Budidaya anggrek phalaenopsis Produksi bibit anggrek phalaenopsis untuk ekspor di PT. Eka Karya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat

(1)

BUDIDAYA ANGGREK PHALAENOPSIS: PRODUKSI BIBIT

ANGGREK PHALAENOPSIS UNTUK EKSPOR DI PT. EKA

KARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT

OLEH GUSTIN A24051820

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

BUDIDAYA ANGGREK PHALAENOPSIS: PRODUKSI BIBIT

ANGGREK PHALAENOPSIS UNTUK EKSPOR DI PT. EKA

KARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh Gustin A24051820

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

RINGKASAN

GUSTIN. Budidaya Anggrek Phalaenopsis: Produksi Bibit Anggrek Phalaenopsis untuk Ekspor di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat. Dibimbing oleh AGUS PURWITO dan DEWI SUKMA.

Magang ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan keterampilan dalam penanganan produksi bibit anggrek Phalaenopsis untuk tujuan ekspor. Kegiatan magang dilaksanakan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat, selama empat bulan mulai 12 Februari sampai dengan 12 Juni 2009.

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek budidaya dalam produksi bibit tanaman anggrek Phalaenopsis dan aspek manajerial dengan melaksanakan beberapa tingkat jabatan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh meliputi jumlah tanaman ekspor, jumlah tanaman yang tidak lolos quality control, persentase serangan hama dan penyakit tanaman pada tanaman yang akan diekspor sesuai dengan tanaman contoh yang diambil, dan pengendalian hama dan penyakit dengan peubah yang diamati yaitu jenis pestisida, dosis, konsentrasi dan volume semprot, serta intensitas penyemprotan. Selain itu, data beberapa kegiatan ekspor dikelompokkan berdasarkan umur tanaman dan jenis tanaman ekspor berdasarkan warna bunga. Data pengkelasan (grading) tanaman ekspor, kegiatan pengemasan (packing) tanaman ekspor serta jumlah tenaga kerja (HK) yang digunakan pada kegiatan ekspor. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen, arsip perusahaan dan dokumentasi lainnya. Analisis data dilakukan terutama pada data primer. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan perhitungan matematis sederhana meliputi nilai rata-rata dan persentase.

Hasil pengamatan selama kegiatan magang menunjukkan bahwa perbedaan pembibitan atau aklimatisasi antara tanaman peruntukan lokal dan peruntukan ekspor terletak pada asal bibit dan jenis media. Pada tanaman peruntukan lokal digunakan asal bibit seedling dengan media moss China. Pada tanaman peruntukan ekspor digunakan asal bibit mericlone dengan media moss

Chili. Penanganan pasca panen antara tanaman peruntukan lokal dan ekspor pun berbeda. Penanganan pasca panen pada tanaman peruntukan ekspor meliputi


(4)

sterilisasi Green House, bed dan ruang packing, pemindahan tanaman ekspor, sterilisasi tanaman, quality control tanaman ekspor, pelepasan media tanaman, pembersihan daun, pelayuan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengelapan daun serta pengemasan tanaman. Penanganan pasca panen pada tanaman peruntukan lokal tidak dilakukan perlakuan seperti pada penjualan ekspor. Penanganan pasca panen yang dilakukan hanya quality control dan pengemasan tanaman. Pengemasan berlangsung dalam Green House. Jenis kemasan untuk pengiriman tanaman ke Cipamingkis yaitu untuk produksi lokal menggunakan keranjang dan untuk penjualan lokal menggunakan kardus karton. Pada penjualan ekspor digunakan jenis kemasan kardus karton bersih dan steril yang tidak memiliki lubang.

Pemeliharaan tanaman peruntukan lokal dan peruntukan ekspor tidak terdapat perbedaan. Aplikasi penambahan unsur hara mikro pada pemupukan bertujuan agar tanaman tahan terhadap hama dan penyakit serta daun pada tanaman tidak mudah menguning. Aplikasi pestisida pada tanaman sebelum ekspor dilakukan empat kali lebih banyak daripada saat pemeliharaan tanaman.

Persentase terbesar tanaman yang tidak lolos quality control rata-rata pada tanaman ukuran 3.5” yaitu pada tanaman dengan bunga warna putih. Timbulnya embun jelaga pada tanaman tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman. Terdapat kelebihan prestasi kerja dan jumlah tanaman/HK karyawan pada quality control tanaman ekspor yang merupakan peningkatan prestasi kerja yang baik. Perencanaan produksi penting dilakukan terutama dalam suatu usaha tani anggrek Phalaenopsis. Tanaman yang diproduksi pada usaha tani dilebihkan 26.2% dari jumlah penjualan sehingga ketersediaan tanaman sesuai pada saat penjualan tanaman. Perencanaan produksi juga berpengaruh pada biaya produksi yaitu dalam perhitungan analisis usaha.


(5)

Judul : BUDIDAYA ANGGREK PHALAENOPSIS : PRODUKSI BIBIT ANGGREK PHALAENOPSIS UNTUK EKSPOR DI PT. EKAKARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT

Nama : Gustin

NRP : A24051820

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) (Dr. Dewi Sukma, SP., Msi) NIP. 19611101 198703 1 003 NIP . 19700404 199702 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) NIP. 19611101 198703 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Agustus 1987 di Jakarta. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Jusman Seisira dan Ibu Astutie.

Tahun 1993 penulis lulus dari TK Aisyiyah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Pengadilan 1 Bogor dan pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTPN 8 Bogor. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 2 Bogor dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis diterima kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, dengan minor Ekonomi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON). Pada tahun 2008/2009 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah, dan hidayah sehingga kegiatan magang ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan magang yang berjudul ’Budidaya Anggrek Phalaenopsis: Produksi Bibit Anggrek Phalaenopsis untuk Ekspor di PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat’ ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui produksi bibit anggrek Phalaenopsis untuk tujuan ekspor. Karya ilmiah ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr dan Dr. Dewi Sukma, SP, Msi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada PT Ekakarya Graha Flora yang telah menerima penulis dan memberikan bantuan selama pelaksanaan magang.

Semoga laporan magang ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2009


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabatnya. Pada kesempatan ini, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Almarhum Bapak, mamah, mas Ian, mas Eko, Melati serta seluruh keluarga besar penulis atas segala do’a, kasih sayang, dan dukungan yang tidak henti sampai saat saat ini.

2. Dr. Ir. Sandra Arifin Azis, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji atas bimbingan selama ini serta masukan yang sangat berarti. 3. Pak Agung selaku pembimbing magang, Pak Hermanu, Bu Tety, Pak Rudy

dan karyawan PT Ekakarya Graha Flora atas waktu dan bantuan serta yang telah diberikan selama pelaksanaan magang.

4. Dini, Oonk, Dito, a’ Igit, Nca, Ajeng dan teman-teman lainnya atas dorongan semangat, bantuan dan segala doanya.

5. Mahasiswa/i Agronomi dan Hortikultura 42 atas dedikasinya kepada penulis dengan segala bantuan, kritik dan saran yang diberikan serta ilmunya yang bermanfaat.

Semoga segala dukungan dan bantuan baik moril maupun materi yang diberikan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Anggrek Phalaenopsis ... 3

Pembibitan ... 4

Penyiraman ... 5

Pemupukan ... 5

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman ... 6

Standar Mutu Ekspor ... 7

Pengemasan ... 8

METODOLOGI ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Metode Pelaksanaan ... 10

Pengumpulan Data ... 11

Analisis Data ... 12

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 13

Sejarah Perusahaan ... 13

Letak Geografis ... 13

Topografi dan Iklim ... 14

Luas Areal dan Inventarisasi Bangunan ... 14

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 15

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 15

PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS BUDIDAYA ... 17

Penanaman ... 17

Pemeliharaan Tanaman ... 25

Pengkelasan (Grading) Tanaman ... 36

Stok Kontrol Tanaman ... 42

Panen dan Pasca Panen ... 44

Quality Control ... 55

PELAKSANAAN KEGIATAN MANAJERIAL ... 57

Pendamping Kepala Regu ... 57

Pendamping Koordinator ... 58

Pendamping Kepala Bagian ... 63

PEMBAHASAN ... 67


(10)

Pelaksanaan Kegiatan Ekspor ... 69

Realisasi Output Tanaman Peruntukan Ekspor ... 70

Pengawasan Mutu Tanaman Ekspor ... 71

Tenaga Kerja ... 73

Perencanaan Produksi dan Analisis Usaha Tani Anggrek Phalaenopsis .. 73

KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

Kesimpulan ... 78

Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 83


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Anggrek Tahun 2005-2008*) ... 1

2. Luas Areal Penggunaan Lahan dan Inventarisasi Bangunan Kebun

Cikampek PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2005 ... 14

3. Luas Areal dan Total Tanaman Anggrek Phalaenopsis yang Diproduksi PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat Tahun 2005-2007 ... 15

4. Jumlah Karyawan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat Periode Mei 2009 ... 16

5. Jenis Kandungan dan Konsentrasi pada Pupuk Peters International

20:20:20 ... 28

6. Identifikasi Penyakit dan Kelainan Pertumbuhan pada Tanaman ... 31

7. Aplikasi Jenis, Dosis, dan Konsentrasi Pestisida pada Tanaman ... 34

8. Persentase Tanaman yang Tidak Lolos QC Tanaman Ekspor Periode Maret-Mei 2009 ... 48

9. Persentase Tanaman yang Berjelaga dan Tidak Berjelaga pada Tanaman Ukuran 2.5” dari Total 30 Tanaman yang Diamati ... 51

10. Persentase Tanaman yang Berjelaga dan Tidak Berjelaga pada Tanaman Ukuran 3.5” dari Total 30 Tanaman yang Diamati ... 51

11. Realisasi Aklimatisasi Bibit Mericlone Anggrek Phalaenopsis PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2005-2008 ... 70

12. Prestasi Tenaga Kerja Kegiatan Quality Control Tanaman Ekspor

Bare Root Tanggal 3 Maret 2009 di PT Ekakarya Graha Flora ... 73 13. Perencanaan Produksi Anggrek Phalaenopsis Tanaman Ukuran Pot 2.5”

untuk Penjualan 3500 Tanaman Per Bulan ... 74

14. Proyeksi Biaya dan Keuntungan Usaha Tani Anggrek Phalaenopsis


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skema Pelaksanaan Teknis Budidaya Anggrek Phalaenopsis di PT

Ekakarya Graha Flora Kebun Cikampek ... 17

2. Media Tanam Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora (a) Moss Chili, (b) Moss China ... 18 3. Pot Plastik Bening yang Digunakan untuk Penanaman ... 18

4. Penggunaan Bibit yang Berasal dari Mericlone (Kiri) dan Seedling

(Kanan) ... 19

5. Pengeluaran Bibit dari Botol (Kiri) dan Kegiatan Aklimatisasi Bibit (Kanan) ... 21

6. Persiapan Repotting (Kiri) dan Kegiatan Repotting Tanaman Ukuran Pot 2.5” ke 3.5” (Kanan) ... 23

7. Kegiatan Sterilisasi Tanaman 1.5” (Kiri) dan Peralatan

Sterilisasi (Kanan) ... 26 

8. Penyiraman Pupuk secara Fertigasi pada Tanaman ... 29

9. Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida (Kiri) dan Kegiatan

Penyemprotan Pestisida pada Tanaman 2.5”(Kanan) ... 33

10. Bagan Alir Kegiatan Grading Tanaman di Kebun Cikampek ... 37

11. Kegiatan Grading Tanaman untuk Penjualan Lokal pada

Tanaman 2.5” ... 40

12. Pengemasan untuk Tanaman Lokal yang dikirim ke Kebun

Cipamingkis (Kiri) dan Pengemasan untuk Penjualan Lokal (Kanan) .. 45

13. Pemeriksaan Keadaaan Tanaman pada Kegiatan Quality Control

Tanaman Ekspor ... 49

14. Pelepasan Media Tanam untuk Ekspor Bare Root ... 49 15. Embun Jelaga pada Tanaman Anggrek Phalaenopsis ... 50


(13)

16. Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara Kimia

Sebelum Ekspor Tanaman ... 52

17. Pembungkusan Tanaman pada Proses Packing (Kiri) dan Packing

Tanaman Ekspor dalam Box (Kanan) ... 54 18. Box Karton Berisi Tanaman yang Siap Ekspor ... 55 19. Grafik Penjualan Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ... 84

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Kepala Regu di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ... 85

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Staff QualityControl di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ... 85

4. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Koordinator Lapangan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ... 86

5. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Kepala Bagian di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ... 87

6. Kapasitas Green House PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ... 88

7. Lokasi PT Ekakarya pada Peta Kabupaten Karawang ... 89

8. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Kebun Cikampek Tahun 2003-2008 ... 90

9. Struktur Organisasi PT Ekakarya Graha Flora ... 91

10. Standardisasi Kondisi Tanaman Anggrek Phalaenopsis sesuai Grade

Terhadap Parameter Tanaman ... 92

11. Standardisasi pada Tanaman Ekspor Bare Root, Ukuran Pot 1.5”, Ukuran Pot 2.5”, Ukuran Pot 3.0” dan 3.5” ... 93


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias. Warna bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik serta vase life yang panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri dibandingkan tanaman hias lainnya sehingga banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu jenis anggrek yang paling banyak digemari dan dikembangkan oleh banyak orang yaitu anggrek Phalaenopsis. Anggrek Phalaenopsis secara alami tumbuh di Indonesia, Filipina, Thailand, Taiwan, Malaysia dan lain sebagainya, dimana 65% diantaranya asli Indonesia (Haryani dan Sayaka, 1993). Sebagai tanaman hias, anggrek Phalaenopsis mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Harga tanaman per pot berkisar antara Rp. 22.000,00 sampai dengan Rp. 60.000,00 untuk tanaman yang belum berbunga (PT. Ekakarya Graha Flora, 2009).

Pemasaran anggrek mencakup pasar lokal dan ekspor. Perkembangan volume dan nilai ekspor-impor anggrek tahun 2005-2008*) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Anggrek Tahun 2005-2008*)

Tahun Ekspor Impor

Volume (kg) Nilai (US $) Volume (kg) Nilai (US $)

2005 525 468 1 430 296 112 171 537 750

2006 362 705 1 232 199 70 848 334 784

2007 202 804 1 166 671 72 689 480 204

2008* 166 930 740 751 34 651 78 265

Keterangan *) : Proyeksi

Sumber : Departemen Pertanian, 2009

Negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia cukup luas, mulai dari 5 negara pada tahun 1997, yaitu Jepang, Taiwan, Singapura, Hongkong dan Belanda, kemudian pada tahun 2001 terdapat 30 negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia (Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005). Menurunnya penjualan tanaman anggrek guna memenuhi kebutuhan dalam negeri


(16)

dan luar negeri, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi anggrek yang berkesinambungan. Menurut Widjandi et al. (1989), dalam upaya perluasan pasar dan peningkatan kemampuan bersaing di pasar luar negeri diperlukan teknologi pengelolaan dan budidaya yang baik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas anggrek adalah memproduksi tanaman anggrek sesuai dengan standar mutu internasional. Pada perdagangan internasional anggrek, standar mutu yang harus dipenuhi yaitu harus bebas dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan memiliki pertumbuhan tanaman yang baik mulai dari daun, batang dan akar tanaman (Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005). Usaha untuk mempersiapkan anggrek Phalaenopsis kualitas ekspor dilakukan melalui pemeliharaan dan penanganan khusus.

Tujuan

1. Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata.

2. Mempelajari teknik budidaya dan manajerial anggrek Phalaenopsis mulai dari aklimatisasi bibit (outflask) hingga pengemasan (packing).

3. Memperoleh informasi dalam rangka upaya meningkatkan mutu dan efisiensi, khususnya penanganan produksi bibit anggrek Phalaenopsis tujuan ekspor.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anggrek Phalaenopsis

Anggrek merupakan tanaman golongan Monocotyledoneae yang termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan sangat bervariasi. Famili ini terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 25 000 spesies alam. Keragamannya semakin bertambah lagi dengan munculnya anggrek-anggrek hibrida, yaitu anggrek hasil silangan dan kultivar yang jumlahnya sudah mencapai 100 000 spesies (Kencana, 2007).

Phalaenopsis atau di Indonesia dikenal dengan nama anggrek bulan termasuk anggrek epifit yaitu menempel pada tanaman lain tetapi tidak menimbulkan kerugian bagi tanaman inang (Sandra, 2005). Menurut Setiawan (2005) anggrek Phalaenopsis tumbuh baik pada ketinggian 600-1 200 m dpl. Anggrek Phalaenopsis membutuhkan cahaya sekitar 15-25% dengan kelembaban relatif (RH) sekitar 60-85% dan suhu udara yang dibutuhkan pada malam hari sekitar 16-18ºC serta suhu siang hari kurang dari 29ºC.

Bentuk bunga anggrek Phalaenopsis ada dua, yaitu bulat (round shape) dan bintang (star). Bunga anggrek terdiri dari kelopak (sepal), mahkota (petal), dan lidah (labelum). Sepal yang dimiliki anggrek terdiri atas tiga helai dan tiga helai petal yang salah satu petal berubah menjadi bibir bunga atau labelum. Selain itu, terdapat bagian lain yang disebut tugu, yaitu perpanjangan gagang bunga (bakal buah), dibentuk oleh penyatuan putik dan benang sari (Kencana, 2007). Warna bunga anggrek Phalaenopsis beraneka macam, seperti warna dasar putih, ungu, merah, kuning, hijau, dan cokelat dengan warna lidah bunga yang berbeda. Selain itu, bunga anggrek Phalaenopsis juga memiliki motif yang beragam diantaranya motif titik-titik, garis-garis, blok dan sembur (splash). Susunan bunganya sangat artistik, tersusun rapi, menjuntai ke bawah, dan berselang-seling (Setiawan, 2005).

Sandra (2005) menyatakan bahwa anggrek Phalaenopsis memiliki bentuk daun yang lebar, teksturnya yang lemas dengan susunan tunggal berhadapan. Berbeda dengan Dendrobium, anggrek Phalaenopsis tidak memiliki batang semu dan kalaupun ada tidak terlihat karena sangat pendek. Berdasarkan pola


(18)

pertumbuhannya, anggrek Phalaenopsis mempunyai pertumbuhan monopodial, yaitu jenis anggrek dengan pertumbuhan ujung batang terus ke atas tanpa batas.

Pembibitan

Pembibitan pada tanaman anggrek biasanya dilakukan dengan menanam bibit dari botol ke dalam kompot. Proses ini dikenal sebagai aklimatisasi yaitu proses adaptasi tanaman dari lingkungan aseptik ke lingkungan non aseptik. Pamungkas (2006) menyatakan bahwa tanaman yang sudah agak dewasa atau tanaman remaja selama masih dalam kompot, harus segera dipindahkan ke dalam pot individu. Hal ini ditujukan agar tanaman memiliki ruang tumbuh yang lebih baik. Pertumbuhan akar yang terus berkembang akan membuat tanaman berkompetisi dalam penyerapan air dan hara selama masih di dalam kompot sehingga pertumbuhan menjadi terhambat.

Pertumbuhan dan perkembangan anggrek sangat dipengaruhi oleh media tanamnya mulai dari pembibitan hingga ke pembungaan tanaman. Media tumbuh bagi pertumbuhan tanaman anggrek dapat berfungsi sebagai tempat tegaknya akar dan batang serta menyimpan air dan unsur hara (Solvia dan Sutater, 1997). Media tanam anggrek yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan, mudah ditangani dan relatif murah harganya (Kencana, 2007).

Bibit anggrek cenderung lebih menyukai kondisi media tanam yang lembab. Pemilihan media tanam yang digunakan juga harus memperhatikan keadaan lingkungan. Apabila keadaan lingkungan kering dan panas, sebaiknya digunakan media tanam yang dapat menahan air lebih lama seperti moss. Sebaliknya jika lingkungan merupakan daerah dengan curah hujan yang tinggi, hendaknya digunakan media tanam yang sedikit kering seperti akar pakis, sehingga dapat menghindari kondisi yang terlalu lembab yang dapat mengakibatkan busuknya tanaman (Deptan, 2005).


(19)

Penyiraman

Penyiraman merupakan hal yang sangat penting untuk perawatan segala jenis tanaman termasuk anggrek. Menurut Kencana (2007) frekuensi dan banyaknya air yang diberikan pada tanaman anggrek bergantung pada jenis dan besar kecilnya ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan pertanaman. Pada umumnya, penyiraman pada tanaman anggrek dilakukan dengan menggunakan sprayer dengan nozzle yang halus tetapi ada juga dengan menggunakan selang. Penyiraman pada anggrek Phalaenopsis dilakukan pada pagi atau sore hari dengan intensitas penyiraman dua kali dalam seminggu. Penyiraman anggrek pada siang hari dilakukan sampai tanaman basah. Kelebihan air dalam tanaman dapat menyebabkan tanaman menjadi busuk akibat serangan jamur dan bakteri.

Posisi penyiraman yang baik dan benar yaitu berada diantara kedua titik ekstrim (titik kekurangan air dan titik kelebihan air). Titik kekurangan air ditandai dengan daun lemas (terjadi dehidrasi). Titik kelebihan air ditandai dengan kondisi media yang basah dan adanya serangan cendawan atau bakteri dan akar tanaman akan mengalami kebusukan. Pada industri ekspor anggrek, tidak dilakukan penyiraman sehingga tanaman berada pada titik kekurangan air. Tanaman akan memiliki daun yang lemas dimana hal ini bermanfaat dalam penanganan pengemasan (Setiawan, 2005).

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu faktor penting bagi pertumbuhan tanaman. Seperti tumbuhan lainnya, anggrek juga membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Kencana (2007) mengemukakan bahwa pemupukan anggrek yang efektif dilakukan secara teratur dua kali dalam seminggu.

Ada dua cara untuk mensuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan melalui akar dan pemupukan melalui daun (Soepardi, 1983). Menurut Santi et al. (1996) pemupukan akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan daun bagian bawah karena pada kebanyakan daun tanaman, mulut daun (stomata) umumnya terletak dibagian bawah daun. Selanjutnya Widiastoety dan Santi (1997) menambahkan bahwa jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya


(20)

pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot.

Aplikasi pemupukan pada beberapa jenis anggrek berbeda-beda dan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman (Sandra, 2005). Menurut Kencana (2007), pada fase pertumbuhan vegetatif, tanaman anggrek yang baru dikeluarkan dari botol membutuhkan pupuk dengan kandungan N tinggi dan tanaman individual pot sampai remaja membutuhkan pupuk dengan kadar NPK seimbang. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan cocok diberikan pupuk dengan kadar P tinggi.

Pemupukan dengan komposisi berimbang antara unsur makro dan mikro merupakan salah satu alternatif dalam proses pemupukan anggrek. Komponen yang termasuk unsur hara makro adalah Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Sementara itu komponen unsur hara mikro antara lain Mangan (Mn), Boron (B), tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Unsur hara makro merupakan zat yang banyak diperlukan oleh tanaman. Unsur hara mikro adalah zat yang tidak banyak diperlukan oleh tanaman tetapi turut menentukan pertumbuhannya (Sandra, 2005).

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman merupakan kegiatan yang harus rutin dilakukan. Tidak sedikit yang mengalami kegagalan budidaya karena gangguan hama dan penyakit. Hama dan penyakit berpengaruh langsung terhadap proses fisiologis tanaman, yang meliputi proses metabolisme sel, respirasi, fotosintesis, dan transpirasi. Serangan hama dan penyakit secara fisiologis memberikan dampak negatif yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat serangannya (Sandra, 2005).

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan secara kimia, mekanik dan biologi. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan pestisida pada tanaman secara bertahap. Pengendalian hama dan penyakit secara mekanik dilakukan dengan membersihkan bagian tanaman yang terserang atau dengan menangkap langsung hama yang terdapat pada tanaman sedangkan pengendalian secara biologi dilakukan dengan melepaskan musuh alami dari hama yang menyerang tanaman (Widiastoety, 2004).


(21)

Standar Mutu Ekspor

Pada perdagangan internasional anggrek, baik dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, sebenarnya tidak ada aturan baku mengenai standar mutu yang harus dipenuhi. Standar mutu yang harus dipenuhi lebih tergantung pada importir dari negara tujuan ekspor. Negara-negara tujuan ekspor memberikan syarat bahwa komoditas anggrek harus bebas dari OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), baik berupa hama, penyakit, maupun gulma. Selain itu, pihak importir juga menghendaki suatu standar mutu atau grade tertentu lebih dikaitkan dengan masalah harga. Ekspor tanaman pot pada anggrek Phalaenopsis mulai dari ukuran pot 1.5”, 2.5”, 3.5” (Deptan, 2005).

Menurut Akamine et al. (1986) sortasi mutu diperlukan untuk mendapatkan keuntungan yang memadai sesuai dengan mutu barang. Kebanyakan negara mempunyai perangkat standar masing-masing untuk perdagangan dalam negeri. Pada perdagangan internasional telah ada batasan-batasan mengenai standar yang dibuat oleh organisasi-organisasi terkait. Mutu didasarkan atas varietas, kesehatan, ketegaran, kebersihan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kemasakan, dan kebebasan dari bahan-bahan asing dan penyakit, kerusakan oleh serangga, dan luka-luka mekanik.

Menurut Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2005) kriteria mutu tanaman anggrek Phalaenopsis dalam pot untuk ekspor adalah sebagai berikut:

1. Diameter daun : diukur dari ujung-ujung daun paling atas - 10 - 12 cm untuk ukuran pot 1.5 “

- 16 - 18 cm untuk ukuran pot 2.5” - 25 - 30 cm untuk ukuran pot 3.5” 2. Jumlah daun

- 3 untuk ukuran pot 1.5”

- 3.5 untuk ukuran pot 2.5” (1.5 adalah tunas daun aktif) - 4 untuk ukuran pot 3.5”, tinggi batang kurang lebih 2 cm 3. Perakaran sehat


(22)

5. Bebas OPT (Organisme pengganggu tanaman) baik hama, penyakit maupun gulma.

Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu proses untuk mencegah terjadinya penurunan mutu produk, karena perlindungan atau pengawetan produk dapat dilakukan dengan mengemas produk yang bersangkutan. Bahan pengemas digunakan untuk membatasi antara bahan dengan lingkungan luar yang bertujuan menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan (Buckle et al.,

1987).

Fungsi kemasan yang utama adalah sebagai wadah, pelindung, sarana informasi dan promosi serta untuk memberikan kemudahan-kemudahan baik bagi produsen maupun konsumen. Dengan adanya kemasan, produk telah terwadahi dapat memberikan kemudahan-kemudahan dalam penyimpanan atau penumpukan, perhitungan, pengangkutan, dan sebagainya. Kemasan yang baik dapat mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi komoditas yang ada di dalamnya, serta melindungi dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik (Prajawati, 2006).

Ariestyadi (2007) menyatakan bahwa dalam industri bunga, proses distribusi mempunyai peranan yang cukup penting. Proses ini meliputi aktivitas pengemasan, penanganan penggudangan, dan pengangkutan. Selama pendistribusian, kemasan dan produk menghadapi sejumlah resiko kerusakan antara lain resiko karena faktor lingkungan (suhu dan kelembaban udara), resiko karena faktor fisik (gesekan, distorsi, benturan, dan tekanan), serta resiko lainnya seperti infiltrasi mikroorganisme, pencurian dan kontaminasi.

Kemasan kardus karton (corrugated box) dibuat dari karton bergelombang yang memiliki tiga daya tahan dalam melindungi produk di dalamnya yaitu karton memiliki ketahanan rusak, daya tahan susun dan daya tahan air. Ketahanan rusak dan daya tahan susun dari kardus karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang digunakan sedangkan daya tahan air dapat ditingkatkan dengan penambahan lapisan lilin pada permukaan kardus karton, baik pada bagian dalam maupun bagian luar sesuai kebutuhan (Federasi Pengemasan Indonesia, 2004). Kardus


(23)

karton pada umumnya digunakan sebagai kemasan ekspor karena harganya relatif masih mahal. Kardus karton mempunyai bobot yang ringan sehingga akan mempermudah pembongkaran dan dinding kotaknya yang halus dibandingkan peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan dinding kotak tidak berakibat buruk (Deptan, 1988).

Pada umumnya kemasan hasil-hasil pertanian perlu dilubangi sebagai ventilasi, kecuali kemasan untuk komoditi segar yang telah dikupas. Lubang ventilasi ini memungkinkan masuknya oksigen yang cukup dan menghindarkan kerusakan karena akumulasi karbondioksida selama pemasaran pada suhu tinggi. Pada kemasan yang tidak diberi ventilasi, hasil-hasil pertanian sering tampak tetap baik lebih lama daripada yang berada dalam kemasan dengan ventilasi. Hal ini disebabkan termodifikasinya udara menjadi udara dengan kandungan oksigen rendah dan karbondioksida yang meningkat. Selain itu, kemungkinan komoditas terkontaminasi dengan hama dan penyakit lebih minim. Oleh karena itu, kemasan tanpa ventilasi biasanya digunakan dalam pengemasan tanaman untuk ekspor (Widjandi et al., 1989).


(24)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat, selama empat bulan mulai 12 Februari sampai dengan 12 Juni 2009.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis dan manajerial. Metode pelaksanaan yang dilaksanakan oleh penulis adalah dengan melaksanakan beberapa tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan atau operator selama delapan minggu, staf Quality Control (QC) selama satu minggu, pendamping kepala regu selama satu minggu, pendamping koordinator selama tiga minggu, dan pendamping kepala bagian selama tiga minggu.

Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai karyawan atau operator menyangkut aspek teknis budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis meliputi aklimatisasi bibit (outflask), repotting, pemeliharaan, grading, stok kontrol,

packing lokal dan ekspor. Selain itu, penulis beberapa kali turut dalam kegiatan persiapan tanaman anggrek Phalaenopsis untuk ekspor yaitu mulai dari sterilisasi bed, bed transfer ke GH 2 (GH persiapan ekspor), quality control tanaman ekspor, pengendalian hama penyakit tanaman dan packing tanaman ekspor. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kegiatan sebagai pendamping kepala regu bertugas membantu koordinator dalam mengatur atau mengarahkan dan melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan bagian dan tugasnya. Pada tahap tersebut juga dipelajari mekanisme pembuatan laporan yang berkaitan dengan tugasnya dan mekanisme pengawasan. Jurnal harian kegiatan magang sebagai kepala regu di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat tercantum pada Lampiran 2.

Kegiatan sebagai pendamping koordinator, staf quality control dan kepala bagian bertugas membantu mengelola dan mengawasi pekerjaan, baik teknis


(25)

maupun manajerial mulai dari perencanaan sampai pengendalian kegiatan, membuat laporan mingguan dan bulanan serta membina dan membimbing karyawan atau operator dalam melakukan pekerjaan. Jurnal harian kegiatan magang sebagai staf quality control, koordinator dan kepala bagian dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, dan 5.

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan selama kegiatan magang terdiri atas dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer yaitu pengambilan data secara langsung di lapang yang diperoleh dengan melakukan pengamatan-pengamatan dalam kegiatan persiapan anggrek Phalaenopsis untuk ekspor meliputi jumlah tanaman ekspor, jumlah tanaman yang tidak lolos quality control, persentase serangan hama penyakit tanaman pada tanaman ekspor sesuai dengan tanaman contoh yang diambil, dan pengendalian hama penyakit secara kimia dengan peubah yang diamati yaitu jenis pestisida, dosis, konsentrasi dan volume semprot, serta intensitas penyemprotan. Selain itu, juga dilakukan pengambilan data beberapa kegiatan ekspor yang dikelompokkan berdasarkan umur tanaman dan jenis tanaman ekspor berdasarkan warna bunga yang kemudian dipersentasikan. Kemudian data grading tanaman ekspor, kegiatan pengemasan tanaman ekspor serta jumlah tenaga kerja (HK) yang digunakan dari kegiatan ekspor. Disamping itu, data primer juga diperoleh melalui wawancara langsung atau diskusi dengan manajer, staf dan karyawan.

Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen, arsip perusahaan dan dokumentasi lainnya. Data sekunder yang mendukung pelaksanaan teknik lapangan adalah luas areal, kondisi iklim, keadaan tanaman (populasi tanaman, jumlah tanaman tiap Green House, jenis tanaman berdasarkan warna bunga dan ukuran pot), data produksi kebun, data ekspor tanaman khususnya anggrek Phalaenopsis serta data-data lainnya seperti organisasi dan manajemen perusahaan. Pengambilan data secara tidak langsung juga dapat dilakukan melalui studi pustaka yang ada di perusahaan.


(26)

Analisis Data

Data yang terkumpul selama proses kegiatan magang diolah dan dianalisis. Analisis data dilakukan terutama pada data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung di lapang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pengamatan selama kegiatan dalam mempersiapkan anggrek Phalaenopsis untuk ekspor sehingga dapat diperoleh hasil serta perbedaan perlakuan persiapan anggrek Phalaenopsis untuk ekspor dan lokal. Selain itu, data yang diperoleh juga dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis sederhana lainnya kemudian dibandingkan dengan standar kerja kebun.


(27)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan

PT Ekakarya Graha Flora (PT. EGF) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang tanaman hias khususnya anggrek. Perusahaan ini menyediakan tanaman hias anggrek jenis Phalaenopsis dan anggrek jenis Dendrobium. PT EGF resmi berdiri pada tanggal 26 Agustus 1996 hasil kerjasama Bapak Amin Supriyadi dengan Mr. Kwo, dengan Akte Notaris Benny Kristianto, SH. No. 17 dengan nama awal perusahaan PT Ekakarya Graha Perdana seluas 15 ha. Pada tahun 1998, PT Ekakarya Graha Perdana diambil alih oleh Pak Amin Supriyadi dan berganti nama menjadi PT Ekakarya Graha Flora. Produk yang menjadi unggulan adalah anggrek jenis Phalaenopsis yang dibudidayakan di kebun Cikampek. PT EGF merupakan salah satu perusahaan terbesar penghasil anggrek di Asia Tenggara yang telah mengekspor anggrek secara kontinyu. PT EGF ini memiliki dua lokasi kebun yaitu Cikampek dan Cipamingkis serta kantor pusat yang terletak di Roxy, Jakarta Pusat. Cikampek merupakan kebun dari PT EGF dimana ditempat ini dilakukan teknis budidaya sampai dengan pasca panen untuk tanaman pot anggrek Phalaenopsis. Cipamingkis yang berada di Sukabumi, Jawa Barat adalah kebun pembungaan anggrek Phalaenopsis.

PT EGF kebun Cikampek memiliki 18 Rumah Kaca (Green House/GH) yaitu diantaranya 12 GH buatan Taiwan dan 6 GH buatan Indonesia, dengan kapasitas yang berbeda-beda yang dapat dilihat pada Lampiran 6. PT EGF mempunyai beberapa izin usaha baik dari dalam negeri maupun perdagangan Internasional. Pada tahun 2003 PT EGF telah melakukan penerapan sistem manajemen sesuai dengan StandardInternasional yaitu ISO 9001-2000.

Letak Geografis

PT EGF terletak pada posisi 60˚20’-60˚30’ Lintang Selatan dan 106˚-106˚50’Bujur Timur, berdiri di atas lahan sawah yang tidak produktif lagi. Lokasi kebun berada di jalur utama jalan tol Kalihurip dimana sebelah utara berbatasan dengan jalan raya lintas Pantai Utara, sebelah selatan berbatasan dengan jalan tol Jakarta-Cikampek, sebelah barat berbatasan dengan jalan tol


(28)

Kalihurip dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kamojing. Peta wilayah Kebun PT. EGF, Cikampek, Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar Lampiran 7.

Topografi dan Iklim

Kebun Cikampek PT EGF terletak pada ketinggian 40 m di atas permukaan laut. Topografi areal kebun relatif datar dan bergelombang lemah dengan kemiringan medan sekitar 0.02-0.04% ke Utara.

Rata-rata curah hujan tahun 2003-2008 sebesar 111.05 mm/tahun dengan rata-rata bulan basah 5.3 bulan dan bulan kering 5.3 bulan. Suhu GH berkisar antara 28 sampai dengan 31ºC dengan kelembaban sekitar 63%. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth-Ferguson PT EGF Kebun Cikampek termasuk dalam tipe iklim E. Data curah hujan di Kebun Cikampek PT EGF dapat dilihat pada Lampiran 8.

Luas Areal dan Inventarisasi Bangunan

Luas areal konsesi PT EGF Kebun Cikampek adalah 153 926 m2. Komoditas yang diusahakan terdiri atas anggrek Phalaenopsis dengan GH seluas 39 976 m2 dan anggrek Dendrobium dengan Rumah Jaring (Net House) seluas 112 557 m2. Sedangkan luas areal yang lain adalah areal fasilitas Divisi Phalaenopsis dan areal fasilitas Divisi Dendrobium. Luas areal dan inventarisasi bangunan Kebun Cikampek PT EGF dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal Penggunaan Lahan dan Inventarisasi Bangunan Kebun Cikampek PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2005

Bangunan Luas Areal (m2)

Areal Phalaenopsis

- Kantor, Mess, Gudang 1 833 - R. Packing, Laboratorium 1 551 - Green House (GH) 36 592 Sub Total 39 976 Areal Dendrobium

- R. Packing, Gudang, Mess 1 393 - Net House 112 557 Sub Total 113 950 Total 153 926 Sumber : Kantor Personalia Kebun PT Ekakarya Graha Flora (2005)


(29)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Anggrek Phalaenopsis yang ditanam di Kebun Cikampek terdiri dari lima ukuran pot yaitu tanaman ukuran pot 1.5”, 2.5”, 3”, 3.5”, dan 5”. Bibit tanaman berupa bibit dalam botol yang berasal dari dua jenis perbanyakan yaitu generatif dengan seedling dan vegetatif dengan mericlone. Bibit asal mericlone diperoleh dengan mengimpor bibit dari Taiwan, Jepang, dan Malaysia atau dengan kultur stem tangkai bunga. Sedangkan bibit asal seedling diperoleh dengan melakukan persilangan anggrek sehingga dihasilkan buah atau dengan mengimpor buah dari Taiwan dan Jepang. Tanaman anggrek Phalaenopsis yang diproduksi terdiri dari tujuh warna bunga yaitu, putih, merah, putih merah, putih mini, merah mini, putih merah mini, dan novelty. Luas areal dan total tanaman anggrek Phalaenopsis yang diproduksi PT EGF dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Areal dan Total Tanaman Anggrek Phalaenopsis yang Diproduksi PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat Tahun 2005-2008

Tahun Luas Areal (m2) Total Tanaman (pot)

2005 36 592 5 129 644

2006 36 592 6 356 052

2007 36 592 11 288 445

2008 36 592 11 288 445

Sumber : Departemen PPIC PT Ekakarya Graha Flora (2009)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT EGF, Cikampek, Jawa Barat terdapat lima departemen yaitu Departemen Produksi Phalaenopsis, Departemen Produksi Dendrobium, Departemen Personalia dan Umum, dan Departemen Planning Production Inventory Control (PPIC), dan Departemen Quality Contol (QC). Pengelolaan Kebun PT EGF dipimpin oleh seorang General Manager dibantu oleh Manajer-manajer operasional yang kemudian membawahi Kepala Bagian, Koordinator, Kepala Regu, dan Pelaksana. Bagan struktur organisasi dari PT EGF dapat dilihat pada Lampiran 9.

Jumlah karyawan yang dimiliki perusahaan seluruhnya adalah 338 orang. Karyawan di PT EGF, Cikampek, Jawa Barat terdiri atas karyawan tetap dan


(30)

karyawan kontrak. Jumlah karyawan di PT EGF, Cikampek, Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Karyawan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat Periode Mei 2009

Bagian Status Tenaga Kerja Jumlah

(orang) Karyawan Tetap Karyawan Kontrak

Dep. Personalia & Umum 34 17 51

Dep. PPIC 8 8 16

Dep. Prod. Phalaenopsis 36 46 82

Bag. Laboratorium 12 18 30

Dep. Prod. Dendrobium 16 41 57

Dep. Quality Conrol 7 1 8

Total 113 131 244

Sumber : Departemen Pesonalia dan Umum PT Ekakarya Graha Flora (2009)

Fasilitas penunjang yang diberikan oleh PT EGF meliputi adanya Jamsostek untuk keselamatan para karyawan, koperasi, serta pelatihan dan pengembangan karyawan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang diprogramkan di ISO (International Standard for Organization).

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sebuah perusahaan berperan dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki PT EGF yaitu sarana produksi antara lain Laboratorium, Rumah Kaca (Green House/GH), Nursery, Repotting Room, Net House, Ware House,

Packing Room dan Ruang pemusnahan tanaman. Sedangkan sarana umum penunjang untuk para karyawannya diantaranya yaitu mess, sarana olahraga, mushola, perpustakaan, kantin, toilet dan sarana transportasi.


(31)

PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS BUDIDAYA

Pelaksanaan teknis budidaya anggrek Phalaenopsis meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan tanaman, grading tanaman hingga kegiatan panen dan pasca panen tanaman. Kegiatan panen dan pasca panen yang dilakukan sesuai dengan keadaan tanaman di kebun yaitu panen dan pasca panen bibit anggrek Phalaenopsis. Skema pelaksanaan teknis budidaya anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora Kebun Cikampek dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Teknis Budidaya Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora Kebun Cikampek

Penanaman

Kegiatan penanaman meliputi aklimatisasi bibit (outflask) dan pindah tanaman (repotting). Pada umumnya runtutan kegiatan outflask dan repotting

hampir sama yaitu mempersiapkan bahan tanaman dan penanaman tanaman. Penanaman tanaman disesuaikan berdasarkan umur tanaman, baik dalam botol maupun tanaman pot. Pada penanaman, terdapat dua jenis bibit yaitu asal bibit

seedling (perbanyakan secara generatif) untuk tanaman peruntukan lokal dan bibit yang berasal dari mericlone (perbanyakan secara vegetatif) untuk tanaman peruntukan ekspor.

Aklimatisasi Bibit (Outflask)

RepottingTanaman : Repotting1.5" ke 2.5" dan Repotting2.5" ke 3.5"

Pemeliharaan Tanaman

GradingTanaman : GradingTanaman 1.5", 2.5" dan 3.5"


(32)

Media tanam yang digunakan untuk penanaman Phalaenopsis oleh PT. EGF ini adalah spaghnum moss yang biasa disebut moss. Moss yaitu lumut rawa yang berasal dari dataran tinggi. Moss berfungsi baik menyerap air, membuat kelembaban terjaga, ruang gerak akar lebih bebas, tidak melukai akar, akar lebih banyak dan panjang serta batang tanaman akan lebih kuat. Terdapat dua macam

moss yang digunakan yaitu moss Chili dan moss China yang dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b)

Gambar 2. Media Tanam Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora. (a) Moss Chili, (b) Moss China

Jenis wadah tanam yang digunakan untuk penanaman yaitu menggunakan pot plastik bening. Penggunaan pot plastik bening ini memiliki beberapa keuntungan yaitu memudahkan dalam pengecekan media dan media dapat terkena sinar matahari langsung. Selain itu, pada pot plastik bening memiliki jumlah lubang yang sedikit untuk menjaga kelembaban media sesuai dengan sifat Phalaenopsis yang menyukai kelembaban sehingga pertumbuhan akar baik dengan jumlah akar yang banyak. Berbeda halnya dengan pot plastik hitam yang berpengaruh pada pertumbuhan daun yang baik tetapi pertumbuhan akarnya sedikit. Pot plastik bening yang digunakan untuk penanaman dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pot Plastik Bening yang Digunakan untuk Penanaman


(33)

Aklimatisasi Bibit (Outflask)

Aklimatisasi bibit (outflask) merupakan kegiatan memindahkan bibit dari botol dan ditanam di dalam pot dengan media moss. Bibit tanaman berupa bibit dalam botol yang berasal dari dua jenis perbanyakan yaitu generatif dengan

seedling dan vegetatif dengan mericlone yang sebelumnya telah dikembangbiakan di laboratorium. Bibit Phalaenopsis dengan mericlone diperoleh dengan mengimpor bibit dalam botol atau kultur stem tangkai bunga yang kemudian dilakukan pindah tanam dan pengembakbiakan di laboratorium. Bibit dalam botol yang dapat ditanam dalam pot adalah bibit yang telah berumur 16 bulan atau

Stage 2 (S2). Penggunaan bibit yang berasal dari mericlone dan seedling

ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Penggunaan Bibit yang Berasal dari Mericlone (Kiri) dan

Seedling (Kanan)

Kegiatan dalam aklimatisasi ini meliputi persiapan bibit dan penanaman bibit dalam pot. Pada persiapan bibit dilakukan beberapa kegiatan yaitu pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol, pencucian bibit dan sortasi bibit. Pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol dilakukan dengan mengeluarkan satu persatu bibit dari botol ke dalam tray dengan menggunakan pinset. Pinset tersebut dicelupkan ke dalam larutan air dan Na3(PO4) dengan konsentrasi 4 g/l untuk sterilisasi alat. Selain itu, pergantian pinset harus selalu dilakukan setelah pencabutan lima botol bibit. Tujuannya agar alat tetap steril sehingga tanaman tidak terkontaminasi oleh hama dan penyakit.

Tanaman yang telah dikeluarkan dari botol kultur kemudian dicuci sebanyak dua kali dengan air dan bakterisida (starner) dengan dosis 10 g/l yang dilakukan pada saat terakhir pencucian. Bakterisida digunakan untuk membunuh


(34)

seluruh kuman yang melekat pada tanaman dan juga supaya media agar yang melekat pada akar bibit terlepas semuanya.

Sortasi bibit merupakan salah satu kegiatan awal dari pengkelasan (grading). Kegiatan yang dilakukan pada sortasi bibit yaitu memisahkan dan memilih bibit setelah bibit tanaman dikeluarkan dari botol dan dicuci. Sortasi bibit dilakukan berdasarkan ukuran tanaman, jumlah dan ukuran daun serta kelengkapan tanaman. Ukuran bibit tanaman mulai dari tanaman gagal (reject) yang panjangnya kurang dari 5 cm, tanaman kecil panjangnya 5 cm, ukuran bibit sedang panjangnya 10 cm dan bibit besar panjangnya lebih dari 10 cm sehingga dapat dilihat tingkat kesuburan dan keseragaman tanaman dalam botol. Selain itu, kriteria lain dalam sortasi bibit yaitu tanaman minimal memiliki dua buah daun dan ukuran daun yang seimbang serta bibit tanaman harus memiliki akar, batang dan daun. Apabila bibit tanaman tidak memiliki kriteria-kriteria seperti yang telah ditetapkan, maka bibit dianggap afkir atau tanaman gagal (reject). Bibit tanaman yang telah disortasi kemudian di dalam tray dicantumkan kode tanaman dan jenis ukuran bibit.

Kegiatan penanaman bibit dilakukan setelah bibit selesai disortasi. Penanaman bibit pertama menggunakan pot plastik bening berukuran 1.5”. Cara penanaman bibit yang dilakukan yaitu membungkus bagian akar tanaman oleh media tanam spaghnum moss sebanyak segenggam tangan kemudian memasukkan bagian akar tanaman yang yang sudah dibungkus ke dalam pot dan

moss dipadatkan disekitar bibit agar bibit tertanam cukup kuat dengan menggunakan kedua ibu jari yang ditekan. Pada saat penanaman posisi bibit harus terletak di tengah pot dengan kondisi batang tenggelam atau tidak terlihat dan penekanan media tidak boleh terlalu padat juga tidak boleh kempos atau renggang. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan akar lebih luas merata dan memiliki tanaman yang kokoh. Setelah bibit ditanam dalam pot kemudian pot diletakkan dalam talam dimana dalam satu talam memuat 36 pot. Kegiatan pengeluaran bibit dari botol dan kegiatan aklimatisasi bibit dapat dilihat pada Gambar 5.


(35)

Gambar 5. Pengeluaran Bibit dari Botol (Kiri) dan Kegiatan Aklimatisasi Bibit (Kanan)

Penulis melakukan kegiatan outflask di GH18 selama 3 hari dengan satu hari dalam persiapan bibit dan dua hari dalam penanaman bibit. Regu aklimatisasi (outflask) terdiri dari satu orang operator persiapan bibit dan lima orang operator

outflask. Standar kerja atau target operator persiapan tanaman adalah sebanyak 400 botol bibit/HK dengan jumlah tanaman per botol rata-rata 20 bibit tanaman. Prestasi kerja yang diperoleh operator yaitu 420 botol bibit/HK sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 280 botol bibit/HK.

Pada aklimatisasi (outflask), standar kerja atau target operator sebanyak 920 pot/HK dan target outflask dalam satu bulan adalah 150 000 pot/bulan. Prestasi kerja yang diperoleh operator yaitu 852 pot/HK dan prestasi kerja penulis yang diperoleh adalah 180 pot/HK.

Pindah Tanam (Repotting)

Pindah tanam (repotting) merupakan kegiatan pemindahan tanaman ke dalam pot yang ukurannya lebih besar. Repotting tanaman bertujuan untuk memperlancar pertumbuhan anggrek Phalaenopsis. Tanaman yang akan dilakukan

repotting telah memiliki rentang waktu masing-masing ukuran sekitar 4 sampai 6 bulan. Tanaman yang akan dipindah tanam umumnya pertumbuhan akarnya terlihat banyak keluar dari pot dan kelihatan terlalu sesak. Terdapat empat kegiatan repotting tanaman di PT EGF, kegiatan tersebut meliputi repotting

tanaman dari pot 1.5” ke pot ukuran 2.5”, repotting tanaman dari pot 2.5” ke pot ukuran 3”, repotting tanaman dari pot 2.5” ke pot ukuran 3.5” dan repotting


(36)

ukuran 3” dan 5” dilakukan sesuai dengan permintaan pembeli atau penanaman kembali tanaman sisa ekspor bare root.

Kegiatan pada repotting tanaman mencangkup persiapan tanaman yang akan dilakukan repotting dan pemindahan tanam (repotting). Perbedaannya terletak pada umur dan bahan tanam yang digunakan yaitu tanaman pot ukuran 1.5” dan tanaman pot ukuran 2.5” yang telah berumur berumur 4 sampai 6 bulan sejak repotting. Media tanam yang digunakan pada repotting tanaman disesuaikan dengan media tanam yang digunakan sebelumnya.

a. Persiapan Repotting

Persiapan repotting dimulai dari pemberian tanda pada tanaman yang akan dipindah tanam dengan menggunakan bendera berwarna biru minimal 2 hari sebelum tanaman tersebut dipindah tanam dengan 2 hari sebelumnya telah diserahkan form instruksi repotting harian diversifikasi oleh koordinator repotting

yang telah berkoordinasi dengan kepala regu grading. Setelah pemberian tanda pada tanaman selesai maka operator persiapan repotting mengambil tanaman sesuai dengan form instruksi repotting harian yang diberikan oleh kepala regu.

Kegiatan ini berlangsung tergantung dari ketersediaan tanaman yang terdapat di ruang repotting. Pada saat mempersiapkan tanaman yang akan dipindah tanam, tanaman terlebih dahulu dipotong akar tanaman yang keluar dari pot tujuannya untuk memudahkan dalam repotting untuk menghasilkan akar baru serta akar pada pot tertutup keseluruhan. Kemudian tanaman beserta media dikeluarkan dari pot dengan cara menekan pot atau mendorong media pada bagian bawah pot yang berlubang dengan besi penusuk sampai tanaman keluar dari potnya. Saat memotong akar-akar tanaman digunakan gunting stek yang telah direndam larutan Na3(PO4) dengan konsentrasi 4 g/l.

Pada penggunaan gunting stek dilakukan pergantian gunting tiap lima tanaman. Hal ini bertujuan agar alat tetap steril sehingga terhindar dari serangan hama penyakit. Tanaman yang akarnya telah digunting lalu disusun dalam tray

dan diberi kode tanaman dengan satu tray tanaman diberi satu kode untuk memudahkan dalam pengaturan per kode apabila selesai proses repotting. Kemudian tray diletakkan di dekat operator penanaman untuk memudahkan dalam pengambilan tanaman.


(37)

Berbeda dengan aklimatisasi (outflask), pengkelasan (grading) tanaman yang akan dipindah tanam dilakukan oleh regu grading sehingga ketika tanaman akan dilakukan repotting sudah berdasarkan kelas (grade) yang telah ditetapkan. Selain itu, kriteria tanaman yang akan dipindah tanam yaitu tanaman tidak mengalami kerusakan pada saat pengambilan dan pengangkutan, tidak terjadi kesalahan jumlah dan kode tanaman pada saat pengambilan dan pengangkutan, tanaman terkena sinar matahari langsung dan terkena air hujan pada saat pengangkutan dihindari seminimal mungkin. Pengambilan tanaman dilakukan dengan menggunakan troli yang memiliki kapasitas 54 talam/troli dimana dalam satu talam memuat sembilan tanaman. Pada persiapan tanaman untuk repotting

tidak ditetapkan target atau standar kerja per harinya. Kegiatan persiapan

repotting dan repotting tanaman ukuran pot 2.5” ke 3.5” dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Persiapan Repotting (Kiri) dan Kegiatan Repotting Tanaman Ukuran Pot 2.5” ke 3.5” (Kanan)

b. Pindah Tanam (Repotting)

Kegiatan repotting tanaman dilakukan di dalam ruang repotting. Kegiatan

repotting ini berupa menanam kembali tanaman dengan membungkus bagian akar tanaman dengan spaghnum moss dan memasukkan bagian akar tanaman yang sudah dibungkus ke dalam pot baru yang ukurannya lebih besar. Kemudian moss

dipadatkan disekitar bibit dengan menggunakan kedua ibu jari yang ditekan. Pada saat penanaman posisi tanaman harus terletak di tengah pot dengan kondisi batang tenggelam atau tidak terlihat dan penekanan media tidak boleh terlalu padat juga tidak boleh kempos atau renggang.


(38)

Tanaman yang telah selesai dipindah tanam disusun dalam talam dengan rapi dengan arah daun menghadap ke depan untuk memudahkan pertumbuhan tanaman, menghindari daun patah dan daun lebih leluasa dalam pergerakan pertumbuhannya. Talam yang digunakan untuk pot 2.5” dapat memuat 9 pot per talam sedangkan talam yang digunakan untuk pot 3.5” dapat memuat 6 pot per talam. Selanjutnya tanaman disusun rapi di atas troli dan dikelompokkan menurut kode masing-masing tanaman agar tidak tercampur dengan kode tanaman yang lainnya. Pembuatan label tanaman untuk setiap kode tanaman yang dipindah tanam pada hari tersebut dengan menuliskan informasi mengenai kode, tanggal tanam, jumlah, warna tanaman dan peruntukan pelanggan. Terdapat dua macam label yaitu label putih untuk peruntukkan lokal dan label kuning peruntukkan khusus ekspor ke Jepang.

Pemberian tanggal tanam agar mengetahui tanggal berapa saat penanaman untuk memastikan bulan berapa tanaman akan siap dilakukan grading dan dikemas. Pemberian informasi jumlah tanaman memudahkan dalam perhitungan pada setiap bed, penempatan tanaman dalam GH serta dapat mengetahui ketersediaan tanaman yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan.

Setelah dilakukan pembuatan label pada tanaman selanjutnya tanaman yang telah dipindah tanam diangkut dengan menggunakan troli ke GH dan menyusunnya di atas bed dengan rapi dengan arah daun satu arah. Pada pengangkutan dan penyusunan tanaman di GH usahakan tidak terjadi kerusakan mekanis pada tanaman, tanaman tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Talam disusun rapi dengan jumlah talam yang disusun sesuai lebar bed. Pada talam pot ukuran 2.5” bed dapat memuat 7 hingga 10 baris talam, sedangkan talam pot ukuran 3.5” bed dapat memuat 5 sampai 8 baris talam. Selanjutnya dilakukan pemberian label kepada tanaman oleh kepala regu dengan satu label untuk satu kode tanaman dengan tanggal tanam yang sama dan posisi label harus menghadap ke depan. Penempatan label ke salah satu tanaman berfungsi sebagai tanda untuk menghindari kesalahan pengkodean tanaman.

Penulis melakukan kegiatan repotting tanaman pot 1.5” ke 2.5” dan 2.5” ke 3.5” di GH 18 selama 6 hari dengan masing-masing kegiatan selam 3 hari.


(39)

Terdapat tiga regu dalam proses repotting yaitu satu regu repotting tanaman 1.5” ke 2.5” dan dua regu repotting tanaman 2.5” ke 3.5” dengan tiap regunya terdiri dari satu orang operator persiapan tanaman dan lima orang operator penanaman. Standar kerja atau target operator repotting adalah sebanyak 630 tanaman/HK untuk repotting tanaman 1.5” ke 2.5” dan 420 tanaman/HK untuk repotting 2.5” ke 3.5”. Prestasi kerja operator diperoleh yaitu 657 tanaman/HK untuk repotting

tanaman 1.5” ke 2.5” dan 318 tanaman/HK untuk repotting 2.5” ke 3.5”. Prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 225 tanaman/HK untuk repotting tanaman 1.5” ke 2.5” dan 102 tanaman/HK untuk repotting 2.5” ke 3.5”.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat berproduksi secara optimal (berbunga dengan baik) serta menjaga tanaman agar dapat bertahan hidup. Kegiatan pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis yang dilakukan PT EGF meliputi sterilisasi rak besi (bed) dan tanaman, penyiraman, pemupukan, pemeriksaan ”bapiketeng”, sortasi tanaman, sanitasi tanaman, ”bed transfer” dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

Sterilisasi Rak Besi (Bed) dan Tanaman

Sebelum diletakkan tanaman diatasnya, rak besi (bed) yang kosong harus disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan NaClO 5.25% dengan konsentrasi 22.86 ml/l. Selain sterilisasi bed, kegiatan sterilisasi juga dilakukan pada GH, bak pemupukan, ruang repotting, ruang outflask dan troli untuk mengangkut tanaman. Sterilisasi GH dilakukan jika GH dalam keadaan kosong tanpa tanaman dan setelah dilakukan sterilisasi, pintu GH harus ditutup kurang lebih selama satu hari. Kegiatan sterilisasi bak pemupukan, ruang repotting, ruang

outflask dan troli dilakukan satu minggu satu kali pada saat hari minggu.

Kegiatan sterilisasi juga dilakukan pada tanaman yang baru ditanam dan juga tanaman yang baru dipindah tanam. Kegiatan sterilisasi pada tanaman dilakukan satu hari setelah tanam dengan mengunakan NaClO 5.25% dengan


(40)

konsentrasi 2.56 ml/l dan untuk satu bed yang berisi 13 000 tanaman 1.5”, membutuhkan larutan NaClO untuk sterilisasi sebanyak 256 ml/100 l. Standar kebutuhan larutan NaClO yang ditetapkan perusahaan adalah untuk tanaman 1.0” dan 1.5” yaitu 3 bed/1 000 l, tanaman 2.5” dan 3.5” yaitu 6 bed/1 000 l dan tanaman 3.0” adalah 5 bed/1 000 l. Selain sterilisasi tanaman, pada aklimatisasi tanaman dan repotting juga dilakukan aplikasi perlakuan kimia yaitu dengan penyemprotan pestisida pada tanaman. Perlakuan ini hanya dilakukan pada tanaman-tanaman dengan jenis tertentu saja.

Pada saat dilakukannya penyiraman larutan NaClO, tekanan larutan yang keluar diatur tidak terlalu kencang sehingga tidak merusak tanaman dan tidak ada tanaman yang terlewat disiram. Kegiatan sterilisasi paling lambat selesai pukul 11.00 WIB dan apabila sampai pukul 11.00 belum selesai maka sterilisasi dilanjutkan pada hari kerja berikutnya. Adapun kegiatan sterilisasi tanaman 1.5” dan peralatan sterilisasi tanaman dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Kegiatan Sterilisasi Tanaman 1.5” (Kiri) dan Peralatan Sterilisasi Tanaman (Kanan)

Tujuan dilakukannya kegiatan sterilisasi ini adalah agar tanaman, peralatan, serta GH bersih dan tidak terkontaminasi dengan bakteri, cendawan maupun serangga sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan sterilisasi ini dilakukan oleh operator pemeliharaan laki-laki sebanyak satu orang dan kegiatan dilakukan secara bergilir.

Penyiraman

Kegiatan penyiraman air pada anggrek Phalaenopsis jarang dilakukan. Kegiatan penyiraman dengan air baru dilakukan ketika pengendapan hara atau


(41)

butiran-butiran pupuk pupuk terlihat pada media tanam (moss). Butiran-butiran pupuk yang tersisa pada media ini dikarenakan pengadukan yang kurang lama pada saat melarutkan pupuk. Oleh karena itu, agar pupuk tersebut dapat larut seluruhnya pada media tanam (moss) maka dilakukan penyiraman dengan air sehingga pupuk dapat larut dan dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, penyiraman dengan air dilakukan agar tidak terjadi penumpukan unsur hara yang berasal dari pupuk sehingga tidak terjadi toksisitas pada tanaman.

Pada saat penyiraman media harus basah seluruhnya, jadi apabila setelah disiram ternyata media tidak terlalu basah, maka akan dilakukan penyiraman ulang sampai media basah seluruhnya kira-kira dilakukan 3 sampai 4 kali penyiraman. Penyiraman hanya diaplikasikan pada tanaman anggrek Phalaenopsis yang sudah tua atau umur tanaman berkisar dari 5 sampai 15 bulan sejak repotting

tanaman 3.5”. Hal ini dilakukan karena pada tanaman yang sudah tua pertumbuhan akarnya sudah banyak sehingga kemungkinan resiko tanaman terkena busuk akar (fusarium) minim.

Penyiraman dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman dengan menggunakan selang yang tekanan airnya diatur oleh operator sesuai ukuran, bentuk dan kondisi tanaman dalam bed. Tanaman yang akan disiram dengan air diberi tanda bendera putih dengan tulisan perlakuan pada bed yang akan disiram. Kegiatan penyiraman dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.30 WIB sampai 11.00 WIB.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis. Pemupukan dilakukan dengan memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Kegiatan pemupukan dilakukan 3 sampai 4 hari sekali atau tergantung pada kondisi cuaca dan media tanam (moss). Penyiraman pupuk pada tanaman dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 11.00.

PT EGF menggunakan 5 jenis bahan kimia untuk pupuk yaitu pupuk Peters International 20:20:20 dengan konsentrasi 1 g/5.5 l, Ca(NO3)2 dengan konsentrasi 0.2 g/l, MgSO4 dengan konsentrasi 0.2 g/l, NiSO4 0.01 g/l, dan Bori


(42)

Acid (Biotri) 0.1 mg/l. Adapun kandungan dari pupuk Peters Internasional dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Kandungan dan Konsentrasi pada Pupuk Peters International 20:20:20

Jenis Kandungan Konsentrasi (%)

Nitrogen (N) 20

Phospat (P2O5) 20

Kalium (K2O) 20

Magnesium (Mg) 0.05

Boron (B) 0.0068

Tembaga (Cu) 0.0036

Besi (Fe) 0.05

Mangan (Mn) 0.025

Molibdenum (Mo) 0.0009

Zink (Zn) 0.0025

Sumber : PT. Ekakarya Graha Flora, 2009

Kelima jenis pupuk ini dilarutkan terlebih dahulu di dalam ember dan diaduk selama lima menit agar seluruh pupuk tercampur dan hancur seluruhnya kemudian dimasukkan ke dalam bak pemupukan yang telah terisi air dan diaduk dengan pipa pengaduk hingga larutan pupuk tercampur seluruhnya. Sebelum pupuk dimasukkan ke dalam bak (volume 2 200 l), volume air dalam bak harus diperiksa terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan penyiraman yang akan dilakukan. Standar perusahaan terhadap perhitungan kebutuhan larutan pupuk yaitu untuk tanaman ukuran 1.0” dan 1.5” adalah 3 bed/1 000 l, untuk tanaman ukuran 2.5” dan 3.5” adalah 6 bed/1 000 l dan untuk tanaman 3.0” adalah 5 bed/1 000 l.

Kegiatan pemupukan dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman secara fertigasi yaitu dengan menggunakan selang yang tekanan airnya diatur oleh operator sesuai ukuran, bentuk dan kondisi tanaman dalam bed. Jarak selang dari pot sekitar 20 cm dan penyiraman dilakukan dengan melebarkan mulut selang agar seluruh bagian tanaman tersiram oleh pupuk. Penyiraman pupuk dilakukan merata pada seluruh tanaman dengan volume pupuk setengah dari tinggi pot. Penyiraman pupuk secara fertigasi pada tanaman dapat dilihat pada Gambar 8.


(43)

Gambar 8. Penyiraman Pupuk secara Fertigasi pada Tanaman

Kegiatan penyiraman pupuk dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman yang terdiri dari tiga regu. Tiap regu terdiri dari lima orang operator dan satu orang kepala regu. Tiap operator pemeliharaan bertanggungjawab atas 30 sampai 38 bed yang jumlah tanamannya berbeda-beda tergantung ukuran tanaman dalam bed. Setiap dilakukan kegiatan penyiraman pupuk ditulis dalam buku per orangnya kemudian penggunaan kebutuhan pupuk harus dilaporkan tiap harinya kepada ketua regu.

Pemeriksaan ”Bapiketeng”

Basah pinggir kering tengah (bapiketeng) merupakan suatu kondisi media tanam (moss) dimana tidak meratanya penyerapan, yaitu bagian pinggir yang terlalu basah tetapi bagian tengah kering, setelah dilakukan penyiraman pupuk (pemupukan). Pemeriksaan bapiketeng dilakukan untuk menghindari dan mengurangi kebusukan pada akar tanaman serta menghindari timbulnya jamur atau cendawan pada media tanam (moss) yang dapat menghambat pertumbuhan akar. Kegiatan pemeriksaan bapiketeng ini dilakukan satu hari setelah pemupukan dan dilakukan setiap hari setelah pekerjaan pemupukan selesai dilakukan. Tanaman diperiksa kembali jika terdapat tanaman yang kelebihan air atau moss

basah tidak merata dalam pot maka dilakukan pemeriksaan bapiketeng.

Kegiatan pemeriksaan bapiketeng pada tanaman ukuran 1.5” dan 2.5” dilakukan dengan cara memiringkan posisi pot yang media moss yang basah sehingga moss yang basah tersebut merata ke tengah dan moss juga tersinari oleh cahaya matahari. Sedangkan pemeriksaan bapiketeng pada tanaman ukuran pot 3.5” dilakukan dengan menempatkan tanaman yang telah diperiksa di ujung talam atau tanaman yang medianya masih basah tersebut dikumpulkan dalam satu talam


(44)

kemudian bagian sebelah talam tersebut dinaikkan ke pinggiran bed. Cara tersebut dilakukan untuk menandakan tanaman yang sedang dibapiketeng sehingga pada penyiraman pupuk selanjutnya tanaman tidak akan disiram kembali.

Sortasi Tanaman

Sortasi tanaman dilakukan untuk memisahkan tanaman yang tergolong dalam tanaman gagal (reject) dengan tanaman sehat dan normal. Tanaman yang dikategorikan ke dalam tanaman gagal yaitu tanaman yang terkena hama penyakit dan tanaman yang mengalami kelainan dalam pertumbuhannya. Tanaman yang terkena penyakit dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur atau cendawan. Sedangkan tanaman yang mengalami kelainan dalam pertumbuhan yaitu tanaman mutan dan tanaman stagnan. Adapun ciri-ciri tanaman tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Setelah dilakukan pemisahan tanaman gagal maka tanaman dikumpulkan di tempat pembuangan tanaman gagal, selanjutnya dilakukan pengguntingan tanaman gagal sampai pada pangkal batang dimana tanaman tidak dapat tumbuh lagi. Pot yang masih bagus dicuci sehingga dapat digunakan kembali untuk penanaman atau repotting selanjutnya, sedangkan moss dan tanaman langsung dibuang dan dimusnahkan.

Sanitasi Tanaman

Sanitasi tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman agar tanaman bersih sehingga terhindar dari penyakit, tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Kegiatan sanitasi tanaman pada anggrek Phalaenopsis yang ada di kebun Cikampek meliputi pembersihan daun kuning dan pembuangan tunas bunga (spike).

Kegiatan pembuangan daun kuning dilakukan setiap hari oleh operator. Daun kuning dapat disebabkan oleh daun tua, tanaman kekurangan air, dan daun sakit. Daun kuning karena kekurangan air umumnya daun layu dan kering sedangkan daun yang sakit terdapat gejala busuk basah pada daunnya.


(45)

Tabel 6. Identifikasi Penyakit dan Kelainan Pertumbuhan Pada Tanaman

Sebab Gejala Tindakan

Virus • Daun akan timbul bintik-bintik kuning

• Belum diketahui jenis virus yang menyerang

tanaman

• Penyebaran virus diduga berasal dari

pemakaian gunting stek pada saat repotting

yang melebihi 5 tanaman (gunting tidak disterilisasi setelah pengguntingan 5 tanaman)

• Apabila penyebaran pada

daun muda, tanaman dimushnahkan

• Sterilisasi gunting setelah 5 tanaman

Bakteri •Tanaman busuk basah di titik tumbuh tamanan,

batang, dan daun

•Apabila dicium baunya tidak sedap

• Daun busuk terdapat di

bagian bawah daun, daun akan dugunting

• Daun busuk pada daun

pertama, tanaman dimusnahkan Jamur atau

Cendawan

•Pada media tanam terdapat jamur putih dan

jamur telur karena media tanam (moss) yang

terlalu basah dan lingkungan yang lembab. Hal

ini dapat mengakibatkan busuk akar (fusarium)

• Timbul embun jelaga atau bercak/noda hitam

pada daun

• Membuat tampilan tanaman menjadi tidak

indah

• Tanaman dilakukan

pemberian pestisida

•Tanaman dimusnahkan jika

serangan jamur di pangkal batang dan bila maksimal tersisa dua daun tua yang tidak terserang

• Membersihkan atau mengelap

daun/tanaman dengan kain

Mutan • Daun, pertumbuhan daun baru menyerupai

terompet, pecut, tanaman bercabang dan pertumbuhan daun yang tidak seimbang

• Batang, ukuran batang yang tinggi

• Karena udara panas daun menjadi keriting dan

kelainan pertumbuhan tanaman juga dapat terjadi dikarenakan tanaman kekurangan sinar matahari

• Tanaman pot 1,5” dan 2,5”:

pemusnahan tanaman; tanaman pot 3,5”untuk bunga

potong (cut flower) dan

mother plant

• Membuka paranet sehingga

tanaman terkena sinar matahari

Stagnan •Tanaman yang mengalami keterlambatan

pertumbuhan atau tanaman kerdil

•Tanaman diletakkan di rak

pinggir GH dan diperlakukan sama dengan tanaman normal dan sehat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tanaman stagnan kemungkinan masih dapat tumbuh dan

berkembang sehingga dapat ditukar dengan tanaman yang akan dimusnahkan (dapat mengurangi tanaman yang akan dimusnahkan). Apabila tanaman tidak berkembang maka tanaman dimusnahkan. Sumber : PT. Ekakarya Graha Flora, 2009

Daun kuning dan daun sakit yang terdapat pada setiap tanaman yang berada pada pot baik daun tersebut masih melekat pada tanaman atau telah terlepas dari batang tanaman harus dibuang. Pembersihan daun kuning pada tanaman dilakukan harus pada daun yang sebagain besar warna daunnya telah


(46)

menguning. Pengambilan daun yang tidak kuning seluruhnya dapat memicu timbulnya penyakit. Setiap pembuangan daun kuning dikumpulkan dalam ember yang kemudian disatukan dalam tong untuk dilakukan pemusnahan secara massal bersama dengan tanaman gagal (reject).

Pembuangan tunas bunga (spike) pada tanaman anggrek Phalaenopsis dilakukan karena proses pembungaan tanaman tidak dilakukan di kebun Cikampek. Hal ini karena kondisi alam dan iklim di kebun Cikampek yang kurang mendukung proses pembungaan. Oleh karena itu proses pembungaan lanjutan dilakukan di kebun Cipamingkis, Sukabumi, yang memiliki suhu yang sesuai sehingga produksi pembungaan tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Tujuan dari pembuangan tunas bunga (spike) ini adalah agar tanaman dapat tumbuh optimal dan fotosintat tanaman tersebut tidak terserap oleh tunas-tunas yang akan tumbuh bunga. Pembuangan tunas bunga (spike) dilakukan dengan mematahkan ujung-ujung tunas bunga jika tunas bunga masih muda atau menggunakan gunting stek yang telah dicelupkan larutan Na3(PO4) untuk tunas bunga yang sudah tua atau tunas bunga yang keras. Kegiatan ini dilakukan setiap hari sambil melakukan pembuangan daun kuning.

”Bed Transfer”

”Bed transfer” adalah kegiatan mengosongkan bed dengan memindahkan tanaman yang terdapat dalam bed ke bed yang lain. Kegiatan pemindahan dapat dilakukan dalam satu GH maupun pada GH yang berbeda. Kegiatan ”bed tranfer” ini bertujuan untuk mengosongkan bed yang nantinya bed tersebut digunakan untuk meletakkan tanaman yang baru ditanam. Perpindahan tanaman harus harus sesuai dengan kode dan jumlah tanaman sebelumnya kemudian membuat laporan dan diserahkan kepada operator stok untuk dihitung dan diperiksa kembali. Penempatan tanaman yang telah ditransfer sesuai dengan penempatan pada saat

grading, apabila kode tanaman sama dalam satu bednya, yaitu dimulai grade A, B, K dan C. Standardisasi kondisi tanaman anggrek Phalaenopsis sesuai grade


(47)

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Kehadiran organisme pengganggu tanaman pada tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman, menurunkan kualitas dan produktivitas tanaman sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, usaha pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) sangat penting dilakukan pada kegiatan pemeliharaan tanaman. Jenis organisme pengganggu tanaman yang biasa menyerang yaitu hama, penyakit, dan gulma.

Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu penyebab utama kegagalan dalam pemeliharaan anggrek Phalaenopsis. Apabila tidak dilakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit maka akan terjadi kerusakan pada akar, batang, daun dan bunga. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dilakukan secara kimia yaitu pemberian pestisida yang dilakukan setiap dua minggu sekali atau tergantung dari kondisi tanaman. Pada GH 1 sampai 16 penyemprotan dilakukan 3 minggu sekali sedangkan GH 17 dan 18 penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali. Kegiatan penyemprotan dilakukan sore hari yaitu dimulai dari pukul 14.30 sampai pukul 18.00 mulai dari mempersiapkan alat dan bahan hingga ke penyemprotan pestisida. Sprayer untuk penyemprotan pestisida dan kegiatan penyemprotan pestisida pada tanaman 2.5” ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida (Kiri) dan Kegiatan Penyemprotan Pestisida pada Tanaman 2.5” (Kanan)

Sebelum dilakukan penyemprotan, paranet atas dan paranet bawah pada GH yang akan disemprot ditutup. Posisi paranet tetap tertutup selama kurang lebih 1x24 jam setelah penyemprotan dan apabila hujan, maka kedua paranet tersebut dibuka. Hal ini dilakukan agar kondisi GH tidak dalam suhu yang panas sehingga tidak terjadi kerusakan pada tanaman (luka bakar karena penyemprotan pestisida)


(48)

ditambah suhu yang panas di GH. Selain itu, untuk menurunkan suhu pada tanaman dilakukan penyemprotan dengan air bersih sebelum dilakukan penyemprotan pestisida pada tanaman. Penyemprotan air bersih dan pestisida dilakukan dengan sprayer dengan tekanan semprot mesin power sprayer maksimal 3 bar atau 40 kg/cm3. Penyemprotan air sebelum penyemprotan yang tidak merata dapat menyebabkan luka bakar pada daun. Selama penyemprotan pestida, mesin pengaduk (pompa sumersib) dinyalakan terus menerus agar kelarutan pestisida tetap terjaga. Jarak antara stik semprot dengan tanaman minimal 20 cm di atas tanaman. Jenis pestisida yang digunakan telah dijadwalkan sesuai dengan kondisi iklim dan keadaan tanaman. Biasanya pada musim hujan digunakan fungisida dan bakterisida sedangkan pada musim kemarau digunakan insektisida. Adapun jenis pestisida dan dosis yang digunakan di PT EGF dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Aplikasi Jenis dan Konsentrasi Pestisida pada Tanaman

Keterangan Nama Pestisida Bahan Aktif % Konsentrasi Satuan Serangga Supracide 25 WP Matidation 25 1.4 g

Orthene 75 WP Achepate 75 0.67 g

Bakterisida Starner 20 WP Oxilinix Acid 20 1 g Bakterisida

dan Fungisida

Bisudaisen Polycarbamate 75 1 g

Nareto Copper Quinolinate

40 1 g

Z Bordo Copper Sulfate 32

1 g Calsium Oxide 6

Copper Calsium 15

Fungisida Dithane M-45 Mankozeb 80 1 g

Rizolex 50 WP Toclofos-Methyl 50 1 g

Benlate Benomyl 50 1 g

Ridomil Metalaxy 35 1 g

Fungisida Starmyl Metalaxy 25 1 g

Polizeb Mankozeb 80 1 g

Perlakuan Khusus

Benlate Benomyl 50 1 g

Rizolex 50 WP Toclofos-Methyl 50 1 g

Benomyl Benomyl 50 1 g

NaClO 1.125 ml

Tachigaren Metalaxy 2.5 1 ml Kutu

Merah

Agrimec Abemektin 1.84 0.25 ml

Talstar Bifentrin 2.5 0.5 ml

Pentax Dienoclor 50 1 g

Perekat Rino 0.1 ml

Mama Lemon 1 Tetes/200 l


(49)

Adapun hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman anggrek Phalaenopsis adalah sebagai berikut :

a. Kutu Merah

Kutu merah ini sering timbul di bagian daun pada musim panas dan pada musim hujan kutu merah ini berada dalam media tanam (moss). Kutu merah biasanya menyerang bagian bawah daun. Tanda-tanda tanaman yang terserang kutu merah ini yaitu terdapat tanda bintik-bintik merah pada bagian bawah daun. Frekuensi pemberian obat dilakukan lebih intensif apabila terdapat kutu merah pada tanaman. Cara penyemprotan dilakukan pada bagian atas dan bagian bawah tanaman termasuk media tanam (moss).

b. Jamur atau Cendawan

Jamur atau cendawan umumnya menyerang pada bagian akar tanaman dan media tanam. Jamur atau cendawan biasanya timbul pada musim hujan atau kondisi lingkungan yang lembab. Apabila tanaman terkena jamur, maka tanaman tersebut dipisahkan dan diberi tanda untuk diberi perlakuan tanaman secara kuratif. Kegiatan perlakuan pada tanaman yang terserang jamur atau cendawan yaitu dilakukan penyemprotan fungisida sampai media tanam basah seluruhnya oleh larutan fungisida. Perlakuan pemberian fungisida juga juga dapat dilakukan dengan mencekupkan tanaman yang terserang jamur ke dalam larutan fungisida (fungisida yang digunakan Benlate atau Rizolex) selama satu menit. Pada saat pencelupan, bagian daun tidak ikut direndam, jadi yang direndam hanya moss. Setelah itu, tanaman diletakan kembali ke lokasi asalnya dan diberi label perlakuan yang berisi informasi tentang tanggal aplikasi dan jenis pestisida yang digunakan serta tindakan kuratif yang digunakan. Label di letakkan di depan kode tanaman.

Jamur yang biasa menyerang anggrek Phalaenopsis adalah jamur putih dan jamur telur. Jamur putih dapat ditanggulangi dengan pemberian fungisida sedangkan jamur telur sampai saat ini belum dapat dikendalikan pemberian fungisida. Jamur telur yang menyerang tanaman dapat dikendalikan dengan cara mengganti media tanam.


(50)

c. Virus dan Bakteri

Virus dan bakteri timbul karena adanya perubahan atau pergantian musim. Sampai saat ini belum ditemukan cara untuk menyembuhkan tanaman yang terkena virus. Satu-satunya cara yang dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan memusnahkan tanaman yang sakit atau menjauhkannya dari tanaman-tanaman yang masih sehat. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida secara rutin sesuai dengan kebutuhan atau mensterilisasi alat-alat budidaya sebelum digunakan dengan menggunkan larutan Trinatrium Phospat.

Gulma terkadang tumbuh di media tanam (moss). Usaha pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma sehingga tidak mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan sortasi dan sanitasi tanaman. Selain itu, pembersihan gulma dan pemotongan rumput di sekitar GH juga sering dilakukan untuk menjaga kebersihan.

Kegiatan penyemprotan pestisida dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman. Pada kegiatan penyemprotan pestisida menggunakan tenaga kerja laki-laki yang dibentuk dalam beberapa tim. Penyemprotan untuk satu GH memerlukan satu hingga dua tim penyemprot dimana dalam satu tim terdiri dari dua orang tenaga kerja.

Pengkelasan (Grading) Tanaman

Pengkelasan (grading) tanaman merupakan kegiatan memisahkan tanaman berdasarkan kelas tertentu dan sesuai dengan jenis dan varietasnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam melihat kuantitas atau jumlah ketersediaan tanaman dengan kualitas atau kelas (grade) tertentu pada setiap varietas. Grade

tanaman tersebut didasarkan pada ukuran tanaman yaitu dengan cara mengukur lebar daun (leaf span) menggunakan penggaris atau jari dan melihat kondisi perakaran. Grading tanaman dilakukan mulai sejak aklimatisasi bibit (outflask), pot 1.5”, pot 2.5”, pot 3.0”, dan pot 3.5”. Standardisasi kondisi tanaman anggrek Phalaenopsis sesuai grade dapat dilihat pada Lampiran 10. Terdapat dua kegiatan


(51)

grading tanaman yaitu grading bulanan dan grading ulang. Adapun bagan alir kegiatan grading tanaman di kebun Cikampek ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10. Bagan Alir Kegiatan Grading Tanaman di Kebun Cikampek

1. Grading Bulanan

Grading bulanan adalah grading yang dilakukan pertama kali sejak tanaman ditanam atau dipindah tanam. Grading yang dilakukan sudah berdasarkan grade atau ukuran dari tanaman. Grading bulanan dilakukan berdasarkan bulan setelah tanam. Grading tanaman minimal empat bulan setelah tanam.

Grading bibit outflask

Gradingbulanan tanaman 1.5”

Grading ulang : grading untuk repotting

tanaman pot 1.5” ke pot 2.5”

Grading ekspor

Gradingbulanan tanaman 2.5”

Grading lokal

Gradingulang tanaman 2.5”

Penjualan lokal atau pengiriman ke

Cipamingkis

Penjualan ekspor

Grading untuk repotting

tanaman pot 2.5” ke pot 3.5”

Grading ekspor

Grading bulanan tanaman 3.5”

Grading ulang tanaman 1.5”

Grading lokal

Pengiriman ke Cipamingkis


(1)

Lampiran 7

Sumber : PT

. Lokasi PT Eka

T Ekakarya Gra

akarya Graha Fl

aha Flora Cikam

lora Pada Peta K

mpek


(2)

Lampiran 8. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Kebun Cikampek Tahun 2003-2008

Bulan

Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH

Januari 150.0 11 238.0 13 279.0 20 341.0 17 147.0 12 285.5 16

Februari 338.5 21 537.0 18 154.0 7 80.5 8 220.5 15 529.5 24

Maret 179.5 15 368.0 14 201.0 10 231.5 12 304.6 12 137.0 16

April 54.5 8 74.5 6 137.0 9 93.0 12 197.5 14 48.0 9

Mei 51.0 4 89.0 12 70.0 5 30.0 5 58.5 8 45.0 3

Juni 0.0 0 57.0 3 13.0 2 9.5 2 153.5 5 13.0 3

Juli 0.0 0 0.0 0 24.0 4 37.0 1 5.5 3 0.0 0

Agustus 0.0 0 0.0 0 4.0 2 0.0 0 0.0 0 2.5 1

September 92.0 3 0.0 0 3.0 1 0.0 0 36.0 1 0.0 0

Oktober 70.0 5 0.0 0 163.0 8 2.0 3 60.5 7 73.0 4

November 100.0 11 144.0 14 47.5 9 16.0 5 110.5 10 150.2 11

Desember 157.0 12 119.0 13 182.5 15 156.5 12 209.6 17 111.5 13

Jumlah 1195.5 90 1626.5 93 1278.0 92 997.0 77 1503.7 104 1395.2 100

Rata-rata 99.6 7.5 135.5 7.7 106.5 7.7 83.1 6.4 125.3 8.67 116.3 8.3

BB 5 5 6 4 7 5

BK 6 6 4 7 3 6

Sumber : Kantor Cikampek PT Ekakarya Graha Flora

Keterangan : Q = Rata-rata Bulan Kering x 100% = 6+6+4+7+3+6 x 100% = 32 x 100% = 1 % Rata-rata Bulan Basah 5+5+6+4+7+5 32

Q = 1 % sehingga kebun Cikampek PT Ekakarya Graha Flora menurut klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson termasuk iklim E (agak kering)


(3)

(4)

Lampiran 10. Standardisasi Kondisi Tanaman Anggrek Phalaenopsis sesuai Grade Terhadap Parameter Tanaman

Parameter Pot Size

Grade

A B K C R (Reject)

Jumlah Daun

1.5” ≥ 3 daun ≥ 3 daun - ≥ 2.5 daun ≤ 2 daun

2.5” ≥ 3.5 daun ≥ 3 daun ≥ 2.5 daun ≥ 2.5 daun ≤ 2 daun

3.5” ≥ 3.5 daun ≥ 3 daun ≥ 3 daun ≥ 2.5 daun ≤ 2 daun

Leaf Span

1.5” > 15 cm 10-15 cm - < 10 cm < 10 cm

2.5” ≥ 21 cm ≥ 16 cm < 16 cm - -

3.5” ≥ 30 cm 25-30 cm < 25 cm ≥ 20 cm -

Kondisi Daun

1.5” Cacat mekanis Cacat mekanis - Cacat mekanis Mutan

2.5” Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis dan OPT Mutan 3.5” Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis, sobek,

bolong

< C, Yellow point, mutan, busuk

Kondisi Batang

1.5” Besar, kokoh Sedang, kokoh - - Abnormal, busuk

2.5” Besar, kokoh Sedang, kokoh - Sedang, goyang sedikit Abnormal, busuk

3.5” Besar, kokoh Sedang, kokoh Sedang, goyang sedikit Sedang, kurang kokoh Abnormal, busuk

Kondisi Akar

1.5” Banyak, panjang

Jumlah dan ukuran sedang

- Sedikit dan pendek Tidak berkembang

2.5” Banyak, panjang

Jumlah dan ukuran sedang

Jumlah dan ukuran sedikit

Jumlah dan ukuran sedang - 3.5” Banyak,

panjang

Jumlah dan ukuran sedang

Jumlah dan ukuran sedikit

Jumlah dan panjang sedang

< C Sumber : PT Ekakarya Graha Flora, 2009


(5)

Lampiran 11. Standardisasi pada Tanaman Ekspor Bare Root, Ukuran Pot 1.5”, Ukuran Pot 2.5”, Ukuran Pot 3.0” dan 3.5” Standardisasi

Bare Root Ukuran Pot 1.5” Ukuran Pot 2.5” Ukuran Pot 3.0” dan 3.5”

Jumlah daun minimal 3 helai Jumlah daun minimal 2 daun Jumlah daun minimal 3 helai Jumlah daun minimal 3 helai Leaf Span ≥ 21 cm (untuk M-1) Leaf Span daun ≥ 10 cm Leaf span ≥ 21 cm Leaf Span ≥ 26 cm (ukuran 3.0”) Leaf Span 26-33 cm (M-2) Luka kering karena mekanis Tanaman bersih dari embun jelaga Leaf Span ≥ 30 cm (ukuran 3.5”) Daun pertama keriput dan bolong

maksimal 1 cm

Daun besar dan normal, Yellow Point maksimal 3 titik pada satu tanaman

Batang besar, akar banyak, sedikit goyang, pertumbuhan normal

Daun pertama keriput dan bolong max 1 cm

Daun bolong max diameter 2 cm pada daun bawah & maksimal 2 daun pertanaman

Batang besar, akar banyak, kokoh dan tidak goyang, pertumbuhan normal

Daun besar dan normal, luka/cacat karena mekanis tidak tembus maksimal 4 cm

Daun bolong max diameter 2 cm Pada daun bawah, maksimal 2 daun pertanaman

Cacat mekanis, luka kering sampai 7 cm di salah satu daun

Bebas hama dan penyakit Yellow Point maksimal 3 titik pada 1 tanaman

Cacat mekanis sampai 7 cm di salah satu daun

Daun sobek ≤ 7 cm pada daun bawah dan ≤ 1 daun pertanaman

Tanaman tidak mutan Sedikit bekas serangan OPT dan sedikit jamur putih

Daun sobek ≤ 7 cm pada daun bawah dan ≤ 1 daun pertanaman Yellow point maksimal 3

pertanaman & sedikit bekas serangan OPT

Mutan sedikit pada satu daun Batang besar, akar banyak, kokoh dan tidak goyang, pertumbuhan normal

Batang besar, akar banyak Bebas hama dan penyakit Terdapat luka bakar

Tanaman bersih dari embun jelaga Mutan sedikit pada satu daun

Bebas hama dan penyakit Yellow point maksimal 3

pertanaman

Tanaman bersih dari embun jelaga

Bebas hama dan penyakit Sumber : PT Ekakarya Graha Flora, 2009


(6)

Lampiran 12. Bukti Pengeluaran Tanaman di PT Ekakarya Graha Flora

PT.EKAKARYA GRAHA FLORA Lembar 1 / Asli : Stock Kontrol Ckp

KEBUN PRODUKSI PHALAENOPSIS Lembar 2 / Merah : Stock Kontrol Cpm

Lembar 3 / Kuning : Produksi Cpm Lembar 4 / Biru : Produksi Ckp. BUKTI PENGELUARAN TANAMAN

No. Bukti : BPT/

No. Greenhouse Kode Tnm Tgl Tnm Warna Ukuran Pot Jumlah Keterangan

Diterima Oleh, Diperiksa Oleh, Dibuat Oleh,

( ……… ) ( ……….. ) ( ………. )

Nama Jelas Nama Jelas Nama Jelas