhi. Kontrol ini selain mendapat informasi umpan balik dari keluaran ia akan dapat mengarah ke desired keluaran dari sistem operasional.

5. Dalam umpan balik (feedback) variabel suatu sistem dihubungkan dalam suatu “loop” dan menyebabkan perubahan pada variabel yang sama untuk waktu yang akan datang. Umpan balik dapat dirancang


(44)

sedemikian rupa sehingga dia dapat mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ada (Fandeli, 2001).

Sebuah sistem, di mana struktur internnya (relasi-relasi antara elemen-elemen sistem) sama sekali tidak diperhatikan, dinamakan model pendekatan sistem black box (Winardi, 1980). Dalam meninjau suatu perihal untuk menyusun kotak hitam perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu (1) peubah input, (2) peubah output dan (3) parameter-parameter yang membatasi struktur sistem (Eriyatno, 2003).

Diagram input-output merepresentasikan input lingkungan, input

terkendali dan tak terkendali, output dikehendaki dan tak dikehendaki, serta manajemen pengendalian. Sedangkan parameter rancangan sistem dipresentasikan sebagai kotak hitam (Black Box) pada tengah diagram, yang menunjukkan terjadinya proses transformasi input menjadi output (Sadelie, 2003).

Gambar 3. Diagram Kotak Hitam (Eriyatno, 2003)

Hasil dari kegiatan sistem yang berupa output ini dievaluasi tanpa kecuali dalam sistem-sistem terbuka dan salah satu informasi seperti umpan balik (feedback) dikembalikan lagi ke dalam sistem sehingga akan mempengaruhi

INPUT LINGKUNGAN

SISTEM

MANAJEMEN

Output dikehendaki

Output tidak dikehendaki

Input tidak terkendali


(45)

kegiatan sistem selanjutnya (Tunas, 2007). Secara terperinci pengertian komponen kotak hitam dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 10. Uraian Komponen Sistem

No. KOMPONEN Uraian

A INPUT SISTEM

A.1 Input lingkungan (Eksogenous)

1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem.

2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah. A.2 Input yang endogen

(yang terkendali dan tidak terkendali)

1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki 2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem

dalam pengoperasiannya.

A.2.1 Input yang terkendali 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki.

2. Perannya sangat penting untuk mengubah kinerja sistem selama pengoperasian.

3. Dapat meliputi aspek : manusia, bahan, energi, modal dan informasi.

A.2.2 Input yang tidak terkendali

1. Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja sistem.

2. Tidak diperlukan agar sistem dapat berfungsi.

3. Bukan merupakan input lingkungan (eksogenous) karena disiapkan oleh perancang.

B OUTPUT SISTEM

B.1 Output yang dikehendaki 1. Merupakan respon dari sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan). 2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh

sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi.

B.2 Output yang tak terkendali

1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.

2. Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji. 3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang

dikehendaki. C PARAMETER

RANCANGAN SISTEM

1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem.

2. Merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan.

3. Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah.

4. Tiap sistem memiliki parameter rancangan khas tersendiri untuk identifikasi.

D MANAJEMEN PENGENDALI

Sumber : Eriyatno, 2003.

Merupakan faktor pengendalian (kontrol) terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki


(46)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan Maret – April 2009.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer, antara lain : data yang diperoleh dari penelitian kerja,

baik dari hasil wawancara, penyebaran kuisioner dan hasil diskusi dengan pihak-pihak terkait.

2. Data sekunder, antara lain :

- Hasil sampling dokumen, laporan dan file yang telah ada.

- Hasil tinjauan literatur, text books, serta referensi ilmiah lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan sampah organik dan anorganik.

- Data statistik pengelolaan sampah di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara seperti jumlah tenaga kerja, aktivitas kerja, dan lain-lain.

Alat

1. Alat tulis 2. Komputer 3. Kamera digital 4. Tape recorder


(47)

5. Timbangan 6. Karung goni 7. Sarung tangan 8. Garu

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari berbagai media yang tersedia dan juga dari para stakeholder sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara dan studi pustaka, dan mengamati kondisi yang sedang berjalan di lokasi penelitian serta sejumlah kebutuhan dan kemudian merumuskannya sebagai bahan pertimbangan dalam sistem yang akan direncanakan.

Prosedur Penelitian

1. Menentukan stakeholders yang berkaitan dengan sistem pengolahan sampah di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara.

2. Menganalisis kebutuhan terhadap semua stakeholder pengolahan sampah di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara. Tahap ini akan menghasilkan pernyataan mengenai kebutuhan dasar para pengguna sistem.

3. Formulasi masalah, dengan menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem, kemudian memahami persepsi atau pandangan dari seluruh stakeholder sistem dan analis sistem. Hal ini mencakup


(48)

pemahaman asumsi, premis yang berupa fakta, dan nilai yang berlaku serta pendekatan yang dilakukan.

4. Menentukan tujuan dari sistem serta melakukan pemilihan alternatif-alternatif yang potensial.

5. Melakukan evaluasi dengan cara mengidentifikasi output, atribut, kriteria, skala pengukuran dan aspek-aspek yang berkaitan erat dengan perencanaan sistem.

6. Mengevaluasi alternatif dengan menggunakan model yaitu Black Box Diagram.


(49)

Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas yang ditetapkan sebagai Badan Hukum Milik Negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2003 tentang Penetapan Universitas Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 125). Dalam mencapai kondisi sistem kepemimpinan seperti yang diharapkan, struktur organisasi Universitas Sumatera Utara harus dirubah ke dalam bentuk yang baru. Struktur baru menjadi sasaran untuk menjadi konstitusi baru universitas, dirancang untuk memberikan fasilitas bagi pencapaian obyektif dalam banyak cara yang akuntabel dan berbiaya efektif dalam mempercepat pertumbuhan positif pembangunan universitas. Dalam struktur organisasi baru ini, Universitas Sumatera Utara Badan Hukum Milik Negara terdiri atas :

1. Organisasi Sentral

2. Unsur Pelaksana Akademik 3. Unsur Pelaksana Administratif 4. Unsur Penunjang

Organisasi Sentral Universitas Sumatera Utara Badan Hukum Milik Negara terdiri atas :

1. Majelis Wali Amanat (MWA), berfungsi untuk mewakili kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat dalam pengelolaan universitas.


(50)

2. Dewan Audit, berfungsi untuk melaksanakan evaluasi hasil audit internal dan eksternal atas penyelenggaraan universitas dalam bidang keuangan dan bidang akademik untuk dan atas nama Majelis Wali Amanat.

3. Unit Usaha Komersial, berfungsi melaksanakan dan/atau mengkoordinasikan usaha penghasil dana yang digunakan untuk menunjang penyelenggaraan dan pengembangan universitas.

4. Senat Akademik, berfungsi sebagai badan normatif tertinggi universitas di bidang akademik.

5. Pimpinan Universitas (Rektor), berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dibantu oleh 5 orang Pembantu Rektor yaitu :

a. Pembantu Rektor I (Bidang Akademik)

b. Pembantu Rektor II (Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan) c. Pembantu Rektor III (Bidang Kemahasiswaan dan Kealumnian) d. Pembantu Rektor IV (Bidang Perencanaan dan Kerjasama)

e. Pembantu Rektor V (Bidang Pengembangan dan Pemeliharaan Aset) 6. Dewan Guru Besar, berfungsi sebagai dewan penasehat dalam hal

pengembangan penemuan dan kualitas pendidikan di universitas.

7. Sekretaris Eksekutif, berfungsi untuk mengelola kesekretariatan kantor pimpinan universitas.

8. Satuan Audit Internal, berfungsi untuk melaksanakan audit atas penyelenggaraan universitas dalam bidang keuangan.


(51)

9. Satuan Penjaminan Mutu, berfungsi untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan sistem penjaminan mutu atas penyelenggaraan kegiatan akademik universitas.

Unit-unit Implementasi Akademik Universitas Sumatera Utara Badan Hukum Milik Negara terdiri atas :

1. Fakultas, sebagai unsur pelaksana akademik yang melaksanakan dan mengembangkan pendidikan, penelitian, pengabdian/pelayanan masyarakat dan pembinaan civitas akademika serta melaksanakan urusan tata usaha fakultas.

2. Sekolah Pascasarjana, sebagai unsur pelaksana akademik yang melaksanakan dan mengembangkan pendidikan, penelitian, pengabdian/pelayanan masyarakat dan pembinaan civitas akademika serta melaksanakan urusan tata usaha sekolah pascasarjana.

3. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, sebagai unsure pelaksana akademik yang berfungsi mengkoorinasikan, melaksanakan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian tertentu serta mengkoordinasikan dan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.

Unit-unit Implementasi Administratif Universitas Sumatera Utara Badan Usaha Milik Negara terdiri atas :

1. Biro Akademik, yaitu unsur pelaksana administrasi di tingkat universitas yang fungsinya menjalankan administrasi akademik universitas.


(52)

2. Biro Sumber Daya Manusia, yaitu unsur pelaksana administrasi di tingkat universitas yang fungsinya menjalankan administrasi personalia dan pengembangan SDM universitas.

3. Biro Keuangan, yaitu unsur pelaksana administrasi di tingkat universitas yang fungsinya menjalankan administrasi keuangan dan akuntansi universitas.

4. Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian, yaitu unsur pelaksana administrasi di tingkat universitas yang fungsinya menjalankan administrasi bidang kemahasiswaan dan kealumnian.

5. Biro Perencanaan dan Kerjasama, yaitu unsur pelaksana administrasi di tingkat universitas yang fungsinya menjalankan administrasi bidang perencanaan dan kerjasama.

6. Biro Pengembangan dan Pemeliharaan Aset, yaitu unsur pelaksana administrasi di tingkat universitas yang fungsinya menjalankan administrasi bidang pengembangan dan pemeliharaan asset.

Unit-unit Penunjang Universitas Sumatera Utara Badan Hukum Milik Negara terdiri atas :

1. Perpustakaan dan Sistem Informasi, yaitu unsur penunjang akademik universitas yang melaksanakan dan mengkoordinasikan pelayanan perpustakaan bagi lingkungan universitas dan bagi lingkungan luar universitas yang membutuhkan.

2. Pusat Pelayanan dan Pengembangan Pendidikan, terdiri atas pusat laboratorium ilmu dasar, pusat bahasa, pusat pengembangan pendidikan, dan pusat produksi multimedia.


(53)

3. Unit Usaha Non Komersial, yaitu unsur penunjang universitas yang berfungsi melaksanakan dan/atau mengkoordinasikan usaha penghasil dana non komersial yang digunakan untuk menunjang penyelenggaraan dan pengembangan universitas.

4. Unit Pengadaan, yaitu unsur penunjang universitas yang berfungsi melaksanakan dan/atau mengkoordinasikan pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan universitas.

Universitas Sumatera Utara Badan Hukum Milik Negara dalam kegiatan akademiknya mengelola 12 fakultas yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Sastra, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi, Fakultas Psikologi dan Sekolah Pascasarjana.

Stakeholders Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik di

Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara

Stakeholders sistem pengolahan sampah organik dan anorganik di lingkungan kampus USU adalah pihak-pihak yang mempunyai peranan penting dalam sistem pengolahan sampah di lingkungan kampus USU yaitu pihak yang menjadi pelaku-pelaku sistem atau pihak yang mempunyai kepentingan dalam sistem.

Dalam ruang lingkup akademik yang dalam hal ini adalah Universitas Sumatera Utara, pelaku-pelaku sistem yang menjadi stakeholder sistem adalah manajemen Universitas Sumatera Utara, mahasiswa sebagai masyarakat akademis dan masyarakat sekitar sebagai masyarakat non akademis.


(54)

Analisis Kebutuhan Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik di Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara

Analisis kebutuhan adalah langkah berikutnya dalam mengkaji suatu sistem dengan cara menghimpun segala kebutuhan dasar para stakeholder sistem untuk kemudian digunakan sebagai indikator dalam mengindentifikasi sistem.

Jika dianalisis lebih dalam kampus Universitas Sumatera Utara sebagai lingkungan akademik, maka manajemen kampus Universitas Sumatera Utara mempunyai sejumlah kebutuhan penting yaitu terciptanya suatu lingkungan akademik yang memenuhi kriteria lingkungan minimal sebagai lembaga pendidikan yaitu lingkungan kampus yang asri dan kondusif untuk berlangsungnya kegiatan pendidikan dan penelitian, adanya teknologi dalam pengolahan sampah kampus sehingga terpolanya budaya pengolahan sampah kampus, dan adanya dukungan seluruh masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam penanganan sampah.

Mahasiswa sebagai masyarakat akademis kampus Universitas Sumatera Utara juga mempunyai kebutuhan dasar yang sama dengan pihak manajemen Universitas Sumatera Utara yaitu terciptanya lingkungan kampus yang asri dan kondusif sebagai tempat proses pendidikan dan penelitian, ketersediaan fasilitas kebersihan yang memadai termasuk pewadahan sampah awal dan tempat pembuangan akhir, minimalisasi pencemaran lingkungan, pola pikir sadar lingkungan yang dilakukan dengan penyuluhan sistem pengolahan sampah.

Masyarakat di sekitar lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara di sini adalah para pedagang barang dan jasa, baik pedagang tetap maupun tidak tetap serta masyarakat lingkungan sekitarnya, kebutuhan mereka adalah adanya


(55)

tata aturan yang baku mengenai pengolahan sampah serta penyediaan lapangan pekerjaan.

Perumusan Masalah

Setelah menganalisis kebutuhan-kebutuhan dasar para stakeholder maka tahapan selanjutnya adalah merumuskan masalah yang terjadi pada ruang lingkup kesisteman yang dikaji sehingga tujuan sistem dapat ditentukan. Tujuan dari sistem diharapkan dapat menjawab setiap keinginan para stakeholder sistem. Barangkali permasalahan yang paling mendasar dari sistem ini adalah bagaimana menciptakan kondisi lingkungan akademik yang asri dan kondusif sehingga dapat mendukung seluruh aktivitas stakeholder sistem.

Permasalahan yang terjadi pada sistem pengelolaan sampah di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara meliputi beberapa faktor utama yaitu sistem pengelolaan persampahan di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara, identifikasi pengolahan sampah di lingkungan Universitas Sumatera Utara, sadar lingkungan, volume sampah per satuan waktu, karakteristik sampah, dan sumber daya tenaga kerja.

Sistem Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara

Pengelolaan sampah adalah rangkaian keterpaduan aktifitas yang ter-organisir secara baik, dari mulai pengumpulan sampah pada wadah di sumber (penghasil), dikumpulkan menuju penampungan sementara, kemudian diangkut ke tempat pemerosesan dan daur ulang, seperti pengomposan, insinerasi,


(56)

masyarakat penghasil sampah agar ikut berpartisipasi secara aktif atau pasif dalam aktivitas tersebut.

Sistem pengelolaan sampah di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara masih dalam tahapan pengurangan volume sampah sementara dari tumpukan sampah dan kemudian ditumpuk kembali di tempat pembuangan akhir untuk dilakukan pembakaran. Dari pengamatan pendahuluan yang dilakukan, diperoleh gambaran mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di lingkungan kampus USU yaitu timbunan sampah dihasilkan oleh produsen sampah dibersihkan petugas kebersihan untuk dibuang ke sarana-sarana penampungan sampah sementara atau ditumpuk kolektif di salah satu tempat, kemudian petugas kebersihan melakukan pengosongan tempat sampah dan tumpukkan sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan akhir untuk dibakar.

Permasalahan paling mendasar dari sistem pengelolaan sampah di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara ini adalah tidak semua sampah dapat ditangani oleh petugas kebersihan, selain itu keberadaan sarana-sarana penampungan sampah sementara yang tidak memadai sedangkan sampah yang dihasilkan oleh produsen terus meningkat. Peningkatan volume sampah yang dihasilkan oleh produsen ini disebabkan oleh tingkat intensitas kegiatan masyarakat yang tinggi. Hal ini dapat kita lihat dari hasil penyebaran kuisioner yang diperoleh seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :


(57)

Gambar 4. Persentase waktu aktivitas mahasiswa USU

Artinya sebagian besar mahasiswa USU menghabiskan waktunya untuk kuliah dan kegiatan lain di lingkungan kampus USU yaitu sekitar 46% mahasiswa menghabiskan >8 jam/hari di lingkungan kampus USU, hal tersebutlah yang menyebabkan timbulan sampah semakin meningkat. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Sudrajat (2006) bahwa semakin tinggi intensitas kegiatan masyarakat maka jumlah sampah yang dihasilkan akan semakin besar juga. Atau dalam istilah lain bahwa tingkat intensitas kegiatan masyarakat berbanding lurus dengan volume sampah yang timbul.

Kondisi lingkungan kampus USU saat ini menurut pengamatan responden dari hasil penyebaran kuisioner mayoritas mengatakan masih dalam kategori kotor yaitu 77% (Gambar 5), artinya bahwa peningkatan pemeliharaan kebersihan lingkungan kampus USU harus ditingkatkan untuk mencapai lingkungan kampus yang asri dan kondusif sehingga suasana lingkungan dapat mendukung berlangsung kegiatan pendidikan.


(58)

Kondisi lingkungan kampus tersebut disebabkan oleh faktor tumpukan sampah yang tersebar di mana-mana. Tidak ada pewadahan sampah yang memadai sehingga lingkungan kampus terkesan tidak terurus. Sebenarnya tumpukan-tumpukan sampah tersebut dapat dikurangi dan bahkan tidak ada sama sekali jika sarana-sarana kebersihan atau pewadahan sampah tetap di lingkungan kampus disediakan secara memadai. Penyediaan pewadahan tetap ini dilakukan dengan melihat kondisi timbulan sampah oleh masyarakat kampus di tempat-tempat yang jumlah volume sampah dari sedang sampai besar.

Penelitian ini hanya dilakukan di tiga fakultas dari 12 fakultas dan 1 sekolah pascasarjana kampus USU yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas MIPA, dan Fakultas Teknik. Hal tersebut dilakukan karena pengamatan awal, ketiga fakultas tersebut sudah mewakili (representative) dan objektif. Mewakili (representative) artinya kondisi lingkungan ketiga fakultas sudah mewakili kondisi lingkungan kampus USU seluruhnya dan objektif artinya menggambarkan keadaan atau kondisi kampus apa adanya. Penyebaran tumpukan sampah ketiga fakultas tersebut cukup mewakili kondisi lingkungan kampus USU keseluruhan. Tumpukan sampah dan sumber tumpukan sampah tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(1)

Tumpukan Sampah di Belakang Departemen Teknik Mesin

Fakultas Teknik

Tumpukan Sampah di Belakang Gedung Dekanat Fakultas Teknik


(2)

Lampiran 4. Hasil Wawancara Penelitian

Form Wawancara Stakeholder Dalam Pengamatan Sistem

Pengolahan Sampah di Lingkungan Kampus Universitas

Sumatera Utara

Orang yang diwawancarai : Suhardi, SH Jabatan : Subbag. Inventaris Hari/tanggal : Senin, 4 Mei 2009 Waktu : Pukul 14.30 WIB

Tempat : Kantor Bagian Perlengkapan Biro Rektor USU

Topik : Informasi Pengolahan Sampah Lingkungan Kampus USU

Durasi Pertanyaan Respon

25'' Perkenalan diri, berterima kasih kepada orang yang diwawancara, dan menyampaikan tujuan wawancara

1' 55'' Pertanyaan 1 :

Bagaimana menurut Bapak kondisi persampahan di lingkungan kampus USU secara keseluruhan? Maksud saya Pak, tidak di satu lokasi tertentu saja!

Menurut saya, jika kita bandingkan dengan kondisi di luar kampus USU barangkali kondisi lingkungan kampus USU cukup bersih.

Tindak lanjut :

Jika kondisi kampus USU sekarang menurut Bapak cukup bersih, berarti ada bagian yang belum bersih ya Pak?

Kondisi lingkungan dari sampah barangkali bersih akan tetapi permasalahan sekarang adalah penanganan lanjutan dari sampah tersebut. Dalam hal ini tempat pembuangan sampah yang tidak efektif. Menurut Bapak apakah kondisi

lingkungan kampus USU sekarang ini sudah mewakili kriteria kondisi lingkungan akademik yang diharapkan? Atau ada yang perlu dibenahi lagi?

Kalau berbicara kriteria lingkungan akademik saya pikir sudah memenuhi, namun perlu pembenahan lanjutan terutama pembuangan ditambah dengan penanganan sampah akhir.

2' 30'' Pertanyaan 2 :

Menurut Bapak apakah sampah itu hanya sebagai limbah atau sebagai potensi?

Menurut saya, kalau kita melihat selama ini seperti yang dilakukan di Fakultas Pertanian ada pembuatan pupuk kompos, barangkali itu bukan sebagai limbah akan tetapi sebagai potensi.


(3)

Tindak lanjut :

Jadi teknologi yang tepat yang diterapkan untuk mengolah sampah di lingkungan kampus USU ini menurut Bapak bagaimana?

Sebenarnya lebih tepat jika dilakukan pengomposan, karena melihat sampah di lingkungan kampus USU kebanyakan adalah sampah organik

Bagaimana dengan sampah anorganik Pak?

Barangkali sampah organik yang ada di lingkungan kampus USU masih dalam jumlah kecil

Jika nanti teknologi yang tepat untuk mengolah sampah kampus USU adalah pengomposan, apakah Bapak ikut berpartisipasi?

Ya, kalau untuk kebaikan kita pasti mendukung.

1' 20'' Pertanyaan 3 :

Kendala-kendala apa saja yang mungkin timbul jika kita melakukan pengolahan sampah Pak?

Kendalanya barangkali kepedulian masyarakat kampus USU yang masih kurang, misalnya kebiasaan tidak membuang sampah pada tempatnya. Dan juga sampah-sampah masyarakat dari luar USU dibuang di lingkungan kampus USU.

Tindak lanjut :

Berarti pola pikir sadar lingkungan masyarakat itu belum ada ya Pak?

Ya, belum.

Bagaimana jika dilakukan pemilahan sampah organik dan anorganik di lingkungan kampus USU Pak, berjalan atau tidak?

Jadi itulah masalahnya, jika kesadaran masyarakatnya belum, proses pemilahan itu pasti tidak jalan. Itu faktor manusianya

Sarana dan prasarana lingkungan kampus USU menurut Bapak bagaimana? Sudah memadai atau belum?

Belum. Kembali kepada kesadaran masyarakat tadi, tong sampah yang sudah tersedia saja tidak dipergunakan, jadi sampah dibuang di mana saja. 6'' Berterima kasih kembali


(4)

Lampiran 5. Kuisioner Penelitian

Hasil Kuisioner Penelitian

KESIMPULAN DARI KUISIONER

No Pertanyaan Opsi Persentase

1

Berapa waktu rata-rata yang Anda habiskan untuk kuliah atau untuk kegiatan lain di kampus USU?

< 8 jam/hari 41,33%

8 jam/hari 13,33%

> 8 jam/hari 45,33%

2

Menurut Anda bagaimana kondisi lingkungan kampus di fakultas Anda?

Bersih 21,33% Kotor 76,66%

Tidak tahu 2%

3 Apakah sampah di kampus Anda mengkhawatirkan?

Mengkhawatirkan 56,66% Tidak mengkhawatirkan 38%

Tidak Tahu 5,33%

4

Apakah perlu untuk menjaga kebersihan lingkungan di fakultas Anda?

Perlu 98%

Tidak perlu 2%

Tidak tahu 0%

5 Apakah Anda sering membuang sampah di lingkungan kampus?

Sering 22%

Jarang 66%

Tidak pernah 12%

6

Jika aktivitas Anda menghasilkan sampah, apakah Anda membuang sampah pada tempatnya?

Ya 52,66% Terkadang 45,33%

Tidak pernah 2%

7 Pernahkah Anda melihat tumpukan sampah di kampus Anda?

Pernah 96%

Tidak pernah 4%

8 Apa tindakan Anda ketika melihat tumpukan tersebut?

Tidak peduli 11,33%

Ikut-ikutan membuang

sampah di tumpukan tersebut 16%

Biasa saja 36,66%

Tidak ikut-ikutan membuang

sampah ditumpukan tersebut 24,66% Berkeinginan untuk

membersihkannya 11,33%

9 Bagaimana menurut Anda fasilitas kebersihan di kampus Anda?

Sudah memadai 10,66%

Belum memadai 87,66%

Tidak tahu 1,33%

10

Apakah Anda tahu tempat pembuangan sampah di kampus Anda?

Tahu 73,33%

Tidak tahu 26,66%


(5)

terhadap sampah? Sebagai limbah 62%

Tidak tahu 7,33%

12 Apa pendapat Anda terhadap daur ulang sampah?

Bermanfaat 96%

Tidak bermanfaat 1,33%

Tidak tahu 2,66%

13

Apakah Anda akan turut

berpartisipasi apabila ada program daur ulang sampah di kampus Anda?

Ya 57,33% Ragu-ragu 29,33% Tidak 12,66%

14 Jenis sampah yang dibuang di lingkungan kampus Anda?

Plastik 93,33% Kardus 41,33% Kertas 90,66%

Styrofoam 21,33%

Sisa makanan 70,66%

Polietilen 16% Kaleng 34,66% Daunan 82,66% Kain 14% Karet 19,33%

15

Jenis sampah yang paling sering Anda lihat di lingkungan kampus Anda?

Plastik 76% Kardus 19,33% Kertas 80%

Styrofoam 7,33%

Sisa makanan 49,33%

Polietilen 8% Kaleng 18% Daunan 76% Kain 4,66% Karet 6% 16 Apakah Anda tahu sampah sangat

bermanfaat apabila didaur ulang?

Tahu 89,33%

Tidak tahu 10,66%

17

Apakah pengolahan sampah secara landfill (penimbunan berlapis) sudah efektif?

Sudah 10% Belum 51,33%

Tidak tahu 38,66%

18 Apakah Anda tahu proses pengomposan sampah?

Tahu 33,33% Sedikit 48,66%

Tidak tahu 17,33%

19 Menurut Anda bagaimana proses pembuatan kompos?

Sulit 10,66% Tidak terlalu sulit 80%

Mudah 8,66% 20 Pernahkah Anda mencoba membuat

kompos?

Pernah 40%


(6)

21 Apakah Anda tahu pemanfaatan sampah menjadi biogas?

Tahu 32% Sedikit 38,66%

Tidak tahu 28,66%

22

Pernahkah melihat pembakaran sampah oleh petugas kebersihan di kampus Anda?

Pernah 68,66% Jarang 17,33%

Tidak pernah 13,33%

23

Bagaimana pendapat Anda ketika melihat pembakaran sampah di kampus Anda?

Senang, karena mengurangi

tumpuan sampah 34%

Tidak senang, karena

menimbulkan polusi udara 65,66% 24

Setujukah Anda apabila dilakukan pemilahan sampah organik dan anorganik di kampus Anda?

Setuju 90% Ragu-ragu 8,6%

Tidak setuju 1,33%

25 Apakah Anda sulit membedakan sampah organik dan anorganik?

Ya 7,33%

Sedikit 31,33% Tidak 60,66%

26

Apakah Anda turut berpartisipasi jika dilakukan program pemilahan sampah?

Ya 52,66% Ragu-ragu 27,33% Tidak 19,33%

27

Apakah Anda setuju jika dilakukan pengolahan sampah di kampus Anda?

Setuju 90,66%

Ragu-ragu 8%

Tidak setuju 1,33%

28

Menurut Anda apa perlakuan yang paling mudah dilakukan dalam pengolahan sampah di kampus Anda?

Dumping (Penumpukan) 9,66%

Landfill (Penimbunan

berlapis) 5,33%

Composting (Pengomposan) 55,66%

Inceneration (Pembakaran) 25,66%