infertilitas. Secara psikologis seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak
yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat. Menurut WHO 2003, kehamilan pada remaja memiliki resiko kematian
lebih tinggi 2-4 kali.
2.3. Pendidikan Seksual
Menurut Zulaini 2000, sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap seks masih merupakan hal yang tabu. Termasuk diantaranya dalam pembicaraan,
pemberian informasi dan pendidikan seks. Akibatnya, jalur informasi yang benar dan bersifat mendidik sulit untuk dikembangkan dan mengimbangi jalur informasi yang
salah dan menyesatkan yang berkembang bebas dan tidak legal. Remaja sering kali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan
reproduksi ataupun mengenai seksualitas. Padahal pada masa remaja rasa ingin tahu tersebut sangat tinggi, sehingga para remaja sering mencari sumber informasi
mengenai seksualitas. Dari hasil penelitian Collins, Elliot, Berry, Kanouse, Kunkel, Hunter, et al 2004, menunjukkan bahwa eksploitasi seksual dalam video klip,
majalah, televisi dan film-film ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda.
2.3.1. Pengertian Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah perilaku seksualnya ke arah
yang lebih bertanggung jawab Arma, 2007. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat
menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk
Universitas Sumatera Utara
menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar Mutadin, 2002.
2.3.2. Materi Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual yang diberikan dapat berupa dalam bentuk pendidikan kesehatan reproduksi remaja PKRR. Materi PKRR meliputi pertumbuhan dan
perkembangan remaja, perkembangan seksual remaja, kebersihan organ reproduksi, perilaku seksual beresiko, pergaulan bebas, PMS dan HIVAIDS, pelecehan seksual,
kehamilan dan persalinan, serta hak reproduksi remaja Arma, 2007. Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan
biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang baik harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia, nilai kultur dan
agama, sebagai pendidikan akhlak dan moral Mutadin, 2002.
2.3.2. Tujuan Pendidikan Seksual
Tujuan pendidikan seksual adalah menciptakan sikap yang sehat terhadap seks dan seksualitas. Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di
rumah,sekolah maupun di tempat ibadah. Disini peranan orang tua dan masyarakat sangat diperlukan, terutama untuk dapat memberikan informasi kepada remaja
mengenai kesehatan reproduksi dan apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi mereka Abineno, 1999.
Pendidikan seksual bukan seolah-olah menyetujui remaja melakukan hubungan seksual melainkan bermaksud menanamkan rasa tanggung jawab
dikalangan remaja tentang perilaku seksualnya dan kesehatan reproduksinya BKKBN, 2005.
Menurut Mutadin 2002, pendidikan seksual bertujuan untuk membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan
remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.
Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang
Universitas Sumatera Utara
menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya
anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu yang baik dan pada waktu
yang tertentu saja. Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :
a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada
remaja. b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual peran, tuntutan dan tanggungjawab c. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua
manifestasi yang bervariasi d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa
kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga. e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
g. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya
sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Pengetahuan