Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
- Pakaian upacara adat.
- Pakaian upacara keagamaan.
3.3 Fungsi Pakaian Adat Tradisional
Fungsi pakaian mempunyai nilai-nilai praktis-etis, yaitu untuk menutupi sebagian tubuh, demi kesehatan dan kesusilaan. Kalau seorang bayi lahir, dia telah di
sambut dengan secarik kain yang di sebut “taled”, yang berarti “alas”. Pakaian untuk anak-anak di bandingkan dengan pakaian untuk remaja, bahkan untuk orang dewasa
hampir tidak ada perbedaan yang mencolok.
3.4 Kelengkapan Tradisional
Oleh karena hampir semua orang dewasa dan orang tua Bali, baik laki-laki maupun perempuan adalah pengunyah sirih, rata-rata orang melengkapi dirinya dengan
alat penumbuk sirih yang di kenal dengan nama “pangelocokan”.
“Kampekkompek” atau “gandek” adalah isian kemasan untuk menyimpan pangelocokan. Adapun benda-benda yang di gunakan dalam pangelocokan seperti daun
sirih, kapur sirih, gambir dan buah pinang. Gandek adalah kompek yang di beri tali. Membawa kompek dengan jalan menyelipkan dan menahannya dengan ikat pinggang,
sedangkan membawa gandek adalah dengan menyandangnya. Kedua benda ini merupakan hasil anyaman bambu atau daun pandan dan sering di rancang begitu indah,
sehingga tampak begitu khas dan cantik
3.4.1 Busana Pernikahan
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
Bagi orang dewasa di daerah Bali yang ingin mengadakan upacara pernikahan, jika pria mereka memakai pakaian yang terdiri dari kamben endek batik songket sebagai kain
luar, baju songket saput putih kuning beserta umpalnya dan undeg songket atau undeg putih undeg batik destar.
Untuk orang dewasa wanitanya, memakai pakaian yang terdiri dari tapih kain dalam kamben endek batik songket sebagai kain luar, sabuk stagen, baju kebaya dan anteng
songket batik endek pelangi rembang atau anteng kain putih kuning.
3.4.2 Perhiasan
Adapun jenis-jenis perhiasan mencakup : 1.
Cucuk tusuk, menurut bentuknya menyerupai seperti naga kondi, sisir dan bunga yang meliputi bunga sandat, cempaka, semanggi mawar dan pucuk.
2. Subeng, sumpel dan anting, mengenai anting-anting menurut bentuknya
menyerupai seperti tamiang, burung, ular dan cakra. 3.
Badong menyerupai kalung berbentuk pipih yang di rangkai dengan rantai rante.
4. Cincin bungkung, menurut bentuknya menyerupai seperti cakrawaka, boma,
tegem, manic, tatahan dan jawan. 5.
Gelang, menurut bentuknya menyerupai gelang nagasatru, gelang kana dan gelang sudira.
3.4.3 Keris
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
Pada umumnya sebuah keris adalah sebuah senjata, untuk membela diri maupun untuk menyerang musuh. Sebagai suatu kelengkapan perang, maka keris di pakai oleh
semua bala tentara kerajaan, yang secara tradisisonal di sebut “sikep”. Oleh karena Bali dari jaman ke jaman selalu dalam kesiagaan bertempur. Penggunaan keris lalu
merupakan suatu sikap masyarakat dan mempengaruhi banyak pelaksanaan upacara, di antaranya dengan keris mewakili mempelai laki-laki seorang bangsawan untuk
meminang seorang calon istrinya.
3.4.4 Gelang Unik
Perhiasan yang di gunakan masyarakat Bali yang di pakai atau di letakkan pada anggota badan di lengan yaitu :
1. Gelang Kana, perhiasan yang di gunakan oleh golongan kasta brahmana.
2. Gelang Nagasatru, perhiasan yang di gunakan oleh golongan kasta kesatria.
3. Gelang Sudira, perhiasn yang di gunakan oleh golongan kasta wesya.
4. Sedangkan Badong, perhiasan yang di gunakan oleh golonan kasta sudra.
BAB IV
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan