Penggunaan tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang dalam pengendalian penyakit bercak coklat (Alternaria solani) pada tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)

PENGGUNAAN TEPUNG CANGKANG RAJUNGAN DAN
TEPUNG JAMUR MERANG DALAM PENGENDALIAN
PENYAKIT BERCAK COKLAT (Alternaria solani)
PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

SUMARNY
A44102025

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PENGGUNAAN TEPUNG CANGKANG RAJUNGAN DAN
TEPUNG JAMUR MERANG DALAM PENGENDALIAN
PENYAKIT BERCAK COKLAT (Alternaria solani)
PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

SUMARNY
A44102025


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
SUMARNY. Penggunaan Tepung Cangkang Rajungan dan Tepung Jamur
Merang dalam Pengendalian Penyakit Bercak Coklat (Alternaria solani) pada
Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum). Dibimbing oleh SURYO
WIYONO.
Tujuan penelitian ini ialah mengetahui pengaruh pemberian bahan alami
antara lain tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang dalam
mengendalikan penyakit bercak coklat dan pengaruhnya terhadap mikroorganisme
filoplan.
Penelitian dilakukan di lahan seluas ± 1.000 m2. Suspensi bahan alami

dibuat dari cangkang rajungan dan jamur merang yang telah kering dan
dihaluskan hingga menjadi tepung. Konsentrasi yang digunakan adalah 1%, 0,2%
dan 0,04% (w/v). Pengujian di lapang dilakukan dengan cara menyemprotkan
suspensi tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang pada tanaman
tomat. Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu ketika tanaman berumur 3 MST
dan 4 MST. Tiga hari setelah aplikasi kedua diletakkan sumber inokulum berupa
tanaman yang terserang gejala bercak coklat, masing-masing satu tanaman
ditengah petak percobaan pada setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap
keparahan penyakit bercak coklat dan nilai AUDPC (Area Under Diseases
Progress Curve). Pengamatan juga dilakukan terhadap populasi mikroorganisme
filoplan pada umur tanaman 4 MST dan 5 MST atau satu minggu setelah aplikasi
perlakuan dan kemudian diisolasi pada media Martin Agar, King’s B dan Nutrien
Agar dengan pengenceran masing-masing 10-2,10-3,dan 10-4.
Pemberian tepung cangkang rajungan cenderung menurunkan keparahan
penyakit bercak coklat walaupun tidak berbeda nyata dengan kontrol, sebaliknya
pemberian tepung jamur merang dengan konsentrasi 1% cenderung meningkatkan
keparahan penyakit bercak coklat. Pemberian tepung cangkang rajungan
memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan pemberian tepung
jamur merang terhadap keparahan penyakit bercak coklat pada 1 MSA (minggu
setelah aplikasi). Perlakuan tepung cangkang rajungan dengan konsentrasi 1%,

0,2%, 0,04% dan perlakuan tepung jamur merang 0,04% memberikan hasil yang
berbeda nyata dengan pemberian tepung jamur merang konsentrasi 1%.
Pemberian tepung cangkang rajungan konsentrasi 0,04% menghasilkan keparahan
penyakit yang lebih rendah di bandingkan dengan perlakuan lainnya. Keparahan
penyakit bercak coklat meningkat pada minggu berikutnya dan pemberian tepung
cangkang rajungan dan tepung jamur merang pada 2 MSA dan 3 MSA tidak
berpengaruh nyata. Adanya pemberian tepung cangkang rajungan menyebabkan
populasi mikroorganisme filoplan meningkat pada 2 MSA, mikroorganisme yang
didapatkan juga memiliki keragaman yang tinggi. Selain penyakit bercak coklat,
penyakit lain yang ditemukan di lapang ialah penyakit layu fusarium, antraknosa,
kapang daun, damping off dan penyakit yang diduga disebabkan oleh virus.

Judul Penelitian : Penggunaan tepung cangkang rajungan dan tepung jamur
merang dalam pengendalian penyakit bercak coklat
(Alternaria solani) pada tanaman tomat (Lycopersicon
esculentum)
Nama

: Sumarny


NRP

: A44102025

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. Agr.
NIP. 132002572

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr.
NIP. 130422698

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 4 Oktober
1984 sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara, dari keluarga Bapak Tata
Suwarta dan Ibu Kamisi.
Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studinya di SMUN 7 Bogor dan
pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjabat sebagai pengurus
Lingkar Studi Muslim HPT (LSM HPT) pada divisi dana usaha pada tahun 2003.
Penulis juga pernah menjadi panitia pada masa perkenalan departeme n (MPD)
tahun ajaran 2004 dan panitia pada Jambore Pertanian 2004. Pada tahun
2004/2005 penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Nematologi Tumbuhan,
Metode Statistika I, dan mata kuliah Hama dan Penyakit Hortikultura. Dan pada
tahun 2006, penulis menyelesaikan tugas akhirnya yang berjudul Penggunaan
tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang dalam pengendalian penyakit
bercak coklat (Alternaria solani) pada tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebagai pemilik

alam semesta atas nikmat, karunia dan ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini yang berjudul Penggunaan tepung cangkang rajungan dan tepung jamur
merang dalam pengendalian penyakit bercak coklat (Alternaria solani) pada
tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). Shalawat beserta salam semoga
terlimpah kepada Rosulullah SAW, beserta keluarga, para sahabat dan umatnya
hingga akhir jaman.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini telah dilaksanakan dari
bulan Februari 2006 hingga April 2006 di Desa Pinangsari, Kecamatan Ciasem,
Subang, Jawa Barat, Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi
Tanaman, dan Laboratorium Balai Besar Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman
Pangan dan Hortikultura Jatisari, Karawang, Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Suryo Wiyono,
MSc.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan yang diberikan selama penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya. Terima kasih juga kepada
Dr. Ir. Nina Maryana, MSi sebagai dosen penguji tamu, kepada Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) Nastari dan Balai Besar Peramalan Hama dan
Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jatisari terima kasih atas kerja

samanya. Untuk A.A Hendrayana, Mas Ali dan Ibu Lilik yang selalu setia
membantu penulis selama penelitian berlangsung, juga kepada Mas Enno yang
selalu memberikan dukungan dan semangat.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang tua (Ibu dan Bapak) serta keluarga atas semua doa,
motivasi dan pengorbanannya. Terima kasih juga kepada keluarga Bapak Endin
yang telah bersedia menerima penulis tinggal selama penelitian dan pada warga
Desa Pinangsari, Subang. Untuk teman teman HPT39 (apri, maya, mia, ela, nisa
dan sinta) terima kasih telah menjadi teman dan sahabat yang baik, juga kepada
seluruh teman teman HPT39 yang tidak dapat disebut satu per satu, semoga kita
bisa berkumpul kembali. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan saran dan masukan sebagai perbaikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amiin.

Bogor, Mei 2006

Penulis

DAFTAR TABEL
Nomor

1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

Halaman
Teks
Hasil analisis nutrisi jamur merang di Laboratorium Food and
Nutrion Research Institute Philiphine ............................................
Dosis dan waktu pemupukan tanaman tomat.................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur
merang terhadap keparahan penyakit bercak coklat .....................
Keparahan penyakit bercak coklat pada tiga bagian
kanopi tanaman ............................................................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap populasi mikroorganisme filoplan pada daun tomat

( 4 MST dan 5 MST) .....................................................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap keragaman mikroorganisme filoplan ..............................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap kejadian penyakit layu fusarium………………………..

7
12
16
17

18
20
22

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

Teks

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Struktur khitin ................................................................................
Kondisi lahan pertanaman tomat umur 6 MST ..............................
Gejala penyakit layu fusarium pada tanaman tomat ......................
Gejala penyakit yang diduga disebabkan oleh virus ......................
Gejala penyakit rebah kecambah (damping off) ............................
Gejala penyakit Antraknosa ...........................................................

5
14
22
23

24
25

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
8.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Halaman
Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Kecamatan Ciasem............
Keparahan penyakit bercak coklat selama 3 minggu
pengamatan ....................................................................................
Jumlah mikroorganisme filoplan (log cfu/g daun) .........................
Hasil analisis ragam keparahan penyakit bercak coklat
pada 1 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam keparahan penyakit bercak coklat
pada 2 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam keparahan penyakit bercak coklat
pada 2 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam kejadian penyakit layu fusarium
pada 1 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam kejadian penyakit layu fusarium
pada 2 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam kejadian penyakit layu fusarium
pada 3 MSA....................................................................................
Denah lahan percobaan ..................................................................
Denah petak percobaan ..................................................................
Media biakan bakteri dan cendawan (King’s B, NA, dan
Martin Agar) ..................................................................................
Ciri morfologi koloni bakteri pada media NA ...............................
Tanaman sumber inokulum A. solani.............................................

40
41
42
42
43
43
44
44
44
45
45
46
46
46

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................
Tujuan ......................................................................................................
Manfaat Penelitian ...................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi lapang .........................................................................................
Botani tomat.............................................................................................
Penyakit bercak coklat .............................................................................
Kitin..........................................................................................................
BAHAN DAN METODE

3
3
4
6

Tempat dan Waktu ...................................................................................
Metode
Persiapan lahan..................................................................................
Pembuatan suspensi bahan alami ......................................................
Pembibitan.........................................................................................
Sumber inokulum .............................................................................
Pengujian lapang ...............................................................................
Isolasi mikroorganisme filoplan........................................................
Perawatan tanam ...............................................................................
Rancangan percobaan .......................................................................

8
8
9
9
10
10
11
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi umum ...................................................................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap keparahan penyakit bercak coklat ......................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap populasi mikroorganisme filoplan ......................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap keragaman mikroorganisme filoplan ..................................
Kejadian penyakit layu fusarium.......................................................
Penyakit lain yang ditemukan di lapang ...........................................
Pembahasan .............................................................................................

14
15
17
19
22
23
26

PENGGUNAAN TEPUNG CANGKANG RAJUNGAN DAN
TEPUNG JAMUR MERANG DALAM PENGENDALIAN
PENYAKIT BERCAK COKLAT (Alternaria solani)
PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

SUMARNY
A44102025

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PENGGUNAAN TEPUNG CANGKANG RAJUNGAN DAN
TEPUNG JAMUR MERANG DALAM PENGENDALIAN
PENYAKIT BERCAK COKLAT (Alternaria solani)
PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

SUMARNY
A44102025

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
SUMARNY. Penggunaan Tepung Cangkang Rajungan dan Tepung Jamur
Merang dalam Pengendalian Penyakit Bercak Coklat (Alternaria solani) pada
Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum). Dibimbing oleh SURYO
WIYONO.
Tujuan penelitian ini ialah mengetahui pengaruh pemberian bahan alami
antara lain tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang dalam
mengendalikan penyakit bercak coklat dan pengaruhnya terhadap mikroorganisme
filoplan.
Penelitian dilakukan di lahan seluas ± 1.000 m2. Suspensi bahan alami
dibuat dari cangkang rajungan dan jamur merang yang telah kering dan
dihaluskan hingga menjadi tepung. Konsentrasi yang digunakan adalah 1%, 0,2%
dan 0,04% (w/v). Pengujian di lapang dilakukan dengan cara menyemprotkan
suspensi tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang pada tanaman
tomat. Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu ketika tanaman berumur 3 MST
dan 4 MST. Tiga hari setelah aplikasi kedua diletakkan sumber inokulum berupa
tanaman yang terserang gejala bercak coklat, masing-masing satu tanaman
ditengah petak percobaan pada setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap
keparahan penyakit bercak coklat dan nilai AUDPC (Area Under Diseases
Progress Curve). Pengamatan juga dilakukan terhadap populasi mikroorganisme
filoplan pada umur tanaman 4 MST dan 5 MST atau satu minggu setelah aplikasi
perlakuan dan kemudian diisolasi pada media Martin Agar, King’s B dan Nutrien
Agar dengan pengenceran masing-masing 10-2,10-3,dan 10-4.
Pemberian tepung cangkang rajungan cenderung menurunkan keparahan
penyakit bercak coklat walaupun tidak berbeda nyata dengan kontrol, sebaliknya
pemberian tepung jamur merang dengan konsentrasi 1% cenderung meningkatkan
keparahan penyakit bercak coklat. Pemberian tepung cangkang rajungan
memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan pemberian tepung
jamur merang terhadap keparahan penyakit bercak coklat pada 1 MSA (minggu
setelah aplikasi). Perlakuan tepung cangkang rajungan dengan konsentrasi 1%,
0,2%, 0,04% dan perlakuan tepung jamur merang 0,04% memberikan hasil yang
berbeda nyata dengan pemberian tepung jamur merang konsentrasi 1%.
Pemberian tepung cangkang rajungan konsentrasi 0,04% menghasilkan keparahan
penyakit yang lebih rendah di bandingkan dengan perlakuan lainnya. Keparahan
penyakit bercak coklat meningkat pada minggu berikutnya dan pemberian tepung
cangkang rajungan dan tepung jamur merang pada 2 MSA dan 3 MSA tidak
berpengaruh nyata. Adanya pemberian tepung cangkang rajungan menyebabkan
populasi mikroorganisme filoplan meningkat pada 2 MSA, mikroorganisme yang
didapatkan juga memiliki keragaman yang tinggi. Selain penyakit bercak coklat,
penyakit lain yang ditemukan di lapang ialah penyakit layu fusarium, antraknosa,
kapang daun, damping off dan penyakit yang diduga disebabkan oleh virus.

Judul Penelitian : Penggunaan tepung cangkang rajungan dan tepung jamur
merang dalam pengendalian penyakit bercak coklat
(Alternaria solani) pada tanaman tomat (Lycopersicon
esculentum)
Nama

: Sumarny

NRP

: A44102025

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. Agr.
NIP. 132002572

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr.
NIP. 130422698

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 4 Oktober
1984 sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara, dari keluarga Bapak Tata
Suwarta dan Ibu Kamisi.
Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studinya di SMUN 7 Bogor dan
pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjabat sebagai pengurus
Lingkar Studi Muslim HPT (LSM HPT) pada divisi dana usaha pada tahun 2003.
Penulis juga pernah menjadi panitia pada masa perkenalan departeme n (MPD)
tahun ajaran 2004 dan panitia pada Jambore Pertanian 2004. Pada tahun
2004/2005 penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Nematologi Tumbuhan,
Metode Statistika I, dan mata kuliah Hama dan Penyakit Hortikultura. Dan pada
tahun 2006, penulis menyelesaikan tugas akhirnya yang berjudul Penggunaan
tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang dalam pengendalian penyakit
bercak coklat (Alternaria solani) pada tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebagai pemilik
alam semesta atas nikmat, karunia dan ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini yang berjudul Penggunaan tepung cangkang rajungan dan tepung jamur
merang dalam pengendalian penyakit bercak coklat (Alternaria solani) pada
tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). Shalawat beserta salam semoga
terlimpah kepada Rosulullah SAW, beserta keluarga, para sahabat dan umatnya
hingga akhir jaman.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini telah dilaksanakan dari
bulan Februari 2006 hingga April 2006 di Desa Pinangsari, Kecamatan Ciasem,
Subang, Jawa Barat, Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi
Tanaman, dan Laboratorium Balai Besar Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman
Pangan dan Hortikultura Jatisari, Karawang, Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Suryo Wiyono,
MSc.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan yang diberikan selama penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya. Terima kasih juga kepada
Dr. Ir. Nina Maryana, MSi sebagai dosen penguji tamu, kepada Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) Nastari dan Balai Besar Peramalan Hama dan
Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jatisari terima kasih atas kerja
samanya. Untuk A.A Hendrayana, Mas Ali dan Ibu Lilik yang selalu setia
membantu penulis selama penelitian berlangsung, juga kepada Mas Enno yang
selalu memberikan dukungan dan semangat.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang tua (Ibu dan Bapak) serta keluarga atas semua doa,
motivasi dan pengorbanannya. Terima kasih juga kepada keluarga Bapak Endin
yang telah bersedia menerima penulis tinggal selama penelitian dan pada warga
Desa Pinangsari, Subang. Untuk teman teman HPT39 (apri, maya, mia, ela, nisa
dan sinta) terima kasih telah menjadi teman dan sahabat yang baik, juga kepada
seluruh teman teman HPT39 yang tidak dapat disebut satu per satu, semoga kita
bisa berkumpul kembali. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan saran dan masukan sebagai perbaikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amiin.

Bogor, Mei 2006

Penulis

DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

Halaman
Teks
Hasil analisis nutrisi jamur merang di Laboratorium Food and
Nutrion Research Institute Philiphine ............................................
Dosis dan waktu pemupukan tanaman tomat.................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur
merang terhadap keparahan penyakit bercak coklat .....................
Keparahan penyakit bercak coklat pada tiga bagian
kanopi tanaman ............................................................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap populasi mikroorganisme filoplan pada daun tomat
( 4 MST dan 5 MST) .....................................................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap keragaman mikroorganisme filoplan ..............................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap kejadian penyakit layu fusarium………………………..

7
12
16
17

18
20
22

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman
Teks

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Struktur khitin ................................................................................
Kondisi lahan pertanaman tomat umur 6 MST ..............................
Gejala penyakit layu fusarium pada tanaman tomat ......................
Gejala penyakit yang diduga disebabkan oleh virus ......................
Gejala penyakit rebah kecambah (damping off) ............................
Gejala penyakit Antraknosa ...........................................................

5
14
22
23
24
25

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
8.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Halaman
Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Kecamatan Ciasem............
Keparahan penyakit bercak coklat selama 3 minggu
pengamatan ....................................................................................
Jumlah mikroorganisme filoplan (log cfu/g daun) .........................
Hasil analisis ragam keparahan penyakit bercak coklat
pada 1 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam keparahan penyakit bercak coklat
pada 2 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam keparahan penyakit bercak coklat
pada 2 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam kejadian penyakit layu fusarium
pada 1 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam kejadian penyakit layu fusarium
pada 2 MSA....................................................................................
Hasil analisis ragam kejadian penyakit layu fusarium
pada 3 MSA....................................................................................
Denah lahan percobaan ..................................................................
Denah petak percobaan ..................................................................
Media biakan bakteri dan cendawan (King’s B, NA, dan
Martin Agar) ..................................................................................
Ciri morfologi koloni bakteri pada media NA ...............................
Tanaman sumber inokulum A. solani.............................................

40
41
42
42
43
43
44
44
44
45
45
46
46
46

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................
Tujuan ......................................................................................................
Manfaat Penelitian ...................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi lapang .........................................................................................
Botani tomat.............................................................................................
Penyakit bercak coklat .............................................................................
Kitin..........................................................................................................
BAHAN DAN METODE

3
3
4
6

Tempat dan Waktu ...................................................................................
Metode
Persiapan lahan..................................................................................
Pembuatan suspensi bahan alami ......................................................
Pembibitan.........................................................................................
Sumber inokulum .............................................................................
Pengujian lapang ...............................................................................
Isolasi mikroorganisme filoplan........................................................
Perawatan tanam ...............................................................................
Rancangan percobaan .......................................................................

8
8
9
9
10
10
11
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi umum ...................................................................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap keparahan penyakit bercak coklat ......................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap populasi mikroorganisme filoplan ......................................
Pengaruh tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang
terhadap keragaman mikroorganisme filoplan ..................................
Kejadian penyakit layu fusarium.......................................................
Penyakit lain yang ditemukan di lapang ...........................................
Pembahasan .............................................................................................

14
15
17
19
22
23
26

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .............................................................................................
Saran ........................................................................................................

33
34

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

35

LAMPIRAN .....................................................................................................

38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan sumber gizi yang penting bagi kesehatan. Kandungan
berbagai zat gizi yang ada dalam sayuran sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
dalam pemeliharaan kesehatan. Salah satu sayuran yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia ialah tomat (Lycopersicon esculentum Mill./Syn.) yang
memiliki kandungan gizi yang lengkap. Umumnya tomat dikonsumsi sebagai
buah segar, bahan tambahan sayuran, minuman, serta dalam bidang industri
seperti pembuatan saus, kosmetik dan lain-lain.
Sentra produksi tomat di dunia ialah Taiwan, sedangkan di Indonesia
berada di daerah Jawa Barat, Sumatra Utara dan Jawa Timur, dengan produksi
menurut provinsi tahun 2004 adalah 240.605 ton, 89.670 ton dan 54.819 ton
(Deptan 2005).
Produksi yang tinggi serta kualitas yang baik dari buah tomat sangat
tergantung dari cara budidaya, varietas tanaman, faktor lingkungan serta hama dan
penyakit yang menyerang. Salah satu penyakit utama pada tanaman tomat adalah
penyakit bercak coklat yang disebabkan oleh cendawan Alternaria solani.
Penyakit ini merupakan penyakit umum yang tersebar luas di berbagai negara
penanam tomat (Semangun 2000).
Pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit bercak coklat
diantaranya ialah rotasi tanaman, penggunaan varietas tahan, pemupukan
seimbang dan pengendalian kimia dengan menggunakan fungisida. Beberapa
fungisida yang digunakan untuk mengendalikan penyakit bercak coklat ialah
khlorothalonil, maneb, mancozeb, dan kaptafol (Cahyono 1998). Masalah yang
dihadapi dari adanya penggunaan fungisida yakni bisa menimbulkan dampak yang
negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran, resistensi patogen dan dampak
terhadap organisme non-sasaran, oleh karena itu perlu adanya teknik lain yang
lebih ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit
tersebut.
Salah satu alternatif pengendalian yang dapat digunakan adalah dengan
pemberian bahan alami yang mengandung khitin pada tanaman yang bertujuan

2

untuk mengaktifkan dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme filoplan
sehingga dapat menjadi antagonis bagi patogen. Penggunaan khitin secara tidak
langsung berperan dalam menekan perkembangan penyakit. Khitin merupakan
sumber nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme filoplan untuk tumbuh.
Dengan meningkatnya mikroorganisme filoplan di permukaan daun diharapkan
dapat berkompetisi dengan mikroorganisme patogen sehingga dapat menekan
perkembangan penyakit. Dalam bidang pertanian khitin telah digunakan untuk
mengendalikan beberapa patogen penyebab penyakit tumbuhan.
Menurut Benhamou et al. (1992) khitosan (senyawa turunan dari khitin)
yang diberikan dengan penyemprotan lewat akar dan daun, ternyata dapat
menurunkan jumlah akar yang rusak karena cendawan dan secara drastis
meningkatkan pembentukan penghambatan fisik dalam jaringan akar yang
terinfeksi. Penelitian yang dilakukan oleh Suyetty (2005) menunjukkan adanya
pengaruh senyawa biopolimer salah satunya khitin dalam mengendalikan penyakit
bercak ungu pada tanaman bawang merah yang diaplikasikan lewat

daun.

Mengingat beberapa potensi khitin dalam pengendalian penyakit tumbuhan, maka
perlu dilakukan penelitian terhadap bahan-bahan yang mengandung khitin
tersebut untuk mengendalikan penyakit bercak coklat pada tanaman tomat.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan
alami antara lain tepung cangkang rajungan dan tepung jamur merang dalam
mengendalikan penyakit bercak coklat (A. solani) pada pertanaman tomat di
lapang dan pengaruhnya terhadap mikroorganisme filoplan.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai
konsentrasi bahan alami yang efektif untuk menekan penyakit bercak coklat (A.
solani) sehingga dapat dikembangkan menjadi pengendalian alternatif pengganti
fungisida.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Lahan
Percobaan dilakukan di lahan penelitian Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) Nastari, di Desa Pinangsari, Kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat. Desa
Pinangsari terlatak pada ketinggian tempat 10 m dpl dengan curah hujan rata-rata
per tahun adalah 958,8 mm, kelembaban udara antara 40-60% dan suhu udara
rata-rata 30-35 °C (pada siang hari) dan 22-28 °C (pada malam hari). Jenis tanah
pada lahan percobaan ialah aluvial dengan pH tanah antara 4,3 – 5,5. Percobaan
dilaksanakan pada bulan Februari 2006 hingga April 2006 yang merupakan
musim peralihan antara musim hujan dan musim kemarau.
Tanaman padi merupakan tanaman utama yang banyak ditanam oleh
petani sekitar. Hampir 70% dari luas wilayah ditanami padi sawah. Selain padi
petani juga menanam kacang panjang, mentimun dan emes sebagai komoditas
lain. Untuk tanaman sayuran biasanya petani hanya menanam di sekitar
pekarangan rumah. Luas lahan untuk bertanam sayuran hanya sekitar 3% dari luas
wilayah keseluruhan (UPP 2006).

Botani Tomat
Di dalam taksonomi tumbuhan, tomat diklasifikasikan ke dalam Kelas
Dikotyledonae,

Famili

Solanaceae,

Genus

Lycopersicon,

dan

Spesies

Lycopersicon esculentum Mill./Syn. Tanaman berbentuk perdu atau semak,
berdaun majemuk, anak daun tersusun di kanan-kiri, batang keras, berbulu dan
memiliki aroma yang khas. Akar tanaman tomat berbentuk serabut dan menyebar
ke segala arah. Kemampuan menembus lapisan tanahnya terbatas, yakni pada
kedalaman 30-70 cm (Wiryanta 2002). Bunga tanaman tomat berwarna kuning
yang tumbuh secara berkelompok antara 5-10 bunga. Buah tomat berwarna merah
menyerupai apel dengan ukuran yang berbeda sesuai dengan varietasnya.
Biasanya tomat banyak ditanam oleh petani di daerah dataran tinggi
dengan kisaran ketinggian 1.000-1.250 m dpl. Namun dewasa ini telah
dikembangkan varietas tomat yang cocok untuk ditanam di dataran rendah. Suhu
ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24-28°C dan kelembaban sekitar

4

80% (Wiryanta 2002). Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
tanaman rentan terserang penyakit.

Penyakit Bercak Coklat
Arti Penting
Penyakit bercak coklat atau disebut juga sebagai penyakit early blight,
yang disebabkan oleh cendawan A. solani banyak ditemukan pada pertanaman
tomat di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Penyakit ini merupakan
penyakit umum yang menyerang tanaman terutama tanaman semusim.
Pada tahun 1944, penyakit ini menjadi endemik di negara Inggris bagian
selatan (Walker 1952). Di daerah beriklim sedang penyakit ini lebih dahulu
menyerang daripada Phytophthora, karena itu disebut “ early blight ” (Harjadi &
Sunaryono 1989). Penyakit bercak coklat telah tersebar ke seluruh daerah
penanaman kentang di dunia seperti Amerika Serikat, Kanada, Indonesia,
Australia, Selandia Baru, dan negara lainnya (Pracaya 2003). Selain menyerang
tanaman tomat dan kentang penyakit ini juga dapat menyerang tanaman Crucifer,
tanaman hias serta tanaman tahunan seperti jeruk dan apel.

Gejala Penyakit
Gejala penyakit yang disebabkan oleh A. solani yaitu pada permukaan
daun terdapat bercak berwarna coklat tua hingga hitam dan memiliki lingkaran
klorotik di sekitar bercak (halo). Gejala khas dapat dilihat adanya lingkaranlingkaran konsentris di sekitar bercak yang biasa disebut target board (Semangun
2000). Bercak awalnya kecil berbentuk bulat dan bersudut

kemudian akan

berkembang. Gejala lanjut dapat menimbulkan daun mengering dan akhirnya
mati. Penyakit ini juga dapat menyebabkan hawar pada kentang, wortel dan
tanaman Crucifer lainnya (Agrios 1997).
Selain di daun cendawan ini juga dapat menyerang buah yang
menyebabkan gejala buah seperti terbakar (sunscald) (Chupp 1960), dengan area
yang cekung dan berwarna hitam (Villareal 1979). Pada stadium muda (di
pembibitan) penyakit ini dapat menyebabkan bercak batang dan collar rot
(Villareal 1979).

5

Siklus Penyakit
Beberapa sifat dari cendawan A. solani antara lain mempunyai miselium
berwarna gelap (coklat tua), konidiofor pendek, kaku dengan tunggal atau
berangkai. Konidia seperti buah pir dan memiliki sekat melintang dan membujur
(Alexopoulos 1979). Konidia ini akan berkecambah dan menginfeksi tanaman
secara langsung atau

melalui luka kemudian menginfasi ke dalam jaringan

tanaman. Patogen akan berkembang di dalam jaringan tanaman yang akan
menyebabkan gejala bercak coklat (Agrios 1997).
Spora akan dihasilkan kembali pada kondisi tertentu. Kondisi yang lembab
dan banyak hujan menyebabkan produksi spora berlimpah (Walker 1952).
Kemudian spora akan terbawa oleh angin atau percikan air dan akan menginfeksi
kembali ke tanaman lainnya. A. solani biasanya bertahan pada sisa tanaman sakit
dan pada benih tomat.

Khitin
Khitin adalah senyawa biopolimer dengan ikatan β (1-4) monomer Nasetil glukosamin (C8H12NO5) yang berupa serat mirip selulosa, tidak bercabang,
tetapi berupa rantai panjang yang terdiri atas 2.000-5.000 unit monomer. Struktur
khitin sama dengan selulosa, dimana ikatan yang terjadi antara monomernya
terangkai dengan glukosida pada posisi β (1-4). Perbedaannya dengan selulosa
ialah gugus hidroksil yang terikat pada atom no.2 pada khitin digantikan oleh
gugus asetamina (-NHCOCH 3) sehingga khitin menjadi sebuah polimer berunit
N-Asetil glukosamin (Muzzareli dan Joles dalam Setyahadi 2006). Khitin dapat
ditemukan pada hewan golongan Mollusca, Nematoda, Anellida, Colenterata dan
beberapa kelas serangga (Wibowo 2006).
CH2OH

OH

CH2OH

OH
n

NHCOCH 3

NHCOCH 3

Gambar 1 Struktur khitin ( Muzzareli dan Joles dalam Setyahadi (2006))

6

Khitin telah banyak digunakan dalam bidang industri, bioteknologi dan
dalam bidang pertanian, khitin digunakan untuk menekan perkembangan
penyakit. Menurut Benhamou et al. (1994) pemberian khitin pada benih tomat
dapat menurunkan jumlah akar yang terinfeksi akibat Fusarium oxysporum.
Enzim kitinase juga berperan dalam pengendalian penyakit tanaman. Kitinase
yang dihasilkan oleh setiap organisme berbeda, tergantung pada substrat dan
fungsinya pada organisme tersebut. Pada bakteri kitinase berperan dalam proses
metabolisme sumber energi dan melawan parasit, pada cendawan, protozoa dan
invetrebrata kitinase berperan dalam morfogenesis sedangkan dalam vertebrata
dan tanaman kitinase berperan dalam sistem pertahanan (Patil et al 2000).
Aplikasi khitin dapat dilakukan dengan memberikan khitin ke dalam tanah,
sebagai seed coating atau diaplikasikan langsung ke daun.

Rajungan
Rajungan (Portunus sp.) merupakan salah satu produk perikanan yang saat
ini mengalami peningkatan produksi sehingga volume limbah yang dihasilkan
juga meningkat. Limbah cangkang rajungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
khitin yang saat ini banyak digunakan sebagai pengendalian patogen penyakit
tumbuhan.
Cangkang rajungan memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi,
diantaranya Ca, Cu, Fe, Zn, Mn, Mg dan polisakarida berupa khitin. Hewan
golongan Crustacea mengandung khitin sebanyak 40-60% bobot keringnya,
sedangkan dalam cangkang rajungan sendiri kandungan khitinnya mencapai 70%
(Anonim 2005). Pengolahan khitin lebih lanjut melalui proses demineralisasi dan
deproteinasi yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan mineral dan
kandungan protein (Hardjito 2006).

Jamur Merang
Jamur termasuk kedalam golongan fungi atau cendawan yang membentuk
tubuh buah yang berdaging. Ordo Agaricales merupakan salah satu ordo terbesar
yang dapat tumbuh dan menyebar luas pada berbagai habitat (Sinaga 1999). Salah
satunya ialah Jamur merang (Volvariella volvaceae) yang paling dikenal terutama

7

untuk masyarakat Asia Tenggara. Komposisi dari jamur merang mengandung
lemak, protein dan kandungan air yang tinggi. Khitin juga ditemukan di dalam
dinding sel jamur dan cendawan. Kandungan total glukosamin pada batang jamur
atau cendawan ialah 7,14% (bobot kering) setelah panen dan kandungan kasar
khitin pada jamur yang masih segar berkisar antara 0,65-1,15 % (Anonim 2005).
Jamur merang mempunyai kandungan asam amino yang tinggi. Senyawasenyawa karbohidrat yang terkandung dalam jamur merang meliputi gula reduksi,
gula amino, gula alkohol maupun gula asam. Fraksi protein maupun non protein
yang mengandung nitrogen dari jamur sangat mempengaruhi cita rasa jamur
(Julianti 1997).

Tabel 1 Hasil analisis nutrisi jamur merang di Laboratorium Food and Nutrion
Research Institute Philiphine
Kondisi segar

Dikeringkan 105 °C

87,7

14,9

Energi (kal)

39,0

274,0

Protein

3,8

16,0

Lemak (g)

0,6

0,9

Total karbohidrat (g)

6,0

64,6

Serat (g)

1,2

4,0

Abu (g)

1,0

3,6

Kalsium (mg)

3,0

51,0

posfor (mg)

94,0

223,0

Besi (mg)

1,7

6,7

Thiamin (mg)

0,11

0,09

Riboflavin (mg)

0,17

1,06

Niacin (mg)

8,3

19,7

Asam askorbat (mg)

8,0

-

Nutrien / 100 g jamur
merang
Air (%)

Sumber : Setiawan 1986 dalam Julianti 1997

8

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) Nastari di Desa Pinangsari, Kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat.
Untuk pengujian laboratorium dilakukan di Laboratorium Balai Besar Peramalan
Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Jatisari, Karawang, Jawa
Barat. Penelitian dimulai dari bulan Februari 2006 hingga April 2006.

Metode
Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan adalah lahan sawah yang diberakan terlebih dahulu
selama 2 bulan. Luas lahan tanaman tomat yang diusahakan adalah ± 1.000 m2.
Pengolahan lahan meliputi pembersihan lahan, pencangkulan, dan pembuatan
bedengan. Pembersihan lahan bertujuan untuk menghilangkan gulma atau
tanaman lain yang berada di lahan, pencangkulan dilakukan satu minggu setelah
pembersihan lahan, hal ini dimaksudkan untuk menggemburkan tanah dan
pembalikan tanah.
Kemudian dua minggu setelah pencangkulan dilakukan pembuatan petakan
sebanyak 28 petak. Untuk setiap perlakuan dibuat masing-masing satu petak ( 5m
x 5m ), antar petak yang satu dengan petak lainnya dibuat parit dengan lebar 45
cm sebagai aliran air. Di dalam petak dibuat bedengan-bedengan. Lebar setiap
bedengan adalah 60 cm. Tinggi bedengan antara 30-50 cm, jarak tanam yang
digunakan adalah 50 cm, sehingga dalam satu petak terdapat 5 bedengan dengan
10 tanaman contoh per bedengan. Jumlah tanaman dalam satu petak adalah 50
tanaman, dan total tanaman seluruhnya yaitu 1.400 tanaman tomat. Pupuk bokashi
diberikan 3 hari sebelum tanam. Pupuk bokashi ini diberikan langsung ke dalam
lubang tanam dengan dosis 250 g per lubang tanam atau sekitar 350 kw/1.000 m2
.

9

Pembuatan Suspensi Bahan Alami
Suspensi Tepung Cangkang Rajungan
Suspensi tepung cangkang rajungan yang digunakan adalah konsentrasi
0,04%, 0,2% dan 1% (w/v). Suspensi ini dibuat dari cangkang rajungan yang
dibersihkan terlebih dahulu dan dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah
kering dihaluskan dengan menggunakan blender, ditumbuk dengan mortar
kemudian disaring hingga menjadi tepung cangkang rajungan.
Konsentrasi 0,04%; 0,2 % dan 1% masing-masing dibuat dengan
menambahkan 0,5 g, 2,5 g dan 12,5 g tepung cangkang rajungan dengan 1,25 L
air dan larutan Tween 80 0,2%.

Suspensi Tepung Jamur Merang
Suspensi tepung jamur merang dibuat dari jamur merang yang telah
dikeringkan dibawah sinar matahari kemudian diblender dan ditumbuk dengan
mortar hingga halus kemudian disaring. Konsentrasi yang digunakan sama dengan
konsentrasi suspensi tepung cangkang rajungan yaitu 0,04%; 0,2% dan 1%, dibuat
dengan mencampurkan masing-masing 0,5 g; 2,5 g dan 12,5 g tepung jamur
merang dengan 1,25 L air dan larutan Tween 80 0,2%.

Pembibitan
Benih yang digunakan adalah varietas Kirana. Pembibitan dilakukan
dengan menggunakan wadah plastik yang berukuran 40 cm x 20 cm, polibag
ukuran 15 cm x 10 cm, plastik transparant ukuran 5 cm x 10 cm, dan daun pisang
dengan diameter 5 cm. Media tanam untuk pembibitan adalah tanah dan pupuk
Bokashi dengan perbandingan 2:1.
Setelah berumur 2 MSS maka bibit yang berada dalam wadah plastik
dipindahkan ke dalam polibag ukuran 15 cm x 10 cm yang berisi media yang
sama sebanyak 0,5 kg. Bibit tomat yang dipindahkan ke lahan pertanaman
berumur 3 MSS (minggu setelah semai).

10

Sumber Inokulum
Sumber inokulum diperoleh dari inokulasi suspensi A. solani pada
tanaman tomat yang berada di dalam polibag. Sebanyak 2 g daun yang
menunjukan gejala bercak daun dicampur dengan 1 l air, kemudian dikocok
hingga rata. Suspensi ini diinokulasi pada tanaman tomat yang berumur 4 MSS
(minggu setelah semai) yang berada dalam polibag berukuran 2 Kg media (tanah
dan pupuk bokashi 2:1). Volume semprot adalah 50 ml / tanaman. Penyemprotan
dilakukan pada sore hari. Tanaman yang telah diinokulasi disungkup dengan
kantung plastik transparan selama 16 jam untuk menjaga kelembaban dan
merangsang petogen agar berpenetrasi. Tanama n ini dipindahkan ke lapang
setelah umur 6 MST.
Pengujian di Lapang
Pengujian di lapang dilakukan pada lahan pertanaman tomat yang berumur
3 dan 4 MST atau 6 dan 7 MSS dengan disemprot bahan alami (suspensi tepung
cangkang rajungan dan tepung jamur merang dengan konsentrasi 1%, 0,2% dan
0,04% (w/v)) dengan 4 ulangan dan air sebagai kontrol, aplikasi penyemprotan
dilakukan dua kali yaitu pada umur 3 MST dan 4 MST. Pada umur 5 MST
dilakukan Inokulasi A. solani dengan cara meletakan sumber inokulum (tanaman
yang terserang A. solani) di tengah petak pada setiap perlakuan masing-masing
satu tanaman.
Penyemprotan suspensi tepung cangkang rajungan dan tepung jamur
merang dilakukan dengan menggunakan knapsack handsprayer dengan volume
semprot 500 l/ha atau 1,25 l / 25 m2. Pengamatan dimulai 1 minggu setelah
aplikasi kedua selama 3 minggu berturut-turut dengan menghitung keparahan
penyakit bercak coklat, dengan rumus:
KP = ∑ ni x vi x 100%
NxV
KP = keparahan penyakit
ni = jumlah contoh dengan nilai numerik kategori ke-i
vi = nilai numerik kategori serangan ke-i
N = jumlah contoh yang diamati
V = nilai numerik kategori tertinggi

11

Nilai numerik (v) kategori serangan ditentukan berdasarkn persentase
bercak (x) pada daun yaitu v=0 bila x=0 (tidak bergejala); v=1 bila 0 < x = 5%;
v=2 bila 5 < x = 20%; v=3 bila 20 < x =50% dan v=4 bila x = 50%. Untuk
mengetahui besarnya keparahan penyakit selam 3 minggu periode pengamtan
maka dihitung juga nilai AUDPC (Area Under Progress Disease Curve) yang
dinyatakan dengan % minggu dengan rumus :
AUDPC = [ S Dsi x (t i - t i-1 )

] /2

Keterangan :
Dsi = keparahan penyakit pada pengamatan ke-i (%)
t i = pengamatan ke-i
t i-1 = pengamatan terakhir sebelum pengamatan ke-i.
Isolasi Mikroorganisme Filoplan
Isolasi mikroorganisme filoplan dari daun pada setiap perlakuan dilakukan
untuk mengetahui jumlah dan jenis mikroorganisme tersebut pada setiap
perlakuan. Daun yang akan diisolasi diambil saat pengamatan intensitas penyakit
pada minggu pertama dan kedua setelah aplikasi (1MSA dan 2 MSA). Sebanyak
0,1 g potongan daun dari setiap perlakuan dimasukan ke dalam 10 ml air steril
(pengenceran 10-2 ) dan dikocok dengan menggunakan shaker (pengocok) 109
rpm selama 1 jam pengenceran dilakukan hingga konsentrasi 10-4. Suspensi
dengan konsentrasi 10-2 , 10-3 dan 10 -4 masing-masing diambil sebanyak 0,1 ml
lalu disebar rata dengan menggunakan perata gelas masing-masing pada
permukaan medium Martin Agar (pengenceran 10 -2 ), King’s B (pengenceran 10 -3
) dan Nutrien Agar (pengenceran 10-4 ). Kemudian diinkubasikan selama 24 - 36
jam, lalu jumlah koloni tunggal yang tumbuh pada permukaan masing-masing
medium dihitung untuk mengetahui jumlah total mikroorganisme pada setiap
perlakuan. Untuk mengetahui jenis dari setiap koloni yang tumbuh, dilakukan
pengamatan terhadap bentuk, tepian, elevasi dan warna dari setiap koloni.
Kepadatan populasi koloni yang tumbuh dihitung dengan rumus jumlah koloni
(Hadioetomo 1990).

∑ koloni =

1/ faktor pengenceran x ∑ koloni tunggal yang tumbuh
volume yang disebar (ml)

12

Perawatan Tanaman
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk tunggal ZA, SP36 dan
KCL, dan dilakukan dengan 4 kali pemupukan (Tabel 2).
Dosis : ZA

= 200 hg/ha

SP36 = 170 kg/ha
KCl = 120 kg/ha
Table 2 Dosis dan waktu pemupukan tanaman tomat.
Jenis

Pemupukan I

Pemupukan II

Pemupukan III

Pemupukan IV

Pupuk

2 MST

4 MST

7 MST

10 MST

ZA

25%

25%

25%

25%

125 g/25 m2

125 g/25 m2

125 g/25 m2

125 g/25 m2

-

-

-

-

SP36

50%

50%
2

2

212,5 g/25 m

212,5 g/25 m

50%

50%

150 g/25 m2

150 g/25 m2

KCL

Cara aplikasi :
Semua jenis pupuk (ZA, SP36 dan KCl ) dicampur rata, kemudian
diberikan masing- masing 10 g per tanaman. Pupuk diberikan pada lubang pupuk
sedalam 5 cm dengan jarak 5 cm dari tanaman. Lubang pupuk dibuat dengan
menggunakan tugal. Aplikasi pemupukan dilakukan pada pagi hari.
Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk pembentukan tanaman tomat, agar
pertumbuhan tanaman optimum. Pemangkasan dilakukan pada tunas air yang
tumbuh pada ketiak cabang tanaman. Pemangkasan dilakukan pada semua tunas
air kecuali tunas yang tumbuh di bawah tandan bunga pertama. Pemangkasan
berpengaruh terhadap pembentukan tandan yang dapat meningkatkan jumlah
bunga sehingga pembentukan buah tomat pun dapat meningkat.
Pemasangan Tiang Penguat
Pemasangan tiang penguat bertujuan untuk membantu menegakkan
tanaman, mencegah tanaman roboh karena beban tanaman dan oleh tiupan angin,

13

mengoptimalkan sinar matahari yang diperlukan tanaman, membantu penyebaran
daun dan mengatur pertumbuhan tunas dan ranting. Pemasangan tiang dilakukan
pada tanaman tomat berumur 6 MST dengan menggunakan turus bambu setinggi
150 cm. Tiang penguat dipasang 10-15 cm dari tanaman dengan sistem tunggal
(satu tiang untuk satu tanaman).
Pengairan / Penyiraman
Pengairan dilakukan dengan sistem perendaman, yaitu mengalirkan air
melalui parit-parit diantara bedengan. Tinggi air untuk setiap bedengan tidak lebih
dari setengah dari tinggi bedengan. Jika terjadi kekeringan pada permukaan
bedengan maka dilakukan penyiraman terhadap tanaman selama 2 hari sekali.
Namun jika turun hujan, penyiraman tidak dilakukan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila gulma telah tumbuh tinggi. Penyiangan
dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh dekat tanaman
tomat, karena gulma dapat menjadi inang dari hama atau penyakit tanaman.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan disusun dengan menggunakan rancangan acak
kelompok dengan 7 perlakuan yaitu perlakuan tepung cangkang rajungan dengan
konsentrasi 0,04%, 0,2% dan 1